Anda di halaman 1dari 24

Askep Pada Bayi Hiperbilirubinemia

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas


Mata Ajar Keperawatan Anak I

Disusun oleh:
Sinta Faujiah Astuti 191FK03113

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA
NOVEMBER/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha


Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah


berkontribusi dengan memberikan ide-idenya serta kepada dosen Ibu R. Nety
Rustikayanti, S.Kep., M.Kep. pembimbing sehingga makalah ini bisa disusun
dengan baik dan rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para
pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Bandung, 21 November 2020

Penulis
A. KONSEP TEORI
1. DEFINISI

Hiperbilirubinemia merupakan peningkatan kadar bilirubin total


pada minggu pertama kelahiran kadar normal maksimal adalah 12-13
mg% (205-220 mikromol/L)

Hiperbilirubinemia adalah kadar bilirubin di dalam darah


melampui 1 mg/dL (17,lumol/L). Hiperbilirubinemia dapat disebabkan
oleh produksi bilirubin yang melebihi kemampuan hati normal untuk
mengekskresikannya, atau dapat terjadi karena kegagalan hati yang
rusak untuk mengekskresikan bilirubin yang di hasilkan dengan jumlah
normal. pada semua keadaan ini, bilirubin bertumpuk di dalam darah
dan ketika mencapai suatu konsentrasi tertentu ( yaitu sekitar 2-2,5
mg/dL). bilirubin akan berdifusi ke dalam jaringan yang kemudian
warnanya berubah menjadi kuning keadaan ini dinamakan jaundice
atau ikterus. Istilah jaundice (berasal dari bahasa perancis jaune, yang
berarti “kuning”) atau ikterus (dari bahasa yunani icteros)
menunjukkan pewarnaan kuning pada kulit, sklera atau membran
mukosa sebagai akibat penumpukan bilirubin yang berlebihan pada
jaringan.

Hiperbilirubin adalah suatu keadaan dimana kadar bilirubin dalam


darah melebihi batas atas nilai normal bilirubin serum.

Hiperbilirubin adalah suatu keadaan dimana konsentrasi bilirubin


dalam darah berlebihan sehingga menimbulkan joundice pada
neonatus.

Hiperbilirubin adalah kondisi dimana terjadi akumulasi bilirubin


dalam darah yang mencapai kadar tertentu dan dapat menimbulkan
efek patologis pada neonatus ditandai joudince pada sclera mata, kulit,
membrane mukosa dan cairan tubuh.

Hiperbilirubin adalah peningkatan kadar bilirubin serum


(hiperbilirubinemia) yang disebabkan oleh kelainan bawaan, juga
dapat menimbulkan ikterus.

Hiperbilirubinemia adalah kadar bilirubin yang dapat menimbulkan


efek pathologis.

2. ANATOMI DAN FISIOLOGI

Hati, yang merupakan organ terbesar tubuh dapat dianggap sebagai


sebuah pabrik kimia yang membuat, menyimpan, mengubah, dan
mengekskresikansejumlah besar substansi yang terlibat dalam
metabolisme. Lokasi hati sangat penting dalam pelaksanaan fungsi ini
karena hati menerima darah yang kayanutrien langsung dari traktus
gastrointestinal; kemudian hati akan menyimpanatau
mentransformasikan semua nutrien ini menjadi zat-zat kimia yang
digunakandi bagian lain dalam tubuh untuk keperluan metabolik. Hati
merupakan organyang penting khususnya dalam pengaturan
metabolisme glukosa dan protein. Hatimembuat dan mengeksresikan
empedu yang memegang peranan utama dalam proses pencernaan serta
penyerapan lemak dalam traktus gastrointestinal. Organini
mengeluarkan limbah produk dari dalam aliran darah dan
mengeksresikannyake dalam empedu. Empedu yang dihasilkan oleh
hati akan disimpan untuksementara waktu dalam kandung empedu
(vesika velea) sampai kemudiandibutuhkan untuk proses pencernaan;
pada saat ini, kandung empedu akanmengosongkan isinya dan empedu
memasuki intestinum (usus). (BrunnerSuddart, 2001 : 1150).

Ekskresi Bilirubin
Bilirubin adalah pigmen yang berasal dari pemecahan hemoglobin
olehsel-sel pada sistem retikuloendotelial yang mencakup sel-sel
Kupffer dari hati.Hepatosit mengeluarkan bilirubin dari dalam darah
dan melalui reaksi kimiamengubahnya lewat konjugasi menjadi asam
glukuronat yang membuat bilirubinlebih dapat larut di dalam larutan
yang encer. Bilirubin terkonjugasi disekresikanoleh hepatosit ke dalam
kanalikulus empedu di dekatnya dan akhirnya dibawadalam empedu ke
duodenum.(Brunner & Suddart, 2001 : 1152).
Dalam usus halus, bilirubin dikonversikan menjadi urobilinogen
yangsebagian akan diekskresikan ke dalam feses dan sebagian lagi
diabsorpsi lewatmukosa intestinal ke dalam darah portal. Sebagian
besar dari urobilinogen yangdiserap kembali ini dikeluarkan oleh
hepatosit dan disekresikan sekali lagi kedalam empedu (sirkulasi
enterohepatik). Sebagian urobilinogen memasukisirkulasi sistemik dan
dieksresikan oleh ginjal ke dalam urin. Eliminasi bilirubindalam
empedu menggambarkan jalur utama ekskresi bagi senyawa ini.
(Brunner &Suddart, 2001 : 1152).
Konsentrasi bilirubin dalam darah dapat meningkat jika terdapat
penyakithati, bila aliran empedu terhalang (yaitu, oleh batu empedu
dalam saluranempedu) atau bila terjadi penghancuran sel-sel darah
merah yang berlebihan. Padaobstruksi saluran empedu, bilirubin tidak
memasuki intestinum dan sebagaiakibatnya, urobilinogen tidak
terdapat dalam urin. (Brunner & Suddart, 2001 :1152).

