A. Teknik Pengumpulan
Data Pengumpulan data penelitian kuantitatif merupakan
pengumpulan data yang datanya bersifat angka – angka
statistik atau data-data lain yang dapat dikuantifikasikan.
Data tersebut berbentuk variabel – variabel dan
operasionalisasinya dengan skala ukuran tertentu misalnya
skala nominal, ordinal, interval dan ratio, Jonathan
Sarwono dalam Sugiyono (2006).
Menurut Sugiyono pengumpulan data dapat
dilakukan dalam berbagai tempat dan berbagai sumber dan
berbagai cara. Bila dilihat dari tempatnya dapat
dikumpulkan pada laboratorium dengan metode
eksperimen, di rumah dengan berbagai responden, dan
lain- lain. Bila dilihat dari sumber datanya, maka
pengumpulan
data dapat menggunakan sumber primer dan sekunder.
Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada
pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan
data pada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Ruang lingkup
teknik pengumpulan data, disajikan dalam bentuk bagan pada gambar 5.1. berikut ini.
1. Pengertian Data
2. Jenis-Jenis Data
Teknik
Pengumpulan Data
4. Instrumen
Pengumpulan Data 3. Teknik Pengumpulan Data
1. Pengertian Data
Sebelum membahas tentang teknik dan instrumen pengumpulan data, sebaiknya kita
mempelajari tentang data. Data adalah sesuatu yang belum mempunyai arti bagi
penerimanya dan masih memerlukan adanya suatu pengolahan. Data bisa berwujud suatu
keadaan, gambar, suara, huruf, angka, matematika, bahasa ataupun simbol-simbol lainnya
yang bisa kita gunakan sebagai bahan untuk melihat lingkungan, obyek, kejadian ataupun
suatu konsep.
Contoh:
1
Data tentang kerusakan hutan dari tahun 2010-2020
2
Data tentang banyak gunung berapi yang meletus sepanjang tahun 2018
Data tentang kerusakan banjir di DKI pada tahun 2019
Data tentang Orang yang terinfeksi virus korona di Indonesia sepanjang tahun 2020.
2. Jenis-jenis data
Jenis data dapat dibedakan berdasarkan cara memperolehnya, sumbernya, cara
memperolehnya, dan waktu pengumpulannya. Menurut cara memperolehnya, data
dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Data primer yaitu data yang dikumpulkan dan diolah sendiri atau seorang atau suatu
organisasi langsung dari obyeknya. Contoh : mewawancarai langsung para LGBT
untuk meneliti faktor penyelebab terjadi penyimpangan perilaku pada diri mereka.
b. Data sekunder yaitu data yang didapat tidak secara langsung dari objek penelitian.
Peneliti mendapatkan data yang sudah jadi yang dikumpulkan oleh pihak lain.
Contoh: peneliti yang menggunakan data statistik hasil riset dari peneliti lain atau dari
jurnal, artikel ilmiah dan sebagainya.
Sedangkan menurut sumbernya, data dibedakan menjadi:
a. Data internal, yaitu data yang menggambarkan keadaan atau kegiatan dalam suatu
organisasi. Misal : data keuangan, data pegawai, data produksi, dsb.
b. Data eksternal yaitu data yang menggambarkan suatu keadaan atau kegiatan di luar
suatu organisasi. Contoh: data jumlah penggunaan suatu produk pada konsumen,
tingkat preferensi pelanggan, persebaran penduduk, jumlah penggangguran sepanjang
tahun 2020, dan lain sebagainya.
Menurut sifatnya, data dibedakan menjadi :
a. Data kualitatif adalah data yang bukan dalam bentuk angka, biasanya berbentuk
deskriptif, naratif atau informasi lain.
b. Data kuantitatif adalah data dalam bentuk angka, dan dapat diolah dengan analisis
statistik.
Menurut waktu pengumpulannya, data dibedakan menjadi :
a. Cross section / insidentil adalah dikumpulkan pada suatu waktu tertentu. Contohnya
laporan keuangan per 31 desember 2019, data pelanggan PT. Sukses Mulia bulan Juni
2020, dan lain sebagainya.
b. Data berkala / time series data adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu
untuk menggambarkan suatu perkembangan atau kecenderungan keadaan/peristiwa/
kegiatan. Contoh data time series adalah data perkembangan nilai tukar dolar Amerika
terhadap Rupiah dari tahun 2018 sampai 2020, jumlah pengikut jamaah ISIS
sepanjang tahun 2010-2010.
Angket
Dokumen
Triangulasi
1) Wawancara
Menurut Prabowo (1996) wawancara adalah metode pengmbilan data dengan
cara menanyakan sesuatu kepada seseorang responden, dengan bercakap-cakap secara
tatap muka dan dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara. Menurut
Patton proses wawancara dengan menggunakan pedoman wawancara mencantumkan
isu-isu yang harus diliput, menentukan urutan pertanyaan, bahkan mungkin terbentuk
pertanyaan yang eksplisit. Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan
interviewer mengenai aspek-aspek apa yang harus dibahas, juga menjadi check list
(Patton dalam poerwandari, 1998).
Sugiyono (2013:194) mengemukakan wawancara dapat dilakukan secara
terstruktur maupun tidak terstruktur.
Wawancara terstruktur digunakan bila peneliti telah mengetahui dengan pasti
tentang informasi apa yang akan diperoleh. Dapat membawa instrumen sebagai
pedoman untuk wawancara, dan alat bantu seperti tape recorder, gambar, brosur
dan material lain yang dapat membantu pelaksanaan wawancara menjadi lancar.
Contoh wawancara terstruktur tentang tanggapan masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan dan pendidikan di pemerintah Kabupaten:
1. Bagaimanakah tanggapan Bapak/Ibu terhadap pelayanan kesehatan di
kabupaten ini?
a) Sangat bagus
b) Bagus
c) Tidak bagus
d) Sangat tidak bagus
2. Bagaiamanakah tanggapan Bapak/Ibu terhadap pelayanan bidang pendidikan
di kabupaten ini?
a) Sangat bagus
b) Bagus
c) Tidak bagus
d) Sangat tidak bagus
Wawancara tidak terstruktur, adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan
lengkap untuk pengumpulan datanya. pedoman wawancara yang digunakan hanya
berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Wawancara tidak
terstruktur sering digunakan dalam penelitian pendahuluan malahan untuk
penelitian yang lebih mendalam tentang responden. Pada penelitian pendahuluan,
peneliti berusaha mendapatkan informasi awal tentang berbagai isu atau
permasalahan yang ada pada objek, sehingga peneliti dapat menentukan secara
pasti permasalahan atau variabel apa yang harus diteliti.
Dalam wawancara tidak terstruktur, peneliti belum mengetahui secara pasti data
apa yang akan diperoleh, sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan apa yang
diceritakan oleh responden. Berdasarkan analisis terhadap setiap jawaban dari
responden tersebut, maka peneliti dapat mengajukan berbagai pertanyaan
berikutnya yang lebih terarah pada satu tujuan.
Dalam melakukan wawancara maka pewawancara harus memperhatikan
tentang situasi dan kondisi sehingga dapat memilih waktu yang tepat kapan dan
dimana harus melakukan wawancara. Contoh : “Bagaimanakah pendapat Bapak/Ibuk
terhadap kebijakan pemerintah tentang merdeka belajar saat ini?dan bagaimana
dampaknya terhadap mahasiswa dan dosen?”
Menurut Miles dan Huberman dalam (iahpradiati.wordpress.com) ada
beberapa tahapan yang harus diperhatikan dalam melakukan wawancara, yaitu:
The setting, peneliti perlu mengetahui kondisi lapangan penelitian yang
sebenarnya untuk membantu dalam merencanakan pengambilan data. Hal-hal
yang perlu diketahui untuk menunjang pelaksanaan pengambilan data meliputi
tempat pengambilan data, waktu dan lamanya wawancara, serta biaya yang
dibutuhkan.
The actors, mendapatkan data tentang karakteristik calon partisipan. Di dalamnya
termasuk situasi yang lebih disukai partisipan, kalimat pembuka, pembicaraan
pendahuluan dan sikap peneliti dalam melakukan pendekatan.
The events, menyusun protokol wawancara, meliputi: a)Pendahuluan,
b) Pertanyaan pembuka, c) Pertanyaan kunci, dan d) Probing, pada bagian ini
peneliti akan memanfaatkan hasil pada bagian kedua untuk membuat kalimat
pendahuluan dan pernyataan pembuka, serta hasil penyusunan pedoman
wawancara sebagai pertanyaan kunci.
The process, berdasarkan persiapan pada bagian pertama sampai ketiga, maka
disusunlah strategi pengumpulan data secara keseluruhan. Strategi ini mencakup
seluruh perencanaan pengambilan data mulai dari kondisi, strategi pendekatan
dan bagaimana pengambilan data dilakukan.
2) Angket/Kuesioner
Angket atau kuesioner merupakan suatu teknik pengumpulan data secara tidak
langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden). Instrumen atau
alat pengumpulan datanya juga disebut angket berisi sejumlah pertnyaan-pertanyaan
yang harus dijawab atau direspon oleh responden. Responden memberikan jawaban
atau respon sesuai dengan presepsinya. Sebaiknya pertanyaan dibuat dengan bahasa
sederhana yang mudah dimengerti dan kalimat-kalimat pendek dengan maksud yang
jelas. Ada beberapa keuntungan dan kelemahan angket/kuesioner.
pertanyaan yang akan diajukan pada responden dapat distandarkan,
responden dapat menjawab kuesioner pada waktu luangnya,
pertanyaan yang diajukan dapat dipikirkan terlebih dahulu sehingga jawabannya
dapat dipercaya dibandingkan dengan jawaban secara lisan,
serta pertanyaan yang diajukan akan lebih tepat dan seragam.
