Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN SATUAN ACARA PENYULUHAN

KEPERAWATAN ANAK DENGAN DEMAM KEJANG

DI POLI ANAK RSD DR. SOEBANDI JEMBER

OLEH:
KELOMPOK 3

ETIK MAULIDATI 152311101306


TEGUH CHRIST WARDHANI 152311101345
DEVIS YULIA ROHMANA 152311101276
AHMAD RIDWAN JAILANI 142311101163

PROGRAM PROFESI NERS


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Demam Kejang pada Anak


Sub Pokok Bahasan : Mencegah dan Menangani Kejang Demam
Sasaran : Pengunjung Poli Anak
Hari / Tanggal : Kamis, 03 Agustus 2017
Waktu : 08.00 08.30 WIB
Tempat : Ruangan Poli Anak RSD Dr. Soebandi Jember
Penyuluh : Mahasiswa PSIK Universitas Jember

1. LATAR BELAKANG

Angka kematian balita di dunia mengalami penurunan cukup signifikan dalam 10


tahun terakhir termasuk di beberapa negara miskin. Meski demikian, target Millenium
Development Goals yang harus dicapai tahun 2015 diperkirakan masih jauh. Badan WHO
yang mengurusi anak-anak, Unicef mengungkap pada tahun 2010 tercatat jumlah kematian
anak di bawah usia 5 tahun (balita) sebanyak 7,6 juta. Angka ini jauh lebih rendah
dibandingkan angka tahun 1990, yaitu sekitar 12.000 kasus/hari dibandingkan 10 tahun silam.
Sementara jika dibandingkan dengan angka kelahiran, angka kematian balita berkurang dari
88 kasus menjadi 57 kasus tiap 100.000 kelahiran hidup mencapai 12 juta kematian.
Beberapa negara memang masih mencatat angka kematian yang cukup tinggi, bahkan hampir
50 persen dari angka kematian balita di seluruh dunia terkonsentrasi di 5 negara. Kelima
negara tersebut adalah India, Nigeria, Kongo, Pakistan dan China (WHO, 2011).

Menurut data tahun 2008 di Indonesia, angka kematian balita adalah sebesar 44 per
1000 kelahiran hidup, atau ada lebih dari 200.000 balita Indonesia yang meninggal setiap
tahunnya. Sedangkan di Malaysia, dengan angka kematian balita sebesar 6.1 kematian per
1000 kelahiran hidup, ada 3.694 kematian balita, jauh lebih sedikit dari pada Indonesia.
Sementara di Filipina, yang juga merupakan negara kepulauan dengan penduduk yang besar,
ada sekitar 85.400 kematian balita, tidak sampai setengah dari angka kematian di Indonesia.
Angka kematian bayi di bawah usia 1 tahun (Angka Kematian Bayi) di Indonesia adalah
sebesar 34 kematian per 1000 kelahiran hidup. Dengan kata lain, ada sekitar 157.000
kematian anak setiap tahunnya. Dibandingkan dengan negara Asia Tenggara lainnya, angka
ini jauh lebih dari Malaysia (3.633 kematian anak per tahun) dan dari Filipina (67.092
kematian anak per tahun). Penyebab kematian utama anak balita adalah : Diare, Pneumonia,
Malaria (di daerah Endemis Malaria),Campak (The Lancet, 2007).

UNICEF telah memainkan peranan yang besar dalam memperingatkan dunia


mengenai beban yang sangat berat akibat penyakit dan kematian yang dialami oleh anak-anak
di dunia. Bagaimanapun, dalam beberapa dekade penanganan masalah ini diperkirakan
bahwa di seluruh dunia 12 juta anak mati setiap tahunnya akibat penyakit atau malnutrisi dan
paling sering gejala awalnya demam (Anderson, 2007).
2. TUJUAN

Tujuan Umum

Setelah dilakukan penyuluhan ini, diharapkan kepada setiap orangtua dapat mengerti
dan memahami tentang kejang demam pada anak.

