Anda di halaman 1dari 58

BAB V

TEKNIK PENGUMPULAN DATA, INSTRUMEN DAN ANALISIS DATA

A. Teknik Pengumpulan
Data Pengumpulan data penelitian kuantitatif merupakan
pengumpulan data yang datanya bersifat angka – angka
statistik atau data-data lain yang dapat dikuantifikasikan.
Data tersebut berbentuk variabel – variabel dan
operasionalisasinya dengan skala ukuran tertentu misalnya
skala nominal, ordinal, interval dan ratio, Jonathan
Sarwono dalam Sugiyono (2006).
Menurut Sugiyono pengumpulan data dapat
dilakukan dalam berbagai tempat dan berbagai sumber dan
berbagai cara. Bila dilihat dari tempatnya dapat
dikumpulkan pada laboratorium dengan metode
eksperimen, di rumah dengan berbagai responden, dan
lain- lain. Bila dilihat dari sumber datanya, maka
pengumpulan
data dapat menggunakan sumber primer dan sekunder.
Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada
pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan
data pada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Ruang lingkup
teknik pengumpulan data, disajikan dalam bentuk bagan pada gambar 5.1. berikut ini.

1. Pengertian Data
2. Jenis-Jenis Data

Teknik
Pengumpulan Data

4. Instrumen
Pengumpulan Data 3. Teknik Pengumpulan Data

Gambar 5.1. Ruang lingkup teknik pengumpulan data

1. Pengertian Data
Sebelum membahas tentang teknik dan instrumen pengumpulan data, sebaiknya kita
mempelajari tentang data. Data adalah sesuatu yang belum mempunyai arti bagi
penerimanya dan masih memerlukan adanya suatu pengolahan. Data bisa berwujud suatu
keadaan, gambar, suara, huruf, angka, matematika, bahasa ataupun simbol-simbol lainnya
yang bisa kita gunakan sebagai bahan untuk melihat lingkungan, obyek, kejadian ataupun
suatu konsep.
Contoh:
1
 Data tentang kerusakan hutan dari tahun 2010-2020

2
 Data tentang banyak gunung berapi yang meletus sepanjang tahun 2018
 Data tentang kerusakan banjir di DKI pada tahun 2019
 Data tentang Orang yang terinfeksi virus korona di Indonesia sepanjang tahun 2020.

2. Jenis-jenis data
Jenis data dapat dibedakan berdasarkan cara memperolehnya, sumbernya, cara
memperolehnya, dan waktu pengumpulannya. Menurut cara memperolehnya, data
dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Data primer yaitu data yang dikumpulkan dan diolah sendiri atau seorang atau suatu
organisasi langsung dari obyeknya. Contoh : mewawancarai langsung para LGBT
untuk meneliti faktor penyelebab terjadi penyimpangan perilaku pada diri mereka.
b. Data sekunder yaitu data yang didapat tidak secara langsung dari objek penelitian.
Peneliti mendapatkan data yang sudah jadi yang dikumpulkan oleh pihak lain.
Contoh: peneliti yang menggunakan data statistik hasil riset dari peneliti lain atau dari
jurnal, artikel ilmiah dan sebagainya.
Sedangkan menurut sumbernya, data dibedakan menjadi:
a. Data internal, yaitu data yang menggambarkan keadaan atau kegiatan dalam suatu
organisasi. Misal : data keuangan, data pegawai, data produksi, dsb.
b. Data eksternal yaitu data yang menggambarkan suatu keadaan atau kegiatan di luar
suatu organisasi. Contoh: data jumlah penggunaan suatu produk pada konsumen,
tingkat preferensi pelanggan, persebaran penduduk, jumlah penggangguran sepanjang
tahun 2020, dan lain sebagainya.
Menurut sifatnya, data dibedakan menjadi :
a. Data kualitatif adalah data yang bukan dalam bentuk angka, biasanya berbentuk
deskriptif, naratif atau informasi lain.
b. Data kuantitatif adalah data dalam bentuk angka, dan dapat diolah dengan analisis
statistik.
Menurut waktu pengumpulannya, data dibedakan menjadi :
a. Cross section / insidentil adalah dikumpulkan pada suatu waktu tertentu. Contohnya
laporan keuangan per 31 desember 2019, data pelanggan PT. Sukses Mulia bulan Juni
2020, dan lain sebagainya.
b. Data berkala / time series data adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu
untuk menggambarkan suatu perkembangan atau kecenderungan keadaan/peristiwa/
kegiatan. Contoh data time series adalah data perkembangan nilai tukar dolar Amerika
terhadap Rupiah dari tahun 2018 sampai 2020, jumlah pengikut jamaah ISIS
sepanjang tahun 2010-2010.

3. Teknik Pengumpulan Data


Dalam pendekatan penelitian kuantitatif, paling tidak terdapat lima teknik
pengumpulan data, sebagaimana disajikan dalam bentuk bagan dalam gambar 11
berikut ini.
Wawancara

Angket

Teknik Pengumpulan Data Observasi/ Pengamatan

Dokumen

Triangulasi

Gambar 5.2. Tekni Pengumpulan Data

1) Wawancara
Menurut Prabowo (1996) wawancara adalah metode pengmbilan data dengan
cara menanyakan sesuatu kepada seseorang responden, dengan bercakap-cakap secara
tatap muka dan dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara. Menurut
Patton proses wawancara dengan menggunakan pedoman wawancara mencantumkan
isu-isu yang harus diliput, menentukan urutan pertanyaan, bahkan mungkin terbentuk
pertanyaan yang eksplisit. Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan
interviewer mengenai aspek-aspek apa yang harus dibahas, juga menjadi check list
(Patton dalam poerwandari, 1998).
Sugiyono (2013:194) mengemukakan wawancara dapat dilakukan secara
terstruktur maupun tidak terstruktur.
 Wawancara terstruktur digunakan bila peneliti telah mengetahui dengan pasti
tentang informasi apa yang akan diperoleh. Dapat membawa instrumen sebagai
pedoman untuk wawancara, dan alat bantu seperti tape recorder, gambar, brosur
dan material lain yang dapat membantu pelaksanaan wawancara menjadi lancar.
Contoh wawancara terstruktur tentang tanggapan masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan dan pendidikan di pemerintah Kabupaten:
1. Bagaimanakah tanggapan Bapak/Ibu terhadap pelayanan kesehatan di
kabupaten ini?
a) Sangat bagus
b) Bagus
c) Tidak bagus
d) Sangat tidak bagus
2. Bagaiamanakah tanggapan Bapak/Ibu terhadap pelayanan bidang pendidikan
di kabupaten ini?
a) Sangat bagus
b) Bagus
c) Tidak bagus
d) Sangat tidak bagus
 Wawancara tidak terstruktur, adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan
lengkap untuk pengumpulan datanya. pedoman wawancara yang digunakan hanya
berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Wawancara tidak
terstruktur sering digunakan dalam penelitian pendahuluan malahan untuk
penelitian yang lebih mendalam tentang responden. Pada penelitian pendahuluan,
peneliti berusaha mendapatkan informasi awal tentang berbagai isu atau
permasalahan yang ada pada objek, sehingga peneliti dapat menentukan secara
pasti permasalahan atau variabel apa yang harus diteliti.
Dalam wawancara tidak terstruktur, peneliti belum mengetahui secara pasti data
apa yang akan diperoleh, sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan apa yang
diceritakan oleh responden. Berdasarkan analisis terhadap setiap jawaban dari
responden tersebut, maka peneliti dapat mengajukan berbagai pertanyaan
berikutnya yang lebih terarah pada satu tujuan.
Dalam melakukan wawancara maka pewawancara harus memperhatikan
tentang situasi dan kondisi sehingga dapat memilih waktu yang tepat kapan dan
dimana harus melakukan wawancara. Contoh : “Bagaimanakah pendapat Bapak/Ibuk
terhadap kebijakan pemerintah tentang merdeka belajar saat ini?dan bagaimana
dampaknya terhadap mahasiswa dan dosen?”
Menurut Miles dan Huberman dalam (iahpradiati.wordpress.com) ada
beberapa tahapan yang harus diperhatikan dalam melakukan wawancara, yaitu:
 The setting, peneliti perlu mengetahui kondisi lapangan penelitian yang
sebenarnya untuk membantu dalam merencanakan pengambilan data. Hal-hal
yang perlu diketahui untuk menunjang pelaksanaan pengambilan data meliputi
tempat pengambilan data, waktu dan lamanya wawancara, serta biaya yang
dibutuhkan.
 The actors, mendapatkan data tentang karakteristik calon partisipan. Di dalamnya
termasuk situasi yang lebih disukai partisipan, kalimat pembuka, pembicaraan
pendahuluan dan sikap peneliti dalam melakukan pendekatan.
 The events, menyusun protokol wawancara, meliputi: a)Pendahuluan,
b) Pertanyaan pembuka, c) Pertanyaan kunci, dan d) Probing, pada bagian ini
peneliti akan memanfaatkan hasil pada bagian kedua untuk membuat kalimat
pendahuluan dan pernyataan pembuka, serta hasil penyusunan pedoman
wawancara sebagai pertanyaan kunci.
 The process, berdasarkan persiapan pada bagian pertama sampai ketiga, maka
disusunlah strategi pengumpulan data secara keseluruhan. Strategi ini mencakup
seluruh perencanaan pengambilan data mulai dari kondisi, strategi pendekatan
dan bagaimana pengambilan data dilakukan.

Menurut Yunus dalam (iahpradiati.wordpress.com) karena merupakan proses


pembuktian, maka bisa saja hasil wawancara sesuai atau berbeda dengan informasi
yang telah diperoleh sebelumnya. Agar wawancara efektif, maka terdapat berapa
tahapan yang harus dilalui yakni: mengenalkan diri, menjelaskan maksud
kedatangan, menjelaskan materi wawancara, dan mengajukan pertanyaan.

2) Angket/Kuesioner
Angket atau kuesioner merupakan suatu teknik pengumpulan data secara tidak
langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden). Instrumen atau
alat pengumpulan datanya juga disebut angket berisi sejumlah pertnyaan-pertanyaan
yang harus dijawab atau direspon oleh responden. Responden memberikan jawaban
atau respon sesuai dengan presepsinya. Sebaiknya pertanyaan dibuat dengan bahasa
sederhana yang mudah dimengerti dan kalimat-kalimat pendek dengan maksud yang
jelas. Ada beberapa keuntungan dan kelemahan angket/kuesioner.
 pertanyaan yang akan diajukan pada responden dapat distandarkan,
 responden dapat menjawab kuesioner pada waktu luangnya,
 pertanyaan yang diajukan dapat dipikirkan terlebih dahulu sehingga jawabannya
dapat dipercaya dibandingkan dengan jawaban secara lisan,
 serta pertanyaan yang diajukan akan lebih tepat dan seragam.

Sedangkan kelemahan, antara lain:


 Tingkat pengembalian yang rendah .
 Kuisioner tepat digunakan pada responden yang berpendidikan dan bekerja sama
 kaku karena sulitnya mengubah metode pendekatan ketika kuesioner telah dikirim.
 Ada kemungkinan tanggapan ambigu atau kekurangan balasan bahkan sama
sekali tidak dijawab pada beberapa pertanyaan,
 Interpretasi menjadi sulit.
 Sulit untuk mengetahui apakah responden bersedia benar-benar representatif.

Prinsip penulisan angket/kuesioner


a) Isi dan tujuan pertanyaan, yang dimaksud disini adalah isi pertanyaan tersebut
merupakan bentuk pengukuran atau bukan. Kalau berbentuk pengukuran,
maka dalam membuat pertanyaan harus teliti, setiap pertanyaan harus ada
skala pengukuran dan jumlah itemnya mencukupi untuk mengukur variabel
yang diteliti.
b) Bahasa yang digunakan, bahasa yang digunakan dalam penulisan angket harus
disesuaikan dengan kemampuan berbahasa responden.
c) Tipe dan bentuk pertanyaan, tipe pertanyaan dalam angket dapat berupa
terbuka atau tertutup, (dalam wawancara bisa terstruktur dan tidak terstruktur),
dan bentuknya dapat menggunakan kalimat positif dan negatif.
d) Pertanyaan tidak mendua
e) Tidak menanyakan yang sudah lupa
f) Pertanyaan tidak menggiring, artinya usahakan pertanyaan tidak menggiring pada
jawaban yang baik saja atau yang jelek saja.
g) Panjang pertanyaan, pertanyaan dalam angket sebaiknya tidak terlalu
panjang, sehingga akan membuat jenuh responden dalam mengisi.
h) Urutan pertanyaan, urutan pertanyaan dalam angket, dimulai dari yang
umum menuju ke hal yang spesifik, atau dari yang mudah menuju hal yang
sulit

Macam-macam angket/kuesioner, terdiri atas:


a) Kuesioner tertutup
Setiap pertanyaan telah disertai sejumlah pilihan jawaban. Responden hanya
memilih jawaban yang paling sesuai.
b) Kuesioner terbuka
Dimana tidak terdapat pilihan jawaban sehingga responden haru memformulasikan
jawabannya sendiri.
c) Kuesioner kombinasi terbuka dan tertutup
Dimana pertanyaan tertutup kemudian disusul dengan pertanyaan terbuka.
d) Kuesioner semi terbuka
Pertanyaan yang jawabannya telah tersusun rapi, tetapi masih ada kemungkinan
tambahan jawaban.

Teknik Pembuatan Angket/Kuesioner


Langkah-Langkah Pembuatan Kuesioner:
Langkah 1:
 Menentukan Hipotesis
 Menentukan tipe survey yang akan digunakan
 Menentukan pertanyaan-pertanyaan survey
 Menentukan kategori jawaban
 mendesain letak survei

Langkah 2:
 Rencanakan bagaimana data akan dikumpulkan
 Uji awal alat pengukuran

Langkah 3:
 Tentukan target populasi
 Tentukan teknik sampling (random sampling, non random sampling)
 Tentukan ukuran sampel
 Pilih sampel

Langkah 4:
 Temukan responden
 Lakukan interview/wawancara
 Kumpulkan data dengan teliti

Langkah 5:
 Masukkan data kedalam komputer
 Periksa ulang seluruh data
 Lakukan analisis statistik pada data yang diperoleh

Langkah 6:
 Jelaskan metode dan penemuan dalam laporan penelitian
 Presentasikan untuk mendapatkan masukan dan evaluasi

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan angket/kuesioner:


1. Pertanyaan hendaknya jelas maksudnya:
 Pertanyaan tidak terlalu luas
 Pertanyaan tidak terlalu panjang
 Pertanyaan tidak boleh memimpin
 Menghindari pertanyaan yang dobel negatif
2. Pertanyaan hendaknya membantu ingatan responden
3. Pertanyaan menjamin responden untuk dengan mudah mengutarakan jawabannya
4. Pertanyaan hendaknya menghindari bias
5. Pertanyaan memotovasi responden untuk menjawab
6. Pertanyaan dapat menyaring responden
7. Pertanyaan hendaknya dibuat sesederhana mungkin
Agar memudahkan peneliti dalam menyusun angket/kuesioner, beberapa peneliti
membuat kisi-kisi sebelum membuat suatu angket/kuesioner. Tabel 5.1. Berikut ini
menyajikan contoh kisi-kisi angket keterampilan berpikir kritis yang dikembangkan
oleh Budi Harjo (2019) sebagai berikut.

