Disusun oleh:
Sinta Faujiah Astuti 191FK03113
Penulis
A. KONSEP TEORI
1. DEFINISI
Ekskresi Bilirubin
Bilirubin adalah pigmen yang berasal dari pemecahan hemoglobin
olehsel-sel pada sistem retikuloendotelial yang mencakup sel-sel
Kupffer dari hati.Hepatosit mengeluarkan bilirubin dari dalam darah
dan melalui reaksi kimiamengubahnya lewat konjugasi menjadi asam
glukuronat yang membuat bilirubinlebih dapat larut di dalam larutan
yang encer. Bilirubin terkonjugasi disekresikanoleh hepatosit ke dalam
kanalikulus empedu di dekatnya dan akhirnya dibawadalam empedu ke
duodenum.(Brunner & Suddart, 2001 : 1152).
Dalam usus halus, bilirubin dikonversikan menjadi urobilinogen
yangsebagian akan diekskresikan ke dalam feses dan sebagian lagi
diabsorpsi lewatmukosa intestinal ke dalam darah portal. Sebagian
besar dari urobilinogen yangdiserap kembali ini dikeluarkan oleh
hepatosit dan disekresikan sekali lagi kedalam empedu (sirkulasi
enterohepatik). Sebagian urobilinogen memasukisirkulasi sistemik dan
dieksresikan oleh ginjal ke dalam urin. Eliminasi bilirubindalam
empedu menggambarkan jalur utama ekskresi bagi senyawa ini.
(Brunner &Suddart, 2001 : 1152).
Konsentrasi bilirubin dalam darah dapat meningkat jika terdapat
penyakithati, bila aliran empedu terhalang (yaitu, oleh batu empedu
dalam saluranempedu) atau bila terjadi penghancuran sel-sel darah
merah yang berlebihan. Padaobstruksi saluran empedu, bilirubin tidak
memasuki intestinum dan sebagaiakibatnya, urobilinogen tidak
terdapat dalam urin. (Brunner & Suddart, 2001 :1152).
Metabolisme Bilirubin
Segera setelah lahir bayi harus mengkonjugasi bilirubin (merubah
bilirubinyang larut dalam lemak menjadi bilirubin yang mudah larut
dalam air) di dalamhati. Frekuensi dan jumlah konjugasi tergantung
dari besarnya hemolisis dankematangan hati, serta jumlah tempat
ikatan albumin (albumin binding site). Pada bayi yang normal dan
sehat serta cukup bulan, hatinya sudah matang dan menghasilkan
enzim glukoronil transferase yang memadai sehingga serum bilirubin
tidak mencapai tingkat patologis.
Untuk mendapat pengertian yang cukup mengenai masalah ikterus
padaneonatus, perlu diketahui sedikit tentang metabolisme bilirubin
pada neonatus.Bilirubin merupakan produk yang bersifat toksik dan
harus dikeluarkan olehtubuh. Sebagian besar bilirubin tersebut berasal
dari degredasi hemoglobin darahdan sebagian lagi dari hem bebas atau
eritropoesis yang tidak efektif.Pembentukan bilirubin tadi dimulai
dengan proses oksidasi yang menghasilkan biliverdin serta beberapa
zat lain.
Biliverdin inilah yang mengalami reduksi dan menjadi bilirubin
bebas atau bilirubin IX alfa. Zat ini sulit larut dalam air tetapi larut
dalam lemak, karenanyamempunyai sifat lipofilik yang sulit diekskresi
dan mudah melalui membran biologik seperti plasenta dan sawar darah
otak. Bilirubin bebas tersebut kemudian bersenyawa dengan albumin
dan dibawa ke hepar.
Di dalam hepar terjadi mekanisme ambilan, sehingga bilirubin
terikat olehreseptor membran sel hati dan masuk ke dalam sel hati.
Segera setelah ada dalamsel hati, terjadi persenyawaan dengan ligandin
(protein-Y) protein Z dan glutationhati lain yang membawanya ke
retikulum endoplasma hati, tempat terjadinya proses konjugasi.
