Anda di halaman 1dari 23

A.

KONSEP DASAR PENYAKIT


1.Definisi
Sifilis adalah salah satu penyakit menular seksual.Penyakit tersebut ditularkan melalui
hubungan seksual, penyakit ini bersifat Laten atau dapat kambuh lagi sewaktu-waktu selain
itu bisa bersifat akut dan kronis.Penyakit ini dapat cepat diobati bila sudah dapat dideteksi
sejak dini.Kuman yang dapat menyebabkan penyakit sifilis dapat memasuki tubuh dengan
menembus selaput lendir yang normal dan mampu menembus plasenta sehingga dapat
menginfeksi janin.( Soedarto, 1990 ). Sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan
oleh Treponema pallidum.
Penyakit menular seksual adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual.
Penyakit ini sangat kronik, bersifat sistemik dan menyerang hampir semua alat tubuh dapat
menyerupai banyak penyakit, mempunyai masa laten dan dapat ditularkan dari ibu ke janin.

2.Epidemiologi
Asal penyakit sifilis ini tidak jelas.Sebelum tahun 1492 belum dikenal di Eropa.Pada tahun
1494 terjadi epidemi di Napoli.Pada abad ke-18 baru diketahui bahwa penularan sifilis melelui
hubungan seksual.Pada abad ke-15 terjadi wabah di Eropa.Sesudah tahun 1860, morbilitas
sifilis menurun cepat.Selama perang dunia II, kejadian sifilis meningkat dan puncaknya pada
tahun 1946, kemudian menurun setelah tahun 1946.Kasus sifilis di Indonesia adalah 0,61%.
Penderita yang terbanyak adalah stadium laten, disusul sifilis stadium I yang jarang, dan yang
langka ialah sifilis stadium II.

3.Etiologi
Etiologi dari Penyakit Sifilis, antara lain:Penyebab sifilis ditemukan oleh SCHAUDINN dan
HOFMAN ialah Treponema palidum yang termasuk ordo Spirochaetaceae dan genus
Treponema bentuknya spiral panjang antara 6-15 um dan lebar 0,15 um terdiri atas 8-24
lekukan. Gerakannya berupa rotasi sepanjang aksis dan maju seperti gerakan pembuka botol
membiak secara pembelahan melintang, pada stadium aktif terjadi setiap 30
3 jam.Pembiakan pada umumnya tidak dapat dilakukan diluar badan.Diluar badan kuman
tersebut mudah mati sedangkan dalam darah untuk transfusi dapat hidup sampai 72 jam.

4.Faktor Predisposisi
a.Hubungan seksual yang bebas (Genitogenital, Orogenital maupun Anogenital).
b.Sering berganti pasangan.
c.Melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan alat kontrasepsi yang aman.
d.Melakukan hubungan seksual dengan orang yang mengidap sifilis.
e.Janin yang orang tuanya menderita sifilis
f.Kurangnya kebersihan diri .
g.Virulensi kuman yang tinggi.
h.Kontak langsung dengan lesi yang mengandung Bakteri Treponema Pallidum.

