Dosen Pembimbing :
Rista Fauziningtyas, S.Kep., Ns., M.Kep.
Disusun oleh K 14 :
1. Ro’ihatus Siha 131711133019
2. Roudlotul Ilma 131711133051
3. Kadek Aprilia Savitri 131711133083
4. Fabiola Tri Ruli O 131711133128
5. Ni Putu Bella S . 131711133137
6. Anita Septya W
7. Yulia Mariskasari
8. Utari Suciati
1
PROPOSAL KEGIATAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
“Penatalaksanaan Pemberian Obat pada Pasien di Ruang Rosela RSUD Dr.
Soetomo Surabaya”
Mengetahui,
Wakil Dekan I
Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga
2
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
PENATALAKSANAAN 6 LANGKAH CUCI TANGAN PADA PASIEN DI
RUANG ROSELA RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA
I. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan pasien dan keluarga
mampu memahami dan menambah wawasan mengenai
penatalaksanaan pemberian obat pada pasien yang telah
disampaikan.
2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
1) Mahasiswa mampu menjelaskan dan menguraikan mengenai
cara penatalaksanaan pemberian obat pada pasien.
2) Pasien dan keluarga mampu memahami tentang
penatalaksanaan pemberian obat dengan tepat.
3
III. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi
IV. Media
1. Leaflet
2. Flipchart
V. Pengorganisasian
1. Pembimbing Klinik : Upit Natalina, S.Kep., Ns
2. Pembimbing Akademik : Lingga Curnia D, S.Kep.,Ns.,M.Kep.
3. Penyaji Materi : Ro’íhatus Siha
4. Moderator : Advi Astika
5. Observer : Rahma Hidayanti
6. Fasilitator .Tirta Muhammad
7. Fasilitator : Cindy Triand S.R.
4
VI. Setting Tempat
media
Keterangan :
Moderator Fasilitator
Observer Notulen
Job Description
1. Menyampaikan materi.
Penyaji :
2. Menggali pengetahuan peserta tentang materi yang akan
Ro’íhatus
disampaikan.
Siha
3. Menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh peserta.
Moderator : 1. Memandu jalannya penyuluhan dan sesi tanya jawab.
5
2. Membuka acara dan menyampaikan arah dan tujuan
kegiatan penyuluhan.
Advi Astika 3. Menjelaskan kontrak waktu dan mekanisme kegiatan.
4. Melakukan evaluasi tentang materi yang telah disampaikan.
5. Menutup acara penyuluhan.
1. Mengawasi dan mengevaluasi selama penyuluhan
berlangsung.
2. Mencatat situasi yang mendukung dan yang menghambat
Observer : selama penyuluhan berlangsung.
Rahmalia 3. Mencatat pertanyaan peserta dan jawaban penyaji sebagai
Hidayanti dokumentasi kegiatan.
4. Mencatat proses kegiatan penyuluhan disesuaikan dengan
rencana kegiatan SAP.
5. Menyusun laporan dan menilai hasil kegiatan penyuluhan.
1. Membantu dan mengkordinasikan peserta selama
Fasilitator :
penyuluhan berlangsung.
Cindy
2. Meminta tanda tangan peserta yang hadir (absensi).
Triand dan
3. Mengantisipasi suasana yang dapat menganggu kegiatan
Tirta
penyuluhan.
Muhammad
4. Memfasilitasi peserta untuk aktif bertanya.
VII.Kegiatan Penyuluhan
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta Penanggungjawab
1. 5 Menit Pembukaan :
KaObserver (Rahma)
1. Mem 1) Mengisi absensi
berikan absensi 2) Menjawab salam. Moderator (Advi)
2. 10 Menit Pelaksanaan :
D Pemateri (Roihatus)
Mengkaji pengetahuan peserta 1) Mendengarkan dan
tentang penatalaksanaan 6 langkah memperhatikan
cuci tangan materi.
Menjelaskan materi tentang :
1) Pengertian dan Syarat
Penggunaan Obat.
2) Penggolongan Obat.
3) Rute Pemberian Obat
4) Cara Penyimpanan Obat.
5) Tanda Obat Rusak dan
Kadaluarsa.
6) Edukasi Cara Pembuangan Obat
pada Pasien dan Keluarga.
