Anda di halaman 1dari 53

PENDIDIKAN KESEHATAN

BERDASARKAN HASIL PENELITIAN (EVIDENCE BASE


PRACTICE) PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM
ENDOKRIN DIABETES MELITUS

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal


Bedah II

Dosen Pengampu: Rosliana Dewi ,M.H.Kes.,M.Kep.

Disusun oleh :
Kelompok 11

Ilmy Nurul Amalia C1AA19041


Muhammad Adrian Firdaus C1AA19063
Silvi Dwi Yulianti C1AA19099
Villyani Delvia Rizki C1AA19111

PROGRAM STUDI SARJANA


KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN SUKABUMI 2021

i
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT dengan rahmat dan
karunianya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan berjudul
“Pendidikan Kesehatan Berdasarkan Hasil Penelitian (Evidence Base
Practice) Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Endokrin Diabetes
Melitus”
Shalawat serta salam penulis kirimkan kepada junjungan alam Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan umatnya.
Penyusunan makalah ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari berbagai
pihak.oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih.
Segala usaha telah dilakukan untuk menyempurnakan makalah ini. Namun
penulis menyadari bahwa dalam makalah ini mungkin masih ditemukan
kekurangan dan kekhilafan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang dapat dijadikan masukan guna perbaikan di masa yang akan datang.

Sukabumi, 27 April 2021

Kelompok 11

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................2

C. Tujuan dan Manfaat......................................................................................2

BAB II DESAIN MAKALAH..................................................................................3

A. Metode Penerapan EBP.................................................................................3

B. Strategi Pengumpulan Data...........................................................................3

C. Diagnosa Keperawatan..................................................................................3

D. Hasil-Hasil Penelitian Berdasarkan Evidence Base practice........................4

BAB III PENUTUP..................................................................................................39

A. Kesimpulan...................................................................................................39

B. Saran.............................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Praktik keperawatan sangat berkaitan dengan pelayanan kesehatan
yang diberikankepada seorang klien. Praktik keperawatan didasarkan pada
komponen – komponen penting yang ada sehingga saat melakukan praktik
keperawatan akan meminimalisir resiko yang mungkin saja terjadi. Praktik
keperawatan tentunya dilakukan oleh seorang perawat yang telah lulus
bersekolah di perguruan tinggi yang telah mendapatkan ilmu – ilmu
keperawatan sebagai dasar atau pedoman di dalam melakukan tindakan
keperawatan. Kualitas pengobatan atau kesembuhan seorang
pasien bergantungkepada perawat karena memegang peranan penting terhada
p kesembuhan pasien. Perawat setiap hari akan bertemu langsung dengan pas
ien sehingga ketika terjadi hal  hal yang aneh atau masalah lainnya itu semua 
adalah tanggung jawab seorang perawat. Oleh karena itu, perawat harus
memberikan pelayananyang bermutu, berkualitas, dan terbaik kepada pasien.
Namun demikian, tidak seperti yangkita bayangkan.
Evidence Based Practice (EBP), merupakan pendekatan yang dapat
digunakan dalam praktik perawatan kesehatan, yang berdasarkan evidence
atau fakta. Penggunaan evidence base dalam praktek akan menjadi dasar
scientific dalam pengambilan keputusan klinis sehingga intervensi yang
diberikan dapat dipertanggungjawabkan. Tujuan dari EBP adalah tiada lain
dan tiada bukan adalah untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan,
meningkatkan pelayanan yang selalu mendahulukan keselamatan pasien dan
pada akhirnya membantu untuk menurunkan hospital costs.
Diabetes Melitus adalah salah satu penyakit yang berbahaya yang
kerapdisebut sebagai silent killer selain penyakit jantung, Orang lazim
menyebutnyasebagai penyakit gula atau kencing manis.Sebelum menjelaskan
lebih lanjut soalpenyebab dan cara perawatan pasien diabetes melitus ada
baiknya kita simakdulu definisi mengenai diabetes melitus itu

1
sendiri.Diabetes mellitus atau penyakit gula atau kencing manis adalah
penyakityang ditandai dengan kadar glukosa darah yang melebihi normal
(hiperglikemia)akibat tubuh kekurangan insulin baik absolut maupun relatif.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan judul makalah ini maka rumusan masalahnya adalah


mengenai pendidikan kesehatan berdasarkan hasil penelitian EBP Pada
Klien Dengan Gangguan Sistem Endokrin Diabetes Melitus.
3. Tujuan dan Manfaat

Tujuan penulisan maklah ini untuk mengetahui dan menelaah hasil-hasil


dari penelitian terhadap pasien dengan Penyakit Jantung Koroner
berdasarkan Evidence Based Practice (EBP), sehingga dapat menambah
pengetahuan kita sebagai mahasiswa keperawatan dalam menerapkan
pendidikan kesehatan yang berdasarkan pada hasil-hasil penelitian.
Manfaat makalah ini sebagai wawasan pengetahuan penulis dan
pembaca tentang system pernapasan manusia.Selain itu, sebagai bekal
dalam memberikan bahan ajar Ilmu Pengetahuan Alam kelak sebagai tenaga
pendidik.

2
BAB II
DESAIN MAKALAH

A. Metode Penerapan EBP

Penerapan EBP ini menggunakan metode pre dan post tindakan.


Untuk melihat tingkat keberhasilan EBP ini, penulis mengobservasi
hasil-hasil pada jurnal penelitian terhadap pasien Diabetes Melitus,
dengan membandingkan hasil sebelum dan sesudah dilakukan
intervensi.
B. Strategi Pengumpulan Data

Dalam menyusun makalah ini penulis mengumpulkan jurnal


penelitian sebagai data acuan pelaksanaan pendidikan kesehatan,
yang diakses melalui media elektronik yaitu Goggle Scholar. Jurnal
yang dicari berhubungan dengan intervensi keperawatan pada pasien
Diabetes melitus.
C. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik
(dari hiperglikemia).
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan dengan ketidakadekuatan
insulin, penurunan masukan oral.
3. Resiko tinggi infeksi (sepsis) berhubungan dengan kadar glukosa
tinggi.
4. Resiko tinggi terhadap perubahan sensori-perceptual berhubungan
dengan perubahan ketidakseimbangan glukosa/insulin atau
elektrolit.
5. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi
metabolik.
6. Ketidak berdayaan berhubungan dengan penyakit atau progresif
yang tidak dapat diobati.
7. Kurang pengetahuan mengenai penyak it, prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.

