berpedoman pada penelitian sebelumnya antara lain: pertama, Penelitian Ida Ayu
Kesamaannya terletak pada topik kajian yaitu seni pertunjukan tradisional yang
ditampilkan untuk kepentingan pariwisata. Ide penelitian ini dapat dikatakan memiliki
identifikasi, kategorisasi dan perbedaan terdapat pada lokasi penelitian, teori yang
Kedua, penelitian Nur Cahaya Bangun tahun 2003 yang berjudul Strategi
memiliki sumber daya wisata (SDA dan SDB) yang potensial untuk dikembangkan ke
arah wisata agro, kelemahan pengembangan terdapat pada kualitas SDM, perwujudan
penelitian ini adalah untuk menerapkan basis pariwisata kerakyatan atau pariwisata
yang dikelola langsung oleh rakyat. Tiga elemen yang ingin dicapai oleh penelitian ini
9
10
diembankan kepada pemerintah daerah menjadi suatu tantangan baru yang timbul dari
diperbincangkan dalam penelitian ini. Inilah yang menjadi perbedaan antara penelitian
sebelumnya dengan penelitian ini. Dari sisi sistem, penelitian sama-sama mengusung
penelitian data kualitatif, jenis dan sumber data (sedikit penambahan data yaitu
industri pariwisata itu sendiri seperti tour & travel agency dan pihak hotel), observasi
Ketiga, penelitian Indah Sista Prabandari tahun 2010 yang berjudul Pawai
Ogoh-Ogoh Sebagai Daya Tarik Wisata Di Desa Adat Kuta Kecamatan Kuta
Kabupaten Badung. Kesamaan: berasal dari cara penyajian/deskripsi potensi. Hal ini
tradisional daerah. Adapun penyajian potensi didasarkan pada bentuk, fungsi dan
makna ogoh-ogoh bagi wisatawan maupun masyarakat lokal. Persamaan juga terdapat
(wawancara in-depth interview dan dokumen) dan ruang lingkup data. Terdapat juga
penelitian yang sama yaitu bagaimana pawai ogoh-ogoh tersebut dapat memberikan
manfaat bagi wisatawan (dalam hal ini pemenuhan keinginan wisatawan akan
yang didapat oleh masyarakat adalah berupa kesadaran akan pelestarian budaya,
Kabupaten Samosir (Batak Toba). Adapun kesamaan penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya adalah berasal dari cara penyajian/deskripsi potensi. Hal ini beralasan
daerah. Adapun penyajian potensi didasarkan pada bentuk, fungsi dan makna si gale-
gale bagi wisatawan maupun masyarakat lokal. Persamaan juga terdapat pada
(wawancara in-depth interview) dan ruang lingkup data. Terdapat juga kesamaan
yang sama yaitu bagaimana si gale-gale dapat memberikan manfaat bagi wisatawan
(dalam hal ini pemenuhan keinginan akan informasi kebudayaan Batak Toba)
dikarenakan penggunaan teori memakai teori kritis maka manfaat yang didapat oleh
dalam suatu lingkup inter-korelasi yang luas namun mampu memenuhi permintaan
memanfaatkan secara optimal seluruh sumber daya yang ada (seperti sumber daya
manusia, finansial dan organisasi) untuk membawa suatu visi, misi yang harus segera
diemban demi mencapai tujuan yang sangat diharapkan. Keseluruhan hal diatas,
membaca berbagai kesempatan, membuat aturan yang jelas dan bermanfaat bagi
banyak orang, mampu bekerja sama dengan banyak pihak dan mampu membangun
masyarakat lokal (yang mewakili destinasi) dengan pelaku bisnis pariwisata (sebagai
Hal yang menjadi terikat antara penelitan ini dengan konsep yang dijabarkan,
terdapat pada Follet (1960) dalam Pitana (2009:81) yang memberikan tekanan pada
Seberaya)
sebagai tontonan, atau hiburan, tetapi juga arti spiritual. Penduduk yang masih
menganut kepercayaan indonesia asli dan berpusat pada pemujaan nenek moyang dan
tradisional. Seni pertunjukan dalam hal ini mencangkup banyak aspek seperti aspek
tari, aspek kustom (topeng, pakaian, warna), aspek iringan lagu hingga aspek tata
panggung. Untuk keperluan itulah seni pertunjukan topeng menempati peran yang
tokoh tertentu sebuah lakon, Sebagai misal, topeng sering tampil dalam upacara
wujud orang-orang bertopeng. Dalam hubungan ini, topeng biasanya menjadi hak
kaum lelaki karo saja. Di Indonesia, seni pertunjukan tradisional yang memakai
topeng digunakan untuk berhubungan dengan arwah nenek moyang suku batak.
