Anda di halaman 1dari 11

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (Stikes)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)

Mata Kuliah (MK) : Biostatistik


Kode MK : SKPA
Pokok Bahasan : Menguraikan pengertian tentang Statistik Pengertian statistic, Pengertian
data, variabel Jenis data & skala pengukuran, perbedaan statistik deskriptif
dengan inferensial

Sub Pokok Bahasan : 1. Pengertian statistik, pengertian data dan variabel


2. Jenis data & skala pengukuran
3. Perbedaan statistik deskriptif dengan inferensial

Penempatan : Semester VII Stikes Hang Tuah Tanjungpinang, Tahun Akademik


2020/2021
Pertemuan ke : Satu (I)
Tempat Perkuliahan : Ruang kelas Semester VII Daring Prodi S1 Keperawatan
Tanggal /Jam (waktu) : Selasa, 15 September 2020 (08.00-10.50 WIB)

I. Tujuan Pembelajaran Umum.


Bila diberi satu set data siap olah, mahasiswa mampu menyajikan data tersebut dalam bentuk
tabel, diagram, grafik sesuai data yang telah dikatagorikan.

II. Tujuan Pembelajaran Khusus.


Bila diberi satu set data siap olah, mahasiswa mampu menetapkan ada tidaknya hubungan antara
dua variabel dengan menggunakan uji statistik bivariat sesuai dengan jenis data yang telah
dikategorikan.

III. Metode.
a. Ceramah
b. Diskusi
c. Tanya jawab
IV. Kegiatan Pembelajaran
NO TAHAPAN KEGIATAN DOSEN KEGIATAN MAHASISWA
& WAKTU
Pre Interaksi a. Mengucapkan salam a. Menjawab salam
(10 menit). b. Absensi b. Mendengarkan,
c. Menjelaskan tujuan memberikan respon.
perkuliahan
Interaksi Mahasiswa
(120 menit) mendengarkan, membaca
Menjelaskan mendiskusikan bahan dan berdiskusi
Teori, konsep, dan prinsip dalam kelompok secara
dasar daring dan membuat
resume diskusi.

Post a. Merangkum hasil  Mendengarkan


Interaksi pembelajaran.  Mendengar a
(10 Menit). b. Menutup kegiatan Merespon penutup
pembelajaran dan kontrak dari pengajar dengan
waktu pertemuan selanjutnya, menjawab salam .
mengucapka salam.

V. Media dan Alat.


a. Komputer/Laptop
b. Lan/Wifi

VI. Sumber.
1. Arikunto, Suharsimi 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi 2010,
Jakarta: Rineka Cipta.
2. Dharma, Kelana Kusuma. 2011. Metodologi Penelitian Keperawatan, Jakarta: Trans Info Media

VII. Evaluasi.
Menguraikan pengertian tentang Statistik Pengertian statistic, Pengertian data, variabel Jenis data &
skala pengukuran, perbedaan statistik deskriptif dengan inferensial
VIII. Lampiran.
 Materi perkuliahan secara lengkap terlampir.

Tanjungpinang, 15 September 2020


Pengajar

(Hotmaria Julia DS, S. Kep, Ns, M. Kep)

BAHAN AJAR KONSEP KEPEMIMPINAN


A. Deskripsi Biostatistik
Biostatistik merupakan ilmu statistika terapan yang mengenalkan perhitungan statistik kehidupan,
baik konsep dasarnya, penyajian data, pemusatan dan penyebaran data, kemiringan dan
distribusinya dalam kurve normal serta konsep estimasi, sampling, uji hipotesis dan uji-uji statistik
deskriptif, korelasi maupun komparasi. Hal-hal tersebut akan sangatlah berguna dalam melakukan
analisis data penelitian kuantitatif.

Pada bahasan Konsep dasar statistik umum, kita akan banyak mengerti hal-hal meliputi: Pengertian
statistika, Ruang lingkup statistika, Pengertian dan jenis data serta Variabel dan skala pengukuran
variabel.

Bahasan ukuran pemusatan data, secara khusus membahas nilai rata-rata (mean), median, modus.
Pembicaraan Nilai rata-rata akan memerinci uraian tentang Pengertian nilai rata-rata, Sifat nilai
rata-rata, cara menghitung nilai rata-rata, Interpretasi hasil perhitungan nilai rata-rata.

Menurut Dr.Eko Budiarto,SKM :


Ada 3 Statistik yaitu :
1. Statistik merupakan kumpulan angka yang dihasilkan dari pengukuran atau penghitungan
yang disebut dengan data
2. Statistik dapat pula diartikan sebagai statistik sample
3. Statistik sebagai suatu metode ilmiah yang dapat digunakan sebagai alat bantu dalam
mengambil keputusan, mengadakan analisis data hasil penelitian dll.

TOPIK II
JENIS JENIS DATA DAN STATISTIK PENGUKURAN
A. Pengertian Data
Menurut Luknis Sabri dan Sutanto. P.H (2010). Data adalah bentuk jamak (plural) dari kata
dotum, data adalah himpunan angka yang merupakan nilai dari unit sampel kita sebagai hasil
mengamati/mengukurnya.

Sutanto (2007). Mengemukakan data adalah merupakan kumpulan angka/huruf hasil dari
penelitian terhadap staf/karakteristik yang akan kita teliti. Data merupakan materi mentah yang
membentuk semua laporan riset (Dempsey, 2002). Jadi dari pengertian di atas dapat saya
simpulakan bahwa Data adalah sekumpulan informasi yang biasanya berbentuk angka yang
dihasilkan dari pengukuran atau penghitungan.

B. Jenis Jenis Data

1. Jenis Data Menurut Cara Memperolehnya


 Data Primer
Data primer adalah secara langsung diambil dari objek / obyek penelitian oleh peneliti
perorangan maupun organisasi. Contoh : Mewawancarai langsung penonton bioskop 21
untuk meneliti preferensi konsumen bioskop.

 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek penelitian.
Peneliti mendapatkan data yang sudah jadi yang dikumpulkan oleh pihak lain dengan
berbagai cara atau metode baik secara komersial maupun non komersial. Contohnya
adalah pada peneliti yang menggunakan data statistik hasil riset dari surat kabar atau
majalah.

2. Macam-Macam Data Berdasarkan Sumber Data


 Data Internal
Data internal adalah data yang menggambarkan situasi dan kondisi pada suatu
organisasi secara internal. Misal : data keuangan, data pegawai, data produksi, dsb.

 Data Eksternal
Data eksternal adalah data yang menggambarkan situasi serta kondisi yang ada di luar
organisasi. Contohnya adalah data jumlah penggunaan suatu produk pada konsumen,
tingkat preferensi pelanggan, persebaran penduduk, dan lain sebagainya.

3. Klasifikasi Data Berdasarkan Jenis Datanya


 Data Kualitatif adalah data yang berbentuk kualitas, seperti penyataan terhadap KB yang
dikategorikan menjadi tiga kategori yaitu : setuju, kurang setuju, tidak setuju).
Berbentuk kata-kata atau pengkategorian. Dalam mengolah data mengunakan
komputer, kategori tersebut harus dilakuka proses “coding” terlebih dahulu. Misalkan :
untuk setuju di beri kode 2, kurang setuju diberi kode 1 dan tidak setuju diberi kode 0.
Data Kualitatif disebut juga dengan data kategori.

 Data Kuantitatif. Data dalam bentuk bilangan (numerik), misalnya : jumlah balita yang
mendapatkan imunisasi, Berat Badan Bayi. Diperoleh dengan cara menghitung maupun
mengukur. Data Kuantitatif disebut juga dengan data numerik.

4. Pembagian Jenis Data Berdasarkan Sifat Data


 Data Literal (diskrit) adalah data yang berbentuk bilangan bulat, misalnya : Jumlah anak
dalam keluarga, jumlah penyakit TBC, jumlah kecelakaan jalan raya. Diperoleh dengan
cara menghitung.

 Data Kontinyu adalah data yang berbentuk rangkaian data, nilainya berbentuk desimal.
Misalnya : Tinggi Badan, Berat Badan, Tekanan Darah. Diperoleh dengan cara mengukur.

5. Jenis-jenis Data Menurut Waktu Pengumpulannya


 Data Cross Section
Data cross-section adalah data yang menunjukkan titik waktu tertentu. Contohnya
laporan keuangan per 31 desember 2006, data pelanggan PT. angin ribut bulan mei
2004, dan lain sebagainya.

 Data Time Series / Berkala


Data berkala adalah data yang datanya menggambarkan sesuatu dari waktu ke waktu
atau periode secara historis. Contoh data time series adalah data perkembangan nilai
tukar dollar amerika terhadap euro eropa dari tahun 2004 sampai 2006, jumlah
pengikut jamaah nurdin m. top dan doktor azahari dari bulan ke bulan, dll.

C. Definisi Skala Pengukuran


Pengukuran dapat didefinisikan sebagai suatu proses sistematik dalam menilai dan
membedakan sesuatu obyek yang diukur. Dalam mengolah dan menganalisis data, kita sangat
berkepentingan dengan sifat dasar skala pengukuran yang digunakan. Operasi-operasi
matematik serta pilihan peralatan statistik yang digunakan dalam pengolahan data, pada
dasarnya memiliki persyaratan tertentu dalam hal skala pengukuran datanya. Ketidaksesuaian
antara skala pengukuran dengan operasi matematik/peralatan statistik yang digunakan akan
menghasilkan kesimpulan yang bias dan tidak tepat/relevan. Ada empat tipe pengukuran atau
skala pengukuran yang digunakan, yakni: nominal, ordinal, interval, dan rasio. Berikut
penjelasan lebih lanjut tentang keempat skala pengukuran tersebut:

D. Teori Jenis Skala Pengukuran


1. Skala Nominal
Merupakan skala yang paling lemah/rendah di antara keempat skala
pengukuran. Sesuai dengan nama atau sebutannya, skala nominal hanya bisa
membedakan benda atau peristiwa yang satu dengan yang lainnya berdasarkan nama
(predikat). Contoh:
- klasifikasi barang yang dihasilkan pada suatu proses produksi dengan predikat cacat
atau tidak cacat
- bayi yang baru lahir bisa laki-laki atau perempuan.

Tidak jarang digunakan nomor-nomor yang dipilih sekehendak ahti sebagai pengganti
nama-nama atau sebutan-sebutan, untuk membedakan benda-benda atau peristiwa-
peristiwa berdasarkan beberapa karakteristik, contoh:

- dapat digunakan nomor 1 untuk menyebut kelompok barang yang cacat dari suatu
proses produksi dan nomor 0 untuk menyebut kelompok barang yang tidak cacat
dari suatu proses produksi.

Skala nominal biasanya juga digunakan bila peneliti berminat terhadap jumlah benda
atau peristiwa yang termasuk ke dalam masing-masing kategori nominal. Data semacam
ini sering disebut data hitung (count data) atau data frekuensi

2. Skala Ordinal
Skala Ordinal ini lebih tinggi daripada skala nominal, dan sering juga disebut
dengan skala peringkat. Hal ini karena dalam skala ordinal, lambang-lambang bilangan
hasil pengukuran selain menunjukkan pembedaan juga menunjukkan urutan atau
tingkatan obyek yang diukur menurut karakteristik tertentu. Misalnya tingkat kepuasan
seseorang terhadap produk. Bisa kita beri angka dengan 5=sangat puas, 4=puas,
3=kurang puas, 2=tidak puas dan 1=sangat tidak puas. Atau misalnya dalam suatu
lomba, pemenangnya diberi peringkat 1,2,3 dstnya. Dalam skala ordinal, tidak seperti
skala nominal, ketika kita ingin mengganti angka-angkanya, harus dilakukan secara
berurut dari besar ke kecil atau dari kecil ke besar. Jadi, tidak boleh kita buat 1=sangat
puas, 2=tidak puas, 3=puas dstnya. Yang boleh adalah 1=sangat puas, 2=puas, 3=kurang
puas dan seterusnya.
Selain itu, yang perlu diperhatikan dari karakteristik skala ordinal adalah
meskipun nilainya sudah memiliki batas yang jelas tetapi belum memiliki jarak (selisih).
Kita tidak tahu berapa jarak kepuasan dari tidak puas ke kurang puas. Dengan kata lain
juga, walaupun sangat puas kita beri angka 5 dan sangat tidak puas kita beri angka 1,
kita tidak bisa mengatakan bahwa kepuasan yang sangat puas lima kali lebih tinggi
dibandingkan yang sangat tidak puas. Sebagaimana halnya pada skala nominal, pada
skala ordinal kita juga tidak dapat menerapkan operasi matematika standar (aritmatik)
seperti pengurangan, penjumlahan, perkalian, dan lainnya. Peralatan statistik yang
sesuai dengan skala ordinal juga adalah peralatan statistik yang berbasiskan
(berdasarkan) jumlah dan proporsi seperti modus, distribusi frekuensi, Chi Square dan
beberapa peralatan statistik non-parametrik lainnya.