3
D. Hasil-Hasil Penelitian Berdasarkan Evidence Base practice

1. Beri makanan porsi kecil tapi sering

a. Summary Jurnal
No Topik Peneliti Tahun Metode Populasi & Hasil Kesimpulan
sample
1. HUBUNGAN POLA Sartika. Sumangkut 2013 Penelitian ini Metode Hasil yang didapatkan Dari hasil penelitian
MAKAN DENGAN Wenny. Supit bersifat pengambilan menunjukkan bahwa yang telah di lakukan
KEJADIAN Franly. Onibala deskriptif sampel yang ada hubungan pola di Rumah Sakit prof.
PENYAKIT analitik dengan digunakan yaitu makan dengan kejadian Dr. R. D. Kandou
DIABETES rancangan cross dengan purposive Diabetes Melitus tipe-2 Manado pada bulan
MELITUS TIPE-2 sectional sampling yaitu dengan nilai p 0,00(α Juni 2013 maka dapat
DI POLI INTERNA (potong lintang). sebanyak 80 0,05). Penderita DM di simpulkan bahwa :
BLU.RSUP. PROF. orang. paling banyak berjenis Ada hubungan pola
DR. R. D. KANDOU kelamin perempuan 23 makan dengan
MANADO orang (laki-laki 17orang), kejadian diabetes
penyakit DM ini lebih Melitus tipe-2 di
sering terjadi pada poliklnik interna BLU
perempuan, karena RSUP. Prof. Dr. R.
kebiasaan perempuan D. Kandou Manado,

4
yangsuka mengkonsumsi jenis makanan yang
makanan-makanan disukai dan sering
yang mengandung dikonsumsi responden
cokelat, gula, dan penderita DM tipe-2
jajanan-jajanan siap yaitu banyak
saji, hal ini mengandung gula dan
menyebabkan dapat meningkatkan
peningkatan kadar kadar glukosa dalam
gula darah pada darah seperti cake,
perempuan yang lebih tart, dodol, dan kue-
beresiko dibanding laki- kue yang terlalu
laki akibat pola manis, minuman sirup,
makan yang tidak minuman bersoda, es
baik. Dari penelitian teh manis dan susu
yang dilakukan, kental manis,
penderita DM paling frekuensi makan yang
banyak berada di umur tidak teratur pada
41-60 tahun yaitu 24 responden penderita
orang DM tipe-2 dan

5
kebiasaan makan yang
tidak tepat waktu di
karenakan kesibukkan
pekerjaan masing
masing dansering
makan tidak terkontrol.
Sehingga pola makan
responden tidak baik
dan menyebabkan
Diabetes Melitus tipe-2.
2. Pengaruh Pola Siti Cholishotul 2020 Desain atau Populasi dan Hal ini menunjukkan Hasil penelitian
Makan Dan Aktifitas Himmah1 rancangan yang sampel : bahwa terdapat didapatkan pengaruh
Terhadap Penurunan Detty Nur Irawati2 digunakan Sampel pada pengaruh yang signifikan yang signifikan pola
Kadar Gula Pada Nenny Triastuti3 dalam penelitian penelitian ini pola makan terhadap makan, aktivitas fisik
Pasien Diabetes Nabil Salim ini adalah adalah penurunan kadar gula terhadap
MelitusTipe2 di Ambar4 rancangan peserta yang darah. Pengaturan pola penurunanikadar gula
Klinik Aulia analitik Cross mengikuti makan diketahui dapat darah.
Jombang sectional. Prolanis di Klinik menstabilkan kadar
Aulia glukosa darahdan lipid-

6
Jombang, yang lipid dalam batas normal.
juga merupakan
pasien diabetes
melitus tipe 2
sebanyak 45
pasien.
3. Hubungan Pola Susanti1, Difran 2018 Desain Pengambilan Hasil uji statistik Pentingnya peran
Makan Dengan Nobel Bistara2 penelitian ini sampel dilakukan Spearman Rho p=0,000 pengaturan pola makan
Kadar Gula Darah adalah pada bulan (α=0,05) menunjukkan pada penderita diabetes
Pada Penderita korelasional. Oktober sampai bahwa H0 ditolak dalam pengendalian
Diabetes Mellitus November 2017 sehingga kadar gula darah
dengan besar dapat disimpulkan ada sehingga kadar gula
sampel 40 hubungan antara pola darah tetap terkontrol.
responden. makan dengan kadar gula
darah pada penderita
Diabetes Mellitus di
Puskesmas Tembok
Dukuh Surabaya. Hasil
penelitian ini didapatkan

7
ada
hubungan yang kuat
antara pola makan
dengan kadar gula darah
apabila pola makan yang
tidak baik
seperti yang dianjurkan
prinsip 3J maka akan
terjadi ketidakstabilan
kadar gula darah.

8
b. Kajian Literatur

1) Hasil Literatur

Dari hasil penelitian yang dilakukan Sartika.


Sumangkut Wenny. Supit Franly. Onibala (2013) dengan
judul, “HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN
KEJADIAN PENYAKIT DIABETES MELITUS TIPE-2 DI
POLI INTERNA BLU.RSUP. PROF. DR. R. D. KANDOU
MANADO“ Menurut asumsi peneliti, : Ada hubungan
pola makan dengan kejadian Diabetes Melitus tipe-2 di
poliklnik interna BLU RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado.
Dari hasil penelitian yang Siti Cholishotul
Himmah1 Detty Nur Irawati2 Nenny Triastuti3Nabil Salim
Ambar4 (2020) dengan judul “ Pengaruh Pola Makan Dan
Aktifitas Terhadap Penurunan Kadar Gula Pada Pasien
Diabetes MelitusTipe2 di Klinik Aulia Jombang “ Setelah
dilakukan intervensi Dari hasil penelitian di atas secara
umum, hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
pola makan terhadap penurunan kadar gula darah.
Pengaturan pola makan diketahui dapat menstabilkan kadar
glukosa darah dan lipid- lipid dalam batas normal.
Dari hasil penelitian yang dilakukan Susanti1,
Difran Nobel Bistara2 (2018) dengan judul ” Hubungan
Pola Makan Dengan Kadar Gula Darah Pada Penderita
Diabetes Mellitus” setelah dilakukan intervensi dari hasil
penelitian di atas secara umum, hasil penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa Pentingnya peran pengaturan pola
makan pada penderita diabetes dalam pengendalian kadar
gula darah sehingga kadar gula darah tetap terkontrol.

9
2) Analisis Literatur
Dari hasil 3 kajian jurnal yang didapatkan bahwa tpola
makan pada pasien dengan diagnosa Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan dengan ketidak adekuatan
insulin, penurunan masukan oral menunjukkan adanya
hubungan kefektifan dan keberhasilan yang berarti.
Dimana tindakan pemberian pola makan ini tersebut
membantu Mengurangi rasa mual dan memberi rasa
nyaman.

3) Lampiran Materi

a) Pola Makan

Pola makan merupakan asupan makanan yang


memberikan berbagai macam jumlah, jadwal dan jenis
makanan yang didapatkan seseorang. Pengaturan pola
makan yang tidak tepat seperti yang dianjurkan 3J
(Jadwal, Jumlah dan Jenis) dapat mengakibatkan
peningkatan kadar gula darah (Susanti, 2018).

 Makanan porsi kecil dalam waktu tertentu akan


membantu mengontrol kadar gula darah. Makanan
porsi besar menyebabkan peningkatan gula darah
mendadak dan bila berulang-ulang dalam jangka
panjang, keadaan ini dapat menimbulkan
komplikasi DM(soewondo, 2006)

 Untuk meningkatkan ketaatan pasien dalam


menjalani program pengobatan dan mengelola
kadar gula darah maka disarankan kepada pasien
untuk mentaati pengaturan pola makan yang telah
dianjurkan oleh petugas baikdalam jenis, jumlah
maupun jadwa

b) Pola Diet

10
Pola diet pada penderita diabetes mellitus tipe 2
bertujuan membantu penderita memperbaiki kebiasaan
makan sehingga dapat mengendalikan kadar glukosa
darah dalam batas normal sebagai akibat dari
hiperglikemia (peningkatan kadar gula dalam darah).
Oleh karena itu penatalaksanaan terapi pola diet diabetes
mellitus tipe 2 sangat berperan penting dalam upaya
menormalkan kadar gula darah pada diabetes mellitus
tipe 2 serta mencegah berbagai macam komplikasi yang
timbul dari penyakit.(Rudini, D, 2016)

Suiraoka (2012) mengemukakan bahwa pada


penderita diabetes melitus tipe 2, program diet dapat
dilakukan dengan mengurangi konsumsi lemak dan
menurunkan berat badan.