Prosedur ini timbul berkat adanya enzim glukotonil transferase
yangkemudian menghasilkan bentuk bilirubin indirek. Jenis bilirubin
ini dapat larutdalam air dan pada kadar tertentu dapat diekskresikan
melalui ginjal. Sebagian besar bilirubin yang terkonjugasi ini
dikeskresi melalui duktus hepatikus ke dalamsaluran pencernaan dan
selanjutnya menjadi urobilinogen dan keluar dengan tinjasebagai
sterkobilin. Dalam usus sebagian diabsorbsi kembali oleh mukosa
ususdan terbentuklah proses absorbsi enterohepatik.
Sebagian besar neonatus mengalami peninggian kadar bilirubin
indirek pada hari-hari pertama kehidupan. Hal ini terjadi karena
terdapatnya prosesfisiologik tertentu pada neonatus. Proses tersebut
antara lain karena tingginyakadar eritrosit neonatus, masa hidup
eritrosit yang lebih pendek (80-90 hari) dan belum matangnya fungsi
hepar. Peninggian kadar bilirubin ini terjadi pada hari ke 2-3 dan
mencapai puncaknya pada hari ke 5-7, kemudian akan menurun
kembali pada hari ke 10-14 kadar bilirubin pun biasanya tidak
melebihi 10 mg/dl pada bayi cukup bulan dan kurang dari 12 mg/dl
pada bayi kurang bulan.
Pada keadaan ini peninggian bilirubin masih dianggap normal
dankarenanya disebut ikterus fisiologik. Masalah akan timbul apabila
produksi bilirubin ini terlalu berlebihan atau konjugasi hati menurun
sehingga kumulasi didalam darah. Peningkatan kadar bilirubin yang
berlebihan dapat menimbulkankerusakan sel tubuh tertentu, misal
kerusakan sel otak yang akan mengakibatkangejala sisa dihari
kemudian.
3. ETIOLOGI
4. PATOFISIOLOGI
6. KLASIFIKASI
1. Ikterus prehepatik
Disebabkan oleh produksi bilirubin yang berlebihan akibat
hemolisis sel darah merah. Kemampuan hati untuk melaksanakan
konjugasi terbatas terutama pada disfungsi hati sehingga
menyebabkan kenaikan bilirubin yang tidak terkonjugasi.
2. Ikterus hepatic
Disebabkan karena adanya kerusakan sel parenkim hati. Akibat
kerusakan hati maka terjadi gangguan bilirubin tidak terkonjugasi
masuk ke dalam hati serta gangguan akibat konjugasi bilirubin yang
tidak sempurna dikeluarkan ke dalam doktus hepatikus karena terjadi
retensi dan regurgitasi.
3. Ikterus kolestatik
Disebabkan oleh bendungan dalam saluran empedu sehingga
empedu dan bilirubin terkonjugasi tidak dapat dialirkan ke dalam
usus halus. Akibatnya adalah peningkatan bilirubin terkonjugasi
dalam serum dan bilirubin dalam urin, tetapi tidak didaptkan
urobilirubin dalam tinja dan urin.
4. Ikterus neonatus fisiologi
Terjadi pada 2-4 hari setelah bayi baru lahir dan akan sembuh pada
hari ke-7. penyebabnya organ hati yang belum matang dalam
memproses bilirubin
5. Ikterus neonatus patologis
Terjadi karena factor penyakit atau infeksi. Biasanya disertai suhu
badan yang tinggi dan berat badan tidak bertambah.
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan bilirubin serum
a. Pada bayi cukup bulan, bilirubin mencapai kurang lebih 6mg/dl
antara 2-4 hari setelah lahir. Apabila nilainya lebih dari 10mg/dl
tidak fisiologis.
b. Pada bayi premature, kadar bilirubin mencapai puncak 10-12
mg/dl antara 5-7 hari setelah lahir. Kadar bilirubin yang lebih dari
14mg/dl tidak fisiologis.
2. Pemeriksaan radiology
Diperlukan untuk melihat adanya metastasis di paru atau
peningkatan diafragma kanan pada pembesaran hati, seperti abses
hati atau hepatoma
3. Ultrasonografi
Digunakan untuk membedakan antara kolestatis intra hepatic dengan
ekstra hepatic.
