Anda di halaman 1dari 15

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (Stikes)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)

Mata Kuliah (MK) : KEPERAWATAN MATERNITAS II


Kode MK : SKPA 401
Pokok Bahasan : Amenorrhea Hipogonadotropi

Sub Pokok Bahasan : 1. Pengertian Amenorrhea


2. Penyebab Amenorrhea
3. Tanda dan Gejala Amenorrhea
4. Pemeriksaan penunjang dan terapi Amenorrhea

Penempatan : Semester VII Stikes Hang Tuah Tanjungpinang, Tahun Akademik


2020/2021
Pertemuan ke : Kelima (V)
Tempat Perkuliahan : Ruang kelas Semester VII Daring Prodi S1 Keperawatan
Tanggal /Jam (waktu) : Selasa, 10 Maret 2020 (08.00-09.40 WIB)

I. Tujuan Pembelajaran Umum.


Mahasiswa mampu mengetahui mengenai Amenorrhea

II. Tujuan Pembelajaran Khusus.


Setelah mengikuti perkuliahan selama 150 menit, tanpa melihat buku mahasiswa mampu
menjelaskan materi Amenorrhea yang merupakan dari asuhan keperawatan wanita usia subur. Hal
ini dilakukan dengan teori ataupun dalam pengujian.

III. Metode.
a. Ceramah
b. Diskusi
c. Tanya jawab

IV. Kegiatan Pembelajaran


No. Waktu Kegiatan penyuluh Kegiatan peserta
1. Pre
interaksi a) Mengucapkan salam a) Menjawab salam
(10 menit) b) Absensi b) Mendengarkan,
c) Menjelaskan Tujuan memberikan respon.
Perkuliahan

2. Interaksi a) Menjelaskan Mendiskusikan


(120 pengertian Amenorrhea Mahasiswa
      
Menit) b) Menjelaskan tanda dan gejala mendengarkan,
Amenorrhea membaca bahan dan
c) Menjelaskan pemeriksaan berdiskusi dalam
penunjang Amenorrhea kelompok.

          
3. Post a) Merangkum hasil
Interaksi pembelajaran. Mendengarkan,
      
(10 menit) b) Menutup kegiatan merespon penutup dari
pembelajaran dan kontrak pengajar dengan
waktu pertemuan selanjutnya, menjawab salam.
mengucapkan salam

V. Media dan Alat.


a. Komputer/Laptop
b. Lan/Wifi

VI. Sumber.
1. Mansjoer, A. 2012. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika
2. Manuaba, Ida Bagus Gede. 2012. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana, Jakarta : EGC

VII. Evaluasi.
Menguraikan pengertian tentang Amenorrhea dan dapat menjelaskan asuhan keperawatan nya.

VIII. Lampiran.
 Materi perkuliahan secara lengkap terlampir.
Tanjungpinang, 15 September 2020
Pengajar

(Hotmaria Julia DS, S. Kep, Ns, M. Kep)

BAHAN AJAR KONSEP MATERNITAS

A. Deskripsi Maternitas
Kesehatan reproduksi pada keluarga menggambarkan masyarakat yang sehat, keadaan sejahtera
fisik, mental dan sosial secara utuh dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi.
Ruang lingkup kesehatan reproduksi mencakup keseluruhan kehidupan manusia sejak lahir
sampai mati. Agar kesehatan reproduksi dapat terjaga dengan baik, dapat menggunakan
pendekatan siklus hidup sehingga diperoleh sasaran terpadu dan berkualitas dengan
memperhatikan hak reproduksi perorangan yang sesuai dengan program pelayanan tersedia.

Peningkatan jumlah wanita yang hidup dalam kemiskinan, kehamilan remaja, jumlah tenaga kerja
wanita, peningkatan jumlah wanita pengidap AIDS, efek imigrasi dan perpindahan penduduk dan
semakin maju teknologi reproduksi sangat mempengaruhi keluarga dalam pemecahan masalah
yang sangat kritis. Kondisi masyarakat terkini menimbulkan tantangan bagi para profesional
kesehatan dan bagian yang terkait dalam memberikan pelayanan kesehatan sebagai upaya
mengembangkan strategi yang bermanfaat pada abad ke 21.

