Oleh :
DIAH ASTUTI
SITI NURUL FAJARIYAH
E. KEGIATAN PENYULUHAN
No Pelaksanaan Respons perserta Waktu
1 Pembukaan
a. Memberikan salam dan memperkenalkan Membalas salam
diri.
b. Menjelaskan maksud pertemuan
c. Menjelaskan tujuan dari penyuluhan Mendengarkan
d. Melakukan kontrak waktu 5 menit
e. Mennggali pegetahuan peserta
penyuluhan Menceritakan
pengalaman dan
pengetahuan
2 Pelaksanaan
a. Menjelaskan pengertian
hiperblirubinemia pada bayi baru Mendengarkan
lahir dan memperhatikan
b. Menyebutkan klasifikasi
hiperblirubinemia pada bayi baru
lahir
c. Menyebutkan tanda dan gejala
hiperblirubinemia pada bayi baru
lahir
d. Menyebutkan penyebab
hiperblirubinemia pada bayi baru
lahir
e. Menyebutkan komplikasi dari
hiperblirubinemia pada bayi baru
lahir 20 menit
f. Menyebutkan penatalaksanaan
hiperblirubinemia pada bayi baru
lahir Peserta antusias dan
g. Sesi tannya jawab aktif untuk
Memberikan kesempatan peserta menanyakan hal- hal
untuk bertanya seputar materi yang berhubungan
yang telah diberikan dengan materi yang
Menanyakan kembali
telah diberikan
pengertian, klasifikasi, tanda dan
gejala, penyebab, komplikasi Peserta antusias
dan penatalaksanaan menjawab
hiperbilrubinemia pada bayi pertanyaan dari
baru lahir penyuluh
3 Penutup a. Memperhatikan
a. Memberikan kesimpulan kesimpulan yang
b. Menutup acara dan mengucapkan salam diberikan oleh
serta terimakasih penyuluh
b. Mendengarkan 5 menit
penyuluh menutup
acara dan menjawab
salam
F. PENGORGANISASIAN
1. Pembawa acara/ moderator : Siti Nurul Fajariyah
2. Penyuluh : Diah Astuti
3. Fasilitator : Siti Nurul Fajariyah
4. Observer (Dosen Pembimbing)
Pembimbing : 1. Musyaidah
2. Sri Rahayu, S.ST
3. Ratna Dwi Jayanti, S.Keb.Bd., M.Keb
G. URAIAN TUGAS
1. Pembawa acara/ moderator :
a) Membuka acara penyuluhan, memperkenalkan diri dan tim kepada peserta.
b) Mengatur proses dan lama penyuluhan.
c) Menutup acara penyuluhan.
2. Penyuluh :
a) Menjelaskan materi penyuluhan dengan jelas dan mudah dipahami.
b) Memotivasi peserta untuk tetap aktif dan memperhatikan proses penyuluhan.
c) Memotivasi peserta untuk bertanya.
3. Fasilitator
a) Ikut bergabung dan duduk bersama di antara peserta.
b) Mengevaluasi peserta tentang kejelasan materi penyuluhan.
c) Memotivasi peserta untuk bertanya materi yang belum jelas.
d) Menginterupsi penyuluh tentang istilah/hal-hal yang dirasa kurang jelas bagi peserta.
e) Dokumentasi dan Absensi
f) Mencatat nama dan pertanyaan, alamat dan jumlah peserta, serta menempatkan diri
sehingga memungkinkan dapat mengamankan jalannya proses penyuluhan
4. Pembimbing
a) Mengamati perilaku verbal dan non verbal peserta selama proses penyuluhan.
b) Mengevaluasi hasil penyuluhan denga rencana penyuluhan.
c) Menyampaikan evaluasi langsung kepada penyuluh yang dirasa tidak sesuai
dengan rencana penyuluhan.
H. KRITERIA EVALUASI
a. Struktur :
1. Materi tentang hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir telah disiapkan dengan
lengkap dan dipahami
2. SAP dibuat dengan sistematis sesuai situasi dan kondisi di tempat penyuluhan.
3. Media dalam bentuk banner dibuat dengan jelas dan dapat dipahami oleh peserta.
4. Daftar hadir peserta penyuluhan telah dibuat.
5. Peserta hadir kurang lebih 75% dari total jumlah peserta.
6. Tempat penyuluhan telah mendapat izin serta perlengkapan untuk penyuluhan.
7. Telah melakukan konsultasi sebanyak 2 kali.
8. Melakukan briefing serta persiapan acara sebelum 30 menit penyuluhan dimulai.
b. Proses :
1. Penyuluhan dilakukan sesuai dengan waktu yang direncanakan.
2. Peserta memperhatikan materi yang diberikan.
3. Peserta memberikan pendapat serta pertanyaan dan menjawab dengan benar.
4. Suasana penyuluhan kodusif.
5. Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan.
