Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN

GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN


BRONKOPNEUMONIA

MAKALAH

Oleh
Kelompok 5

Intan Dwi Arini NIM 142310101016


Nifta Rahmawardani NIM 142310101055
Della Annisa Widayu P. NIM 142310101098
Yogie Bagus Pratama NIM 142310101137

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2015
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN
GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN
BRONKOPNEUMONIA

MAKALAH

disusun sebagai pemenuhan tugas Keperawatan Klinik IIB


dengan dosen pengampu: Ns.Ratna Sari Hardiani, M.Kep

Oleh
Kelompok 5

Intan Dwi Arini NIM 142310101016


Nifta Rahmawardani NIM 142310101055
Della Annisa Widayu P NIM 142310101098
Yogie Bagus Pratama NIM 142310101137

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan
Pada Pasien Anak Dengan Bronkopnemonia, yang diajukan sebagai tugas mata
kuliah Keperawatan Klinik IIB. Dalam proses pembuatan makalah ini kami telah
dibantu berbagai pihak, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ns. Ratna Sari Hardiani, M. Kep, selaku penanggung jawab mata kuliah
Keperawatan Klinik IIB yang bersedia mendukung kami untuk
menyelesaikan makalah ini dengan lancar
2. Teman-teman yang selalu memberikan dorongan dan dukungan, sehingga
makalah ini dapat selesai tepat waktu.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun dari pembaca
agar makalah ini semakin sempurna.

Jember, November 2015 Penulis

iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ............................................................................... i
HALAMAN JUDUL .................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ................................................................................ iii
DAFTAR ISI............................................................................................... iv
BAB 1. PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 2
1.3 Tujuan ............................................................................................ 2
BAB 2. TINJAUAN TEORI ..................................................................... 3
2.1 Pengertian Bronkopneumonia .......................................................... 3
2.2 Epidemiologi Bronkopneumonia ..................................................... 3
2.3 Etiologi Bronkopneumonia .............................................................. 4
2.4 Tanda dan Gejala Bronkopneumonia .............................................. 6
2.5 Patofisiologi Bronkopneumonia ...................................................... 6
2.6 Komplikasi dan Prognosis Bronkopneumonia................................. 9
2.7 Penatalaksanaan Bronkopneumonia ................................................ 10
2.8 Pencegahan Bronkopneumonia ........................................................ 10
2.9 Pemerikasaan Penunjang Bronkopneumonia ................................... 11
BAB 3. PATHWAY .................................................................................. 13
BAB 4. ASUHAN KEPERAWATAN ................................................... 14
4.1 Pengkajian ......................................................................................... 14
4.2 Diagnosa Keperawatan ...................................................................... 15
4.3 Intervensi Keperawatan .................................................................... 16
4.4 Implementasi Keperawatan .............................................................. 21
4.5 Evaluasi Keperawatan ....................................................................... 21
BAB 5. PENUTUP ....................................................................................
5.1 Kesimpulan........................................................................................ 27
5.2 Saran ................................................................................................. 27
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 28

iv
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anak-anak sangat rentan terhadap berbagai penyakit yang bisa disebabkan
oleh kuman, virus, dan mikroorganisme lain. Faktor lingkungan merupakan salah
satu penyebabnya. Anak sangat suka bermain di dalam ataupun di luar rumah
sehingga perlu memperhatikan lingkungan di sekitar anak. Penyakit yang sering
tejadi pada anak yaitu penyakit pada saluran pernafasan. Salah satu penyakit
saluran pernafasan pada anak adalah bronkopneumonia. Di negara maju penyakit
ini banyak ditemukan. Selain itu, di negara berkembang juga banyak ditemukan
dan penyakit ini merupakan penyakit yang menyebabkan kematian pada anak usia
0 sampai 6 tahun.
Bronkopneumonia adalah proses inflamasi paru yang umumnya
disebabkan oleh agens infeksius, serta mengambarkan pneumonia yang
mempunyai pola penyebaran bercak dalam satu atau lebih area terlokalisasi dalam
bronkiolus dan meluas ke parenkim paru yang terdekat (Nursalam, 2005).
Penyakit bronkopneumonia di Indonesia berada di posisi kedelapan dari
sepuluh penyakit yang dirawat di Rumah Sakit di seluruh Indonesia setelah diare,
demam berdarah dengue, tipoid, demam peyebabnya tidak diketahui, dsypepsia,
hipertensi, ISPA.Peran perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pada anak
dengan bronkopneumonia meliputi usaha promotif yaitu dengan selalu menjaga
kebersihan baik fisik maupun lingkungan, upaya preventif dilakukan dengan cara
memberikan obat sesuai dengan indikasi yang di anjurkan oleh dokter, dan upaya
kuratif perawat dalam memulihkan kondisi klien dengan menganjurkan orang tua
klien unutk membawa ke rumah sakit. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan
derajat kesehatan klien.

1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa definisi bronkopneumonia?
1.2.2 Bagaimana epidemiologi dan etiologi bronkopneumonia?
1.2.3 Apa saja tanda dan gejala bronkopneumonia ?
1.2.4 Bagaimana komplikasi dan prognosis bronkopneumonia?
1.2.5 Bagaimana pengobatan, pencegahan, dan pemeriksaan penunjang
bronkopneumonia?
1.2.6 Bagaimana asuhan keperawatan klien dengan bronkopneumonia?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan
konsepbronkopneumonia pada anak.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan bronkopneumonia;
b. Mahasiswa mampu menjelaskan epidemiologi dan etiologi
bronkopneumonia;
c. Mahasiswa mampu menjelaskan tanda dan gejala serta patofisiologi
bronkopneumonia;
d. Mahasiswa mampu menjelaskan komplikasi dan prognosis
bronkopneumonia;
e. Mahasiswa mampu menjelaskan pengobatan, pencegahan, dan
pemeriksaan penunjang bronkopneumonia; dan
f. Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien
dengan bronkopneumonia.

2
BAB 2. TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Bronkopneumonia


Pneumonia merupakan inflamasi akut pada parenkim paru yang
mengganggu pertukaran udara. Diantara 100 anak, ada 2-4 anak yang
menderita penyakit pneumonia dan itu lebih sering terjadi selama akhir musim
dingin dan awal musim semi (Muscary, 2005). Diantara 100 anak, ada 2-4
anak yang menderita penyakit Pnemonia dan itu lebih sering terjadi selama
akhir musim dingin dan awal musim semi.

Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) (1998)


menyatakan, “pneumonia adalah suatu proses inflamasi atau peradangan yang
diklasifikasikan oleh area yang terlihat yaitu bronkopneumonia dengan viral
sebagai penyebabnya.”. Berdasarkan letak anatomis dibagi menjadi 3 bagian
yaitu pneumonia lobaris, pneumonia loburalis (bronchopneumonia) dan
pneumonia interstitialis (bronkiolitis).

Sedangkan menurut Nursalam (2005), Bronkopneumonia merupakan


proses inflamasi paru yang umumnya disebabkan oleh agen infeksius, serta
menggambarkan pneumonia yang mempunyai pola penyenaran berbercak,
dalam satu atau lebih area terlokalisasi dalam bronkiolus dan meluas ke
parenkim paru yang terdekat.

Dapat disimpulkan bahwa Bronkopneumonia adalah radang paru-paru


yang mengenai pada bronkus yang ditandai dengan adanya bercak-bercak
infiltrat yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda asing sehingga
kemampuan menyerap oksigen membuat sel-sel tubuh tidak bisa bekerja dan
bisa mengakibatkan kematian.

2.2 Epidemiologi Bronkopneumonia


Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada anak-anak
di bawah umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi, sedangkan di
Amerika pneumonia menunjukkan angka 13% dari seluruh penyakit infeksi
pada anak di bawah umur 2 tahun.

3
Infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah utama dalam
bidang kesehatan, baik di negara yang sedang berkembang maupun yang
sudah maju. Dari data SEAMIC Health Statistic 2001 influenza dan
pneumonia merupakan penyebab kematian nomor 6 di Indonesia, nomor 9 di
Brunei, nomor 7 di Malaysia, nomor 3 di Singapura, nomor 6 di Thailand dan
nomor 3 di Vietnam. Laporan WHO 1999 menyebutkan bahwa penyebab
kematian tertinggi akibat penyakit infeksi di dunia adalah infeksi saluran
napas akut termasuk pneumonia dan influenza. Insidensi pneumonia komuniti
di Amerika adalah 12 kasus per 1000 orang per tahun dan merupakan
penyebab kematian utama akibat infeksi pada orang dewasa di negara itu.
Angka kematian akibat pneumonia di Amerika adalah 10 %.Di Amerika
dengan cara invasif pun penyebab pneumonia hanya ditemukan 50%.
Penyebab pneumonia sulit ditemukan dan memerlukan waktu beberapa hari
untuk mendapatkan hasilnya, sedangkan pneumonia dapat menyebabkan
kematian bila tidak segera diobati, maka pada pengobatan awal pneumonia
diberikan antibiotika secara empiris.
Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes tahun 2001, penyakit
infeksi saluran napas bawah menempati urutan ke-2 sebagai penyebab
kematian di Indonesia. Di SMF Paru RSUP Persahabatan tahun 2001 infeksi
juga merupakan penyakit paru utama, 58 % diantara penderita rawat jalan
adalah kasus infeksi dan 11,6 % diantaranya kasus nontuberkulosis, pada
penderita rawat inap 58,8 % kasus infeksi dan 14,6 % diantaranya kasus
nontuberkulosis. Di RSUP H. Adam Malik Medan 53,8 % kasus infeksi dan
28,6 % diantaranya infeksi nontuberkulosis. Di RSUD Dr. Soetomo Surabaya
didapatkan data sekitar 180 pneumonia komuniti dengan angka kematian
antara 20 - 35 %. Pneumonia komuniti menduduki peringkat keempat dan
sepuluh penyakit terbanyak yang dirawat per tahun.

2.3 Etiologi Bronkopneumonia


Bronkopneumonia dapat juga dikatakan suatu peradangan pada parenkim
paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, dan jamur. Bakteri seperti
Diplococus pneumonia, Pneumococcus sp, Streptococcus sp, Hemoliticus

4
aureus, Haemophilus influenza, Basilus friendlander (klebsial pneumonia),
dan Mycobacterium tuberculosis. Virus seperti Respiratory syntical virus,
Virus influenza, dan Virus sitomegalik. Jamur seperti Citoplasma capsulatum,
Criptococcus nepromas, Blastomices dermatides, Cocedirides immitis,
Aspergillus sp, Candinda albicans, dan Mycoplasma pneumonia.
Meskipun hampir semua organisme dapat menyebabkan
bronkopneumonia, penyebab yang sering adalah stafilokokus, streptokokus,
H. influenza, Proteus sp dan Pseudomonas aeruginosa. Keadaan ini dapat
disebabkan oleh sejumlah besar organisme yang berbeda dengan patogenitas
yang bervariasi. Virus, tuberkolosis dan organisme dengan patogenisitas yang
rendah dapat juga menyebabkan bronkopneumonia, namun gambarannya
bervariasi sesuai agen etiologinya.Bronkopneumonia juga dapat berasal dari
aspirasi makanan, cairan, muntah atau inhalasi kimia, merokok dan gas.
Berikut bakteri penyebab bronkopneumonia meliputi :
1. Bakteri gram positif
a) Streptococcus pneumonia (biasanya disertai influenza dan meningkat
pada penderita PPOM dan penggunaan alkohol).
b) Staphylococcus (kuman masuk melalui darah atau aspirasi, sering
menyebabkan infeksi nasokomial).
2. Bakteri gram negatif
a) Haemaphilius influenza (dapat menjadi penyebab pada anak-anak dan
menyebabkan gangguan jalan nafas kronis).
b) Pseudomonas aerogmosa (berasal dari infeksi luka, luka bakar,
trakeostomi, dan infeksi saluran kemih).
c) Klebseila pneumonia (insiden pada penderita alkoholis).
3. Bakteri anaerob (masuk melalui aspirasi oleh karena gangguan kesadaran,
gangguan menelan).
4. Bakteri atipikal (insiden mengingat pada usia lanjut, perokok dan penyakit
kronis).

