HIPERBILIRUBIN
Disusun Oleh:
Tingkat 2 reguler 2
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat allah swt. Atas segala nikmat dan anugrah yang
dilimpahkan, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar dan sesuai dengan
jadwal. Shalawat dan salam tidak lupa penulis curahkan kepada nabi besar rosulullah
Muhammad saw yang telah membawa kita semua dari zaman yang penuh dengan ilmu
pengetahuan sekarang ini.
Hasil makalah ini diharapkan dapat membantu dalam menyelesaikan tugas dan dapat
mempermudah dalam proses pembelajaran. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari sempurna karena kemampuan ilmu serta pengalaman meneliti yang dimiliki rendah, oleh
karena itu kami sanngat mengharapkan kritik dan saran dari prmbacaan untuk menyempurnakan
makalah ini.
Dalam kesampatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak tertentu
kepada pembimbing atau Pembina, dan pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan
makalah ini, semoga apa yang telah diberikan mempunyai arti tersendiri bagi penulis dan
bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................. 1
KATA PENGANTAR…………………………………………………………........ 2
DAFTAR ISI………………………………………………….…………….……… 3
BAB I PENDAHULUAN
3.1. Pengkajian.………………..………………………….............................12
3.3.Intervensi…………………………………………………………….….13
Pembangunan kesehatan yang telah dilaksanakan selama ini bertujuan untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat.indikator derajat kesehatan diantaranya adalah angka kematian ibu
(AKI) dan angka kematian bayi (AKB) tingkat kesehatan ibu anak merupakan salah satu
indicator di suatu Negara.angka kematian maternal dan neonatal masih tinggi, salah satu paktor
penting dalam upaya penurunan angka tersebut dengan memberikan pelayanan kesehatan
maternal dan neonatal yang berkualitas pada masyarakat yang belum terlaksana.
B. Etiologi
a. Peningkatan produksi :
Hemolisis, misal pada Inkompatibilitas yang terjadi bila terdapat ketidaksesuaian
golongan darah dan anak pada penggolongan Rhesus dan ABO.
Pendarahan tertutup misalnya pada trauma kelahiran.
Ikatan Bilirubin dengan protein terganggu seperti gangguan metabolik yang terdapat pada
bayi Hipoksia atau Asidosis .
Defisiensi G6PD/ Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase.
Ikterus ASI yang disebabkan oleh dikeluarkannya pregnan 3 (alfa), 20 (beta) , diol
(steroid).
b. Kurangnya Enzim Glukoronil Transeferase, sehingga kadar Bilirubin Indirek meningkat
misalnya langsung merusak sel hati dan darah merah seperti Infeksi, Toksoplasmosis,
Siphilis.
c. Gangguan ekskresi yang terjadi intra atau ekstra Hepatik.
d. Peningkatan sirkulasi Enterohepatik misalnya pada Ileus Obstruktif
c. Batasan-batasan :
1. pada berat lahir rendah
2. Kelainan kongenital (Rotor Sindrome) dan Dubin Hiperbilirubinemia
Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan misalnya pada
Hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obat tertentu misalnya
Sulfadiasine.
Gangguan fungsi Hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme atau
toksion yang dapat
a. Icterus fisiologis
1. Timbul pada hari kedua-ketiga
2. Kadar Bilirubin Indirek setelah 2 x 24 jam tidak melewati 15 mg% pada neonatus
cukup bulan dan 10 mg % pada kurang bulan.
3. Kecepatan peningkatan kadar Bilirubin tak melebihi 5 mg % per hari
4. Kadar Bilirubin direk kurang dari 1 mg %
5. Ikterus hilang pada 10 hari pertama
6. Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadan patologis tertentu
b. Icterus Patologis
1. Ikterus yang muncul dalam 24 jam kehidupan ,, serum bilirubin total lebih dari 12
mg/dl.
2. Peningkatan bilirubin 5 mg persen atau lebih dalam 24 jam
3. Konsentrasi bilirubin serum melebihi 10 mg/dl pada bayi premature atau 12 mg/dl
pada bayi aterm.
4. Ikterus yang disertai proses hemolisis.
5. Ikterus menetap setelah bayi berumur 10 hari pada bayi aterm dan 14 hari pada
BBLR.
D. Kern Ikterik
Adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak. Kern Ikterus
ialah ensefalopati bilirubin yang biasanya ditemukan pada neonatus cukup bulan dengan
ikterus berat (bilirubin lebih dari 20 mg %) dan disertai penyakit hemolitik berat dan pada
autopsy ditemukan bercak bilirubin pada otak. Kern ikterus secara klinis berbentuk kelainan
syaraf spatis yang terjadi secara kronik.
E. Patofisiologi
Peningkatan kadar Bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan . Kejadian yang
sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan beban Bilirubin pada sel Hepar yang
berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran Eritrosit,
Polisitemia.
Gangguan pemecahan Bilirubin plasma juga dapat menimbulkan peningkatan kadar Bilirubin
tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein Y dan Z berkurang, atau pada bayi Hipoksia,
Asidosis. Keadaan lain yang memperlihatkan peningkatan kadar Bilirubin adalah apabila
ditemukan gangguan konjugasi Hepar atau neonatus yang mengalami gangguan ekskresi
misalnya sumbatan saluran empedu.
Pada derajat tertentu Bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak jaringan tubuh.
Toksisitas terutama ditemukan pada Bilirubin Indirek yang bersifat sukar larut dalam air tapi
mudah larut dalam lemak. Sifat ini memungkinkan terjadinya efek patologis pada sel otak
apabila Bilirubin tadi dapat menembus sawar darah otak. Kelainan yang terjadi pada otak disebut
Kernikterus. Pada umumnya dianggap bahwa kelainan pada saraf pusat tersebut mungkin akan
timbul apabila kadar Bilirubin Indirek lebih dari 20 mg/dl.
Mudah tidaknya kadar Bilirubin melewati sawar darah otak ternyata tidak hanya tergantung pada
keadaan neonatus. Bilirubin Indirek akan mudah melalui sawar darah otak apabila bayi terdapat
keadaan Berat Badan Lahir Rendah, Hipoksia, dan Hipoglikemia ( AH, Markum,1991).
F. Manifestasi klinis
a. Kulit berwarna kuning sampe jingga
b. Pasien tampak lemah
c. Nafsu makan berkurang
d. Reflek hisap kurang
e. Urine pekat
f. Perut buncit
g. Pembesaran lien dan hati
h. Gangguan neurologic
i. Feses seperti dempul
j. Kadar bilirubin total mencapai 29 mg/dl.
k. Terdapat ikterus pada sklera, kuku/kulit dan membran mukosa.
l. Jaundice yang tampak 24 jam pertama disebabkan penyakit hemolitik pada bayi baru
lahir, sepsis atau ibu dengan diabetk atau infeksi.
m. Jaundice yang tampak pada hari ke 2 atau 3 dan mencapai puncak pada hari ke 3-4 dan
menurun hari ke 5-7 yang biasanya merupakan jaundice fisiologi.
G. Komplikasi
a. Retardasi mental - Kerusakan neurologis
b. Gangguan pendengaran dan penglihatan
c. Kernikterus.
d. Kematian.
H. Penatalaksanaan Medis
Berdasarkan pada penyebabnya, maka manejemen bayi dengan Hiperbilirubinemia diarahkan
untuk mencegah anemia dan membatasi efek dari Hiperbilirubinemia. Pengobatan mempunyai
tujuan :
a. Menghilangkan Anemia
b. Menghilangkan Antibodi Maternal dan Eritrosit Tersensitisasi
c. Meningkatkan Badan Serum Albumin
d. Menurunkan Serum Bilirubin
2.5 Metode therapi pada Hiperbilirubinemia meliputi : Fototerapi, Transfusi Pengganti, Infus
Albumin dan Therapi Obat.
a. Fototherapi
Fototherapi dapat digunakan sendiri atau dikombinasi dengan Transfusi Pengganti untuk
menurunkan Bilirubin. Memaparkan neonatus pada cahaya dengan intensitas yang tinggi ( a
boun of fluorencent light bulbs or bulbs in the blue-light spectrum) akan menurunkan Bilirubin
dalam kulit. Fototherapi menurunkan kadar Bilirubin dengan cara memfasilitasi ekskresi Biliar
Bilirubin tak terkonjugasi. Hal ini terjadi jika cahaya yang diabsorsi jaringan mengubah Bilirubin
tak terkonjugasi menjadi dua isomer yang disebut Fotobilirubin. Fotobilirubin bergerak dari
jaringan ke pembuluh darah melalui mekanisme difusi. Di dalam darah Fotobilirubin berikatan
dengan Albumin dan dikirim ke Hati. Fotobilirubin kemudian bergerak ke Empedu dan
diekskresi ke dalam Deodenum untuk dibuang bersama feses tanpa proses konjugasi oleh Hati
(Avery dan Taeusch 1984). Hasil Fotodegradasi terbentuk ketika sinar mengoksidasi Bilirubin
dapat dikeluarkan melalui urine.
Fototherapi mempunyai peranan dalam pencegahan peningkatan kadar Bilirubin, tetapi
tidak dapat mengubah penyebab Kekuningan dan Hemolisis dapat menyebabkan Anemia.Secara
umum Fototherapi harus diberikan pada kadar Bilirubin Indirek 4 -5 mg / dl. Neonatus yang sakit
dengan berat badan kurang dari 1000 gram harus di Fototherapi dengan konsentrasi Bilirubun 5
mg / dl. Beberapa ilmuan mengarahkan untuk memberikan Fototherapi Propilaksis pada 24 jam
pertama pada Bayi Resiko Tinggi dan Berat Badan Lahir Rendah.