Metabolisme Bilirubin
Segera setelah lahir bayi harus mengkonjugasi bilirubin (merubah
bilirubinyang larut dalam lemak menjadi bilirubin yang mudah larut
dalam air) di dalamhati. Frekuensi dan jumlah konjugasi tergantung
dari besarnya hemolisis dankematangan hati, serta jumlah tempat
ikatan albumin (albumin binding site). Pada bayi yang normal dan
sehat serta cukup bulan, hatinya sudah matang dan menghasilkan
enzim glukoronil transferase yang memadai sehingga serum bilirubin
tidak mencapai tingkat patologis.
Untuk mendapat pengertian yang cukup mengenai masalah ikterus
padaneonatus, perlu diketahui sedikit tentang metabolisme bilirubin
pada neonatus.Bilirubin merupakan produk yang bersifat toksik dan
harus dikeluarkan olehtubuh. Sebagian besar bilirubin tersebut berasal
dari degredasi hemoglobin darahdan sebagian lagi dari hem bebas atau
eritropoesis yang tidak efektif.Pembentukan bilirubin tadi dimulai
dengan proses oksidasi yang menghasilkan biliverdin serta beberapa
zat lain.
Biliverdin inilah yang mengalami reduksi dan menjadi bilirubin
bebas atau bilirubin IX alfa. Zat ini sulit larut dalam air tetapi larut
dalam lemak, karenanyamempunyai sifat lipofilik yang sulit diekskresi
dan mudah melalui membran biologik seperti plasenta dan sawar darah
otak. Bilirubin bebas tersebut kemudian bersenyawa dengan albumin
dan dibawa ke hepar.
Di dalam hepar terjadi mekanisme ambilan, sehingga bilirubin
terikat olehreseptor membran sel hati dan masuk ke dalam sel hati.
Segera setelah ada dalamsel hati, terjadi persenyawaan dengan ligandin
(protein-Y) protein Z dan glutationhati lain yang membawanya ke
retikulum endoplasma hati, tempat terjadinya proses konjugasi.
Prosedur ini timbul berkat adanya enzim glukotonil transferase
yangkemudian menghasilkan bentuk bilirubin indirek. Jenis bilirubin
ini dapat larutdalam air dan pada kadar tertentu dapat diekskresikan
melalui ginjal. Sebagian besar bilirubin yang terkonjugasi ini
dikeskresi melalui duktus hepatikus ke dalamsaluran pencernaan dan
selanjutnya menjadi urobilinogen dan keluar dengan tinjasebagai
sterkobilin. Dalam usus sebagian diabsorbsi kembali oleh mukosa
ususdan terbentuklah proses absorbsi enterohepatik.
Sebagian besar neonatus mengalami peninggian kadar bilirubin
indirek pada hari-hari pertama kehidupan. Hal ini terjadi karena
terdapatnya prosesfisiologik tertentu pada neonatus. Proses tersebut
antara lain karena tingginyakadar eritrosit neonatus, masa hidup
eritrosit yang lebih pendek (80-90 hari) dan belum matangnya fungsi
hepar. Peninggian kadar bilirubin ini terjadi pada hari ke 2-3 dan
mencapai puncaknya pada hari ke 5-7, kemudian akan menurun
kembali pada hari ke 10-14 kadar bilirubin pun biasanya tidak
melebihi 10 mg/dl pada bayi cukup bulan dan kurang dari 12 mg/dl
pada bayi kurang bulan.
Pada keadaan ini peninggian bilirubin masih dianggap normal
dankarenanya disebut ikterus fisiologik. Masalah akan timbul apabila
produksi bilirubin ini terlalu berlebihan atau konjugasi hati menurun
sehingga kumulasi didalam darah. Peningkatan kadar bilirubin yang
berlebihan dapat menimbulkankerusakan sel tubuh tertentu, misal
kerusakan sel otak yang akan mengakibatkangejala sisa dihari
kemudian.