5
2.4 Tanda dan Gejala Bronkopneumonia
Ada beberapa tanda dan gejala anak yang menderita penyakit
bronkopneumonia, diantaranya dapat dikenali dengan tanda serta gejala sebagai
berikut:
 Takipnea (nafas cepat)
 Saat bernapas terdengar suara ronki
 Batuk produktif
 Menggigil dan demam suhu meningkat 39-400C
 Sianosis area sirkumoral
 Gerakan dada tidak simetris
 Anoreksia (tidak nafsu makan)
 Malaise
 Gelisah
 Fatique (lemah)
 Frekuensi BAB bertambah / harinya

2.5 Patofisiologi Bronkopneumonia


Proses terjadinya bronkopneumonia dimulai dari berhasilnya kuman
pathogen masuk ke cairan mukus dalamjalan nafas. Kuman tersebut berkembang
biak di saluran nafas atau sampai di paru-paru. Bila mekanisme pertahanan seperti
sistem transport mukosilia tidak adekuat, maka kuman berkembang biak secara
cepat sehingga terjadi peradangan di saluran nafas atas, sebagai respon
peradangan akan terjadi hipersekresi mukus dan merangsang batuk.
Mikroorganisme berpindah karena adanya gaya tarik bumi dan alveoli menebal.
Pengisian cairan alveoli akan melindungi mikroorganisme dari fagosit dan
membantu penyebaran organisme ke alveoli lain. Keadaan ini menyebabkan
infeksi meluas, aliran darah di paru sebagian meningkat yang diikuti peradangan
vaskular dan penurunan darah kapiler .

6
Edema karena inflamasi akan mengeraskan paru dan akan mengurangi
kapasitas paru, penurunan produksi cairan surfaktan lebih lanjut, menurunkan
compliance dan menimbulkan atelektasis serta kolaps alveoli. Sebagai tambahan
proses bronkopneumonia menyebabkan gangguan ventilasi okulasi partial pada
bronkhi dan alveoli, menurunkan tekanan oksigen arteri, akibatnya darah vena
yang menuju atrium kiri banyak yang tidak mengandung oksigen sehingga terjadi
hipoksemia arteri.
Efek sistemik akibat infeksi, fagosit melepaskan bahan kimia yang disebut
endogenus pirogen. Bila zat ini terbawa aliran darah hingga sampai hipotalamus,
maka suhu tubuh akan meningkat sehingga terjadi demam dan menggigil, hal
tersebut juga menyebabkan meningkatnya kecepatan metabolisme. Pengaruh dari
meningkatnya metabolisme adalah penyebab takhipnea dan takhikardia, tekanan
darah menurun sebagai akibat dari vasodilatasi perifer dan penurunan sirkulasi
volume darah karena dehidrasi, panas dan takhipnea meningkatkan kehilangan
cairan melalui kulit (keringat) dan saluran pernafasan sehingga menyebabkan
dehidrasi. Terdapat cairan purulen pada alveolus juga dapat mengakibatkan
peningkatakan tekanan pada paru sehingga dapat berakibat penurunan
kemampuan mengambil oksigen dari luar juga mengakibatkan berkurangnya
kapasitas paru. Penderita akan berusaha melawan tingginya tekanan tersebut

7
menggunakan otot – otot bantu pernapasan (otot interkosta) yang menimbulkan
retreksi dada sehingga gerakan dada tidak simetris.
Takipnea pernafasan abnormal cepat dan dangkal, biasanya di definisikan
lebih dari 60 hembusan permenit. Pernafasan abnormal cepat adalah gejala yang
sering di sebabkan oleh penumpukan karbon dioksida dalam paru-paru. Setiap
kali kemampuan untuk membuang karbon dioksida (CO2) menurun terjadi
penumpukan CO2 darah. Hasilnya adalah asidosis pernapasan, yang merangsang
pusat pernapasan di otak untuk meningkatkan frekuensi napas dalam upaya
menormalkan pH darah. Kontras dengan bradipnea.Ronchi bunyi gaduh yang
dalam, terdengar selama ekspirasi, penyebab gerakan udara melewati jalan napas
yang menyempit akibat obstruksi napas. Obstruksi sumbatan akibat sekresi,
odema, atau tumor. Contoh : suara ngorok.
Sputum cairan yang diproduksi dalam alveoli dan bronkioli. Sputum yang
memenuhi syarat pemeriksaan harus betul-betul dari trakea dan bronki bukan
berupa air ludah. Sputum dapat dibedakan dengan ludah antara lain: ludah biasa
akan membentuk gelembung-gelembung jernih di bagian atas permukaan
cairan,sedang pada sputum hal ini jarang terjadi. Secara mikroskopis ludah
akanmenunjukan gambaran sel-sel gepeng sedang pada sputum.
Jika kuman terbawa bersama makanan akan masuk ke lambung dan terjadi
peningkatan asam lambung, hal inilah yang menyebabkan mual, muntah dan
anoreksia, sehingga timbul masalah pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh. Infeksi traktus respiratorius bagian atas selama beberapa hari suhu tubuh
dapat naik secara mendadak sampai 39-40℃ dan disertai kejang karena demam
yang tinggi sehingga anak menjadi sangat gelisah.
Virus, bakteri ataupun jamur yang menjadi penyebab dari penyakit
bronkopneumonia ini masuk lalu mengiritasi saluran nafas bagian bawah sehingga
menimbulkan inflamasi dan suhu tubuh pun meningkat (hipertermi). Adanya
hipertermi tersebut menyebabkan suplai O2 dalam darah pun menurun dan terjadi
hipoksia. Persediaan O2 dalam darah yang semakin menurun, akan menyebabkan
fatique sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Selain masuk menuju saluran
nafas bawah, kuman juga menuju ke saluran cerna sehingga terjadi infeksi.
Adanya infeksi tersebut menyebabkan flora normal usus dan gerak peristaltiknya

8
meningkat, karena hal tersebut membuat terjadinya malabsorpsi sehingga
menyebabkan frekuensi BAB bertambah per harinya.
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian
atas selama beberapa hari. Suhu dapat naik secara mendadak sampai 39–40°C dan
mungkin disertai kejang karena demam yag tinggi. Anak sangat gelisah, dispneu,
pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis di
sekitar hidung dan mulut. Batuk biasanya tidak dijumpai di awal penyakit, anak
akan mendapat batuk setelah beberapa hari, dimana pada awalnya berupa batuk
kering kemudian menjadi produktif.