(Murgiyanto 2004:22)
dan pakaian tari dapat menunjukkan identitas watak peran. Bentuk, fungsi dan makna
merupakan suatu kajian yang dapat digunakan untuk menggali potensi setiap seni
pertunjukan di Indonesia termasuk di Batak. Ketiga hal tersebut dapat menjadi kajian
mendalam mengenai berbagai aspek penyajian seni pertunjukan topeng. Pada tahap
awal, seni pertunjukan tradisional adalah salah satu dari berbagai cara untuk
komunikasi umum yang intens. Komunikasi seni adalah pengalaman yang berharga
yang bermula dari imajinasi kreatif. Murgiyanto (2004:49) berpendapat bentuk, fungsi
dan makna akan mengungkapkan mengenai isi dan pesan, latar belakang zaman,
kehidupan masyarakat lampau dan pemikiran seniman pada saat bersangkutan masih
hidup.
Begitupun seni pertunjukan yang akan dibahas dalam penelitian ini: tembut-
sebagai sarana atau alat untuk memanggil hujan (ndilo wari udan). Menurut
kepercayaan tradisional masyarakat Desa Seberaya, apabila hujan tidak turun, ada
banyak faktor penyebabnya, antara lain adanya hantu (begu), keramat dan penguasa-
penguasa gaib pada suatu tempat di Desa Seberaya. Dalam hal ini, tembut-tembut
turunnya hujan. Dalam upacara ndilo wari udan ini nantinya akan ditanyakan
kemauan dari kekuatan gaib yang menghalangi turunnya hujan agar tidak lagi
wisata yang cukup besar, bila diamati dari disiplin antropologi, jenis seni yang khusus
sebagai berikut: tiruan dari aslinya, dikemas singkat atau padat, dikesampingkan nilai-
merupakan suatu proses komoditas terhadap benda-benda budaya dan tak jarang
tontonan dari suatu seni pertunjukkan yang sakral dapat berubah atau dikemas dalam
bentuk yang justru menghilangkan unsur seninya (seni pertujukkan sekuler). Seni
pariwisata. Terkait dengan pengemasan, hal yang sangat perlu diperhatikan dalam
pertunjukan pariwisata secara konseptual memiliki tujuan yang sangat mulia seperti:
menguatkan sumber daya manusia pelaku kesenian (yang akhirnya akan membawa
karya-karya seni (dalam hal ini terkait dengan haki-nya), meningkatkan penghargaan
15
terhadap para pelaku seni, suatu proses menstandarisasi produk kesenian indonesia,
mengabaikan unsur estetisnya. Sri Hadi dalam Santosa (2004:61) berpendapat bahwa
yaitu tepat lokasi, tepat waktu, dan tepat guna. Peran seni pertunjukkan di era revolusi
pengertian pariwisata budaya yang dikutip dari Ardika (2007:32), maka seni
yang memiliki motivasi budaya dengan tujuan yang lebih eksklusif seperti tujuan
bahwa produk pariwisata budaya yakni salah satunya seni pertunjukan tradisional
berusia lanjut atau memasuki masa tuanya. Mereka umumnya mempunyai uang dan
Jiang (2008: 3-4) mengatakan pariwisata budaya adalah kegiatan bisnis dan
atau area yang memiliki aspek-aspek sosial dan unik dari sejarah lokal, pemandangan
dan budaya) banyak turis yang memilih aktivitas pada suatu pemahaman dan
pengalaman budaya yang berbeda dari budaya dirinya; hal tersebut yang kemudian
disebut sebagai ―heritage tourism atau pariwisata yang berbasis pada budaya dan
pelestariannya‖. Heritage tourism adalah segmen dari culture tourism dan merupakan
memelihara dan melindungi sumber daya warisan budaya, fokus pada autentik dan
kualitas, membuat situs yang dikembangkan menjadi hidup dan berbeda, menemukan
dalam penelitian ini adalah teori perencanaan pariwisata dari Colin Michael Hall
tahun 2009 dalam bukunya yang berjudul Tourism Planning (Policies, Processes And
“the tourism industry needs to be sensitive to the needs of the local community and
