• Bagian otot trigonum yang mengelilingi jalan keluar uretra berfungsi sebagai
sfingter uretra internal yang diinervasi oleh neuron parasimpatis.
• Sfingter uretra eksternal terbentuk dari serabut otot rangka dari otot perineal
transversa dibawah kendali volunter. Selain itu bagian pubokoksigeus pada otot
elevator juga berkontriksi dalam pembentukan sfingter (Sekarwana, 1993; Sloane,
2003; Ward, Clarke, and Linden, 2002).
Rata-rata pengeluaran urin adalah ± 1,5 l per hari, walaupun bisa berkurang
hingga kurang dari 1 l per harinya dan meningkat hingga mendekati 20 l per hari
(Ward, Clarke, dan Linden, 2002).
Refleks berkemih dicetuskan apabila reseptor-reseptor regang di dalam dinding
kandung kemih terangsang. Kandung kemih orang dewasa dapat menampung
sampai 250 atau 450 ml urin sebelum tegangan di dinding kandung kemih untuk
mengaktifkan reseptor regang. Makin besar peregangan melebihi ambang ini,
makin besar tingkat pengaktifan reseptor. Selain refleks ini dimulai, refleks ini
bersifat regenerasi sendiri (Guyton dan Hall, 2007; Sherwood, 2001).
Refleks berkemih terjadi dengan cara:
• Impuls pada medulla spinalis dikirim ke otak dan menghasilkan impuls
parasimpatis yang menjalankan melalui saraf splanknik pelvis ke kandung kemih.
a. Zat buangan nitrogen meliputi urea dari deaminasi protein,asam urat dari
katabolisme asam nukleat,dan kreatinin dari proses penguraian kreatin fosfat
dalam jaringan otot
d. Elektrolit meliputi ion natrium, klor, kalium, amonium, sulfat, fosfat, kalsium,
dan magnesium.
f. Berbagai jenis toksin atau zat kimia asing, pigmen, vitamin, atau enzim
secara normal ditemukan dalam jumlah kecil.
1. Retensi urin
a) Supravesikal
Berupa kerusakan pada pusat miksi di medulla spinalis sakralis S2–S4
setinggi Th1- L1. Kerusakan terjadi pada saraf simpatis dan parasimpatis
baik sebagian atau seluruhnya.
b) Vesikal
Berupa kelemahan otot destrusor karena lama teregang, berhubungan
dengan masa kehamilan dan proses persalinan (trauma obstetrik).
c) Infravesikal (distal kandung kemih)
Berupa kekakuan leher vesika, fimosis, stenosis meatus uretra, trauma
uretra, batu uretra, sklerosis leher kandung kemih (bladder neck
sclerosis) (Kapita Selekta Kedokteran, 2000).
Klasifikasi
a) Retensi urin akut
Pada retensi urin akut penderita seakan-seakan tidak dapat berkemih
(miksi). Kandung kemih perut disertai rasa sakit yang hebat didaerah
suprapubik dan hasrat ingin miksi yang hebat disertai mengejan. Sering
kali urin keluar menetes atau sedikit-sedikit (Kapita Selekta Kedokteran,
2000). Pada kasus akut, bila penyebabnya tidak segera ditemukan maka
kerusakan lebih berat yang sifatnya permanen dapat terjadi, karena otot
detrusor atau ganglia parasimpatik pada dinding kandung kemih menjadi
tidak dapat berkompromi (Pribakti, 2011).
b) Retensi urin kronis
Penderita secara perlahan dalam waktu yang lama tidak dapat berkemih
(miksi), merasakan nyeri di daerah suprapubik hanya sedikit atau tidak sama
sekali walaupun kandung kemih penuh (Kapita Selekta Kedokteran, 2000).
Pada retensi urin kronik, terdapat masalah khusus akibat peningkatan
tekanan intravesikal yang menyebabkan refluks uretra, infeksi saluran
kemih atas dan penurunan fungsi ginjal (Pribakti, 2011).
Retensi urin juga dapat terjadi sebagian atau total.
a) Retensi urin sebagian
yaitu penderita masih bisa mengeluarkan urin tetapi terdapat sisa urin
yang cukup banyak di dalam kandung kemih.
b) Retensi urin total
yaitu penderita sama sekali tidak dapat mengeluarkan urin.
2. Inkontinensi urine
a. Ketidaksanggupan sementara atau permanen otot sfingter eksterna untuk
mengontrol keluarnya urine dari kandung kemih
b. Jika kandung kemih dikosongkan secara total selama inkontinensia
sampai inkontinensi komplit
c. Jika kandung kemih tidak secara total dikosongkan selama inkontinensia
sampai inkontinensi sebagian
Penyebab Inkontinensi
Proses ketuaan
Pembesaran kelenjar prostat
Spasme kandung kemih
Menurunnya kesadaran
Menggunakan obat narkotik sedative
3. Enurisis