Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN KEMAJUAN

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA


JUDUL PROGRAM

Pengaruh Pemberian Salep Ekstrak Etanol Daun Pepaya terhadap Pencegahan


Progresivitas Ulkus Diabetik pada Hewan Model

BIDANG KEGIATAN :
PKM PENELITIAN

Diusulkan oleh:
Febrina Citra Ayu Kusuma 14711048 2014
Muliawan Canggih Arofahna 14711055 2014
Bayu Saputro Ismail 14711167 2014
Lidya Sabilla Firdaus 16711011 2016
Berlian Arinta Putri 16711054 2016

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA


YOGYAKARTA
2017

i
PENGESAHAN KEMAJUAN PKM PENELITIAN
1. Judul Kegiatan : Pengaruh Pemberian Salep Ekstrak
Etanol Daun Pepaya terhadap
Pencegahan Progresivitas Ulkus
Diabetik pada Hewan Model
2. Bidang Kegiatan : PKM Penelitian
3. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap : Febrina Citra Ayu Kusuma
b. NIM : 14711048
c. Jurusan : Pendidikan Dokter
d. Universitas : Universitas Islam Indonesia
e. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Kost Amanah, Nglanjaran, Ngaglik,
Sadonoharjo, Sleman, Yogyakarta /
085740531409
f. Alamat email : febrinacitra10@yahoo.co.id
4. Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis : 4 orang
5. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar : dr. Dwi Nur Ahsani, M.Sc
b. NIP/NIK : 77110425
c. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Jalan Magelang km. 16,5 Sleman,
Yogyakarta/085229030982
6. Biaya Kegiatan Total
a. Dikti : Rp. 10.000.000
b. Sumber lain :-
7. Jangka Waktu Pelaksanaan : 5 bulan

Yogyakarta, 16 Juni 2016


Dosen Pendamping Ketua Pelaksana Kegiatan

(dr. Dwi Nur Ahsani, M.Sc) (Febrina Citra Ayu Kusuma)


NIP/NIK.77110425 NIM. 1471048

Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan

(Ir. Agus Taufiq, M.Sc)

ii
NIP. 875210101
RINGKASAN
Diabetes melitus (DM) adalah kelompok penyakit dengan hiperglikemia
karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Penyakit ini meningkat
setiap tahunnya di Indonesia. Diperkirakan penderita DM pada tahun 2030 akan
mencapai 21.300.000 orang. Salah satu komplikasi dari diabetes melitus ada ulkus
diabetik, yaitu manifestasi dari luka yang tak kunjung sembuh karena fase
penyembuhan luka yang lambat. Jumlah neutrofil dan makrofag yang tinggi di luka
penderita DM juga akan menyebabkan peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)
dan sitokin pro inflamasi. Peningkatan ini menyebabkan naiknya aktivitas enzim
MMP yang dapat berakibat degradasi jaringan matriks, penurunan growth factor, dan
penurunan kekuatan dari luka. Pada DM ditemukan juga jumlah TNFα yang
mengakibatkan peningkatan apoptosis dari fibroblast. Daun pepaya (Carica Papaya
L.) sudah lama dikenal sebagai obat tradisional untuk mengobati luka. Daun pepaya
memiliki beberapa kandungan penting seperti saponin, flavonoid, vitamin C, vitamin
E, dan enzim papain yang diduga dapat membantu penyembuhan luka. Potensi dari
daun pepaya dalam terapi ulkus diabetik belum banyak dieksplorasi secara mendalam.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji manfaat daun pepaya dalam menghambat
progresivitas ulkus diabetik dengan melihat ketebalan kolagen dan mengukur
progresivitas luka. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental
laboratorik dengan rancangan penelitian post test with control group design. Hewan
model dibagi menjadi 4 kelompok, kelompok perlakuan diberi ekstrak daun pepaya
yang telah dibuat menjadi salep dengan dosis yang berbeda-beda dan kelompok
kontrol hanya didiamkan selama percobaan berlangsung. Analisis data dilakukan
secara statistik dengan menggunakan uji One Way Anova.