Dalam kurun waktu 100 tahun, perawatan maternitas sudah mengalami banyak perubahan sebagai
respon dari kemajuan teknologi, obat, perawatan dan keinginan individu dari pasangan yang
memiliki anak. Perubahan signifikan yang menjadi tren saat ini adalah meningkatnya kelahiran
secara Caesar dan induksi persalinan. Manajemen persalinan dan kelahiran telah beralih dari
intervensi obstetri sederhana dan kelahiran secara natural menjadi intervensi obstetri yang lebih
canggih dan kelahiran yang dapat dikontrol, pada generasi saat ini terdapat dorongan untuk
memanfaatkan teknologi tersebut.

TOPIK I
AMENORRHEA HIPOGONADOTROPI

A. DEFINISI
Haid (Menstruasi) adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai
pelepasan (deskuamasi) endometrium. Panjang siklus Menstruasi ialah jarak antara
tanggal mulainya Menstruasi yang lalu dan mulainya Menstruasi berikutnya. Hari
mulainya perdarahan dinamakan hari pertama siklus. Panjang siklus Menstruasi yang
normal atau dianggap sebagai siklusMenstruasi yang klasik ialah 28 hari, tetapi
variasinya cukup luas, bukan saja antara beberapa wanita tetapi juga pada wanita yang
sama. Juga pada kakak beradik bahkan saudara kembar, siklusMenstruasi tidak terlalu
sama. Dari pengamatan Hartman yang dikutip dari Wiknjosastro (2012), panjang siklus
yang biasa dijumpai ialah 25 – 32 hari.Lama Menstruasi biasanya antara 3 – 5 hari, ada
yang 1 – 2 hari diikuti darah sedikit-sedikit kemudian, ada yang sampai 7 – 8 hari. Pada
setiap wanita biasanya lama Menstruasi itu tetap. Jumlah darah yang keluar rata-rata ± 16
cc. Pada wanita yang lebih tua biasanya darah yang keluar lebih banyak. Jumlah darah
Menstruasi yang lebih dari 80 cc di anggap patologik (Wiknjosastro, 2012).

Amenorrhea adalah keadaan tidak adanya haid untuk sedikitnya 3 bulan berturut-turut.
Lazim diadakan pembagian antara amenorrhea primer dan amenorrhea sekunder. Kita
berbicara tentang amenorrhea primer apabila seorang wanita berumur 18 tahun keatas
tidak pernah mendapat haid, sedang pada amenorrhea sekunder penderita pernah
mendapat haid, tetapi kemudian tidak dapat lagi (Wiknjosastro,2008).

B. Klasifikasi

Amenorea dapat dibagi menjadi amenorea primer dan amenorea sekunder.

1. Amenorea primer adalah apabila seorang wanita berumur 18 tahun ke atas tidak
pernah mendapatkan menstruasi. Amenorea primer terjadi pada 0.1 – 2.5% wanita usia
reproduksi. Amenorea primer umumnya mempunyai sebab-sebab yang lebih berat dan lebih
sulit diketahui, seperti kelainan kongenital dan kelainan genetik.

2. Amenorea sekunder adalah penderita pernah mendapatkan menstruasi, tetapi


kemudian tidak mendapatkan lagi atau 6 siklus setelah sebelumnya mendapatkan siklus
menstruasi biasa. Angka kejadian berkisar antara 1 – 5%. Adanya amenorea sekunder lebih
menunjuk kepada sebab-sebab yang timbul kemudian dalam kehidupan wanita, seperti
gangguan gizi, gangguan metabolisme, tumor, penyakit infeksi dan lain-lain.

Amenorrhea adalah tidak ada atau berhentinya menstruasi secara abnormal yang
diiringi penurunan berat badan akibat diet penurunan berat badan dan nafsu makan
tidak sehebat pada anoreksianervosa dan tidak disertai problem psikologik (Kumala,
2005).

C. ETIOLOGI

Penyebab Amenorrhea secara umum adalah:

1. Hymen Imperforata : Selaput darah tidak berlubang sehingga darah menstruasi


terhambat untuk keluar.