5.Patofisologi
Bakteri Treponema masuk ke dalam tubuh manusia mengalami kontak, organisme dengan
cepat menembus selaput lendir normal atau suatu lesi kulit kecil dalam beberapa jam. Kuman
akan memasuki limfatik dan darah dengan memberikan manifestasi infeksi sistemik. Pada
tahap sekunder, SSP merupakan target awal infeksi, pada pemeriksaan menunjukkan bahwa
lebih dari 30 % dari pasien memiliki temuan abnormal dalam cairan cerebrospinal (CSF).
Selama 5-10 tahun pertama setelah terjadinya infeksi primer tidak diobati, penyakit ini akan
menginvasi meninges dan pembuluh darah, sehingga dapat mengakibatkan neurosifilis
meningovaskuler. Kemudian parenkim otak dan sumsum tulang belakang mengalami
kerusakan sehingga terjadi kondiri parenchymatousneurosifilis.Terlepas dari tahap penyakit
dan lokasi lesi, hispatologi dari sifilis menunjukkan tanda- tanda
endotelialarteritis.Endotelialarteritis disebabkan oleh pengikatan spirochaeta dengan sel
endotel yang dapat sembuh dengan jaringan parut.
6.Klasifikasi
Klasifikasi dari Penyakit Sifilis secara khusus, antara lain:
a.Sifilis Stadium I : Terjadi efek primer berupa papul, tidak nyeri (indolen). Sekitar 3 minggu
kemudian terjadi penjalaran ke kelenjar inguinal medial.Timbul lesi pada alat 4 kelamin,
ekstragenital seperti bibir, lidah, tonsil, puting susu, jari dan anus, misalnya pada
penularan ekstrakoital.
b.Sifilis Stadium II : Gejala konstitusi seperti nyeri kepala, subfebris, anoreksia, nyeri pada
tulang, leher, timbul macula, papula, pustul, dan rupia. Kelainan selaput lendir, dan
limfadenitis yang generalisata.
c.Sifilis Stadium III :Terjadi guma setelah 3 – 7 tahun setelah infeksi.Guma dapat timbul
pada semua jaringan dan organ, membentuknekrosis sentral juga ditemukan di organ
dalam, yaitu lambung, paru-paru, dll. Nodus di bawah kulit (dapat berskuma), tidak nyeri.
d.Sifilis Kongenital :
1)Sifilis Kongenital Dini :Dapat muncul beberapa minggu (3 minggu) setelah bayi
dilahirkan. Kelainan berupa vesikel, bula, pemfigus sifilitika, papul, skuma, secret hidung
yang sering bercampur darah, adanya osteokondritis pada foto roentgen.
2)Sifilis Kongenital Lanjut : Terjadi pada usia 2 tahun lebih. Pada usia 7 – 9 tahun dengan
adanya keratitis intersial (menyebabkan kebutaan), ketulian, gigi Hutchinson, paresis,
perforasi palatum durum, serta kelainan tulang tibia dan frontalis.
3)Sifilis Stigmata :Terdapat garis-garis pada sudut mulut yang jalannya radier, gigi
Hutchinson, gigi molar pertama berbentuk murbai dan penonjolan tulang frontal kepala
(frontal bossing).
e.Sifilis Kardiovaskular :Umumnya bermanifestasi selama 10 – 20 tahun setelah infeksi.
Biasanya disebabkan oleh nekrosis aorta yang berlanjut ke arah katup dan ditandai oleh
insufisiensi aorta atau aneureksma, berbentuk kantong pada aorta torakal.
f.Neurosifilis :
1)Neurosifilis asimtomatik. : Pada sifilis ini tidak ada tanda dan gejala kerusakan susunan
saraf pusat. Pemeriksaan sumsum tulang belakang menunjukan kenaikan sel, protein
total dan tes serologis reaktif.
2)Neurosifilis meningovaskuler :Adanya tanda kerusakan susunan saraf pusat yakni
kerusakan pembuluh darah serebru, infark dan ensefalomalasia. Pemeriksaan sumsum
tulang belakang menunjukan kenaikan sel, protein total dan tes serologis reaktif.
3) Neurosifilis parekimatosa yang terdiri dari paresis dan tabes dorsalis : Gejala dan tanda
paresis sangatlah banyak dan menunjukan penyebaran kerusakan 5 parenkimatosa.
Gejala tabes dorsalis, yaitu parestesia, ataksia, arefleksia, gangguan kandungan kemih,
impotensi dan perasaan nyeri.

7.Gejala Klinis
a.Sifilis primer : Berlangsung selama 10 - 90 hari sesudah infeksi ditandai oleh Chancre sifilis
dan adenitis regional. Papula tidak nyeri tampak pada tempat sesudah masuknya
Treponema pallidum. Papula segera berkembang menjadi ulkus bersih, tidak nyeri dengan
tepi menonjol yang disebut chancre. Infeksinya sebagai lesi primer akan terlihat ulserasi
(chancre) yang soliter, tidak nyeri, mengeras, dan terutama terdapat di daerah genitalia
disertai dengan pembesaran kelenjar regional yang tidak nyeri. Chancre biasanya pada
genitalia berisi Treponema pallidum yang hidup dan sangat menular, chancre extragenitalia
dapat juga ditemukan pada tempat masuknya sifilis primer. Chancre biasanya bisa sembuh
dengan sendirinya dalam 4 – 6 minggu dan setelah sembuh menimbulkan jaringan parut.
Penderita yang tidak diobati infeksinya berkembang ke manifestasi sifilis sekunder.