2.6 Komplikasi dan Prognosis Bronkopneumonia


2.6.1 Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada anak yang mengalami bronkopneumonia
terjadi akibat tidak dilakukan pengobatan secara segera. Komplikasi yang
kemungkinan terjadi diantaranya sebagai berikut:
1. Otitis media
Terjadi apabila anak yang mengalami bronkopnemonia tidak segera
diobati sehingga jumlah sputum menjadi berlebih dan akan masuk ke
dalam tuba eustaci sehingga menghalangi masuknya udara ke telinga
tengah.
2. Bronkiektase
Hal ini terjadi akibat bronkus mengalami kerusakan dan timbul
fibrosis juga terdapat pelebaran bronkus akibat tumpukan nanah.
3. Abses Paru
Rongga bronkus terlalu banyak cairan akibat dari infeksi bakteri
dalam paru – paru.
4. Empiema
Anak yang mengalami bronkopneumonia, paru – parunya mengalami
infeksi akibat bakteri maupun virus sehingga rongga pleuranya berisi
nanah.

9
2.6.2 Prognosis
Prognosis dari penyakit bronkopneumonia yaitu dapat sembuh total,
mortalitas kurang dari 1 %, mortalitas bisa lebih tinggi didapatkan pada anak-
anak dengan keadaan malnutrisi energi-protein dan datang terlambat untuk
pengobatan.Interaksi sinergis antara malnutrisi dan infeksi sudah lama
diketahui. Infeksi berat dapat memperjelek keadaan melalui asupan makanan
dan peningkatan hilangnya zat-zat gizi esensial tubuh. Sebaliknya malnutrisi
ringan memberikan pengaruh negatif pada daya tahan tubuh terhadap infeksi.
Kedua-duanya bekerja sinergis, maka malnutrisi bersama-sama dengan
infeksi memberi dampak negatif yang lebih besar dibandingkan dengan
dampak oleh faktor infeksi dan malnutrisi apabila berdiri sendiri.

1.6 Penatalaksanaan
Terapi dan Tindakan medis
Sebaiknya pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi
tetapi hal ini tidak dapat selalu dilakukan dan memakan waktu yang cukup
lama, maka dalam praktek diberikan pengobatan polifarmasi maka yang
biasanya diberikan:
a. Penisilin 50.000 U/kgBB/hari,ditambah dengan kloramfenikol 50-70
mg/kgBB/hari atau diberikan antibiotik yang mempunyai spektrum luas
seperti ampisilin. Pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam 4-5 hari.
b. Pemberian oksigen dan cairan intravena, biasanya diperlukan campuran
glukose 5% dan Nacl 0.9% dalam perbandingan 3:1 ditambah larutan KCL
10 mEq/500 ml/botol infus.
c. Karena sebagian besar pasien jatuh kedalam asidosis metabolik akibat
kurang makan dapat diberikan koreksi sesuai denagn hasil analisa gas
darah arteri.
d. Pasien bronkopnemonia ringan tidak usah dirawat dirumah sakit.

1.7 PencegahanBronkopneumonia
Penyakit bronkopneumonia dapat dicegah dengan cara:

10
1. Mengobati secara dini penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan
terjadinya bronkopneumonia
2. Menghindari kontak dengan penderita penyakit bronkopneumonia
3. Meningkatkan sistem imun terhadap berbagai penyakit saluran nafas
seperti:
a. pola hidup sehat dengan cara makan makanan yang bergizi dan
teratur,menjaga kebersihan, beristirahat yang cukup, serta rajin
berolahraga
b. melakukan vaksinasi seperti: Vaksinasi Pneumokokus, Vaksinasi
H. Influenza, Vaksinasi Varisela yang dianjurkan pada anak
utamanya anak dengan daya tahan tubuh yang rendah, vaksin
influenza yang diberikan pada anak sebelum anak sakit.

1.8 Pemeriksaan Penunjang


1. Foto polos : digunakan untuk melihat adanya infeksi di paru dan
statuspulmoner
2. Nilai analisa gas darah: untuk mengetahui status kardiopulmoner yang
berhubungan dengan oksigenasi
3. Hitung darah lengkap dan hitung jenis: digunakan untuk menetapkan
adanya anemia, infeksi dan proses inflamasi
4. Pewarnaan gram: untuk seleksi awal anti mikroba
5. Tes kulit untuk tuberkulin: untuk mengesampingkan kemungkinan
terjadi tuberkulosis jika anak tidak berespon terhadap pengobatan
6. Jumlah lekosit: terjadi lekositosis pada pneumonia bacterial. Menurut
Ngastiyah; 1997; 41, pemeriksaan laborat didapatkan leukosit meningkat
mencapai 15.00-40.000/cm3, urine biasanya lebih tua dan terdapat
albuminuria ringan dan pada analisa gas darah tepi menunjukkan
asidosis metabolic dengan atau beberapa lobus
7. Tes fungsi paru: digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru, menetapkan
luas dan beratnya penyakit dan membantu memperbaiki keadaan
8. Spirometri statik digunakan untuk mengkaji jumlah udara yang
diinspirasi

11
9. Kultur darah spesimen darah untuk menetapkan agen penyebab seperti
virus

12
BAB 3. PATHWAYS

13
BAB 4. ASUHAN KEPERAWATAN

4.1 Pengkajian
1. Identitas klien
a. Nama : An. X
b. Umur : 5 th
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Diagnosa Medis : Bronchopneumonia
e. Tanggal MRS : 18 Oktober 2015
2. Keluhan utama
Pasien mengeluh sesak nafas dan nyeri dada
3. Riwayat Penyakit
a. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengeluh nyeri bagian dada dan sesak nafas 6 hari yang lalu
sebelum masuk rumah sakit
b. Riwayat penyakit dahulu
Keluarga mengatakan bahwa dulu hanya pernah sakit panas, diare dan
typus tidak pernah sakit yang berhubungan dengan paru-paru
c. Riwayat penyakit keluarga
Keluarga mengatakan bahwa ayah dari pasien pernah menderita
penyakit IPPA.
4. Pengkajian Menurut 11 Pola Gordon
1. Persepsi Kesehatan :-
2. Nutrisi/ Metabolik :
Pasien mengatakan tidak enak makan karena pasien selalu merasakan
nyeri dada disertai sputum.
Pasien tampak kurus dan lemas
Pasien mengalami demam dan suhu tubuh pasien 39-400C
3. Eliminasi :
Pasien mengalami diare
4. Aktivitas/ Latihan :

