aktivitas “bisnis pariwisata (dengan konsep mass tourism)” telah dimulai sejak tahun
(Taman Hutan Raya) Karo, mengapa? pada tahun itu, TAHURA merupakan pusat
rekreasi yang ternama di Kabupaten Karo dan Medan. Rata-rata wisatawan yang
ditangkar seperti gajah, harimau, musang dan monyet, dan menikmati seni
pertunjukan tradisional khas karo, namun pada saat ini kondisi TAHURA sebagai
TAHURA juga dilengkapi teater seni pertunjukan. Dari sebab itu, setiap
liburan tiba, TAHURA menjadi salah satu tempat penyaluran kreativitas seni bagi
penebangan liar yang kerap terjadi. Dikarenakan TAHURA tidak mampu menarik
membuat Open Stage. Open Stage Berastagi kerap digunakan untuk fasilitas festival,
pagelaran seni budaya, penyambutan orang penting hingga artis kenamaan Tidak
dipungkiri lagi, Berastagi sedari dulu memang merupakan produsen dari wisatawan
yang akan berkunjung ke berbagai destinasi di Kabupaten Karo. Maka dari itu,
54
55
warna, perbedaan jumlah, perbedaan asal dan sedikit tentang perbedaan cerita yang
karena ada beberapa statement dari penelitian sebelumnya atau persepsi masyarakat
yaitu yang berasal dari Seberaya dan Lingga. Seluruh pelaku budaya yang
tembut” sudah pasti berasal dari Seberaya dan “gundala-gundala” sudah pasti berasal
dari Lingga. Perbedaan tersebut sampai saat ini belum masuk dalam ranah penelitian.
Kurangnya koordinasi antara pelaku budaya dan masyarakat tradisional karo kepada
masyarakat karo yang serba modern sekarang ini menimbulkan banyak asumsi yang
salah terhadap tembut-tembut seberaya dan gundala-gundala lingga. Seperti pada saat
wawancara dengan Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Karo pada tanggal 18 Juli
(Disbudpar) tidak mengetahui keunikan atau ciri-ciri khas yang dibawakan oleh
tembut-tembut seberaya. Maka dari itu, perbandingan ciri khas / keunikan yang
berikut:
56
Analisa awal dari gundala-gundala lingga ini adalah komponen penari topeng
yang dibawakan hanya ada 4 (empat) penari. Mereka menyebut karakter burung
sebagai gurda-gurdi atau tubinggang, karakter putri (yang berwarna kuning) sebagai
putri raja yang sangat cantik, karakter raja/menantu dengan topeng yang berwarna
hitam, dan karakter puanglima dengan topeng berwarna merah dengan tanda tapak
hanya akan melemahkan karya cipta budaya yang sudah ada sejak masa lalu. Intinya
adalah tembut-tembut sudah pasti dari seberaya dan tidak dapat disamakan dengan
gundala-gundala yang sudah pasti berasal dari lingga, sama seperti Barong Bali dan
Barong Sai Cina, kita (saran dari pelaku budaya lingga) tidak boleh membandingkan
yang dibawa masing-masing, dan itu sejajar sebagai karya cipta budaya, tidak ada
yang lebih baik atau lebih buruk, seperti yang diasumsikan selama ini oleh
Dari persepsi pelaku budaya lingga tersebut, maka saya dapat menyimpulkan
keunikan, karakter dan cerita masing-masing. Kata atau kalimat dari pelaku budaya
masing” membawa pemahaman bahwa tembut-tembut memiliki ciri khas yang spesial
begitupun dengan gundala-gundala lingga. Dari analisa gambar dan penjelasan diatas
perbedaan warna, perbedaan jumlah dan perbedaan asal. Namun dari segi cerita, kisah
dari Seberaya.