b.Sifilis Sekunder : Terjadi sifilis sekunder, 2 – 10 minggu setelah chancre sembuh. Manifestasi
sifilis sekunder terkait dengan spiroketa dan meliputi ruam, mukola papuler non pruritus,
yang dapat terjadi diseluruh tubuh yang meliputi telapak tangan dan telapak kaki; Lesi
pustuler dapat juga berkembang pada daerah yang lembab di sekitar anus dan vagina,
terjadi kondilomata lata (plak seperti veruka, abu – abu putih sampai eritematosa). Dan
plak putih disebut (Mukous patkes) dapat ditemukan pada membran mukosa, gejala yang
ditimbulkan dari sifilis sekunder adalah penyakit seperti flu seperti demam ringan, nyeri
kepala, malaise, anoreksia, penurunan berat badan, nyeri tenggorokan, mialgia, dan
artralgia serta limfadenopati menyeluruh sering ada. Manifestasi ginjal, hati, dan mata
dapat ditemukan juga, meningitis terjadi 30% penderita. Sifilis sekunder dimanifestasikan
oleh pleositosis dan kenaikan cairan protein serebrospinal (CSS), tetapi penderita tidak
dapat menunjukkan gejala neurologis sifilis laten.

c.Relapsing sifilis :Kekambuhan penyakit sifilis terjadi karena pengobatan yang tidak tepat
dosis dan jenisnya. Pada waktu terjadi kekambuhan gejala – gejala klinik dapat timbul
kembali, tetapi mungkin juga tanpa gejala hanya perubahan serologinya yaitu dari reaksi
STS (Serologis Test for Syfilis) yang negatif menjadi positif. Gejala yang 6 timbul kembali
sama dengan gejala klinik pada stadium sifilis sekunder. Relapsing sifilis yang ada terdiri
dari :
a)Sifilis laten :
Fase tenang yang terdapat antara hilangnya gejala klinik sifilis sekunder dan tersier, ini
berlangsung selama 1 tahun pertama masa laten (laten awal). Tidak terjadi kekambuhan
sesudah tahun pertama disertai sifilis lambat yang tidak mungkin bergejala. Sifilis laten
yang infektif dapat ditularkan selama 4 tahun pertama sedang sifilis laten yang tidak
menular berlangsung setelah 4 tahun tersebut. Sifilis laten selama berlangsung tidak
dijumpai gejala klinik hanya reaksi STS positif.
b)Sifilis tersier :
Sifilis lanjut ini dapat terjadi bertahun – tahun sejak sesudah gejala sekunder
menghilang. Pada stadium ini penderita dapat mulai menunjukkan manifestasi penyakit
tersier yang meliputi neurologis, kardiovaskuler dan lesi gummatosa, pada kulit dapat
terjadi lesi berupa nodul, noduloulseratif atau gumma. Gumma selain mengenai kulit
dapat mengenai semua bagian tubuh sehingga dapat terjadi aneurisma aorta,
insufisiensi aorta, aortitis dan kelainan pada susunan syaraf pusat (neurosifilis).
c)Sifilis kongenital :
Sifilis kongenital yang terjadi akibat penularan dari ibu hamil yang menderita sifilis
kepada anaknya melalui plasenta. Ibu hamil dengan sifilis dengan pengobatan tidak tepat
atau tidak diobati akan mengakibatkan sifilis kongenital pada bayinya. Infeksi intrauterin
dengan sifilis mengakibatkan anak lahir mati, infantille congenital sifilis atau sifilis timbul
sesudah anak menjadi besar dan bahkan sesudah dewasa. Pada infantil kongenital sifilis
bayi mempunyai lesi – lesi mukokutan. Kondiloma, pelunakan tulang – tulang panjang,
paralisis dan rinitis yang persisten. Sedangkan jika sifilis timbul sesudah anak menjadi
besar atau dewasa maka kelainan yang timbul pada umumnya menyangkut susunan syaraf
pusat misalnya parasis atau tabes, atrofi nervous optikus dan tuli akibat kelainan syaraf
nervous kedelapan, juga interstitial keratitis, stig mata tulang dan gigi, saddel – nose,
saber shin ( tulang kering terbentuk seperti pedang ) dan kadang – kadang gigi Hutchinson
dapat dijumpai. Prognosis sifilis kongenital tergantung beratnya infeksi tetapi kelainan yang
sudah terjadi akibat neurosifilis biasanya sudah bisa disembuhkan. (Soedarto, 1990).

8.Pemeriksaan Fisik
a.Pemeriksaan fisik : Keadaan umum, Kesadaran, status gizi, TB, BB, suhu, TD, nadi,
respirasi.
b.Pemeriksaan sistemik : Kepala (mata, hidung, telinga, gigi&mulut), leher (terdapat
perbesaran tyroid atau tidak), tengkuk, dada (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi),
genitalia, ekstremitas atas dan bawah.