KeyWord : Daun Carica Papaya L., ulkus diabetik, peningkatan kolagen, luka
progesivitas

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii
RINGKASAN ....................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................. v
DAFTAR GRAFIK ............................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................... 2
1.4 Luaran yang diharapkan .............................................................................. 2
1.5 Manfaat Penulisan ....................................................................................... 2
BAB II TARGET LUARAN ................................................................................ 2
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 2
3.1 Rancangan Penelitian................................................................................... 2
3.2 Variabel Penelitian....................................................................................... 2
3.3 Definisi Operasional .................................................................................... 2
3.4 Tempat Penelitian ........................................................................................ 2
3.5 Alat dan Bahan ............................................................................................ 3
3.6 Besar populasi sampel ................................................................................. 3
3.7 Alur penelitian ............................................................................................. 3
3.8 Analisis Data ................................................................................................ 6
BAB IV HASIL .................................................................................................... 6
BAB V POTENSI SAHIL .................................................................................... 8
BAB VI RENCANA TAHAP BERIKUTNYA .................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 8
LAMPIRAN-LAMPIRAN.................................................................................... 10

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Rata-rata panjang pengecilan luka. .......................................................... 6


Tabel 2. Hasil analisis data menggunakan One Way Annova ............................... 7
Tabel 3. Hasil perbandingan dengan menggunakan post hoc. .............................. 7

v
DAFTAR GRAFIK

Grafik 1 Selisih luka awal dan akhir. .................................................................... 7

vi
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diabetes melitus (DM) adalah kelompok penyakit dengan hiperglikemia
karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya (Sudoyo et al., 2009).
Penyakit ini semakin berkembang dari tahun ke tahun di Indonesia.
Hal tersebut dibuktikan dengan peningkatan jumlah penderita diabetes di
Indonesia dari 4.500.000 pada 1995 menjadi 12.919.564 pada 2013. Diperkiran
penyakit DM pada tahun 2030 akan meningkat menjadi 21.300.000 (Kementrian
Kesehatan RI, 2014).
DM akan menyebabkan kerusakan dan disfungsi berbagai sistem organ
seiring dengan waktu. Salah satu keadaan tersebut adalah penurunan proses
penyembuhan luka yang dapat mengakibatkan ulkus diabetik. Hal ini terjadi
karena fase penyembuhan luka pada DM terjadi lebih lambat sehingga luka tak
kunjung sembuh dan menjadi ulkus. Jumlah neutrofil dan makrofag yang tinggi
di luka penderita DM akan menyebabkan peningkatan Reactive Oxygen Species
(ROS) dan sitokin pro inflamasi. Peningkatan ini menyebabkan naiknya aktivitas
enzim MMP yang dapat berakibat degradasi jaringan matriks, penurunan growth
factor, dan penurunan kekuatan dari luka (Yue et al., 2006). Pada DM ditemukan
juga jumlah TNFα yang mengakibatkan peningkatan apoptosis dari fibroblast
(Bruhn-olszewska et al., 2012). Luka yang menjadi ulkus akan terus memburuk
jika tidak ada penanganan. Tindakan yang dapat dilakukan pada kondisi ini
adalah debridemen, pembedahan revaskularisasi, hingga amputasi (Singh et al.,
2013).
Daun pepaya sudah lama dikenal sebagai obat tradisional untuk mengobati
luka. Daun pepaya memiliki beberapa kandungan penting seperti saponin,
flavonoid, vitamin C, vitamin E, dan enzim papain yang diduga dapat membantu
penyembuhan luka (Hainida et al., 2015).
Sejauh ini penelitian terhadap manfaat daun pepaya dalam menghambat
progresivitas ulkus diabetik pada DM belum dibuktikan secara ilmiah. Hal ini
membuat penulis terdorong untuk melakukan penelitian tentang pengaruh
pemberian salep ekstrak etanol daun pepaya terhadap progresivitas ulkus diabetik
pada hewan model dengan mengamati secara makroskopis dan mikroskopis
dengan melihat ketebalan jaringan kolagen menggunakan pewarnaan Masson’s
Trichrome.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah ada pengaruh pemberian salep ekstrak etanol daun pepaya terhadap
pencegahan progresivitas ulkus diabetik pada hewan model?