c. Hasil :
1. Peserta penyuluhan dapat menjelaskan pengertian hiperblirubinemia pada bayi baru
lahir
2. Peserta penyuluhan dapat menyebutkan klasifikasi hiperblirubinemia pada bayi
baru lahir
3. Peserta penyuluhan dapat menyebutkan tanda dan gejala hiperblirubinemia pada
bayi baru lahir
4. Peserta penyuluhan dapat menyebutkan penyebab hiperblirubinemia pada bayi baru
lahir
5. Peserta penyuluhan dapat menyebutkan komplikasi dari hiperblirubinemia pada
bayi baru lahir
6. Peserta penyuluhan dapat menyebutkan penatalaksanaan hiperblirubinemia pada
bayi baru lahir
I. MATERI
1. PENGERTIAN HIPERBILIRUBIN
Hiperbilirubin adalah istilah yang dipakai untuk ikterus neonatorum setelah ada
hasil laboratorium yang menunjukkan peningkatan kadar serum bilirubin (Iyan, 2009).
Hiperbilirubinemia adalah suatu keadaan dimana kadar bilirubin mencapai suatu nilai yang
maempunyai potensi menimbulkan kern ikterik bila tidak ditanggulangi dengan
baik (Prawirohardjo, 2005).
Hiperbilirubin merupakan keadaan bayi baru lahir, dimana kadar bilirubin serum
total lebih dari 10 mg/dL pada minggu pertama yang ditandai dengan kekuningan pada
bayi atau disebut icterus (Hidayat, 2005).
2. KLASIFIKASI
Terdapat 2 jenis ikterus yaitu ikterus fisiologis dan patologis (Mansjoer, 2002).
1. Ikterus fisiologis
Ikterus fisiologis memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Timbul pada hari kedua-ketiga.
b. Kadar bilirubin indirek (larut dalam lemak) tidak melewati 12 mg/dL pada neonatus
cukup bulan dan 10mg/dL pada kurang bulan.
c. Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg/dL per hari.
d. Kadar bilirubin direk (larut dalam air) kurang dari 1mg/dL.
e. Gejala ikterus akan hilang pada sepuluh hari pertama kehidupan.
f. Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologis tertentu.
2. Ikterus patologis
Ikterus patologis memiliki karakteristik seperti berikut:
a. Ikterus yang terjadi pada 24 jam pertama kehidupan.
b. Ikterus dengan kadar bilirubin melebihi 12mg/dL pada neonatus cukup bulan dan
10mg/dL pada neonates lahir kurang bulan/premature
c. Ikterus dengan peningkatan bilirubun lebih dari 5mg/dL per hari.
d. Ikterus yang menetap sesudah 2 minggu pertama.
e. Ikterus yang mempunyai hubungan dengan proses hemolitik, infeksi atau keadaan
patologis lain yang telah diketahui
f. Kadar bilirubin direk melebihi 1mg/dL.
2) Gejala kronik
a) Tangisan yang melengking (high pitch cry)
b) Kejang
c) Perut membuncit dan pembesaran hati
d) Dapat tuli, gangguan bicara dan retardasi mental
e) Tampak matanya seperti berputar-putar
4. PENYEBAB
a. Hemolisis, misal pada inkompatilibitas yang terjadi bila terdapat ketidaksesuaian
golongan darah dan anak pada penggolongan rhesus dan ABO.
b. Pendarahan tertutup, misalnya pada trauma kelahiran.
c. Ikatan bilirubin dengan protein terganggu seperti gangguan metabolik yang terdapat
pada bayi hipoksia atau asidosis.
d. Kurangnya enzim glukoronil transeferase, sehingga kadar bilirubin identic meningkat,
misalnya pada bayi lahir rendah.
e. Kelainan congenital dan dubin hiperbilirubin.
f. Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan, misalnya pada
hipoalbumin atau karena pengaruh obat-obat tertentu misalnya sulfadiazine.
g. Ganggaun fungsi hati yang di sebabkan oleh beberapa mikro organisme, atau toksin
yang langsung merusak sel hati darah merah seperti infeksi toksoplasmosis, syphilis.
h. Gangguan eksresi yang terjadi intra atau ekstra hapatik.
i. Peningkatan sirkulasi enterohepatik, misalnya pada ileus obstruktif. (Maryanti, 2011).