58
Analisa awal dari gambar ini adalah corak yang diberikan pada sentuhan topeng ini
terkesan mirip, yang membedakannya hanya pada cat dan beberapa elemen ukiran
yang menandakannya. Dari segi jumlah topeng, Dinas Pariwisata Kabupaten Karo
seberaya. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada
kepala DISPAR yang mengatakan bahwa “Lingga mendapat inspirasi dari pemahat
bahwa DISPAR lebih memilih karakter tarian topeng Seberaya. Dari karakter cerita
yang dibawakan oleh DISPAR (seperti yang dijelaskan oleh bapak Fonda) mengikuti
yang diterangkan oleh Adrianus G Sitepu dan Dwikora Sembiring Depari pada bab
tembut sebagai suatu pemeriah event seperti kerja tahun atau acara yang bersifat
umum, politis dan lain sebagainya. Maka ketentuan acara yang diberlakukan sejak
1. Dapat menggunakan topeng yang asli ataupun duplikasi, topeng yang asli
umumnya digunakan untuk acara yang berkaitan dengan seberaya ataupun terkait
tembut-tembut.
3. Dapat digunakan di dalam maupun di luar dari daerah Seberaya dengan kata lain
ketentuan penggunaan topeng dengan sifat yang propan terjadi dengan sangat
dinamis.
4. Apabila tembut-tembut (yang asli) hendak digunakan di luar daerah atau negara
maka prosesi pemotongan ayam dan lain sebagainya harus dilakukan untuk
tercipta kedamaian bagi pelaku yang akan membawa topeng maupun ketentraman
Sakral
5. Menggunakan prosesi adat tradisional karo yang sangat kental. Pada tahun-
topeng di Lau Biang dan menggunakan kata-kata yang tidak umum (jorok)
Sembiring Depari ke Betawi atas perintah dari Kolonial Belanda yang melakukan
hutan, sawah dan ladang. Menurut Idris, topeng tersebut pertama kali dibuat hanya
untuk menyimbolkan suatu keluarga karo yang harmonis, terdiri dari ayah, ibu, anak
perempuan dan anak laki-laki. Dalam arti bahwa, penciptaan pertama tembut-tembut
seberaya tidak untuk disajikan sebagai suatu upacara yang sakral namun
menunjukkan suatu kehidupan suku karo pada masanya. Idris mengatakan pembawa
kisah yang sebenarnya atas cerita tari topeng tersebut adalah burung yang disebut
61
kisahnya. Dia dilambangkan sebagai bentuk hewan yang suka mengganggu, dan
Gambar 5.8 Atraksi Lincah Dari Tembut-Tembut Seberaya Pada Saat Pementasannya.
rasakan oleh penduduk pada masanya mempunyai nilai yang mistik yaitu
beberapa topeng. Dari prihal tersebut, digunakanlah topeng ini untuk upacara
pemanggilan hujan akibat kemarau yang panjang di Desa Seberaya. Skema cerita
yang dibawakan pada saat itu sama seperti yang diceritakan oleh Idris Sembiring
Depari. Dari kejadian inilah tercipta suatu kisah baru yang menceritakan tradisi yaitu
tata cara masyarakat seberaya dalam melaksanakan upacara pemanggilan hujan. Hal-
hal yang bersifat magis dilakukan pada masanya dengan cara mengikutsertakan dukun
kampung dan melontarkan kata-kata yang tidak lazim kepada seluruh kampung untuk
menakut-nakuti orang yang mempunyai niat yang jahat. Skema cerita yang dibawakan
Namun secara jelas, perubahan tradisi terjadi ketika masuknya ajaran agama kristiani,
untuk pemanggilan hujan) kepada roh yang lebih berkuasa di dunia yaitu Tuhan
menggunakan dukun dan mengeluarkan kata-kata yang tidak lazim (kata-kata kotor)
dan seterusnya, hingga pada perubahan fungsi berikutnya di era modern saat ini yaitu
politik pemilihan umum kepala daerah), pemeriah event semata, penyambutan tamu
penting, 17 agustus-an dan lain sebagainya, yang kemudian hanya menjadi suatu
hiburan semata. Namun hal yang menguntungkan masih terjadi secara universal yaitu
masyarakat karo tidak akan pernah lupa akan sifat mistis yang terkandung di
Nilai-Nilai Sosial yang dimaksud adalah pesan dari sang pembuat tembut-
1. Seberapa jahat rencana yang telah kamu susun dengan rapi, akan ada selalu
mereka terjebak karena tidak mendengarkan nasehatmu, tetapi kamu harus tetap
menolongnya, dan berharap dengan kesempatan kedua tersebut, dia semakin dapat
3. Seseorang yang mempunyai niat jahat tidak akan pernah berbuat baik apabila
4. Seperti tubinggang yang murka akibat terus menerus di ganggu oleh gadis cantik,
manusia pun mempunyai batas kesabaran yang harus diperhitungkan. Nilai yang ingin
disampaikan oleh potongan cerita ini adalah kamu harus berfikir sebelum mengganggu
dan meresahkan kehidupan orang lain tanpa memperhitungkan kekuatan yang dia
miliki, seseorang akan menjadi sangat nekat apabila kamu terus menerus mengganggu
seberaya, seperti kayu, baju/pakaian, besi, warna/cat, bulu dan kulit kambing.
karena itu merupakan hal terpenting, pelaku budaya tidak memperkenankan peneliti
Hal tersebut sangat logis, mengingat banyaknya duplikasi yang lebih mengarah ke
“tiruan” (mirip dengan yang asli namun tidak mempunyai nilai sejarah, nilai makna di
64
setiap pahatan dan warnanya dan nilai-nilai yang lain yang secara umum hanya
dasar yang bersyarat, pakaian dengan bahan dasar apapun dapat digunakan. Namun
menggunakan warna yang spesial (dari dulu tidak pernah berubah warna yang
Gambar 5.10 Warna Pakaian Yang Digunakan Oleh Puanglima Pada Saat Pementasan.
Puanglima sedari dulu digambarkan sebagai sosok yang berilmu tinggi dan
sangat percaya diri. Maka dari itu, sentuhan warna pakaian yang digunakan adalah
merah dan hitam. Pakaian yang lainnya tidak memiliki persyaratan yang berarti
terkecuali putri/ gadis cantik, burung tubinggang dan kikir labang yang memiliki
Gambar 5.11 Memperlihatkan Model Dan Warna Pakaian Yang Digunakan Oleh Gadis Cantik Dan
Burung Tubinggang Pada Saat Pementasan.
Untuk topeng, bahan pendukung yang digunakan dan nilai yang tersirat dari
Bahan pendukung yaitu besi yang terletak di anting-anting. Untuk warna, gadis
cantik mempunyai topeng yang berwarna kuning. Idris menjelaskan bahwa kuning
dimaksudkan tentu saja bukan hanya sekedar fisik namun juga kepribadiannya.
Karena kecantikannya ini, raja pase berniat untuk menculiknya dan burung gurda-
66
mengenai warna yang tersirat di dagu tersebut, dapat dikatakan telah hilang/punah.
Seluruh pelaku budaya tidak mengetahui secara pasti apa makna warna dan ukiran
yang terdapat di dagu gadis cantik. Dwikora menjelaskan bahwa pada saat ia kecil,
generasi ke dua pertembut-tembut pernah menjelaskan apa arti dan makna yang
tersirat tersebut, namun saat ini informasi tersebut tidak ada satupun yang
Warna pakaian yang digunakan adalah biru dan kuning. Tidak ada makna yang
tersirat dari warna pakaian ini. Simbol yang tersirat dari warna dan ukiran dagu
juga sama seperti yang disimbolkan kepada gadis cantik. Permasalahan mengenai
3. Kikir Labang
Bahan pendukung topeng adalah besi yang terletak di anting-anting. Untuk warna,
kikir labang mempunyai topeng yang berwarna kuning dengan gigi yang berwarna
hitam. Maksud dari gigi yang berwarna hitam tersebut dikarenakan wanita karo
pada umumnya gemar mengkonsumsi sirih. Bahan sirih tentu bukan hanya daun
sirih saja, tetapi terdapat juga tembakau, kapur dan lain sebagainya yang
4. Puanglima/Panglima
Puanglima digambarkan sebagai sosok yang berilmu tinggi dan sangat percaya
diri. Dari sebab itu, sentuhan warna pakaian yang digunakan adalah merah dan
hitam. Bahan pendukung topeng ini adalah bulu dan kulit kambing yang menjadi
68
hiasan alis, kumis dan jenggot. Kulit yang berwarna hitam, cat yang berwarna
putih di atas kepala (menandakan uban), gigi belakang yang sudah ompong dan
jenggot yang berwarna putih menandakan umur yang sudah tua dan lanjut. Idris
puanglima telah lama berkelana, bekerja dan bertapa di usianya. Matanya yang
tajam dan raut mukanya yang tersenyum lebar menjadi petanda ia tidak takut
dengan siapapun yang ada disekitarnya, raut mukanya pada sesi kisah
mengisyaratkan “kalau saya benar, mengapa saya harus takut, siapapun akan saya
hadapi, seandainya mati pun, toh, saya mati dalam kemenangan”. Prinsip inilah
yang membawanya pada sosok topeng yang terlihat pada gambar di halaman
sebelumnya.
siapa saja yang dia lihat. Tokoh adat seberaya mengatakan, ilustrasi yang diberikan
padanya adalah pembawa bencana dan masalah. Apabila dia datang ke kandang
ayam yang berisikan ayam-ayam yang ingin bertelur, maka seluruh telur tidak akan
69
menetas atau ayam-ayam tersebut tidak akan mengeluarkan telurnya, akan ada
keributan dan kesengsaraan di tempat ia berada. Pada saat pementasan secara lokal
burung enggang.
karakter hewan. Gaya yang dituangkan pun berbeda, penjelasannya sebagai berikut:
1. Putri mempunyai warna kuning terang dengan gaya yang molek. Dalam
menari seperti biasa) dan tidak digunakan untuk menyerang atau menakut-
nakuti siapapun.
bergerak (hanya menari seperti biasa) dan tidak digunakan untuk menyerang
3. Kikir labang, mempunyai warna kuning gelap dengan gigi yang hitam. Dalam
menari seperti biasa) dan tidak digunakan untuk menyerang atau menakut-
nakuti siapapun.
menakut-nakuti siapapun.
seperti seolah mencambuk orang yang menontonnya, dan lain sebagainya) dan
tembut dan masyarakat lokal merupakan orang-orang yang dilibatkan dan mempunyai
peran lisan yang secara otomatis terjadi dalam pementasan tembut-tembut ini. Seperti
gambar diatas, tidak ada skema yang jelas untuk masyarakat lokal, namun masyarakat
sadar terlibat dalam pementasan ini tanpa aturan, tanpa disuruh, malah memberi uang
dan sirih di sela-sela paruh burung atau di sela-sela jari pertembut-tembut. Dari
71
sinopsis ini dapat dikatakan, masyarakat secara sadar sangat menghormati tarian
topeng ini. Karena hal tersebut, maka secara langsung maupun tidak langsung
masyarakat (pada khususnya) di Desa Seberaya telah terlibat dalam pementasan seni
pertunjukkan topeng ini sedangkan pengiring musik, diberi tugas agar dapat
musik, masyarakat lokal dan pada tembut-tembut itu sendiri. Gertakan tembut-tembut,
nilai magis yang terdapat pada tembut-tembut dan kekompakan 3 elemen diatas
membawa energi yang berbeda. Dari hasil wawancara peneliti dengan masyarakat
merasakan merinding dengan suasana yang dilukiskan oleh tembut-tembut baik dari
rupa wajah maupun rupa tari yang dipentaskan pada saat kerja tahun di desa seberaya
budaya lokal karo, terbukti dari kata-kata pertembut-tembut sekarang ini (Dwikora)
Desa Seberaya, istilah yang mereka gunakan untuk gambaran tembut-tembut ini
72
adalah “bagi belo la er tangkai” (seperti sirih yang tidak bertangkai; dia ada di dalam
tumpukan sirih tetapi tidak terhitung dan tidak tampak ada di dalamnya, karena sirih
tidak bertangkai maka dia tidak terhitung, namun dia ada di dalam kumpulan sirih
tersebut). Dari penjelasan pelaku budaya ini, peneliti hanya dapat melihat tembut-
tembut seberaya sebagai sebuah ironi budaya. Maka dari itu, peneliti sangat
merekomendasikan kepada pembaca untuk menonton video yang telah di upload oleh
peneliti ke situs youtube.com, sebagai suatu bukti atas tegangan dan energi yang
Gambar 5.12 Di sebelah kiri (terlihat remaja yang sedang mengambil video dari tembut
tembut seberaya yang menari di depannya) sedangkan di sebelah kanan (terlihat seorang
wisatawan yang ikut serta di parade ini, Kepala Desa Seberaya sempat berbincang dengannya,
wisatawan inilah yang menunjukkan kelemahan bahwa permasalahannya terdapat pada
“Calendar Of Tourism Events”