extended time horizons (2008:204)”. Oleh karena pariwisata terkait dengan suatu
maintain yaitu perlakuan terhadap sumber daya lingkungan, maka Hall menawarkan
Tabel 2.1
Tabel 2.1 Elemen Sinergistik Dari Perencanaan Pariwisata
dari ―tourism planning‖. Maka dari itulah, peneliti berusaha memuat suatu studi kasus
yang lain yang terdapat di desa seberaya. Adapun suatu perencanaan pariwisata
merupakan suatu strategi yang secara esensial bertujuan untuk membentuk suatu
formula bisnis pariwisata yang didalamnya terdapat suatu muatan kompetensi yang
19
mempunyai goal. Penerapan teori ini sangat sistematik dan mengarah pada perlakuan
visitability seperti: place as character (tempat yang memiliki karakter), place as fixed
environment (tempat yang miliki lingkungan yang baik), place as service provider
(tempat yang memiliki penyedia jasa), place as entertainment and recreation (tempat
―a strategic vision for the organization, proceeds through creating strategies that
determine how the vision can be used to guide the organization’s effort, continues
with developing appropriate tactics to implement the strategic plans, and the leads to
the implementation and operational steps that all members of the organization must
carry out in the day-to-day running of the enterprise (2008:114).
Dari perihal tersebut hall membentuk suatu proses dari sistem strategi
D Purpose
1. What are we trying to achieve?
M
E 2. Why are we doing this? I O
C N
I Strategic Analysis I
N
S SWOT ANALYSIS
T
I O
O D R
VISION, GOAL, AND OBJECTIVE SETTING
N I
AND LONG TERM: N
VISION, GOAL AND I
N OBJECTIVES
STRATEGIC PLANS
G
O AND
N- C E
D MID TERM: OPERATING AND ACTION V
GOALS AND OBJECTIVES PLANS
E A
A L
C
I U
SHORT TERM: DAY-TO-DAY
S OBJECTIVES DECISION
T A
I T
O I
O O
N
N
TOURISM MANAGEMENT METHODS, TOOLS AND TECHNIQUES
R
kooperatif dan ko-evolusionari yang banyak digunakan oleh berbagai organisasi besar
1. The change agenda is considered: “what are you trying to accomplish? What
is your purpose?”. Langkah ini di fokuskan untuk menciptakan topik yang
positif dan mengembangkan objektifitas tujuan yang jelas bagi pelaksana teori
ini.
2. adanya form atau rancangan pelaksanaan, tidak hanya sekedar rencana semata
namun dapat diadaptasi secara aplikatif sehingga sesuai dalam situasi apapun,
tergantung dari situasi tempat.
3. An inquiry strategy is developed: ―setelah melakukan seluruh ketentuan di
atas, apa yang kemudian harus kamu tentukan agar projek yang sedang
dikerjakan dapat sukses nantinya? Langkah ini secara general terlibat dalam
micro-level choices. Micro-level tersebut adalah ―4 d model‖ (discovery,
dream, design and destiny)‖
4. Best practice: seorang manajer melakukan proaktif terhadap suatu ide dan
teknik perencanaan pariwisata yang baru. Intinya, strategic planning
dibutuhkan dalam rangka pengembangan produk atau sistem jasa yang lebih
baik dari sebelumnya.
5. Adaptation, innovation and diffusion of idea: strategic planning dibutuhkan
karena adanya usaha dari dalam organisasi untuk melakukan perluasan atau
penyebaran ide usaha diatara tourism planning dan management agent.
Rekomendasi
Keterangan:
: Ajuan Rekomendasi
Seni ini akan diterangkan dalam analisis faktor internal dan faktor eksternal yang akan
manajemen seni pertunjukan tradisional. Pada bidang potensi hingga prospek bisnis
semuanya akan dibedah menggunakan analisis SWOT. Pada tatanan akhir seluruh
masalah tersebut akan dikumpulkan dan diberikan clustering dan solusi berdasarkan
Teori Perencanaan Colin Michael Hall. Hasil dari penelitian ini merupakan sebuah