DENGAN HIPERBILIRUBIN
Oleh :
BOBBY PRIYANDANA
PRESEPTI PENDIDIKAN :
TANJUNGPINANG
2022
A. KONSEP DASAR MEDIS
A. Definisi
Bilirubin adalah pigmen kristal tetrapiol berwarna jingga kuning yang merupakan
bentuk akhir dari pemecahan katabolisme heme melalui proses reaksi oksidasi-reduksi yang
terjadi di sistem retikulo endothelial (Kosim, 2012). Bilirubin diproduksi oleh kerusakan
normal sel darah merah. Bilirubin dibentuk oleh hati kemudian dilepaskan ke dalam usus
sebagai empedu atau cairan yang befungsi untuk membantu pencernaan (Mendri dan
Prayogi, 2017). Hiperbilirubinemia dapat terjadi karena produksi bilirubin yang berlebih,
didefinisikan sebagai kadar bilirubin darah lebih dari 3 mg/dL. Hiperbilirubinemia secara
klinis dapat diamati pada jaringan seperti sklera, mukosa, dan kulit, karena bilirubin
melebihi nilai normal. Pada bayi baru lahir biasanya dapat mengalami hiperbilirubinemia
pada minggu pertama setelah kelahiran. Keadaan hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir
albumin sebagai alat pengangkut, penurunan uptake oleh hati, penurunan konjugasi bilirubin
oleh hati, penurunan ekskresi bilirubin, dan peningkatan sirkulasi enterohepatik (IDAI,
2013).
darah secara berlebihan sehingga dapat menimbulkan perubahan pada bayi baru lahir yaitu
warna kuning pada mata, kulit, dan mata atau biasa disebut dengan jaundice.
salah satunya yaitu kelainan bawaan sehingga menyebabkan ikterus (Imron, 2015).
Hiperbilirubinemia atau penyakit kuning adalah penyakit yang disebabkan karena tingginya
kadar bilirubin pada darah sehingga menyebabkan bayi baru lahir berwarna kuning pada
kulit dan pada bagian putih mata (Mendri dan Prayogi, 2017).
juga disebabkan oleh kombinasi keduanya. Hiperbilirubinemia menyebabkan bayi baru lahir
tampak kuning, keadaan tersebut timbul akibat akumulasi pigmen bilirubin (4Z, 15Z
bilirubin IX alpha) yang berwarna ikterus atau kuning pada sklera dan kulit (Kosim, 2012).
Pada keadaan normal kadar bilirubin indirek pada tali pusat bayi baru lahir yaitu 1
– 3 mg/dL dan terjadi peningkatan kurang dari 5 mg/dL per 24 jam. Bayi baru lahir biasanya
akan tampak kuning pada hari kedua dan ketiga dan memuncak pada hari kedua sampai hari
keempat dengan kadar 5 – 6 mg/dL dan akan turun pada hari ketiga sampai hari kelima. Pada
hari kelima sampai hari ketujuh akan terjadi penurunan kadar bilirubin sampai dengan
kurang dari 2 mg/dL. Pada kondisi ini bayi baru lahir dikatakan mengalami
Hati, yang merupakan organ terbesar tubuh dapat dianggap sebagai sebuah pabrik
substansi yang terlibat dalam metabolisme. Lokasi hati sangat penting dalam pelaksanaan
fungsi ini karena hati menerima darah yang kaya nutrien langsung dari traktus
gastrointestinal; kemudian hati akan menyimpan atau mentransformasikan semua nutrien ini
menjadi zat-zat kimia yang digunakan di bagian lain dalam tubuh untuk keperluan
metabolik. Hati merupakan organ yang penting khususnya dalam pengaturan metabolisme
glukosa dan protein. Hati membuat dan mengeksresikan empedu yang memegang peranan
utama dalam proses pencernaan serta penyerapan lemak dalam traktus gastrointestinal.