Tujuan Khusus

Setelah mengikuti penyuluhan, pengunjung poli anak RSUD Dr. Soebandi Jember
dapat mengetahui dan memahami tentang :

1. Menjelaskan pengertian demam kejang


2. Menjelaskan penyebab kejang demam
3. Menjelaskan klasifikasi kejang demam
4. Menjelaskan manifestasi klinis /tanda gejala
5. Menjelaskan prognosis
6. Menjelaskan penatalaksanaan

3. MEDIA PENYULUHAN
1. LCD
2. Leaf leat

4. METODE PENYULUHAN
1. Ceramah
2. Tanya jawab

5. PENGORGANISASIAN

Moderator : TEGUH CHRIST W


Penyaji : DEVIS YULIA R
Observer : ETIK MAULIDATI
Fasilitator : AHMAD RIDWAN JAILANI

Pembagian tugas :

1. Peran Moderator

Menutup dan memulai acara


Memperkenalkan diri
Menetapkan tata tertib acara penyuluhan
Menjaga kelancaran acara
Memimpin diskusi

2. Peran Penyaji

Menyajikan materi penyuluhan


Bersama fasilitator menjalin kerjasama dalam acara penyuluhan
Menjawab pertanyaan audiens

3. Peran Observer

Mengamati jalannya kegiatan


Mengevaluasi kegiatan
Mencatat prilaku verbal dan non verbal serta kegiatan

4. Peran fasilitator

Memotivasi peserta kegiatan dalam bertanya


Bekerjasama dengan penyaji dalam menampilkan Bahan penyuluhan
Membagikan leaf leat

6. KEGIATAN PENYULUHAN
Tindakan
Proses Waktu
Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta
Pendahuluan 1. Salam pembuka Memperhatikan 3 menit
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan
umum dan tujuan khusus
Penyajian 1. Menjelaskan materi Memperhatikan, menanggapi 15 menit
tentang: dengan pertanyaan
a.Pegertian, penyebab,
tanda gejala, serta
penatalaksanaan kejang
demam
b.Mendemonstrasikan
teknik kompres
2. Memberikan
kesempatan kepada
peserta untuk bertanya
3. Menjawab pertanyaan
4. Memberikan
kesempatan kepada
peserta untuk
menjelaskan kembali
materi yang sudah
disampaikan
Penutup 1. Menyimpulkan materi Memperhatikan dan 2 menit
yang telah diberikan menanggapi
2. Mengevaluasi hasil
pendidikan kesehatan
3. Memberikan leaflet
tentang kejang demam
4. Salam penutup

7. EVALUASI

Evaluasi dilaksanakan selama proses dan pada akhir kegiatan penyuluhan


dengan memberikan pertanyaan secara lisan sebagai berikut :

1. Menjelaskan dan menyebutkan pengertian demam kejang


2. Menyebutkan penyebab kejang demam
3. Menjelaskan klasifikasi kejang demam
4. Menjelaskan manifestasi klinis /tanda gejala demam kejang
5. Menjelaskan prognosis demam kejang
6. Menjelaskan penatalaksanaan demam kejang

1. Evaluasi struktur
1. Menyiapkan SAP
2. Menyiapkan materi dan media
3. Kontrak waktu dan sasaran
4. Menyiapkan tempat
5. Menyiapkan pertanyaan

2. Evaluasi proses
1. Sasaran memperhatikan dan mendengarkan selama penyuluhan berlansung
2. Sasaran aktif bertanya bila ada hal yang belum dimengerti
3. Sasaran memberi jawaban atas pertanyaan pemberi materi
4. Sasaran tidak meninggalkan tempat selama penyuluhan berlansung
5. Tanya jawab berjalan dengan baik

3. Evaluasi Hasil

1. Penyuluhan dikatakan berhasil apabila sasaran mampu menjawab


pertanyaan 80% lebih dengan benar
2. Penyuluhan dikatakan cukup berhasil/ cukup baik apabila sasaran mampu
menjawab pertanyaan antara 50-80% dengan benar
3. Penyuluhan dikatakan kurang berhasil / tidak baik apabila sasaran hanya
mampu menjawab kurang dari 50% dengan benar

MATERI PENYULUHAN

DEMAM KEJANG PADA ANAK

1.PENGERTIAN

Kejang demam merupakan kejang yang cukup sering dijumpai pada anakanak yang
berusia dibawah 5 tahun, gejalagejala yang timbul dapat bermacammacam tergantung
dibagian otak mana yang terpengaruh, tetapi kejang demam yang terjadi pada anak adalah
kejang umum (Sylvia A. Price, Latraine M. Wikson, 1995).