9.Pemeriksaan penunjang
Untuk menentukan diagnosis sifilis maka dilakukan pemeriksaan klinik, serologi atau
pemeriksaan dengan mengunakan mikroskop lapangan gelap (darkfield microscope).Pada
kasus tidak bergejala diagnosis didasarkan pada uji serologis treponema dan non
protonema. Uji non protonema seperti VenerealDisease Research Laboratory
( VDRL ). Untuk mengetahui antibodi dalam tubuh terhadap masuknya Treponema
pallidum.Hasil uji kuantitatif uji VDRL cenderung berkorelasi dengan aktifitas penyakit
sehingga amat membantu dalam skrining, titer naik bila penyakit aktif (gagal pengobatan
atau reinfeksi) dan turun bila pengobatan cukup. Kelainan sifilis primer yaitu chancre harus
dibedakan dari berbagai penyakit yang ditularkan melalui hubungan kelamin yaitu
chancroid, granuloma inguinale, limfogranuloma venerium, verrucae acuminata, skabies,
dan keganasan (kanker).
a.Pemeriksaan laboratorium (kimia darah, ureum, kreatinin, GDS, analisa urin, darah rutin)
1) pemeriksaan T Palidum Cara pemeriksaannya adalah : mengambil serum dari lesi kulit
dan dilihat bentuk dan pergerakannya dengan microskop lapangan gelap.
Pemeriksaan dilakukan 3 hari berturut-turut jika pada hasil pada hari 1 dan 2 negatif
sementara itu lesi dikompres dengan larutan garam saal bila negative bukan selalu
berarti diagnosisnya bukan sifilis, mungkin kumannya terlalu sedikit.
2) pemeriksaan TSS TSS atau serologic test for sifilis . TSS dibagi menjadi 2 :
a)Test non treponemal : pada test ini digunakan antigen tidak spesifik yaitu
kardiolopin yang dikombinasikan dengan lesitin dan kolesterol, karena itu test ini
dsdapat memberi Reaksi Biologik Semu (RBS) atau Biologic Fase Positif (BFP).
Contoh test non treponemal :
(1)Test fiksasi komplemen : Wasseman (WR) kolmer
(2)Test flokulasi : VDRL (Venereal Disease Research Laboratories). Kahn, RPR
(Rapid Plasma Reagin), ART (Automated Reagin Test), dan RST (Reagin
Screen Test)
b)Tes treponemal Test ini bersifat spesifik karena antigennya ialah treponema atau
ekstratnya dan dapat digolongkan menjadi 4 kelompok :
(1)Tes immobilisasi : TPI (Treponemal Pallidium Immbolization Test)
(2)Test Fiksasi Komplemen : RPCF (Reiter Protein Complement Fixation Test)
(3)Tes Imunofluoresen : FTA-Abs (Fluorecent treponemal Antibody Absorption Test),
ada dua : IgM, IgG; FTA-Abs DS (Fluorecent treponemal Antibody – Absorption
Double Staining)
(4)Tes hemoglutisasi : TPHA (Treponemal pallidum Haemoglutination Assay),19S IgM
SPHA (Solid-phase Hemabsorption Assay), HATTS (Hemagglutination Treponemal
Test for Syphilis), MHA-TP (Microhemagglutination Assay for Antibodies to
Treponema pallidum).
b.Pemeriksaan Yang Lain Sinar Rontgen dipakai untuk melihat kelainan khas pada tulang,
yang dapat terjadi pada sifilis kongenital.Juga pada sifilis kardiovaskuler, misalnya untuk
melihat aneurisma aorta. Pada neurosifilis,test koloidal emas sudah tidak dipakai lagi
karena tidak khas. Pemeriksaan jumlah sel dan protein total pada likuor serebrospinalis
hanya menunjukan adanya tanda inflamasi pada susunan saraf pusat dan tidak selalu
berarti terdapat neurosifilis. Harga normal iyalah 0-3 sel/mm3, Jika limfosit melebihi
5/mm3 berarti ada peradangan. Harga normal protein total ialah 20-40 mg/100 mm3,
jika melebihi 40 mg/mm3 berarti terdapat peradangan:

1)Histopatologi Kelainan yang utama pada sifilis ialah proliferasi sel-sel endotel terutama terdiri
atas infiltrate perivaskular tersusun oleh sel-sel limpoid dan sel-sel plasma.
2)Imunologi Pada percobaan kelinci yang disuntik dengan T.Pallidium secara intradermal, yang
sebelumnya telah diberi serum penderita sifilis menunjukan adanya antibody. Terdapat dua
antibody yang khas yaitu terhadap T. Pallidum dan yang tidak khas yaitu yang ditujukan pada
golongan antigen protein Spirochaetales yang pathogen