Organ ini mengeluarkan limbah produk dari dalam aliran darah dan mengeksresikannya ke
dalam empedu. Empedu yang dihasilkan oleh hati akan disimpan untuk sementara waktu
dalam kandung empedu (vesika velea) sampai kemudian dibutuhkan untuk proses
pencernaan; pada saat ini, kandung empedu akan mengosongkan isinya dan empedu
1) Eksresi Bilirubin
Bilirubin adalah pigmen yang berasal dari pemecahan hemoglobin oleh sel-sel
pada sistem retikuloendotelial yang mencakup sel-sel Kupffer dari hati. Hepatosit
mengeluarkan bilirubin dari dalam darah dan melalui reaksi kimia mengubahnya lewat
konjugasi menjadi asam glukuronat yang membuat bilirubin lebih dapat larut di dalam
larutan yang encer. Bilirubin terkonjugasi disekresikan oleh hepatosit ke dalam
kanalikulus empedu di dekatnya dan akhirnya dibawa dalam empedu ke
duodenum.(Brunner & Suddart, 2001).
Konsentrasi bilirubin dalam darah dapat meningkat jika terdapat penyakit hati,
bila aliran empedu terhalang (yaitu, oleh batu empedu dalam saluran empedu) atau bila
terjadi penghancuran sel-sel darah merah yang berlebihan. Pada obstruksi saluran
empedu, bilirubin tidak memasuki intestinum dan sebagai akibatnya, urobilinogen tidak
terdapat dalam urin. (Brunner & Suddart, 2001).
2) Metabolisme Bilirubin
Eritrosit
Hemoglobin
Hem Globin
Bilirubin berikatan
Terjadi dalam
dengan albumin
plasma darah
Melalui hati
Bilirubin direk
diekskresi ke kandung
empedu
Melaui Duktus
Billiaris
Kandung empedu ke
duodenum
Bilirubin direk
diekskresi melalui
urine dan feses
C. Etiologi
Etiologi pada bayi dengan hiperbirirubinemia diantaranya :
1) Produksi bilirubin berlebihan, yang dapat terjadi karena; polycethemia, issoimun,
hemolytic disease, kelainan struktur dan enzim sel darah merah, keracunan obat
(hemolisis kimia : salisilat, kortikosteroid, klorampenikol), hemolisis ekstravaskuler,
cephalhematoma, ecchymosis
2) Gangguan fungsi hati; obstruksi empedu/atresia biliari, infeksi, masalah metabolik;
hypothyroidisme, jaundice ASI.
3) Gangguan pengambilan dan pengangkutan bilirubin dalam hepatosit.
4) Gangguan Konjugasi bilirubin
5) Penyakit Hemolitik, yaitu meningkatnya kecepatan pemecahan sel darah merah.
Disebut icterus hemolitik. Hemolisis dapat pula timbul karena adanya perdarahan
tertutup.
6) Peningkatan reabsorpsi pada saluran cerna (siklus enterohepatik).
D. Klasifikasi
1) Hiperbilirubinemia Fisiologis
Hiperbilirubinemia fisiologis pada bayi baru lahir tidak muncul pada 24 jam
peningkatan kadar bilirubin total tidak lebih dari 5mg/dL per hari. Pada bayi cukup
bayi dilahirkan dengan kadar serum bilirubin yaitu 6 – 8 mg/dL. Selama 72 jam awal
kelahiran kadar bilirubin akan meningkat sampai dengan 2 – 3 mg/dL kemudian pada
hari ke-5 serum bilirubin akan turun sampai dengan 3mg/dL (Hackel, 2004).
Setelah hari ke-5, kadar serum bilirubin akan turun secara perlahan sampai
dengan normal pada hari ke-11 sampai hari ke-12. Pada Bayi dengan Berat Lahir
Rendah (BBLR) atau bayi kurang bulan (premature) bilirubin mencapai puncak pada
120 jam pertama dengan peningkatan serum bilirubin sebesar 10 – 15 mg/dL dan akan
2) Hiperbilirubinemia Patologis
Hiperbilirubinemia patologis atau biasa disebut dengan ikterus pada bayi baru
lahir akan muncul dalam 24 jam pertama setelah bayi dilahirkan. Pada
hiperbilirubinemia patologis kadar serum bilirubin total akan meningkat lebih dari 5
mg/dL per hari. Pada bayi cukup bulan, kadar serum bilirubin akan meningkat
sebanyak 12 mg/dL sedangkan pada bayi kurang bulan (premature) kadar serum
bilirubin total akan meningkat hingga 15 mg/dL. Ikterus biasanya berlangsung kurang
lebih satu minggu pada bayi cukup bulan dan lebih dari dua minggu pada bayi kurang
E. Manifestasi Klinik
1) Kulit berwarna kuning sampe jingga
2) Pasien tampak lemah
3) Nafsu makan berkurang
4) Reflek hisap kurang
5) Urine pekat
6) Perut buncit
7) Pembesaran lien dan hati
8) Gangguan neurologic
9) Feses seperti dempul
10) Kadar bilirubin total mencapai 29 mg/dl
11) Terdapat ikterus pada sklera, kuku/kulit dan membran mukosa.
12) Jaundice yang tampak 24 jam pertama disebabkan penyakit hemolitik pada bayi
baru lahir, sepsis atau ibu dengan diabetk atau infeksi.
13) Jaundice yang tampak pada hari ke 2 atau 3 dan mencapai puncak pada hari ke 3-4
dan menurun hari ke 5-7 yang biasanya merupakan jaundice fisiologi.
F. Patofiologi
Pada derajat tertentu Bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak jaringan
tubuh. Toksisitas terutama ditemukan pada Bilirubin Indirek yang bersifat sukar
larut dalam air tapi mudah larut dalam lemak. sifat ini memungkinkan terjadinya
efek patologis pada sel otak apabila Bilirubin tadi dapat menembus sawar darah otak.
Kelainan yang terjadi pada otak disebut Kernikterus. Pada umumnya dianggap
bahwa kelainan pada saraf pusat tersebut mungkin akan timbul apabila kadar
Bilirubin Indirek lebih dari 20 mg/dl.
Mudah tidaknya kadar Bilirubin melewati sawar darah otak ternyata tidak
hanya tergantung pada keadaan neonatus. Bilirubin Indirek akan mudah melalui
sawar darah otak apabila bayi terdapat keadaan Berat Badan Lahir Rendah ,
Hipoksia, dan Hipoglikemia ( AH, Markum,1991).
G. Pathway
1) Tes Coomb pada tali pusat bayi baru lahir. Hasil positif tes Coomb indirek menandakan
adanya antibodi Rh-positif, anti-A, atau anti-B dalam darah ibu. Hasil positif dari tes
Coomb direk menandakan adanya sentisasi (Rh-positif, anti-A, anti-B) sel darah merah
dari neonatus.
2) Golongan darah bayi dan ibu : mengidentifikasi inkompatibilitas ABO.
3) Bilirubin total : kadar direk (terkonjugasi) bermakna jika melebihi 1,0-1,5 mg/dl, yang
mungkin dihubungkan dengan sepsis. Kadar indirek (tidak terkonjugasi) tidak boleh
melebihi peningkatan 5 mg/dl dalam 24 jam, atau tidak boleh lebih dari 20 mg/dl pada
bayi cukup bulan atau 15 mg/dl pada bayi praterm (tergantung pada berat badan).
4) Protein serum total : kadar kurang dari 3,0 g/dl menandakan penurunan kapasitas
ikatan, terutama pada bayi praterm.
5) Hitung darah lengkap: Hemoglobin (Hb) mungkin rendah (kurang dari 14 g/dl) karena
hemolisis. Hematokrit (Ht) mungkin meningkat (lebih besar dari 65 %) pada
polisitemia, penurunan (kurang dari 45 %) dengan hemolisis dan anemia berlebihan.
6) Glukosa : kadar Dextrostix mungkin kurang dari 45 % glukosa darah lengkap kurang
dari 30 mg/dl, atau tes glukosa serum kurang dari 40 mg/dl bila bayi baru lahir
hipoglikemi dan mulai menggunakan simpanan lemak dan melepaskan asam lemak.
7) Daya ikat karbon dioksida. Penurunan kadar menunjukkan hemolisis.
8) Meter ikterik transkutan : mengidentifikasi bayi yang memerlukan penentuan bilirubin
seru.
9) Jumlah retikulosit : peningkatan retikulosit menandakan peningkatan produksi SDM
dalam respons terhadap hemolisis yang berkenaan dengan penyakit Rh.
10) Smear darah perifer : dapat menunjukkan SDM abnormal atau imatur, eritroblastosis
pada penyakit Rh, atau sferositis pada inkompabilitas ABO.
11) Tes Betke-Kleihauer: evaluasi smear darah maternal terhadap eritrosit janin.
Menurut Suriadi dan Yuliani (2010) penatalaksanaan terapeutik pada bayi baru
1) Pemberian antibiotik
2) Fototerapi
untuk menurunkan bilirubin dalam kulit melaui tinja dan urine dengan oksidasi
3) Fenobarbital
Fenobarbital dapat mengekskresikan bilirubin dalam hati dan memperbesar
4) Transfusi Tukar
Transfusi tukar dilakukan apabila hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir sudah
J. Komplikasi
Hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir apabila tidak segera diatasi dapat
hiperaktivitas, bicara lambat, tidak dapat mengoordinasikan otot dengan baik, serta
ikterus pada tahap kronis bilirubin ensefalopati, bayi yang selamat biasanya
menderita gejala sisa berupa bentuk atheoid cerebral palsy yang berat, gangguan
pendengaran, paralisis upward gaze, dan dysplasia dental enamel. Kern ikterus
pada beberapa daerah otak terutama di ganglia basalis, pons, dan cerebellum.
3) Fase lanjut, ditandai dengan stupor yang dalam atau koma, peningkatan
NO SYMPTOM
ETIOLOOGY PROBLEM
(DATA SUBYEKTIF &
(PENYEBAB) (MASALAH)
OBYEKTIF)
baik
Hiperbilirubin
Ikterus
1. Kekurangan Setelah diberikan - Intake dan output - Pantau masukan - Berat badan
volume cairan asuhan cairan seimbang dan haluan bayi normal
b.d intake oral keperawatan 1 x 24 - Turgor kulit baik cairan, timbang akan semakin
yang tidak jam, diharapkan berat badan bayi bertambah atau
adekuat ditandai kebutuhan cairan 2 kali sehari. tetap. Kurang
dengan bayi - Perhatikan penambahan
tubuh neonates
malas menyusu, tanda- tanda berat badan
terpenuhi secara
sucking reflex dehidrasi (mis: pada bayi
adekuat.
lemah dan penurunan sebagai
dengan BBLR haluaran urine, indikator
2130 gr kulit hangat atau kurangnya
kering dengan volume cairan
turgor buruk, dalam tubuh.
dan mata - Peningkatan
cekung). kehilangan air
- Tingkatkan melalui feses
masukan cairan dan evaporasi
per oral, dengan dapat
memberi air menyebabkan
diantara dehidrasi.
menyusui atau - Meningkatkan
memberi susu input cairan
botol. sebagai
kompensasi
pengeluaran
feces yang
encer sehingga
mengurangi
risiko bayi
kekurangan
cairan.
- Turgor kult yang
buruk, tidak
elastis
merupakan
indikator adanya
kekurangan
volume cairan
tubuh.