3. ETIOLOGI

1. Pembentukan bilirubin yang berlebihan.


2. Gangguan pengambilan (uptake) dan transportasi bilirubin dalam
hati
3. Gangguan konjugasi bilirubin.
4. Penyakit Hemolitik, yaitu meningkatnya kecepatan pemecahan sel
darah merah. Disebut juga ikterus hemolitik. Hemolisis dapat pula
timbul karena adanya perdarahan tertutup.
5. Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan,
misalnya Hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obatan
tertentu.
6. Gangguan fungsi hati yang disebabkan oleh beberapa
mikroorganisme atau toksin yang dapat langsung merusak sel hati
dan sel darah merah seperti : infeksi toxoplasma. Siphilis.

4. PATOFISIOLOGI

Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa


keadaan. Kejadian yang sering ditemukan adalah apabila terdapat
beban
bilirubin pada sel hepar yang berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila
terdapat peningkatan penghancuran eritrosit, polisitemia.
Gangguan pemecahan bilirubin plasma juga dapat menimbulkan
peningkatan kadar bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar
protein berkurang, atau pada bayi hipoksia, asidosis. Keadaan lain
yang
memperlihatkan peningkatan kadar bilirubin adalah apabila ditemukan
gangguan konjugasi hepar atau neonatus yang mengalami gangguan
ekskresi misalnya sumbatan saluran empedu.
Pada derajat tertentu bilirubin akan bersifat toksik dan merusak
jaringan tubuh. Toksisitas terutama ditemukan pada bilirubin indirek
yang bersifat sukar larut dalam air tapi mudah larut dalam lemak. Sifat
ini memungkinkan terjadinya efek patologis pada sel otak apabila
bilirubin tadi dapat menembus sawar darah otak. Kelainan yang terjadi
di otak disebut kernikterus. Pada umumnya dianggap bahwa kadar
bilirubin indirek lebih dari 20mg/dl.
Mudah tidaknya kadar bilirubin melewati sawar darah otak
ternyata tidak hanya tergantung pada keadaan neonatus. Bilirubin
indirek akan mudah melalui sawar darah otak apabila bayi terdapat
keadaan berat badan lahir rendah, hipoksia, dan hipoglikemia.
(Markum, 1991)
5. MANIFESTASI KLINIS

1. Kulit berwarna kuning sampe jingga


2. Pasien tampak lemah
3. Nafsu makan berkurang
4. Refleks hisap kurang
5. Urine pekat
6. Perut buncit
7. Pembesaran lien dan hati
8. Gangguan neurologik
9. Feses seperti dempul
10. Kadar bilirubin total mencapai 29 mg/dl.
11. Terdapat ikterus pada sklera, kuku/kulit dan membran mukosa.
a. Jaundice yang tampak 24 jam pertama disebabkan penyakit
hemolitik pada bayi baru lahir, sepsis atau ibu dengan diabetk
atau infeksi.
b. Jaundice yang tampak pada hari ke 2 atau 3 dan mencapai puncak
pada hari ke 3-4 dan menurun hari ke 5-7 yang biasanya
merupakan jaundice fisiologi.

6. KLASIFIKASI
1. Ikterus prehepatik
Disebabkan oleh produksi bilirubin yang berlebihan akibat
hemolisis sel darah merah. Kemampuan hati untuk melaksanakan
konjugasi terbatas terutama pada disfungsi hati sehingga
menyebabkan kenaikan bilirubin yang tidak terkonjugasi.
2. Ikterus hepatic
Disebabkan karena adanya kerusakan sel parenkim hati. Akibat
kerusakan hati maka terjadi gangguan bilirubin tidak terkonjugasi
masuk ke dalam hati serta gangguan akibat konjugasi bilirubin yang
tidak sempurna dikeluarkan ke dalam doktus hepatikus karena terjadi
retensi dan regurgitasi.
3. Ikterus kolestatik
Disebabkan oleh bendungan dalam saluran empedu sehingga
empedu dan bilirubin terkonjugasi tidak dapat dialirkan ke dalam
usus halus. Akibatnya adalah peningkatan bilirubin terkonjugasi
dalam serum dan bilirubin dalam urin, tetapi tidak didaptkan
urobilirubin dalam tinja dan urin.
4. Ikterus neonatus fisiologi
Terjadi pada 2-4 hari setelah bayi baru lahir dan akan sembuh pada
hari ke-7. penyebabnya organ hati yang belum matang dalam
memproses bilirubin
5. Ikterus neonatus patologis
Terjadi karena factor penyakit atau infeksi. Biasanya disertai suhu
badan yang tinggi dan berat badan tidak bertambah.