1
1.3 Tujuan Penelitian
Mengetahui efek ekstrak etanol daun pepaya sebagai terapi dalam pencegahan
ulkus diabetik pada hewan model.

BAB II. TARGET LUARAN


Luaran yang diharapkan dari penelitian ini berupa diterbitkannya jurnal ilmiah
di kancah nasional maupun internasional.

BAB III. METODE


Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan model posttest only
with control group design dengan tujuan menilai perbedaan progresivitas luka
menjadi ulkus yang diberi salep ekstrak etanol daun pepaya.

3.2 Variabel Penelitian


3.2.1 Variabel Bebas : Salep ekstrak etanol daun pepaya
3.2.2 Variabel Terikat : Ulkus diabetik
3.2.3 Variabel Terkendali : Jenis hewan coba, pakan, luas luka

3.3. Definisi Operasional


3.3.1 Salep ekstrak etanol daun pepaya adalah bahan uji yang diberikan pada
ulkus diabetik padahewan model yang diperoleh menggunakan metode
pembuatan salep dengan konsentrasi 10%, 15%, dan 30%.
3.3.2 Ulkus diabetikum adalah keadaan ditemukannya infeksi, tukak dan atau
destruksi ke jaringan kulit yang paling dalam pada pasien Diabetes Mellitus
(DM) akibat abnormalitas saraf dan gangguan pembuluh darah arteri perifer
(Roza et al. 2015).

3.4. Tempat dan Waktu Penelitian


3.4.1 Pembuatan salep ekstrak etanol daun pepaya di Departemen Farmasi Fakultas
MIPA UII
3.4.2 Perawatan hewan model di Departemen Farmasi Fakultas MIPA Universitas
Islam Indonesia
3.4.3 Perlukaan hewan model dan pengamatan hasil di Laboratorium Histologi
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia 3.4.4

2
3.5 Alat dan Bahan
3.5.1 Alat Penelitian
Alat yang digunakan adalah botol maserasi, seperangkat rotary
evaporator, timbangan analitik, timbangan hewan, lumpang dan stamfer, beaker
glass, sonde, gunting pencukur rambut, kamera, tripod, nekropsi untuk membuat
luka, dan mikrotom untuk membuat preparat.
3.5.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun pepaya didapatkan di
daerah Sleman Yogyakarta sebanyak 1.000 gram, tikus putih (Rattus norvegicus)
jantan galur wistar. Tikus didapatkan dari pengembangan laboratorium riset FK UII.
Tikus yang digunakan memiliki kriteria berumur 3 bulan, berat badan kisaran 200
gram, tidak memiliki cacat secara fisik, aktif bergerak dengan stimulus, tidak keluar
secret abnormal dari tubuh, tidak ada kelainan makan dan minum, tidak agresif, tidak
terdapat luka, kulit atau bulu halus dan tidak mudah rontok, mata cerah, tidak
terdapat discharge yang keluar dari tubuh, dan kadar glukosa darah sewaktu < 200
mg/dl. Usia tikus 3 bulan merupakan usia yang lazim digunakan untuk pembuatan
hewan model, sedangkan galur wistar dipilih oleh karena lebih mudah dalam
pengadaan hewan coba tersebut. Untuk pemeliharaan dibutuhkan kandang dan pelet.
Setiap harinya tikus diberi makan dan minum secara ad libitum. Pakan yang
diberikan adalah BR2 comfeed (dalam wadah pakan), sedangkan air minum yang
diberikan adalah air mineral yang dimasukkan dalam wadah minum. Tikus
dimasukkan kedalam kandang yang terpisah antara satu dengan yang lain. Kandang
tikus berasal dari bahan plastik dengan dasar berlubang, berukuran 45x30x30 cm.
Pencahayaan / siklus gelap dan terang dilakukan tiap 12 jam (gelap pada malam
hari). Sirkulasi udara baik dengan tersedianya ventilasi yang cukup pada ruangan.
Bahan lain yang diperlukan adalah etanol 96% sebanyak 5.000 cc, streptozotocin
(STZ) untuk induksi diabetes mellitus, vaselin, ketamin, NaCl, pewarna
trichomensen, buffer formalin 10% untuk fiksasi.
3.6. Besar populasi sampel
Perhitungan populasi sampel pada penelitian ini menggunakan rumus yaitu:
(t-1) (n-1) ≥ 15 t = jumlah kelompok penelitian n = sampel penelitian
Didapatkan hasil setiap kelompok penelitian akan terdapat 6 sampel tikus. Penelitian
ini akan menggunakan 4 kelompok sehingga terdapat 24 tikus sebagai hewan model.
(David & Arkeman, 2008).
3.7 Alur Penelitian
3.7.1 Determinasi
Memilih daun pepaya sebanyak 1.000 gram dari perkebunan pepaya di
Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta. Daun pepaya dipilih oleh peneliti
dengan kriteria tidak terlalu tua dan matang, segar, dan tidak berlubang karena
dimakan oleh ulat.