4. Biopsy hati
Digunakan untuk memastikan diagnosa terutama pada kasus yang
sukar seperti untuk membedakan obstruksi ekstra hepatic dengan
intra hepatic selain itu juga untuk memastikan keadaan seperti
hepatitis, serosis hati, hepatoma.
5. Peritoneoskopi
Dilakukan untuk memastikan diagnosis dan dapat dibuat foto
dokumentasi untuk perbandingan pada pemeriksaan ulangan pada
penderita penyakit ini.
6. Laparatomi
Dilakukan untuk memastikan diagnosis dan dapat dibuat foto
dokumentasi untuk perbandingan pada pemeriksaan ulangan pada
penderita penyakit ini.
8. KOMPLIKASI
A. Pengkajian
1. Riwayat orang tua:
Ketidakseimbangan golongan darah ibu dan anak seperti Rh,
ABO, Polisitemia, Infeksi, Hematoma, Obstruksi Pencernaan
dan ASI.
2. Pemeriksaan Fisik:
Kuning, Pallor Konvulsi, Letargi, Hipotonik, menangis
melengking, refleks menyusui yang lemah, Iritabilitas.
3. Pengkajian Psikososial:
Dampak sakit anak pada hubungan dengan orang tua, apakah
orang tua merasa bersalah, masalah Bonding, perpisahan dengan
anak.
4. Pengetahuan Keluarga meliputi:
Penyebab penyakit dan pengobatan, perawatan lebih lanjut,
apakah mengenal keluarga lain yang memiliki yang sama,
tingkat pendidikan, kemampuan mempelajari
Hiperbilirubinemia (Cindy Smith Greenberg. 1988)
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.Risiko/defisit volume cairan berhubungan dengan tidak
adekuatnya intake cairan, serta peningkatan Insensible Water
Loss (IWL) dan defikasi sekunder fototherapi.
2. Risiko/gangguan integritas kulit berhubungan dengan ekskresi
bilirubin, efek fototerapi.
3. Risiko hipertermi berhubungan dengan efek fototerapi.
4. Gangguan parenting (perubahan peran orang tua) berhubungan
dengan perpisahan dan penghalangan untuk gabung.
5. Kecemasan meningkat berhubungan dengan therapi yang
diberikan pada bayi.
6. Risiko tinggi injury berhubungan dengan efek fototherapi
7. Risiko tinggi komplikasi (trombosis, aritmia, gangguan
elektrolit, infeksi) berhubungan dengan tranfusi tukar.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
DX 1: Risiko/defisit volume cairan b/d tidak adekuatnya intake
cairan serta peningkatan IWL dan defikasi sekunder fototherapi
Tujuan: Setelah diberikan tindakan perawatan selama 3x24 jam
diharapkan tidak terjadi deficit volume cairan dengan kriteria :
1. Jumlah intake dan output seimbang
2. Turgor kulit baik, tanda vital dalam batas normal
3. Penurunan BB tidak lebih dari 10 % BB
Intervensi:
1. Kaji reflek hisap bayi
Rasional: mengetahui kemampuan hisap bayi
2. Beri minum per oral/menyusui bila reflek hisap adekuat
Rasional: menjamin keadekuatan intake
3. Catat jumlah intake dan output , frekuensi dan konsistensi faeces
Rasional: mengetahui kecukupan intake.
4. Pantau turgor kulit, tanda- tanda vital ( suhu, HR ) setiap 4 jam
Rasional: turgor menurun, suhu meningkat HR meningkat
adalah tanda-tanda dehidrasi.
5. Timbang BB setiap hari
Rasional: mengetahui kecukupan cairan dan nutrisi.
Intervensi:
1. Observasi suhu tubuh ( aksilla ) setiap 4 - 6 jam
Rasional: suhu terpantau secara rutin.
2. Matikan lampu sementara bila terjadi kenaikan suhu, dan berikan
kompres dingin serta ekstra minum.
Rasional: mengurangi pajanan sinar sementara.
3. Kolaborasi dengan dokter bila suhu tetap tinggi
4. Memberi terapi lebih dini atau mencari penyebab lain dari
hipertermi.
Intervensi:
1. Kaji warna kulit tiap 8 jam
Rasional: mengetahui adanya perubahan warna kulit.
2. Ubah posisi setiap 2 jam
Rasional: mencegah penekanan kulit pada daerah tertentu dalam
waktu lama .
3. Masase daerah yang menonjol
Rasional: melancarkan peredaran darah sehingga mencegah luka
tekan di daerah tersebut.
4. Jaga kebersihan kulit bayi dan berikan baby oil atau lotion
pelembab
Rasional: mencegah lecet.
5. Kolaborasi untuk pemeriksaan kadar bilirubin, bila kadar
bilirubin
turun menjadi 7,5 mg% fototerafi dihentikan Rasional: untuk
mencegah pemajanan sinar yang terlalu lama
DX 4: Gangguan parenting ( perubahan peran orangtua)
berhubungan dengan perpisahan dan penghalangan untuk gabung.
Tujuan: Setelah diberikan tindakan perawatan selama 3x24 jam
diharapkan orang tua dan bayi menunjukan tingkah laku
“Attachment” , orang tua dapat mengekspresikan ketidak
mengertian proses Bounding.
Intervensi :
1. Bawa bayi ke ibu untuk disusui
Rasional: mempererat kontak sosial ibu dan bayi.
2. Buka tutup mata saat disusui
Rasional: untuk stimulasi sosial dengan ibu
3. Anjurkan orangtua untuk mengajak bicara anaknya
Rasional: mempererat kontak dan stimulasi sosial
4. Libatkan orang tua dalam perawatan bila memungkinkan
Rasional: meningkatkan peran orangtua untuk merawat bayi.
5. Dorong orang tua mengekspresikan perasaannya
Rasional: mengurangi beban psikis orangtua
Intervensi :
1. Kaji pengetahuan keluarga tentang penyakit pasien
Rasional: mengetahui tingkat pemahaman keluarga tentang
penyakit
2. Beri pendidikan kesehatan penyebab dari kuning, proses terapi
dan perawatannya.
Rasional: Meningkatkan pemahaman tentang keadaan penyakit
3. Beri pendidikan kesehatan mengenai cara perawatan bayi
dirumah
Rasional: meningkatkan tanggung jawab dan peran orang tua
dalam merawat bayi
Intervensi:
1. Tempatkan neonatus pada jarak 40-45 cm dari sumber cahaya
Rasional: mencegah iritasi yang berlebihan.
2. Biarkan neonatus dalam keadaan telanjang, kecuali pada mata
dan
daerah genetal serta bokong ditutup dengan kain yang dapat
memantulkan cahaya usahakan agar penutup mata tidak menutupi
hidung dan bibir.
Rasional: mencegah paparan sinar pada daerah yang sensitif.
3. Matikan lampu, buka penutup mata untuk mengkaji adanya
konjungtivitis tiap 8 jam.
Rasional: pemantauan dini terhadap kerusakan daerah mata.
4. Buka penutup mata setiap akan disusukan.
Rasional: memberi kesempatan pada bayi untuk kontak mata
dengan ibu.
5. Ajak bicara dan beri sentuhan setiap memberikan perawatan
Rasional: memberi rasa aman pada bayi.
Intervensi:
1. Catat kondisi umbilikal jika vena umbilikal yang digunakan
Rasional: menjamin keadekuatan akses vaskuler.
2. Basahi umbilikal dengan NaCl selama 30 menit sebelum
melakukan tindakan.
Rasional: mencegah trauma pada vena umbilical.
3. Puasakan neonatus 4 jam sebelum tindakan
Rasional: mencegah aspirasi
4. Pertahankan suhu tubuh sebelum, selama dan setelah prosedur
Rasional: mencegah hipotermi.
5. Catat jenis darah ibu dan Rhesus memastikan darah yang akan
ditranfusikan adalah darah segar.
Rasional: mencegah tertukarnya darah dan reaksi tranfusi yang
berlebihan.
