Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA PENYULUHAN KEJANG DEMAM DI RUANG ANAK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KAREL SADSUITUBUN LANGGUR

Disusun Oleh :

( Kelompok II )

Rissa Priskila Rahadat


Cindy Claudia Avloubun
Diar Gladis Rahadat
Elisa Martin Tabalubun
Ernestela Laling Rahanubun
Dave Loudry Palpia
Dance Renyaan

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN TUAL

2022

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan segala rahmat dan
karunia-Nya, maka penyusun dapat menyelesaikan “Satuan Acara Penyuluhan Kejang Demam di
Rumah Sakit Umum Daerah Karel Sadsuitubun Langgur.
Penyusun menyadari, bahwa “Satuan Acara Penyuluhan Kejang Demam di Rumah Sakit
Umum Daerah Karel Sadsuitubun Langgur ini, sangat jauh dari sempurna. Maka dari itu,
penyusun membutuhkan segala kritik dan saran yang membangun, agar dapat memperbaiki
makalah ini sehingga dapat menghasilkan makalah yang lebih baik dikemudian hari.

Langgur, 01 April 2022

Tim penulis

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Kejang Demam

Hari/Tanggal : Jumat, 01 April 2022

Waktu : 10.00 – 11.00 WITA

Tempat : Di Ruang Anak RSUD Karel Sadsuitubun Langgur

Penyuluh : Mahasiswa Akademik Program Studi Keperawatan Tual

Sasaran : Orang tua/keluarga Pasien


Metode : Ceramah dan Tanya Jawab

Media : Leaflet

A. Latar Belakang
Kejang demam merupakan kejang yang cukup sering dijumpai pada anak – anak
yang berusia dibawah 5 tahun, gejala – gejala yang timbul dapat bermacam – macam
tergantung dibagian otak mana yang terpengaruh, tetapi kejang demam yang terjadi pada
anak adalah kejang umum .
Faktor resiko utama yang umum menimpa anak balita usia 3 bulan sampai 5 tahun
ini adalah demam tinggi. Bisa diakibatkan oleh infeksi ekstrakranial seperti ISPA, radang
telinga, campak, cacar air. Dalam keadaan demam, kenaikan suhu tubuh sebesar 1 0C pun
bisa mengakibatkan kenaikan metabolisme basal yang mengakibatkan peningkatan
kebutuhan oksigen jaringan sebesar 10 – 15 % dan otak sebesar 20 %.
Apabila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi maka anak akan kejang. Umumnya
kejang tidak akan menimbulkan dampak sisa jika kejang tersebut berlangsung kurang dari 5
menit tetapi anak harus tetap mendapat penanganan agar tidak terjadi kejang ulang yang
biasanya lebih lama frekuensinya dari kejang pertama.
Timbulnya kejang pada anak akan menimbulkan berbagai masalah seperti resiko
cidera, resiko terjadinya aspirasi atau yang lebih fatal adalah lidah jatuh kebelakang yang
mengakibatkan obstruksi pada jalan nafas.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 45-60 menit tentang Kejang Demam diharapkan
orang tua dan keluarga pasien mengetahui tentang cara penanganan Kejang Demam.
2. Tujuan Khusus
Pada akhir pertemuan pasien dapat:
a. Menjelaskan pengertian Kejang Demam
b. Mengetahui penyebab Kejang Demam
c. Menyebutkan tanda dan gejala Kejang Demam
d. Mengetahui cara pencegahan Kejang Demam
e. Mengetahui apa yang perlu diperhatikan saat Kejang Demam
C. Metode Pelaksanaan
Ceramah dan tanya jawab

D. Sasaran dan Target


Orang tua/keluarga

E. Tahap Kegiatan Penyuluhan

No Tahap Waktu Kegiatan


Penyuluh Peserta
1. Pembukaan 5 menit 1. Memberi salam 1. Menjawab salam
2. Memperkenalkan diri 2. Memperhatikan