Tabel 5.1. Kisi-kisi keterampilan berpikir kritis pada pembelajaran matematika SMA
Nomor Juml
No Kelompok Indikator Sub Indikator
Item Item
1. Klarifikasi a. Mengajukan 1) Mengidentifikasi atau merumuskan 1,2,3 3
dasar pertanyaan pertanyaan
2) Mengidentifikasi atau merumuskan
kriteria untuk mempertimbangkan
kemungkinan jawaban
3) Menjaga kondisi berpikir
b. Menganalisis 1) Mengidentifikasi kesimpulan 4,5,6, 3
argumen 2) Mengidentifikasi kalimat-kalimat
pertanyaan
3) Mengidentifikasi kalimat-kalimat bukan
pertanyaan
c. Bertanya dan 1) Memberikan penjelasan sederana 7, 8, 9 2
menjawab 2) Menyebutkan contoh
pertanyaan
2. Dukungan a. Mempertimba 1) Mempertimbangkan keahlian 10, 4
dasar ngkan apakah 2) Mempertimbangkan kesesuaian sumber 11,12, 13
sumber dapat 3) Mempertimbangkan kegunaan prosedur
dipercaya yang tepat
4) Kemampuan untuk memberi alasan
b. Mengobserva 1) Melibatkan sedikit dugaan 15, 16, 5
si dan 2) Mengunakan waktu yang singkat antara 17, 18,
mempertimba observasi dan laporan 19
ngkan laporan 3) Melaporkan observasi
observasi 4) Merekam hasil observasi
5) Menggunakan akses yang baik
6) Menggunakan teknologi
7) Mempertanggungjawabkan hasil
observasi
3. Menyimpul a. Mendeduksi 1) Siklus logika Euler 19, 20, 3
kan dan 2) Mengkondisikan logika 21
mempertimba 3) Menyatakan tafsiran
ngkan hasil
deduksi
b. Menginduksi 1) Mengemukakan hal yang umum 22, 23, 3
dan 2) Mengemukakan hipotesis 24
mempertimba 3) Menarik kesimpulan sesuai fakta
ngkan hasil
induksi
c. Membuat dan 1) Membuat dan mnenetukan hasil 25, 26 2
menentukan pertimbangan berdasarkan latar belakang
hasil fakta-fakta
pertimbangan 2) Membuat dan menentukan hasil
pertimbangan berdasarkan
penerapan fakta
4. Klarifikasi a. Mendefiniska 1) Membuat bentuk definisi 27, 28, 4
tingkat n istilah dan 2) Srategi membuat definisi 29, 30
lanjut mempertimba 3) Bertindak dan memberi penjelasan
ngkan suatu 4) Membuat isi definisi
definisi
b. Mengidentifik 1) Menjelaskan bukan pernyataan 31, 32 2
asi asumsi- 2) Mengkonstruksi argumen
asumsi
5. Strategi dan a. Menentukan 1) Mengungkap masalah 33, 34 2
taktik suatu tindakan 2) Merumuskan solusi alternatif
b. Berinteraksi 1) Mengunakan argumen 35 1
dengan orang
lain
Jumlah soal 35

Berdasarkan kisi-kisi tersebut, kemudian dikembangkan menjadi suatu angket/kuesioner,


seperti contoh berikut ini.

Instrumen
LEMBAR ANGKET
DISPOSISI KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS
DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
(Diisi oleh siswa)
Kepada:
Yth. Para siswa SMA kelas XI

Angket ini berisikan butir-butir pernyataan yang digunakan untuk mengetahui persepsi saudara terhadap
Keterampilan Berpikir Kritis (KBK) dalam pembelajaran matematika. Informasi saudara akan sangat
bermanfaat untuk memperbaiki dan meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis (KBK) dalam pembelajaran
matematika. Sehubungan dengan hal tersebut, berilah respon pada setiap butir pernyataan dibawah ini sesuai
dengan petunjuk yang diberikan dan keadaan yang sebenarnya. Atas kesediaan dan partisipasi saudara mengisi
angket ini, diucapkan terima kasih.

Identitas Siswa:

Nama Siswa :
No. Presensi/Kelas :
Mata Pelajaran :

Petunjuk:
Untuk mengisi angket ini, saudara diminta melingkari angka yang sesuai dengan pendapat suadara dan keadaan
yang sebenarnya. Pada setiap butir pernyataan diberikan empat pilihan dengan keterangan sebagai berikut.
1 = Sangat Baik (SB)
2 =Baik (B)
3 = Cukup Baik (CB)
4 = Kurang Baik (KB)
Contoh:
Saya mengetahui maksud dari suatu pertanyaan atau pernyataan soal 1 2 3 4

Ini berarti saudara mengetahui maksud dari suatu pertanyaan atau pernyataan soal dengan baik.
Skala Nilai
No Butir Pengamatan KB CB B SB
Klarifikasi Dasar
1. Saya mengetahuimaksud dari suatu pertanyaan atau pernyataan soal 1 2 3 4
2. Setelah membaca dan memahami soal, saya dapat menentukan beberapa 1 2 3 4
alternatif kemungkinan cara menjawab pertanyaan/soal tersebut
3. Ketika mengerjakan soal, saya berusaha menjaga kondisi berpikir dalam 1 2 3 4
keadaan stabil, tenang dan tidak gelisah
4. Selesai mengerjakan soal, saya dapat menentukan kesimpulan jawaban 1 2 3 4
5. Saya dapat memahami kalimat-kalimat yang merupakan pernyataan soal 1 2 3 4
6. Saya dapat mengetahui ketidaktepatan jawaban, dan berusaha mengatasi 1 2 3 4
ketidaktepatan jawaban tersebut
7. Untuk memudahkan dalam menyelesaikan soal, saya membuat ringkasan 1 2 3 4
pertanyaan atau pernyataan soal
8. Saya memberikan penjelasan jawaban secara sederhana, tidak bertele-tele 1 2 3 4
9. Saya memberikan contoh-contoh yang relevan dengan pertanyaan doal 1 2 3 4
pada jawaban yang saya berikan
Dukungan Dasar
10. Ketika menyelesaikan suatu soal, saya mempertimbangkan perbedaan- 1 2 3 4
perbedaan cara penyelesaian soal
11. Ketika menyelesaikan suatu soal saya mempertimbangkan kesesuaian 1 2 3 4
sumber cara penyelesaian dengan pokok masalah yang ditanyakan
12. Saya mempertimbangkan prosedur/langkah-langkah yang tepat untuk 1 2 3 4
menyelesaikan soal
13. Saya mempertimbangkan pilihan alternatif jawaban yang tepat untuk 1 2 3 4
menyelesaikan suatu soal
14. Saya memiliki kemampuan untuk memberikan alasan/argumentasi 1 2 3 4
terhadap pilihan alternatif cara menyelesaikan masalah
15. Saya melakukan observasi (memahami maksud suatu pertanyaan) untuk 1 2 3 4
sebelum menyelesaikan suatu soal/permasalahan
16. Saya menggunakan cara-cara efektif yang baik dalam proses observasi 1 2 3 4
sebagai bagian dari proses penyelesaian masalah
17. Saya menggunakan teknologi dalam observasi untuk membantu dalam 1 2 3 4
menyelesaikan masalah
18. Saya mempertanggungjawabkan hasil observasi yang telah saya lakukan 1 2 3 4
Menyimpulkan
19. Saya menggunakan kaidah-kaidah logika matematika dalam pengambilan 1 2 3 4
kesimpulan
20. Saya membuat tafsiran sementara sebelum menentukan kesimpulan 1 2 3 4
21. Saya mengemukakan hal-hal umum sebelum hal-hal yang khusus 1 2 3 4
22. Saya mengemukakan dugaan-dugaan sementara dalam menyelesaikan 1 2 3 4
suatu permasalahan
23. Saya merancang suatu eksperimen untuk menyelesaikan suatu masalah 1 2 3 4
24. Saya menggunakan fakta-fakta yang sesuai untuk menarik kesimpulan 1 2 3 4
25. Saya menggunakan hasil eksperimen untuk menyelesaikan masalah 1 2 3 4
26. Saya menentukan hasil dengan mempertimbangkan latar belakang masalah 1 2 3 4
Klarifikasi tingkat lanjut
27. Saya menentukan hasil akhir dengan mempertimbangkan eksperimen dan 1 2 3 4
fakta-fakta
28. Saya berusaha mendefinisikan suatu istilah, fakta atau konsep yang 1 2 3 4
terdapat dalam suatu pertanyaan atau permasalahan
29. Saya berusaha mencari penjelasan jika ditemukan hal-hal belum difahami 1 2 3 4
30. Saya berusaha mengidentifikasi adanyahal-hal yang tidak benar yang 1 2 3 4
mengkaburkan dari suatu fakta pada suatu soal
31. Saya mengetahui mana hal-hal yang merupakan pernyataan sebagai suatu 1 2 3 4
fakta dan mana yang bukan merupakan pernyataan
32. Saya membangun argumen sehingga menjadi suatu argumen yang kuat 1 2 3 4
Strategi dan taktik
33. Saya berusaha mengungkap suatu masalah sampai jelas benar apa yang 1 2 3 4
menjadi masalah utamanya
34. Saya menentukan kriteria tertentu untuk dijadikan pertimbangan dalam 1 2 3 4
penyelesaian masalah secara tepat
35. Saya berusaha merumuskan alternatif dalam menyelesaikan masalah, 1 2 3 4
sehingga memiliki banyak pilihan-pilihan cara penyelesaian masalah
3) Observasi
Menurut Nawawi & Martini (1991) observasi adalah pengamatan dan
pencatatan secara sistimatik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala
atau gejala-gejala dalam objek penelitian. Observasi yang akan dilakukan adalah
observasi terhadap subjek, perilaku subjek selama wawancara, interaksi subjek
dengan peneliti dan hal-hal yang dianggap relevan sehingga dapat memberikan data
tambahan terhadap hasil wawancara. Menurut Patton (dalam Poerwandari 1998)
tujuan observasi adalah mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas
yang berlangsung, orang- orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian di
lihat dari perpektif mereka yang terlihat dalam kejadian yang diamati tersebut.
Dari proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan
menjadi participant observation (observasi berperan serta) dan non participant
observation.
 Observasi Berperanserta (participant observation), dalam observasi ini, peneliti
terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang
digunakan sebagai sumber data penelitian.
 Observasi Nonpartisipan, kalau dalam observasi partisipan peneliti terlibat
langsung dengan aktivitas orang-orang yang sedang diamati, maka dalam
observasi nonpertisipan peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengmat
independen .
Selanjutnya dari segi instrumentasi yang digunakan, maka obervasi dapat
dibedakan menjadi observasi terstruktur, observasi tidak terstruktur dan observasi
kelompok.
 Observasi Terstruktur adalah observasi yang telah dirancang secara sistematis,
tentang apa yang akan diamati, kapan dan di mana tempatnya.
 Observasi Tidak Terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara
sistematis tentang apa yang akan diobservasi.
 Observasi kelompok ialah pengamatan yang dilakukan oleh sekelompok tim
peneliti terhadap sebuah isu yang diangkat menjadi objek penelitian.
Sebelum mengembangkan lembar observasi, peneliti dapat menyusun kisi-kisi
atau panduan penyusunan lembar observasi. Contoh panduan observasi disajika pada
Tabel 5.2 Berikut ini.

Tabel 5.2. Panduan observasi aktivitas siswa SMA pada pembelajaran matematika

Skor
Juml Ketepatan
No Indikator Butir Pengamatan
Butir Butir
1 2 3 4
1. 1. Siswa melakukan kategorisasi, 9 1.1. Para siswa melakukan proses
menguraikan pernyataan dan kategorisasi permasalahan yang
menjelaskan arti suatu informasi ada pada soal KBK
untuk menyelesaikan soal KBK 1.2. Para siswa menguraikan
(interpretasi) permasalahan atau pernyataan
yang ada pada soal KBK
1.3. Para siswa menjelaskan suatu arti
permasalahan atau pernyataan
yang ada pada soal KBK
2. Siswa menguji ide, 9 2.1. Para siswa menguji ide untuk
mengidentifikasi argumen dan menyelesaikan permasalahan yang
menganalisis argumen untuk ada pada soal KBK
menyelesaikan soal KBK 2.2. Para siswa mengidentifikasi
(analisis) argumen untuk menyelesaikan
permasalahan yang ada pada soal
KBK
2.3. Para siswa menganalisis argumen
untuk menyelesaikan
permasalahan yang ada pada soal
KBK
3. Siswa menilai pernyataan dan 6 3.1. Para siswa menilai pernyataan
menilai argumen untuk yang ada pada soal KBK
menyelesaikan soal KBK 3.2 Para siswa menilai argumen untuk
(evaluasi) menyelesaikan permasalahan yang
ada pada soal KBK
4. Siswa menentukan fakta, 5 4.1. Para siswa menentukan fakta dari
memperkirakan alternatif dan permasalahan atau pernyataan
mengambarkan simpulan untuk untuk menyelesaikan
menyelesaikan soal KBK permasalahan yang ada pada soal
(inferensi) KBK
4.2. Para siswa memperkirakan
alternatif untuk menyelesaikan
permasalahan yang ada pada soal
KBK
4.3. Para siswa menggambarkan
simpulan untuk menyelesaikan
permasalahan yang ada pada soal
KBK
5. Siswa menjelaskan hasil, membuat 6 5.1. Para siswa membuat keputusan
keputusan prosedur yang benar prosedur yang tepat untuk
dan memberikan argumen yang menyelesaikan permasalahan yang
tepat untuk menyelesaikan soal ada pada soal KBK
KBK (eksplanasi) 5.2. Para siswa memberikan argumen
yang tepat untuk menyelesaikan
permasalahan yang ada pada soal
KBK
5.3. Para siswa menjelaskan hasil
penyelesaian permasalahan yang
ada pada soal KBK

Berdasarkan panduan penyusunan lembar observasi, langkah selanjutnya mengembangkan


instrumen observasi sebagai berikut.

Instrumen
LEMBAR OBSERVASI
DISPOSISI KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS
DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
(Diisi oleh Observer)
Kepada:
Yth. Para Observer

Lembar observasi ini berisikan butir-butir pernyataan yang digunakan untuk mengetahui pandangan Bp/Ibu
terkait Keterampilan Berpikir Kritis siswa dalam pembelajaran matematika. Sehubungan dengan hal tersebut,
berilah respon pada setiap butir pernyataan dibawah ini sesuai dengan petunjuk yang diberikan dan keadaan
yang sebenarnya. Atas kesediaan dan partisipasi Bp/Ibu mengisi lembar observasi ini, diucapkan terima kasih.
Identitas Siswa:

Nama Siswa :
No. Presensi/Kelas :
Mata Pelajaran :

Petunjuk:
Untuk mengisi angket ini, Bapak/Ibu diminta melingkari angka yang sesuai dengan pendapat suadara dan
keadaan yang sebenarnya. Pada setiap butir pernyataan diberikan empat pilihan dengan keterangan sebagai
berikut.
1 = Sangat Baik (SB)
2 =Baik (B)
3 = Cukup Baik (CB)
4 = Kurang Baik (KB)
Contoh:
Siswa mengetahui maksud dari suatu pertanyaan atau pernyataan soal 1 2 3 4

