Anda di halaman 1dari 1

Kasus II

Tn. P (37 tahun) dirawat di unit psikiatri sebuah rumah sakit. TD : 130/80 mmHg Nadi : 84 x/menit
Suhu : 36,5 ºC Pernafasan : 26 x/menit TB : 168 BB : 62. Pada saat pengkajian klien mengatakan
sering diejek oleh saudaranya dan teman - temannya karena kemampuannya bicara yang sulit
dimengerti, sehingga pasien sering merasa malu dan khawatir untuk bertemu dengan orang lain.
Klien sudah satu kali dirawat di rumah sakit jiwa disebabkan karena putus obat sebab dirinya
dianggap tidak normal dalam berbicara. Pengobatan sebelumnya dianggap kurang berhasil karena
klien tidak rutin meminum obat dan tidak kontrol, ekonomi keluarga yang kurang mampu untuk
mencukupi biaya perawatan dan pengobatan klien. Sekarang gangguan jiwa klien kambuh
disebabkan karena putus obat. Klien mengatakan Didalam keluarganya tidak ada yang mengalami
gangguan jiwa . Dari pengkajian riwayat anggota keluarga diketahui adanya anggota klien yang
mengalami gangguan jiwa yaitu bapak dari pasien. Klien mengatakan bahwa baru-baru ini ia juga di
PHK sehingga membuat klien merasa semakin tidak berguna. Pada saat pengkajian citra tubuh klien
mengatakan menyukai semua bagian tubuhnya. Klien mengatakan selama ini ia merupakan tulang
punggung keluarga. Klien berharap agar cepat sembuh dan cepat pulang, karena klien ingin segera
mencari uang agar dapat membahagiakan orang tua. Selama di rumah klien merasa malu jika diajak
berkenalan dengan orang lain. Klien mengatakan orang terdekat denganya yaitu ibu kandungnya,
klien tidak mau bergaul dengan masyarakat karena merasa malu dan minder jika bertemu orang lain,
klien mengatakan tidak butuh orang lain. Klien beragama Islam, tetapi jarang sholat dan sehari cuma
subuh dan ashar. Klien terlihat tidak rapi, jarang mandi, jarang menggosok gigi, memakai baju sering
dipakai berlapis-lapis. Cara berbicara terbata - bata, nada suara sedikit kasar, pandangan mata tidak
fokus / sering menunduk. Klien terlihat rasa gelisah, mondar - mandir, jika diajak berkenalan dengan
orang lain pandangan mata selalu menunduk. Klien mampu menilai antara masuk kamar setelah
makan atau membiarkan kursi tidak rapi, klien memilih membereskan kursi. Klien mengatakan
perasaannya sedih karena ingin cepat sembuh dan bisa pulang. Saat berinteraksi dengan klien, klien
selalu menundukkan kepala ke bawah, pandangan mata tidak fokus. Klien tidak pernah mempunyai
pikiran yang aneh – aneh. Klien sadar bahwa dirinya telah berbuat sering menyendiri dan merasa
pandangan hidup yang tidak berguna. Klien mengatakan jika ada masalah klien cenderung
menyendiri.

Anda mungkin juga menyukai