10.Penatalaksanaan
a.Penatalaksanaan Medis :
Penderita sifilis diberi antibiotik penisilin (paling efektif). Bagi yang alergi penisillin
diberikan tetrasiklin 4×500 mg/hr, atau eritromisin 4×500 mg/hr, atau doksisiklin 2×100
mg/hr. Lama pengobatan 15 hari bagi S I & S II dan 30 hari untuk stadium laten.
Eritromisin diberikan bagi ibu hamil, efektifitas meragukan. Doksisiklin memiliki tingkat
absorbsi lebih baik dari tetrasiklin yaitu 90-100%, sedangkan tetrasiklin hanya 60-80%.
Obat lain adalah golongan sefalosporin, misalnya sefaleksin 4×500 mg/hr selama 15 hari,
Sefaloridin memberi hasil baik pada sifilis dini, Azitromisin dapat digunakan untuk S I dan
S II.
1)Sifilis primer dan sekunder
a)Penisilin benzatin G dosis 4,8 juta unit IM (2,4juta unit/kali) dan diberikan 1 x seminggu
b)Penisilin prokain dalam aqua dengan dosis 600.000 unit injeksi IM sehari selama 10 hari.
c)Penisilin prokain +2% alumunium monostearat, dosis total 4,8 juta unit, diberikan 2,4 juta
unit/kali sebanyak dua kali seminggu.
2) Sifilis laten
a) Penisilin benzatin G dosis total 7,2 juta unit
b) Penisilin G prokain dalam aqua dengan dosis total 12 juta unit (600.000 unit sehari).
c) Penisilin prokain +2% alumunium monostearat, dosis total 7,2 juta unit (diberikan 1,2 juta
unit/kali, dua kali seminggu).
3) Sifilis III
a) Penisilin benzatin G dosis total 9,6 juta unit
b) Penisilin G prokain dalam aqua dengan dosis total 18 juta unit (600.000 unit) c) Penisilin
prokain + 2% alumunium monostearat, dosis total 9,6 juta unit (diberikan 1,2 juta unit/kali,
dua kali seminggu)
4) Untuk pasien sifilis I dan II yang alergi terhadap penisilin, dapat diberikan:
a) Tertrasiklin 500mg/oral, 4x sehari selama 15 hari. b) Eritromisin 500mg/oral, 4x sehari
selama 15 hari. 5) Untuk pasien sifilis laten lanjut (> 1 tahun) yang alergi terhadap penisilin,
dapat diberikan: a) Tetrasiklin 500mg/oral, 4x sehari selama 30 hari
b) Eritromisin 500mg/oral, 4x sehari selama 30 hari. *Obat ini tidak boleh diberikan pada
wanita hamil, menyusui, dan anak-anak.

b.Penatalaksanaan Keperawatan
Memberikan pendidikan kepada pasien dengan menjelaskan hal-hal sebagai berikut:
1)Bahaya PMS dan komplikain
2)Pentingnya mamatuhi pengobatan yang diberikan
3)Cara penularan PMS dan pengobatan untuk pasangan seks tetapnya
4)Hindari hubungan seks sebelum sembuh dan memakai kondom jika tidak dapat dihindarkan
lagi.
5)Pentingnya personal hygiene khususnya pada alat kelamin
6)Cara-cara menghindari PMS di masa mendatang.

11.Program Diet
1)Kebutuhan zat gizi ditambah 10-25% dari kebutuhan minimum.
2)Ps diberikan porsi makanan kecil tetapi sering.
3)Konsumsi protein berkualitas tinggi dan mudah dicerna.
4)Sayuran dan buah-buah untuk jus.
5)Susu rendah lemak dan sudah dipasteurisasi setiap hari (susu sapi atau kedelai).
6)Hindari makanan di awetkan atau beragi.
7)Makanan bebas dari pestisida atau zat kimia.
8)Rendah serat, makanan lunak atau cair, jika ada gangguan saluran pencernaan.
9)Rendah laktosa dan lemak jika ps diare.
10)Hindari rokok, kafein dan alcohol.