11
2. Berikan perawatan kulit secara teratur seperti massage

No Topik Peneliti Tahun Metode Popul Hasil Kesimpulan


asi &
sampl
e
1. PENGARUH Podo Yuwono, 2015 Rancangan 64 pasien Setelah dilakukan analisis Terapi pijat refleksi kaki
TERAPI PIJAT Azizah eksperimen diabetes melitus diperoleh hasil terapi pijat berpengaruh signifikan dalam
REFLEKSI KAKI Khoiriyati , semu dengan tipe 2 yang refleksi kaki berpengaruh meningkatkan ankle brachial
TERHADAP Novita Kurnia desain dirawat jalan di signifikan dalam index (ABI) pada pasien
ANKLE Sari pre test- post RS PKU meningkatkan ankle brachial diabetes melitus tipe 2 di RS
BRACHIAL test design Muhammadiyah index (ABI) pada pasien PKU Muhammadiyah
INDEX (ABI) Gombong pada diabetes melitus tipe 2 di RS Gombong.
PADA PASIEN bulan Mei PKU Muhammadiyah
DIABETES 2014, terdiri Gombong, terbukti dari: (a)
MELITUS TIPE 2 dari 32 terjadi peningkatan ABI yang
responden signifikan pada kelompok
kontrol dan 32 intervensi; (b) tidak terjadi
responden peningkatan ABI yang
intervensi signifikan pada kelompok

12
kontrol; (c) sesudah penelitian
ABI kelompok intervensi
secara signifikan lebih tinggi
dibandingkan ABI kelompok
kontrol; (d) peningkatan ABI
kelompok intervensi
secara signifikan lebih tinggi
dibandingkan peningkatan
ABI kelompok kontrol.
2. PERBEDAAN Resi 2015 Desain Teknik Hasil penelitian ini Hasil penelitian ini dapat
SENSITIVITAS Lisanawati1 , penelitian yang pengambilan menujukkan adanya disimpulkan bahwa melakukan
TANGAN DAN Yesi Hasneli2 , digunakan sampel yang peningkatan sensitivitas terapi pijat refleksi efektif
KAKI SEBELUM Oswati dalam penelitian digunakan yaitu tangan dan kaki yang dalam meningkatkan
DAN SESUDAH Hasanah3 ini adalah Quasi teknik signifikan pada kelompok sensitivitas tangan dan kaki
DILAKUKAN experimental purposive ekspeimen setelah diberikan pada pasien diabetes melitus
TERAPI PIJAT sampling dan perlakuan dengan hasil uji tipe II.
REFLEKSI menetapkan 15 statistik p<0,05
PADA responden pada
PENDERITA masing-masing

13
DIABETES kelompok
MELITUS TIPE
II
3. EFEKTIVITAS Marlin 2020 Penelitian ini 5 responden Uji statistik Wilcoxon Intervensi massage effleurage
MASSAGE Eppang*, Dewi merupakan studi yang dipilih menunjukkan terdapat dapat diterapkan untuk
EFFLEURAGE Prabawati kuantitatif dengan perubahan sensasi mencegah ulkus diabetik akibat
TERHADAP dengan quasi purposive proteksi kaki sebelum dan penurunan sensasi proteksi kaki
SENSASI eksperimental sampling sesudah intervensi dengan dan perlu dilakukan kunjungan
PROTEKSI KAKI pre-post design technique dan nilai p= 0.02 (< rumah pada pasien DM untuk
PADA PASIEN dibagi dalam 0.05); dan uji statistik Mann- memberikan penyuluhan
DIABETES kelompok Whitney menunjukkan kesehatan tentang pencegahan
MELITUS intervensi terdapat perbedaan dan perawatan DM, sehingga
sebanyak 71 signifikan sensasi proteksi pengetahuan pasien DM dapat
responden dan kaki pada kelompok meningkat serta memiliki
kelompok intervensi dan kelompok perilaku yang baik tentang
kontrol 24 kontrol dengan p=0.000. pengaturan diit dan kepatuhan
responden. Secara simultan variabel menjalani terapi
independen dalam
penelitian ini memberikan

14
pengaruh sebanyak 40.7 %
terhadap sensasi
proteksi kaki.

15
b. Kajian Literatur

4) Hasil Literatur

Dari hasil penelitian yang dilakukan Podo


Yuwono, Azizah Khoiriyati , Novita Kurnia Sari (2015)
dengan judul, “PENGARUH TERAPI PIJAT REFLEKSI
KAKI TERHADAP ANKLE BRACHIAL INDEX (ABI)
PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 “ Menurut
asumsi peneliti, Ada pengaruh Terapi pijat refleksi kaki
berpengaruh signifikan dalam meningkatkan ankle
brachial index (ABI) pada pasien diabetes melitus tipe 2
di RS PKU Muhammadiyah Gombong

Dari hasil penelitian yang dilakukan Saleh,


Muhammad Chairil Ibnu1*, Agustina, Dwi Martha2,
Hakim, Lukmanul (2015) dengan judul “PERBEDAAN
SENSITIVITAS TANGAN DAN KAKI SEBELUM DAN
SESUDAH DILAKUKAN TERAPI PIJAT REFLEKSI
PADA PENDERITA” setelah” dilakukan intervensi Dari
hasil penelitian di atas secara umum, hasil penelitian ini
dapat disimpulkan bahwa melakukan terapi pijat refleksi
efektif dalam meningkatkan sensitivitas tangan dan kaki
pada pasien diabetes melitus tipe II.

Dari hasil penelitian yang dilakukan Marlin


Eppang*, Dewi Prabawati (2020) dengan judul
“EFEKTIVITAS MASSAGE EFFLEURAGE TERHADAP
SENSASI PROTEKSI KAKI PADA PASIEN DIABETES
MELITUS” setelah”dilakukan intervensi dari hasil
penelitian di atas secara umum, hasil penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa Intervensi massage effleurage dapat
diterapkan untuk mencegah ulkus diabetik akibat
penurunan sensasi proteksi kaki.