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan bilirubin serum
a. Pada bayi cukup bulan, bilirubin mencapai kurang lebih 6mg/dl
antara 2-4 hari setelah lahir. Apabila nilainya lebih dari 10mg/dl
tidak fisiologis.
b. Pada bayi premature, kadar bilirubin mencapai puncak 10-12
mg/dl antara 5-7 hari setelah lahir. Kadar bilirubin yang lebih dari
14mg/dl tidak fisiologis.
2. Pemeriksaan radiology
Diperlukan untuk melihat adanya metastasis di paru atau
peningkatan diafragma kanan pada pembesaran hati, seperti abses
hati atau hepatoma
3. Ultrasonografi
Digunakan untuk membedakan antara kolestatis intra hepatic dengan
ekstra hepatic.
4. Biopsy hati
Digunakan untuk memastikan diagnosa terutama pada kasus yang
sukar seperti untuk membedakan obstruksi ekstra hepatic dengan
intra hepatic selain itu juga untuk memastikan keadaan seperti
hepatitis, serosis hati, hepatoma.
5. Peritoneoskopi
Dilakukan untuk memastikan diagnosis dan dapat dibuat foto
dokumentasi untuk perbandingan pada pemeriksaan ulangan pada
penderita penyakit ini.
6. Laparatomi
Dilakukan untuk memastikan diagnosis dan dapat dibuat foto
dokumentasi untuk perbandingan pada pemeriksaan ulangan pada
penderita penyakit ini.

8. KOMPLIKASI

1. Retardasi mental - Kerusakan neurologis


2. Gangguan pendengaran dan penglihatan
3. Kematian.
4. Kernikterus

9. ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TEORI

A. Pengkajian
1. Riwayat orang tua:
Ketidakseimbangan golongan darah ibu dan anak seperti Rh,
ABO, Polisitemia, Infeksi, Hematoma, Obstruksi Pencernaan
dan ASI.
2. Pemeriksaan Fisik:
Kuning, Pallor Konvulsi, Letargi, Hipotonik, menangis
melengking, refleks menyusui yang lemah, Iritabilitas.
3. Pengkajian Psikososial:
Dampak sakit anak pada hubungan dengan orang tua, apakah
orang tua merasa bersalah, masalah Bonding, perpisahan dengan
anak.
4. Pengetahuan Keluarga meliputi:
Penyebab penyakit dan pengobatan, perawatan lebih lanjut,
apakah mengenal keluarga lain yang memiliki yang sama,
tingkat pendidikan, kemampuan mempelajari
Hiperbilirubinemia (Cindy Smith Greenberg. 1988)

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.Risiko/defisit volume cairan berhubungan dengan tidak
adekuatnya intake cairan, serta peningkatan Insensible Water
Loss (IWL) dan defikasi sekunder fototherapi.
2. Risiko/gangguan integritas kulit berhubungan dengan ekskresi
bilirubin, efek fototerapi.
3. Risiko hipertermi berhubungan dengan efek fototerapi.
4. Gangguan parenting (perubahan peran orang tua) berhubungan
dengan perpisahan dan penghalangan untuk gabung.
5. Kecemasan meningkat berhubungan dengan therapi yang
diberikan pada bayi.
6. Risiko tinggi injury berhubungan dengan efek fototherapi
7. Risiko tinggi komplikasi (trombosis, aritmia, gangguan
elektrolit, infeksi) berhubungan dengan tranfusi tukar.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
DX 1: Risiko/defisit volume cairan b/d tidak adekuatnya intake
cairan serta peningkatan IWL dan defikasi sekunder fototherapi
Tujuan: Setelah diberikan tindakan perawatan selama 3x24 jam
diharapkan tidak terjadi deficit volume cairan dengan kriteria :
1. Jumlah intake dan output seimbang
2. Turgor kulit baik, tanda vital dalam batas normal
3. Penurunan BB tidak lebih dari 10 % BB

Intervensi:
1. Kaji reflek hisap bayi
Rasional: mengetahui kemampuan hisap bayi
2. Beri minum per oral/menyusui bila reflek hisap adekuat
Rasional: menjamin keadekuatan intake
3. Catat jumlah intake dan output , frekuensi dan konsistensi faeces
Rasional: mengetahui kecukupan intake.
4. Pantau turgor kulit, tanda- tanda vital ( suhu, HR ) setiap 4 jam
Rasional: turgor menurun, suhu meningkat HR meningkat
adalah tanda-tanda dehidrasi.
5. Timbang BB setiap hari
Rasional: mengetahui kecukupan cairan dan nutrisi.

DX 2: Risiko/hipertermi berhubungan dengan efek fototerapi


Tujuan: Setelah diberikan tindakan perawatan selama 3x24 jam
diharapkan tidak terjadi hipertermi dengan kriteria suhu aksilla
stabil antara 36,5-37 0

Intervensi:
1. Observasi suhu tubuh ( aksilla ) setiap 4 - 6 jam
Rasional: suhu terpantau secara rutin.
2. Matikan lampu sementara bila terjadi kenaikan suhu, dan berikan
kompres dingin serta ekstra minum.
Rasional: mengurangi pajanan sinar sementara.
3. Kolaborasi dengan dokter bila suhu tetap tinggi
4. Memberi terapi lebih dini atau mencari penyebab lain dari
hipertermi.