Hymen Imperforata merupakan penyebab amenorrhea


2. Menstruasi Anavulatori : Rangsangan hormone – hormone yang tidak mencukupi untuk
membentuk lapisan dinding rahim sehingga tidak terjadi haid atau hanya sedikit.
 Disfungsi Hipotalamus : kelainan organik, psikologis, penambahan berat badan
 Disfungsi hipofise : tumor dan peradangan
 Disfungsi Ovarium : kelainan congenital, tumor
 Endometrium tidak bereaksi
Komplek hipotalamus-hipofisi-aksis-indung telur

3. Penyakit lain : penyakit metabolik, penyakit kronik, kelainan gizi, kelainan hepar dan
ginjal.

 Penyebab amenorea sekunder:

a. Penurunan berat badan secara drastis (akibat kemiskinan, diet yang salah, anoreksia nervosa,

bulimia nervosa, aktivitas fisik yang sangat berat dan penyebab lainnya).

b. Obesitas yang ekstrem.

c. Penyakit kronis yang diderita dalam jangka waktu yang lama.

d. Abnormalitas organ genital wanita (tidak adanya uterus, vagina, septum vagina, stenosis servikal,

dan selaput dara yang terlalu tebal).

e. Tubuh mengalami kelainan seperti hipoglikemia (kadar gula darah secara abnormal rendah),

hipotiroidisme (kelenjar tiroid kurang aktif), hipertiroidisme (kelenjar tiroid bekerja secara

berlebihan), cystic fibrosis (penyakit yang diturunkan atau diwariskan dari kelenjar-kelenjar

lendir dan keringat), atau cushing’s disease (kadar kortikosteroid berlebihan).

f. Wanita yang pernah mengalami kelainan penyakit polikistik ovarium mempunyai risiko tinggi

terhadap penyakit Amenorrhea.

g. Adanya penyakit akibat kelainan kromosom seperti Sindrom Turner atau Sindrom Sawyer.
h. Kadar hormone prolaktin di dalam tubuh cukup tinggi (hiperprolaktinemia).

i. Kehamilan.

j. Stres.

k. Ketidakseimbangan mekanisme sistem hormon reproduksi wanita.

 Penyebab tersering dari amenorea primer adalah:

 Pubertas terlambat
 Kegagalan dari fungsi indung telur
 Agenesis uterovaginal (tidak tumbuhnya organ rahim dan vagina)
 Gangguan pada susunan saraf pusat
 Himen imperforata yang menyebabkan sumbatan keluarnya darah menstruasi dapat dipikirkan
apabila wanita memiliki rahim dan vagina normal.

D. MANIFESTASI KLINIS

Tanda dan gejala yang muncul diantaranya :

 Tidak terjadi haid


 Produksi hormon estrogen dan progesteron menurun.
 Nyeri kepala
 Badan lemah

Tanda dan gejala tergantung dari penyebabnya :

 Jika penyebabnya adalah kegagalan mengalami pubertas, maka tidak akan ditemukan
tanda – tanda pubertas seperti pembesaran payudara, pertumbuhan rambut kemaluan
dan rambut ketiak serta perubahan bentuk tubuh.
 Jika penyebanya adalah kehamilan, akan ditemukan morning sickness dan pembesaran
perut.
 Jika penyebabnya adalah kadar hormon tiroid yang tinggi maka gejalanya adalah
denyut jantung yang cepat, kecemasan, kulit yang hangat dan lembab.
 Sindroma Cushing menyebabkan wajah bulat ( moon face ), perut buncit, dan lengan
serta tungkai yang lurus.

Gejala lainnya yang mungkin ditemukan pada amenore :

 Sakit kepala
 Galaktore ( pembentukan air susu pada wanita yang tidak hamil dan tidak sedang
menyusui )
 Gangguan penglihatan ( pada tumor hipofisa )
 Penurunan atau penambahan berat badan yang berarti
 Vagina yang kering
 Hirsutisme ( pertumbuhan rambut yang berlebihan, yang mengikuti pola pria ),
perubahan suara dan perubahan ukuran payudara.

E. PATOFISIOLOGI

Menstruasi adalah siklus teratur peluruhan lapisan rahim akibat interaksi hormon yang
diproduksi oleh hipotalamus, hipofisis, dan ovarium. Hipotalamus, hipofisis, dan ovarium
membentuk axis endokrin fungsional, yang dikenal sebagai axis HPO, dengan regulasi hormon
dan reaksi umpan balik, seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah. 