6. Pantau tanda-tanda vital, adanya perdarahan, gangguan cairan dan
elektrolit, kejang selama dan sesudah tranfusi.
Rasional: Meningkatkan kewaspadaan terhadap komplikasi dan
dapat melakukan tindakan lebih dini.
7. Jamin ketersediaan alat-alat resusitatif
Rasional: dapat melakukan tindakan segera bila terjadi kegawatan
Kasus
By. Z (5 hari) dirawat diruang perinatology dengan terapy foto terapy.
Menurut ibunya Ny. A sebelum satu hari setelah bayinya lahir kulitnya
tampak kuning. Pada saat dikaji usia bayi Z sdh 5 hari, tampak ikterik
seklera, kepala badan bagian atas dan bawah, lengan dan kaki dan lutut,
reflex sucking lemah, klien tampak lemah, kulit tampak aga kering,
terpasang infus, urin tampak pekat dan feases seperti dempul. Hasil lab :
15
mg/dl, peningkatan bilirubin total > 0,5 mg/dl/jam. Saat dilakukan
pengkajian pada ibunya : Ny. A mengatakan bayinya lahir pada usia
kehamilan 36 mg, selain itu Ny. A mengatakan dia mempunyai riwayat
kencing manis.
1 DO : - Pada saat di
inspeksi,tampa Hemoglobin . Gangguan
k ikterik sklera ↓ integritas kulit
kepala badan Peningkatan
bagian atas dan destruksi
bawah, lengan eritrosit (gangguan
dan kaki dan konjugasi
lutut. Pada saatbilirubin/gangguan
di palpasi kulit transport
tampak aga bilirubin/peningkata
kering. Pada n
saat di palpasisiklus enterohepatik)
kulit tampak Hb dan eritrosit
agak kering abnormal
↓
- Hasil labolatorium Pemecahan bilirubin
• 15 mg/dl berlebih
• Peningkatan ↓
bilirubin total Suplay bilirubin
>0,5 mg/dl/jam melebihi
• Urin tampak kemampuan
pekat hepar
• Feses seperti ↓
Dempul Hepar tidak mampu
melakukan konjugasi
↓
Sebagian masuk
kembali ke siklus
emerohepatik
↓
Peningkatan
bilirubin
unconjugned dalam
darah
↓
Urin berwarna pekat
dan feses seperti
dempul
↓
Icterus pada sklera
kepala badan bagian
atas dan bawah,
lengan
dan kaki dan lutut
↓
Peningkatan
bilirubin
total >0,5 mg/dl/jam
↓
Foto therapy
↓
Kulit tampak kering
↓
Gangguan integritas
2. DS : Kulit Resiko injury
- Ny. A mengatakan Hemoglobin
1 hari setelah ↓
bayinya lahir Peningkatan
tampak kuning destruksi
DO : eritrosit (gangguan
- Pada saat dikaji usia konjugasi
By. Z 5 hari bilirubin/gangguan
- Pada saat di Pada transport
saat di inspeksi, bilirubin/peningkata
tampak ikterik n
sklera kepala badan siklus enterohepatik)
bagian atas dan Hb dan eritrosit
bawah, lengan dan abnormal
kaki dan lutut. ↓
- Peningkatan Pemecahan bilirubin
bilirubin total >0,5 berlebih
mg/dl/jam ↓
Suplay bilirubin
melebihi
kemampuan
hepar
↓
Hepar tidak mampu
melakukan konjugasi
↓
Sebagian masuk
kembali ke siklus
emerohepatik
↓
Peningkatan
bilirubin
unconjugned dalam
darah
↓
Urin berwarna pekat
dan feses seperti
dempul
↓
Icterus pada sklera
kepala badan bagian
atas dan bawah,
lengan
dan kaki dan lutut
↓
Peningkatan
bilirubin
total >0,5 mg/dl/jam
↓
Foto therapy
↓
Sinar dengan
integritas
Tinggi
3. ↓ Resiko kurangnya
DO : - Pada saat Resiko injury volume cairan
dikaji refkex Hyperbilirubinemia
sucking lemah ↓
- Pada saat di Foto therapy
palpasi kulit ↓