DX 3: Risiko/Gangguan integritas kulit berhubungan dengan


ekskresi bilirubin, efek fototerapi. Tujuan: Setelah diberikan
tindakan perawatan selama 3x24 jam diharapkan tidak terjadi
gangguan integritas kulit dengan kriteria:
1. Tidak terjadi decubitus
2. Kulit bersih dan lembab

Intervensi:
1. Kaji warna kulit tiap 8 jam
Rasional: mengetahui adanya perubahan warna kulit.
2. Ubah posisi setiap 2 jam
Rasional: mencegah penekanan kulit pada daerah tertentu dalam
waktu lama .
3. Masase daerah yang menonjol
Rasional: melancarkan peredaran darah sehingga mencegah luka
tekan di daerah tersebut.
4. Jaga kebersihan kulit bayi dan berikan baby oil atau lotion
pelembab
Rasional: mencegah lecet.
5. Kolaborasi untuk pemeriksaan kadar bilirubin, bila kadar
bilirubin
turun menjadi 7,5 mg% fototerafi dihentikan Rasional: untuk
mencegah pemajanan sinar yang terlalu lama
DX 4: Gangguan parenting ( perubahan peran orangtua)
berhubungan dengan perpisahan dan penghalangan untuk gabung.
Tujuan: Setelah diberikan tindakan perawatan selama 3x24 jam
diharapkan orang tua dan bayi menunjukan tingkah laku
“Attachment” , orang tua dapat mengekspresikan ketidak
mengertian proses Bounding.

Intervensi :
1. Bawa bayi ke ibu untuk disusui
Rasional: mempererat kontak sosial ibu dan bayi.
2. Buka tutup mata saat disusui
Rasional: untuk stimulasi sosial dengan ibu
3. Anjurkan orangtua untuk mengajak bicara anaknya
Rasional: mempererat kontak dan stimulasi sosial
4. Libatkan orang tua dalam perawatan bila memungkinkan
Rasional: meningkatkan peran orangtua untuk merawat bayi.
5. Dorong orang tua mengekspresikan perasaannya
Rasional: mengurangi beban psikis orangtua

DX 5: Kecemasan meningkat berhubungan dengan therapi yang


diberikan pada bayi.
Tujuan: Setelah diberikan penjelasan selama 2x15 menit
diharapkan orang tua menyatakan mengerti tentang perawatan bayi
hiperbilirubin dan kooperatif dalam perawatan.

Intervensi :
1. Kaji pengetahuan keluarga tentang penyakit pasien
Rasional: mengetahui tingkat pemahaman keluarga tentang
penyakit
2. Beri pendidikan kesehatan penyebab dari kuning, proses terapi
dan perawatannya.
Rasional: Meningkatkan pemahaman tentang keadaan penyakit
3. Beri pendidikan kesehatan mengenai cara perawatan bayi
dirumah
Rasional: meningkatkan tanggung jawab dan peran orang tua
dalam merawat bayi

DX 6: Risiko tinggi injury berhubungan dengan efek fototherapi


Tujuan: Setelah diberikan tindakan perawatan selama 3x24 jam
diharapkan tidak terjadi injury akibat fototerapi (misal;
konjungtivitis, kerusakan jaringan kornea)

Intervensi:
1. Tempatkan neonatus pada jarak 40-45 cm dari sumber cahaya
Rasional: mencegah iritasi yang berlebihan.
2. Biarkan neonatus dalam keadaan telanjang, kecuali pada mata
dan
daerah genetal serta bokong ditutup dengan kain yang dapat
memantulkan cahaya usahakan agar penutup mata tidak menutupi
hidung dan bibir.
Rasional: mencegah paparan sinar pada daerah yang sensitif.
3. Matikan lampu, buka penutup mata untuk mengkaji adanya
konjungtivitis tiap 8 jam.
Rasional: pemantauan dini terhadap kerusakan daerah mata.
4. Buka penutup mata setiap akan disusukan.
Rasional: memberi kesempatan pada bayi untuk kontak mata
dengan ibu.
5. Ajak bicara dan beri sentuhan setiap memberikan perawatan
Rasional: memberi rasa aman pada bayi.

DX 7: Risiko tinggi terhadap komplikasi berhubungan dengan


tranfusi
tukar
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 1x24 jam
diharapkan tranfusi tukar dapat dilakukan tanpa komplikasi

Intervensi:
1. Catat kondisi umbilikal jika vena umbilikal yang digunakan
Rasional: menjamin keadekuatan akses vaskuler.
2. Basahi umbilikal dengan NaCl selama 30 menit sebelum
melakukan tindakan.
Rasional: mencegah trauma pada vena umbilical.
3. Puasakan neonatus 4 jam sebelum tindakan
Rasional: mencegah aspirasi
4. Pertahankan suhu tubuh sebelum, selama dan setelah prosedur
Rasional: mencegah hipotermi.
5. Catat jenis darah ibu dan Rhesus memastikan darah yang akan
ditranfusikan adalah darah segar.
Rasional: mencegah tertukarnya darah dan reaksi tranfusi yang
berlebihan.
6. Pantau tanda-tanda vital, adanya perdarahan, gangguan cairan dan
elektrolit, kejang selama dan sesudah tranfusi.
Rasional: Meningkatkan kewaspadaan terhadap komplikasi dan
dapat melakukan tindakan lebih dini.
7. Jamin ketersediaan alat-alat resusitatif
Rasional: dapat melakukan tindakan segera bila terjadi kegawatan

10. DAFTAR PUSTAKA


Carpenito, L. J. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8.
Jakarta: EGC.

