III. Metode.
a. Ceramah
b. Diskusi
c. Tanya jawab
IV. Kegiatan Pembelajaran
NO TAHAPAN KEGIATAN DOSEN KEGIATAN MAHASISWA
& WAKTU
Pre Interaksi a. Mengucapkan salam a. Menjawab salam
(10 menit). b. Absensi b. Mendengarkan,
c. Menjelaskan tujuan memberikan respon.
perkuliahan
Interaksi Mahasiswa
(120 menit) mendengarkan, membaca
Menjelaskan mendiskusikan bahan dan berdiskusi
Teori, konsep, dan prinsip dalam kelompok secara
dasar daring dan membuat
resume diskusi.
VI. Sumber.
1. Arikunto, Suharsimi 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi 2010,
Jakarta: Rineka Cipta.
2. Dharma, Kelana Kusuma. 2011. Metodologi Penelitian Keperawatan, Jakarta: Trans Info Media
VII. Evaluasi.
Menguraikan pengertian tentang Statistik Pengertian statistic, Pengertian data, variabel Jenis data &
skala pengukuran, perbedaan statistik deskriptif dengan inferensial
VIII. Lampiran.
Materi perkuliahan secara lengkap terlampir.
Pada bahasan Konsep dasar statistik umum, kita akan banyak mengerti hal-hal meliputi: Pengertian
statistika, Ruang lingkup statistika, Pengertian dan jenis data serta Variabel dan skala pengukuran
variabel.
Bahasan ukuran pemusatan data, secara khusus membahas nilai rata-rata (mean), median, modus.
Pembicaraan Nilai rata-rata akan memerinci uraian tentang Pengertian nilai rata-rata, Sifat nilai
rata-rata, cara menghitung nilai rata-rata, Interpretasi hasil perhitungan nilai rata-rata.
TOPIK II
JENIS JENIS DATA DAN STATISTIK PENGUKURAN
A. Pengertian Data
Menurut Luknis Sabri dan Sutanto. P.H (2010). Data adalah bentuk jamak (plural) dari kata
dotum, data adalah himpunan angka yang merupakan nilai dari unit sampel kita sebagai hasil
mengamati/mengukurnya.
Sutanto (2007). Mengemukakan data adalah merupakan kumpulan angka/huruf hasil dari
penelitian terhadap staf/karakteristik yang akan kita teliti. Data merupakan materi mentah yang
membentuk semua laporan riset (Dempsey, 2002). Jadi dari pengertian di atas dapat saya
simpulakan bahwa Data adalah sekumpulan informasi yang biasanya berbentuk angka yang
dihasilkan dari pengukuran atau penghitungan.
Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek penelitian.
Peneliti mendapatkan data yang sudah jadi yang dikumpulkan oleh pihak lain dengan
berbagai cara atau metode baik secara komersial maupun non komersial. Contohnya
adalah pada peneliti yang menggunakan data statistik hasil riset dari surat kabar atau
majalah.
Data Eksternal
Data eksternal adalah data yang menggambarkan situasi serta kondisi yang ada di luar
organisasi. Contohnya adalah data jumlah penggunaan suatu produk pada konsumen,
tingkat preferensi pelanggan, persebaran penduduk, dan lain sebagainya.
Data Kuantitatif. Data dalam bentuk bilangan (numerik), misalnya : jumlah balita yang
mendapatkan imunisasi, Berat Badan Bayi. Diperoleh dengan cara menghitung maupun
mengukur. Data Kuantitatif disebut juga dengan data numerik.
Data Kontinyu adalah data yang berbentuk rangkaian data, nilainya berbentuk desimal.
Misalnya : Tinggi Badan, Berat Badan, Tekanan Darah. Diperoleh dengan cara mengukur.
Tidak jarang digunakan nomor-nomor yang dipilih sekehendak ahti sebagai pengganti
nama-nama atau sebutan-sebutan, untuk membedakan benda-benda atau peristiwa-
peristiwa berdasarkan beberapa karakteristik, contoh:
- dapat digunakan nomor 1 untuk menyebut kelompok barang yang cacat dari suatu
proses produksi dan nomor 0 untuk menyebut kelompok barang yang tidak cacat
dari suatu proses produksi.
Skala nominal biasanya juga digunakan bila peneliti berminat terhadap jumlah benda
atau peristiwa yang termasuk ke dalam masing-masing kategori nominal. Data semacam
ini sering disebut data hitung (count data) atau data frekuensi
2. Skala Ordinal
Skala Ordinal ini lebih tinggi daripada skala nominal, dan sering juga disebut
dengan skala peringkat. Hal ini karena dalam skala ordinal, lambang-lambang bilangan
hasil pengukuran selain menunjukkan pembedaan juga menunjukkan urutan atau
tingkatan obyek yang diukur menurut karakteristik tertentu. Misalnya tingkat kepuasan
seseorang terhadap produk. Bisa kita beri angka dengan 5=sangat puas, 4=puas,
3=kurang puas, 2=tidak puas dan 1=sangat tidak puas. Atau misalnya dalam suatu
lomba, pemenangnya diberi peringkat 1,2,3 dstnya. Dalam skala ordinal, tidak seperti
skala nominal, ketika kita ingin mengganti angka-angkanya, harus dilakukan secara
berurut dari besar ke kecil atau dari kecil ke besar. Jadi, tidak boleh kita buat 1=sangat
puas, 2=tidak puas, 3=puas dstnya. Yang boleh adalah 1=sangat puas, 2=puas, 3=kurang
puas dan seterusnya.
Selain itu, yang perlu diperhatikan dari karakteristik skala ordinal adalah
meskipun nilainya sudah memiliki batas yang jelas tetapi belum memiliki jarak (selisih).
Kita tidak tahu berapa jarak kepuasan dari tidak puas ke kurang puas. Dengan kata lain
juga, walaupun sangat puas kita beri angka 5 dan sangat tidak puas kita beri angka 1,
kita tidak bisa mengatakan bahwa kepuasan yang sangat puas lima kali lebih tinggi
dibandingkan yang sangat tidak puas. Sebagaimana halnya pada skala nominal, pada
skala ordinal kita juga tidak dapat menerapkan operasi matematika standar (aritmatik)
seperti pengurangan, penjumlahan, perkalian, dan lainnya. Peralatan statistik yang
sesuai dengan skala ordinal juga adalah peralatan statistik yang berbasiskan
(berdasarkan) jumlah dan proporsi seperti modus, distribusi frekuensi, Chi Square dan
beberapa peralatan statistik non-parametrik lainnya.
Contoh:
Skala kecantikan (a) di atas menunjukkan bahwa Yuni paling cantik (dengan skor
tertinggi 4), dan Astuti yang paling tidak cantik dengan skor terendah (1). Akan
tetapi, tidak dapat dikatakan bahwa Yuni adalah 4 kali lebih cantik dari pada
Astuti. Skor yang lebih tinggi hanya menunjukkan skala pengukuran yang lebih
tinggi, tetapi tidak dapat menunjukkan kelipatan. Selain itu, selisih kecantikan
antara Yuni dan Desi tidak sama dengan selisih kecantikan antara Desi dan Ika
meskipun keduanya mempunyai selisih yang sama (1). Skala kecantikan pada (a)
dapat diganti dengan skala kecantikan (b) tanpa mempengaruhi hasil penelitian.
3. Skala Interval
Skala interval mempunyai karakteristik seperti yang dimiliki oleh skala nominal
dan ordinal dengan ditambah karakteristik lain, yaitu berupa adanya interval yang tetap.
Dengan demikian, skala interval sudah memiliki nilai intrinsik, sudah memiliki jarak,
tetapi jarak tersebut belum merupakan kelipatan. Pengertian “jarak belum merupakan
kelipatan” ini kadang-kadang diartikan bahwa skala interval tidak memiliki nilai nol
mutlak. Misalnya pada pengukuran suhu. Kalau ada tiga daerah dengan suhu daerah A =
10oC, daerah B = 15 oC dan daerah C=20oC. Kita bisa mengatakan bahwa selisih suhu
daerah B, 5oC lebih panas dibandingkan daerah A, dan selisih suhu daerah C dengan
daerah B adalah 5oC (Ini menunjukkan pengukuran interval sudah memiliki jarak yang
tetap). Tetapi, kita tidak bisa mengatakan bahwa suhu daerah C dua kali lebih panas
dibandingkan daerah A (artinya tidak bisa jadi kelipatan). Kenapa? Karena dengan
pengukuran yang lain, misalnya dengan Fahrenheit, di daerah A suhunya adalah 50oF, di
daerah B = 59oF dan daerah C=68oF. Artinya, dengan pengukuran Fahrenheit, daerah C
tidak dua kali lebih panas dibandingkan daerah A, dan ini terjadi karena dalam derajat
Fahrenheit titik nolnya pada 32, sedangkan dalam derajat Celcius titik nolnya pada 0.
Skala interval ini sudah benar-benar angka dan, kita sudah dapat menerapkan
semua operasi matematika serta peralatan statistik kecuali yang berdasarkan pada rasio
seperti koefisien variasi.
Contoh:
Nilai Mata Kuliah
Data Skor Nilai Mata Kuliah (b)
(a)
Yuni A 4
Desi B 3
Ika C 2
Astuti D 1
Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai A setara dengan 4, B setara dengan 3, C
setara dengan 2 dan D setara dengan 1. Selisih antara nilai A dan B adalah sama
dengan selisih antara B dan C dan juga sama persis dengan selisih antara nilai C dan
D. Akan tetapi, tidak boleh dikatakan bahwa Yuni adalah empat kali lebih pintar
dibandingkan Astuti, atau Ika dua kali lebih pintas dari pada Astuti. Meskipun
selisihnya sama, tetapi tidak mempunyai nilai nol mutlak
4. Skala Rasio
Yaitu ukuran yang membedakan, mempunyai arti tingkatan, mempunyai
besaran / jarak tertentu antar datanya, mempunyai nilai mutlak (absolute). Selain
memiliki ketiga ciri skala ukuran yang telah diuraikan sebelumnya, data dengan skala
rasio juga memilik titik nol absolute sehingga pada data dengan skala rasio masing-
masing subkategori dapat dibandingkan dengan titik nol, misalnya umur penderita A 15
tahun dan penderita B 30 tahun.
Contoh:
Tabel di atas adalah menggunakan skala rasio, artinya setiap satuan pengukuran
mempunyai satuan yang sama dan mampu mencerminkan kelipatan antara satu
pengukuran dengan pengukuran yang lain. Sebagai contoh; Yuni mempunyai berat
badan dua kali lipat berat Astuti, atau, Desi mempunyai tinggi 14,29% lebih tinggi
dari pada Astuti. Skala pengukuran interval dan rasio biasanya dikenai alat statistik
parametrik
NAMA : BOBBY PRIYANDANA
NIM : 121811002
MAKUL : PDK