3
3.7.2 Membuat ekstrak etanol daun pepaya
Daun pepaya yang sudah dipilih kemudian dicuci dengan air bersih, kemudian
dikeringkan pada suhu ruangan (± 27° C) selama 2 hari. Sebanyak 1000 gram daun
pepaya dipotong-potong halus kemudian direndam dalam etanol 96% selama 5 hari
sambil sesekali diaduk, lalu disaring. Ampas dari pencampuran tersebut di maserasi
sebanyak dua kali. Kumpulan maserat diaupkan dengan rotary evaporator hingga
didapatkan ekstrak kental.
3.7.3 Membuat salep ekstrak etanol daun pepaya
Ekstrak etanol daun pepaya yang sudah dibuat selanjutnya disempurnakan ke
dalam bentuk salep dengan pertimbangan akan digunakan secara topikal. Basis salep
yang digunakan basis berlemak vaselin album. Lumpang dan stamfer dipanaskan di
dalam oven dengan suhu 500°C hingga panas. Lumpang dan stamfer yang telah
panas dikeluarkan dari oven kemudian ditambahkan vaselin album dan diaduk
dengan kecepatan konstan hingga homogen dengan membentuk basis salep. Basis
salep yang telah dibuat, ditambahkan dengan ekstrak daun pepaya dan diaduk hingga
homogen dengan menggunakan lumpang dan stamfer yang panas. Formula standar
dasar salep yang digunakan ialah vaselin album 85 g dan m.f salep 100 g. Sediaan
salep yang akan digunakan memiliki masing-masing konsentrasi ekstrak daun
pepaya yaitu 10%, 15% dan 30% dibuat sebanyak 30 gram (Hasmila et al., 2015).
3.7.4 Menginduksi tikus dengan STZ
Tikus yang telah dipilih dan dilakukan randomisasi akan diaklimatisasi
selama 5 hari (hari ke-8 hingga ke-12), kemudian diinduksi dengan STZ. Induksi
STZ diawali dengan tikus dipuasakan selama 12 jam terlebih dahulu. STZ
diberikan secara intraperitoneal dengan dosis tunggal 35 mg/Kg dalam 0,1 M
buffer sitrat pH 4,5. Tiga hari setelah induksi STZ (hari ke-15), dilakukan
pemeriksaan kadar GDP. Hewan model dinyatakan sebagai tikus diabetes jika
memiliki kadar gula darah puasa ≥ 200 mg/dl) (Zulkarnain, 2013).
3.7.5 Membuat perlukaan pada hewan coba
Semua hewan coba dilakukan anestesi dengan pemberian injeksi Ketamin
50 mg/kgBB di otot kuadriseps setelah dinyatakan positif diabetes melitus (hari
ke-15). Luka yang dibuat berlokasi 15 cm dari ekor tepat di tengah sumbu tubuh
tikus. Tandai bagian yang akan dibuat luka, kemudian rambut hewan coba
dicukur dan dilakukan desinfeksi menggunakan NaCl lalu dibuat luka insisi
sepanjang 1cm dan sedalam 1 mm dengan menggunakan nekropsi.
3.7.6 Pengolesan salep ekstrak etanol pada hewan coba
Pengolesan salep ekstrak etanol dimulai pada hari ke 7 sejak luka dibuat
(hari ke-22). Pengolesan salep ekstrak etanol berlangsung selama 8 hari dan
dihentikan pada hari ke-30. Berikut perlakuan tiap kelompok:
Kelompok I (kontrol) : luka insisi didiamkan selama percobaan
berlangsung.