5. KOMPLIKASI
Jika bayi kuning patologis tidak mendapatkan pengobatan, maka akan terjadi
penyakit kern ikterus. Kern ikterus yaitu keruskan otak akibat perlangketan bilirubin
indirek pada otak. Pada kern ikterus gejala klinik pada permulaan tidak jelas antara lain :
bayi tidak mau menghisap, letargi, mata berputar-putar, gerakan tidak menentu
(involuntary movements), kejang tonus otot meninggi, leher kaku, dn akhirnya opistotonus.
Penyebab kern ikterus karena kadar bilirubin yang sangat tinggi yang dapat
mencapai tingkat toksik sehingga merusak sel-sel otak. Kadar bilirubin yang tinggi
merupakan kelanjutan dari ikterus neonatorum. Kern ikterus dapat menimbulkan
kerusakan otak dengan gejala gangguan pendengaran, keterbelakangan mental dan
gangguan tingkah laku.
6. PENATALAKSANAAN
1) Ikterus Fisiologis
Bayi sehat, tanpa faktor risiko, tidak diterapi. Perlu diingat bahwa pada bayi
sehat,aktif, minum kuat, cukup bulan, pada kadar bilirubin tinggi, kemungkinan
terjadinya kern ikterus sangat kecil. Untuk mengatasi ikterus pada bayi yang sehat,
dapat dilakukan beberapa cara berikut:
Lakukan perawatan bayi seperti :
a. Memandikan bayi
b. Melakukan perawatan tali pusat
c. Lakukan pencegahan hipotermi
d. Menjemur bayi di bawah sinar matahari dari jam 07.00 hingga hjam 09.00
pagi,kurang lebih 30 menit
e. Berikan ASI secara adekuat
2) Ikterus Patologis
a. Cegah agar gula darah tidak turun, jika anak masih bisa menetek mintalah pada
ibu untuk menetekkan anakanya
Jika anak tidak bisa menetek lagi tapi masih bisa menelan beri perasan ASI atau
susu pengganti, Jika keduanaya tidak memungkinkan beri air gula 30-50 cc
sebelum dirujuk
Cara membuat air gula.Larutkan 4 sendok teh gula kedalam gelas yang berisi
200 cc air masak
Jika anak tidak bisa menelan berikan 50cc air susu ataua ir gula melalaui pipa
ansogastrik ,jika tidak rujuk segera
b. Nasehati ibu agar menjaga bayi tetap hangat
c. Sertakan contoh darah ibu jika kuning terjadi pada 2 hari pertama kehidupan
Rujuk segera.
Setiap ikterik yang muncul pada 24 jam pertama adalah patologis dan
membutuhkan pemeriksaan laboratorium lanjut
Pada bayi dengan ikterus kramer grade 3 atau lebih perlu dirujuk
d. Perhatikan frekwensi BAK dan BAB
e. Beri terapi sinar untuk bayi yang dirawat di RS dan jemur bayi dibawah sinar
matahari pagi pada jam 7-8 selaam 30 menit.15 menit telentang dan 15 menit
telungkup
f. Cegah kontak dengan keluarga yang sakit dan cegah terjadinya infeksi dengan
menjaga personal hygiene dan selalu cuci tangan sebelum kontak dengan bayi.
g. Risiko Terjadinya kern ikterus, dapat di lakukan pencegahan kern ikterus dengan
melakukan cek laboratorium bilirubin.
2) Terapi obat-obatan
Terapi lainnya adalah dengan obat-obatan. Misalnya, obat phenobarbital atau
luminal untuk meningkatkan pengikatan bilirubin di sel-sel hati sehingga bilirubin yang
sifatnya indirect berubah menjadi direct. Ada juga obat-obatan yang mengandung
plasma atau albumin yang berguna untuk mengurangi timbunan bilirubin dan
mengangkut bilirubin bebas ke organ hati.
Biasanya terapi ini dilakukan bersamaan dengan terapi lain, seperti fototerapi.
Jika sudah tampak perbaikan maka terapi obat-obatan ini dikurangi bahkan dihentikan.
Efek sampingnya adalah mengantuk. Akibatnya, bayi jadi banyak tidur dan kurang
minum ASI sehingga dikhawatirkan terjadi kekurangan kadar gula dalam darah yang
justru memicu peningkatan bilirubin. Oleh karena itu, terapi obat-obatan bukan
menjadi pilihan utama untuk menangani hiperbilirubin karena biasanya dengan
fototerapi si kecil sudah bisa ditangani.