12.Komplikasi
Tanpa pengobatan, sifilis dapat membawa kerusakan pada seluruh tubuh.Sifilis juga
meningkatkan resiko infeksi HIV, dan bagi wanita, dapat menyebabkan gangguan selama
hamil.Pengobatan dapat membantu mencegah kerusakan di masa mendatang tapi tidak dapat
memperbaiki kerusakan yang telah terjadi.

a.Benjolan kecil atau tumor: Disebut gummas, benjolan-benjolan ini dapat berkembang dari
kulit, tulang, hepar, atau organ lainnya pada sifilis tahap laten. Jika pada tahap ini dilakukan
pengobatan, gummas biasanya akan hilang.
b.Masalah Neurologi: Pada stadium laten, sifilis dapat menyebabkan beberapa masalah pada
nervous sistem, seperti: 1)

Stroke 2)
Infeksi dan inflamasi membran dan cairan di sekitar otak dan spinal cord (meningitis) 3)

Koordinasi otot yang buruk 4)

Numbness (mati rasa) 5)

Paralysis 6)

Deafness or visual problems 7)

Personality changes 8)

Demensia c.

Masalah kardiovaskular: Ini semua dapat meliputi bulging (aneurysm) dan inflamasi aorta, arteri
mayor, dan pembuluh darah lainnya. Sifilis juga dapat menyebabkan valvular heart desease,
seperti aortic valve stenonis. d.

Infeksi HIV Orang dewasa dengan penyakit menular seksual sifilis atau borok genital lainnya
mempunyai perkiraan dua sampai lima kali lipat peningkatan resiko mengidap HIV. Lesi sifilis
dapat dengan mudah perdarahan, ini menyediakan jalan yang sangat mudah untuk masuknya
HIV ke aliran darah selama aktivitas seksual.

12 e.

Komplikasi kehamilan dan bayi baru lahir Sekitar 40% bayi yang mengidap sifilis dari ibunya
akan mati, salah satunya melalui keguguran, atau dapat hidup namun dengan umur beberapa
hari saja. Resiko untuk lahir premature juga menjadi lebih tinggi
B.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 1.

Pengkajian
Perawat menghubungkan riwayat sifilis dengan kategori berikut : a.

Anamnesa 1)

Tanyakan kepada klien sejak kapan mengeluhkan nyeri

2)

Bagaimana dan berupa apa saja kelainan pada awalnya dan apakah menyebar/menetap.

3)

Apakah ada sensasi panas, gatal serta cairan yang menyertai.

4)

Obat apa saja yang telah dipakai dan bagaimana pengaruh obat tersebut apakah membaik,
memburuk atau menetap.

5)

Apakah klien mengeluhkan adanya nyeri pada tulang, nyeri pada kepala, mengeluh kesemutan,
mati rasa (sebagai tanda kerusakan neurologis)

6)

Tanyakan sosi-ekonomi keluarga, jumlah anggota keluarga, gaya hidup dan penyakit keluarga/
individu sekitarnya.

7)

Bagaimana aktivitas seksual (pernah /sering melakukan sex berisiko missal berganti-ganti
pasangan, oral / anal sex, homo seksual, melakuakan dengan psk,)

8)

Apakah ada tanda-tanda kelainan pada alat kelamin pasangan seperti kemerahan, muncul
benjolan, dan vesikel.

9)

Bagaimana dengan urine klien apakah bercampur darah, urine tdak lancer, nyeri saat berkemih.
10)

Apa disertai dengan febris, anoreksia

11)

Pada sifilis kongietal selain ananmnesa diatas, perlunya ditanya orang tua apakah pernah keluar
secret bercampur darah dari hidung, perforasi palatum durum,

13 gangguan pengelihatan dan pendengaran, gangguan berjalan, serta keterlambatan tumbuh


kembang.

b.

Pemeriksaan Fisik

1)

Inspeksi: a)

Kaji jenis efloresensi: Eritema dan papula, macula, pustule, vesikula dan ulkus b)

Timbulnya lesi pada alat kelamin , ekstragenital, bibir, lidah, tonsil, putting susu, jari dan anus
c)

Kelainan selaput lendir dan limfadenitis d)

Kelainan pada mata dan telinga e)

Kelainan pada tulang dan gaya berjalan f)

Kelainan pada kepala (invasi pada meningen) 2)

Palpasi Adanya pembesaran limfe, adanya nyeri tekan, 3)

Auskultasi: apakah ada perubahan suara pada paru-paru, jantung dan system pencernaan.
2.

Diagnosa Keperawatan
a.

Hipertermi b/d proses infeksi d/d adanya peningkatan suhu tubuh (lebih dari 37,2
o
C), kulit teraba hangat. b.
Nyeri akut b/d agen cedera biologis d/d laporan nyeri secara verbal, sikap melindungi area nyeri,
wajah tampak meringis, klien tampak gelisah. c.

Kerusakan integritas kulit b/d peradangan pada lapisan kulit d/d adanya tanda elfloresensi d.