Kejang merupakan perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai akibat
dari aktivitas neuronal yang abnormal dan pelepasan listrik serebral yang berlebihan (Betz &
Sowden,2002).

Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu
rektal diatas 380 C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Jadi kejang demam adalah
kenaikan suhu tubuh yang menyebabkan perubahan fungsi otak akibat perubahan potensial
listrik serebral yang berlebihan sehingga mengakibatkan renjatan berupa kejang (Mansjoer,
A.dkk. 2000: 434).

2.PENYEBAB KEJANG DEMAM

Menurut Mansjoer, dkk (2000: 434) Lumban Tobing (1995: 18-19) dan Whaley and Wong
(1995: 1929) :
1. Demam itu sendiri, demam yang disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas,
otitis media, pneumonia, gastroenteritis, dan infeksi saluran kemih, kejang tidak
selalu timbul pada suhu yang tinggi.
2. Efek produk toksik daripada mikroorganisme
3. Respon alergik atau keadaan umum yang abnormal oleh infeksi.
4. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit.
5. Ensefalitis viral (radang otak akibat virus) yang ringan, yang tidak diketahui atau
enselofati toksik sepintas.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kejang demam berulang antara lain:

1. Usia < 15 bulan saat kejang demam pertama


2. Riwayat kejang demam dalam keluarga
3. Kejang demam terjadi segera setelah mulai demam atau saat suhu sudah relatif
normal
4. Riwayat demam yang sering
5. Infeksi saluran pernafasan atas, otitis media akut, pneumonia, gastroenteritis akut,
exantema subitum, bronchitis, dan infeksi saluran kemih (Goodridge, 1987;
Soetomenggolo, 1989). Selain itu juga infeksi diluar susunan syaraf pusat seperti
tonsillitis, faringitis, forunkulosis serta pasca imunisasi DPT (pertusis) dan campak
(morbili) dapat menyebabkan kejang demam.
6. Produk toksik mikroorganisme terhadap otak (shigellosis, salmonellosis)
7. Respon alergi atau keadaan imun yang abnormal oleh karena infeksi.
8. Perubahan keseimbangan cairan atau elektrolit.
9. Gabungan dari faktor-faktor diatas.

3. KLASIFIKASI KEJANG DEMAM

Menurut Livingstone (1970), membagi kejang demam menjadi dua :

1. Kejang demam sederhana

Diagnosisnya :

1. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan & 4 tahun


2. Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tak lebih dari 15 menit
3. Kejang bersifat umum, frekuensi kejang bangkitan dalam 1th tidak > 4 kali
4. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam
5. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal
6. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya seminggu sesudah suhu normal
tidak menunjukkan kelainan
2. Epilepsi yang diprovokasi demam

Diagnosisnya :

1. Kejang lama dan bersifat lokal


2. Umur lebih dari 6 tahun
3. Frekuensi serangan lebih dari 4 kali / tahun
4. EEG setelah tidak demam abnormal

Menurut sub bagian syaraf anak FK-UI membagi tiga jenis kejang demam, yaitu :

1. Kejang demam kompleks

Diagnosisnya :

1. Umur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun


2. Kejang berlangsung lebih dari 15 menit
3. Kejang bersifat fokal/multipel
4. Didapatkan kelainan neurologis
5. EEG abnormal
6. Frekuensi kejang lebih dari 3 kali / tahun
7. Temperatur kurang dari 39 derajat celcius

2. Kejang demam sederhana

Diagnosisnya :

1. Kejadiannya antara umur 6 bulan sampai dengan 5 tahun


2. Serangan kejang kurang dari 15 menit atau singkat
3. Kejang bersifat umum (tonik/klonik)
4. Tidak didapatkan kelainan neurologis sebelum dan sesudah kejang
5. Frekuensi kejang kurang dari 3 kali / tahun
6. Temperatur lebih dari 39 derajat celcius

3. Kejang demam berulang

Diagnosisnya :