14
Pasien hanya dapat berbaring di tempat tidur karena mudah lelah saat
melakukan aktivitas
5. Kognitif/ Perseptual :
Pasien menunjukkan skala nyeri pada dadanya yaitu skala ke-4
Pasien sering menangis karena rasa tidak nyaman pada dadanya yang nyeri
6. Istirahat/ Tidur :
Keluarga mengatakan bahwa pasien sering terbangun apabila tidur karena
sesak nafas
Pasien selalu menangis saat malam karena nyeri dada dan batuk-batuk
Pasien tampak letih
7. Persepsi Diri :-
8. Peran/ Hubungan :-
9. Seksualitas :-
10. Koping :
Keluarga pasien mencoba mengalihkan rasa nyeri yang dirasakan pasien
dengan cara memainkan boneka
11. Nilai/ Keyakinan :-
5. Pemeriksaan Umum
Pasien tampak menangis sambil memegangi dada dan sesak nafas,
pasien lemah dan gelisah, suhu tubuh 39-400C, takikardia dan takipneu .
6. Pemeriksaan Penunjang
a) Foto rontgen : ditemukan adanya infeksi di paru dan statuspulmoner
b) Nilai analisa gas darah: analisa gas darah tepi menunjukkan asidosis
metabolic
c) Jumlah lekosit: leukosit meningkat mencapai 30.000/cm3, urine
berwarna kuning tua dan terdapat albuminuria ringan
d) Kultur darah: terdapat virus penyebab bronchopneumonia

4.2 Diagnosa
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi sekret
di bronkus dan batuk efektif ditandai dengan DO dan DS
2. Gangguan pertukaran gas b.d gangguan difusi ditandai dengan DO dan DS

15
3. Nutrisi kurang dari tubuh b.d intake tubuh menurun ditandai dengan DO dan
DS
4. Kekurangan volume cairan b.d frekuensi BAB per hari meningkat ditandai
dengan DO dan DS
5. Nyeri dada berhubungan dengan peradangan pada bronkus ditandai dengan
DO dan DS
6. Gangguan Pola tidur berhubungan dengan sesak nafas ditandai dengan DO
dan DS
7. Pola nafas tidak efektif b.d penurunan kemampuan mengambil oksigen
ditandai dengan DO dan DS

4.3 Intervensi

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


Keperawatan Hasil

1 Ketidakefektifan Tujuan: Airway suction


bersihan jalan Setelah perawatan a. Pastikan kebutuhan oral / tracheal
nafas b.d dilakukan 3x sehari suctioning
akumulasi gangguan bersihan jalan b. Auskultasi suara nafas sebelum dan
sekret di nafas dapat teratasi sesudah suctioning.
bronkus dan c. Informasikan pada klien dan keluarga
batuk produktif Kriteria Hasil : tentang suctioning
a. Mendemonstrasikan d. Minta klien nafas dalam sebelum
batuk efektif dan suara suction dilakukan.
nafas yang bersih, tidak e. Berikan O2 dengan menggunakan
ada sianosis dan nasal untuk memfasilitasi suksion
dyspneu (mampu nasotrakeal
mengeluarkan sputum, f. Gunakan alat yang steril sitiap
mampu bernafas dengan melakukan tindakan
mudah, tidak ada pursed g. Anjurkan pasien untuk istirahat dan
lips) napas dalam setelah kateter
b. Menunjukkan jalan dikeluarkan dari nasotrakeal
nafas yang paten (klien h. Monitor status oksigen pasien
tidak merasa tercekik, i. Ajarkan keluarga bagaimana cara
irama nafas, frekuensi melakukan suksion
pernafasan dalam j. Hentikan suksion dan berikan oksigen
rentang normal, tidak apabila pasien menunjukkan
ada suara nafas bradikardi, peningkatan saturasi O2,
abnormal) dll.
c. Mampu Airway Management
mengidentifikasikan a. Buka jalan nafas, gunakan teknik chin
dan mencegah factor lift bila perlu
yang dapat menghambat b. Posisikan pasien untuk
jalan nafas memaksimalkan ventilasi
c. Identifikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan nafas buatan

16
d. Pasang mayo bila perlu
e. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
f. Keluarkan sekret dengan batuk atau
suction
g. Auskultasi suara nafas, catat adanya
suara tambahan
h. Lakukan suction pada mayo
i. Berikan bronkodilator bila perlu
j. Berikan pelembab udara Kassa basah
NaCl Lembab
k. Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan keseimbangan.
l. Monitor respirasi dan status O2

2 Gangguan Tujuan : Airway Management


pertukaran gas Setelah dilakukan a. Buka jalan nafas, gunakan teknik chin
b.d suplai perawatan 3x sehari lift bila perlu
oksigen dalam gangguan pertukaran gas b. Posisikan pasien untuk
darah menurun dapat teratasi memaksimalkan ventilasi
Kriteria Hasil : c. Identifikasi pasien perlunya
a. Mendemonstrasikan pemasangan alat jalan nafas buatan
batuk efektif dan suara d. Pasang mayo bila perlu
nafas yang bersih, tidak e. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
ada sianosis dan f. Keluarkan sekret dengan batuk atau
dyspneu (mampu suction
mengeluarkan sputum, g. Auskultasi suara nafas, catat dan suara
mampu bernafas dengan tambahan
mudah, tidak ada pursed h. Lakukan suction pada mayo
lips) i. Berikan bronkodilator bila perlu
b. Menunjukkan jalan j. Berikan pelembab udara Kassa basah
nafas yang paten (klien NaCl Lembab
tidak merasa tercekik, k. Atur intake untuk cairan
irama nafas, frekuensi mengoptimalkan keseimbangan.
pernafasan dalam l. Monitor respirasi dan status O2
rentang normal, tidak Terapi Oksigen
ada suara nafas a. Bersihkan mulut, hidung dan secret
abnormal) trakea
c. Tanda Tanda vital b. Pertahankan jalan nafas yang paten
dalam rentang normal c. Atur peralatan oksigenasi
(tekanan darah, nadi, d. Monitor aliran oksigen
pernafasan) e. Pertahankan posisi pasien
f. Onservasi adanya tanda tanda
hipoventilasi
g. Monitor adanya kecemasan pasien
terhadap oksigenasi
Vital sign Monitoring
a. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
b. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
c. Monitor VS saat pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
d. Auskultasi TD pada kedualengan dan
bandingkan
e. Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
selama, dan setelah aktivitas
f. Monitor kualitas dari nadi
g. Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
h. Monitor suara paru

17
i. Monitor pola pernapasan abnormal
j. Monitor suhu, warna, dan kelembaban
kulit
k. Monitor sianosis perifer
l. Monitor adanya cushing triad (tekanan
nadi yang melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
m. Identifikasi penyebab dari perubahan
vital sign

• 3. Nutrisi kurang Tujuan: Nutrition Management


dari tubuh b.d Setelah perawatan yang a. Kaji adanya alergi makanan
intake tubuh dilakukan 3x sehari b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menurun gangguan menentukan jumlah kalori dan nutrisi
ketidakseimbangan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
dapat teratasi c. Anjurkan pasien untuk meningkatkan
Kriteria Hasil : intake Fe
a. Adanya peningkatan d. Anjurkan pasien untuk meningkatkan
berat badan sesuai protein dan vitamin C
dengan tujuan e. Berikan substansi gula
b. Berat badan ideal sesuai f. Berikan makanan yang terpilih ( sudah
dengan tinggi badan dikonsultasikan dengan ahli gizi)
c. Mampu g. Ajarkan pasien bagaimana membuat
mengidentifikasi catatan makanan harian.
kebutuhan nutrisi h. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
d. Tidak ada tanda tanda kalori
malnutrisi i. Berikan informasi tentang kebutuhan
a. Tidak terjadi penurunan nutrisi
berat badan yang berarti j. Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan

Nutrition Monitoring
a. BB pasien dalam batas normal
b. Monitor adanya penurunan berat
badan
c. Monitor tipe dan jumlahaktivitas yang
biasadilakukan
d. Monitor interaksi anak atau orangtua
selama makan
e. Monitor lingkungan selama makan
f. Jadwalkan pengobatan dan tindakan
tidak selama jam makan
g. Monitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi
h. Monitor turgor kulit
i. Monitor kekeringan, rambut kusam,
dan mudah patah
j. Monitor mual dan muntah
k. Monitor kadar albumin, total protein,
Hb, dan kadar Ht
l. Monitor makanan kesukaan
m. Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
n. Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
o. Monitor kalori dan intake nuntrisi
p. Catatadanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan cavitas

18
oral.
q. Catat jika lidah berwarna magenta,
scarlet

• 4. Kekurangan Tujuan: a.Kaji adanya tanda dehidrasi


volume cairan Setelah dilakukan b.Jaga kelancaran aliran infus
b.d frekuensi perawatan selama 3x sehari c.Periksa adanya tromboplebitis
BAB per hari gangguan pada d.Pantau tanda vital tiap 6 jam
meningkat ketidakseimbangan e.Lakukan kompres dingin jika terdapat
elektrolit teratasi hipertermia suhu diatas 38 C
f.Pantau balance cairan
Kriteria Hasil : g.Monitor turgor kulit
a. Adanya peningkatan
berat badan sesuai
dengan tujuan
b. Volume cairan
normal
c. Pengeluaran BAB
normal (tidak terjadi
peningkatan)
d. Tidak ada tanda
dehidrasi
e. Suhu tubuh normal
36,5-37 0C
f. Kelopak mata tidak
cekung
g. Turgor kulit baik
h. Akral hangat

5. Nyeri dada b.d Tujuan: a. Monitor perubahan skala nyeri yang


peradangan Setelah dilakukan ditunjukkan oleh pasien
pada bronkus perawatan 3x sehari nyeri b. Ajarkan pasien teknik manajemen
dada dapat teratasi nyeri (nonfarmakologi)
Kriteria Hasil: c. Kolaborasi pemberian obat analgesik
a. Mampu mengontrol dengan dokter
nyeri d. Observasi reaksi nonverbal dari
b. Tidak sering ketidaknyamanan
memegangi dadanya
c. Melaporkan bahwa
nyeri berkurang dengan
manajemen nyeri
d. Tidak mengalami
gangguan tidur
• 6.GGangguan pola Tujuan: a. jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
tidur b.d sesak Setelah dilakukan b. fasilitasi untuk mempertahankan
nafas perawatan selama 2x sehari aktivitas sebelum tidur
gangguan pola tidur dapat c. ciptakan lingkungan yang aman
teratasi d. diskusikan dengan pasien dan keluarga
Kriteria Hasil: tentang teknik tidur pasien
a. jumlah jam tidur dalam e. instruksikan untuk memonitor tidur
batas normal 6-8 jam/ hari pasien
b. pola tidur, kualitas f. monitor waktu makan dan minum
dalam batas normal dengan waktu tidur
c. perasaan segar sesudah g. monitor kebutuhan tidur pasien setiap
tidur atau istirahat hari
d. mampu mengidentifikasi
hal-hal yang meningkatkan
tidur

19
• 7. Pola nafas tidak Tujuan: a. Buka jalan nafas, gunakan teknik chin
efektif b.d Setelah dilakukan lift bila perlu
penurunan perawatan selama 3x sehari b. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
kemampuan pola nafas tidak efektif ventilasi
mengambil dapat teratasi c. Identifikasi pasien perlunya
oksigen Kriteria Hasil: pemasangan alat jalan nafas buatan
a. mendemonstrasikan d. Auskultasi suara nafas, catat dan suara
batuk efektif dan suara tambahan
nafas yang bersih serta e. Berikan bronkodilator bila perlu
tidak ada sianosis f.Atur intake untuk cairan
b. menunjukkan jalan nafas mengoptimalkan keseimbangan.
yang paten (pasien tidak g. Monitor respirasi dan status O2
tercekik)
c. TTV normal

20
4.4 Implementasi dan Evaluasi

NO Diagnosa Implementasi Evaluasi


1. Ketidakefektifan a. memasastikan S: Px mengatakan dapat bernafas
bersihan jalan nafas kebutuhan oral/tracheal dengan lega dan tidak ada sputum
b.d inflamasi suctioning lagi yang menghambat jalan
b. mengauskultasi suara
trakeobronkial nafasnya
nafas sebelum dan
pembentukan edema, sesudah suctioning. O: Px tanpa riang dan tidak lemas,
peningkatan produk c. menginformasikan pada akan tetapi apabila sputum mulai
sputum klien dan keluarga keluar pasien mulai merengek
tentang suctioning A: Gangguan ketidakefektifan
d. meminta klien nafas jalan nafas dapat teratasi sebagian
dalam sebelum suction P: Lanjutkan intervensi ke 4,7,8,10
dilakukan.
dan 16
e. memberikan O2 dengan
menggunakan nasal
untuk memfasilitasi
suksion nasotrakeal
f. menggunakan alat yang
steril sitiap melakukan
tindakan
g. menganjurkan pasien
untuk istirahat dan
napas dalam setelah
kateter dikeluarkan dari
nasotrakeal
h. memonitor status
oksigen pasien
i. mengajarkan keluarga
bagaimana cara
melakukan suksion
j. menghentikan suksion
dan berikan oksigen
apabila pasien
menunjukkan
bradikardi, peningkatan
saturasi O2, dll.
Airway Management
a. membuka jalan nafas,
gunakan teknik chin lift
bila perlu
b. memosisikan pasien
untuk memaksimalkan
ventilasi
c. mengidentifikasi pasien
perlunya pemasangan
alat jalan nafas buatan
d. memasang mayo bila
perlu
e. melakukan fisioterapi
dada jika perlu
f. mengeluarkan sekret
dengan batuk atau
suction
g. mengauskultasi suara
nafas, catat adanya

21
suara tambahan
h. melakukan suction pada
mayo
i. memberikan
bronkodilator bila perlu
j. memberikan pelembab
udara Kassa basah NaCl
Lembab
k. mengatur intake untuk
cairan mengoptimalkan
keseimbangan.
l. memonitor respirasi dan
status O2
2. Gangguan pertukaran Airway Management S: Pasien mengatakan tidak sesak
gas b.d perubahan a. membuka jalan nafas, lagi saat bernafas dan keluarga
membrane alveolus gunakan teknik chin lift pasien mengatakan bahwa An X
kapiler, gangguan bila perlu tidak berat lagi saat mengambil
b. Posisikan pasien untuk
kapasitas pembawa nafas
memaksimalkan
oksigen darah dan ventilasi O: Pasien merasa senang dan dapat
gangguan c. menidentifikasi pasien bernafas secara optimal, pasien
pengiriman oksigen perlunya pemasangan tidak merengek lagi karena sesak
alat jalan nafas buatan nafas dan TTV normal
d. memasang mayo bila A: Gangguan pertukaran gas
perlu teratasi sebagian
e. melakukan fisioterapi
P: lanjutkan intervensi 1, 2, 3
dada jika perlu
f. mengeluarkan sekret
dengan batuk atau
suction
g. mengauskultasi suara
nafas, catat dan suara
tambahan
h. melakukan suction pada
mayo
i. memberikan
bronkodilator bila perlu
j. memberikan pelembab
udara Kassa basah NaCl
Lembab
k. mengatur intake untuk
cairan mengoptimalkan
keseimbangan.
l. memonitor respirasi dan
status O2
Terapi Oksigen
a. membersihkan mulut,
hidung dan secret
trakea
b. memertahankan jalan
nafas yang paten
c. mengatur peralatan
oksigenasi
d. memonitor aliran
oksigen
e. memertahankan posisi
pasien
f. mengobservasi adanya

22
tanda tanda
hipoventilasi
g. memonitor adanya
kecemasan pasien
terhadap oksigenasi
Vital sign Monitoring
a. memonitor TD, nadi,
suhu, dan RR
b. mencatat adanya
fluktuasi tekanan
darah
c. memonitor VS saat
pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
d. mengauskultasi TD
pada kedualengan dan
bandingkan
e. memonitor TD, nadi,
RR, sebelum, selama,
dan setelah aktivitas
f. memonitor kualitas
dari nadi
g. memonitor frekuensi
dan irama pernapasan
h. memonitor suara paru
i. memonitor pola
pernapasan abnormal
j. memonitor suhu,
warna, dan
kelembaban kulit
k. memonitor sianosis
perifer
l. memonitor adanya
cushing triad (tekanan
nadi yang melebar,
bradikardi,
peningkatan sistolik)
m. mengidentifikasi
penyebab dari
perubahan vital sign

3. Ketidakseimbangan Nutrition Management S: keluarga pasien mengatakan BB


nutrisi kurang dari a. mengkaji adanya alergi pasien naik 2 kg dan sudah enak
kebutuhan tubuh b.d makanan makan
kebutuhan metabolic b. mengkolaborasi O: Pasien tampah ceria dan tidak
dengan ahli gizi untuk
sekunder terhadap lemas serta tampak lebih berisi
menentukan jumlah
demam dan proses kalori dan nutrisi yang A: ketidakseimbangan nutrisi dapat
infeksi dibutuhkan pasien. teratasi sebagian
c. menganjurkan pasien P: lanjutkan intervensi nomer 2, 3,
untuk meningkatkan 4 dan 10
intake Fe
d. menganjurkan pasien
untuk meningkatkan
protein dan vitamin C
e. memberikan substansi
gula

23
f. memberikan makanan
yang terpilih ( sudah
dikonsultasikan
dengan ahli gizi)
g. memonitor jumlah
nutrisi dan kandungan
kalori
h. memberikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
i. mengkaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring
a. memonitor BB pasien
b. memonitor adanya
penurunan berat badan
c. memonitor tipe dan
jumlahaktivitas yang
biasadilakukan
d. memonitor interaksi
anak atau orangtua
selama makan
e. memonitor lingkungan
selama makan
f. menjadwalkan
pengobatan dan
tindakan tidak selama
jam makan
g. memonitor kulit kering
dan perubahan
pigmentasi
h. memonitor turgor kulit
i. memonitor kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah
j. memonitor mual dan
muntah
k. memonitor kadar
albumin, total protein,
Hb, dan kadar Ht
l. memonitor makanan
kesukaan
m. memonitor
pertumbuhan dan
perkembangan
n. memonitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
o. memonitor kalori dan
intake nuntrisi
p. mencatat adanya
edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah
dan cavitas oral.
q. Mencatat jika lidah

24
berwarna magenta,
scarlet

4. Intoleransi aktivitas a. mengkolaborasikan S: keluarga pasien mengatakan


berhubungan dengan dengan tenaga rehabilitasi pasien sudah bisa beranjak dari
insufisiensi oksigen medis dalam tempat tidur dan berjalan
untuk aktivitas merencanakan program mengelilingi kamar
sehari-hari terapi yang tepat O: Pasien tampak riang dan
b. membantu klien untuk mampu beraktivitas yang masih
mengidentifikasi aktivitas ringan-ringan seperti berjalan
yang mampu dilakukan A: intoleransi aktivitas dapat
c. membantu untuk teratasi sebagian
memilih aktivitas P: Lanjutkan intervensi nomer
konsisten yang sesuai 1,2,3 dan 5
dengan kemampuan fisik,
psikologi dan sosial
d. membantu untuk
mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk
aktivitas yang diinginkan
e. membantu untuk
mengembangkan motivasi
dan penguatan diri
5. Risiko a.mengkaji adanya tanda S: Keluarga mengatakan suhu
ketidakseimbangan dehidrasi pasien menurun semalam dan
elektrolit b.d b.menjaga kelancaran sekarang dapat beranjak dari
perubahan kada aliran infus tempat tidur. Keluarga mengatakan
elektrolit dalam c.memeriksa adanya BAB lancar dan tidak diare
serum (diare) tromboplebitis O: suhu pasien normal
d.memantau tanda vital A: risiko ketidakseimbangan
tiap 6 jam elektrolit teratasi sebagian
e.melaakukan kompres P: lanjutkan intervensi nomer 1, 2,
dingin jika terdapat 4 ,5, 6 dan 7
hipertermia suhu diatas 38
C
f.memantau balance cairan
g. monitor turgor kulit
6. Nyeri dada b.d a. memonitor perubahan S: Pasien mengatakan sudah tidak
peradangan pada skala nyeri yang nyeri dada lagi dan sudah lancar
bronkus ditunjukkan oleh nafasnya. Keluarga pasien
pasien
mengatakan pasien sudah dapat
b. mengajarkan pasien
teknik manajemen beranjak dari tempat tidur dan
nyeri (nonfarmakologi) tidak menangis lagi
c. mengkolaborasi O: Pasien tampak ceria dan tidak
pemberian obat lemah
analgesik dengan A: Nyeri dada teratasi sebagian
dokter P: Lanjutkan intervensi nomer 1,
d. mengobservasi reaksi
2,3 dan 4
nonverbal dari
ketidaknyamanan

25
7. Gangguan Pola Tidur a.menjelaskan pentingnya S: Keluarga pasien mengatakan
tidur yang adekuat bahwa pasien sudah dapat tidur
b.menfasilitasi untuk dengan nyenyak tanpa terbangun
mempertahankan aktivitas
saat tengah malam.
sebelum tidur
c.menciptakan O: Pasien tampak segar, ceria dan
lingkungan yang aman kantung mata sedikit tidak terlihat
d. mendiskusikan dengan A: Gangguan pola tidur teratasi
pasien dan keluarga sebagian
tentang teknik tidur P: lanjutkan intervensi nomer 2, 3,
pasien 5, 6, dan 7
e. menginstruksikan
untuk memonitor tidur
pasien
f. memonitor waktu
makan dan minum
dengan waktu tidur
g. memonitor kebutuhan
tidur pasien setiap hari
8. Pola nafas tidak a.membuka jalan nafas, S: Pasien mengatakan tidak sesak
efektif b.d gerakan gunakan teknik chin lift lagi saat bernafas dan keluarga
dada tidak simetris bila perlu pasien mengatakan bahwa An X
b.memosisikan pasien
tidak berat lagi saat mengambil
untuk memaksimalkan
ventilasi nafas
c. mengidentifikasi pasien O: Pasien merasa senang dan dapat
perlunya pemasangan alat bernafas secara optimal, pasien
jalan nafas buatan tidak merengek lagi karena sesak
d.mengauskultasi suara nafas dan TTV normal
nafas, catat dan suara A: Gangguan pertukaran gas
tambahan
teratasi sebagian
e.memberikan
bronkodilator bila perlu P: lanjutkan intervensi 1, 2, 3
f.mengatur intake untuk
cairan mengoptimalkan
keseimbangan.
g. Memonitor respirasi
dan status O2

26
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Bronchopneumonia adalah infeksi yang menyebabkan paru-
paru meradang. Kantung-kantung udara dalam paru yang disebut alveoli
dipenuhinanah dan cairan sehingga kemampuan menyerap oksigen menjadi
kurang.Kekurangan oksigen membuat sel-sel tubuh tidak bisa bekerja. Gara- gara
inilah,selain penyebaran infeksi ke seluruh tubuh, penderita bronchopneumonia
bisa meninggal. Sebenarnya bronchopneumonia bukanlah penyakit tunggal.
Penyebabnya bisa bermacam-macam dan diketahui ada 30 sumber infeksi, dengan
sumber utama bakteri, virus, mikroplasma, jamur, berbagai senyawa kimia
maupun partikel.
5.2 Saran
Dari kesimpulan diatas penulis dapat sedikit memberi saran kepada
beberapa pihak untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan utamanya di Indonesia, diantaranya sebagai berikut:
a. Keluarga klien atau pasien
Keluarga klien atau pasien diharapkan dapat memberikan perawatan dalam
memenuhi kebutuhan sehari-hari anaknya yang menderita penyakit
bronkopneumonia dan mampu menjaga kebersihan lingkungan sehingga setiap
anggota keluarga yang lain dapat terhindar dari penyakit bronkopneumonia.
b. Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan mampu menguasai konsep brokopneumonia
utamanya dalam memberikan asuhan keperawatan dengan intensif pada anak
dengan bronkopneumonia dan memberikan penyuluhan pada keluarga pasien
sebagai usaha untuk mempercepat penyembuhan pasien serta mencegah
terjadinya komplikasi. Mahasiswa dapat menjalin kerja sama dengan keluarga
perawat lainnya, agar dapat melaksanakan asuhan keperawatan secara
operasional.

27
DAFTAR PUSTAKA

Behrman, dkk.2000.Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15. Jakarta: EGC


Djojodibroto, Darmanto. 2009. Respirologi (respiratory medicine). Jakarta: EGC
Grace, Pierce A dan Borley, Neil R. At a Glance Ilmu Bedah. Terjemahan
olehVidhia Umami. 2006. Jakarta: Erlangga
Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Edisi 2.
Jakarta:Salemba Medika
Hidayat, A Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan
Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
Muscari, Mary E. Panduan belajar: keperawatan pediatrik, Ed 3. Terjemahan
oleh Alfrina Hany. 2005. Jakarta: EGC
Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba Medika
Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT). Standar Perawatan
Pasien: proses keperawatan, diagnosis, dan evaluasi. Terjemahan
olehSusan Martin Tucker, et al. 1998. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume I.
Jakarta : EGC
Somantri, Irman. 2007. Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan pada
Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika
Wilkinson, Judith M. 2011. BukuSaku Diagnosis Keperawatan: diagnosis
NANDA, intervensi NIC, kriteriahasil NOC, ed 9. Jakarta: EGC
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

28

Anda mungkin juga menyukai