Gangguan citra tubuh b/d penyakit d/d respon nonverbal terhadap perubahan actual pada tubuh
(bentuk/struktur dan fungsi), perasaan negative terhadap tubuh. e.

Kurang pengetahuan b/d ketikmampuan mengenal penyakit d/d pengungkapan secara verbal
ketidak tahuan penyakit, permintaan informasi. f.

Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan b/d respon nyeri g.

Risiko tinggi cedera b/d disfungsi sensorik h.

Risiko keterlambatan tumbuh kembang b/d infeksi kongietal

14
3.

Rencana Keperawatan

No Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


1 Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama …x… jam,
diharapkan suhu tubuh dalam rentang normal, dengan kriteria hasil :

Suhu tubuh normal (36,5


o
C

37,2
o
C).

Akral teraba hangat, tidak kemerahan,

Turgor kulit elastic

Mukosa bibir lembab 1.

Pantau suhu pasien (derajat dan pola) 2.


Berikan kompres hangat 3.

Anjurkan pasien untuk banyak minum 1500-2000 cc/hari 4.

Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan mudah menyerap keringat 5.

Kolaborasi dalam pemberian cairan intravena 6.

Kolaborsi dengan tim medis dalam pemberian antipiretik 1.

Suhu diatas 37,2


o
Cd menunjukkan proses infeksius 2.

Membantu mengurangi demam 3.

Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat evaporasi 4.

Memeberikan rasa nyaman dan pakaian yang tipis mudah menyerap keringat dan tidak merangsang
peningkatan suhu tubuh. 5.

Pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tubuh yang tinggi. 6.

Antipiretik untuk menurunkan panas tubuh


15 pasien. 2. Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama …x… jam,
diharapkan nyeri berkurang/hilang, dengan kriteria hasil :

Pasien tidak mengeluh nyeri

Skala nyeri 0-4 (0-10)

Pasien tidak gelisah 1.

Kaji tanda- tanda vital (TD, N, RR, dan suhu) 2.

Kaji keluhan, lokasi, intensitas, frekuensi dan waktu terjadinya nyeri (PQRST) 3.

Dorong ekspresi, perasaan tentang nyeri. 4.

Ajarkan teknik relaksasi, distraksi, massage, guiding imajenery. 5.


Jelaskan dan bantu pasien dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan noninvasive 1.

Tanda- tanda vital dapat menunjukan tingkat perkembangan pasien 2.

Mengindikasikan kebutuhan untuk intervensi dan tanda-tandaperkembangan atau resolusi komplikasi 3.

Pernyataan memungkinkan pengungkapan emosi dan apat meningkatkan mekanisme koping 4.

Memfokuskan kembali pehatian, meningkatkan relaksasi dan meningkatkan rasa control yang dapat
menurunkan ketergantungan farmakologis 5.

Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan nonfarmakologi lainnya telah

16 6.

Kolaborasi dengan dokter pemberian analgesik sesuai indikasi menunjukkan keefektifan dalam mengurangi
nyeri. 6.
Analgetik memblok lintasan nyeri sehingga nyeri akan berkurang 3. Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama …x… jam,
diharapkan integritas kulit membaik secara optimal, dengan kriteria hasil :

Pertumbuhan jaringan meningkat

Keadaan luka membaik

Luka menutup

Mencapai penyembuhan luka tepat waktu . 1. Kaji kerusakan kulit yang terjadi pada klien 2. Catat ukuran atau
warna, kedalaman luka dan kondisi sekitar luka. 3. Lakukan perawatan luka dengan teknik steril. 4.

Bersihkan area perianal dengan membersihkan feses menggunakan air mengalir. 1.

Menjadi data dasar untuk memberikan informasi intervensi perawatan luka, alkat apa yang akan dipakai dan
jenis larutan apa yang akan digunakan. 2.

Memberikan informasi dasar tentang kebutuhan dan petunjuk tentang sirkulasi 3.

Perawatan luka dengan teknik steril dapat mengurangi kontaminasi kuman langsung ke area luka. 4.

Mencegah meserasi dan menjaga perianal tetap kering¸menjaga kebersihan kulit serta mencegah
17 5.

Kolaborasi dengan ahli gizi pningkatan pemberian asupan nutrisi dengan TKTP 6.

Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat antibiotika topical komplikasi 5.

Diet TKTP diperlukan untuk meningkatkan asupan dari kebutuhan pertumbuhan jaringan 6.