4
Kelompok II (perlakuan): luka diolesi ekstrak etanol daun pepaya 96%
berbentuk salep dengan dosis 10% setiap 24 jam
sekali secara merata, tipis, dan menutupi luka.
Kelompok III (perlakuan): luka diolesi ekstrak etanol daun pepaya 96%
berbentuk salep dengan dosis 15% setiap 24 jam
sekali secara merata, tipis, dan menutupi luka.
Kelompok IV (perlakuan): luka diolesi ekstrak etanol daun pepaya 96%
berbentuk salep dengan dosis 30% setiap 24 jam
sekali secara merata, tipis, dan menutupi luka.
3.7.7 Pengamatan progresivitas ulkus
Perhitungan progresivitas ulkus diamati secara makroskopis dan
mikroskopis. Pengamatan makroskopis dilakukan dengan cara menghitung
panjang luka selama beberapa hari secara berturut-turut/
Perhitungan mikroskopis dilakukan dengan menggunakan mikroskop dan
preparat yang telah diberi pewarnaan trichomensen. Pada hari ke-30 hewan coba
diterminasi dan diambil jaringan yang dibutuhkan seluas 1x1 cm sedalam semua
ketebalan kulit. Hasil biopsi kemudian difiksasi dalam buffer formalin 10%
selama kurang dari 24 jam. Tiap jaringan kemudian ditaruh pada pot yang berbeda
kemudian diberi label, kemudian dibuat blok parafin dan disayat setebal 5 μ
menggunakan mikrotom dan dilakukan pewarnaan Masson’s Trichrome. Preparat
siap untuk diamati dengan mikroskop.
3.7.8 Perhitungan progresivitas ulkus
Pengamatan makroskopis akan menghasilkan panjang luka yang
kemudian dapat dihitung dengan rumus :

Rata-rata panjang pengecilan luka =


Setelah dilakukan pengamatan dengan menggunakan mikroskopis kemudian
diukur kedalaman luka pada 2 bagian, kedua tepi dan bagian tengah luka.
Kedalaman luka diukur menggunakan software optilab dengan perbesaran
100x, kemudian dijumlahkan dan dibagi 3. Rumus kedalaman luka, sebagai
berikut :

Kedalaman luka =
Ketebalan kolagen dihitung dengan mengukur ketebalan jaringan kolagen
dengan menggunakan software ruler yang telah dikalibrasi. Ketebalan kolagen
diukur pada 3 lokasi, bagian tengah, tepi kanan, dan tepi kiri. Ketiga hasil
kemudian dijumlahkan dan dibagi tiga. Rumus ketebalan kolagen, sebagai
berikut :

5
Ketebalan kolagen =
3.8. Analisis Data
Data hasil penelitian dianalisis terlebih dahulu dengan pengujian
normalitas menggunakan uji Shaphiro-Wilk untuk menentukan sifat distribusi
kelompok. Jika didapatkan data berdistribusi normal maka dilanjutkan uji
parametrik dengan analisis One Way Anova. Pengujian alternatif dengan
menggunakan Kruskal-wallis Pengujian data statistik dilakukan dengan
menggunakan software SPSS (Dahlan, 2014).

BAB IV. HASIL

Berdasarkan percobaan didapatkan hasil sesuai dengan tabel 1.


Tabel 1. Rata-rata panjang pengecilan luka.
Panjang luka (dalam mm) Rata-rata panjang
Tikus Hari ke-1 Hari ke-3 Hari ke-7 pengecilan luka
(dalam mm)
1 A1 7 5 3 4
2 A2 Mati saat penelitian
3 A3 13 13 12 1
4 A4 Mati saat penelitian
5 A5 7 7 6 3
6 A6 Mati saat penelitian
7 A7 9 9 8 2.3
8 B1 10 8 6 3
9 B2 12 10 9 2
10 B3 12 11 11 3.3
11 B4 Mati saat penelitian
12 B5 12 7 6 3
13 B6 Mati saat penelitian
14 B7 Mati saat penelitian
15 C1 Mati saat penelitian
16 C2 5 1 0 5
17 C3 12 Mati saat penelitian
18 C4 12 2 0 5
19 C5 12 3 3 4.3
20 C6 8 5 0 5
21 C7 8 Mati saat penelitian