Doengoes, M. E. 1999. Pedoman Untuk Perencanaan dan


Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.

Santosa,Budi.2006. Diagnosa Keperawatan NANDA. Jakarta: Prima


Medika.
B. ASUHAN KEPERAWATAN BERDASARKAN KASUS

Kasus
By. Z (5 hari) dirawat diruang perinatology dengan terapy foto terapy.
Menurut ibunya Ny. A sebelum satu hari setelah bayinya lahir kulitnya
tampak kuning. Pada saat dikaji usia bayi Z sdh 5 hari, tampak ikterik
seklera, kepala badan bagian atas dan bawah, lengan dan kaki dan lutut,
reflex sucking lemah, klien tampak lemah, kulit tampak aga kering,
terpasang infus, urin tampak pekat dan feases seperti dempul. Hasil lab :
15
mg/dl, peningkatan bilirubin total > 0,5 mg/dl/jam. Saat dilakukan
pengkajian pada ibunya : Ny. A mengatakan bayinya lahir pada usia
kehamilan 36 mg, selain itu Ny. A mengatakan dia mempunyai riwayat
kencing manis.

JUDUL: ASUHAN KEPERAWATAN PADA By. Z (5 Hari)


DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN :
HIPERBILIRUBINEMIA DENGAN IKTERIK NEONATUS
DI RUANG .... RS …..

1. Identitas Klien dan Keluarga (Penanggung jawab)


a. Identitas Klien
Nama : By. Z
Umur : 5 hari
Jenis Kelamin :-
Agama :-
Pendidikan :-
Suku Bangsa : Indonesia
Alamat :-
No.Medrec :-
Dx.Medis : Hiperbilirubinemia
Tgl.Masuk :-
Tgl.Pengkajian :-
b. Penanggung Jawab
Nama : Ny A
Umur : 40 tahun
Pekerjaan : -
Hub.Dengan Klien : Ibu Klien

I. Alasan datang ke Rumah Sakit


Ny. A mengatakan sebelum satu hari setelah bayinya lahir kulitnya
tampak kuning.

II. Keluhan Utama


Tidak terkaji
III. Riwayat Penyakit Sekarang
PQRST Tidak terkaji

IV. Riwayat Kesehatan Dahulu


a. Riwayat Reproduksi (Kehamilan dan Kelahiran)
Ny. A mengatakan bayinya lahir pada usia kehamilan 36 minggu,
b. Riwayat Pemberian Makan
Tidak terkaji
c. Penyakit , operasi , pemeriksaan / tindakan medis atau
cedera sebelumnya
Tidak terkaji
d. Penyakit pada masa kanak – kanak
Tidak terkaji
e. Riwayat Alergi
Tidak terkaji
f. Imunisasi
Tidak terkaji
g. Pengobatan
Tidak terkaji.

V. Riwayat Tumbuh Kembang


Tidak terkaji
a) Riwayat Pertumbuhan
Tidak terkaji
b) Riwayat Perkembangan
Tidak terkaji
VI. Riwayat Psikososial Anak
Tidak terkaji
VII. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ny. A mengatakan dia mempunyai riwayat kencing manis.
VIII. Spiritual Anak dan Keluarga
Tidak terkaji
IX. Pola Pengetahuan Keluarga
Tidak terkaji
X. Pola Aktivitas Sehari-hari
Di Rumah
Sebelum Di RS
NO Pola Aktivitas
Masuk RS
1 Nutrisi: Tidak terkaji Reflex
a. Makan sucking
 Jenis, jumlah porsi dan lemah
frekuensi (berapa kali sehari)
makanan yang apa saja yang dimakan
(termasuk makan pokok, dan
cemilannya)
 Untuk bayi ASI / PASI,
Makanan tambahan sejak kapan
diberikan
 Nafsu makan
 Makanan disukai dan tidak
disukai
 Pantangan / alergi makanan
 Perubahan BB selama sakit
 Makan sendiri / dibantu
 Terpasang NGT / tidak
b. Minum / Cairan Tidak terkaji Tidak terkaji
 Jenis, jumlah porsi dan frekuensi
minuman / cairan yang dikonsumsi
(termasuk air putih, dan minuman yag
lainnya)
 Minuman yang disukai dan tidak disuk
2 Eliminasi Tidak terkaji Urin tempak
a. BAK pekat
 Berapa kali sehari, jumlah yang keluar
(cc/ liter) per berapa jam atau hari,
warna, bau
 Kesulitan dalam BAK
 Terpasang kateter / tidak
b. BAB Tidak terkaji Feses seperti
 Berapa kali sehari, jenis BAB (cair, dempul
lembek, padat, ) per berapa jam atau
hari, warna, bau
 Kesulitan dalam BAB (konstipasi)
 Memakai pencahar / tidak
 Wash out
3 Istirahat dan Tidur Tidak terkaji Tidak terkaji
a. Siang
 Berapa jam (dari jam berapa sampai
jam berapa)
 Kualitas tidur (nyenyak / tidak)
 Rutin / tidak dilakukan
 Tidur sendiri / ditemani
 Pengantar tidur ada / tidak (cerita
dongeng, ruangan yang terang / agak
gelap, dll)
b. Malam Tidak terkaji Tidak terkaji
 Berapa jam (dari jam berapa sampai
jam berapa)
 Kualitas tidur (nyenyak / tidak
 Tidur sendiri / ditemani
 Kesulitan tidur
 Pengantar tidur (cerita dongeng,
ruangan
4 Aktivitas berteman / bermain dan Rekreasi Tidak terkaji Tidak terkaji
 Jenis permainan yang dilakukan dan
disukai
 Teman bermain yang disukai
 Waktu - waktu yang digunakan ketika
bermain
5 Kebersihan Diri (personal Hygiene) Tidak terkaji Tidak terkaji
 Mandi
Berapa kali sehari, memakai
sabun/tidak,mandi sendir/dibantu,
memakai air dingin/hangat.
 Sikat Gigi
Berapa kali sehari, memakai
odol/tidak,sikat gigi sendiri/dibantu
 Cuci Rambut
Berapa kali sehari/minggu,
memakai shampoo/tidak,
dibantu/sendiri