Ini berarti Bp/Ibu memandang bahwa siswa mengetahui maksud dari suatu pertanyaan atau pernyataan
soal dengan baik.
Skala Nilai
No Butir Pengamatan KB CB B SB
Klarifikasi Dasar
1. Siswa mengetahui maksud dari suatu pertanyaan atau pernyataan soal 1 2 3 4
2. Siswa dapat menentukan beberapa alternatif kemungkinan cara menjawab 1 2 3 4
pertanyaan/soal
3. Ketika mengerjakan soal, siswa berusaha menjaga kondisi berpikir dalam 1 2 3 4
keadaan stabil, tenang dan tidak gelisah
4. Selesai mengerjakan soal, siswa dapat menentukan kesimpulan jawaban 1 2 3 4
5. Siswa dapat memahami kalimat-kalimat yang merupakan pernyataan soal 1 2 3 4
6. Siswa dapat mengetahui ketidaktepatan jawaban, dan berusaha mengatasi 1 2 3 4
ketidaktepatan jawaban tersebut
7. Untuk memudahkan dalam menyelesaikan soal, siswa membuat ringkasan 1 2 3 4
pertanyaan atau pernyataan soal
8. Siswa memberikan penjelasan jawaban secara sederhana, tidak bertele-tele 1 2 3 4
9. Siswa memberikan contoh-contoh yang relevan dengan pertanyaan doal 1 2 3 4
pada jawaban yang saya berikan
Dukungan Dasar
10. Ketika menyelesaikan suatu soal, siswa mempertimbangkan perbedaan- 1 2 3 4
perbedaan cara penyelesaian soal
11. Ketika menyelesaikan suatu soalsiswa mempertimbangkan kesesuaian 1 2 3 4
sumber cara penyelesaian dengan pokok masalah yang ditanyakan
12. Siswa mempertimbangkan prosedur/langkah-langkah yang tepat untuk 1 2 3 4
menyelesaikan soal
13. Siswa mempertimbangkan pilihan alternatif jawaban yang tepat untuk 1 2 3 4
menyelesaikan suatu soal
14. Siswa memiliki kemampuan untuk memberikan alasan/argumentasi 1 2 3 4
terhadap pilihan alternatif cara menyelesaikan masalah
15. Siswa melakukan observasi (memahami maksud suatu pertanyaan) 1 2 3 4
sebelum menyelesaikan suatu soal/permasalahan
16. Siswa menggunakan cara-cara efektif dalam proses observasi sebagai 1 2 3 4
bagian dari proses penyelesaian masalah
17. Siswa menggunakan teknologi dalam observasi untuk membantu 1 2 3 4
menyelesaikan masalah
18. Siswadapat mempertanggungjawabkan hasil observasinya dalam 1 2 3 4
penyelesaian masalah
Menyimpulkan
19. Siswa menggunakan kaidah-kaidah logika matematika dalam penyelesaian 1 2 3 4
masalah pengambilan simpulan
20. Siswa membuat tafsiran sementara sebelum menentukan simpulan 1 2 3 4
21. Siswamampu mengemukakan hal-hal umum sebelum hal-hal yang khusus 1 2 3 4
22. Siswa mengemukakan dugaan-dugaan sementara dalam menyelesaikan 1 2 3 4
suatu permasalahan
23. Siswa merancang suatu eksperimen untuk menyelesaikan suatu masalah 1 2 3 4
24. Siswa menggunakan fakta-fakta yang sesuai untuk menarik simpulan 1 2 3 4
25. Siswamenggunakan hasil eksperimen untuk menyelesaikan masalah 1 2 3 4
26. Siswa menentukan hasil dengan mempertimbangkan latar belakang 1 2 3 4
masalah
Klarifikasi tingkat lanjut
27. Siswa menentukan hasil akhir dengan mempertimbangkan eksperimen dan 1 2 3 4
fakta-fakta
28. Siswa berusaha mendefinisikan suatu istilah, fakta atau konsep yang 1 2 3 4
terdapat dalam suatu pertanyaan atau permasalahan
29. Siswa berusaha mencari penjelasan jika ditemukan hal-hal belum difahami 1 2 3 4
30. Siswaberusaha mengidentifikasi adanyahal-hal yang tidak benar yang 1 2 3 4
mengkaburkan dari suatu fakta pada suatu soal
31. Siswa mengetahui mana hal-hal yang merupakan pernyataan sebagai suatu 1 2 3 4
fakta dan mana yang bukan merupakan pernyataan
32. Siswa membangun argumen menjadi suatu argumen yang kuat 1 2 3 4
Strategi dan taktik
33. Siswaberusaha mengungkap suatu masalah sampai jelas benar apa yang 1 2 3 4
menjadi masalah utamanya
34. Siswa menentukan kriteria tertentu untuk dijadikan pertimbangan dalam 1 2 3 4
penyelesaian masalah secara tepat
35. Siswa berusaha merumuskan alternatif dalam menyelesaikan masalah, 1 2 3 4
sehingga memiliki banyak pilihan-pilihan cara penyelesaian masalah

4) Dokumen
Selain melalui wawancara, observasi, dan angket/kuesioner, informasi juga
bisa diperoleh melalui fakta yang tersimpan dalam bentuk surat, catatan harian, arsip
foto, hasil rapat, cenderamata, jurnal kegiatan dan sebagainya. Data berupa dokumen
seperti ini biasanya dipakai untuk menggali infromasi yang terjadi di masa silam.
Peneliti perlu memiliki kepekaan teoretik untuk memaknai semua dokumen tersebut
sehingga tidak sekadar barang yang tidak bermakna. Teknik pengumpulan data
dengan menggunakan dokumen, digunakan peneliti sebagai pelengkap dari beberapa
teknik pengumpulan data yang lain.

5) Triangulasi
Metode terakhir untuk mengumpulkan data ialah Triangulasi. Triangulasi
merupakan suatu teknik pengumpulan data yang yang menggabungkan dari berbagai
teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Dalam satu penelitian,
peneliti dapat melakukan beberapa teknik pengumpulan data sekaligus. Sebagai
contoh, seorang peneliti ingin meneliti tentang kemampuan guru dalam
mengembangkan alat evaluasi keterampilan berpikir kritis siswa pada pelajaran
matematika di SMA. Maka peneliti tersebut perlu menggunakan teknik pengumpulan
data sebagai berikut:
 Wawancara : untuk menggali informasi, tanggapan guru dan siswa tentang
kemampuan guru dalam mengembangkan alat evaluasi keterampilan berpikir
kritis siswa SMA pada pelajaran matematika
 Observasi : digunakan untuk mendapat informasi kemampuan guru dalam
mengajarkan keterampilan berpikir kritis siswa SMA pada pelajaran matematika
dan sikap siswa dalam pembelajaran matematika
 Angket/ kuesioner: digunakan untuk mengetahui disposisi keterampilan berpikir
kritis siswa SMA pada pelajaran matematika
 Dokumen : nilai matematika siswa SMA

B. Instrumen Pengumpulan Data


Di dalam suatu penelitian, agar data yang kita kumpulkan mendukung penelitian
yang sedang dilakukan, maka kita harus mengetahui cara-cara pebgumpulan data dalam
penelitian. Instrumen itu alat, sehingga instrumen penelitian itu alat yang digunakan
dalam penelusuran terhadap gejala-gejala yang ada dalam suatu penelitian guna
membuktikan kebenaran atau menyanggah suatu hipotesis-hipotesi tertentu.
Instrumen pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti
untuk mengumpulkan data. Instumen sebagi alat bantu dalam menggunakan metode
pengumpulan data merupakan sarana yang dapat diwujudkan dalam benda, misalnya
angket ,perangkat tes, pedoman wawancara, pedoman observasi, skala dan sebaginya.
Menurut Suharmi Arikunto (2006:149) ada beberapa instrument yang namanya
sama dengan metodenya,antara lain adalah:
1. Instrument untuk metode tes adalah tes atau soal tes
2. Instrument untuk metode angket atau kuesioner adalah angket atau kuesioner
3. Instrument untuk metode observasi adalah chek – list
4. Instrument untuk metode dokumen adalah hasil tes, foto kegiatan, video
selama kegiatan penelitian, dan sebagainya
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pengertian pengumpulan data dan
instrumen penelitian adalah suatu proses yang dilakukan untuk mengungkap berbagai
fenomena yang terjadi di masyarakat dengan menggunakan berbagai cara dan metode
agar proses ini berjalan secara sistematis dan lebih dapat dipertanggung jawabkan
kevaliditasnya. Hubungan antara teknik pengumpulan data dan instrumen pengumpulan
data disajikan dalam tabel 5.3 berikut ini.
Tabel 5.3. Hubungan teknik pengumpulan, instrumen dan sumber data
Teknik Pengumpulan
No Instrumen Pengumpulan Data Sumber Data
Data
1 Wawancara Pedoman wawancara, ceklis, Responden
2 Observasi/pengamatan Lembar pengamatan, panduan Responden, objek, proses,
pengamatan, Ceklis situasi, perilaku
3 Angket Kuesioner berisi beberapa Responden
pertanyaan, ceklis, skala, inventori
4 Dokumen Hasil tes/prestasi belajar, foto, Notulen, UU, putusan, buku,
video, form catatan dokumen, jurnal,
produk cetak, rekaman
5 Triangulasi Angket, ceklis, pedoman Responden, objek, proses,
wawancara situasi, perilaku

Menyusun instrumen merupakan suatu langkah penting dalam prosedur penelitian


yang tak dapat di pisahkan antara yang satu terhadap yang lainnya. Hal ini dilakukan
karena untuk menjaga kesinambungan data yang dikumpulkan dengan pokok
permasalahan yang dibuat dalam rangka pengujian terhadap hipotesis-hipotesis yang
dibuat. Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti
dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan
dipermudah olehnya. Menurut Mulyasa, instrumen secara garis besar terbagai menjadi 2
macam yaitu: Tes dan Non tes Tes. Secara umum instrumen pengumpulan data
penelitian disajikan pada gambar 5.3. berikut ini.

Tertulis

lisan
Pelaksanaann
Perbuatan

Keterampilan

Obyektif
Tes Bentuknya
esay

Formatif

Sumatif
Fungsinya
Penempatan
Instrumen
Pengumpulan
Diagnostik

Sikap

Minat
Non Tes
Nilai

Konsep Diri

Karakter

Gambar 5.3. Jenis-jenis Instrumen Pengumpulan Data

a. Tes
Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau
mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.
Tes hasil belajar adalah sekelompok pertanyaan atau tugas-tugas yang harus dijawab atau
diselesaikan oleh siswa dengan tujuan untuk mengukur kemajuan belajar siswa. Jenis-
jenis tes terdiri atas:
1) Dari segi bentuk pelaksanaannya
a) Tes Tertulis ( paper and pencil test)
Tes tertulis dalam pelaksanaannya lebih menekankan pada penggunaan kertas dan
pencil sebagai instrumen utamanya, sehingga tes mengerjakan soal atau jawaban
ujian pada kertas ujian secara tertulis, baik dengan tulisan tangan maupun
menggunakan komputer.
b). Tes Lisan ( oral test)
Tes lisan dilakukan dengan pembicaraan atau wawancara tatap muka antara guru
dan murid.
c). Tes Perbuatan (performance test)
Tes perbuatan mengacu pada proses penampilan seseorang dalam melakukan
sesuatu unit kerja. Tes perbuatan mengutamakan pelaksanaan perbuatan peserta
didik.
2). Dari segi bentuk soal dan kemungkinan jawabannya
a) Tes Essay (uraian)
Tes Essay adalah tes yang disusun dalam bentuk pertanyaan terstruktur dan siswa
menyusun, mengorganisasikan sendiri jawaban tiap pertanyaan itu dengan bahasa
sendiri. Tes essay ini sangat bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan
dalam menjelaskan atau mengungkapkan suatu pendapat dalam bahasa sendiri.
b). Tes Objektif
Tes objektif adalah tes yang disusun sedemikian rupa dan telah disediakan
alternatif jawabannya. Tes ini terdiri dariberbagai macam bentuk, antara lain ;
 Tes Betul-Salah (TrueFalse)
 Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice)
 Tes Menjodohkan (Matching)
 Tes Analisa Hubungan (Relationship Analysis)

3). Dari segi fungsi tes di


sekolah a). Tes Formatif
Tes Formatif, yaitu tes yang diberikan untuk memonitor kemajuan belajar selama
proses pembelajaran berlangsung. Tes ini diberikankan dalam tiap satuan unit
pembelajaran. Manfaat tes formatif bagi peserta didik adalah :
 Untuk mengetahui apakah peserta didik sudah menguasai materi dalam tiap
unit pembelajaran.
 Merupakan penguatan bagi peserta didik.
 Merupakan usaha perbaikan bagi siswa, karena dengan tes formatif peserta
didik mengetahui kelemahan-kelemahan yang dimilikinya.
 Peserta didik dapat mengetahui bagian dari bahan yang mana yang belum
dikuasainya.
b). Tes Summatif
Tes sumatif diberikan dengan maksud untuk mengetahui penguasaan atau
pencapaian peserta didik dalam bidang tertentu. Tes sumatif dilaksanakan pada
tengah atau akhir semester.
c). Tes Penempatan
Tes penempatan adalah tes yang diberikan dalam rangka menentukan jurusan
yang akan dimasuki peserta didik atau kelompok mana yang paling baik ditempati
atau dimasuki peserta didik dalam belajar.
d). Tes Diagnostik
Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mendiagosis penyebab kesulitan
yang dihadapi seseorang baik dari segi intelektual, emosi, fisik dan lain-lain yang
mengganggu kegiatan belajarnya.

Pertanyaan yang sering muncul dari para peneliti adalah, bagaimana mengembangkan
suatu tes yang baik?. Menurut Mardapi (2008), terdapat sembilan langkah dalam
penyusunan butir-butir tes, yang meliputi: (1) menyusun spesifikasi tes, (2) menulis soal
tes, (3) menelaah soal tes, (4) melakukan uji coba tes, (5) menganalisis butir soal, (6)
memperbaiki tes, (7) merakit tes, (8) melaksanakan tes, dan (9) menafsirkan hasil tes.

1). Menyusun spesifikasi tes


Spesifikasi tes berisi tentang uraian yang menggambarkan keseluruhan
karakteristik yang menggambarkan karakteristik yang dimiliki tes. Penyusunan spesifikasi
tes mencakup kegiatan (a) menentukan tujuan tes, (b) menyusun kisi-kisi, dan (c)
menentukan bentuk tes. Spesifikasi tes berfungsi sebagai petunjuk praktis bagi penyusun
tes dalam merencanakan isi mata pelajaran yang diujikan. Aspek tingkah laku yang diukur,
bentuk tes, dan panjang tes.
a). Menentukan tujuan tes
Pada awal menyusun instrumen, perlu ditetapkan tujuan penyusunan instrumen,
dengan demikian diharapkan mampu untuk mengkonstruk instrumen, bentuk instrumen,
penyekoran sekaligus pemaknaan hasil penyekoran pada instrumen yang akan
dikembangkan.Menetapkan tujuan penyusunan instrumen merupakan komponen pertama
yang ditetapkan dalam pengembangan tes. Melalui kegiatan ini diharapkan dapat
memberikan arah yang jelas kepada pengembang tes, tentang apa yang ingin diketahui dan
informasi apa yang ingin diperoleh.
b). Menyusun kisi-kisi
Langkah selanjutnya, setelah penetapan tujuan tes, adalah membuat kisi-kisi tes.
Kisi-kisi tes disajikan dalam bentuk matriks yang memuat komponen-komponen seperti:
materi yang diujikan, aspek tingkah laku yang diukur, dan tingkatan perkembangan
kognitif yang yang diamati atau diukur.

Sebagai contoh misalnya seorang peneliti ingin mengembangakn instrumen tes


untuk mengukur keterampilan berpikir matematika siswa SMA. Aspek kognitif yang akan
diukur dalam penelitian ini ditetapkan berdasarkan definisi operasional keterampilan
berpikir kritis siswa SMA pada mata pelajaran matematika. Aspek kognitif tersebut terdiri
atas kemampuan interpretasi, kemampuan analisis, kemampuan evaluasi, kemampuan
inferensi, dan kemampuan eksplanasi. Aspek isi materi ditetapkan berdasarkan hasil
kajian tentang materi matematika yang mendukung pencapaian standar kompetensi (SK)
dan Kompetensi Dasar (KD) dalam Standar Isi (SI) mata pelajaran matematika pada
jenjang SMA kelas XI. Berdasarkan hasil uji dokumentasi diperoleh lima materi yang
diukur dengan instrumen yang dikembangkan, yaitu: (1) Program linier, (2) Komposisi
fungsi dan fungsi invers, (3) Barisan dan deret, (4) Statistika, (5) Turunan. Sebaran materi
matematika kelas XI SMA secara umum dituliskan pada tabel 5.4. berikut ini.

Tabel 5.4.
Sebaran Materi Matematika Kelas XI SMA
Indikator
No Materi
1. Bentuk pangkat, akar 1.1. Memilih dan menerapkan aturan bentuk pangkat, akar dan logaritma
dan logaritma 1.2. Menerapkan aturan logaritma sesuai dengan karakteristik
permasalahan yang akan diselesaikan dan memeriksa kebenaran
langkah-langkahnya.

2 Program Linier 2.1 Mendeskripsikan konsep sistem persamaan dan pertidaksamaan


linier dua variabel
2.2 Menerapkan prosedur program linier yang sesuai untuk
menyelesaikan masalah
2.3 Menganalisis validitas argumentasi logis yang digunakan yang
terkait pemecahan masalah program linier
3 Komposisi Fungsi dan 3.1. Mendeskripsikan konsep fungsi
Fungsi Invers 3.2. Menerapkan operasi aljabar pada fungsi
3.3. Menganalisis konsep dan sifat fungsi untuk menentukan invers
fungsi invers dan invers fungsi
3.4. Mendeskripsikan konsep komposisi fungsi
3.5. Menerapkan konsep komposisi fungsi dalam konteks sehari-hari
4 Barisan dan Deret 4.1. Mendeskripsikan konsep barisan dan deret
4.2. Menerapkan konsep barisan dan deret dalam penyelesaian masalah
sederhana
5 Sistem persamaan dan 5.1. Memahami konsep sistem persamaan linier dua dan tiga variable
pertidaksamaan linear serta pertidaksamaan linier dua variabel
5.2. Mampu menerapkan berbagai strategi yang efektif dalam
menentukan himpunan penyelesaiannya
5.3.Memeriksa kebenaran jawabannya dalam pemecahan masalah
matematika
Sumber: Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 21 Tahun 2016Tentang Standar Isi
Pendidikan Dasar Dan Menengah

Bentuk tes yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah tes berbentuk uraian
terbuka (open-ended). Pemilihan bentuk uraian didasarkan pada pertimbangan kemampuan tes
uraian yang dapat digunakan untuk menilai keterampilan berpikir kritis siswa SMA pada mata
pelajaran matematika, disamping juga dapat digunakan untuk mengukur kedalaman
penguasaan materi secara lebih luas dan komprehensif setiap peserta tes. Contoh kisi-kisi dan
soal tes yang dikembangkan terlampir dalam lampiran.