3. Menjelaskan tujuan
Penyuluhan
4. Membuat kontrak waktu
2. Proses 35 Menit Isi Materi Penyuluhan:
1. Pengertian Kejang
Demam 1. Memperhatikan
2. Penyebab Kejang penjelasan
Demam 2. Mencatat hal-hal
3. Tanda dan gejala Kejang yang penting
Demam
4. Cara Pencegahan
Kejang Demam
3 Evaluasi 15 menit 1. Memberikan 1. Menjelaskan
kesempatan kepada tanda dan bahaya
pasien untuk bertanya
dalam kehamilan
2. Memberikan pertanyaan
secara lisan kepada 2. Menyebutkan
pasien cara mencegah
atau
mengantisipasi
3. Penutup 5 menit 1. Mahasiswa memberikan 1. Menjawab
leaflet ke pasien ucapan terima
2. Mahasiswa kasih
mengucapkan 2. Menjawab salam
terimakasih atas segala
perhatian pasien
3. Mengucapkan salam
penutup

F. Pengorganisasian Kelompok
1. Moderator : Junita Rahakratat
2. Presentator : Jenifer Claudia Ohoiwirin
3. Observer : Lisa Saskia Sedubun

Aprilia Safitri

4. Fasilitator : Jamaludin Rahawarin


Indrayani Rahayaan
Kristivora Renyaan

G. Deskripsi Peran
1) Moderator :
a. Membuka kegiatan dengan mengucapkan salam.
b. Memperkenalkan diri.
c. Menjelalaskan tujuan dari penyuluhan.
d. Menyampaikan kontrak waktu.
e. Menyebutkan materi yang akan diberikan.
f. Memimpin jalannya penyuluhan.
g. Menuliskan pertanyaan yang diajukan peserta penyuluhan.
h. Menjadi penengah komunikasi antara peserta dan pemberi materi.
i. Mengatur waktu penyuluhan.
j. Memberikan pertanyaan kepada peserta penyuluhan
2) Presentator
a. Menggali pengetahuan peserta penyuluhan tentang pengertian alat kontrasepsi.
b. Menjelaskan materi mengenai penggunaan alat kontrasepsi.
c. Menjawab pertanyaan peserta penyuluhan.
3) Fasilitator
a. Menyiapkan tempat dan media sebelum mulai.
b. Mengatur teknik acara sebelum penyuluhan.
c. Memotivasi orang tua dan keluarga untuk mengajukan pertanyaan saat moderator
memberikan kesempatan bertanya.
d. Meminta peserta untuk mengisi absensi diawal penyuluhan.
e. Membagikan leaflet kepada peserta diakhir penyuluhan.
4) Observer
a. Mengobservasi jalannya proses kegiatan sebagai bahan evaluasi
b. Mencatat jalannya kegiatan penyuluhan.
c. Memberikan penjelasan kepada pembimbing tentang evaluasi hasil penyuluhan.
d. Membantu pembicara menjawab pertanyaan dari peserta.

H. Setting Tempat

Keterangan
: Pasien
: CI Akademik atau CI Lahan
Moderator
: Presetator
: Observer
: Fasilitator

MATERI PENYULUHAN

1. Pengertian (Definisi)
Kejang demam adalah serangan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh suhu
rektal di atas 38°C. (Riyadi dan Sujono, 2009).
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(Suhu mencapai > 38oC). Kejang demam dapat terjadi karena proses intrakranial maupun
ekstrakranial. kejang demam terjadi pada 2-4% populasi anak berumur 6 bulan sampai
dengan 5 tahun. paling sering pada anak usia 17 bulan sampai 23 bulan (Nurarif & Kusuma,
2015).
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kejang demam merupakan
bangkitan kejang yang terjadi karena peningkatan suhu tubuh sebagai akibat proses
ekstrakranium (pajanan dari suatu penyakit yang dicirikan dengan demam tinggi dimana
suhunya berkisar antara 38,9o − 40,0oC) namun tanpa adanya tanda-tanda infeksi intrakranial
atau penyebab yang jelas.
Kejang demam ini lebih sering terjadi pada anak usia 6 bulan – 5 tahun, dengan
lama kejang kurang dari 15 menit dapat bersifat umum dan dapat terjadi 16 jam setelah
timbulnya demam. Kejang demam juga berarti kenaikan suhu tubuh yang menyebabkan
perubahan fungsi otak akibat perubahan potensial listrik serebral yang berlebihan sehingga
mengakibatkan renjatan berupa kejang.