6
22 D1 7 7 4 3.7
23 D2 8 7 2 4.3
24 D3 12 11 10 1.7
25 D4 Mati saat penelitian
26 D5 5 5 4 3.7
27 D6 10 9 5 3.3
28 D7 12 11 10 1.7
A : kelompok yang tidak diberikan salep ekstrak etanol daun pepaya
B : kelompok yang diberikan salep ekstrak etanol daun pepaya 5%
C : kelompok yang diberikan salep ekstrak etanol daun pepaya 10%
D : kelompok yang diberikan salep ekstrak etanol daun pepaya 30%

Berdasarkan Tabel 1, didapatkan hasil selisih luka awal dan akhir pada grafik
1.
Grafik 1 Selisih luka awal dan akhir.

Selisih Luka Awal dan Akhir


14

12

10

0
A1 A3 A5 A7 B1 B2 B3 B5 C2 C4 C5 C6 D1 D2 D3 D5 D6 D7

Tabel 2. Hasil analisis data menggunakan One Way Annova.


ANOVA
b

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 127.278 3 42.426 5.256 .012


Within Groups 113.000 14 8.071
Total 240.278 17

7
Tabel 3. Hasil perbandingan dengan menggunakan post hoc.

Multiple Comparisons
Dependent Variable: b
Bonferroni

(I) Kelompok (J) Kelompok Mean Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
Difference (I-J) Lower Bound Upper Bound

B .75000 2.00891 1.000 -5.4149 6.9149

A C -6.50000* 2.00891 .036 -12.6649 -.3351

D -1.75000 1.83387 1.000 -7.3778 3.8778


A -.75000 2.00891 1.000 -6.9149 5.4149
*
B C -7.25000 2.00891 .017 -13.4149 -1.0851
D -2.50000 1.83387 1.000 -8.1278 3.1278
A 6.50000* 2.00891 .036 .3351 12.6649
C B 7.25000* 2.00891 .017 1.0851 13.4149
D 4.75000 1.83387 .128 -.8778 10.3778
A 1.75000 1.83387 1.000 -3.8778 7.3778

D B 2.50000 1.83387 1.000 -3.1278 8.1278

C -4.75000 1.83387 .128 -10.3778 .8778

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

A: kelompok yang tidak diberikan salep ekstrak etanol daun papaya


B: kelompok yang diberikan salep ekstrak etanol daun pepaya 5%
C: kelompok yang diberikan salep ekstrak etanol daun pepaya 10%
D: kelompok yang diberikan salep ekstrak etanol daun pepaya 30%

Dengan melihat hasil dari analisis Post hoc, diperoleh hasil sebagai berikut:
 Secara statistik, terdapat perbedaan rata-rata penyembuhan luka antara kelompok
yang diberikan salep ekstrak etanol daun pepaya 10% dengan variabel kontrol yang
tidak diberikan salep ekstrak etanol daun pepaya karena p=0.036
 Secara statistik, terdapat perbedaan rata-rata penyembuhan luka antara kelompok
yang diberikan salep ekstrak etanol daun pepaya 10% dengan kelompok yang
diberiksan salep ekstrak etanol daun pepaya 15% karena p=0.017
 Secara statistik, tidak terdapat perbedaan rata-rata penyembuhan luka antara
kelompok yang diberikan salep ekstrak etanol daun papaya 10% dengan kelompok
yang diberikan salep ekstrak etanol daun papaya 30% karena p=0.128
 Dengan demikian, perbedaan rata-rata penyembuhan luka didapatkan antara
kelompok yang diberikan salep ekstrak etanol daun papaya 10% dengan kelompok

8
yang tidak diberikan salep ekstrak etanol daun pepaya dan kelompok yang diberikan
salep ekstrak etanol daun pepaya 5%.
Secara kesimpulan, berdasarkan analisis data didapatkan konsentrasi poten yang
dapat mencegah ulkus diabetik adalah salep ekstrak etanol 15%. Hasil data perhitungan
statistik dengan post hoc benferroni menunjukkan seluruh variable pada kelompok C
berbeda signifikan terhadap variabel A dan B dengan nilai p<0,05. Perbandingan
dengan kelompok A menunjukkan 0.036 dan kelompok B menunjukkan 0.017 ,
sedangkan jika dibandingkan dengan kelompok D tidak berbeda signifikan dengan
hasil p yaitu 0.128.