XI. Pemeriksaan Fisik


a. Penampilan Umum
Klien tamapak lemah
b. Ukuran pertumbuhan(saat pengkajian dan cantumkan nilai
normalnya)
Tidak terkaji
c. Tanda – tanda Vital (Saat pengkajian dan cantumkan nilai
normalnya)
Tidak terkaji
d. Pemeriksaan Head to toe
1. Rambut
Tidak terkaji
2. Kepala
Tidak terkaji
3. Kulit Kepala
Tidak terkaji
4. Muka
Tidak terkaji
a) Mata
Pada saat dikaji bayi Z tampak ikterik sklera.
b) Hidung
Tidak terkaji
c) Mulut
Pada saat di kaji reflex sucking lemah
d) Telinga
Tidak terkaji
5. Leher
Tidak terkaji
6. Thorax/Dada
Tidak terkaji
7. Abdomen
Tidak terkaji
7. Genetalia
Tidak terkaji
8 Ekstremitas
Pada saat di inspeksi, tampak ikterik sklera kepala badan bagian atas
dan bawah, lengan dan kaki dan lutut, terpasang infus. Pada saat di
palpasi kulit tampak aga kering.
XII. Data Penunjang
Hasil Labolatorium : - 15 mg/dl - Peningkatan bilirubin total >0,5
mg/dl/jam - Urin tampak pekat - Feses seperti dempul

XIII. ANALISA DATA


No Data senjang Etiologi (interpretasi Masalah
data) Keperawatan

1 DO : - Pada saat di
inspeksi,tampa Hemoglobin . Gangguan
k ikterik sklera ↓ integritas kulit
kepala badan Peningkatan
bagian atas dan destruksi
bawah, lengan eritrosit (gangguan
dan kaki dan konjugasi
lutut. Pada saatbilirubin/gangguan
di palpasi kulit transport
tampak aga bilirubin/peningkata
kering. Pada n
saat di palpasisiklus enterohepatik)
kulit tampak Hb dan eritrosit
agak kering abnormal

- Hasil labolatorium Pemecahan bilirubin
• 15 mg/dl berlebih
• Peningkatan ↓
bilirubin total Suplay bilirubin
>0,5 mg/dl/jam melebihi
• Urin tampak kemampuan
pekat hepar
• Feses seperti ↓
Dempul Hepar tidak mampu
melakukan konjugasi

Sebagian masuk
kembali ke siklus
emerohepatik

Peningkatan
bilirubin
unconjugned dalam
darah

Urin berwarna pekat
dan feses seperti
dempul

Icterus pada sklera
kepala badan bagian
atas dan bawah,
lengan
dan kaki dan lutut

Peningkatan
bilirubin
total >0,5 mg/dl/jam

Foto therapy

Kulit tampak kering

Gangguan integritas
2. DS : Kulit Resiko injury
- Ny. A mengatakan Hemoglobin
1 hari setelah ↓
bayinya lahir Peningkatan
tampak kuning destruksi
DO : eritrosit (gangguan
- Pada saat dikaji usia konjugasi
By. Z 5 hari bilirubin/gangguan
- Pada saat di Pada transport
saat di inspeksi, bilirubin/peningkata
tampak ikterik n
sklera kepala badan siklus enterohepatik)
bagian atas dan Hb dan eritrosit
bawah, lengan dan abnormal
kaki dan lutut. ↓
- Peningkatan Pemecahan bilirubin
bilirubin total >0,5 berlebih
mg/dl/jam ↓
Suplay bilirubin
melebihi
kemampuan
hepar

Hepar tidak mampu
melakukan konjugasi

Sebagian masuk
kembali ke siklus
emerohepatik

Peningkatan
bilirubin
unconjugned dalam
darah

Urin berwarna pekat
dan feses seperti
dempul

Icterus pada sklera
kepala badan bagian
atas dan bawah,
lengan
dan kaki dan lutut