Langkah 2:
Rencanakan bagaimana data akan dikumpulkan
Uji awal alat pengukuran
Langkah 3:
Tentukan target populasi
Tentukan teknik sampling (random sampling, non random sampling)
Tentukan ukuran sampel
Pilih sampel
Langkah 4:
Temukan responden
Lakukan interview/wawancara
Kumpulkan data dengan teliti
Langkah 5:
Masukkan data kedalam komputer
Periksa ulang seluruh data
Lakukan analisis statistik pada data yang diperoleh
Langkah 6:
Jelaskan metode dan penemuan dalam laporan penelitian
Presentasikan untuk mendapatkan masukan dan evaluasi
Tabel 5.1. Kisi-kisi keterampilan berpikir kritis pada pembelajaran matematika SMA
Nomor Juml
No Kelompok Indikator Sub Indikator
Item Item
1. Klarifikasi a. Mengajukan 1) Mengidentifikasi atau merumuskan 1,2,3 3
dasar pertanyaan pertanyaan
2) Mengidentifikasi atau merumuskan
kriteria untuk mempertimbangkan
kemungkinan jawaban
3) Menjaga kondisi berpikir
b. Menganalisis 1) Mengidentifikasi kesimpulan 4,5,6, 3
argumen 2) Mengidentifikasi kalimat-kalimat
pertanyaan
3) Mengidentifikasi kalimat-kalimat bukan
pertanyaan
c. Bertanya dan 1) Memberikan penjelasan sederana 7, 8, 9 2
menjawab 2) Menyebutkan contoh
pertanyaan
2. Dukungan a. Mempertimba 1) Mempertimbangkan keahlian 10, 4
dasar ngkan apakah 2) Mempertimbangkan kesesuaian sumber 11,12, 13
sumber dapat 3) Mempertimbangkan kegunaan prosedur
dipercaya yang tepat
4) Kemampuan untuk memberi alasan
b. Mengobserva 1) Melibatkan sedikit dugaan 15, 16, 5
si dan 2) Mengunakan waktu yang singkat antara 17, 18,
mempertimba observasi dan laporan 19
ngkan laporan 3) Melaporkan observasi
observasi 4) Merekam hasil observasi
5) Menggunakan akses yang baik
6) Menggunakan teknologi
7) Mempertanggungjawabkan hasil
observasi
3. Menyimpul a. Mendeduksi 1) Siklus logika Euler 19, 20, 3
kan dan 2) Mengkondisikan logika 21
mempertimba 3) Menyatakan tafsiran
ngkan hasil
deduksi
b. Menginduksi 1) Mengemukakan hal yang umum 22, 23, 3
dan 2) Mengemukakan hipotesis 24
mempertimba 3) Menarik kesimpulan sesuai fakta
ngkan hasil
induksi
c. Membuat dan 1) Membuat dan mnenetukan hasil 25, 26 2
menentukan pertimbangan berdasarkan latar belakang
hasil fakta-fakta
pertimbangan 2) Membuat dan menentukan hasil
pertimbangan berdasarkan
penerapan fakta
4. Klarifikasi a. Mendefiniska 1) Membuat bentuk definisi 27, 28, 4
tingkat n istilah dan 2) Srategi membuat definisi 29, 30
lanjut mempertimba 3) Bertindak dan memberi penjelasan
ngkan suatu 4) Membuat isi definisi
definisi
b. Mengidentifik 1) Menjelaskan bukan pernyataan 31, 32 2
asi asumsi- 2) Mengkonstruksi argumen
asumsi
5. Strategi dan a. Menentukan 1) Mengungkap masalah 33, 34 2
taktik suatu tindakan 2) Merumuskan solusi alternatif
b. Berinteraksi 1) Mengunakan argumen 35 1
dengan orang
lain
Jumlah soal 35
Instrumen
LEMBAR ANGKET
DISPOSISI KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS
DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
(Diisi oleh siswa)
Kepada:
Yth. Para siswa SMA kelas XI
Angket ini berisikan butir-butir pernyataan yang digunakan untuk mengetahui persepsi saudara terhadap
Keterampilan Berpikir Kritis (KBK) dalam pembelajaran matematika. Informasi saudara akan sangat
bermanfaat untuk memperbaiki dan meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis (KBK) dalam pembelajaran
matematika. Sehubungan dengan hal tersebut, berilah respon pada setiap butir pernyataan dibawah ini sesuai
dengan petunjuk yang diberikan dan keadaan yang sebenarnya. Atas kesediaan dan partisipasi saudara mengisi
angket ini, diucapkan terima kasih.
Identitas Siswa:
Nama Siswa :
No. Presensi/Kelas :
Mata Pelajaran :
Petunjuk:
Untuk mengisi angket ini, saudara diminta melingkari angka yang sesuai dengan pendapat suadara dan keadaan
yang sebenarnya. Pada setiap butir pernyataan diberikan empat pilihan dengan keterangan sebagai berikut.
1 = Sangat Baik (SB)
2 =Baik (B)
3 = Cukup Baik (CB)
4 = Kurang Baik (KB)
Contoh:
Saya mengetahui maksud dari suatu pertanyaan atau pernyataan soal 1 2 3 4
Ini berarti saudara mengetahui maksud dari suatu pertanyaan atau pernyataan soal dengan baik.
Skala Nilai
No Butir Pengamatan KB CB B SB
Klarifikasi Dasar
1. Saya mengetahuimaksud dari suatu pertanyaan atau pernyataan soal 1 2 3 4
2. Setelah membaca dan memahami soal, saya dapat menentukan beberapa 1 2 3 4
alternatif kemungkinan cara menjawab pertanyaan/soal tersebut
3. Ketika mengerjakan soal, saya berusaha menjaga kondisi berpikir dalam 1 2 3 4
keadaan stabil, tenang dan tidak gelisah
4. Selesai mengerjakan soal, saya dapat menentukan kesimpulan jawaban 1 2 3 4
5. Saya dapat memahami kalimat-kalimat yang merupakan pernyataan soal 1 2 3 4
6. Saya dapat mengetahui ketidaktepatan jawaban, dan berusaha mengatasi 1 2 3 4
ketidaktepatan jawaban tersebut
7. Untuk memudahkan dalam menyelesaikan soal, saya membuat ringkasan 1 2 3 4
pertanyaan atau pernyataan soal
8. Saya memberikan penjelasan jawaban secara sederhana, tidak bertele-tele 1 2 3 4
9. Saya memberikan contoh-contoh yang relevan dengan pertanyaan doal 1 2 3 4
pada jawaban yang saya berikan
Dukungan Dasar
10. Ketika menyelesaikan suatu soal, saya mempertimbangkan perbedaan- 1 2 3 4
perbedaan cara penyelesaian soal
11. Ketika menyelesaikan suatu soal saya mempertimbangkan kesesuaian 1 2 3 4
sumber cara penyelesaian dengan pokok masalah yang ditanyakan
12. Saya mempertimbangkan prosedur/langkah-langkah yang tepat untuk 1 2 3 4
menyelesaikan soal
13. Saya mempertimbangkan pilihan alternatif jawaban yang tepat untuk 1 2 3 4
menyelesaikan suatu soal
14. Saya memiliki kemampuan untuk memberikan alasan/argumentasi 1 2 3 4
terhadap pilihan alternatif cara menyelesaikan masalah
15. Saya melakukan observasi (memahami maksud suatu pertanyaan) untuk 1 2 3 4
sebelum menyelesaikan suatu soal/permasalahan
16. Saya menggunakan cara-cara efektif yang baik dalam proses observasi 1 2 3 4
sebagai bagian dari proses penyelesaian masalah
17. Saya menggunakan teknologi dalam observasi untuk membantu dalam 1 2 3 4
menyelesaikan masalah
18. Saya mempertanggungjawabkan hasil observasi yang telah saya lakukan 1 2 3 4
Menyimpulkan
19. Saya menggunakan kaidah-kaidah logika matematika dalam pengambilan 1 2 3 4
kesimpulan
20. Saya membuat tafsiran sementara sebelum menentukan kesimpulan 1 2 3 4
21. Saya mengemukakan hal-hal umum sebelum hal-hal yang khusus 1 2 3 4
22. Saya mengemukakan dugaan-dugaan sementara dalam menyelesaikan 1 2 3 4
suatu permasalahan
23. Saya merancang suatu eksperimen untuk menyelesaikan suatu masalah 1 2 3 4
24. Saya menggunakan fakta-fakta yang sesuai untuk menarik kesimpulan 1 2 3 4
25. Saya menggunakan hasil eksperimen untuk menyelesaikan masalah 1 2 3 4
26. Saya menentukan hasil dengan mempertimbangkan latar belakang masalah 1 2 3 4
Klarifikasi tingkat lanjut
27. Saya menentukan hasil akhir dengan mempertimbangkan eksperimen dan 1 2 3 4
fakta-fakta
28. Saya berusaha mendefinisikan suatu istilah, fakta atau konsep yang 1 2 3 4
terdapat dalam suatu pertanyaan atau permasalahan
29. Saya berusaha mencari penjelasan jika ditemukan hal-hal belum difahami 1 2 3 4
30. Saya berusaha mengidentifikasi adanyahal-hal yang tidak benar yang 1 2 3 4
mengkaburkan dari suatu fakta pada suatu soal
31. Saya mengetahui mana hal-hal yang merupakan pernyataan sebagai suatu 1 2 3 4
fakta dan mana yang bukan merupakan pernyataan
32. Saya membangun argumen sehingga menjadi suatu argumen yang kuat 1 2 3 4
Strategi dan taktik
33. Saya berusaha mengungkap suatu masalah sampai jelas benar apa yang 1 2 3 4
menjadi masalah utamanya
34. Saya menentukan kriteria tertentu untuk dijadikan pertimbangan dalam 1 2 3 4
penyelesaian masalah secara tepat
35. Saya berusaha merumuskan alternatif dalam menyelesaikan masalah, 1 2 3 4
sehingga memiliki banyak pilihan-pilihan cara penyelesaian masalah
3) Observasi
Menurut Nawawi & Martini (1991) observasi adalah pengamatan dan
pencatatan secara sistimatik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala
atau gejala-gejala dalam objek penelitian. Observasi yang akan dilakukan adalah
observasi terhadap subjek, perilaku subjek selama wawancara, interaksi subjek
dengan peneliti dan hal-hal yang dianggap relevan sehingga dapat memberikan data
tambahan terhadap hasil wawancara. Menurut Patton (dalam Poerwandari 1998)
tujuan observasi adalah mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas
yang berlangsung, orang- orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian di
lihat dari perpektif mereka yang terlihat dalam kejadian yang diamati tersebut.