2). Menulis Butir Tes


Setelah menyusun spesifikasi tes, langkah selanjutnya adalah menulis butir tes.
Penulisan butir tes harus mempertimbangkan kesesuaian dengan kriteria tes yang akan
dikembangkan. Selain itu, butir tes yang dikembangkan sebaiknya disertai kunci jawaban dan
pendoman penskoran (rubrik). Pedoman penskoran (rubrik) merupakan kriteria atau prosedur
yang digunakan untuk menilai pekerjaan siswa, yang berfungsi untuk menggambarkan level
pencapaian tentang apa yang dites.
Rubrik terdiri atas kriteria khusus untuk menilai kinerja siswa dan berisi kunci rating
untuk penerapan kriteria tersebut. Rubrik yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk
analitik, dengan pertimbangan agar peneliti dapat mengetahui skor tiap aspek atau langkah
yang dikerjakan oleh siswa ketika mengerjakan instrumen yang dikembangkan. Hasil yang
diperoleh pada tahap ini, selanjutnya disebut draf_1 Instrumen Penilaian Keterampilan
Berpikir Kritis Siswa pada Mata Pelajaran Matematika.

3). Menelaah dan Memperbaiki Butir-butir Tes


Langkah berikutnya setelah menulis butir tes adalah menelaah dan memperbaiki butir-
butir tes. Butir-butir tes yang telah ditulis tersebut (draf 1), selanjutnya dilakukan telaah
dengan melibatkan para ahli melalui focus group discussion (FGD). Ahli yang dimaksud adalah
para
pakar yang terdiri atas para pakar dibidang matematika, pengukuran dan pengembangan
instrumen. Kegiatan dalam FGD ini bertujuan untuk mendapatkan validitas isi. Pada tahap ini,
para ahli menilai apakah tes yang dikembangkan sudah memenuhi kriteria atau belum.
Kegiatan penelaahan ini menggunakan pedoman penelaahan (lembar validasi) yang
diisi oleh para ahli (validator). Lembar validasi tersebut disusun berdasarkan kriteria tes
keterampilan berpikir kritis pada mata pelajaran matematika dan kriteria penyusunan tes yang
baik. Secara umum telaah yang dimaksud meliputi telaah materi tes, telaah konstruksi tes, dan
telaah bahasa.
Hasil validasi dari para ahli berupa penilaian dan masukan, baik secara lisan maupun
tertulis, selanjutnya dianalisis. Berdasarkan hasil analisis tersebut, peneliti melakukan revisi.
Hasil revisi ini diperoleh draf_2. Langkah selanjutnya, draf_2 ini kemudian di telaah oleh para
pakar dengan menggunakan teknik Delpi sampai diperoleh draf tes yang valid. Para pakar
yang dilibatkan dalam telaah tahap ini terdiri atas para ahli pendidikan matematika. Hasil revisi
berdasarkan masukan para ahli melalui teknik Delpi ini disebut draf_3.
Draf_3 yang diperoleh dari hasil revisi berdasarkan masukan para ahli melalui teknik
Delpi, selanjutnya dilakukan penilaian secara kuantitatif dengan melibatkanpara ahli dalam
bidang matematika dan pengukuran. Hasil dari penilaian kunatitatif ini kemudian dianalisis
untuk memperoleh butir-butir tes dengan indeks validitas yang memadai dengan menggunakan
formula Aiken. Setelah dinilai oleh para ahli, butir-butir tes tersebut selanjutnya dirakit menjadi
paket tes. Perakitan tes ini dengan mempertimbangkan aspek-aspek, seperti urutan dari yang
mudah sampai yang sukar, aspek keterbacaan, dan sebagainya. Paket tes yang telah selesai
dirakit selanjutnya diujicobakan untuk memperoleh karakteristik butir tes secara empirik.
Contoh lembar validasi dalam kegiatan telaah butir tes terlampir dalam lampiran.

4). Kegiatan Uji Coba


Produk yang dihasilkan dalam penelitian misalnya adalah seperangkat instrumen
penilaian keterampilan berpikir kritis siswa SMA pada mata pelajaran matematika. Pada tahap
ini, kegiatan uji coba dilaksanakan dua tahap, yaitu uji coba pertama dan uji coba kedua.
Kedua uji coba tersebut direncanakan dilaksanakan di kota Surakarta. Kegiatan Uji Coba
dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data empirik. Data empirik diperlukan untuk
menguji apakah produk yang dikembangkan, yaitu seperangkat instrumen penilaian
keterampilan berpikir kritis siswa SMA pada mata pelajaran matematika memenuhi kriteria
validitas, reliabilitas dan karakteristik butir tes yang baik.

5). Analisis Butir Soal


Analisis Butir Soal dalam penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif. Instrumen
yang dikembangkan harus memenuhi kualifikasi valid dan reliabel.
a). Validitas
Validitas yang digunakan biasanya adalah validitas isi dan validitas konstruk. Validitas
isi bertujuan untuk mengetahui apakah item-item instrumen mengukur dimensi-dimensi
berpikir kritis yang mengacu model hipotetik. Validitas isi melibatkan penilaian dari pakar
dengan latar belakang ahli pengukuran, pendidikan matematika dan psikologi.
Analisis instrumen berdasarkan masukan dari para ahli yang melakukan validasi
instrumen dalam FGD dan teknik Delpi diarahkan untuk menjawab pertanyaan: “apakah
instrumen sudah memenuhi validitas isi?”. Analisis validitas isi tersebut termasuk analisis
kuantitatif terhadap instrumen. Hasil penilaian kuantitatif dari para ahli terhadap butir-butir
instrumen tersebut dianalisis dengan menggunakan formula validitas Aiken (1985). Hasil
validitas dari Aiken dijadikan bukti validitas isi secara kuantitatif. Aiken menetapkan batas
nilai terendah hasil perhitungan indeks tergantung pada jumlah pakar dan kriteria yang
digunakan. Dalam penelitian ini direncanakan melibatkan 6 pakar dan 5 kriteria. Dengan
demikian batas nilai terendahnya adalah 0,79.
Validitas konstruk memberikan bukti bahwa hasil pengukuran benar-benar dapat
ditafsirkan sesuai dengan definisi, atau instrumen benar-benar mengungkap kemampuan yang
diukur. Validitas instrumen berdasarkan data empirik dianalisis menggunakan analisis faktor
konfirmatori (Mueller, 1996). Validitas konstruk dibuktikan dengan menggunakan data
loading factor yang diperoleh dari CFA. Suatu variabel observasi dinyatakan valid jika
mengukur variabel laten apabila besarnya muatan faktor lebih besar dari 0,3 (Fernandes, 1984;
Schumaker & Lomax, 2004). Salah satu cara menguji validitas konstruk adalah dengan
menggunakan first order dan second order CFA dengan bantuan software LISREL 8.8.
Instrumen dikatakan valid jika model fit dengan data. Kriteria bahwa model fit dengan data
didasarkan pada (1) p-value dari Chi Squre (χ2)> 0,05, (2) Root Mean Square Error of
Approximation (RMSEA) < 0,5 (Schumacker & Lomax, 2004).
b). Reliabilitas
Analisis data kuantitatif selanjutnya digunakan untuk mendapatkan reliabilitas
instrumen. Reliabilitas instrumen berkaitan dengan kesalahan pengukuran, semakin tinggi
koefisien reliabilitas suatu instrumen, maka dapat dikatakan kesalahan pengukuran yang
diakibatkan oleh instrumen tersebut semakin kecil. Urbina (2004) menyebutkan, koefisien
reliabilitas instrumen dalam penelitian minimal 0,7. Penelitian ini direncanakan melibatkan 2
orang penilai, dengan demikian untuk menentukan konsistensi antarpenilai digunakan formula
Kappa dari Cohen. Sedangkan reliabilitas instrumen berdasarkan data skor dari kedua penilai
menggunakan formula alpha dari Cronbach. Perhitungan reabilitas dalam penelitian
menggunakan aplikasi komputer SPSS.
c). Karakteristik Butir Soal
Analisis kuantitatif data empirik selanjutnya digunakan untuk mendapatkan parameter
butir instrumen. Parameter butir instrumen tersebut meliputi tingkat kesulitan dan indeks daya
beda. Kriteria yang digunakan untuk menentukan tingkat kesulitan butir soal dalam penelitian
ini berdasar kriteria yang digunakan oleh Allen & Yen (1979), yaitu berkisar 0,3-0,7.
Perhitungan tingkat kesulitan butir tes (Pi) menggunakan formula yang dikemukakan oleh
Nitko & Brookhart (2007), sebagai berikut.

Rata-rata skor butir (Xi) – skor minimum butir (X min-i)


Pi
Skor maksimum butir (Xi) – skor minimum butir (X min-i)
=

Oleh karena skor minimum setiap butir pada instrumen yang dikembangkan dalam
penelitian ini adalah 0, maka formula diatas dapat disederhanakan sebagai berikut.

∑ Xi
Pi
X min-i N’
=

Dimana:
Pi = tingkat kesulitan butir soal i,
∑ Xi = jumlah skor pada butir soal i,
Xmin-i = skor maksimum butir i,
N = banyaknya subjek.
Daya beda dihitung dengan mengacu formula yang dikemukakan oleh Ebel & Frisbie
(1991), sebagai berikut.

D = Po - Pi

Dimana:
D = daya beda soal,
Po = tingkat kesulitan butir soal kelompok atas (27% ranking atas),
Pi = tingkat kesulitan butir soal kelompok bawah (27% ranking bawah),

Pengembangan teori respon butir didasarkan pada suatu asumsi hubungan antara
kemampuan peserta tes dengan suatu butir dapat digambarkan melalui kurva karakteristik
butir. Dalam penelitian ini model karakteristik yang digunakan adalah model logistik satu
parameter atau lebih dikenal dengan model Rasch (IRT 1PL) untuk penskoran politomus,
dengan model Partial Credit Model (PCM). Pemilihan kriteria butir soal dilihat dari nilai
parameter butir soal. Tingkat kesukaran soal (b) yang baik berkisar antara 0 sampai dengan
+2. Sedangkan indeks daya beda (a) dikatakan baik, jika berkisar dari 0 sampai +2.
(Hambleton, et al.,1991). Untuk menggambarkan karakteristik butir soal keterampilan berpikir
kritis pada matematika dilakukan dengan bantuan software QUEST.
Secara umum, instrumen penilaian yang dikembangkan dalam penelitian ini dikatakan
baik, jika memenuhi kriteria sebagai berikut.
1. Valid, berdasarkan hasil penilaian ahli dan analisis kuantitatif data empirik
2. Memiliki reliabilitas minimal 0,7
3. Butir-butir tes memiliki parameter tingkat kesulitan pada rentang 0,3 – 0,7 atau jika
menggunakan teori respon butir, harga parameter tingkat kesukaran yang baik berkisar
antara 0 sampai dengan +2.
4. Daya beda dikatakan baik, jika memiliki nilai indeks daya beda > 0,40 atau jika
menggunakan teori respon butir, indeks daya bedayang berkisar antara 0 sampai dengan +2.
Hasil akhir analisis butir dapat disajikan dalam bentuk tabel, sebagaimana tabel 11 berikut
ini.

Tabel 5.5. Hasil analisis butir soal


No Butir
p D Dr Keterangan
Soal
1
2
3
4
5
...
Dst

Keterangan:
p : tingkat kesulitan butir soal, diterima jika berada pada rentang 0,3 – 0,7
D : daya beda, diterima dan dikatakan baik, jika memiliki nilai indeks daya beda > 0,40
Dr : distribusi respon jawaban, diterima jika tiap option ada yang menjawab paling sedikit
5% dari peserta tes

6). Memperbaiki butir tes


Setelah uji uji coba dilkukan dan kemudian butir soal diaanalisis, langkah berikunya
adalah memperbaiki butir tes. Langkah ini dilakukan berdasarkan hasil analisis butir soal.
Ada beberapa butir soal yang memenuhi kriteria yang baik, namun ada yang diterima, namun
perlu diperbaiki, misalnya ditinjau dari tingkat kesulitan soal atau indeks daya bedanya.
Beberapa butir soal ini ada kalnya masih bisa direvisi, namun ada juga beberapa yang sama
sekali harus dibuang karena tidak memenuhi standar kualitas yang diharapkan.

7). Merakit tes


Setelah semua butir soal selesai dianalisis, dan diperbaiki, langkah berikutnya adalah
merakit butir-butir soal tersebut agar menjadi satu kesatuan tes yang terpadu. Hal-hal yang
diperlukan dalam merakit butir soal antara lain pengelompokkan bentuk soal, lay out, dan
sebagainya. Tampilan butir soal yang kurang baik akan menyebabkan aspek keterbacaannya
rendah, yang akan mengakibatkan bias bagi peserta tes. Artinya ketidakmampuan peserta tes
bukan saja disebabkan faktor butir tesnya, namun bisa jadi karena butir tes tidak dapat
terbaca dan difahami dengan baik oleh peserta tes.

8). Melaksanakan tes


Setelah butir tes benar-benar sudah dirakit dengan baik, memperhatikan aspek bahasa,
lay out, dan sebagainya, maka tahap selanjutnya adalah melaksanakan tes. Beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam melaksanakan tes adalah perlunya dihindarkan dari hal-hal yang
bisa mengganggu pelaksanaan tes. Memastikan peserta tes mengerjakan dengan jujur.
Pengawasan yang dilakukan terhadap peserta tes pun jangan sampai mengganggu
pelaksanaan tes tersebut. Pelaksanaan tes harus diusahakan benar-benar menjaga dari hal-hal
yang bisa membuat ketidak akuratan hasil tes yang diperoleh.

9). Menafsirkan hasil tes


Hasil tes yang dilakukan memberikan data berupa skor. Skor ini kemudian ditafsirkan
menjadi nilai. Nilai dapat dikelompokkan dalam rendah, sedang, tinggi. Tinggi rendahnya
nilai didasarkan pada acuan penilaian, acuan norma atau acuan kriteria. Bagi seorang
pendidik, nilai dapat berguna untuk memotivasi peserta didik dalam menyusun dan
melaksanakan rencana dan perbaikan pembelajaran.
Nilai juga bisa memberikan informasi tentang sejauhmana seorang guru atau dosen
dalam melaksanakan proses pembelajaran. Keberhasilan proses pembelajaran ditentukan oleh
banyak faktor, diantaranya adalah penguasaan materi dan bahan ajar, keterampilan memilih
dan menggunakan metode pengajaran, keterampilan memilih dan menggunakan media
belajar, cara melakukan penilaian termasuk tes yang digunakan. Oleh karena itu, pencapaian
hasil belajar peserta didik merupakan keberhasilan pendidik dalam melaksanakan proses
pembelajaran.