Peningkatan
bilirubin
total >0,5 mg/dl/jam

Foto therapy

Sinar dengan
integritas
Tinggi
3. ↓ Resiko kurangnya
DO : - Pada saat Resiko injury volume cairan
dikaji refkex Hyperbilirubinemia
sucking lemah ↓
- Pada saat di Foto therapy
palpasi kulit ↓
tampak kering Pemaparan panas
yang
intensitas tinggi
secara
kontinyu

Peningkatan IWL

Reflex sucking
lemah

Asupan cairan tidak
adekuat

Ketidakseimbangan
antara asupan dan
keluaran cairan

Kulit kering

Resiko kurangnya
volume cairan

XIV. DIAGNOSA KEPERAWATAN PRIORITAS


Gangguan integritas kulit b.d icterus yang di tandai dengan kulit kering,
pada saat di inspeksisklera ikterik, kepala badan bagian atas dan bawah,
lengan dan kaki dan lutut. 2. Resiko injury b.d radiasi foto therapy. 3.
Resiko kurangnya volume cairan b.d peningkatan IWL akibat foto
therapy yang ditandai reflex sucking lemah.

XV. INTERVENSI KEPERAWATAN

INTERVENSI
DIAGNOSA
NO RENCANA
KEPERAWATAN TUJUAN RASIONAL
TINDAKAN
1. Gangguan integritas Setelah dilakukan 1. Monitor kulit 1. Untuk mengetahui
kulit b.d icterus yang di tindakan keperawatan 2.Jaga kebersihan Apakah ada
tandai dengan kulit selama 2x24 jam kulit bayi agar tetap kemerahan atau
kering, pada saat di masalah teratasi bersih tidak
inspeksi sklera ikterik, dengan kriteria hasil : 3.Mobilisasi pasien 2. Memberi
kepala badan bagian atas 1. ikterik sklera, setiap 2 jam sekali Kenyamanan
dan bawah, lengan dan kepala badan 4. Oleskan pada bayi
kaki dan lutut. bagian atas dan lotion/minyak/bab 3. Menghindari
DO : - Pada saat di bawh, lengan dan y adanya luka
inspeksi, tampak kaki dan lutut (-) oil Decubitus
ikterik sklera 2. Pada saat di palpasi 5. Atur pencahayaan 4. Untuk
kepala badan kulit tidak kering. untuk efek terapi mengurangi kulit
bagian atas dan 3. Hasil Labolatorium kering
bawah, lengan dalam batas normal 5. Agar cahaya yang
dan kaki dan di dapat oleh klien
lutut. Pada saat pas
• Bilirubin >5 mg/dl
di palpasi kulit tampak • Urin berwarna
aga kering. kuning/jernih
• Feses
- Hasil labolatorium Berwarna kuning
• 15 mg/dl
• Peningkatan
bilirubin
Total >0,5 mg/dl/jam
• Urin tampak pekat
• Feses seperti dempul
2. Setelah dilakukan 1. Agar klien merasa
Resiko injury b.d tindakan keperawatan 1. Ciptakan nyaman
radiasi foto therapy selama 2x24 jam lingkungan yang
DS : masalah teratasi nyaman bagi klien
dengan
kriteria hasil :
- Ny. A mengatakan 1 - Tidak terjadi 2. Agar klien aman
hari setelah bayinya resiko injury 2. Pindahkan benda 3. Agar klien aman
lahir tampak kuning benda berbahaya 4. Agar pencahayaan
dari sekitar klien yang di terima klien
DO : - Pada saat dikaji 3. Pindahlan pas
usia By. Z 5 hari bendabenda
- Pada saat di Pada beresiko dari
saat di inspeksi, lingkungan klien.
tampak ikterik 4. Atur pencahayaan
sklera kepala untuk efek terapi
badan bagian atas
dan bawah,
lengan dan kaki
dan lutut.
- Peningkatan
bilirubin total
>0,5 mg/dl/jam
3. Setelah dilakukan 1. Untuk mengetahui
Resiko kurangnya tindakan keperawatan 1. Monitor intake apakah cairan
volume cairan selama 2x24 cairan yang masuk sudah
b.d peningkatan IWL 2. Monitor status cukup
akibat foto Hidrasi 2. Sebagai tanda
jam masalah teratasi (kelembapan apakah cairan
therapy yang ditandai dengan mukosa membran) sudah mencukupi
reflex sucking lemah. 3. monitor cairan tubuh atau belum
kriteria hasil : yang Masuk 3. Untuk mengetahui
DO : - Kebutuhan cairan melalui IV apakah intake
- Pada saat dikaji refkex klien terpenuhi 4. Kaji pola eliminasi cairan sudah
sucking lemah - Reflex sucking aktif mencukupi atau
- Pada saat di palpasi - Kulit tidak kering belum
kulit tampak kering 4. Untuk mengetahui
apakah warna urin
dan feses sudah
normal apa belum.

Anda mungkin juga menyukai