3. 10 menit Diskusi atau tanya jawab dan Moderator (Advi)
evaluasi : 1) Mengajukan
1) Memberikan kesempatan pada pertanyaan.
peserta untuk bertanya kemudian 2) Menanggapi
didiskusikan bersama. jawaban.
2) Menanyakan kepada peserta 3) Menjawab
tentang materi yang telah pertanyaan.
diberikan. 4) Menjawab kuesioner
3) Memberikan reinforcement yang diberikan
kepada peserta bila dapat
menjawab dan menjelaskan
kembali pertanyaan atau materi
7
yang telah disampaikan.
4) Memberikan kuesioner akhir
4. 5 Menit Terminasi : Fasilitator (Cindy
1) Mengucapkan terimakasih 1) Mendengarkan dan dan Tirta)
kepada peserta. membalas salam.
2) Mengucapkan salam
penutup.
VIII. Evaluasi
1. Evaluasi struktur
- Bagaimana tim penyuluh dan kelompok sasaran tepat pada
posisi yang direncanakan?
- Apakah 10 peserta penyuluhan menghadiri penyuluhan?
2. Evaluasi Proses
- Bagaimana sikap penyaji saat menyampaikan materi
penyuluhan?
- Bagaimana sikap peserta saat penyuluhan berlangsung?
8
3. Evaluasi Hasil
- Apakah pertanyaan peserta penyuluhan mampu dijawab dengan
baik oleh penyaji?
- Apakah peserta mengikuti kegiatan penyuluhan sesuai aturan
kegiatan yang sudah dijelaskan?
- Apakah acara dimulai tepat waktu tanpa kendala dan tambahan
waktu?
- Bagaiman sikap peserta penyuluhan setelah diberi penyuluhan?
9
10
MATERI PENYULUHAN
B. Penggolongan Obat
Obat dapat dibagi menjadi 5 (lima) golongan yaitu :
1. Obat bebas
Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli
tanpa resep dokter. Pada kemasan dan etiket obat bebas, tanda khusus
berupa lingkaran hijau ( TC 396) dengan garis tepi berwarna hitam.
Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan
resep Dokter. Obat keras mempunyai tanda khusus berupa
lingkatan bulat merah ( TC 165) dengan garis tepi berwarna
hitam dan huruf K ditengah yang menyentuh garis tepi.
4. Obat psikotropika
Obat bukan golongan narkotik yang berkhasiat mempengaruhi
susunan syaraf pusat. Obat ini dapat menyebabkan perubahan khas
pada aktivitas mental dan perilaku. Obat golongan ini hanya boleh
dijual dengan resep dokter dan diberi tanda huruf K dalam lingkaran
merah dengan garis tepi berwarna hitam.
5. Obat narkotika
Obat yang berasal dari turunan tanaman atau bahan kmia yang
dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri
dan menimbulkan ketergantungan. Obat ini hanya dapat
diperoleh dengan resep dari dokter.
Sumber: http://www.oxypowder.com/images/suppository-small.jpg
diunduh tanggal 3 November 2019
3) Rektal
50% aliran darah dari bagian rektum memintas sirkulasi portal; jadi,
biotransformasi obat oleh hati dikurangi. Rute sublingual dan rektal
mempunyai keuntungan tambahan, yaitu mencegah penghancuran obat
oleh enzim usus atau pH rendah di dalam lambung. Rute rektal tersebut
juga berguna jika obat menginduksi muntah ketika diberikan secara oral
atau jika penderita sering muntah-muntah. Bentuk sediaan obat untuk
pemberian rektal umumnya adalah suppositoria dan ovula.
Gambar 1.11: Pemberian Obat Rektal
Sumber: http://www.oxypowder.com/images/suppository-
small.jpg diunduh tanggal 3 November 2019
b. Parenteral
Penggunaan parenteral digunakan untuk obat yang absorbsinya buruk melalui
saluran cerna, dan untuk obat seperti insulin yang tidak stabil dalam saluran
cerna. Pemberian parenteral juga digunakan untuk pengobatan pasien yang
tidak sadar dan dalam keadaan yang memerlukan kerja obat yang cepat.
Pemberian parenteral memberikan kontrol paling baik terhadap dosis yang
sesungguhnya dimasukkan kedalam tubuh.
1) Intratekal/Intraventrikular
Kadang-kadang perlu untuk memberikan obat-obat secara langsung ke
dalam cairan serebrospinal, seperti metotreksat pada leukemia limfostik
akut.