Tes ditinjau dari sasaran atau objek yang akan dievaluasi, maka dibedakan adanya
beberapa macam tes dan alat ukur lain.
 Tes kepribadian atau personality test, yaitu tes yang digunakan untuk mengungkapkan
kepribadian seseorang , yang diukur bisa kreativitas, disiplin, kemampuan khusus, dan
sebagainya.
 Tes bakat atau aptitude test , yaitu tes yang digunakan untuk mengukur atau mengetahui
bakat seseorang.
 Tes intelegensi atau intelligenci test, yaitu tes yang digunakan untuk mengadakan
estimasi atau perkiraan trhadap tingkat intelektual seseorang dengan cara memberikan
berbagai tugas kepada orang yag akan diukur intelegensinya.
 Tes sikap atau attitude test, yang sering juga disebut dengan skala sikap , yaitu alat
yang digunakan untuk mengadakan pengukuran terhadap berbagai sikap seseorang.
 Tes minat atau measures , adalah alat untuk menggali minat seseorang terhadap sesuatu.
 Tes prestasi atau achievement test, yaitu tes yang digunakan untuk mengukur
pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu . berbeda dengan yang lain –lain
sebelum ini , tes prestasi diberikan sesudah orang yang dimaksud mempelajari hal-hal
sesuai dengan yang akan di teskan.
Agar dapat menyusun suatu tes, dapat dimulai dengan menyusun suatu kisi-kisi. Kisi-
kisi membantu peneliti atau siapa saja yang mau mengembangkan suatu tes atau panduan tes.
Berikut ini contoh kisi-kisi dan beberapa bentuk tes.
KISI-KISI SOAL
MATA PELAJARAN : MATEMATIKA NAMA PENYUSUN : Budi Harjo
KELAS/PROGRAM : X JUMLAH SOAL : 10 soal pilihan ganda, 5 Isian singkat dan 5 Essay

Tingkat Kesukaran
Uraian Juml Dan Klasifikasi Soal Nomor Jenis
N0 Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator
Materi Soal Soal soal
Sedang Sukar
Mudah
1. Memecahkan masalah 1.1. Menggunakan Bentuk 5 Menentukan Himpunan  1 B/S
yang berkaitan dengan aturan pangkat, Pangkat Penyelesaian jika bilangan (C1)
bentuk pangkat, akar, akar, dan pokoknya diketahui  3 B/S
dan logaritma logaritma (C2)
 4 B/S
(C3)
 6 Pilgan
(C3)
 7 Pilgan
(C3)
Akar 4 Menentukan akar-akar bentuk  8 Pilgan
pangkat kuadrat (C3)
 2 B/S
(C2)
 5 B/S
(C3)
Menentukan Himpunan  9 Pilgan
Penyelesaian bentuk akar jika (C2)
bilangan pokok diketahui
Logaritma 2 Menentukan hasil bilangan  10 Pilgan
logaritma (C2)

99
Menentukan himpunan  11 Pilgan
penyelesaian bentuk persamaan (C2)
logaritma
2. Memecahkan masalah 2.1 Memahami Konsep 1 Membedakan bentuk-bentuk yang  12 Pilgan
yang berkaitan dengan konsep fungsi fungsi merupakan fungsi dan bukan fungsi (C1)
fungsi, persamaan dan
fungsi kuadrat serta 2.2 Menggambar Grafik 1 Dapat menggambar fungsi kuadrat  21 Essay
pertidaksamaan grafik fungsi fungsi jika diketahui persamaan (C4)
kuadrat aljabar sederhana kuadrat kuadratnya
dan fungsi
kuadrat
2.3 Menggunakan Persamaan 2 Dapat menyelesaikan persamaan  22, 23 Essay
dan (C4)
sifat dan aturan dan pertidaksamaan kuadrat
Pertidaksa
tentang maan
persamaan dan kuadrat
pertidaksamaan
kuadrat
2.4 Melakukan Akar-akar 2 Menentukan nilai-nilai akar suatu  13, 14 Pilgan
persamaan (C4)
manipulasi persamaan kuadrat dan aplikasinya
kuadrat
aljabar dalam
perhitungan yang
berkaitan dengan
persamaan dan
pertidaksamaan
kuadrat
2.5 Menyelesaikan Model- 1 Menentukan Himpunan  24 Essay
model model Penyelesaian jika diketahui fungsi (C5)
matematika dari matemati
kuadrat dalam bentuk model
ka
masalah yang matematika
berkaitan dengan
persamaan
dan/atau fungsi
kuadrat dan
penafsirannya
3. Memecahkan masalah 3.1 Menyelesaikan Sistem 2 Menyelesaikan bentuk persamaan  15 Pilgan
yang berkaitan sistem persamaan Persamaan (C4)
linier dua
linier dua variabel
dengan sistem linear dan sistem variable
persamaan persamaan
linear dan
pertidaksamaan satu campuran linear
variabel dan kuadrat
dalam dua
variabel
3.2 Merancang model Model 1 Membuat model matematika jika  16 Isian
matematika dari matema diketahui suatu soal cerita (C2) Singkat
masalah yang tika
berkaitan dengan
sistem persamaan
linear
3.3 Menyelesaikan Model 1 Membuat model matematika dari  25 Essay
model matemati soal cerita lalu menyelesaikannya (C5)
matematika dari ka dalam
sistem
masalah yang
pers.
berkaitan dengan linier
sistem persamaan
linear dan
penafsirannya
3.4 Menyelesaikan Pertidak 2 Menyelesaikan bentuk  17, 18 Isian
pertidaksamaan samaan pertidaksamaan satu variable yang (C2) Singkat
satu variabel Linier melibatkan bentuk pecahan
yang melibatkan
bentuk pecahan
aljabar
3.5 Merancang model pertidak 2 Menyusun bentuk pertidak samaan   19, 20 Isian
matematika dari samaan linier (C2) (C2) Singkat
masalah yang linier
berkaitan dengan
pertidaksamaan
satu variabel dan
Menyelesaikan
model
matematika
tersebut
Contoh :
TES OBYEKTIF

PETUNJUK PENGERJAAN TES

al latihan ini terdiri dari soal Bena/Salah, Pilihan Ganda, Isian Singkat dan Essay
erilah tanda (X) untuk memberi tanda jawaban yang benar pada soal Benar/Salah dan yang berbentuk Pilihan Ganda di depan jawaban yan
ntuk soal berbentuk Isian singkat dan Essay,tulislah jawaban pada lembar jawab yang telah tersedia
obot skor masing-masing tipe soal sebagai berikut:

Tipe Benar/Salah
a. : bobot skor 1 Tipe Pilihan Ganda : bobot skor 1
Tipe Isian singkat
b. : bobot skor 2
c.
d. Tipe Esai : bobot skor sesuai pedoman
5. Mulailah mengerjakan dari soal yang mudah terlebih dahulu

A. Pada Contoh Tes Benar-Salah berikut ini, berilah tanda silang di depan jawaban yang benar!

1. ( B / S ) pernyataan 30 = 0

2. ( B / S ) Jika X2 = 25 maka nilai x =5

3. ( B / S ) Jika 2x = 8 maka nilai x =3

4. ( B / S ) Jika 3x+1 = 9 maka nilai x =2

5. ( B / S ) Jika X memenuhi 3x + 33-x - 28 = 10 maka x1+x2 adalah 5

B. Untuk soal-soal Pilihan Ganda berikut ini kerjakan dengan cara memberi tanda silang di depan
jawaban yang benar!

𝑥 −3𝑥
6. Himpunan penyelesaian dari persamaan 3 2 = 81
adalah…. A. {1}
B. {-4}
C. {1, -4}
D. {-1, 4}
E. {1, 4}

102
2𝑥 +2𝑥
7. Himpunan penyelesaian dari 4 2 = 8 adalah….
1
A. { , 2}
2
1 3
B. { 3
2, }
2
12
C. {− , }
2 3
1 3
D. {,−}
2 2
1 3
E. {− , }
22

8. Akar-akar persamaan 2x + 23-x = 9 adalah a dan b. Nilai a + b adalah….


a.3
b. 4
c.6
d.8
e.9

9. Penyelesaian dari persamaan 3x+2 = 81√3 adalah….


a. 1
1
b.
2
c. 2
1
d. 1
2
1
e. 2
2

10. Hasil dari 2 log x = 8, nilai x adalah….


a.3
b. 4
c.6
d.8
e.9

11. Hasil dari 2 log 8 + 2


log 32 adalah….
a.3
b. 4
c.6
d.8
e.9

12. Berikut ini yang termasuk fungsi kuadrat adalah….


a. 2X-Y = 2
b. X+Y-3=0
c. X2-X-6=0
d. 2x + 23-x = 9
e. 3x + 33-x = 9
13. Jika X1 dan X2 merupakan akar-akar dari persamaan X2-3X+2, maka
X1+X2 = ...
a. 3
b. 4
c. 5
d. 6
e. 7

14. Jika X1 dan X2 , dimana X1 > X2 merupakan akar-akar dari persamaan X2-5X-6, maka 2X1-X2 = ...
a. 13
b. 14
c. 15
d. 16
e. 17

15. Tentukan nilai X + Y, jika diketahui persamaan: 2X-Y = 2 dan X+Y = 1,


a. -2
b. -1
c. 0
d. 1
e. 2

C. Untuk soal-soal Isian Singkat berikut ini kerjakan dengan cara mengisi jawaban pada
lembar jawab yang sudah tersedia dengan tepat!

16. Setiap hari Bu Isna membuat donat dan kue legit. Setiap donat membutuhkan 12 kg tepung dan 20 gula
pasir, sedangkan kue legit memebutuhkan 8 kg tepung dan 10 kg gula. Setiap hari bu Isna harus mampu
membuat 100 donat dan 120 kue legit, maka model matematika dari soal cerita tersebut adalah …

1 3
17. Hasil dari
X  0 dikurangkan dari 2   0 adalah …
Y X Y
2 4
18. Himpunan penyelesaian dari
1
X  2 dikurangkan X Y  0 adalah …
3Y dengan
2

1
X  3  0 , nilai X adalah …
19. Hasil dari
2
1 3
20. Daerah Penyelesaian 2
Y
 1 adalah …
D. Untuk soal-soal Essay berikut ini kerjakan dengan lengkap dan benar pada lembar jawab
yang sudah tersedia!

Kompetensi dasar: 2.2. Melakukan operasi pada bentuk aljabar


Indikator pencapaian kompetensi: Menghitung kuadrat dan akar kuadrat pada bentuk aljabar

1. Instrumen yang utamanya melatih dan mengukur kemampuan pemahaman konsep:

Bila x = a dan y = 5 𝑎 tentukan xy


4

Catatan:
Untuk menyelesaikan soal di atas siswa menerapkan aturan menarik akar kudrat pada bentuk
aljabar yang sebelumnya telah (wajib) dipelajari siswa. Indikator tujuan (pemahaman konsep)
yang sesuai adalah: 6. menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi
tertentu.
Dalam proses menyelesaikan soal di atas, siswa melakukan suatu proses berpikir, sehingga
menggunakan penalaran. Namun demikian proses berpikir yang dilakukan adalah bagian dari
ketentuan menarik akar kudrat pada bentuk aljabar, bukan proses berpikir yang secara spesifik
menjadi tuntutan dari salah satu indikator tujuan penalaran. Oleh karena itu, dengan materi
soal seperti itu, penilaian terhadap respon siswa dalam menjawab soal cukup ditinjau dari
pemahaman konsep saja.
Untuk menilai jawaban siswa dapat digunakan contoh pedoman penskoran sebagai berikut.

NO ASPEK RUBRIK PENILAIAN SKOR


PENILAIA
1. Pemahaman Penyelesaian dihubungkan dengan perkalian bentuk aljabar yaitu a 5
terhadap
perkalian dengan 5 a, dan penarikan akar xy
4
bentuk
Berusaha menghubungkan perkalian bentuk aljabar yaitu a dengan 5 a 3
aljabar 4

dan penarikan akar


Tidak menghubungkan penyelesaian dengan perkalian bentuk aljabar 1
yaitu
5
Tidak ada respon/jawaban 0
2. Proses Proses perhitungan benar 5
perhitung-an Proses perhitungan sebagian besar benar 3
Proses perhitungan sebagian kecil saja yang benar 2
Proses perhitungan sama sekali salah 1
Tidak ada respon/jawaban 0
Skor maksimal 10
Skor minimal 0
2. Instrumen yang utamanya menggali/ melatih dan mengukur kemampuan penalaran dan
komunikasi:

a. x = a dan y = 5 𝑎
4

Apakahxy kurang dari y? Jelaskan alasan jawabanmu.


b. x = a dan y = 5 𝑎
4

Periksalah, manakah diantara dua pernyataan berikut ini yang benar dan jelaskan alasan jawabanmu.
”xy lebih besar dari x”
”xy lebih besar dari y”

Catatan:
Soal di atas adalah soal yang diproyeksikan untuk menggali atau melatih dan mengukur
kemampuan penalaran siswa. Walaupun dalam menjawab soal di atas siswa tak dapat lepas
dari konsep menarik akar kuadarat pada bentuk aljabar, namun pertanyaan dalam soal
menuntut siswa untuk melakukan proses berpikir yang secara spesifik menjadi tuntutan
salah satu indikator tujuan penalaran. Oleh karena itu penilaian terhadap respon siswa
dalam menjawab soal cukup ditinjau dari tujuan penalaran (dan komunikasi) saja.
Penyelesaian soal a menuntut kemampuan siswa dalam menarik kesimpulan berdasar data x
dan y yang diketahui dan kemampuan memberikan alasan logis. Penyelesaian soal b menuntut
kemampuan siswa dalam memeriksa kebenaran suatu argumen. Indikator tujuan penalaran:
menarik kesimpulan dari pernyataan (soal a) dan memeriksa kesahihan suatu argumen (soal b).
Dalam menjawab soal a atau b, alternatif kegiatan yang dilakukan siswa antara lain:
(*) Siswa menghitung hasil dari xy dahulu, baru kemudian menjawab pertanyaan.
(**) Siswa menjawab pertanyaan tanpa menghitung hasil dari xy dahulu, namun melakukan
analisi

Untuk menilai jawaban siswa dapat digunakan contoh pedoman penskoran sebagai berikut.
No. ASPEK RUBRIK PENILAIAN SKOR
PENILAIA
1. Macam Menjawab ’ya’ atau menjawab ’ xy kurang dari y’ 3
jawaban Menjawab: ’tidak’ dan tidak ada kata yang mengarah ke jawaban’ 1
xy
Tidak menjawab 0
2. Alasan Alasan jawaban dilakukan secara analitik dan benar 7
jawaban Alasan jawaban dilakukan secara analitik tapi ada sedikit 6
Alasan jawaban dilakukan secara analitik tapi ada banyak 3
kesalahan
Alasan jawaban diberikan dalam bentuk menghitung hasil xy 5
dan
Alasan jawaban diberikan dalam bentuk menghitung hasil xy 4
dan ada
Alasan jawaban diberikan dalam bentuk menghitung hasil xy 2
tapi ada
Tidak menjawab 0
Skor minimal = 0 Skor maksimal = 10

Contoh-3:
Contoh instrumen dapat digunakan untuk melatih dan mengukur 2 tujuan sekaligus,
yaitu
pemahaman konsep, penalaran dan komunikasi:
Kompetensi Dasar : 2.2. Melakukan operasi pada bentuk aljabar
Indikator pencapaian kompetensi : Menyelesaikan operasi tambah, kurang, kali, dari suku
satu dan suku dua.

x² - y² = 10 dan x + y = 10. Apakah x - y lebih dari y? Jelaskan alasan jawabanmu.

Catatan:
Penyelesaian soal di atas secara nyata menuntut kemampuan pemahaman konsep dan
penalaran ( juga komunikasi).
Proses penyelesaian soal tak akan lancar bila siswa tak memahami hubungan antara x + y dan
x² - y² , dan hal itu terkait dengan konsep perkalian suku dua berbentuk x² - y²= ( x +y )( x-y).
Selain itu penyelesaian juga harus memenuhi salah satu tuntutan pada tujuan penalaran, yaitu
menarik kesimpulan berdasar data yang diketahui kemudian mengkomunikasikannya.
Materi instrumen di atas tergolong materi pemecahan masalah, karena jawaban soal tidak serta
merta langsung dapat diperoleh dengan menerapkan konsep menarik akar kuadrat pada
bentuk aljabar atau prosedur rutin tentang menarik akar kuadrat pada bentuk aljabar
Penyelesaiannya menuntut pemahaman siswa dalam konsep menarik akar kuadrat pada bentuk
aljabar, namun lebih tergantung pada kemampuan menerjemahkan masalah, memilih strategi
pemecahan yang tepat dan melaksanakan strategi yang dipilih itu sehingga terdapat
penyelesaiannya.
Mengingat dua catatan di atas maka penilaian terhadap respon siswa dalam menjawab soal
dapat ditinjau dari 1 tujuan saja, yaitu pemecahan masalah. Untuk itu kriteria penilaian harus
mengikuti kriteria penilaian pemecahan masalah.
Bila respon siswa akan ditinjau dari tujuan lainnya (selain tujuan pemecahan masalah),
misalnya: pemahaman konsep atau penalaran dan komunikasinya, maka diperlukan kriteria
penilaian untuk tiap tujuan yang dikehendaki itu.
Untuk menilai jawaban siswa dapat digunakan contoh pedoman penskoran sebagai berikut.