16
5) Analisis Literatur
Dari hasil 3 kajian jurnal yang didapatkan bahwa
tindakan terapi pijat pada pasien dengan diagnosa Resiko tinggi
infeksi (sepsis) berhubungan dengan kadar glukosa
tinggi.menunjukkan kefektifan dan keberhasilan yang berarti.
Baik itu terapi pijat maupun massage effleurance dimana
tindakan-tindakan ini tersebut membantu saat tekanan yang
diberikan pada saat massage meningkatkan sirkulasi darah dan
kelenjar getah bening, meningkatkan sirkulasi jaringan,
mencegah terjadinya edema

6) Lampiran Materi

a) Terapi pijat refleksi kaki

Terapi pijat refleksi kaki merupakan stimulasi pada kulit


dan jaringan di bawahnya dengan menggunakan berbagai
tingkatan tekanan tangan untuk mengurangi nyeri,
membuat rileks atau meningkatkan sirkulasi. Pijat refleksi
kaki merupakan salah satu terapi komplementer yang
menggabungkan berbagai teknik dalam keperawatan seperti
sentuhan, teknik relaksasi dan teknik distraksi

Pijat refleksi yang dilakukan pada telapak tangan dan


kaki terutama di area organ yang bermasalah, akan
memberikan rangsangan pada titk-titik saraf yang
berhubungan dengan pankreas, titik saraf tersebut
merangsang pankreas untuk menghasilkan insulin.
Penelitian ini didukung oleh Nasution (2010) yang
menyimpulkan bahwa sirkulasi darah kaki setelah
melakukan senam kaki meningkat.

b) Massage Effleurage

Massage effleurage merupakan memijat dengan cara

17
mengusap secara lembut, mengikuti lekuk tubuh, dan
dilakukan mulai dari distal ke proksimal dan sejajar
dengan sumbuh panjang jaringan. Kompresi secara

bertahap dapat menstimulus keadaan relaksasi dan


mengurangi ketegangan otot. Tekanan yang diberikan
pada saat massage meningkatkan sirkulasi darah dan
kelenjar getah bening, meningkatkan sirkulasi jaringan,
mencegah terjadinya edema.

18
3. jadwalkan intervensi keperawatan agar tidak mengganggu waktu istirahat klien.
a. Summary Jurnal

No Topik Peneliti Tahun Metode Populasi & Hasil Kesimpulan


sample
1. Hubungan Nisrina Na’ilah R 2020 Penelitian ini 34 responden Hasil menunjukan pada Didapatkan korelasi
Manajemen Energi menggunakan penyandang manajemen energi bersifat negatif yang
dengan Kelelahan desain diabetes melitus didapatkan manajemen menunjukan semakin
Pada Pasien korelasional di Puskesmas energy pada pasien tinggi manajemen
Diabetes Melitus di dengan Kejayan diabetes melitus dengan energi maka semakin
Puskesmas Kejayan pendekatan Kabupaten kategori baik sebesar rendah kelelahan
Kabupaten Pasuruan cross sectional Pasuruan dengan 55,9%. Pada kelelahan yang dirasakan.
menggunakan menunjukan hasil median Kelelahan yang
teknik sampling sebesar 60,50 dengan dirasakan pasien
purposive nilai min-maks 34-73. diabetes tidak mudah
sampling. Hasil uji korelasi hilang sehingga harus
dan Mann menunjukan bahwa dilakukan pengelolaan
Whitney U-Test. terdapat hubungan antara energi dengan baik.
manajemen energi
dengan kelelahan

19
(p = 0,033, r = -0.366, α=
0,05).
2. LATIHAN Rumentalia 2019 Jenis penelitian Responden Latihan yang dilakukan Setelah intervensi rata-
DENGAN POSISI Sulistini, ini adalah penelitian pada penelitian ini adalah rata skor keletihan 16
DUDUK 2Prahardian Putri penelitian berjumlah 21 latihan pada posisi dengan skor terendah
MENURUNKAN kuantitatif orang dengan duduk. Latihan dilakukan 10 dan tertinggi 24.
KELETIHAN dengan metode selama 3 kali/ minggu ada perbedaaan rerata
PENDERITA pendekatan pengambilan selama 4 minggu. Rata– skor keletihan yang
DIABETES observasional sampel random rata skor keletihan bermakna antara awal
MELLITUS analitik dengan sampling. minggu pertama sebelum minggu I dan akhir
desain cross intervensi 18,23 dan minggu IV pada
sectional study rata–rata skor keletihan kelompok intervensi (p
setelah intervensi (post) value = 0,010). Untuk
16 dan didapatkan ada itu perlu
perbedaan rerata skor dikembangkannya
keletihan yang bermakna pemantauan aktifitas
antara awal minggu I dan fisik Penderita DM
akhir minggu IV pada khususnya Latihan fisik
kelompok intervensi (p selama di rumah. Dan

20
value = 0,010). Jadi, ada diharapkan
pengaruh latihan dengan mengefektifkan kembali
posisi duduk Program Prolanis di
terhadap penurunan Puskesmas.
keletihan penderita DM.
3. PENGARUH Adi Antoni¹, Ridha 2016 Desain Sampel pada Berdasarkan data awal, PMR berpengaruh
PROGRESSIVE Dharmajaya², penelitian yang penelitian ini gejala fatigue sebelum secara bermakna
MUSCLE Ikhsanuddin A. digunakan berjumlah 33 dilakukan PMR pada terhadap penurunan
RELAXATION Harahap³ adalah kuasi responden responden kelompok gejala fatigue klien
TERHADAP eksperimen pre kelompok intervensi menunjukkan DMT2, nilai p<0,001
GEJALA FATIGUE dan post test intervensi dan 33 rata-rata 7,32 (SD=0,17).
PADA KLIEN kontrol grup. responden Sedangkan pada
DIABETES kelompok kelompok kontrol, rata-
MELITUS TIPE 2 kontrol, yang rata gejala fatigue awal
diambil dengan menunjukkan 7,27
cara consecutive (SD=0,13).
sampling

21
b. Kajian Literatur

1) Hasil Literatur
Dari hasil penelitian yang dilakukan Nisrina Na’ilah
R (2020) dengan judul, “Hubungan Manajemen Energi
dengan Kelelahan Pada Pasien Diabetes Melitus di
Puskesmas Kejayan Kabupaten Pasuruan “Menurut asumsi
peneliti ada pengaruh manajemen energi dengan kelelahan pada
pasien diabetes melitus.
Dari hasil penelitian yang dilakukan Rumentalia
Sulistini, 2Prahardian Putri (2019) dengan judul” LATIHAN
DENGAN POSISI DUDUK MENURUNKAN KELETIHAN
PENDERITA DIABETES MELLITUS “ setelah dilakukan
intervensi adanya rata–rata skor keletihan mengalami
penurunan setelah dilakukan latihan dengan posisi duduk
selama 4 minggu dengan frekuensi 3 kali/ minggu.
Penurunan sebesar 1,6 point. Keletihan dilalami oleh 85%
penderita DM dan 61%.15 penderita DM tipe 2 yang baru
terdiagnosis mengalami fatigue.
Dari hasil penelitian yang dilakukan Ahmad Eko
(2016) dengan judul “PENGARUH PROGRESSIVE
MUSCLE RELAXATION TERHADAP GEJALA FATIGUE
PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 “Setelah
dilakukan intervensi dari hasil penelitian di atas secara
umum, PMR berpengaruh secara bermakna terhadap
penurunan gejala fatigue klien DMT2.
2) Analisis Literatur
Dari hasil 3 kajian jurnal yang didapatkan bahwa
tindakan keburuhan akan aktivitas dengan pemberian
latihan duduk, PMR maupun manajemen energi pada
pasien dengan diagnosa Kelelahan berhubungan dengan
penurunan produksi energi metabolik menunjukkan
kefektifan dan keberhasilan yang berarti. Dimana