Dari proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan
menjadi participant observation (observasi berperan serta) dan non participant
observation.
Observasi Berperanserta (participant observation), dalam observasi ini, peneliti
terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang
digunakan sebagai sumber data penelitian.
Observasi Nonpartisipan, kalau dalam observasi partisipan peneliti terlibat
langsung dengan aktivitas orang-orang yang sedang diamati, maka dalam
observasi nonpertisipan peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengmat
independen .
Selanjutnya dari segi instrumentasi yang digunakan, maka obervasi dapat
dibedakan menjadi observasi terstruktur, observasi tidak terstruktur dan observasi
kelompok.
Observasi Terstruktur adalah observasi yang telah dirancang secara sistematis,
tentang apa yang akan diamati, kapan dan di mana tempatnya.
Observasi Tidak Terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara
sistematis tentang apa yang akan diobservasi.
Observasi kelompok ialah pengamatan yang dilakukan oleh sekelompok tim
peneliti terhadap sebuah isu yang diangkat menjadi objek penelitian.
Sebelum mengembangkan lembar observasi, peneliti dapat menyusun kisi-kisi
atau panduan penyusunan lembar observasi. Contoh panduan observasi disajika pada
Tabel 5.2 Berikut ini.
Tabel 5.2. Panduan observasi aktivitas siswa SMA pada pembelajaran matematika
Skor
Juml Ketepatan
No Indikator Butir Pengamatan
Butir Butir
1 2 3 4
1. 1. Siswa melakukan kategorisasi, 9 1.1. Para siswa melakukan proses
menguraikan pernyataan dan kategorisasi permasalahan yang
menjelaskan arti suatu informasi ada pada soal KBK
untuk menyelesaikan soal KBK 1.2. Para siswa menguraikan
(interpretasi) permasalahan atau pernyataan
yang ada pada soal KBK
1.3. Para siswa menjelaskan suatu arti
permasalahan atau pernyataan
yang ada pada soal KBK
2. Siswa menguji ide, 9 2.1. Para siswa menguji ide untuk
mengidentifikasi argumen dan menyelesaikan permasalahan yang
menganalisis argumen untuk ada pada soal KBK
menyelesaikan soal KBK 2.2. Para siswa mengidentifikasi
(analisis) argumen untuk menyelesaikan
permasalahan yang ada pada soal
KBK
2.3. Para siswa menganalisis argumen
untuk menyelesaikan
permasalahan yang ada pada soal
KBK
3. Siswa menilai pernyataan dan 6 3.1. Para siswa menilai pernyataan
menilai argumen untuk yang ada pada soal KBK
menyelesaikan soal KBK 3.2 Para siswa menilai argumen untuk
(evaluasi) menyelesaikan permasalahan yang
ada pada soal KBK
4. Siswa menentukan fakta, 5 4.1. Para siswa menentukan fakta dari
memperkirakan alternatif dan permasalahan atau pernyataan
mengambarkan simpulan untuk untuk menyelesaikan
menyelesaikan soal KBK permasalahan yang ada pada soal
(inferensi) KBK
4.2. Para siswa memperkirakan
alternatif untuk menyelesaikan
permasalahan yang ada pada soal
KBK
4.3. Para siswa menggambarkan
simpulan untuk menyelesaikan
permasalahan yang ada pada soal
KBK
5. Siswa menjelaskan hasil, membuat 6 5.1. Para siswa membuat keputusan
keputusan prosedur yang benar prosedur yang tepat untuk
dan memberikan argumen yang menyelesaikan permasalahan yang
tepat untuk menyelesaikan soal ada pada soal KBK
KBK (eksplanasi) 5.2. Para siswa memberikan argumen
yang tepat untuk menyelesaikan
permasalahan yang ada pada soal
KBK
5.3. Para siswa menjelaskan hasil
penyelesaian permasalahan yang
ada pada soal KBK
Instrumen
LEMBAR OBSERVASI
DISPOSISI KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS
DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
(Diisi oleh Observer)
Kepada:
Yth. Para Observer
Lembar observasi ini berisikan butir-butir pernyataan yang digunakan untuk mengetahui pandangan Bp/Ibu
terkait Keterampilan Berpikir Kritis siswa dalam pembelajaran matematika. Sehubungan dengan hal tersebut,
berilah respon pada setiap butir pernyataan dibawah ini sesuai dengan petunjuk yang diberikan dan keadaan
yang sebenarnya. Atas kesediaan dan partisipasi Bp/Ibu mengisi lembar observasi ini, diucapkan terima kasih.
Identitas Siswa:
Nama Siswa :
No. Presensi/Kelas :
Mata Pelajaran :
Petunjuk:
Untuk mengisi angket ini, Bapak/Ibu diminta melingkari angka yang sesuai dengan pendapat suadara dan
keadaan yang sebenarnya. Pada setiap butir pernyataan diberikan empat pilihan dengan keterangan sebagai
berikut.
1 = Sangat Baik (SB)
2 =Baik (B)
3 = Cukup Baik (CB)
4 = Kurang Baik (KB)
Contoh:
Siswa mengetahui maksud dari suatu pertanyaan atau pernyataan soal 1 2 3 4
Ini berarti Bp/Ibu memandang bahwa siswa mengetahui maksud dari suatu pertanyaan atau pernyataan
soal dengan baik.
Skala Nilai
No Butir Pengamatan KB CB B SB
Klarifikasi Dasar
1. Siswa mengetahui maksud dari suatu pertanyaan atau pernyataan soal 1 2 3 4
2. Siswa dapat menentukan beberapa alternatif kemungkinan cara menjawab 1 2 3 4
pertanyaan/soal
3. Ketika mengerjakan soal, siswa berusaha menjaga kondisi berpikir dalam 1 2 3 4
keadaan stabil, tenang dan tidak gelisah
4. Selesai mengerjakan soal, siswa dapat menentukan kesimpulan jawaban 1 2 3 4
5. Siswa dapat memahami kalimat-kalimat yang merupakan pernyataan soal 1 2 3 4
6. Siswa dapat mengetahui ketidaktepatan jawaban, dan berusaha mengatasi 1 2 3 4
ketidaktepatan jawaban tersebut
7. Untuk memudahkan dalam menyelesaikan soal, siswa membuat ringkasan 1 2 3 4
pertanyaan atau pernyataan soal
8. Siswa memberikan penjelasan jawaban secara sederhana, tidak bertele-tele 1 2 3 4
9. Siswa memberikan contoh-contoh yang relevan dengan pertanyaan doal 1 2 3 4
pada jawaban yang saya berikan
Dukungan Dasar
10. Ketika menyelesaikan suatu soal, siswa mempertimbangkan perbedaan- 1 2 3 4
perbedaan cara penyelesaian soal
11. Ketika menyelesaikan suatu soalsiswa mempertimbangkan kesesuaian 1 2 3 4
sumber cara penyelesaian dengan pokok masalah yang ditanyakan
12. Siswa mempertimbangkan prosedur/langkah-langkah yang tepat untuk 1 2 3 4
menyelesaikan soal
13. Siswa mempertimbangkan pilihan alternatif jawaban yang tepat untuk 1 2 3 4
menyelesaikan suatu soal
14. Siswa memiliki kemampuan untuk memberikan alasan/argumentasi 1 2 3 4
terhadap pilihan alternatif cara menyelesaikan masalah
15. Siswa melakukan observasi (memahami maksud suatu pertanyaan) 1 2 3 4
sebelum menyelesaikan suatu soal/permasalahan
16. Siswa menggunakan cara-cara efektif dalam proses observasi sebagai 1 2 3 4
bagian dari proses penyelesaian masalah
17. Siswa menggunakan teknologi dalam observasi untuk membantu 1 2 3 4
menyelesaikan masalah
18. Siswadapat mempertanggungjawabkan hasil observasinya dalam 1 2 3 4
penyelesaian masalah
Menyimpulkan
19. Siswa menggunakan kaidah-kaidah logika matematika dalam penyelesaian 1 2 3 4
masalah pengambilan simpulan
20. Siswa membuat tafsiran sementara sebelum menentukan simpulan 1 2 3 4
21. Siswamampu mengemukakan hal-hal umum sebelum hal-hal yang khusus 1 2 3 4
22. Siswa mengemukakan dugaan-dugaan sementara dalam menyelesaikan 1 2 3 4
suatu permasalahan
23. Siswa merancang suatu eksperimen untuk menyelesaikan suatu masalah 1 2 3 4
24. Siswa menggunakan fakta-fakta yang sesuai untuk menarik simpulan 1 2 3 4
25. Siswamenggunakan hasil eksperimen untuk menyelesaikan masalah 1 2 3 4
26. Siswa menentukan hasil dengan mempertimbangkan latar belakang 1 2 3 4
masalah
Klarifikasi tingkat lanjut
27. Siswa menentukan hasil akhir dengan mempertimbangkan eksperimen dan 1 2 3 4
fakta-fakta
28. Siswa berusaha mendefinisikan suatu istilah, fakta atau konsep yang 1 2 3 4
terdapat dalam suatu pertanyaan atau permasalahan
29. Siswa berusaha mencari penjelasan jika ditemukan hal-hal belum difahami 1 2 3 4
30. Siswaberusaha mengidentifikasi adanyahal-hal yang tidak benar yang 1 2 3 4
mengkaburkan dari suatu fakta pada suatu soal
31. Siswa mengetahui mana hal-hal yang merupakan pernyataan sebagai suatu 1 2 3 4
fakta dan mana yang bukan merupakan pernyataan
32. Siswa membangun argumen menjadi suatu argumen yang kuat 1 2 3 4
Strategi dan taktik
33. Siswaberusaha mengungkap suatu masalah sampai jelas benar apa yang 1 2 3 4
menjadi masalah utamanya
34. Siswa menentukan kriteria tertentu untuk dijadikan pertimbangan dalam 1 2 3 4
penyelesaian masalah secara tepat
35. Siswa berusaha merumuskan alternatif dalam menyelesaikan masalah, 1 2 3 4
sehingga memiliki banyak pilihan-pilihan cara penyelesaian masalah
4) Dokumen
Selain melalui wawancara, observasi, dan angket/kuesioner, informasi juga
bisa diperoleh melalui fakta yang tersimpan dalam bentuk surat, catatan harian, arsip
foto, hasil rapat, cenderamata, jurnal kegiatan dan sebagainya. Data berupa dokumen
seperti ini biasanya dipakai untuk menggali infromasi yang terjadi di masa silam.
Peneliti perlu memiliki kepekaan teoretik untuk memaknai semua dokumen tersebut
sehingga tidak sekadar barang yang tidak bermakna. Teknik pengumpulan data
dengan menggunakan dokumen, digunakan peneliti sebagai pelengkap dari beberapa
teknik pengumpulan data yang lain.
5) Triangulasi
Metode terakhir untuk mengumpulkan data ialah Triangulasi. Triangulasi
merupakan suatu teknik pengumpulan data yang yang menggabungkan dari berbagai
teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Dalam satu penelitian,
peneliti dapat melakukan beberapa teknik pengumpulan data sekaligus. Sebagai
contoh, seorang peneliti ingin meneliti tentang kemampuan guru dalam
mengembangkan alat evaluasi keterampilan berpikir kritis siswa pada pelajaran
matematika di SMA. Maka peneliti tersebut perlu menggunakan teknik pengumpulan
data sebagai berikut:
Wawancara : untuk menggali informasi, tanggapan guru dan siswa tentang
kemampuan guru dalam mengembangkan alat evaluasi keterampilan berpikir
kritis siswa SMA pada pelajaran matematika
Observasi : digunakan untuk mendapat informasi kemampuan guru dalam
mengajarkan keterampilan berpikir kritis siswa SMA pada pelajaran matematika
dan sikap siswa dalam pembelajaran matematika
Angket/ kuesioner: digunakan untuk mengetahui disposisi keterampilan berpikir
kritis siswa SMA pada pelajaran matematika
Dokumen : nilai matematika siswa SMA
Tertulis
lisan
Pelaksanaann
Perbuatan
Keterampilan
Obyektif
Tes Bentuknya
esay
Formatif
Sumatif
Fungsinya
Penempatan
Instrumen
Pengumpulan
Diagnostik
Sikap
Minat
Non Tes
Nilai
Konsep Diri
Karakter
a. Tes
Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau
mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.
Tes hasil belajar adalah sekelompok pertanyaan atau tugas-tugas yang harus dijawab atau
diselesaikan oleh siswa dengan tujuan untuk mengukur kemajuan belajar siswa. Jenis-
jenis tes terdiri atas:
1) Dari segi bentuk pelaksanaannya
a) Tes Tertulis ( paper and pencil test)
Tes tertulis dalam pelaksanaannya lebih menekankan pada penggunaan kertas dan
pencil sebagai instrumen utamanya, sehingga tes mengerjakan soal atau jawaban
ujian pada kertas ujian secara tertulis, baik dengan tulisan tangan maupun
menggunakan komputer.
b). Tes Lisan ( oral test)
Tes lisan dilakukan dengan pembicaraan atau wawancara tatap muka antara guru
dan murid.
c). Tes Perbuatan (performance test)
Tes perbuatan mengacu pada proses penampilan seseorang dalam melakukan
sesuatu unit kerja. Tes perbuatan mengutamakan pelaksanaan perbuatan peserta
didik.
2). Dari segi bentuk soal dan kemungkinan jawabannya
a) Tes Essay (uraian)
Tes Essay adalah tes yang disusun dalam bentuk pertanyaan terstruktur dan siswa
menyusun, mengorganisasikan sendiri jawaban tiap pertanyaan itu dengan bahasa
sendiri. Tes essay ini sangat bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan
dalam menjelaskan atau mengungkapkan suatu pendapat dalam bahasa sendiri.
b). Tes Objektif
Tes objektif adalah tes yang disusun sedemikian rupa dan telah disediakan
alternatif jawabannya. Tes ini terdiri dariberbagai macam bentuk, antara lain ;
Tes Betul-Salah (TrueFalse)
Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice)
Tes Menjodohkan (Matching)
Tes Analisa Hubungan (Relationship Analysis)
Pertanyaan yang sering muncul dari para peneliti adalah, bagaimana mengembangkan
suatu tes yang baik?. Menurut Mardapi (2008), terdapat sembilan langkah dalam
penyusunan butir-butir tes, yang meliputi: (1) menyusun spesifikasi tes, (2) menulis soal
tes, (3) menelaah soal tes, (4) melakukan uji coba tes, (5) menganalisis butir soal, (6)
memperbaiki tes, (7) merakit tes, (8) melaksanakan tes, dan (9) menafsirkan hasil tes.
Tabel 5.4.
Sebaran Materi Matematika Kelas XI SMA
Indikator
No Materi
1. Bentuk pangkat, akar 1.1. Memilih dan menerapkan aturan bentuk pangkat, akar dan logaritma
dan logaritma 1.2. Menerapkan aturan logaritma sesuai dengan karakteristik
permasalahan yang akan diselesaikan dan memeriksa kebenaran
langkah-langkahnya.
Bentuk tes yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah tes berbentuk uraian
terbuka (open-ended). Pemilihan bentuk uraian didasarkan pada pertimbangan kemampuan tes
uraian yang dapat digunakan untuk menilai keterampilan berpikir kritis siswa SMA pada mata
pelajaran matematika, disamping juga dapat digunakan untuk mengukur kedalaman
penguasaan materi secara lebih luas dan komprehensif setiap peserta tes. Contoh kisi-kisi dan
soal tes yang dikembangkan terlampir dalam lampiran.
Oleh karena skor minimum setiap butir pada instrumen yang dikembangkan dalam
penelitian ini adalah 0, maka formula diatas dapat disederhanakan sebagai berikut.
∑ Xi
Pi
X min-i N’
=
Dimana:
Pi = tingkat kesulitan butir soal i,
∑ Xi = jumlah skor pada butir soal i,
Xmin-i = skor maksimum butir i,
N = banyaknya subjek.
Daya beda dihitung dengan mengacu formula yang dikemukakan oleh Ebel & Frisbie
(1991), sebagai berikut.
D = Po - Pi
Dimana:
D = daya beda soal,
Po = tingkat kesulitan butir soal kelompok atas (27% ranking atas),
Pi = tingkat kesulitan butir soal kelompok bawah (27% ranking bawah),
Pengembangan teori respon butir didasarkan pada suatu asumsi hubungan antara
kemampuan peserta tes dengan suatu butir dapat digambarkan melalui kurva karakteristik
butir. Dalam penelitian ini model karakteristik yang digunakan adalah model logistik satu
parameter atau lebih dikenal dengan model Rasch (IRT 1PL) untuk penskoran politomus,
dengan model Partial Credit Model (PCM). Pemilihan kriteria butir soal dilihat dari nilai
parameter butir soal. Tingkat kesukaran soal (b) yang baik berkisar antara 0 sampai dengan
+2. Sedangkan indeks daya beda (a) dikatakan baik, jika berkisar dari 0 sampai +2.
(Hambleton, et al.,1991). Untuk menggambarkan karakteristik butir soal keterampilan berpikir
kritis pada matematika dilakukan dengan bantuan software QUEST.
Secara umum, instrumen penilaian yang dikembangkan dalam penelitian ini dikatakan
baik, jika memenuhi kriteria sebagai berikut.
1. Valid, berdasarkan hasil penilaian ahli dan analisis kuantitatif data empirik
2. Memiliki reliabilitas minimal 0,7
3. Butir-butir tes memiliki parameter tingkat kesulitan pada rentang 0,3 – 0,7 atau jika
menggunakan teori respon butir, harga parameter tingkat kesukaran yang baik berkisar
antara 0 sampai dengan +2.
4. Daya beda dikatakan baik, jika memiliki nilai indeks daya beda > 0,40 atau jika
menggunakan teori respon butir, indeks daya bedayang berkisar antara 0 sampai dengan +2.
Hasil akhir analisis butir dapat disajikan dalam bentuk tabel, sebagaimana tabel 11 berikut
ini.
Keterangan:
p : tingkat kesulitan butir soal, diterima jika berada pada rentang 0,3 – 0,7
D : daya beda, diterima dan dikatakan baik, jika memiliki nilai indeks daya beda > 0,40
Dr : distribusi respon jawaban, diterima jika tiap option ada yang menjawab paling sedikit
5% dari peserta tes
Tes ditinjau dari sasaran atau objek yang akan dievaluasi, maka dibedakan adanya
beberapa macam tes dan alat ukur lain.
Tes kepribadian atau personality test, yaitu tes yang digunakan untuk mengungkapkan
kepribadian seseorang , yang diukur bisa kreativitas, disiplin, kemampuan khusus, dan
sebagainya.
Tes bakat atau aptitude test , yaitu tes yang digunakan untuk mengukur atau mengetahui
bakat seseorang.
Tes intelegensi atau intelligenci test, yaitu tes yang digunakan untuk mengadakan
estimasi atau perkiraan trhadap tingkat intelektual seseorang dengan cara memberikan
berbagai tugas kepada orang yag akan diukur intelegensinya.
Tes sikap atau attitude test, yang sering juga disebut dengan skala sikap , yaitu alat
yang digunakan untuk mengadakan pengukuran terhadap berbagai sikap seseorang.
Tes minat atau measures , adalah alat untuk menggali minat seseorang terhadap sesuatu.
Tes prestasi atau achievement test, yaitu tes yang digunakan untuk mengukur
pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu . berbeda dengan yang lain –lain
sebelum ini , tes prestasi diberikan sesudah orang yang dimaksud mempelajari hal-hal
sesuai dengan yang akan di teskan.
Agar dapat menyusun suatu tes, dapat dimulai dengan menyusun suatu kisi-kisi. Kisi-
kisi membantu peneliti atau siapa saja yang mau mengembangkan suatu tes atau panduan tes.
Berikut ini contoh kisi-kisi dan beberapa bentuk tes.
KISI-KISI SOAL
MATA PELAJARAN : MATEMATIKA NAMA PENYUSUN : Budi Harjo
KELAS/PROGRAM : X JUMLAH SOAL : 10 soal pilihan ganda, 5 Isian singkat dan 5 Essay
Tingkat Kesukaran
Uraian Juml Dan Klasifikasi Soal Nomor Jenis
N0 Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator
Materi Soal Soal soal
Sedang Sukar
Mudah
1. Memecahkan masalah 1.1. Menggunakan Bentuk 5 Menentukan Himpunan 1 B/S
yang berkaitan dengan aturan pangkat, Pangkat Penyelesaian jika bilangan (C1)
bentuk pangkat, akar, akar, dan pokoknya diketahui 3 B/S
dan logaritma logaritma (C2)
4 B/S
(C3)
6 Pilgan
(C3)
7 Pilgan
(C3)
Akar 4 Menentukan akar-akar bentuk 8 Pilgan
pangkat kuadrat (C3)
2 B/S
(C2)
5 B/S
(C3)
Menentukan Himpunan 9 Pilgan
Penyelesaian bentuk akar jika (C2)
bilangan pokok diketahui
Logaritma 2 Menentukan hasil bilangan 10 Pilgan
logaritma (C2)
99
Menentukan himpunan 11 Pilgan
penyelesaian bentuk persamaan (C2)
logaritma
2. Memecahkan masalah 2.1 Memahami Konsep 1 Membedakan bentuk-bentuk yang 12 Pilgan
yang berkaitan dengan konsep fungsi fungsi merupakan fungsi dan bukan fungsi (C1)
fungsi, persamaan dan
fungsi kuadrat serta 2.2 Menggambar Grafik 1 Dapat menggambar fungsi kuadrat 21 Essay
pertidaksamaan grafik fungsi fungsi jika diketahui persamaan (C4)
kuadrat aljabar sederhana kuadrat kuadratnya
dan fungsi
kuadrat
2.3 Menggunakan Persamaan 2 Dapat menyelesaikan persamaan 22, 23 Essay
dan (C4)
sifat dan aturan dan pertidaksamaan kuadrat
Pertidaksa
tentang maan
persamaan dan kuadrat
pertidaksamaan
kuadrat
2.4 Melakukan Akar-akar 2 Menentukan nilai-nilai akar suatu 13, 14 Pilgan
persamaan (C4)
manipulasi persamaan kuadrat dan aplikasinya
kuadrat
aljabar dalam
perhitungan yang
berkaitan dengan
persamaan dan
pertidaksamaan
kuadrat
2.5 Menyelesaikan Model- 1 Menentukan Himpunan 24 Essay
model model Penyelesaian jika diketahui fungsi (C5)
matematika dari matemati
kuadrat dalam bentuk model
ka
masalah yang matematika
berkaitan dengan
persamaan
dan/atau fungsi
kuadrat dan
penafsirannya
3. Memecahkan masalah 3.1 Menyelesaikan Sistem 2 Menyelesaikan bentuk persamaan 15 Pilgan
yang berkaitan sistem persamaan Persamaan (C4)
linier dua
linier dua variabel
dengan sistem linear dan sistem variable
persamaan persamaan
linear dan
pertidaksamaan satu campuran linear
variabel dan kuadrat
dalam dua
variabel
3.2 Merancang model Model 1 Membuat model matematika jika 16 Isian
matematika dari matema diketahui suatu soal cerita (C2) Singkat
masalah yang tika
berkaitan dengan
sistem persamaan
linear
3.3 Menyelesaikan Model 1 Membuat model matematika dari 25 Essay
model matemati soal cerita lalu menyelesaikannya (C5)
matematika dari ka dalam
sistem
masalah yang
pers.
berkaitan dengan linier
sistem persamaan
linear dan
penafsirannya
3.4 Menyelesaikan Pertidak 2 Menyelesaikan bentuk 17, 18 Isian
pertidaksamaan samaan pertidaksamaan satu variable yang (C2) Singkat
satu variabel Linier melibatkan bentuk pecahan
yang melibatkan
bentuk pecahan
aljabar
3.5 Merancang model pertidak 2 Menyusun bentuk pertidak samaan 19, 20 Isian
matematika dari samaan linier (C2) (C2) Singkat
masalah yang linier
berkaitan dengan
pertidaksamaan
satu variabel dan
Menyelesaikan
model
matematika
tersebut
Contoh :
TES OBYEKTIF
al latihan ini terdiri dari soal Bena/Salah, Pilihan Ganda, Isian Singkat dan Essay
erilah tanda (X) untuk memberi tanda jawaban yang benar pada soal Benar/Salah dan yang berbentuk Pilihan Ganda di depan jawaban yan
ntuk soal berbentuk Isian singkat dan Essay,tulislah jawaban pada lembar jawab yang telah tersedia
obot skor masing-masing tipe soal sebagai berikut:
Tipe Benar/Salah
a. : bobot skor 1 Tipe Pilihan Ganda : bobot skor 1
Tipe Isian singkat
b. : bobot skor 2
c.
d. Tipe Esai : bobot skor sesuai pedoman
5. Mulailah mengerjakan dari soal yang mudah terlebih dahulu
A. Pada Contoh Tes Benar-Salah berikut ini, berilah tanda silang di depan jawaban yang benar!
1. ( B / S ) pernyataan 30 = 0
B. Untuk soal-soal Pilihan Ganda berikut ini kerjakan dengan cara memberi tanda silang di depan
jawaban yang benar!
𝑥 −3𝑥
6. Himpunan penyelesaian dari persamaan 3 2 = 81
adalah…. A. {1}
B. {-4}
C. {1, -4}
D. {-1, 4}
E. {1, 4}
102
2𝑥 +2𝑥
7. Himpunan penyelesaian dari 4 2 = 8 adalah….
1
A. { , 2}
2
1 3
B. { 3
2, }
2
12
C. {− , }
2 3
1 3
D. {,−}
2 2
1 3
E. {− , }
22
14. Jika X1 dan X2 , dimana X1 > X2 merupakan akar-akar dari persamaan X2-5X-6, maka 2X1-X2 = ...
a. 13
b. 14
c. 15
d. 16
e. 17
C. Untuk soal-soal Isian Singkat berikut ini kerjakan dengan cara mengisi jawaban pada
lembar jawab yang sudah tersedia dengan tepat!
16. Setiap hari Bu Isna membuat donat dan kue legit. Setiap donat membutuhkan 12 kg tepung dan 20 gula
pasir, sedangkan kue legit memebutuhkan 8 kg tepung dan 10 kg gula. Setiap hari bu Isna harus mampu
membuat 100 donat dan 120 kue legit, maka model matematika dari soal cerita tersebut adalah …
1 3
17. Hasil dari
X 0 dikurangkan dari 2 0 adalah …
Y X Y
2 4
18. Himpunan penyelesaian dari
1
X 2 dikurangkan X Y 0 adalah …
3Y dengan
2
1
X 3 0 , nilai X adalah …
19. Hasil dari
2
1 3
20. Daerah Penyelesaian 2
Y
1 adalah …
D. Untuk soal-soal Essay berikut ini kerjakan dengan lengkap dan benar pada lembar jawab
yang sudah tersedia!
Catatan:
Untuk menyelesaikan soal di atas siswa menerapkan aturan menarik akar kudrat pada bentuk
aljabar yang sebelumnya telah (wajib) dipelajari siswa. Indikator tujuan (pemahaman konsep)
yang sesuai adalah: 6. menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi
tertentu.
Dalam proses menyelesaikan soal di atas, siswa melakukan suatu proses berpikir, sehingga
menggunakan penalaran. Namun demikian proses berpikir yang dilakukan adalah bagian dari
ketentuan menarik akar kudrat pada bentuk aljabar, bukan proses berpikir yang secara spesifik
menjadi tuntutan dari salah satu indikator tujuan penalaran. Oleh karena itu, dengan materi
soal seperti itu, penilaian terhadap respon siswa dalam menjawab soal cukup ditinjau dari
pemahaman konsep saja.
Untuk menilai jawaban siswa dapat digunakan contoh pedoman penskoran sebagai berikut.
a. x = a dan y = 5 𝑎
4
Periksalah, manakah diantara dua pernyataan berikut ini yang benar dan jelaskan alasan jawabanmu.
”xy lebih besar dari x”
”xy lebih besar dari y”
Catatan:
Soal di atas adalah soal yang diproyeksikan untuk menggali atau melatih dan mengukur
kemampuan penalaran siswa. Walaupun dalam menjawab soal di atas siswa tak dapat lepas
dari konsep menarik akar kuadarat pada bentuk aljabar, namun pertanyaan dalam soal
menuntut siswa untuk melakukan proses berpikir yang secara spesifik menjadi tuntutan
salah satu indikator tujuan penalaran. Oleh karena itu penilaian terhadap respon siswa
dalam menjawab soal cukup ditinjau dari tujuan penalaran (dan komunikasi) saja.
Penyelesaian soal a menuntut kemampuan siswa dalam menarik kesimpulan berdasar data x
dan y yang diketahui dan kemampuan memberikan alasan logis. Penyelesaian soal b menuntut
kemampuan siswa dalam memeriksa kebenaran suatu argumen. Indikator tujuan penalaran:
menarik kesimpulan dari pernyataan (soal a) dan memeriksa kesahihan suatu argumen (soal b).
Dalam menjawab soal a atau b, alternatif kegiatan yang dilakukan siswa antara lain:
(*) Siswa menghitung hasil dari xy dahulu, baru kemudian menjawab pertanyaan.
(**) Siswa menjawab pertanyaan tanpa menghitung hasil dari xy dahulu, namun melakukan
analisi
Untuk menilai jawaban siswa dapat digunakan contoh pedoman penskoran sebagai berikut.
No. ASPEK RUBRIK PENILAIAN SKOR
PENILAIA
1. Macam Menjawab ’ya’ atau menjawab ’ xy kurang dari y’ 3
jawaban Menjawab: ’tidak’ dan tidak ada kata yang mengarah ke jawaban’ 1
xy
Tidak menjawab 0
2. Alasan Alasan jawaban dilakukan secara analitik dan benar 7
jawaban Alasan jawaban dilakukan secara analitik tapi ada sedikit 6
Alasan jawaban dilakukan secara analitik tapi ada banyak 3
kesalahan
Alasan jawaban diberikan dalam bentuk menghitung hasil xy 5
dan
Alasan jawaban diberikan dalam bentuk menghitung hasil xy 4
dan ada
Alasan jawaban diberikan dalam bentuk menghitung hasil xy 2
tapi ada
Tidak menjawab 0
Skor minimal = 0 Skor maksimal = 10
Contoh-3:
Contoh instrumen dapat digunakan untuk melatih dan mengukur 2 tujuan sekaligus,
yaitu
pemahaman konsep, penalaran dan komunikasi:
Kompetensi Dasar : 2.2. Melakukan operasi pada bentuk aljabar
Indikator pencapaian kompetensi : Menyelesaikan operasi tambah, kurang, kali, dari suku
satu dan suku dua.