1. Kejang demam timbul pada lebih dari satu episode demam (Soetomenggolo,
1995).
4.MANIFESTASI KLINIS /TANDA GEJALA

1. Kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat


2. Berlangsung singkat > 15 menit dan berhenti sendiri
3. Umur anak kejang antara 6 bulan & 4 tahun
4. kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbul demam

5.PROGNOSIS

Dengan penanganan cepat dan tepat prognosa baik dan tidak menyebabkan
kematian resiko yang akan dihadapi oleh seorang anak sesudah menderita kejang demam
tergantung dari faktor :

1. Riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga


2. Kelainan dalam perkembangan / kelainan saraf sebelum anak menderita kejang
3. Kejang yang berlangsung lama

6. PENATALAKSANAAN

Umum

1. Baringkan pasien di tempat yang rata, kepala dimiringkan dan pasang sudip lidah
yang sudah dibungkus kasa / sapu tangan agar lidah anak tidak terigit akibat kejang.
2. Singkirkan benda-benda yang ada di sekitar anak, lepaskan pakaian yang menganggu
pernafasan.
3. Jangan memegangi anak untuk melawan kejang.
4. Sebagian besar kejang berlangsung singkat dan tidak memerlukan penanganan
khusus.
5. Bila suhu tinggi berikan kompres air biasa / kran secara intensif
6. Jangan memberi minuman/makanan segera setelah berhenti kejang karena hanya akan
berpeluang membuat anak tersedak.
7. Jika kejang terus berlanjut selama 10 menit, anak harus segera dibawa ke fasilitas
kesehatan terdekat. Sumber lain menganjurkan anak untuk dibawa ke fasilitas
kesehatan jika kejang masih berlanjut setelah 5 menit. Ada pula sumber yang
menyatakan bahwa penanganan lebih baik dilakukan secepat mungkin tanpa
menyatakan batasan menit.
8. Setelah kejang berakhir (jika < 10 menit), anak perlu dibawa menemui dokter untuk
meneliti sumber demam, terutama jika ada kekakuan leher, muntah-muntah yang
berat, atau anak terus tampak lemas.

Cara penggunaan stesolid rectal tube ( Medical ), sbb :


1. Memastikan jalan napas anak tidak tersumbat
2. Pemberian oksigen melalui face mask
3. Pemberian diazepam 0,5 mg/kg berat badan per rektal (melalui anus) atau jika
telah terpasang selang infus 0,2 mg/kg per infus
4. Pengawasan tanda-tanda depresi pernapasan
5. Sebagian sumber menganjurkan pemeriksaan kadar gula darah untuk meneliti
kemungkinan hipoglikemia. Namun sumber lain hanya menganjurkan
pemeriksaan ini pada anak yang mengalami kejang cukup lama atau keadaan
pasca kejang (mengantuk, lemas) yang berkelanjutan
6. Jika kejang masih berlanjut :
7. Pemberian diazepam 0,2 mg/kg per infus diulangi. Jika belum terpasang selang
infus, 0,5 mg/kg per rektaL
8. Pengawasan tanda-tanda depresi pernapasan
Jika kejang masih berlanjut :
9. Pemberian fenobarbital 20-30 mg/kg per infus dalam 30 menit atau fenitoin 15-20
mg/kg per infus dalam 30 menit.
10. Pemberian fenitoin hendaknya disertai dengan monitor EKG (rekam jantung).
11. Jika kejang masih berlanjut, diperlukan penanganan lebih lanjut di ruang
perawatan intensif dengan thiopentone dan alat bantu pernapasan.
DAFTAR PUSTAKA

Ngastiyah. 2009. Perawatan anak sakit. Jakarta : EGC. Anderson, Clifford R.

Dr. Mohamad Kartono. 2010. Pertolongan pertama. Jakarta Petunjuk modern kepada
kesehatan. Bandung.

Arif Mansjoer. 2008. Kapita Selekta Kedokteran Jakarta

http://www.webmd.com/parenting/rectal-ear-oral-and-axillary-temperature-comparison

: http://doktersehat.com/mengatasi-step-stuip-kejang-demam-pada-bayi-dan-
balita/#ixzz3DTntyZbc

Anda mungkin juga menyukai