Aspek yang dinilai dan rubrik penilaian Skor


a. Memahami masalah (dilihat dari isi jawaban)
1) Benar 1
2) Salah atau tidak ada jawaban 0
b. Rencana strategi pemecahan masalah (dilihat dari kelogisan atau keruntutan
jawaban
1) Runtut dan benar 2
3) Hampir runtut dan benar 1
4) Tidak runtut atau tidak membuat atau salah 0
c. Proses melaksanakan strategi pemecahan masalah (menghitung nilai a
sampai
1) Benar 6
2) Hampir benar 5
3) Yang benar dan salah seimbang 3
4) Sebagian kecil benar 2
5) Salah 1
6) Tidak menghitung 0
d. Menuliskan jawaban permasalahan (nilai a)
1) Benar 1
2) Salah atau tidak ada 0
Skor Minimal = 0, Skor Maksimal = 10
Contoh-4:
Instrumen untuk menggali atau melatih atau menilai kemampuan pemecahan masalah

Kompetensi Dasar: Menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV)


Indikator: Membuat model matematika dari masalah sehari-hari yang melibatkan SPLDV dan
menyelesaikannya.

Dua tahun yang lalu umur Pak Ali lima kali umur anak pertamanya. Delapan tahun yang
akan datang umur Pak Ali tiga kali umur anak pertamanya. Berapa umur Pak Ali dan anak
pertamanya sekarang?.

Catatan:
Materi soal di atas tergolong soal pemecahan masalah karena umur Pak Ali dan anaknya tidak
serta merta dapat diperoleh dengan menerapkan aturan yang sudah ada (tentang SPLDV).
Strategi pemecahan masalah yang paling efisien untuk diterapkan adalah berpikir logis atau
membuat diagram.
Bila strategi pemecahan yang diterapkan adalah berpikir logis atau membuat diagram maka
penggunaan konsep SPLDV akan tampak pada respon siswa. Selama meneyelesaikan soal
siswa dituntut untuk melakukan manipulasi matematika yang merupakan salah satu indikator
tujuan penalaran.
Mengingat dua catatan di atas maka penilaian terhadap respon siswa dalam menjawab soal
dapat ditinjau dari 3 tujuan, yaitu: pemahaman konsep, penalaran (dan komunikasi),
pemecahan masalah. Untuk itu penilaian tiap tujuan harus jelas kriterianya.
Respon siswa dapat pula hanya ditinjau dari satu tujuan saja, yaitu pemecahan masalah. Jika
akan ditinjau dari tujuan pemecahan masalah saja maka penilaiannya mengikuti kriteria
penilaian pemecahan masalah.
Contoh deskripsi jawaban siswa yang diharapkan sebagai berikut.

keadaan 2 tahun lalu keadaan keadaan 8 tahun yang akan


sekarang datang
Umur Pak Ali x―2 x x+8
Umur anak Pak Ali y― 2 y y+ 8
Persamaan x ― 2 = 5 (y― 2) x = ..., y = ... x + 8 = 3 (y+ 8)

Persamaan-1: x ― 2 = 5 (y― 2) atau x ― 2 = 5y - 10


Persamaan-2: x + 8 = 3 (y+ 8) atau x + 8 = 3y+ 24
Dari persamaan-1 dan 2 diperoleh:
x ― 2 = 5y - 10
x + 8 = 3y+ 24 -
-10 = 2y - 34 atau 2y = 24 atau y = 12.
Karena y = 12 berarti x ― 2 = 5(12) - 10 (persamaan-1) atau x -2 = 50 atau x = 52.

Jadi umur Pak Ali dan anaknya sekarang masing-masing 52 tahun dan 12 tahun.
Untuk menilai jawaban siswa dapat digunakan contoh pedoman penskoran sebagai berikut.
Aspek yang dinilai dan rubrik penilaian Skor
b. Memahami masalah (dilihat dari isi jawaban)
1) Benar 1
2) Salah atau tidak ada jawaban 0
b. Rencana strategi pemecahan masalah (dalam bentuk tabel atau deskripsi
3) Benar 3
5) Salah 1
6) Tidak membuat 0
c. Proses melaksanakan strategi pemecahan masalah (menghitung umur Pak Ali
dan
6) Benar 5
7) Hampir benar 4
8) Yang benar dan salah seimbang 3
9) Sebagian kecil benar 2
10) Salah 1
6) Tidak menghitung 0
d. Menuliskan jawaban permasalahan (umur Pak Ali dan anaknya)
3) Benar 1
4) Salah atau tidak ada 0
Skor Minimal = 0, Skor Maksimal = 10

Contoh-5:
Instrumen untuk melatih atau menggali kemampuan memecahkan masalah.
Kompetensi Dasar: 1.2. Menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan bulat dan pecahan dalam
pemecahan masalah
Indikator pencapaian kompetensi: Memecahkan masalah yang berkaitan dengan operasi bilangan
bulat. menyelesaikannya.

Di salah satu peternakan milik Pak Anggit terdapat 18 ekor binatang. Beberapa diantaranya
berupa ayam dan lainnya berupa sapi. Jika dihitung maka banyak seluruh kaki dari 18
binatang itu ada 50 buah. Berapakah banyak masing-masing binatang di tempat peternakan Pak
Anggit itu?

Catatan:
Bagi siswa, materi instrumen di atas tergolong pemecahan masalah karena untuk
menghitung banyaknya masing-masing binatang tidak serta merta dapat diterapkan operasi
bilangan bulat, namun harus ditempuh strategi tertentu terlebih dahulu. Strategi pemecahan
masalah yang paling efisien untuk diterapkan antara lain dengan membuat tabel.
Contoh penyelesaian antara lain sebagai berikut.

Banyak ayam Banyak sapi Jumlah kaki


1 17 1×2 + 17×4 = 70
2 16 2×2 + 16×4 = 68
3 15 3×2 + 15×4 = 66

11 7 11×2 + 7×4 = 50
Banyaknya ayam ada 11 ekaor dan banyaknya sapi ada 7 ekor.
Memperhatikan dua catatan di atas maka penilaian terhadap respon siswa dalam menjawab soal
dapat ditinjau dari 3 tujuan, yaitu: pemahaman konsep tentang operasi bilangan bulat,
penalaran (dan komunikasi), pemecahan masalah.

Respon siswa dapat pula hanya ditinjau dari satu tujuan saja, yaitu pemecahan masalah.
Jika akan ditinjau dari tujuan pemecahan masalah saja maka penilaiannya mengikuti
kriteria penilaian pemecahan masalah, yaitu seberapa jauh kemampuan siswa dalam:
(1) memahami masalah (dilihat ada tidaknya salah tafsir dalam menterjemahkan masalah,
akan tampak dari isi jawaban),
(2) merencanakan strategi pemecahan masalah (dalam hal ini yang efisien dengan tabel),
(3) melaksanakan strategi pemecahan masalah (dalam hal ini dilihat dari proses
mengoperasikan bilangan bulat)
(4) mengecek hasil pemecahan masalah (dalam hal ini dilihat dari jawaban akhir).

Ilustrasi penyelesaian soal: Misalkan banyaknya ayam= a dan banyaknya sapi = s. Ada dua
persamaan langsung diperoleh yaitu: a + s = 18 (ditinjau banyaknya binatang) dan 2a + 4s = 50
(ditinjau dari banyaknya kaki binatang). Dengan teknik substitusi atau eliminasi akan diperoleh a =
11 dan s = 7 sehinga terjawab bahwa banyaknya ayam ada 11 ekor dan sapi ada 7 ekor.

Selain berbagai jenis dan tipe penilaian tertulis yang sudah disampaikan dimuka, terdapat
beberapa teknik pengembangan instrumen penilaian yang perlu diketahui, antara lain penilaian
kinerja, produk. penilaian proyek, dan portofolio.

1). Penilaian Kinerja


Penilaian kinerja adalah penilaian yang dilakukan dengan cara mengamati kegiatan siswa
dalam melakukan sesuatu. Oleh karena itu dalam penilaian kinerja diperlukan instrument
berupa lembar pengamatan atau lembar observasi. Penilaian kinerja berguna untuk mengukur
ketrampilan siswa melakukan kinerja tertentu.
Berikut ini adalah hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan penilaian kinerja:
1. Langkah-langkah kinerja yang diharapkan agar dilakukan siswa untuk menunjukkan kinerja
suatu kompetensi
2. Ketetapan dan kelengkapan aspek yang akan dinilai dalam suatu kinerja
3. Kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyak sehingga semua dapat diamati
4. Kemampuan yang akan dinilai diurutkan berdasarkan urutan yang akan diamati.

Penilaian kinerja dapat dilakukan melalui : (1). Penilaian tertulis (paper and pencil), (2).
Identifikasi, (3) simulasi, (4). Member contoh kerja (work sample). Dalam kegiatan penilaian
kinerja, pengamatan dilakukan pada saat terjadi proses kinerja.

a). Penilaian kinerja dalam pembelajaran matematika


Mengingat bahwa kemampuan kinerja dalam matematika tidak dapat dipisahkan dari
kemampuan kognitifnya (dalam hal ini pemahaman konsep dan penalarannya) maka uraian
tugas pada instrument kinerja terintegrasi dengan instrument yang digunakan untuk
mengukur kemampuan kognitif.
Berdasarkan rumusan kompetensi pada permendiknas No. 22/2006 tentang standarisi mata
pelajaran matematika di SMP sebagai berikut:

Kegiatan
Kelas
VII Melukis sudut
Membagi sudut
Melukis segitiga, garis tinggi, garis bagi, garis berat, dan garis sumbu
VIII Melukis lingkaran dalam dan lingkaran luar suatu segitiga
Membuat jarring-jaring kubus, balok, prisma dan limas

Contoh Instrumen Penilaian Kinerja

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar


Memahami hubungan garis dengan garis, garis dengan Melukis sudut
sudut, sudut dengan sudut, serta menentukan ukurannya

Uraian Tugas:
 Tugas ini dikerjakan secara individu
 Lukislah sudut 450 dan 600 dengan menggunakan penggaris dan jangka

Format Penilaian Kinerja

Mata Pelajaran/kelas : Matematika / VII


Kompetensi Dasar : Melukis Sudut
Indikator Pencapaian Kompetensi : Melukis sudut-sudut istimewa (300, 450, 600)

Aspek yang dinilai


Kriteria
No Nama Siswa
Penskoran
Cara Cara Kecermata Kebenaran Skor Nilai
memegang melukis n melukis hasil yang
alat sudut lukisan dicapai
1. Danik 4 4 3 3 14 87,5  Skor :
Muti’ah 4 : tanpa kesalahan
2. Dasih 3 : sedikit kesalahan
2 : ada beberapa
3. Desy T Utami Kesalahan
4. Diyah Sardiani 1 : tidak melakukan
5. Dyah A Adi
6. Dyah P Skor maks: 16
7. Heni Nurdiah Skor min : 4
Jumlah skor dapat
8. Ika Astriyani dikonversi ke nilai 100
9. Ikhwan Khoir dengan cara:
10 Kestry Dwi 14
… … 𝑥 100 = 87,5
16
30 Yanuar
2). Penilaian Produk
Penilaian produk adalah penilaian terhadap ketrampilan dalam membuat suatu produk.
Penilaian produk meliputi penilaian terhadap kemampuan siswa membuat produk-produk
teknologi dan seni. Produk yang dibuat adalah benda-benda yang bermanfaat bagi diri siswa
atau bagi lingkungan siswa.
Penilaian produk tidak hanya dilakukan terhadap hasil akhir produk, tetapi juga proses
membuat produk. Pengembangan produk meliputi tiga tahap dan sebaiknya setiap tahap
dilaksanakan penilaian.

Tahap 1: Persiapan
Penilaian pada tahap 1 meliputi: penilaian terhadap kemampuan siswa dalam merencanakan,
menggali dan mengembangkan gagasan, dan mendesain produk.
Tahap 2: Proses pembuatan produk
Penilaian pada tahap 2 meliputi: penilaian terhadap kemampuan siswa dalam menyeleksi dan
menggunakan bahan-bahan, alat dan teknik.
Tahap 3: penilaian (appraisal) produk
Penilaian (appraisal) produk meliputi penilaian terhadap kemampuan siswa dalam membuat
produk sesuai kegunaannya dan memenuhi criteria keindahan menggunakan bahan, alat dan
teknik.

Produk dinilai secara holistik dan analitik. Penilaian dengan cara holistik didsarkan pada kesan
keseluruhan dari produk. Penilaian biasanya dilakukan pada tahap appraisal. Penilaian dengan
cara analitik didasarkan pada aspek-aspek produk yang biasanya dilakukan terhadap semua
criteria yang terdapat pada semua tahap proses pengembangan produk.

a). Penilaian produk dalam pembelajaran matematika


Sesuai dengan karakteristik materinya maka tujuan belajar matematika secara langsung
adalah melatih pola piker yang sistematis, logis, runtut selain juga sikap yang konsisten,
disiplin dan jujur. Oleh karena itu mempelajari keterampilan membuat suatu produk bukan
menjadi bagian dalam belajar matematika. Walaupun demikian, ada kemampuan yang
dipelajari dalam matematika yang dapat membekali siswa mampu menghasilkan produk
yang berguna dalam kehidupan. Sebagai contoh, kemampuan dalam menggambar jarring-
jaring benda ruang. Kemampuan itu akan sangat bermanfaat dalam pembuatan produk-
produk benda ruang yang banyak digunakan dalam membuat desain/pola.

Contoh Instrumen Penilaian Produk


Tabel 5.6. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas dan Membuat jaring-jaring kubus, balok,
bagian-bagiannya serta menentukan ukurannya prisma dan limas
Alat dan bahan yang disiapkan
 Kertas karton berukuran 35 cm x 45 cm
 Penggaris
 Pensil
 Gunting
 Lem

Uraian Tugas:
Pada kertas karton dengan ukuran 35 cm x 45 cm akan dibuat jarring-jaring kubus sehingga
diperoleh kubus dengan ukuran maksimal.
 Pilihlah bentuk jarring-jaring kubus yang paling tepat untuk digambar pada kertas
karton tersebut.
 Gambarlah jarring-jaring kubus yang dipilih itu
 Buatlah daerah lekukan (lidah) dengan ukuran 2 cm yang akan berfungsi sebagai
penghubung antar bidang sisi kubus
 Setelah jarring-jaring terbentuk, guntinglah dan bentuklah kubusnya
 Ukurlah panjang setiap rusuk dari kubus yang kamu buat. Berapa panjangnya?

Contoh format penilaian produk membuat jaring-jaring kubus dan membuat kubus

Format Penilaian Produk

Mata Pelajaran/kelas : Matematika / VIII


Kompetensi Dasar : Membuat jarring-jaring kubus, balok, prisma dan
limas
Indikator Pencapaian Kompetensi : Membuat jaring-jaring kubus

Per Proses Pembuatan Penilaian Akhir


Ket
No Nama Siswa siapan Produk Produk Skor Nilai
X a b c A B c
1. Danik Muti’ah 3 3 4 4 3 4 3 24 88,8
2. Dasih
3. Desy T Utami Skor maks : 27
4. Diyah Sardi Skor min : 7
Juml skor jika
5. Dyah Andi dikonversi dalam
6. Dyah Panti skala 100 :
7. Heni Nurdiah
8. Ika Astriyani Nilai Danik:
9. Ikhwan khoir
10 Kestry Dwi 24
… 𝑥 100 = 88,8
… 27
30 Yanuar

Keterangan:
Tahap
Aspek yang dinilai Kriteria penskoran
Persiapan x : ketepatan penentuan Skor 1 : tidak mengerjakan
panjang rusuk shg ukuran Skor 2 : panjang rusuk belum maksimal atau
maksimal Melebihi
Skor 3 : panjang rusuk maksimal
Proses Pembuatan a : ketepatan cara menggunakan Skor 1 : tidak mengerjakan
Produk penggaris dan jangka Skor 2 : masih banyak melakukan kesalahan
Skor 3 : ada sedikit kesalahan
Skor 4 : tidak ada sedikit kesalahan
b : ketepatan kebenaran jaring- Skor 1 : tidak mengerjakan
jaring Skor 2 : masih banyak melakukan kesalahan
Skor 3 : ada sedikit kesalahan
Skor 4 : tidak ada sedikit kesalahan
c : kecermatan membuat jaring- Skor 1 : tidak mengerjakan
jaring Skor 2 : masih banyak melakukan kesalahan
Skor 3 : ada sedikit kesalahan
Skor 4 : tidak ada sedikit kesalahan
Penilaian Akhir a : kerapian penyambungan Skor 1 : tidak mengerjakan
Produk antar sisi Skor 2 : tidak rapi
Skor 3 : cukup rapi
Skor 4 : rapi
b : ketepatan / kebenaran Skor 1 : tidak mengerjakan
bentuk kubus sebagai Skor 2 : tidak benar / tepat
produk akhir Skor 3 : cukup benar / tepat
Skor 4 : tepat / benar
c : kerapaian bentuk kubus sbg Skor 1 : tidak mengerjakan
produk akhir Skor 2 : tidak benar / tepat
Skor 3 : cukup benar / tepat
Skor 4 : tepat / benar