Catatan:
Penyelesaian soal di atas secara nyata menuntut kemampuan pemahaman konsep dan
penalaran ( juga komunikasi).
Proses penyelesaian soal tak akan lancar bila siswa tak memahami hubungan antara x + y dan
x² - y² , dan hal itu terkait dengan konsep perkalian suku dua berbentuk x² - y²= ( x +y )( x-y).
Selain itu penyelesaian juga harus memenuhi salah satu tuntutan pada tujuan penalaran, yaitu
menarik kesimpulan berdasar data yang diketahui kemudian mengkomunikasikannya.
Materi instrumen di atas tergolong materi pemecahan masalah, karena jawaban soal tidak serta
merta langsung dapat diperoleh dengan menerapkan konsep menarik akar kuadrat pada
bentuk aljabar atau prosedur rutin tentang menarik akar kuadrat pada bentuk aljabar
Penyelesaiannya menuntut pemahaman siswa dalam konsep menarik akar kuadrat pada bentuk
aljabar, namun lebih tergantung pada kemampuan menerjemahkan masalah, memilih strategi
pemecahan yang tepat dan melaksanakan strategi yang dipilih itu sehingga terdapat
penyelesaiannya.
Mengingat dua catatan di atas maka penilaian terhadap respon siswa dalam menjawab soal
dapat ditinjau dari 1 tujuan saja, yaitu pemecahan masalah. Untuk itu kriteria penilaian harus
mengikuti kriteria penilaian pemecahan masalah.
Bila respon siswa akan ditinjau dari tujuan lainnya (selain tujuan pemecahan masalah),
misalnya: pemahaman konsep atau penalaran dan komunikasinya, maka diperlukan kriteria
penilaian untuk tiap tujuan yang dikehendaki itu.
Untuk menilai jawaban siswa dapat digunakan contoh pedoman penskoran sebagai berikut.
Dua tahun yang lalu umur Pak Ali lima kali umur anak pertamanya. Delapan tahun yang
akan datang umur Pak Ali tiga kali umur anak pertamanya. Berapa umur Pak Ali dan anak
pertamanya sekarang?.
Catatan:
Materi soal di atas tergolong soal pemecahan masalah karena umur Pak Ali dan anaknya tidak
serta merta dapat diperoleh dengan menerapkan aturan yang sudah ada (tentang SPLDV).
Strategi pemecahan masalah yang paling efisien untuk diterapkan adalah berpikir logis atau
membuat diagram.
Bila strategi pemecahan yang diterapkan adalah berpikir logis atau membuat diagram maka
penggunaan konsep SPLDV akan tampak pada respon siswa. Selama meneyelesaikan soal
siswa dituntut untuk melakukan manipulasi matematika yang merupakan salah satu indikator
tujuan penalaran.
Mengingat dua catatan di atas maka penilaian terhadap respon siswa dalam menjawab soal
dapat ditinjau dari 3 tujuan, yaitu: pemahaman konsep, penalaran (dan komunikasi),
pemecahan masalah. Untuk itu penilaian tiap tujuan harus jelas kriterianya.
Respon siswa dapat pula hanya ditinjau dari satu tujuan saja, yaitu pemecahan masalah. Jika
akan ditinjau dari tujuan pemecahan masalah saja maka penilaiannya mengikuti kriteria
penilaian pemecahan masalah.
Contoh deskripsi jawaban siswa yang diharapkan sebagai berikut.
Jadi umur Pak Ali dan anaknya sekarang masing-masing 52 tahun dan 12 tahun.
Untuk menilai jawaban siswa dapat digunakan contoh pedoman penskoran sebagai berikut.
Aspek yang dinilai dan rubrik penilaian Skor
b. Memahami masalah (dilihat dari isi jawaban)
1) Benar 1
2) Salah atau tidak ada jawaban 0
b. Rencana strategi pemecahan masalah (dalam bentuk tabel atau deskripsi
3) Benar 3
5) Salah 1
6) Tidak membuat 0
c. Proses melaksanakan strategi pemecahan masalah (menghitung umur Pak Ali
dan
6) Benar 5
7) Hampir benar 4
8) Yang benar dan salah seimbang 3
9) Sebagian kecil benar 2
10) Salah 1
6) Tidak menghitung 0
d. Menuliskan jawaban permasalahan (umur Pak Ali dan anaknya)
3) Benar 1
4) Salah atau tidak ada 0
Skor Minimal = 0, Skor Maksimal = 10
Contoh-5:
Instrumen untuk melatih atau menggali kemampuan memecahkan masalah.
Kompetensi Dasar: 1.2. Menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan bulat dan pecahan dalam
pemecahan masalah
Indikator pencapaian kompetensi: Memecahkan masalah yang berkaitan dengan operasi bilangan
bulat. menyelesaikannya.
Di salah satu peternakan milik Pak Anggit terdapat 18 ekor binatang. Beberapa diantaranya
berupa ayam dan lainnya berupa sapi. Jika dihitung maka banyak seluruh kaki dari 18
binatang itu ada 50 buah. Berapakah banyak masing-masing binatang di tempat peternakan Pak
Anggit itu?
Catatan:
Bagi siswa, materi instrumen di atas tergolong pemecahan masalah karena untuk
menghitung banyaknya masing-masing binatang tidak serta merta dapat diterapkan operasi
bilangan bulat, namun harus ditempuh strategi tertentu terlebih dahulu. Strategi pemecahan
masalah yang paling efisien untuk diterapkan antara lain dengan membuat tabel.
Contoh penyelesaian antara lain sebagai berikut.
11 7 11×2 + 7×4 = 50
Banyaknya ayam ada 11 ekaor dan banyaknya sapi ada 7 ekor.
Memperhatikan dua catatan di atas maka penilaian terhadap respon siswa dalam menjawab soal
dapat ditinjau dari 3 tujuan, yaitu: pemahaman konsep tentang operasi bilangan bulat,
penalaran (dan komunikasi), pemecahan masalah.
Respon siswa dapat pula hanya ditinjau dari satu tujuan saja, yaitu pemecahan masalah.
Jika akan ditinjau dari tujuan pemecahan masalah saja maka penilaiannya mengikuti
kriteria penilaian pemecahan masalah, yaitu seberapa jauh kemampuan siswa dalam:
(1) memahami masalah (dilihat ada tidaknya salah tafsir dalam menterjemahkan masalah,
akan tampak dari isi jawaban),
(2) merencanakan strategi pemecahan masalah (dalam hal ini yang efisien dengan tabel),
(3) melaksanakan strategi pemecahan masalah (dalam hal ini dilihat dari proses
mengoperasikan bilangan bulat)
(4) mengecek hasil pemecahan masalah (dalam hal ini dilihat dari jawaban akhir).
Ilustrasi penyelesaian soal: Misalkan banyaknya ayam= a dan banyaknya sapi = s. Ada dua
persamaan langsung diperoleh yaitu: a + s = 18 (ditinjau banyaknya binatang) dan 2a + 4s = 50
(ditinjau dari banyaknya kaki binatang). Dengan teknik substitusi atau eliminasi akan diperoleh a =
11 dan s = 7 sehinga terjawab bahwa banyaknya ayam ada 11 ekor dan sapi ada 7 ekor.
Selain berbagai jenis dan tipe penilaian tertulis yang sudah disampaikan dimuka, terdapat
beberapa teknik pengembangan instrumen penilaian yang perlu diketahui, antara lain penilaian
kinerja, produk. penilaian proyek, dan portofolio.
Penilaian kinerja dapat dilakukan melalui : (1). Penilaian tertulis (paper and pencil), (2).
Identifikasi, (3) simulasi, (4). Member contoh kerja (work sample). Dalam kegiatan penilaian
kinerja, pengamatan dilakukan pada saat terjadi proses kinerja.
Kegiatan
Kelas
VII Melukis sudut
Membagi sudut
Melukis segitiga, garis tinggi, garis bagi, garis berat, dan garis sumbu
VIII Melukis lingkaran dalam dan lingkaran luar suatu segitiga
Membuat jarring-jaring kubus, balok, prisma dan limas
Uraian Tugas:
Tugas ini dikerjakan secara individu
Lukislah sudut 450 dan 600 dengan menggunakan penggaris dan jangka
Tahap 1: Persiapan
Penilaian pada tahap 1 meliputi: penilaian terhadap kemampuan siswa dalam merencanakan,
menggali dan mengembangkan gagasan, dan mendesain produk.
Tahap 2: Proses pembuatan produk
Penilaian pada tahap 2 meliputi: penilaian terhadap kemampuan siswa dalam menyeleksi dan
menggunakan bahan-bahan, alat dan teknik.
Tahap 3: penilaian (appraisal) produk
Penilaian (appraisal) produk meliputi penilaian terhadap kemampuan siswa dalam membuat
produk sesuai kegunaannya dan memenuhi criteria keindahan menggunakan bahan, alat dan
teknik.
Produk dinilai secara holistik dan analitik. Penilaian dengan cara holistik didsarkan pada kesan
keseluruhan dari produk. Penilaian biasanya dilakukan pada tahap appraisal. Penilaian dengan
cara analitik didasarkan pada aspek-aspek produk yang biasanya dilakukan terhadap semua
criteria yang terdapat pada semua tahap proses pengembangan produk.
Uraian Tugas:
Pada kertas karton dengan ukuran 35 cm x 45 cm akan dibuat jarring-jaring kubus sehingga
diperoleh kubus dengan ukuran maksimal.
Pilihlah bentuk jarring-jaring kubus yang paling tepat untuk digambar pada kertas
karton tersebut.
Gambarlah jarring-jaring kubus yang dipilih itu
Buatlah daerah lekukan (lidah) dengan ukuran 2 cm yang akan berfungsi sebagai
penghubung antar bidang sisi kubus
Setelah jarring-jaring terbentuk, guntinglah dan bentuklah kubusnya
Ukurlah panjang setiap rusuk dari kubus yang kamu buat. Berapa panjangnya?
Contoh format penilaian produk membuat jaring-jaring kubus dan membuat kubus
Keterangan:
Tahap
Aspek yang dinilai Kriteria penskoran
Persiapan x : ketepatan penentuan Skor 1 : tidak mengerjakan
panjang rusuk shg ukuran Skor 2 : panjang rusuk belum maksimal atau
maksimal Melebihi
Skor 3 : panjang rusuk maksimal
Proses Pembuatan a : ketepatan cara menggunakan Skor 1 : tidak mengerjakan
Produk penggaris dan jangka Skor 2 : masih banyak melakukan kesalahan
Skor 3 : ada sedikit kesalahan
Skor 4 : tidak ada sedikit kesalahan
b : ketepatan kebenaran jaring- Skor 1 : tidak mengerjakan
jaring Skor 2 : masih banyak melakukan kesalahan
Skor 3 : ada sedikit kesalahan
Skor 4 : tidak ada sedikit kesalahan
c : kecermatan membuat jaring- Skor 1 : tidak mengerjakan
jaring Skor 2 : masih banyak melakukan kesalahan
Skor 3 : ada sedikit kesalahan
Skor 4 : tidak ada sedikit kesalahan
Penilaian Akhir a : kerapian penyambungan Skor 1 : tidak mengerjakan
Produk antar sisi Skor 2 : tidak rapi
Skor 3 : cukup rapi
Skor 4 : rapi
b : ketepatan / kebenaran Skor 1 : tidak mengerjakan
bentuk kubus sebagai Skor 2 : tidak benar / tepat
produk akhir Skor 3 : cukup benar / tepat
Skor 4 : tepat / benar
c : kerapaian bentuk kubus sbg Skor 1 : tidak mengerjakan
produk akhir Skor 2 : tidak benar / tepat
Skor 3 : cukup benar / tepat
Skor 4 : tepat / benar
Uraian Tugas:
a. Kerjakan tugas ini secara kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 5 orang
b. Lakukan wawancara terhadap minimal 5 pedagang kecil di pasar tradisional, buatlah
daftar wawancara dan siapkan lembaran atau format untuk mencatat hasil wawancara.
Kumpulkan data tentang:
Modal yang dimiliki
Untung atau rugi rata-rata setiap hari
Kegiatan apa saja dalam perdagangan, khususnya pengadaan barang dan penjualan?
c. Buatlah laporan secara tertulis tentang kegiatan yang dilakukan sejak perencanaan,
pelaksanaan dan hasil yang diperoleh. Laporan mencakup: (1) tujuan kegiatan, (2)
persiapan, (3) pelaksanaan, (4) hasil yang diperoleh, (5) kesan dan pesan terhadap tugas.
Laporan tentang hasil yang diperoleh memuat hal-hal sebagai berikut:
1). Penyajian data yang diperoleh dalam bentuk tabel sesuai pengelompokan data pada
nomor b
2). Penjelasan tentang:
Pedagang mana yang untung/ruginya paling banyak
Kejadian apa saja yang dilakukan dalam perdagangan
d. Laporan dipresentasikan atau dipamerkan. Laporan dikumpulkan paling lambat 6 pekan
setelah tugas ini diberikan.
b. Non Tes
Non tes merupakan teknik penilaian yang dilakukan dengan tanpa menggunakan
instrumen berupa tes. Tidak semua perilaku dan data dapat dikumpulkan dengan tes. Bahkan
banyak diantara data-data hanya mampu diukur dengan menggunakan teknik atau instrumen
non tes. Andersen (1981) mengemukakan bahwa perilaku seseorang merupakan fungsi dari
watak yang terdiri atas ranah kognitif, psikomotor dan afektif. Ranah kognitif, sebagaimana
dikemukakan oleh Bloom (1976) berkaitan dengan kemampuan berpikir yang terdiri atas
pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, evaluasi dan kreasi. Ranah kognitif lebih banyak
diukur dengan menggunakan tes, baik tes tulis maupun lisan, biasanya lebih banyak
menggunakan tes tulis. Psikomotor berhubungan dengan gerak, seperti keterampilan, performa,
oleh raga, dan sebagainya. Ranah psikomotor biasa diukur dengan menggunakan tes performa
atau tes perbuatan. Ranah afektif berupa tindakan yang dalam pelaksanaan proses pembelajaran
terdapat
lima karakter afektif yang akan diukur yang terdiri atas sikap, minat, nilai konsep diri, dan
karakter.
Tes perbuatan atau tindakan yang biasa digunakan untuk mengukur taraf kompetensi
yang bersifat keterampilan atau psikomotorik, penilaianya di lakukan terhadap proses
penyelesaian tugas dan hasil akhir yang dicapai oleh siswa setelah melaksanakan tugas tersebut.
Penilaian tes perbuatan dilakukan sejak peserta didik melakukan persiapan, melaksanakan
tugas, sampai dengan hasil akhir yang dicapainya. Untuk menilai tes perbuatan pada umumnya
diperlukan sebuah format pengamatan, yang bentuknya dibuat sedemikian rupa sehingga tutor
dapat menuliskan angka-angka yang diperolehnya pada tempat yang sudah disediakan. Bentuk
formatnya dapat disesuaikan menurut keperluan. Untuk tes perbuatan yang sifatnya individual,
sebaiknya menggunakan format pengamatan individual. Terdapat dua unsur yang bisa dijadikan
bahan penilaian dalam tes perbuatan, yaitu proses dan produk. Pengukuran proses merujuk
kepada pengukuran keterampilan dari kemahiran testi melakukan suatu kegiatan , sedangkan
pengukuran produk merujuk kepada segi kualitas hasil. Tes Perbuatan/Tindakan memiliki
beberapa keunggulan antara lain sebagai berikut :
Cocok digunakan untuk mengukur aspek perilaku psikomotor.
Salah satu wujud perubahan hasil belajar adalah berupa keterampilan melakukan suatu
kegiatan. Aspek keterampilan ini tidak bisa diungkap dengan tes tulis, dan hanya cocok
diungkap dengan tes tindakan.
Dapat digunakan untuk mengecek kesesuaian antar pengetahuan, teori, dan keterampilan
mempraktekannya.
Penggunaan tes tulis dan lisan hanya terbatas kepada pengungkapan pengetahuan teoritis.
Dengan menggunakan tindakan, guru akan mengetahui sejauh mana siswa mampu
menerapkan pengetahuan-pengetahuan teoritisnya dalam kegiatan nyata, sehingga
informasi untuk penilaian menjadi lebih lengkap.
Tidak ada kesempatan untuk menyontek.
Dalam tes perbuatan, penguji bisa mengamati langsung bagaimana seseorang testi
meragakan sesuatu kegiatan. Di samping itu, keterampilan sesorang untuk melakukan suatu
kegiatan akan sangat tergantung atas kemampuan dirinya, maksudnya tidak bisa meniru
begitu saja.
Terdapat tiga perangkat alat yang perlu disiapkan untuk melakukan suatu tes perbuatan,
yaitu tugas yang harus dikerjakan oleh testi beserta petunjuk pengerjaanya, pedoman
pengamatan, dan perlengkapan praktek. Dalam menyiapkan hal-hal tersebut perlu
memperhatikan kaidah-kaidah sebagai berikut.
Jabarkanlah kegiatan yang akan dipraktekkan ke dalam unsure-unsurnya.
Dalam pedoman pengamatan, unsure-unsur kegiatan yang akan dipraktekkan perlu
dijabarkan secara rinci. Hal ini penting dilakukan agar pengamatan dapat dilakukan secara
cermat. Dalam menjabarkan unsure-unsur pertimbangkanlah unsur-unsur kegiatan mana
yang pokok dan penting diamati, sehingga pengukuran bisa representative.
Susunlah unsur – unsur prilaku yang akan di ukur dalam pedoman pengamatan secara logis.
Untuk memudahkan pengecekan kegiatan, unsur – unsur kegiatan perlu disusun secara
logis. Penyusunan mungkin bisa didasarkan pada urutan langkah – langkah kegiatan atau
urutan pentingnya unsur – unsur kegiatan.
Buatlah petunjuk pengerjaan yang jelas dan lengkap
Petunjuk pengerjaan perlu disiapkan secara jelas dan lengkap, kalau perlu lengkap dengan
langkah-langkahnya. Petunjuk yang kurang jelas bisa menyebabkan testi ragu-ragu dalam
melakukan kegiatan.
Identifikasi alat-alat perlengkapan yang diperlukan
Agar pelaksanaan tes tindakan dapat dilakukan sebagaimana mestinya, perlu disiapkan
alat- alat yang perlu untuk tes. Alat-alat ini perlu diidentifikasi secara cermat, sebab ketidak
lengkapan alat-alat ini bisa menyebabkan ujian tidak dapat dilakukan atau setidak-tidaknya
menggangu kelancaran pelaksanaannya.
Pertimbangkan kemungkinan Pelaksanaan
Dalam merancang tes tindakan perlu dipertimbangkan secara matang, kemungkinan-
kemungkinan pelaksanaannya, apakah tes akan dilakukan dalam kondisi nyata atau dalam
bentuk simulasi. Kemudian bagaimana pula dengan fasilitas yang tersedia. Cek apakah
sudah lengkap seperti yang dibutuhkan atau tidak.
Bagaimana menentukan skor dan sistem penilaian dalam tes perbuatan?. Anas sudijono (2001)
memberikan saran hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan tes tindakan ini adalah
sebagai berikut.
tester harus mengamati secara teliti cara yang ditempuh oleh teste dalam menyelesaikan
tugas yang telah ditentukan.
agar dapat dicapai kadar objekifitas setinggi mungkin hendak nya tester jangan
berbicara atau berbuat sesuatu yang dapat memeengaruhi testee yang sedang
melaksanakan tugas tersebut.
dalam mengamati testee yang sedang melaksanakan tugas itu, hendak nya tester telah
menyediakan instrumen berupa lembar penilaian yang didalamnya telah ditentukan hal-
hal apa sajakah yang harus diamati.