22
tindakan-tindakan tersebut dapat sehinga dapat
meningkatkan tidur, menuninkan rasa letih, dan dapat
memperhaiki daya piker.
3) Lampiran Materi
a) Manajemen Energi
 Manajemen energi merupakan salah satu upaya
dalam keperawatan untuk mengatur energi yang
digunakan untuk menangani atau mencegah
kelelahan dan mengoptimalkan fungsi (Bulechek
dkk., 2013).
 Manajemen energi dapat dilakukan dengan
penerapan konservasi energi yang bertujuan
untuk menjaga keseimbangan energi untuk
mencegah terjadinya kelelahan yang berlebih
(Leach, 2014).
 Manajemen energi merupakan aplikasi dari teori
yang dicetuskan oleh Levineterkait energi
konservasi (Aligood,2010).
 Manajemen energi dipengaruhi oleh beberapa
faktor, salah satunya adalah gula darah
(Fawcet,2005)

b) Fatigue

Fatigue adalah kondisi yang lebih dikenal dengan


keletihan, kelelahan, lesu dan perasaan kehilangan
energi.9 Fatigue berhubungan dengan pengalaman
tertentu terhadap kelelahan dan kapasitas fisik maupun
mental yang tidak dapat dikurangi dengan istirahat.

c) Progressive Muscle Relaxation

PMR adalah salah satu teknik relaksasi yang


didesain untuk membantu meredakan ketegangan otot
yang terjadi ketika sadar (National Safety Council,

23
2003).

Mekanisme kerja PMR dalam mengatasi fatigue pada klien dengan


DMT2 dikaitkan dengan faktor fisiologis yaitu hiperglikemi. PMR akan
mengaktifkan saraf parasimpatis yang kemudian diteruskan ke
hipotalamus.

Selanjutnya, hipotalamus akan menurunkan stimulasi neuron-


neurosekretori untuk melepaskan hormon CRH (Corticotropin Releasing
Hormone) ke hipofisis anterior, sehingga hipofisis anterior menghambat
pelepasan hormon ACTH (Adrenocorticotropic Hormone) ke dalam
sirkulasi. Hambatan pelepasan ACTH akan menghambat stimulasi korteks
adrenal untuk mensekresi glukokortikoid (kortisol) serta pada medula
adrenal yang menghasilkan hormon katekolamin terutama epineprin dan
norepineprin (Greenberg, 2002).

24
25
4. Timbang berat badan sesuai indikasi
a. Summary Jurnal

No Topik Peneliti Tahun Metode Populasi & Hasil Kesimpulan


sample
1. Pengaruh Konseling Weliana Hoar 2018 Penelitian ini Pengumpulan Hasil penelitian Berdasarkan hasil
Aktivitas Fisik Dan Bria Martins, Ani menggunakan data didapatkan sebelum penelitian Tentang
Pola Makan Sutriningsih, jenis menggunakan Diberikan konseling pengaruh konseling
Terhadap Perubahan Novita Dewi Quasi timbangan berdiri aktivitas fisik dan pola aktivitas fisik Dan pola
Imt Pada Penderita eksperiment untuk mengukur makan didapatkan makan terhadap
Diabetes Mellitus Di design dengan Berat badan dan sebagian besar responden perubahan IMT Pada
Puskesmas Dinoyo bentuk mikrotoise untuk (59%) berada pada IMT penderita diabetes
Kecamatan Rancangan one mengukur tinggi kategori gemuk tingkat mellitus di Puskesmas
Lowokwaru Kota group pre test – badan untuk ringan. Sesudah Dinoyo Kec.
Malang post test. mencari nilai diberikan konseling Lowokwaru
IMT, dan Aktivitas fisik dan pola Kota Malang yang
Dianalisis makan hampir setengah dilakukan terhadap 16
menggunakan dari responden (29%) Responden, maka dapat
wilcoxon signed berada pada IMT disimpulkan
rank test. Kategori normal, dengan Bahwa terdapat

26
nilai p-value = 0,002 (p < pengaruh konseling
0,05) yang berarti ada Aktivitas fisik dan pola
pengaruh yang makan yang
Signifikan sesudah Bermakna terhadap
diberikan konseling perubahan IMT pada
aktivitas fisik dan pola Penderita diabetes
makan. mellitus di Puskesmas
Dinoyo Kec.
Lowokwaru Kota
Malang.
2. Konsumsi Meal Kiki Riskianti, 2019 Penelitian Ini Populasi dalam Data tentang tingkat Hasil penelitian
Replacement Dan Suhaema, Dilaksanakan penelitian ini konsumsi energi, diperoleh bahwa
Kadar Glukosa Darah Fifi Luthfiyah Di RSUD Kota adalah pasien DM karbohidrat dan serat 40,6% subjek
Pasien Dm Tipe II Mataram yang berkunjung diperoleh melalui Mengkonsumsi
Dengan ke poli gizi Recall. Data tentang penganti makan,
Rancangan Dalam Meal Replacement dengan jenis/merek
Penelitian Ini 6 bulan terakhir Diperoleh melalui Diabetasol
Crossectional sebanyak 224 wawancara. Data tentang (85,7%). J
. Orang. Subjek kadar glukosa darah Umlah

27
Dalam penelitian puasa diperoleh melalui Subjek dengan
ini berjumlah 69 pemeriksaan Di BLK Konsumsi
orang yang Pulau Lombok. Data Meal replacement
diambil tentang tingkat <1 porsi/sajian
berdasarkan konsumsi energi, (78,6%),
kriteria inklusi. karbohidrat dan serat Dengan
Cara pengambilan diolah dengan Frekuensi
Subjek Dilakukan Mengelompokkan ≥1 kali/hari
dengan Simple kedalam kategori (96,4%).
Random : kurang (<90%), normal 41 orang
Sampling (90-11 0%), dan lebih Subjek
. (>110%). Data tentang (42,9%)
frekuensi Konsumsi Memiliki kadar
Meal replacement glukosa darah puasa
Dikelompokkan dengan kategori
menjadi : sering (≥1 Buruk.
kali/hari) dan jarang (<1
kali/hari). Data tentang
Jumlah konsumsi

28
Meal replacement
Dikelompokkan menjadi:
<1 porsi/sajian dan ≥1
porsi/sajian. Data
Tentang kadar
Glukosa dikelompokkan
menjadi: terkendali baik
(80-100 mg/dl), sedang
(100
- 125 mg/dl), dan buruk
(≥126 mg/dl)
Analisis Statistik untuk
Menentukan hubungan
antara konsumsi
Meal replacement
Dengan kadar glukosa
darah Menggunakan uji
korelasi
Rank

29
- Spearman
Dengan
Α
=0.05 dengan
Program SPSS.

3. Hubungan antara Muhammad Bayu 2020 Penelitian ini Populasi Berdasarkan hasil Hasil karakteristik
Diabetes Melitus Kurniawan, menggunakan sebanyak 124 analisa hubungan responden di ruang
Gestasional dan Berat Ni Wayan Wiwin kuantitatif Sampel pada Diabetes Gestasional Lily dan NICU RSUD
Badan Lahir dengan A termasuk jenis penelitian ini dengan kejadian Abdul Wahab
Kejadian Respiratory penelitian sebanyak 95 Jenis Respiratory Distress Sjahranie Samarinda
Distress Syndrome observasional sampel Syndrome (RDS) dapat berdasarkan usia ibu
(RDS) pada Neonatus analitik dengan proporsional Diketahui Diketahui bahwa respon
Di RSUD Abdul pendekatan random sampling Bahwa Diabetes den
Wahab Sjahranie Cross sectional menggunakan Gestasional yang Terbanyak yaitu 20
Samarinda . Populasi Rumus mengalami Respiratory –
sebanyak 1 Slovin.instrument Distress Syndrome 35 Tahun sebanyak 69
24.Sampel pada penelitian berupa (RDS) sebanyak 38 orang (72,6%)
penelitian ini lembar observasi orang (40,0%) berdasarkan pendidikan

30
sebanyak 95 dan lembar rekam Sedangkan yang tidak terbanyak
Jenis sampel medik. mengalami Respiratory Adalah berpendidikan
proporsional Distress Syndrome SLTA yaitu sebanyak
random (RDS) sebanyak 1 orang 42 orang (44,2%).
Sampling (1,1%) dan yang tidak Berdasarkan pekerjaan
menggunakan Diabetes ibu terbanyak adalah
rumus Gestasional yang ibu rumah
Slovin. mengalami Respiratory Tangga (IRT)
instrument Distress Syndrome sebanyak 73 orang
penelitian (RDS) sebanyak 45 (76,8%), dan
berupa lembar orang (47,4%) berdasarkan
observasi dan sedangkan yang tidak Jenis kelamin
lembar rekam Mengalami Respiratory terbanyak adalah jenis
medik. Distress Syndrome kelamin laki
. (RDS) sebanyak 11 –
orang (11,6%). Laki
Hasil penelitian Sebanyak 49 orang
menggunakan Fisher (51,6%) dan perempuan
Exact sebanyak 46 orang

31
Didapatkannilai p Value (48,4%).
0,014 > 0,05 dengan Ibu dengan Diabetes
hasil Odds Ratio 9,289 Gestasional di ruang
menunjukkan adanya Lily dan
hubungan antara NICU RSUD Abdul
Diabetes Wahab Sjahranie
Gestasional dengan Samarinda sebanyak
kejadian Respiratory 39 ibu (41,1%), dan
Distress Syndrome ibu yang t
(RDS) di RSUD Abdul Idak menderita
Wahab Sjahranie Diabetes
Samarinda. Gestasional sebanyak
56 ibu (58,9%)
.
Di ruang Lily dan
NICU RSUD Abdul
Wahab Sjahranie
Samarinda neonates
dengan

32
BBLR yaitu sebanyak
55 neonatus (57,9%),
BBLN sebanyak 38
neonatus (40,0%) dan
BBLL sebanyak 2
neonatus (2,1%).
Hubunga
N antara Diabetes
Gestasional dengan
kejadian Respiratory
Distress Syndrome
(RDS) didapatkan
nilai p Value
0,014 < 0,05
menunjukkan adanya
hubungan antara
Diabetes Gestasional
dengan kejadian
Respiratory Distress

33
Syndrome
(RDS) di RSUD
Abdul Wahab Sjahrani
E Samarinda.

34
b. Kajian Literatur

1) Hasil Literatur
Dari hasil penelitian yang dilakukan Weliana Hoar Bria Martins,
Ani Sutriningsih, Novita Dewi (2018) dengan Judul Pengaruh Konseling
Aktivitas Fisik Dan Pola Makan Terhadap Perubahan Imt Pada Penderita
Diabetes Mellitus Di Puskesmas Dinoyo Kecamatan Lowokwaru Kota
Malang Hasil penelitian didapatkan sebelum diberikan konseling aktivitas
fisik dan pola makan didapatkan sebagian besar responden (59%) berada
pada IMT kategori gemuk tingkat ringan. Sesudah diberikan konseling
aktivitas fisik dan pola makan hampir setengah dari responden (29%)
berada pada IMT kategori normal, dengan nilai p-value = 0,002 (p < 0,05)
yang berarti ada pengaruh yang signifikan sesudah diberikan konseling
aktivitas fisik dan pola makan.
Dari hasil penelitian yang dilakukan Kiki Riskianti, Suhaema, Fifi
Luthfiyah (2019) dengan Judul Konsumsi Meal Replacement Dan Kadar
Glukosa Darah Pasien Dm Tipe II Hasil penelitian diperoleh bahwa
40,6% subjek mengkonsumsi penganti makan, dengan jenis/merek
diabetasol (85,7%). Jumlah subjek dengan konsumsi Meal replacement
<1 porsi/sajian (78,6%), dengan Frekuensi ≥1 kali/hari (96,4%). 41
orang subjek (42,9%) memiliki kadar glukosa darah puasa dengan
kategori buruk.
Dari hasil penelitian yang dilakukan Muhammad Bayu Kurniawan,
Ni Wayan, Wiwin A (2020) Hubungan antara Diabetes Melitus
Gestasional dan Berat Badan Lahir dengan Kejadian Respiratory Distress
Syndrome (RDS) pada Neonatus Di RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda Distress Syndrome (RDS) dapat Diketahui Bahwa Diabetes
Gestasional yang mengalami Respiratory Distress Syndrome (RDS)
sebanyak 38 orang (40,0%) Sedangkan yang tidak mengalami Respiratory
Distress Syndrome (RDS) sebanyak 1 orang (1,1%) dan yang tidak
Diabetes Gestasional yang mengalami Respiratory Distress Syndrome

35
(RDS) sebanyak 45 orang (47,4%) sedangkan yang tidak Mengalami
Respiratory Distress Syndrome (RDS) sebanyak 11 orang (11,6%). Hasil
penelitian menggunakan Fisher Exact Didapatkan nilai p Value 0,014 >
0,05 dengan hasil Odds Ratio 9,289 menunjukkan adanya hubungan
antara Diabetes Gestasional dengan kejadian Respiratory Distress
Syndrome (RDS) di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.

2) Analisis Literatur
Dari hasil 3 kajian jurnal yang didapatkan bahwa terdapat
pengaruh konseling aktivitas fisik dan pola makan yang bermakna
terhadap perubahan IMT pada Penderita diabetes mellitus yang berarti ada
pengaruh yang signifikan sesudah diberikan konseling aktivitas fisik dan
pola makan. Dengan hasil (59%) berada pada IMT kategori gemuk tingkat
ringan. Sesudah diberikan konseling aktivitas fisik dan pola makan hampir
setengah dari responden (29%) berada pada IMT normal.

3) Lampiran Materi
a) IMT
IMT dikatakan sebagai faktor resiko utama berkembangnya
resistensi insulin pada penderita diabetes mellitus tipe 2. Sekitar 70%
penderita diabetes adalah overweight dan lebih dari 50%
Hasil IMT yang masuk kategori obesitas perlu diwaspadai karena
obesitas cenderung memiliki masukan kalori berlebihan sehingga sel
beta kelenjar pankreas tidak mampu memproduksi insulin yang cukup
sehingga terjadilah resistensi insulin, yang mengakibatkan kadar
glukosa darah meningkat dan dapat berkembang menjadi diabetes
mellitus, maupun memperburuk kondisi penderita diabetes mellitus
(Kaban, 2005). Syahbud (2003) menyatakan bahwa peningkatan berat
badan merupakan prediktor kuat bagi resiko diabetes mellitus tipe 2
dimana peningkatan BB >20 Kg setelah usia 18 tahun meningkatkan
resiko diabetes mellitus sampai 12 kali dan resiko meningkat menjadi
61 kali lebih besar jika IMT diatas 35 kg/m2 (Wiardani, 2010).

36
5. Beri pendidikan keschatan mengenai penyakit dan pencegahannya
a. Summary Jurnal
No Topik Peneliti Tahun Metode Populasi & Hasil Kesimpulan
sample
1. PENGARUH Ni Putu Mirah Ayu 2018 Desain penelitia pengambilan Tingkat pengetahuan Ada pengaruh
PENDIDIKAN KB1, Santi ini adalah responden dengan pasien DM kelompok pendidikan kesehatan
KESEHATAN Damayanti Quasi teknik eksperimenl sebelum terhadap tingkat
TERHADAP eksperiment consecutive mendapatkan pengetahuan pasien DM
TINGKAT dengan sampling. Subjek perlakuan dalam tipe 2 dalam
PENGETAHUAN rancangan two penelitian adalah pengetahuan baik pencegahan ulkus kaki
PASIEN DIABETES group pretest pasien DM tipe 2 51.90% dan tingkat diabetik di Poliklinik
MELITUS postest with sebanyak 54 pengetahuan setelah RSUD panembahan
TIPE 2 DALAM control group. responden yang mendapatkan perlakuan Senopati Bantul.
PENCEGAHAN dibagi ke dalam dalam pengetahuan baik
ULKUS KAKI 27 kelompok 96.30%. Hasil uji
DIABETIK DI kontrol Wilcoxon Match Pairs
POLIKLINIK RSUD dan 27 kelompok Test dari kelompok
PANEMBAHAN eksperimen eksperimen didapat

37
SENOPATI dengan teknik p-value sebesar 0.0001.
BANTUL random sampling. Sedangkanhasil uji
Analisa data Wilcoxon Match Pairs
menggunakan uji Test pada kelompok
Wilcoxon kontrol didapat pvalue
Match Pairs Test sebesar 1.000. DanHasil
dan Mann uji Mann-Whitney U-Test
Whitney U-Test. didapat p-value sebesar
0.000.
2. HUBUNGAN Rima Ulfa Fahra1 2017 Jenis penelitian Teknik sampling Pada penelitian ini Nilai korelasi bersifat
PERAN PERAWAT , Nur Widayati2 ini adalah penelitian ini didapatkan nilai rerata positif yang berarti
SEBAGAI , Jon Hafan deskriptif adalah peran perawat sebagai semakin baik peran
EDUKATOR Sutawardana3 analitik dengan consecutive edukator adalah 59,84 perawat sebagai
DENGAN pendekatan samplingdengan dan nilai rerata edukator maka semakin
PERAWATAN DIRI crosssectional. sampel sebanyak perawatan diri adalah baik perawatan diri
PASIEN DIABETES 63 orang. 3,79. Hasil uji statistik pasien DM tipe 2.
MELITUS TIPE 2 DI dengan Spearman rank Edukasi yang
POLI PENYAKIT menunjukkan adanya didapatkan oleh pasien
DALAM RUMAH hubungan signifikan dapat mempengaruhi

38
SAKIT BINA antara peran perawat motivasi pasien
SEHAT JEMBER sebagai edukator dengan sehingga berdampak
perawatan diri pasien pada perilaku
DM tipe 2 (p value = perawatan diri. Oleh
0,000; r = +0,851). karena itu menjadi
penting bagi perawat
untuk memberikan
edukasi pada pasien
DM tipe 2 sehingga
perawatan diri pasien
menjadi optimal.
3. HUBUNGAN Herlena Essy Phitri 2013 Jenis penelitian Diabetes Mellitus Hasil penelitian Ada hubungan antara
ANTARA * ) Widiyaningsih ini adalah sebanyak 51 didapatkan umur motivasi pasien
PENGETAHUAN deskriptif dengan teknik responden rata-rata diabetes mellitus
DAN SIKAP correlation pengambilan adalah 52,20 tahun, dengan kepatuhan
PENDERITA dengan sampel purposive pendidikan sebagian menjalankan program
DIABETES rancangan cross sampling. besar SMA sebanyak 22 diet di Instalasi Rawat
MELLITUS sectional. responden (43,1%), Jalan RSUD Kota
DENGAN pekerjaan sebagian besar Semarang (pvalue =

39
KEPATUHAN DIET swasta sebanyak 20 0,015). Hendaknya RS
DIABETES responden (39,2%), jenis menyediakan media
MELLITUS DI kelamin sebagian besar pendidikan kesehatan
RSUD AM. laki-laki sebanyak 35 bagi penderita DM
PARIKESIT responden (68,6%), lama seperti leaflet, lembar
KALIMANTAN DM responden rata-rata balik yang dapat
TIMUR adalah 2,73 tahun, semua dimanfaatkan untuk
responden mendapatkan penyuluhan kesehatan.
informasi tentang diit
sebanyak 51 responden
(100%). Motivasi dalam
menjalankan program
diet sebagian besar
rendah sebanyak 21
responden (41,2%).
Kepatuhan menjalankan
program diet sebagian
besar tidak patuh
sebanyak 29 responden

40
(56,9%).

41
b. Kajian Literatur

1) Hasil Literatur

Dari hasil penelitian yang dilakukan Ni Putu


Mirah Ayu KB1, Santi Damayanti (2015) dengan judul,
“PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN
TERHADAPTINGKAT PENGETAHUAN PASIEN
DIABETES MELITUS TIPE 2 DALAM PENCEGAHAN
ULKUS KAKI DIABETIK DI POLIKLINIK RSUD
PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL” Menurut asumsi
peneliti, ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap
tingkat pengetahuan pasien DM tipe 2 dalam
pencegahan ulkus kaki diabetik di Poliklinik RSUD
panembahan Senopati Bantul.
Dari hasil penelitian yang dilakukan Rima Ulfa
Fahra1, Nur Widayati2, Jon Hafan Sutawardana3 (2017)
dengan judul ” HUBUNGAN PERAN PERAWAT
SEBAGAI EDUKATOR DENGAN PERAWATAN DIRI
PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI POLI
PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT BINA SEHAT
JEMBER “ setelah dilakukan intervensi karena itu menjadi
penting bagi perawat untuk memberikan edukasi pada
pasien DM tipe 2 sehingga perawatan diri pasien menjadi
optimal.
Dari hasil penelitian yang dilakukan Herlena Essy
Phitri * ) Widiyaningsih (2013) dengan judul
“HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP
PENDERITA DIABETES MELLITUS DENGAN
KEPATUHAN DIET DIABETES MELLITUS DI RSUD
AM. PARIKESIT KALIMANTAN TIMUR” Setelah
dilakukan intervensi dari hasil penelitian di atas secara
umum, ada hubungan antara motivasi pasien diabetes

42
mellitus dengan kepatuhan menjalankan program diet di
Instalasi Rawat Jalan RSUD Kota Semarang

2) Analisis Literatur
Dari hasil 3 kajian jurnal yang didapatkan bahwa
tindakan pemberian penkes maupun pengetahuan pada
pasien dengan diagnosa Kurang pengetahuan mengenai
penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi. menunjukkan
kefektifan dan keberhasilan yang berarti. Baik itu
pendidikan kesehatan, peran perawat sebagai edukator
dimana tindakan-tindakan tersebut dapat meningkatkan
tingkat pengetahuan kesehatan dan mengetahui pemahaman
klien dan keluarga setelah diberi pendidikan keschatan

3) Lampiran Materi

d) Pendidikan Kesehatan
Pendidikan sangatlah penting untuk meningkatkan
pengetahuan seseorang. Dalam penatalaksanaan diabetes
melitus terdapat lima pilar diantaranya diet, latihan,
pemantauan, terapi dan pendidikan. pendidikan
memiliki andil yang kuat dalam peningkatan
pengetahuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang
penting bagi kesehatannnya.
e) Perawat Sebagai Edukator

Perawat juga berperan sebagai edukator yang dapat


membantu klien dalam meningkatkan tingkat
pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan
yang diberikan sehingga terjadi perubahan prilaku dari
klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.
f) Perawatan diri

43
Perawatan diri merupakan salah satu usaha
pencegahan komplikasi dan untuk menurunkan angka
kematian yang tinggi akibat DM (Kemenkes RI, 2014).
Pasien DM memerlukan pengontrolan diri yang
efektif untuk mencegah komplikasi (Bai et al., 2009).
Pengontrolan yang efektif dari DM Tipe 2 tergantung
pada perawatan diri yaitu pengaturan diet, latihan fisik,
monitoring kadar glukosa, dan manjemen obat
(Souza,2005)

44
45
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan hasil-hasil penelitian tentang
beberapa intervensi diagnosa keperawatan pada pasien penyakit
paru obstuktif kronik berdasarkan pada evidence based practice
(EBP), didapatkan jurnal-jurnal yang mendukung intervensi
keperawatan pada pasien Diabtes Melitus dengan diagnosa: Resiko
tinggi infeksi (sepsis) berhubungan dengan kadar glukosa tinggi.
Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi
metabolik. Ketidak berdayaan berhubungan dengan penyakit atau
progresif yang tidak dapat diobati., Kurang pengetahuan mengenai
penyak it, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan kurangnya informasi.

B. Saran

Setelah mambaca makalah ini kami mengharapkan


semoga kita sebagai calon tenaga kesehatan dapat memahami
betul tentang, Pendidikan Kesehatan Berdasarkan Hasil Penelitian
(Evidence Base Practice) Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Endokrin Diabetes Melitus, sehingga dapat menambah wawasan
dan pengetahuan kita. Kami menyadari bahwa masih banyak
kekurang dari makalah ini, maka kami harap pembaca dapat
memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun.

46
DAFTAR PUSTAKA

Wahyuni, R. (2020). HUBUNGAN POLA MAKAN TERHADAP


KADAR GULA DARAH PENDERITA DIABETES MELLITUS. Jurnal
Medika: Karya Ilmiah Kesehatan, 4(2), 55-61.

Himmah, S. C. (2020). Pengaruh Pola Makan dan Aktivitas Fisik


Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe
2 di Klinik Aulia Jombang (Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Surabaya).

Sumangkut, S., Supit, W., & Onibala, F. (2013). Hubungan Pola


Makan Dengan Kejadian Penyakit Diabetes Melitus Tipe-2 Di Poli Interna
Blu. rsup. Prof. Dr. RD Kandou Manado. Jurnal Keperawatan, 1(1).

Eppang, M., & Prabawati, D. (2020). Efektivitas Massage Effleurage


terhadap Sensasi Proteksi Kaki pada pasien Diabetes Melitus. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Keperawatan, 16(1), 01-07.

Yuwono, P., Khoiriyati, A., & Sari, N. K. (2016). Pengaruh terapi


pijat refleksi kaki terhadap ankle brachial index (abi) pada pasien diabetes
melitus tipe 2. MOTORIK Jurnal Ilmu Kesehatan, 10(20).

Lisanawati, R., Hasneli, Y., & Hasanah, O. (2015). Perbedaan


Sensitivitas Tangan dan Kaki Sebelum dan Sesudah Dilakukan Terapi Pijat
Refleksi pada Penderita Diabetes Melitus Tipe II (Doctoral dissertation, Riau
University).
NA'ILAH, N. Hubungan Manajemen Energi dengan Kelelahan Pada
Pasien Diabetes Melitus di Puskesmas Kejayan Kabupaten
Pasuruan (Doctoral dissertation, Fakultas Keperawatan).

47
Sulistini, R., & Putri, P. (2019, October). LATIHAN DENGAN
POSISI DUDUK MENURUNKAN KELETIHAN PENDERITA
DIABETES MELLITUS. In Proceeding Seminar Nasional
Keperawatan (Vol. 5, No. 1, pp. 6-9).

Antoni, A., Dharmajaya, R., & Harahap, I. A. (2016). Pengaruh


Progressive Muscle Relaxation terhadap Gejala Fatigue pada Klien
Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal Kesehatan Ilmiah Indonesia (Indonesian
Health Scientific Journal), 1(1), 7-13.

Weliana Hoar Bria Martins.,Ani Sutriningsih.,Novita Dewi.,


(2018) Pengaruh Konseling Aktivitas Fisik Dan Pola Makan Terhadap
Perubahan Imt Pada Penderita Diabetes Mellitus Di Puskesmas Dinoyo
Kecamatan Lowokwaru Kota Malang Nursing News

Volume 3, Nomor 1, 2018 Kiki Riskianti.,Suhaema.,Fifi


Luthfiyah., (2019) Konsumsi Meal Replacement Dan Kadar Glukosa
Darah Pasien Dm Tipe II Vol.4, Edisi.1, Maret 2019, pp : 70-80 ISSN:
2656 -2480 (Online) ISSN: 2355 - 1364 (Print)

Muhammad Bayu Kurniawan.,Ni Wayan.,Wiwin A., (2020)


Hubungan Diabetes Melitus Gestasional dan Berat Badan Lahir dengan
Kejadian Respiratory Distress Syndrome (RDS) pada Neonatus Di RSUD
Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Borneo Student Research eISSN:2721-
5725, Vol 1, No 3, 2020

Ayu, N. P. M., & Damayanti, S. (2018). Pengaruh pendidikan


kesehatan terhadap tingkat pengetahuan pasien diabetes melitus tipe 2 dalam
pencegahan ulkus kaki diabetik di Poliklinik RSUD Panembahan Senopati
Bantul. Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, 2(1), 13-19.

Putri, H. (2013). Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Penderita

48
Diabetes Melitus dengan Kepatuhan Diet Diabetes Melitus di RSUD AM.
Parikesit Kalimantan Timur. Jurnal Keperawatan Medikal Bedah, 1(1), 66-
78.

Fahra, R. U., Widayati, N., & Sutawardana, J. H. (2017).


HUBUNGAN PERAN PERAWAT SEBAGAI EDUKATOR DENGAN
PERAWATAN DIRI PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI POLI
PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT BINA SEHAT JEMBER
(CORRELATION BETWEEN THE ROLE OF NURSE AS EDUCATOR
AND SELF CARE BEHAVIOUR IN PATIENTS WITH TYPE 2
DIABETES MELLITUS AT INTERNAL MEDICINE UNIT OF BINA
SEHAT HOSPITAL JEMBER.

49
50

Anda mungkin juga menyukai