tampak kering Pemaparan panas
yang
intensitas tinggi
secara
kontinyu
↓
Peningkatan IWL
↓
Reflex sucking
lemah
↓
Asupan cairan tidak
adekuat
↓
Ketidakseimbangan
antara asupan dan
keluaran cairan
↓
Kulit kering
↓
Resiko kurangnya
volume cairan
INTERVENSI
DIAGNOSA
NO RENCANA
KEPERAWATAN TUJUAN RASIONAL
TINDAKAN
1. Gangguan integritas Setelah dilakukan 1. Monitor kulit 1. Untuk mengetahui
kulit b.d icterus yang di tindakan keperawatan 2.Jaga kebersihan Apakah ada
tandai dengan kulit selama 2x24 jam kulit bayi agar tetap kemerahan atau
kering, pada saat di masalah teratasi bersih tidak
inspeksi sklera ikterik, dengan kriteria hasil : 3.Mobilisasi pasien 2. Memberi
kepala badan bagian atas 1. ikterik sklera, setiap 2 jam sekali Kenyamanan
dan bawah, lengan dan kepala badan 4. Oleskan pada bayi
kaki dan lutut. bagian atas dan lotion/minyak/bab 3. Menghindari
DO : - Pada saat di bawh, lengan dan y adanya luka
inspeksi, tampak kaki dan lutut (-) oil Decubitus
ikterik sklera 2. Pada saat di palpasi 5. Atur pencahayaan 4. Untuk
kepala badan kulit tidak kering. untuk efek terapi mengurangi kulit
bagian atas dan 3. Hasil Labolatorium kering
bawah, lengan dalam batas normal 5. Agar cahaya yang
dan kaki dan di dapat oleh klien
lutut. Pada saat pas
• Bilirubin >5 mg/dl
di palpasi kulit tampak • Urin berwarna
aga kering. kuning/jernih
• Feses
- Hasil labolatorium Berwarna kuning
• 15 mg/dl
• Peningkatan
bilirubin
Total >0,5 mg/dl/jam
• Urin tampak pekat
• Feses seperti dempul
2. Setelah dilakukan 1. Agar klien merasa
Resiko injury b.d tindakan keperawatan 1. Ciptakan nyaman
radiasi foto therapy selama 2x24 jam lingkungan yang
DS : masalah teratasi nyaman bagi klien
dengan
kriteria hasil :
- Ny. A mengatakan 1 - Tidak terjadi 2. Agar klien aman
hari setelah bayinya resiko injury 2. Pindahkan benda 3. Agar klien aman
lahir tampak kuning benda berbahaya 4. Agar pencahayaan
dari sekitar klien yang di terima klien
DO : - Pada saat dikaji 3. Pindahlan pas
usia By. Z 5 hari bendabenda
- Pada saat di Pada beresiko dari
saat di inspeksi, lingkungan klien.
tampak ikterik 4. Atur pencahayaan
sklera kepala untuk efek terapi
badan bagian atas
dan bawah,
lengan dan kaki
dan lutut.
- Peningkatan
bilirubin total
>0,5 mg/dl/jam
3. Setelah dilakukan 1. Untuk mengetahui
Resiko kurangnya tindakan keperawatan 1. Monitor intake apakah cairan
volume cairan selama 2x24 cairan yang masuk sudah
b.d peningkatan IWL 2. Monitor status cukup
akibat foto Hidrasi 2. Sebagai tanda
jam masalah teratasi (kelembapan apakah cairan
therapy yang ditandai dengan mukosa membran) sudah mencukupi
reflex sucking lemah. 3. monitor cairan tubuh atau belum
kriteria hasil : yang Masuk 3. Untuk mengetahui
DO : - Kebutuhan cairan melalui IV apakah intake
- Pada saat dikaji refkex klien terpenuhi 4. Kaji pola eliminasi cairan sudah
sucking lemah - Reflex sucking aktif mencukupi atau
- Pada saat di palpasi - Kulit tidak kering belum
kulit tampak kering 4. Untuk mengetahui
apakah warna urin
dan feses sudah
normal apa belum.