Berikut ini diberikan contoh format dan cara pemberian skor pada tes pebuatan.
Contoh : penilaian tes tindakan dalam hal keterampilan praktek mengajar :
Skor Juml
No Kegiatan Catatan
Skor
0 1 2 3 4
I. PERSIAPAN
1 Program Tahunan
2 Program Semester
3 Sylabus
4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
5 Buku Nilai
6 Buku Agenda Guru
7 Buku Presensi
8 Jurnal Kelas
Jumlah Skor 32 0
Capaian Nilai 0
B. Kegiatan Inti
1 Penguasaan Materi
2 Pemilihan metode pembelajaran/relevansi
3 Penggunaan alat peraga/bantu
4 Interaksi dengan siswa
5 penggunaan teknik bertanya
6 penggunaan Bahasa
7 pengelolaan kelas
8 pengembangan kreativitas siswa
9 penyampaian kontekstual dengan realita
10 Integrasi IMTAK/IPTEK
11 Melakukan penilaian kelas
Jumlah Skor 44
Capaian Nilai
C. Penutup
1 Melakukan refleksi/kesimpulan
2 Memberikan tugas/PR
3 Ketepatan waktu
Jumlah Skor 12
Capaian Nilai
Total Skor
Perolehan
Nilai Akhir
Keterangan:
SKOR PERSIAPAN:
4 Ada, lengkap, tersusun rapi dan relevan dengan pembelajaran
3 Ada, lengkap, tersusun, cukup relevan dengan pembelajaran
2 Ada, cukup lengkap, kurang relevan dengan pembelajaran
1 Ada, kurang lengkap, kurang relevan dengan pembelajaran
0 Tidak ada
Dari tabel ini ada unsur yang akan dinilai dengan skor yang paling tinggi itu lima (5 ) dan skor yang
paling rendah itu satu (1) penilaian yang dilakukan dengan jalan observasi secara langsung praktek
mengajar.
Setelah intrumen diatas disiapkan untuk menilai keterampilan praktek mengajar seorang
mahasiswa yang sedang melaksanakan Praktek Pengalaman Lapangan dengan cara mengisi
salah satu angka yang terdapat pada kolom skor tentu saja sesuai dengan kemampuannya, kemudian
dijumlahkan hasil keseluruhan skor kemudian di bagi dengan jumlah aspek yang dinilai. Jika aspek
psikomotor diukur dengan menggunakan tes perbuatan, maka sebagaimana disampaikan dimuka,
ranah afektif yang terdiri atas sikap, minat, nilai konsep diri, dan karakter diukur dengan instrumen
non tes.
Pengembangan instrumen ini bertujuan untuk memperoleh data yang membedakan
karakteristik afektif seseorang berdasarkan konstruk laten yang dimiliki. Konstruk laten dijabarkan
menjadi perilaku yang bisa diamati, yaitu berupa indikator-indikator. Indikator ini menjadi acuan
bagi penyusun instrumen. Sebagaimana dalam pengembangan instrumen berupa tes. Pengembangan
instrumen non tes juga terdiri atas beberapa langkah. Terdapat sepuluh langkah dalam
pengembangan instrumen non tes, yang meliputi: (1) menentukan spesifikasi isntrumen, (2) menulis
instrumen, (3) menentukan skala instrumen, (4) menentukan sistem penskoran, (5) menelaah
instumen, (6) melakukan ujicoba, (7) menganalisis instrumen, (8) merakit instrumen, (9)
melaksanakan pengukuran, dan (10) menafsirkan hasil pengukuran. Dalam buku, selanjutnya akan
diberikan contoh pengembangan instrumen non tes salah satu bagian dari ranah afektif, yakni
tentang konsep diri.
Untuk melakukan pengukuran konsep diri, biasa digunakan skala pengukuran. Secara garis
besar skala insturmen yang biasa digunakan dalam penelitian antara lain skala thurstone, skala
likert, dan skala beda semantik. Langkah-langkah untuk mengembangkan instrumen non tes berujpa
konsep diri, dengan menggunakan berbagai macam skala pengukuran tersebut dimulai dengan
menentukan
pengertian konsep diri, berdasarkan pengertian konsep diri lalu disusun dimensi dari konsep diri,
mengembangkan indikator, dan menulis butir instrumennya. Langkah-langkah tersebut agar
memudahkan para peneliti disusun dalam suatu kisi-kisi. Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan
contoh berikut ini.
1. Menurut Burns (1993:vi) konsep diri adalah suatu gambaran campuran dari apa yang kita
pikirkan orang-orang lain berpendapat, mengenai diri kita, dan seperti apa diri kita yang kita
inginkan.
2. Mulyana, (2000:7) Mendefinisikan konsep diri adalah pandangan individu mengenai siapa diri
individu, dan itu bisa diperoleh lewat informasi yang diberikan lewat informasi yang diberikan
orang lain pada diri individu
3. Hurlock, (1990:58) menyebutkan bahwa konsep diri ini merupakan gabungan dari keyakinan
yang dimiliki individu tentang mereka sendiri yang meliputi karakteristik fisik, psikologis,
sosial, emosional, aspirasi dan prestasi.
4. William D. Brooks dalam bahwa (Rakhmat, 2005:105) menyampaikan tentang
pengertian konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita.
5. Centi (1993:9) mendefinisikan konsep diri (self-concept) tidak lain tidak bukan adalah gagasan
tentang diri sendiri, konsep diri terdiri dari bagaimana kita melihat diri sendiri sebagai pribadi,
bagaimana kita merasa tentang diri sendiri, dan bagaimana kita menginginkan diri sendiri
menjadi manusia sebagaimana kita harapkan.
Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan konsep diri, dalam hal ini
konsep diri terhadap pelajaran matematika adalah cara pandang atau persepsi individu seseorang
terhadap dirinya sendiri sebagai pribadi yang meliputi aspek fisik, psikologis, sosial, emosional dan
prestasi belajar matematika yang terbentuk melalui interaksi dengan lingkungan serta aktivitas
seseorang.
Dari definisi dan dimensi pada konsep diri tersebut dapat dikembangkan ke dalam indikator-
indikator-indikator yang dapat disusun dalam kisi-kisi sebagai berikut:
C. Kisi-Kisi Konsep Diri
Juml No Skala
Indikator Pernyataan Soal
Butir Soal
Konsep diri 3 1. Saat mengerjakan tes matematika, saya 10 Guttman
tentang moralitas mengerjakan dengan jujur
diri terkait 2. Saya bangga dengan hasil karya 11
pembelajaran sendiri daripada bertanya dengan
matematika teman
3. Saya merasa malu jika mencontek saat 12
mengerjakan tes matematika
Konsep diri 3 1. Jika ada materi yang berlum faham 13
berhubungan saya belajar bersama dengan
dengan orang lain beberapa
teman
2. Saya nyaman belajar di kelas bersama 14
dengan teman-teman
3. Saya bertanya kepada teman yag sudah 15
faham untuk memahami beberapa
materi yang belum saya fahami
Juml No Skala
Indikator Pernyataan Soal
Butir Soal
Konsep diri 3 1. Saya menyiapkan diri 20 Rating
tentang sebelum belajar matematika Scale
penampilan fisik 2. Saya mengecek peralatan yang 21
saat pelajaran digunakan untuk belajar matematika
matematika sebelum belajar
3. Saya tidak mengantuk saat belajar 22
matematika
Konsep diri 3 1. Saya berkonsentrasi dalam belajar 23
tentang kesiapan matematika di kelas
fisik dalam 2. Saya belajar matematika dengan 24
belajar kondisi bugar dan sehat
matematika 3. Saya menata ruangan belajar 25
matematika di rumah
CONTOH INSTRUMEN KONSEP DIRI
TERHADAP PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Berikut ini adalah pernyataan-pernyataan tentang konsep diri terhadap pembelajaran matematika, bacalah
dengan teliti setiap pernyataan-pernyataan tersebut, lalu pilihlah salah satu pilihan jawaban yang
menggambarkan benar-benar keadaan diri anda, dengan cara memberi tanda cek lis ( √ ) pada kolom pilihan
jawaban anda.
pilihan
No Pernyataan/Pertanyaan Ragu- Tidak
Setuju
ragu Setuju
1. Saya merasa bersemangat saat belajar matematika di
kelas
2. Saya bersemangat dalam mengerjakan tugas-tugas
belajar matematika di rumah
3. Meskipun tidak ada PR/tugas matematika, saya tetap
termotivasi belajar matematika
4. Saya memperhatikan pelajaran matematika dengan
sungguh-sungguh saat di kelas
5. Saya bersungguh-sungguhdalam mengerjakan tugas-
tugas matematika di rumah
6. Jika menjumpai soal PR/tugas matematika, yang tidak
mampu saya kerjakan, saya bertanya kepada teman atau
guru
7. Saya memecahkan soal-soal matematika meskipun soal
itu tergolong soal yang sulit
8. Saya menyukai soal-soal yang berbentuk problem
solving/pemecahan masalah
9. Soal-soal pemecahan masalah menarik untuk dikerjakan\
No Pernyataan/Pertanyaan Ya Tidak
10. Saat mengerjakan tes matematika, saya mengerjakan dengan jujur
11. Saya percaya dengan hasil pekerjaan sendiri
12. Saya merasa malu jika mencontek saat mengerjakan tes matematika
13. Jika ada materi yang berlum faham saya belajar denganbeberapa teman
14. Saya nyaman belajar di kelas bersama dengan teman-teman
15. Saya bertanya kepada teman yag sudah faham untuk memahami
beberapa materi yang belum saya fahami
C. Dimensi: Konsep Diri Emosional (emosional self concept)
Menggunakan Skala Pengukuran Semantik Differensial
Sangat Sangat
No Pernyataan/Pertanyaan Sulit Mudah
Sulit Mudah
16. Saya menjaga ketenangan saat belajar matematika
17. Saya menjaga kondisi yang kondusif saat belajar di
kelas
18. Saya mampu menjaga kemarahan saat belajar
matematika
19. Saya mampu mengelola kemarahan jika diganggu
teman saat belajar matematika