2) Intravena (IV)
suntikan intravena adalah cara pemberian obat parenteral yan sering
dilakukan. Untuk obat yang tidak diabsorbsi secara oral, sering tidak ada
pilihan. Dengan pemberian IV, obat menghindari saluran cerna dan oleh
karena itu menghindari metabolisme first pass oleh hati. Rute ini
memberikan suatu efek yang cepat dan kontrol yang baik sekali atas kadar
obat dalam sirkulasi. Namun, berbeda dari obat yang terdapat dalam
saluran cerna, obat-obat yang disuntukkan tidak dapat diambil kembali
seperti emesis atau pengikatan dengan activated charcoal. Suntikan
intravena beberapa obat dapat memasukkan bakteri melalui kontaminasi,
menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan karena pemberian terlalu cepat
obat konsentrasi tinggi ke dalam plasma dan jaringan-jaringan. Oleh karena
it, kecepatan infus harus dikontrol dengan hati-hati. Perhatiab yang sama
juga harus berlaku untuk obat-obat yang disuntikkan secara intra-arteri.
3) Intramuskular (IM)
Obat-obat yang diberikan secara intramuskular dapat berupa larutan dalam
air atau preparat depo khusus sering berpa suspensi obat dalam vehikulum
non aqua seperti etilenglikol. Absorbsi obat dalam larutan cepat sedangkan
absorbsi preparat-preparat depo berlangsung lambat. Setelah vehikulum
berdifusi keluar dari otot, obat tersebut mengendap pada tempat suntikan.
Kemudian obat melarut perlahan-lahan memberikansuatu dosis sedikit
demi sedikit untuk waktu yang lebih lama dengan efek terapetik yang
panjang.
4) Subkutan
Suntikan subkutan mengurangi resiko yang berhubungan dengan suntikan
intravaskular. Contohnya pada sejumlah kecil epinefrinkadang-kadang
dikombinasikan dengan suatu obat untuk membatasi area kerjanya.
Epinefrin bekerja sebagai vasokonstriktor lokal dan mengurangi
pembuangan obat seperti lidokain, dari tempat pemberian. Contoh-contoh
lain pemberian obat subkutan meliputi bahan-bahan padat seperti kapsul
silastik yang berisikan kontrasepsi levonergestrel yang diimplantasi unutk
jangka yang sangat panjang.
c. Lain-lain
1) Inhalasi
Inhalasi memberikan pengiriman obat yang cepat melewati permukaan
luas dari saluran nafas dan epitel paru-paru, yang menghasilkan efek
hampir sama dengan efek yang dihasilkan oleh pemberian obat secara
intravena. Rute ini efektif dan menyenangkan penderita-penderita dengan
keluhan pernafasan seperti asma atau penyakit paru obstruktif kronis
karena obat diberikan langsung ke tempat kerja dan efek samping sistemis
minimal.
Gambar 1.15: Rute Pemberian Obat Inhalasi
Sumber: h ttp://images.wisegeek.com diunduh 3 November 2019
2) Intranasal
Desmopressin diberikan secara intranasal pada pengobatan diabetes
insipidus; kalsitonin insipidus; kalsitonin salmon, suatu hormon peptida
yang digunakan dalam pengobtana osteoporosis, tersedia dalam bentuk
semprot hidung obat narkotik kokain, biasanya digunakan dengan cara
mengisap
3) Topikal
Pemberian secara topikal digunakan bila suatu efek lokal obat diinginkan
untuk pengobatan. Misalnya, klortrimazol diberikan dalam bentuk krem
secara langsung pada kulit dalam pengobatan dermatofitosis dan atropin
atropin diteteskan langsung ke dalam mata untuk mendilatasi pupil dan
memudahkan pengukuran kelainan refraksi.
4) Transdermal
Rute pemberian ini mencapai efek sistemik dengan pemakaian obat pada
kulit, biasanya melalui suatu “transdermal patch”. Kecepatan absorbsi
sangat bervariasi tergantun pada sifat-sifat fisik kulit pada tempat
pemberian. Cara pemberian obat ini paling sering digunakan untuk
pengiriman obat secara lambat, seperti obat antiangina,nitrogliserin.
Moderator
Fasilitator
Observer
Notulen
KUESIONER
Nama :
Usia :
Jenis kelamin :
Tempat tinggal :