Terapi sinar tidak efektif bila terjadi gangguan peristaltik, seperti : obstruksi usus/bayi
dengan enteritis.Terapi sinar dilakukan pada bayi dengan kadar billirubin indirek > 10 mg/dl
ditandai dengan ikterus pada hari I dan bayi dengan proses hemolisis. Terapi sinar dilakukan
sebelum dan sesudah transfusi tukar.
Terapi sinar terdiri dari 10 buah lampu neon, paralel. Dipasang dalam kotak yang berventilasi,
energi cahaya yang optimal (350-470 nanometer), 50 cm. Dibagian bawah kotak lampu
dipasang fleksiglas±dengan jarak biru (untuk menahan sinar ultraviolet yang tidak bermanfaat
untuk penyinaran).
Usahakan bagian tubuh terpapar seluas-luasnya, posisi bayi diubah setiap 1 – 2 jam
(menyeluruh). Saat penyinaran Kedua mata dan gonad bayi ditutup dengan bahan yang dapat
memantulkan cahaya. Kadar billirubin dan Hb bayi dipantau secara berkala.
Dihentikan bila kadar billirubin < 10 mg/dl. Lamanya penyinaran biasa/tidak > 100
jam.Penghentian/peninjauan kembali dilakukan bila ditemukan efek samping : enteritis,
hypertermi, dehidrasi, kelainan kulit (ruam), gangguan minum, letargi, iritabilitas.
b. Tranfusi Pengganti
Transfusi Pengganti atau Imediat diindikasikan adanya faktor-faktor :
1) Titer anti Rh lebih dari 1 : 16 pada ibu.
2) Penyakit Hemolisis berat pada bayi baru lahir.
3) Penyakit Hemolisis pada bayi saat lahir perdarahan atau 24 jam pertama.
4) Tes Coombs Positif
5) Kadar Bilirubin Direk lebih besar 3,5 mg / dl pada minggu pertama.
6) Serum Bilirubin Indirek lebih dari 20 mg / dl pada 48 jam pertama.
7) Hemoglobin kurang dari 12 gr / dl.
8) Bayi dengan Hidrops saat lahir.
9) Bayi pada resiko terjadi Kern Ikterus.
b. Riwayat penyakit
Terdapat gangguan hemolisis darah (ketidaksesuaian golongan Rh atau golongan darah
A,B,O).
Infeksi
Hematoma
gangguan metabolisme hepar obstruksi saluran pencernaan
ibu menderita DM.
c. Pemeriksaan penunjang :
Hasil Laboratorium :
Kadar bilirubin 12mg/dl pada cukup bulan.
Pada bayi premature, kadar bilirubin mencapai 15mg/dl.
3.3 Intervensi
DK 1) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan jaundice atau radiasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan
integritas kulit kembali baik / normal.
Kriteria Hasil :
Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan
Tidak ada luka / lesi pada kulit
Perfusi jaringan baik
Melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami
Intervensi :
Hindari kerutan pada tempat tidur
Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
Mobilisasi pasien setiap 2 jam sekali
Monitor kulit akan adanya kemerahan.
Mandikan pasien dengan sabun dan air hangat
4.1 KESIMPULAN
Hiperbilirubin adalah keadaan icterus yang terjadi pada bayi baru lahir, yang dimaksud
dengan icterus yang terjadi pada bayi baru lahir adalah meningginya kadar bilirubin di dalam
jaringan ekstravaskuler sehingga terjadi perubahan warna menjadi kuning pada kulit,
konjungtiva, mukosa dan alat tubuh lainnya. keadaan dimana kadar bilirubin dalam darah
melebihi batas atas nilai normal bilirubin serum. Hiperbilirubin adalah kondisi dimana terjadi
akumulasi bilirubin dalam darah yang mencapai kadar tertentu dan dapat menimbulkan efek
patologis pada neonatus ditandai joudince pada sclera mata, kulit, membrane mukosa dan cairan
tubuh (Adi Smith, G, 1988).
4.2 SARAN
Dalam menyusun makalah ini kami menyadari masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
kami mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan di masa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
Bertz, & Linda.(2009) buku saku
Keperawatan pediatric edisi 5. Ahli bahasa eny meiliya
Hhtp : //www.docstoc.com/docs/159606809/anak--- Hiperbilirubin
Hidayat A Aziz Alimul .(2005) . pengantar ilmu kesehatan anak untuk pendidikan .jakarta.:
salemba medika