BAB V. POTENSI HASIL


Berdasarkan hasil perhitungan statistic perbedaan panjang luka awal dan akhir
menggunakan metode multiple comparison Bonferroni, didapatkan hasil yang paling
poten adalah adalah kelompok C dengan konsentrasi ekstrak daun papaya 15%. Hasil
anaslisis data dapat dilihat pada tabel 2.

BAB VI. RENCANA TAHAP BERIKUTNYA


Berdasarkan hasil pengamatan secara makroskopis didapatkan konsentrasi
yang paling poten adalah salep ekstrak etanol daun pepaya 15%. Rencana tahap
berikutnya adalah melakukan perhitungan jumlah sel secara mikroskopis setelah
pembuatan preparat slide selesai.

DAFTAR PUSTAKA
A.N.S, T., 1989. Tanaman Obat Tradisional 1, Yogyakarta: Kanisius.
Bruhn-olszewska, B. et al., 2012. Molecular factors involved in the development of diabetic
foot syndrome. , 59(4), pp.507–513.
Brunetti, C. et al., 2013. Flavonoids as Antioxidants and Developmental Regulators : Relative
Significance in Plants and Humans. International Journal of Molecular Sciences,
pp.3540–3555.
Clayton, W. & Elasy, T.A., 2009. A Review of the Pathophysiology, Classification, and
Treatment of Foot Ulcers in Diabetic Patients. Clinical Diabetes, 27(2), pp.52–58.
Dahlan, M.S., 2014. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Edisi 6., Jakarta:
Epidemiologi Indonesia.
David & Arkeman, H., 2008. Universa medicina. Universa Medicina, 27(3), pp.4– 10.
Frykberg, R.G. & Moines, D., 2002. Diabetic Foot Ulcers : Pathogenesis and Management.
American Family Physician, 66, pp.1655–1662.
Hainida, E. et al., 2015. Journal of Food Composition and Analysis Phytochemicals of papaya
and its traditional health and culinary uses – A review. Journal of Food Composition
and Analysis, 41, pp.201–211. Available at:
http://dx.doi.org/10.1016/j.jfca.2015.02.010.

9
Hasmila, I., Amaliah & Danial, M., 2015. Efektivitas Salep Ekstrak Ekstrak Daun Sirsak (
Annona muricata L. ) Pada Mencit yang Terinfeksi Bakteri
Staphylococcus aureus ITA HASMILA 1 , AMALIAH 1 , MUHAMMAD DANIAL 1
1. , pp.54–62.
Kementrian Kesehatan RI, 2014. Situasi dan Analisis Diabetes, Jakarta: Kementrian
Kesehatan RI Pusat Data dan Informasi.
Kim, Y.S. et al., 2011. Therapeutic Effect of Total Ginseng Saponin on Skin Wound Healing.
, 35(3), pp.360–367.
Majinda, R.R.T., 2012. Extraction and Isolation of Saponins Chapter 16 Extraction and
Isolation of Saponins. Research Gate, 864.
Roza, R.L., Afriant, R. & Edward, Z., 2015. Faktor Risiko Terjadinya Ulkus Diabetikum pada
Pasien Diabetes Mellitus yang Dirawat Jalan dan Inap di RSUP Dr . M . Djamil dan RSI
Ibnu Sina Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 4(1), pp.243–248.
Singh, S., Pai, D.R. & Yuhhui, C., 2013. Clinical Research on Foot & Ankle Diabetic Foot
Ulcer – Diagnosis and Management. , 1(3), pp.1–9.
Sudoyo, A.W. et al., 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V., Jakarta: Interna
Publishing.
Vij, T. & Prashar, Y., 2015. Review on Medicinal Properties of Carica papaya L inn . Asian
Pacific Journal of Tropical Disease, 5(1), pp.1–6. Available at:
http://dx.doi.org/10.1016/S2222-1808(14)60617-4.
Yamauchi, R., 2016. Vitamin E : Mechanism of Its Antioxidant Activity. , (January 1997).
Yue, M.S. et al., 2006. Molecular Aspects of Wound Healing in diabetes. , 14(1), pp.8–13.
Zulkarnain, 2013. PERUBAHAN KADAR GLUKOSA DARAH PUASA PADA TIKUS
Sprague Dawley YANG DIINDUKSI STREPTOZOTOCIN DOSIS RENDAH. Jurnal
Kedokteran Syiah Kuala, 13, pp.71–76.