Siklus menstruasi yang teratur dapat diprediksi jika hormon estradiol dan progesteron
dikeluarkan ovarium secara teratur sesuai respon rangsangan dari hipotalamus dan
hipofisis. estradiol yang beredar merangsang pertumbuhan endometrium. Progesteron yang
diproduksi oleh korpus luteum setelah ovulasi merubah endometrium proliferasi menjadi
endometrium sekretori. Jika kehamilan tidak terjadi, endometrium sekretori ini luluh selama
periode menstruasi.
Hipotalamus, hipofisis, dan ovarium membentuk axis endokrin fungsional, yang dikenal
sebagai axis HPO, dengan regulasi hormonal dan reaksi umpan balik.

Hipotalamus, terletak di sistem saraf pusat, melepaskan gonadotropin-releasing hormone


(GnRH) terus menerus, yang diangkut ke hipofisis anterior, di mana ia mengikat reseptor GnRH
untuk menstimulasi gonadotropin. Sebagai respon terhadap rangsangan oleh GnRH, sel-sel ini
mengeluarkan gonadotropin follicle-stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH). 

Selanjutnya, hormon ini merangsang ovarium untuk mensintesis dan mengeluarkan


hormon steroid. Pelepasan hormon melalui axis (HPO) hipotalamus-hipofisis-ovarium diatur
dengan umpan balik negatif hormon steroid pada gonadotropin di hipofisis anterior dan inhibisi
langsung pada tingkat hipotalamus. Stimulasi dan inhibisi negatif melengkapi jalur antara
hipotalamus, hipofisis, dan ovarium. Setiap gangguan axis ini dapat mengakibatkan
amenorea. Menetapkan adanya disfungsi primer sangat penting dalam menentukan patofisiologi
amenore.

Amenorrhea terjadi jika hipotalamus dan pituitari gagal dalam memberikan stimulasi
gonadotropin pada ovarium, sehingga produksi estradiol tidak memadai dan atau terjadi
kegagalan ovulasi dan kegagalan produksi progesteron. Amenorrhea juga dapat terjadi jika
ovarium gagal menghasilkan jumlah estradiol yang cukup meskipun stimulasi gonadotropin
normal oleh hipotalamus dan hipofisis. Dalam beberapa kasus, hipotalamus, hipofisis, dan
ovarium semua dapat berfungsi normal, namun amenore dapat terjadi karena kelainan uterus
seperti perlekatan dalam rongga endometrium, defek pada serviks, septum uteri, dan hymen
imperforata.

F. KOMPLIKASI

Komplikasi yang paling ditakutkan adalah infertilitas, karena tidak terjadi ovulasi
sehingga tidak dapat hamil. . Komplikasi lainnya adalah tidak percaya dirinya penderita
sehingga dapat mengganggu kompartemen IV dan terjadilah lingkaran setan terjadinya
amenorrhea. Komplikasi lainnya adalah akibat rendahnya kadar estrogen yang menyebabkan
berkurangnya kepadatan tulang atau osteoporosis.

G. PENATALAKSANAAN

Pengobatan yang dilakukan sesuai dengan penyebab dari amenorea yang dialami, apabila
penyebabnya adalah obesitas, maka diet dan olahraga adalah terapinya. Belajar untuk mengatasi stress
dan menurunkan aktivitas fisik yang berlebih juga dapat membantu. Terapi amenorea diklasifikasikan
berdasarkan penyebab saluran reproduksi, penyebab ovarium, dan penyebab susunan saraf pusat.

1. Saluran reproduksi

a. Aglutinasi labia (penggumpalan bibir labia) yang dapat diterapi dengan krim estrogen

b. Kelainan bawaan dari vagina, hymen imperforata (selaput dara tidak memiliki lubang), septa vagina
(vagina memiliki pembatas diantaranya). Diterapi dengan insisi atau eksisi (operasi kecil)

c. Sindrom Mayer-Rokitansky-Kuster-Hauser. Sindrom ini terjadi pada wanita yang memiliki ovarium
normal namun tidak memiliki rahim dan vagina atau memiliki keduanya namun kecil atau mengerut.
Pemeriksaan dengan MRI atau ultrasonografi (USG) dapat membantu melihat kelainan ini. Terapi yang
dilakukan berupa terapi non-bedah berupa dilatasi (pelebaran) dari tonjolan di tempat seharusnya vagina
berada atau terapi bedah dengan membuat vagina baru menggunakan skin graft
d. Sindrom feminisasi testis. Terjadi pada pasien dengan kromosom 46, XY kariotipe, dan memiliki
dominan X-linked sehingga menyebabkan gangguan dari hormon testosteron. Pasien ini memiliki testis
dengan fungsi normal tanpa organ dalam reproduksi wanita (indung telur, rahim). Secara fisik bervariasi
dari wanita tanpa pertumbuhan rambut ketiak dan pubis sampai penampakan seperti layaknya pria namun
infertil (tidak dapat memiliki anak)

e. Parut pada rahim. Parut pada endometrium (lapisan rahim) atau perlekatan intrauterine (dalam rahim)
yang disebut sebagai sindrom Asherman dapat terjadi karena tindakan kuret, operasi sesar, miomektomi
(operasi pengambilan mioma rahim), atau tuberkulosis. Kelainan ini dapat dilihat dengan
histerosalpingografi (melihat rahim dengan menggunakan foto roentgen dengan kontras). Terapi yang
dilakukan mencakup operasi pengambilan jaringan parut. Pemberian dosis estrogen setelah operasi
terkadang diberikan untuk optimalisasi penyembuhan lapisan dalam rahim.

2. Gangguan Ovarium

a. Disgenesis gonadal. Disgenesis gonadal adalah tidak terdapatnya sel telur dengan indung telur yang
digantikan oleh jaringan parut. Terapi yang dilakukan dengan terapi penggantian hormon pertumbuhan
dan hormon seksual
b. Kegagalan Ovari Prematur. Kelaianan ini merupakan kegagalan dari fungsi indung telur sebelum usia
40 tahun. Penyebabnya diperkirakan kerusakan sel telur akibat infeksi atau proses autoimun
c. Tumor ovarium. Tumor indung telur dapat mengganggu fungsi sel telur normal

3. Gangguan Susunan Saraf Pusat

a. Gangguan hipofisis. Tumor atau peradangan pada hipofisis dapat mengakibatkan amenorea.
Hiperprolaktinemia (hormone prolaktin berlebih) akibat tumor, obat, atau kelainan lain dapat
mengakibatkan gangguan pengeluaran hormon gonadotropin. Terapi dengan menggunakan agonis
dopamin dapat menormalkan kadar prolaktin dalam tubuh. Sindrom Sheehan adalan tidak
efisiennya fungsi hipofisis. Pengobatan berupa penggantian hormon agonis dopamin atau terapi
bedah berupa pengangkatan tumor.

b. Gangguan hipotalamus. Sindrom polikistik ovari, gangguan fungsi tiroid, dan Sindrom Cushing
merupakan kelainan yang menyebabkan gangguan hipotalamus. Pengobatan sesuai dengan
penyebabnya.
c. Hipogonadotropik, hipogonadism. Penyebabnya adalah kelainan organik dan kelainan fungsional
(anoreksia nervosa atau bulimia). Pengobatan untuk kelainan fungsional membutuhkan bantuan
psikiater.

Farmakologis

Agonis Dopamin merupakan satunya terapi medis khusus disetujui untuk membalikkan sebuah
patologi yang mendasari yang mengarah ke amenore. Dalam kebanyakan kasus, agonis dopamin efektif
mengurangi hiperprolaktinemia.Terapi gonadotropin atau terapi GnRH pulsatile ditujukan pada wanita
yang menginginkan kesuburan namun tetap anovulasi karena gangguan hipotalamus atau hipofisis.

Setelah diagnosis ditegakkan, untuk beberapa wanita dengan oligomenore atau amenore yang
tidak ingin menjadi hamil, oral kontrasepsi dapat menjadi pilihan yang baik untuk memulihkan siklus
menstruasi dan diberikan penggantian estrogen. Tidak adanya kehamilan harus didokumentasikan
sebelum kontrasepsi oral terapi dimulai.

Pada pasien dengan amenore atau oligomenorrhea withdrawal bleeding harus diinduksi dengan
suntikan progesteron atau mg 5-10 medroksiprogesteron selama 10 hari. Terapi penggantian hormon,
yang terdiri dari estrogen dan progestin, diperlukan untuk perempuan dengan defisiensi estrogen
tetap karena fungsi ovarium tidak dapat dipulihkan. Peran pengganti androgen saat ini tidak jelas
dan merupakan subjek investigasi yang sedang berlangsung.

H. TERAPI PENANGANAN AMENORRHEA

Pengobatan yang dilakukan sesuai dengan penyebab dari amenorrhea yang dialami,
apabila penyebabnya adalah obesitas, maka diet dan olahraga adalah terapinya. Belajar untuk
mengatasi stress dan menurukan aktivitas fisik yang berlebih juga dapat membantu. Terapi
amenorrhea diklasifikasikan berdasarkan penyebab saluran reproduksi atas dan bawah, penyebab
indung telur, dan penyebab susunan saraf pusat.

1. Saluran Reproduksi
a. Aglutinasi labia (penggumpalan bibir labia) yang dapat diterapi dengan krim
estrogen.
b. Kelainan bawaan dari vagina, hymen imperforata (selaput dara tidak memiliki
lubang), septa vagina (vagina memiliki pembatas diantaranya). Diterapi dengan insisi
atau eksisi (operasi kecil).
c. Sindrom Mayer-Rokitansky-Kuster-Hauser
Sindrom ini terjadi pada wanita yang memiliki indung telur normal namun tidak
memiliki rahim dan vagina atau memiliki keduanya namunkecil atau mengerut.
Pemeriksaan dengan MRI atau ultrasonografi (USG) dapat membantu melihat
kelainan ini. Terapi yang dilakukan berupa terapi non-bedah dengan membuat vagina
baru menggunakan skin graft.
d. Sindrom feminisasi testis
Terjadi pada pasien dengan kromosom 46, XY kariotipe, dan memiliki dominan X-
linked sehingga menyebabkan gangguan dari hormon testosteron. Pasien ini memiliki
testis dengan fungsi normal tanpa organ dalam reproduksi wanita (indung telur,
rahim). Secara fisik bervariasi dari wanita tanpa pertumbuhan rambut ketiak dan
pubis sampai penampakan seperti layaknya pria namun infertil (tidak dapat memiliki
anak)
e. Parut pada rahim
Parut pada endometrium (lapisan rahim) atau perlekatan intrauterine (dalam rahim)
yang disebut sebagai sindrom Asherman dapat terjadi karena tindakan kuret, operasi
sesar, miomektomi (operasi pengambilan mioma rahim), atau tuberkulosis. Kelainan
ini dapat dilihat dengan histerosalpingografi (melihat rahim dengan menggunakan
foto rontgen dengan kontras). Terapi yang dilakukan mencakup operasi pengambilan
jaringan parut. Pemberian dosis estrogen setelah operasi terkadang diberikan untuk
optimalisasi penyembuhan lapisan dalam rahim.

2. Gangguan Indung Telur


a. Disgenesis Gonadal
Adalah tidak terdapatnya sel telur dengan indung telur yang digantikan oleh jaringan
parut. Terapi yang dilakukan dengan terapi penggantian hormon pertumbuhan dan
hormon seksual.
b. Kegagalan Ovari Prematur
Kelainan ini merupakan kegagalan dari fungsi indung telur sebelum usia 40 tahun.
Penyebabnya diperkirakan kerusakan sel telur akibat infeksi atau proses autoimun.
c. Tumor Ovarium
Tumor indung telur dapat mengganggu fungsi sel telur normal.

3. Gangguan Susunan Saraf Pusat


a. Gangguan Hipofisis
Tumor atau peradangan pada hipofisis dapat mengakibatkan amenorrhea.
Hiperprolaktinemia (Hormone prolaktin berlebih) akibat tumor, obat, atau kelainan
lain dapat mengakibatkan gangguan pengeluaran hormon gonadotropin. Terapi
dengan menggunakan agonis dopamin dapat menormalkan kadar prolaktin dalam
tubuh. Sindrom Sheehan adalah tidak efisiennya fungsi hipofisis. Pengobatan berupa
penggantian hormon agonis dopamin atau terapi bedah berupa pengangkatan tumor.

b. Gangguan Hipotalamus
Sindrom polikistik ovari, gangguan fungsi tiroid, dan sindrom cushing merupakan
kelainan yang menyebabkan gangguan hipotalamus. Pengobatan sesuai dengan
penyebabnya.
c. Hipogonadotropik
Penyebabnya adalah kelainan organik dan kelainan fungsional (anoreksia nervosa
atau bulimia). Pengobatan untuk kelainan fungsional membutuhkan bantuan
psikeater.

Anda mungkin juga menyukai