3). Penilaian Proyek


Penilaian proyek adalah pekerjaan dengan sasaran khusus dan saat penyelesaian yang tegas.
Penilaian proyek adalah penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam
periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa penyelidikan terhadap sesuatu yang mencakup
perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data. Penilaian
proyek dimaksudkan untuk mengetahui: pemahaman siswa dalam bidang tertentu, kemampuan
siswa mengaplikasikan pengetahuan tertentu melalui suatu penyedikan, kemampuan siswa
memberi informasi tentang sesuatu yang menjadi hasil penyelidikannya. Dalam penilaian
proyek hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:
1. Kemampuan pengelolaan yang meliputi kemampuan dalam memilih topik, mencari
informasi dan mengelola waktu pengelolaan waktu pengumpulan data serta penulisan
laporan
2. Relevansi yaitu, kesesuaian dengan mata pelajaran ditinjau dari segi pengetahuan,
ketrampilan dan pemahaman selama proses belajar.
3. Keaslian yaitu, proyek yang dilakukan siswa merupakan karya nyata siswa dengan
kontribusi guru pada petunjuk dan dukungan
Penilaian hasil karya dalam proyek dilakukan dari proses perencanaan, proses pengerjaan tugas
sampai hasil akhir proyek. Oleh karena itu perlu ditetapkan hal-hal atau aspek-aspek yang perlu
dinilai, seperti penyusunan desain, pengumpulan data, analisis data dan penyampaian laporan
tertulis.
Instrumen penilaian proyek dapat terdiri dari lembar pengamatan (observasi) dengan daftar cek
(check list) dan skala rentang (rating scale). Kegiatan siswa yang termasuk proyek antara lain:
penelitian sederhana tentang pengolahan dan penyajian data (kelas IX) dan aritmetika sosial
(kelas VII)

Contoh Instrumen Penilaian Proyek


Tabel 5.7. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Penilaian Proyek
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Menggunakan bentuk aljabar, persamaan dan Menggunakan konsep aljabar dalam
pertidaksamaan linear satu variable, dan pemecahan masalah aritmetika sosial yang
perbandingan dalam pemecahan masalah sederhana

Uraian Tugas:
a. Kerjakan tugas ini secara kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 5 orang
b. Lakukan wawancara terhadap minimal 5 pedagang kecil di pasar tradisional, buatlah
daftar wawancara dan siapkan lembaran atau format untuk mencatat hasil wawancara.
Kumpulkan data tentang:
 Modal yang dimiliki
 Untung atau rugi rata-rata setiap hari
 Kegiatan apa saja dalam perdagangan, khususnya pengadaan barang dan penjualan?
c. Buatlah laporan secara tertulis tentang kegiatan yang dilakukan sejak perencanaan,
pelaksanaan dan hasil yang diperoleh. Laporan mencakup: (1) tujuan kegiatan, (2)
persiapan, (3) pelaksanaan, (4) hasil yang diperoleh, (5) kesan dan pesan terhadap tugas.
Laporan tentang hasil yang diperoleh memuat hal-hal sebagai berikut:
1). Penyajian data yang diperoleh dalam bentuk tabel sesuai pengelompokan data pada
nomor b
2). Penjelasan tentang:
 Pedagang mana yang untung/ruginya paling banyak
 Kejadian apa saja yang dilakukan dalam perdagangan
d. Laporan dipresentasikan atau dipamerkan. Laporan dikumpulkan paling lambat 6 pekan
setelah tugas ini diberikan.

Contoh format penilaian proyek

Format Penilaian Proyek


Mata Pelajaran/kelas : Matematika / VII
Kompetensi Dasar : Menggunakan konsep aljabar dalam
pemecahan masalah aritmetika sosial yang
sederhana
Indikator Pencapaian Kompetensi : Memecahkan masalah yang terkait dengan
kegiatan ekonomi di pasar tradisional yang
melibatkan konsep untung/rugi, harga jual, harga
beli

Aspek yang dinilai


No Nama Siswa Persiap Pelaksa Pelapora Kriteria Penskoran
an naan n Skor Nilai
1. Danik Muti’ah 4 4 3 11 91,6  Skor :
2. Dasih 4 : tanpa kesalahan
3. Desy T Utami 3 : sedikit kesalahan
2 : ada beberapa
4. Diyah Sardiani Kesalahan
5. Dyah A Adi 1 : tidak melakukan
6. Dyah P
7. Heni Nurdiah Skor maks: 12
8. Ika Astriyani Skor min : 4
Jumlah skor dapat
9. Ikhwan Ariyana dikonversi ke nilai 100
10 Kestry Dwi dengan cara:
… … 11
30 Yanuar 𝑥 100 = 91,6
12

4). Penilaian Portofolio


Portofolio adalah suatu kumulan sistematis hasil-hasil pekerjaan seseorang. Penilai
portofolio adalah penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang
menunjukkan perkembangan kemampuan siswa dalam suatu periode tertentu. Informasi
perkembangan siswa dapat berupa hasil karya terbaik siswa selama proses belajar, pekerjaan
hasil tes, piagam penghargaan atau bentuk informasi lain yang terkait kompetensi tertentu
dalam suatu mata pelajaran. Dari informasi perkembangan itu siswa dan guru dapat menilai
kemajuan belajar yang dicapai dan siswa berusaha memperbaiki diri
Pengelolaan penilaian portofolio mengacu pada:
1. Membuat siswa memahami makna portofolio dalam kaitan dengan pencapaian dan kemajuan
hasil belajarnya
2. Menentukan topik pekrjaan atau karya siswa yang akan dikoleksi sebagai portofolio
3. Mengumpulkan dan menyimpan pekerjaan atau karya siswa yang dipilih sebagai portofolio
4. Memilih atau menentukan kriteria untuk menilai pekerjaan atau karya siswa yang akan
dikoleksi sebagai portofolio
5. Membantu dan mendorong siswa agar selalu mengevaluasi dan memperbaiki hasil-hasil
pekerjaan atau karya portofolio mereka
6. Menjadwalkan dan melaksanakan pertemuan portofolio dengan siswa
7. Melibatkan orang tua dan unsur lain terkait dengan program dan pelaksanaan penilaian
portofolio

Contoh Instrumen Penilaian Kinerja

Tabel 5.8. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Penilaian Kinerja


Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Melakukan pengolahan dan penyajian data Menyajikan data dalam bentuk tabel dan
diagram batang, garis dan lingkaran

1. Judul : Data kegiatan sehari-hari


2. Ruang lingkup belajar:
a. Konsep dan operasi bilangan
b. Geometri dan pengukuran
c. Statistik
d. Pemecahan masalah dan penalaran matematis
e. Ketrampilan matematis
f. Komunikasi matematis
3. Uraian tugas untuk siswa:
a. Buatlah grafik atau diagram yang menggambarkan waktu atau banyaknya jam yang
umumnya kalian gunakan untuk melakukan bermacam-macam kegiatan sehari-hari
sekolah
b. Sebagai penyelesaian tugas, tidak hanya grafik atau diagram yang dikumpulkan,
namun sertakan juga perhitungan-perhitungan yang digunakan dalam membuat
grafik atau diagram
4. Bahan yang dibutuhkan:
a. Kertas grafik
b. Jangka atau busur derajat
c. Penggaris
d. kalkulator
5. Kriteria penilaian:
Tk. Peny.
Tugas
Tk. 1 Tk. 2 Tk. 3 Tk. empat
Aspek yg dinilai
Pengorganisasian  Informasi tentang  Ada usaha  hub antara keg  hub antara keg
Informasi data menampilkan hub dan waktu dihub dan waktu dihub
 Jumlah waktu atau dengan tabel yg dengan tabel yg
yang tersedia 24 korespondensi jelas, namun jelas, mudah
jam namun belum masih ada dibaca dan tepat.
cukup seluruh kesalahan  waktu yang
bagian  waktu yang digunakan sudah
 waktu yang digunakan sudah 24 jam
digunakan tidak 24 jam
24 jam atau sudah
24 jam
Grafik  grafik yang dipilih  grafik yang dipilih  bentuk grafik  bentuk grafik
tdk sesuai topik sesuai topik tepat tepat, sajian
 ukuran-ukuran  masih ada ukuran-  ukuran-ukuran grafik rapi dan
grafik tdk sesuai ukuran grafik tdk grafik sesuai akurat
kuantitas dan sesuai kuantitas kuantitas dan  ukuran-ukuran
skala gmbar dan skala gmbar skala gmbar grafik sesuai
kuantitas dan
skala gmbar
Perhitungan  terdapat banyak  masih erdapat  terjadi kesalahan  tidak ada
kesalahan dalam banyak kesalahan teknis dalam kesalahan dalam
perhitungan dalam perhitungan perhitungan perhitungan
namun tdk
terpengaruh pada
peta keseluruhan
Penjelasan  penjelasan tidak  penjelasan benar  penjelasan tbenar  penjelasan
benar namun tidak urut  kalimat mudah benar, runut
 kalimat sulit  kalimat-kalimat dipahami  kalimat mudah
dipahami sulit belum di dipahami, dan
artikan diartikan

b. Non Tes
Non tes merupakan teknik penilaian yang dilakukan dengan tanpa menggunakan
instrumen berupa tes. Tidak semua perilaku dan data dapat dikumpulkan dengan tes. Bahkan
banyak diantara data-data hanya mampu diukur dengan menggunakan teknik atau instrumen
non tes. Andersen (1981) mengemukakan bahwa perilaku seseorang merupakan fungsi dari
watak yang terdiri atas ranah kognitif, psikomotor dan afektif. Ranah kognitif, sebagaimana
dikemukakan oleh Bloom (1976) berkaitan dengan kemampuan berpikir yang terdiri atas
pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, evaluasi dan kreasi. Ranah kognitif lebih banyak
diukur dengan menggunakan tes, baik tes tulis maupun lisan, biasanya lebih banyak
menggunakan tes tulis. Psikomotor berhubungan dengan gerak, seperti keterampilan, performa,
oleh raga, dan sebagainya. Ranah psikomotor biasa diukur dengan menggunakan tes performa
atau tes perbuatan. Ranah afektif berupa tindakan yang dalam pelaksanaan proses pembelajaran
terdapat
lima karakter afektif yang akan diukur yang terdiri atas sikap, minat, nilai konsep diri, dan
karakter.
Tes perbuatan atau tindakan yang biasa digunakan untuk mengukur taraf kompetensi
yang bersifat keterampilan atau psikomotorik, penilaianya di lakukan terhadap proses
penyelesaian tugas dan hasil akhir yang dicapai oleh siswa setelah melaksanakan tugas tersebut.
Penilaian tes perbuatan dilakukan sejak peserta didik melakukan persiapan, melaksanakan
tugas, sampai dengan hasil akhir yang dicapainya. Untuk menilai tes perbuatan pada umumnya
diperlukan sebuah format pengamatan, yang bentuknya dibuat sedemikian rupa sehingga tutor
dapat menuliskan angka-angka yang diperolehnya pada tempat yang sudah disediakan. Bentuk
formatnya dapat disesuaikan menurut keperluan. Untuk tes perbuatan yang sifatnya individual,
sebaiknya menggunakan format pengamatan individual. Terdapat dua unsur yang bisa dijadikan
bahan penilaian dalam tes perbuatan, yaitu proses dan produk. Pengukuran proses merujuk
kepada pengukuran keterampilan dari kemahiran testi melakukan suatu kegiatan , sedangkan
pengukuran produk merujuk kepada segi kualitas hasil. Tes Perbuatan/Tindakan memiliki
beberapa keunggulan antara lain sebagai berikut :
 Cocok digunakan untuk mengukur aspek perilaku psikomotor.
Salah satu wujud perubahan hasil belajar adalah berupa keterampilan melakukan suatu
kegiatan. Aspek keterampilan ini tidak bisa diungkap dengan tes tulis, dan hanya cocok
diungkap dengan tes tindakan.
 Dapat digunakan untuk mengecek kesesuaian antar pengetahuan, teori, dan keterampilan
mempraktekannya.
Penggunaan tes tulis dan lisan hanya terbatas kepada pengungkapan pengetahuan teoritis.
Dengan menggunakan tindakan, guru akan mengetahui sejauh mana siswa mampu
menerapkan pengetahuan-pengetahuan teoritisnya dalam kegiatan nyata, sehingga
informasi untuk penilaian menjadi lebih lengkap.
 Tidak ada kesempatan untuk menyontek.
Dalam tes perbuatan, penguji bisa mengamati langsung bagaimana seseorang testi
meragakan sesuatu kegiatan. Di samping itu, keterampilan sesorang untuk melakukan suatu
kegiatan akan sangat tergantung atas kemampuan dirinya, maksudnya tidak bisa meniru
begitu saja.

Disamping keungulan, ter perbuatan juga memiliki kelemahan-kelemahan, antara lain :


 Lebih sulit dalam mengadakan pengukuran.
Dalam pelaksanaan tes tindakan, penguji dituntut untuk mengadakan pengamatan terhadap
kegiatan yang testi secara cermat. Penguji dituntut untuk mengamati semua unsure-unsur
perilaku yang perlu dinilain secara serempak, dan ini relative sulit dilakukan. Jika penguji
hanya seorang, mungkin ada beberapa unsure perilaku yang tak sempat teramati.
 Memerlukan biaya yang relatif besar.
Pelaksanaan tes perbuatan idealnya dilakukan dalam kondisi sebenarnya, atau sekurang-
kurangnya dalam kondisi yang menyerupai keadaan sebenarnya. Hal ini menuntut adanya
fasilitas dan perlengkapan yang memadai. Ditambah lagi dengan bahan-bahan yang
mungkin hanya digunkan seketika.
 Memerlukan waktu yang relatif lama
Pelaksanaan tes perbuatan kebanyakan tidak dapat dilakukan.secara serempak, sebab akan
menyulitkan penguji dalam melakukan pengamatan. Dengan demikian, tes perbuatan perlu
dilakukan secara individual, dan ini akan memerlukan waktu yang relative lama.

Terdapat tiga perangkat alat yang perlu disiapkan untuk melakukan suatu tes perbuatan,
yaitu tugas yang harus dikerjakan oleh testi beserta petunjuk pengerjaanya, pedoman
pengamatan, dan perlengkapan praktek. Dalam menyiapkan hal-hal tersebut perlu
memperhatikan kaidah-kaidah sebagai berikut.
 Jabarkanlah kegiatan yang akan dipraktekkan ke dalam unsure-unsurnya.
Dalam pedoman pengamatan, unsure-unsur kegiatan yang akan dipraktekkan perlu
dijabarkan secara rinci. Hal ini penting dilakukan agar pengamatan dapat dilakukan secara
cermat. Dalam menjabarkan unsure-unsur pertimbangkanlah unsur-unsur kegiatan mana
yang pokok dan penting diamati, sehingga pengukuran bisa representative.
 Susunlah unsur – unsur prilaku yang akan di ukur dalam pedoman pengamatan secara logis.
Untuk memudahkan pengecekan kegiatan, unsur – unsur kegiatan perlu disusun secara
logis. Penyusunan mungkin bisa didasarkan pada urutan langkah – langkah kegiatan atau
urutan pentingnya unsur – unsur kegiatan.
 Buatlah petunjuk pengerjaan yang jelas dan lengkap
Petunjuk pengerjaan perlu disiapkan secara jelas dan lengkap, kalau perlu lengkap dengan
langkah-langkahnya. Petunjuk yang kurang jelas bisa menyebabkan testi ragu-ragu dalam
melakukan kegiatan.
 Identifikasi alat-alat perlengkapan yang diperlukan
Agar pelaksanaan tes tindakan dapat dilakukan sebagaimana mestinya, perlu disiapkan
alat- alat yang perlu untuk tes. Alat-alat ini perlu diidentifikasi secara cermat, sebab ketidak
lengkapan alat-alat ini bisa menyebabkan ujian tidak dapat dilakukan atau setidak-tidaknya
menggangu kelancaran pelaksanaannya.
 Pertimbangkan kemungkinan Pelaksanaan
Dalam merancang tes tindakan perlu dipertimbangkan secara matang, kemungkinan-
kemungkinan pelaksanaannya, apakah tes akan dilakukan dalam kondisi nyata atau dalam
bentuk simulasi. Kemudian bagaimana pula dengan fasilitas yang tersedia. Cek apakah
sudah lengkap seperti yang dibutuhkan atau tidak.

Sebelum memulai tes perbuatan, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut.


1). Prosedur pelaksanaan
Secara garis besar pelaksanaan tes tindakan dilakukan melalui langkah-langkah
sebagai berikut:
a). Mengecek kelengkapan peralatan yang diperlukan. Ini penting
dilakukan, sebab ketidak lengkapan peralatan bisa mengakibatkan
gagalnya pelaksanaan ujian.
b). Menyiapkan pedoman pengamatan (Pedoman pemberian angka).
c). Memberikan petutunjuk kepada testi tentang apa yang harus dikerjakan.
Petunjuk bisa disampaikan secara tertulis atau secara lisan.
d). Testi meragakan kegiatan, dan penguji mengamati secara seksama.
e). Penguji segera memberikan angka terhadap aspek kegiatan testi
setelah selesai peragaan.
2). Hal – Hal yang perlu diperhatikan
Agar pelaksanaan tes tindaakan dapat dilakukan secara akurat, perhatikan hal- hal
berikut:
a). Jika tes tindakan tidak dilakukan dalam kondisi yang sebenarnya,
perlu diupayakan suatu kondisi yang menyerupai keadaan sebenarnya,
meski hanya dalam bentuk mini.
b). Jika dipandang perlu, lakukan dalam berbagai situasi, sehingga hasilnya
respresentatif terhadap keseluruhan peristiwa yang mungkin terjadi.
c). Tidak member komentar disaat testi melakukan kegiatan.
d). Agar hasilnya bisa lebih objektif, pengamatan hendaknya lebih dari satu
orang.

Bagaimana menentukan skor dan sistem penilaian dalam tes perbuatan?. Anas sudijono (2001)
memberikan saran hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan tes tindakan ini adalah
sebagai berikut.
 tester harus mengamati secara teliti cara yang ditempuh oleh teste dalam menyelesaikan
tugas yang telah ditentukan.
 agar dapat dicapai kadar objekifitas setinggi mungkin hendak nya tester jangan
berbicara atau berbuat sesuatu yang dapat memeengaruhi testee yang sedang
melaksanakan tugas tersebut.
 dalam mengamati testee yang sedang melaksanakan tugas itu, hendak nya tester telah
menyediakan instrumen berupa lembar penilaian yang didalamnya telah ditentukan hal-
hal apa sajakah yang harus diamati.

Berikut ini diberikan contoh format dan cara pemberian skor pada tes pebuatan.
Contoh : penilaian tes tindakan dalam hal keterampilan praktek mengajar :

Skor Juml
No Kegiatan Catatan
Skor
0 1 2 3 4
I. PERSIAPAN
1 Program Tahunan
2 Program Semester
3 Sylabus
4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
5 Buku Nilai
6 Buku Agenda Guru
7 Buku Presensi
8 Jurnal Kelas
Jumlah Skor 32 0

Capaian Nilai 0

II. KEGIATAN PEMBELAJARAN


A. Pendahuluan
1 Penampilan
2 Appersepsi
3 Menyampaikan tujuan pembelajaran
Jumlah Skor 12

Capaian Nilai 0.0

B. Kegiatan Inti
1 Penguasaan Materi
2 Pemilihan metode pembelajaran/relevansi
3 Penggunaan alat peraga/bantu
4 Interaksi dengan siswa
5 penggunaan teknik bertanya
6 penggunaan Bahasa
7 pengelolaan kelas
8 pengembangan kreativitas siswa
9 penyampaian kontekstual dengan realita
10 Integrasi IMTAK/IPTEK
11 Melakukan penilaian kelas
Jumlah Skor 44

Capaian Nilai

C. Penutup
1 Melakukan refleksi/kesimpulan
2 Memberikan tugas/PR
3 Ketepatan waktu
Jumlah Skor 12
Capaian Nilai
Total Skor
Perolehan
Nilai Akhir

Keterangan:
SKOR PERSIAPAN:
4 Ada, lengkap, tersusun rapi dan relevan dengan pembelajaran
3 Ada, lengkap, tersusun, cukup relevan dengan pembelajaran
2 Ada, cukup lengkap, kurang relevan dengan pembelajaran
1 Ada, kurang lengkap, kurang relevan dengan pembelajaran
0 Tidak ada

SKOR KEGIATAN PEMBELAJARAN


4 Kegiatan dilakukan dengan sangat baik
3 Kegiatan dilakukan dengan baik
2 Kegiatan dilakukan cukup baik
1 Kegiatan dilakukan kurang baik
0 Kegiatan tidak dilakukan

Dari tabel ini ada unsur yang akan dinilai dengan skor yang paling tinggi itu lima (5 ) dan skor yang
paling rendah itu satu (1) penilaian yang dilakukan dengan jalan observasi secara langsung praktek
mengajar.
Setelah intrumen diatas disiapkan untuk menilai keterampilan praktek mengajar seorang
mahasiswa yang sedang melaksanakan Praktek Pengalaman Lapangan dengan cara mengisi
salah satu angka yang terdapat pada kolom skor tentu saja sesuai dengan kemampuannya, kemudian
dijumlahkan hasil keseluruhan skor kemudian di bagi dengan jumlah aspek yang dinilai. Jika aspek
psikomotor diukur dengan menggunakan tes perbuatan, maka sebagaimana disampaikan dimuka,
ranah afektif yang terdiri atas sikap, minat, nilai konsep diri, dan karakter diukur dengan instrumen
non tes.
Pengembangan instrumen ini bertujuan untuk memperoleh data yang membedakan
karakteristik afektif seseorang berdasarkan konstruk laten yang dimiliki. Konstruk laten dijabarkan
menjadi perilaku yang bisa diamati, yaitu berupa indikator-indikator. Indikator ini menjadi acuan
bagi penyusun instrumen. Sebagaimana dalam pengembangan instrumen berupa tes. Pengembangan
instrumen non tes juga terdiri atas beberapa langkah. Terdapat sepuluh langkah dalam
pengembangan instrumen non tes, yang meliputi: (1) menentukan spesifikasi isntrumen, (2) menulis
instrumen, (3) menentukan skala instrumen, (4) menentukan sistem penskoran, (5) menelaah
instumen, (6) melakukan ujicoba, (7) menganalisis instrumen, (8) merakit instrumen, (9)
melaksanakan pengukuran, dan (10) menafsirkan hasil pengukuran. Dalam buku, selanjutnya akan
diberikan contoh pengembangan instrumen non tes salah satu bagian dari ranah afektif, yakni
tentang konsep diri.
Untuk melakukan pengukuran konsep diri, biasa digunakan skala pengukuran. Secara garis
besar skala insturmen yang biasa digunakan dalam penelitian antara lain skala thurstone, skala
likert, dan skala beda semantik. Langkah-langkah untuk mengembangkan instrumen non tes berujpa
konsep diri, dengan menggunakan berbagai macam skala pengukuran tersebut dimulai dengan
menentukan
pengertian konsep diri, berdasarkan pengertian konsep diri lalu disusun dimensi dari konsep diri,
mengembangkan indikator, dan menulis butir instrumennya. Langkah-langkah tersebut agar
memudahkan para peneliti disusun dalam suatu kisi-kisi. Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan
contoh berikut ini.

Mengembangkan Instrumen Konsep Diri

A. Pengertian Konsep Diri

1. Menurut Burns (1993:vi) konsep diri adalah suatu gambaran campuran dari apa yang kita
pikirkan orang-orang lain berpendapat, mengenai diri kita, dan seperti apa diri kita yang kita
inginkan.
2. Mulyana, (2000:7) Mendefinisikan konsep diri adalah pandangan individu mengenai siapa diri
individu, dan itu bisa diperoleh lewat informasi yang diberikan lewat informasi yang diberikan
orang lain pada diri individu
3. Hurlock, (1990:58) menyebutkan bahwa konsep diri ini merupakan gabungan dari keyakinan
yang dimiliki individu tentang mereka sendiri yang meliputi karakteristik fisik, psikologis,
sosial, emosional, aspirasi dan prestasi.
4. William D. Brooks dalam bahwa (Rakhmat, 2005:105) menyampaikan tentang
pengertian konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita.
5. Centi (1993:9) mendefinisikan konsep diri (self-concept) tidak lain tidak bukan adalah gagasan
tentang diri sendiri, konsep diri terdiri dari bagaimana kita melihat diri sendiri sebagai pribadi,
bagaimana kita merasa tentang diri sendiri, dan bagaimana kita menginginkan diri sendiri
menjadi manusia sebagaimana kita harapkan.

Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan konsep diri, dalam hal ini
konsep diri terhadap pelajaran matematika adalah cara pandang atau persepsi individu seseorang
terhadap dirinya sendiri sebagai pribadi yang meliputi aspek fisik, psikologis, sosial, emosional dan
prestasi belajar matematika yang terbentuk melalui interaksi dengan lingkungan serta aktivitas
seseorang.

B. Dimensi Konsep Diri


Dari pengertian tersebut, dapat ditentukan dimensi konsep diri meliputi:
1. Konsep diri akademis (academic self concept) , yakni terdiri dari konsep diri mengenai
kemampuan matematika
2. Konsep diri sosial (social self concept) , yakni terdiri dari konsep diri teman sebaya (peers) dan
konsep diri terhadap orang berpengaruh (significant others)
3. Konsep diri emosional (emotional self-concept)
4. Konsep diri fisik (physical self-concept)

Dari definisi dan dimensi pada konsep diri tersebut dapat dikembangkan ke dalam indikator-
indikator-indikator yang dapat disusun dalam kisi-kisi sebagai berikut:
C. Kisi-Kisi Konsep Diri

1. Dimensi: Konsep Diri Akademis (academic self concept)

Tabel 5.9. Indikator Konsep Diri Akademis


Juml No
Indikator Pernyataan Soal Skala
Butir Soal
 Konsep diri 3 1. Saya merasa bersemangat saat belajar 1 Likert
tentang motivasi matematika di kelas
untuk belajar 2. Saya bersemangat dalam mengerjakan 2
matematika tugas-tugas belajar matematika di
rumah
3. Meskipun tidak ada PR/tugas 3
matematika, saya tetap
termotivasi
belajar matematika
 Konsep diri 3 1. Saya memperhatikan pelajaran 4
tentang strategi matematika dengan sungguh-sungguh
untuk saat di kelas
memaksimalkan 2. Saya bersungguh-sungguhdalam 5
potensi akademis mengerjakan tugas-tugas matematika di
rumah
3. Jika menjumpai soal PR/tugas 6
matematika, yang tidak mampu saya
kerjakan, saya bertanya kepada
teman
atau guru
 Konsep diri 3 1. Saya memecahkan soal-soal matematika 7
berfikir untuk meskipun soal itu tergolong soal yang
memecahkan sulit
masalah 2. Saya menyukai soal-soal yang 8
berbentuk problem solving/pemecahan
masalah
3. Soal-soal pemecahan masalah menarik 9
untuk dikerjakan

2. Dimensi: Konsep Diri Sosial (social self concept)

Tabel 5.10. Indikator Konsep Diri Sosial

Juml No Skala
Indikator Pernyataan Soal
Butir Soal
 Konsep diri 3 1. Saat mengerjakan tes matematika, saya 10 Guttman
tentang moralitas mengerjakan dengan jujur
diri terkait 2. Saya bangga dengan hasil karya 11
pembelajaran sendiri daripada bertanya dengan
matematika teman
3. Saya merasa malu jika mencontek saat 12
mengerjakan tes matematika
 Konsep diri 3 1. Jika ada materi yang berlum faham 13
berhubungan saya belajar bersama dengan
dengan orang lain beberapa
teman
2. Saya nyaman belajar di kelas bersama 14
dengan teman-teman
3. Saya bertanya kepada teman yag sudah 15
faham untuk memahami beberapa
materi yang belum saya fahami

4. Dimensi: Konsep Diri Emosional (emosional self concept)

Tabel 5.10. Indikator Konsep Diri Emosional


Juml No Skala
Indikator Pernyataan Soal
Butir Soal
 Konsep diri 2 1. Saya menjaga ketenangan saat 16 Semantik
untuk mengelola belajar matematika Differensial
emosi terhadap 2. Saya menjaga kondisi yang kondusif 17
pelajaran saat belajar di kelas
matematika
 Konsep diri 2 1. Saya mampu menjaga kemarahan 18
tentang saat belajar matematika
kemampuan 2. Saya mampu mengelola kemarahan 19
menahan marah jika diganggu teman saat belajar
saat belajar matematika
matematika
4.

Juml No Skala
Indikator Pernyataan Soal
Butir Soal
 Konsep diri 3 1. Saya menyiapkan diri 20 Rating
tentang sebelum belajar matematika Scale
penampilan fisik 2. Saya mengecek peralatan yang 21
saat pelajaran digunakan untuk belajar matematika
matematika sebelum belajar
3. Saya tidak mengantuk saat belajar 22
matematika
 Konsep diri 3 1. Saya berkonsentrasi dalam belajar 23
tentang kesiapan matematika di kelas
fisik dalam 2. Saya belajar matematika dengan 24
belajar kondisi bugar dan sehat
matematika 3. Saya menata ruangan belajar 25
matematika di rumah
CONTOH INSTRUMEN KONSEP DIRI
TERHADAP PEMBELAJARAN MATEMATIKA

A. Dimensi: Konsep Diri Akademis (academic self concept)


Menggunakan Skala Pengukuran Likert

Berikut ini adalah pernyataan-pernyataan tentang konsep diri terhadap pembelajaran matematika, bacalah
dengan teliti setiap pernyataan-pernyataan tersebut, lalu pilihlah salah satu pilihan jawaban yang
menggambarkan benar-benar keadaan diri anda, dengan cara memberi tanda cek lis ( √ ) pada kolom pilihan
jawaban anda.

pilihan
No Pernyataan/Pertanyaan Ragu- Tidak
Setuju
ragu Setuju
1. Saya merasa bersemangat saat belajar matematika di
kelas
2. Saya bersemangat dalam mengerjakan tugas-tugas
belajar matematika di rumah
3. Meskipun tidak ada PR/tugas matematika, saya tetap
termotivasi belajar matematika
4. Saya memperhatikan pelajaran matematika dengan
sungguh-sungguh saat di kelas
5. Saya bersungguh-sungguhdalam mengerjakan tugas-
tugas matematika di rumah
6. Jika menjumpai soal PR/tugas matematika, yang tidak
mampu saya kerjakan, saya bertanya kepada teman atau
guru
7. Saya memecahkan soal-soal matematika meskipun soal
itu tergolong soal yang sulit
8. Saya menyukai soal-soal yang berbentuk problem
solving/pemecahan masalah
9. Soal-soal pemecahan masalah menarik untuk dikerjakan\

B. Dimensi: Konsep Diri Sosial (social self concept)


Menggunakan Skala Pengukuran Guttman

No Pernyataan/Pertanyaan Ya Tidak
10. Saat mengerjakan tes matematika, saya mengerjakan dengan jujur
11. Saya percaya dengan hasil pekerjaan sendiri
12. Saya merasa malu jika mencontek saat mengerjakan tes matematika
13. Jika ada materi yang berlum faham saya belajar denganbeberapa teman
14. Saya nyaman belajar di kelas bersama dengan teman-teman
15. Saya bertanya kepada teman yag sudah faham untuk memahami
beberapa materi yang belum saya fahami
C. Dimensi: Konsep Diri Emosional (emosional self concept)
Menggunakan Skala Pengukuran Semantik Differensial
Sangat Sangat
No Pernyataan/Pertanyaan Sulit Mudah
Sulit Mudah
16. Saya menjaga ketenangan saat belajar matematika
17. Saya menjaga kondisi yang kondusif saat belajar di
kelas
18. Saya mampu menjaga kemarahan saat belajar
matematika
19. Saya mampu mengelola kemarahan jika diganggu
teman saat belajar matematika

D. Dimensi: Konsep Diri Fisik (physical self concept)


Menggunakan Skala Pengukuran Semantik Differensial
Tdk
No Pernyataan/Pertanyaan Selalu Sering Kadang Jarang
Pernah
20. Saya menyiapkan diri sebelum belajar
matematika
21. Saya mengecek peralatan yang digunakan
untuk belajar matematika sebelum belajar
22. Saya tidak mengantuk saat belajar
matematika
23. Saya berkonsentrasi dalam belajar
matematika di kelas
24. Saya belajar matematika dengan kondisi
bugar dan sehat
25. Saya menata ruangan belajar matematika di
rumah

Anda mungkin juga menyukai