Contoh:

Data Skala Kecantikan (a) Skala Kecantikan (b)


Yuni 4 10
Desi 3 6
Ika 2 5
Astuti 1 1

Skala kecantikan (a) di atas menunjukkan bahwa Yuni paling cantik (dengan skor
tertinggi 4), dan Astuti yang paling tidak cantik dengan skor terendah (1). Akan
tetapi, tidak dapat dikatakan bahwa Yuni adalah 4 kali lebih cantik dari pada
Astuti. Skor yang lebih tinggi hanya menunjukkan skala pengukuran yang lebih
tinggi, tetapi tidak dapat menunjukkan kelipatan. Selain itu, selisih kecantikan
antara Yuni dan Desi tidak sama dengan selisih kecantikan antara Desi dan Ika
meskipun keduanya mempunyai selisih yang sama (1). Skala kecantikan pada (a)
dapat diganti dengan skala kecantikan (b) tanpa mempengaruhi hasil penelitian.

3. Skala Interval
Skala interval mempunyai karakteristik seperti yang dimiliki oleh skala nominal
dan ordinal dengan ditambah karakteristik lain, yaitu berupa adanya interval yang tetap.
Dengan demikian, skala interval sudah memiliki nilai intrinsik, sudah memiliki jarak,
tetapi jarak tersebut belum merupakan kelipatan. Pengertian “jarak belum merupakan
kelipatan” ini kadang-kadang diartikan bahwa skala interval tidak memiliki nilai nol
mutlak. Misalnya pada pengukuran suhu. Kalau ada tiga daerah dengan suhu daerah A =
10oC, daerah B = 15 oC dan daerah C=20oC. Kita bisa mengatakan bahwa selisih suhu
daerah B, 5oC lebih panas dibandingkan daerah A, dan selisih suhu daerah C dengan
daerah B adalah 5oC (Ini menunjukkan pengukuran interval sudah memiliki jarak yang
tetap). Tetapi, kita tidak bisa mengatakan bahwa suhu daerah C dua kali lebih panas
dibandingkan daerah A (artinya tidak bisa jadi kelipatan). Kenapa? Karena dengan
pengukuran yang lain, misalnya dengan Fahrenheit, di daerah A suhunya adalah 50oF, di
daerah B = 59oF dan daerah C=68oF. Artinya, dengan pengukuran Fahrenheit, daerah C
tidak dua kali lebih panas dibandingkan daerah A, dan ini terjadi karena dalam derajat
Fahrenheit titik nolnya pada 32, sedangkan dalam derajat Celcius titik nolnya pada 0.
Skala interval ini sudah benar-benar angka dan, kita sudah dapat menerapkan
semua operasi matematika serta peralatan statistik kecuali yang berdasarkan pada rasio
seperti koefisien variasi.

Contoh:
Nilai Mata Kuliah
Data Skor Nilai Mata Kuliah (b)
(a)
Yuni A 4
Desi B 3
Ika C 2
Astuti D 1
Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai A setara dengan 4, B setara dengan 3, C
setara dengan 2 dan D setara dengan 1. Selisih antara nilai A dan B adalah sama
dengan selisih antara B dan C dan juga sama persis dengan selisih antara nilai C dan
D. Akan tetapi, tidak boleh dikatakan bahwa Yuni adalah empat kali lebih pintar
dibandingkan Astuti, atau Ika dua kali lebih pintas dari pada Astuti. Meskipun
selisihnya sama, tetapi tidak mempunyai nilai nol mutlak
4. Skala Rasio
Yaitu ukuran yang membedakan, mempunyai arti tingkatan, mempunyai
besaran / jarak tertentu antar datanya, mempunyai nilai mutlak (absolute). Selain
memiliki ketiga ciri skala ukuran yang telah diuraikan sebelumnya, data dengan skala
rasio juga memilik titik nol absolute sehingga pada data dengan skala rasio masing-
masing subkategori dapat dibandingkan dengan titik nol, misalnya umur penderita A 15
tahun dan penderita B 30 tahun.

Contoh:

Data Tinggi Badan Berat badan


Yuni 170 60
Desi 160 50
Ika 150 40
Astuti 140 30

Tabel di atas adalah menggunakan skala rasio, artinya setiap satuan pengukuran
mempunyai satuan yang sama dan mampu mencerminkan kelipatan antara satu
pengukuran dengan pengukuran yang lain. Sebagai contoh; Yuni mempunyai berat
badan dua kali lipat berat Astuti, atau, Desi mempunyai tinggi 14,29% lebih tinggi
dari pada Astuti. Skala pengukuran interval dan rasio biasanya dikenai alat statistik
parametrik
NAMA : BOBBY PRIYANDANA
NIM : 121811002
MAKUL : PDK

Anda mungkin juga menyukai