10
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1. Penggunaan Dana
Justitifikasi Harga
Material Kuantitias Jumlah (Rp)
Pemakaian Satuan (Rp)
1 Daun papaya Material 5 kg Rp. 50.000 Rp. 250.000
kering bahan uji
2. Etanol 96% Material 10 L Rp. 55.000 Rp. 550.000
bahan uji
3. Laboratorium Tempat 1 Rp. 1.200.000 Rp. 1.200.000
Biofar UII pembuatan
bahan uji
4. Laboratorium Tempat 1 Rp. 250.000 Rp. 250.000
Farmasi UII pembuatan
bahan uji
5. STZ dan Material 1 Rp. 3.025.000 Rp. 3.025.000
Buffer Sitrat induksi
hewan coba
6. Tikus wistar Hewan coba 30 ekor Rp. 35.000 Rp. 1.050.000
jantan
7. Punch biopsy Pembuatan 10 Rp. 100.000 Rp. 1.000.000
perlukaan
hewan coba
7. Biaya Ethical 1 Rp. 50.000 Rp. 50.000
administrasi approval
etik
8. Laboratorium Tempat 1 bulan Rp. 200.000 Rp. 200.000
Fisiologi FK hewan uji
UII coba
9. Pot organ Material 21 buah Rp. 2.000 Rp. 42.000
penyimpanan
10. Ketamin Material 3,60 ml Rp. 2.000 Rp. 72.000
pembiusan
hewan coba
11. Pakan Kebutuhan 10 kg Rp. 10.000 Rp. 100.000
pangan
hewan coba
12. Perawatan Perawatan 1 Rp. 500.000 Rp. 500.000
tikus hewan coba
13. D5 Infus 500 Kebutuhan 5 Rp. 18.000 Rp. 90.000
hewan coba
14. Pembuatan Pembuatan 21 buah Rp. 40.000 Rp. 840.000
slide slide untuk
pengamatan

11
15. Pewarnaan Pewarnaan 21 buah Rp. 20.000 Rp. 420.000
slide untuk
pengamatan
16. Kertas Print out 1 rim Rp. 37.500 Rp. 37.500
penelitian
17. Bensin Transportasi 1 mobil Rp. 7400 Rp. 154.000
selama dan 1
penelitian motor
yang
digunakan
18. Tinta printer Print out 1 Rp. 70.000 Rp.70.000
penelitian
Sub Total (Rp) Rp. 9.900.500

Lampiran 2. Bukti Pembayaran

12
13
14
15
Lampiran 3. Bukti Kegiatan

Lokasi perkebunan pepaya Persiapan penimbangan tikus

Penimbangan tikus Tikus yang sudah dikelompokkan

Pengelompokkan tikus Pakan tikus

16
Induksi tikus dengan STZ + buffer Pengecekan kadar glukosa darah tikus
dengan cara memotong bagian ekor

Persiapan kadar glukosa darah tikus Pengecekan kadar glukosa darah tikus (2)

Pengambilan salep ekstrak etanol daun Tempat perawatan dan pemeliharaan


pepaya di laboratorium farmasi UII tikus sehari-hari

17
Injeksi ketamin untuk minimalisir rasa
Pencukuran bulu tikus
sakit

Tikus setelah dibuat luka sayat Persiapan pengambilan jaringan

Pengukuran luka tikus Jaringan yang sudah dijahit dan


ditaruh di pot

18

Anda mungkin juga menyukai