2. Penyebab (Etiologi)
Kejang demam terjadi karena aktivitas listrik di otak terganggu oleh suhu tubuh yang tinggi.
Kejang demam dapat merupakan tanda pertama penyakit. Sekalipun demam bukanlah satu-
satunya penyebab timbulnya kejang, namun kejang yang disebabkan oleh demam atau
kejang demam penyebab utamanya adalah demam akibat infeksi virus.

– Faktor keturunan
– Batuk pilek
– Radang tenggorokan
– Infeksi telinga
– Trauma saat lahir
– Trauma kepala
– Infeksi atau radang otak
– Tumor otak
– Perdarahan otak
– Kelainan bawaan pada otak atau susunan syaraf pusat
– Gangguan metabolism dan elektrolit
– Reaksi alergi
– Keracunan obat atau bahan kimia

3. Tanda dan gejala Kejang Demam

a. Demam (terutama demam tinggi atau kenaikan suhu tubuh yang tejradi secara tiba-tiba).
b. Pingsan yang berlangsung selama 30 detik-5 menit (hampir selalu terjadi pada anak-anak
yang mengalami kejang demam).
c. Postur tonik (kontraksi dan kekakuan otot menyeluruh yang biasanya berlangsung selama
10-20 detik).
d. Gerakan klonik (kontraksi dan relaksasi otot yang kuat dan berirama, biasanya
berlangsung selama 1-2 menit).
e. Lidah atau pipinya tergigit dan gigi atau rahangnya terkatup rapat
f. Inkontinensia (mengompol)
g. Gangguan pernafasan: Apneu (henti nafas).
h. Kulitnya kebiruan

Setelah mengalami kejang, biasanya:

a. Akan kembali sadar dalam waktu beberapa menit atau tertidur selama 1 jam atau lebih.
b. Terjadi amnesia (tidak ingat apa yang telah terjadi)-sakit kepala
c. Mengantuk
d. Linglung (sementara dan sifatnya ringan)

4. Klasifikasi Kejang Demam

a. Kejang Parsial (Fokal, Lokal)


1) Kejang Parsial Sederhana: Kesadaran tidak terganggu, dapat meliputi satu atau kombinasi
dari hal-hal berikut :
a) Tanda motorik – kedutan pada wajah, tangan, atau suatu bagian tubuh, biasanya
gerakan yang sama terjadi pada setiap kejang, dan dapat menjadi merata.
b) Tanda dan gejala otomatis – muntah, berkeringat, wajah merah, dilatasi pupil.
c) Gejala-gejala somatosensori atau sensori khusus – mendengar suara musaik, merasa
jatuh dalam suatu ruang, parestesia.
d) Gejala-gejala fisik – déjă vu (sepertiga siaga), ketakutan, penglihatan panoramik.

2) Kejang Parsial Kompleks


a) Gangguan kesadaran, walaupun kejang dapat dimulai sebagai suatu kejang parsial
sederhana.
b) Dapat melibatkan gerakan otomatisme atau otomatis – bibir mengecap, mengunyah,
mengorek berulang, atau gerakan tangan lainnya.
c) Dapat tanpa otomatisme – tatapan terpaku.
b. Kejang Menyeluruh (Konvulsif atau Nonkonvulsif)
1) Kejang Lena : Gangguan kesadaran dan keresponsifan.
a) Dicirikan dengan tatapan terpaku yang biasanya berakhir kurang dari 15 detik.
b) Awitan dan akhir yang mendadak, setelah anak sadar dan mempunyai perhatian
penuh.
c) Biasanya dimulai antara usia 4 dan 14 tahun dan sering hilang pada usia 18 tahun.
2) Kejang Mioklonik
a) Hentakan otot atau kelompok otot yang mendadak dan involunter.
b) Sering terlihat pada orang sehat saat mulai tidur, tetapi bila patologis melibatkan
hentakan leher, bahu, lengan atas, dan tungkai secara sinkron.
c) Biasanya berakhir kurang dari 5 detik dan terjadi berkelompok.
d) Biasanya tidak ada atau hanya terjadi perubahan tingkat kesadaran singkat.
3) Kejang Tonik-klonik (grand mal)
a) Dimulai dengan kehilangan kesadaran dan bagian tonik, kaku otot ekstremitas,
tubuh, dan wajah secara keseluruhan yang berakhir kurang dari satu menit.
b) Kemungkinan kehilangan kendali kandung kemih dan usus.
c) Tidak ada respirasi dan sianosis.
d) Bagian tonik yang diikuti dengan gerakan klonik ekstremitas atas dan bawah.
e) Letargi, konfusi, dan tidur pada fase postictal.
4) Kejang Atonik
a) Kehilangan tonus tiba-tiba yang dapat mengakibatkan turunnya kelopak mata,
kepala terkulai, atau orang tersebut jatuh ke tanah.
b) Singkat dan terjadi tanpa peringatan.

5) Status Epileptikus
a) Biasanya kejang tonik-klonik, menyeluruh yang berulang.
b) Kesadaran antara kejang tidak didapat.
c) Potensial depresi pernapasan, hipotensi, dan hipoksia.
d) Memerlukan penanganan medis darurat segera

5. Bahaya Kejang Demam :


a) Kejang berulang
b) Retardasi mental (keterbelakangan mental/kecerdasan di bawah rata-rata)
c) Palsi cerebralis (gangguan saraf disebabkan oleh kerusakan/perkembangan yang tidak
normal pada bagian otak/ terjadi cacat motorik)
d) Epilepsi (gangguan system saraf pusat akibat pola aktivitas listrik otak yang tidak
normal)
e) Hemiparesis (bagian tubuh yang mengalami kelemahan namun tidak sepenuhnya
lumpuh)

6. Cara pencegahan Kejang Demam


a) Memberi anak banyak minum
b) Memberikan kompres pada anak dengan air hangat pada (dahi/ketiak/lipatan siku)
selama 10-15 menit.
c) Memberikan pakaian atau selimut yang tipis dan longgar
d) Memberikan obat penurun panas (antipiretik), seperti: Paracetamol atau ibuprofen
e) Memberikan obat anti kejang (antikonvulsan), seperti: diazepam (>38°C)

7. Cara Penanganan di Rumah :


a) Tetap tenang dan tidak panik
b) Kendorkan pakaian yang ketat, terutama sekitar leher
c) Miringkan posisi anak
d) Jangan memasukkan apapun ke dalam mulut anak
e) Bersihkan muntahan/lendir di mulut/hidung anak
f) Kompres anak dengan air hangat terutama pada daerah kepala, leher, dada, kedua ketiak
dan lipat paha kanan kiri. Dan segera
g) Bawa ke dokter/rumah sakit/instansi kesehatan terdekat/tenaga kesehatan terdekat
apabila kejang berlansung lebih dari 5 menit.

8. Cara penanganan Kejang Demam di Rumah Sakit


Kejang *Berikan diazepam rectal: 5 mg untuk BB < 10 kg

10 mg untuk BB > 10 kg atau iv: 0,3-0,5 mg/kgBB/kali

tunggu 5 menit, berikan oksigen.


Masih kejang * berikan diazepam rectal / iv, dosis sama, tunggu 5 menit

* oksigenasi adekuat 1 lt/menit

*berikan cairan intravena (D5, ¼ S; D5, ½ S atau RL)

Masih kejang

 Berikan fenitoin/difenilhidramin loading, iv dosis 10-15


mg/kgBB maksimal 200mg, tunggu sampai 20 menit.

Masih kejang: Kejang berhenti, rumatan:

 Masuk ICU-aneatesi umum. Fenitoin 5 – 8 mg/Kg

 Dormikum iv dosis Fenobalbital 4-5 mg/kgBB

 Fenitoin drip dengan dosis 15 mg/kgBB/24 jam.

a) Membebaskan jalan nafas, oksigenasi secukupnya


b) Menurunkan panas bila demam atau hipereaksi dengan kompres seluruh tubuh dan
bila telah menunjukkan dapat diberikan paracetamol 10 mg/kgBB/kali kombinasi
diazepam oral 0,3 mg/kgBB.
c) Memberikan cairan yang cukup bila kejang berlangsung cukup lama (> 10 menit)
dengan intravena D5 1/4S, D5 1/2S, RL.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth (2002), Buku Ajar Penyakit Dalam Keperawatan Medikal Bedah,
volume 2, Jilid I, Edisi ke 3. Jakarta: EGC
Masriadi, (2017). Epidemiologi Penyakit Menular. Depok: Penerbit PT Rajagrafindo
Persada
Ariani, Tutu April. 2012. Sistem Neurobehavior. Jakarta : Salemba Medika
Betz, Cecily Lynn. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatrik Ed. 5. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai