Anda di halaman 1dari 3

BAB VIII

SIMPULAN DAN SARAN

8.1 Simpulan

Penelitian ini beranjak dari dua konten permasalahan yaitu seni pertunjukan

tradisional dan manajemen pariwisata budaya. Adapun seni pertunjukan yang menjadi

fokus dalam penelitian adalah seni pertunjukan tradisional tembut-tembut seberaya.

Penelitian ini berusaha mengungkapkan potensi wisata ataupun potensi seni yang

dapat dipertunjukan untuk wisatawan dalam rangka difrensiasi produk wisata dengan

sasaran pengelolaan pariwisata budaya yang seutuhnya. Beranjak dari permasalahan

yang disebutkan pada rumusan masalah sebelumnya, maka simpulan dari penelitian

ini adalah:

1. Potensi seni pertunjukan tradisional karo tembut-tembut berdasarkan bentuk,

fungsi dan makna, yang akhirnya menjawab bahwa bentuk tarian ini sangat

yang atraktif dan layak dikembangkan menjadi konsumsi wisata budaya yang

berprospek cerah. Hal lainnya yang mendukung, seperti; adanya sejarah dan

pristiwa yang dikisahkan, adanya makna atau pesan yang tersirat untuk

penikmat dan pelakunya, dan tentunya, dalam seni pertunjukan ini, seluruh

orang akan terlibat dalam pelaksanaannya. Itulah potensi seni pertunjukan

tradisional tembut-tembut seberaya dalam rangka pemenuhan isu pariwisata

global seperti: meningkatnya permintaan akan heritage site dan

kesadaran/keinginan untuk mengetahui dan mengalami suatu kehidupan

budaya yang berbeda.

2. Prospek pengembangan pariwisata budaya seni pertunjukan tradisional karo

tembut-tembut berdasarkan faktor internal dan faktor eksternal, di-simpulkan:

Perkembangan wisata minat khusus relatif baik, Potensi wisatawan yang

berjumlah 400.000-an orang per-tahunnya menjadi suatu peluang yang besar

106
107

untuk mempromosikan dan meningkatkan kunjungan wisatawan sehingga

mereka dapat menyaksikan seni pertunjukan tradisional yang dinyatakan hampir

ditinggalkan ini, Permintaan terhadap pasokan destinasi baru yang besar di

kalangan travel agent, Telah tersedianya akomodasi yang berlimpah di sekitaran

daya tarik dan Permintaan akan Kalender event (festival) wisata, menjadi suatu

prospek yang memiliki peluang besar apabila dikaitkan dengan Community

entrepreneurship tourism.

3. Akhirnya, bentuk manajemen pariwisata budaya seni pertunjukkan tradisional

karo tembut-tembut berdasarkan potensi dan prospek yang telah diutarakan

sebelumnya, maka disusun beberapa strategi dan program yang diharapkan

mampu memberikan solusi dari setiap permasalahan yang ada, seperti: strategi

kerjasama; strategi promosi, strategi pemberdayaan masyarakat, strategi

peningkatan kenyamanan dan keamanan melalui lembaga pengamanan; strategi

kreatif / desain atraksi wisata, strategi perbaikan penunjang pariwisata di

destinasi wisata. dimana ada berbagai program yang direomendasikan seperti

program kerjasama pemasaran dengan biro perjalanan wisata, pengadaan event

atau festival tembut-tembut seberaya, program peningkatan kenyaman dan

keamanan destinasi wisata, program untuk wisatawan, program kreatif/desain

atraksi wisata, program kerjasama dengan travel agent, program kerjasama

dengan pemerintah, program wisata lainnya (program tambahan), membentuk

lembaga pengelola khusus antara masyarakat dengan aktivitas pariwisata,

program regenerasi, peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM),

program pemberdayaan masyarakat, pengadaan pintu masuk dan papan nama

kawasan, perbaikan sarana wisata seperti perbaikan toilet, pengadaan kantor


108

lembaga masyarakat dan pariwisata, pengadaan panggung hiburan yang khusus

untuk sajian tembut-tembut seberaya.

8.2 Saran

Pengamatan peneliti dimana tembut-tembut seakan-akan makin terlupakan dan

tidak menutup kemungkinan akan hilang. Meskipun keluarga dari Pirei Sembiring

Depari akan tetap menjaga keberadaan tembut-tembut, namun jika tidak didukung

oleh masyarakat Karo dan pemerintah, akan sia-sia. Kepada pihak pemerintahan

Kabupaten Karo, agar semakin mendukung pelestarian budaya Karo seperti tembut-

tembut dan aset budaya lainnya misalnya dengan mengikutsertakan aset budaya

seperti tembut-tembut dalam kegiatan-kegiatan budaya yang bersifat lokal maupun

nasional. Dengan demikian, masyarakat akan merasa bangga dengan budayanya dan

ikut bersama melestarikannya. Akhir kata yang menjadi kunci dalam pengembangan

pariwisata adalah rasa sensitivitas yang besar dalam memelihara budaya lokal dan

membaca peluang dari pasar/wisatawan.

Rasa sensitivitas tersebut dapat terwujud pada tindakan kreatif dalam

membaca kelemahan produk sebagai peluang pasar yang menjanjikan. Dalam konteks

pembangunan pariwisata Indonesia, hal ini masih sangat lebay untuk difikirkan.

Karena akhirnya akan berhenti pada rasa kesadaran dan kemauan untuk melakukan

implementasi. Entrepreneurship bukan sekedar ide. Apabila mengikuti pendapat dari

Darren Lee Ross dan Conrad Lashley (2009) dalam bukunya Entrepreneurship And

Small Business Management In The Hospitality Industry maka Entrepreneurship

adalah kemampuan, personaliti, aspirasi dan pengalaman (ditujukan untuk kalangan

pemerintah, travel agent, pihak akademisi dan masyarakat lokal).

Anda mungkin juga menyukai