Mengurangi tekanan pada area yang sama 4 dan 5 Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama …x…
menit, diharapkan terpenuhinya pengetahuan pasien tenteng kondisi penyakit, dengan kriteria hasil :

Mengungkapkan pengertian tentang proses penyakit, pencegahan, perawatan tindakan yang


dibutuhkan dengan kemungkinan komplikasi.
Mengenal perubahan gaya 1.

Kaji tingkat pengetahuan pasien 2.

Lakukan komunikasi dua arah untuk menggali informasi tentang persepsi diri dan menajemen koping
pasien 3.

Lakukan simulasi personal hygine dan perawatan luka pada area yang terjadi efloforasi terutama ulkus
1.

Memberikan data dasar untuk mengetahi tingkat pemahaman pasien tentang penyakit, pencegahan serta
pengobatan 2.

Peningkatan koping positif akibat adanya gangguan citra tubuh, klien mau menerima kondisinya dan mau
bersoaialisasikan 3.

Memandirikan klien dan keluarga untuk Hygine yang terjaga dapat meminimalkan risiko infeksi, dapat

18 hidup/ tingkah laku untuk mencegah terjadinya komplikasi 4.


Beri informasi pasien/ orang terdekat tentang perawatan pasien di rumah sakit dan dirumah (hygine dan pentingnya
pengonsumsian obat sesuai dosis)serta komlikasijika pengobatan tidak dilakukan. 5.

Beri informasi tentang bahaya prilaku sex berisiko dan cara penanggulangan/ pencegahan serta
komlikasi jika mempercepat proses penyembuhan 4.

Informasi dibutuhkan untuk meningkatkan perawatan diri, untuk menambah kejelasan efektivitas pengobatan dan
mencegah komplikasi 5.

Merubah persepsi dan prilaku sex yang berisiko menularan penyakit 8 Setelah dilakukan perwatan
selam…x… jam diharapkan
tumbuh kembang anak tidak mengalami keterlambatan, dengan KH:

Proses trumbuh kembang sesuai dengan usia

Orang tua mampu mengenal dan memanfaatkan 1.

Kaji kemampuan tahap perkembangan anak sesuai umur 2.

Lakukan pemeriksaan fisik head to toe serta pemeriksaan diagnostic 3.

Beri informasi orang tua tentang tahap tumbuh kembang anak, penyakit, pencegahan, pengobatan,
prognosis, serta 1.

Mengetahuai adanya keterlambatan tumbuh kembang anak 2.

Pengumpulan data guna melakukan intervensi sesuai kebutuhan 3.

Pengetahuan orang tua terhadap tumbuh kembang anak dan penyakit dapat
19 pelayanankesehatan dalam proses penyembuhan komlikasi 4.

Kolaborasi dengan tim medis(spesialis anak, kulit dan kelamin, penyakit dalam) pengobatan dan
pencegahan komplikasi sitemik meminimalisir komlikasilebih lanjut 4.

Melakukan pengobatan sesuai dengan kondisi anak dan meminimalkan dampak trauma selama pengobatan
20
4.

Implementasi Keperawatan
Disesuaikan dengan intervensi yang ada
5.

Evaluasi Keperawatan Dx 1
: Suhu tubuh normal (36

37
o
C), Kulit tidak pasnas, tidak kemerahan, Turgor kulit elastic, Mukosa bibir lembab.
Dx 2
: Pasien tidak mengeluh nyeri, Skala nyeri 0-1 (0-10), Pasien tidak gelisah.
Dx 3
: Pertumbuhan jaringan meningkat ,Keadaan luka membaik, Luka menutup, Mencapai
penyembuhan luka tepat waktu.
Dx 4 dan 5:
Mengungkapkan pengertian tentang proses penyakit, pencegahan, perawatan tindakan yang
dibutuhkan dengan kemungkinan komplikasi.Mengenal perubahan gaya hidup/ tingkah laku
untuk mencegah terjadinya komplikasi
Dx 8:
Proses trumbuh kembang sesuai dengan usia, Orang tua mampu mengenal dan memanfaatkan
pelayanankesehatan dalam proses penyembuhan

DAFTAR PUSTAKA
Djuanda,Adhi.2007.Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.Jakarta:FKUI
Doenges,Marilyin E.1999. Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta:EGC
Mansjoer,Arif.2001. Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta:Medis
Aesculapius NANDA Internasional. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
2012-2014. Jakarta:EGC.
Price,Sylvia Anderson.2005. Patofisiologi.Jakarta:EGC
Siregar, R.S. 2004. Saripati Penyakit Kulit. Jakarta: EGC
Smeltzer,Suzzanne C 2001. Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai