Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seorang wanita hamil yang sehat dapat kehilangan darah sebanyak
10% dari volume total tanpa mengalami gejala-gejala klinik. Gejala-gejala
baru tampak pada kehilangan darah 20%. Jika perdarahan berlangsung terus,
dapat timbul syok.
Perdarahan pasca persalinan adalah sebab penting kematian ibu; ¼
kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan (perdarahan pascapersalinan,
placenta previa, solutio plasenta, kehamilan ektopik, abortus, dan ruptura
uteri) disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan. Selain itu, pada keadaan
dimana perdarahan pascapersalinan tidak mengakibatkan kematian, kejadian
ini sangat mempengaruhi morbiditas nifas karena anemia dapat menurunkan
daya tahan tubuh.
Secara umum pengertian syok adalah suatu keadaan klinis yang akut
pada penderita, dimana berkurangnya darah dalam peredaran darah umum
dengan disertai gangguan perfusi dalam jaringan pada tingkat pembuluh-
pembuluh darah kapiler jaringan tubuh.
Syok Obstetri adalah syok yang dijumpai dalam kebidanan yang
disebabkan baik oleh perdarahan, trauma, atau sebab-sebab lainnya. Gejala
klinik syok pada umumnya sama yaitu tekanan darah menurun, nadi cepat
dan lemah, pucat, keringat dingin, sianosis jari-jari, sesak nafas, pengelihatan
kabur, gelisah, dan akhirnya oliguria/anuria. Klasifikasi syok antara lain syok
hipovolemik, syok sepsis (endatoxin shock), syok kardiogenik, dan syok
neurogenik. Ada beberapa penanganan kebidanan dalam menghadapi klien
yang mengalami syok – syok tersebut, dimana penanganan tersebut dapat
mengurangi angka kematian ibu dan anak dalam proses persalinan.
Inversio uteri adalah suatu keadaan dimana badan rahim berbalik,
menonjol melalui serviks (leher rahim) ke dalam atau ke luar vagina.inversio
uteri biasanya terjadi jika seorang pembantu tenaga medis yang kurang
berpengalaman terlalu banyak menekan puncak rahim atau terlalu keras

1
menarik tali pusar dari ari-ari yang belum terlepas.keadaan ini bisa
menyebabakan terjadinya syok, infeksi dan kematian.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian syok obstetri dan inversio uteri?
2. Apa saja peristiwa dalam kebidanan yang menyebabkan syok dan
inversio uteri?
3. Apa saja dan jelaskan macam-macam syok dan inversio?
4. Bagaimana cara penanganan syok dan inversion uteri?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui lebih dalam tentang syok obstetric dan inversio uteri
2. Untuk mengetahui macam-macam syok obstetric dan inversio uteri
3. Untuk mengetahui cara penanganan pada pasien yang mengalami syok
obstetric dan inversion uteri
4. Untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah ASKEB IV

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Syok Obstetrik


2.1.1 Pengertian
Syok obstetrik adalah syok yang dijumpai dalam kebidanan yang
disebabkan baik oleh perdarahan, trauma, atau sebab-sebab lainnya,
dimana terjadi gangguan sirkulasi darah ke dalam jaringan sehingga
tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan dan tidak
mampu mengeluarkan hasil metabolisme.  
Syok obstetri adalah keadaan syok pada kasus obstetri yang
kedalamannya tidak sesuai dengan perdarahan yang terjadi. Dapat
dikatakan bahwa syok yang terjadi karena kombinasi:akibat perdarahan
dan akibat nyeri.
2.1.2 Etiologi
Peristiwa-peristiwa kebidanan yang menimbulkan syok antara lain :
1. Perdarahan
Perdarahan merupakan penyebab utama syok dalam kebidanan.
Perdarahan sampai syok antara lain : abortus, kehamilan ektopik,
Mola hidatitosa, gangguan pelepasan plasenta, Atonia uteri,
plasenta previa, rupture uteri.
2. Infeksi berat
Infeksi berat sebagai penyebab syok masih sering ditemukan
diantaranya adalah syok septik atau syok endotoksik dengan kuman
terseringnya yaitu gram negatif. Peristiwa infeksi yang dapat
menimbulkan syok adalah : abortus infeksiosus, febris puerperalis
yang berat, piolenefritis.
3. Solusio plasenta
Solusio plasenta yang berat selain karena perdarahan syok juga
terjadi karena inversio uteri, syok terjadi disamping karena
perdarahan juga bersifat neurogen karena tarikan kuat pada

3
peritoneum, kedua ligamentum infudibulo pelvikum, serta
ligamentum rotundum.
4. Emboli air ketuban
Syok karena emboli air ketuban berlangsung sangat mendadak dan
berakhir dengan kematian. Penderita mendadak gelisah, sesak
nafas, kejang dan meninggal. Emboli air ketuban terjadi pada his
yang kuat dan ketuban telah pecah. Karena his yang kuat, air
ketuban bersama mekonium, rambut lanugo dan vernik kaseosa
masuk kedalam sinus-sinus dalam dinding uterus dan dibawa ke
paru-paru.
5. Supine hipotensive syndrome
Supine hipotensive syndrome terjadi karena adanya tekanan vena
kava oleh rahim, sering terjadi pada kehamilan kembar, hidramnion
dan kehamilan trimester akhir.
2.1.3 Tanda dan gejala Syok Obstetrik
1. Nadi cepat dan halus (> 100/menit)
2. Tekanan darah turun (diastolik < 60 mmHg)
3. Respirasi cepat (> 32/ menit)
4. Temperatur suhu turun < 36,5 C
5. Pucat terutama pada konjungtiva, telapak tangan, bibir.
6. Berkeringat, gelisah, apatis/bingung, pingsan/tidak sadar
7. Tekanan darah ↓↓ (sistolik < 90 mmHg)
Tanda dan gejala lain:
1. Pucat (kelopak mata dalam, telapak tangan, sekitar mulut)
2. Keringat/kulit terasa dingin dan lembab
3. Urin sedikit (< 30 ml/jam)
2.1.4 Klasifikasi
1. Syok Hemoragik
Adalah suatu syok yang disebabkan oleh perdarahan yang banyak.
Akibat perdarahan pada:
a. Kehamilan muda, misalnya: Abortus,Kehamilan ektopik dan
penyakit trofoblas (mola hidatidosa).

4
b. Perdarahan antepartum seperti plasenta previa, solusio plasenta,
rupture uteri.
c. Perdarahan pasca persalinan karena atonia uteri dan laserasi jalan
lahir.
a) Klasifikasi perdarahan :
Kelas Jumlah Perdarahan Gejala Klinik
I 15% (Ringan) Tekana darah dan nadi normal
Tes Tilt (+)
II 20-25% (sedang) Takikardi-Takipnea
Tekanan nadi < 30 mmHg
Tekanan darah sistolik rendah
Pengisian  darah kapiler lambat
III 30-35% (Berat) Kulit dingin, berkerut, pucat
Tekanan darah sangat rendah
Gelisah
Oliguria (<30 ml/jam)
Asidosis metabolic (pH < 7.5)
IV 40-45% (sangat berat) Hipertensi berat
Hanya nadi karotis yang teraba
Syok ireversibel

b) Penanganan Syok Hemoragik Dalam Kebidanan


Bila terjadi syok hemoragik dalam kebidanan, segera
lakukan resusitasi, berikan oksigen, infuse cairan, dan
transfuse darah dengan crossmatched.
Diagnosis plasenta previa/solusio plasenta dapat dilakukan
dengan bantuan USG. Selanjutnya atasi koagulopati  dan
lakukan pengawasan janin dengan memonitor denyut jantung
janin. Bila terjadi tanda-tanda hipoksia, segera lahirkan anak.
Jika terjadi atonia uteri pasca persalinan segera lakukan masase
uterus, berikan suntikan metil ergometrin (0,2 mg) IV dan
oksitosin IV atau per infuse (20-40 U/I), dan bila gagal
menghentikan perdarahan lanjutkan dengan ligasi a
hipogastrika atau histerektomi bila anak sudah cukup. Kalau

5
ada pengalaman dan tersedia peralatan dapat dilakukan
embolisasi a.iliaka interna dengan bantuan transkateter. Semua
laserasi yang ada sebelumnya harus dijahit. 
2. Syok Neurogenik
Yaitu syok yang akan terjadi karena rasa sakit yang berat
disebabkan oleh kehamilan ektopik yang terganggu, solusio
plasenta, persalinan dengan forceps atau persalinan letak sungsang
di mana pembukaan serviks belum lengkap, versi dalam yang
kasar, firasat/tindakan crede, ruptura uteri, inversio uteri yang akut,
pengosongan uterus yang terlalu cepat (pecah ketuban pada
polihidramnion), dan penurunan tekanan tiba-tiba daerah splanknik
seperti pengangkatan tiba-tiba tumor ovarium yang sangat besar.
3. Syok Kardiogenik
Yaitu syok yang terjadi karena kontraksi otot jantungyang tidak
efektif yang disebabkan oleh infark otot jantung dan kegagalan
jantung. Sering dijumpai pada penyakit-penyakit katup jantung.
a) Tanda klinis
1. Dilatasi vena-vena di leher
2. Dispnea
3. Desah sistol dan diastole
4. Edema menyeluruh
b) Penyebab
Setiap syok obstetrik akan berakhir dengan syok
kardiogenik, penyebab yang paling sering adalah:
1. Perdarahan berat
2. Hipoksia karena eklampsia atau anesthesia
3. Sindrom mendelson: aspirasi lambung dengan
pneumonitis
4. Emboli dengan segala penyebabnya
c) Penanganan/Pengelolaan
Uluran tangan sangat dibutuhkan untuk menyelamatkan
pasien. Letakkan pasien dalam posisi dorsal (terlentang) di

6
atas lantai yang keras. Dengan satu ibu jari satu tangan
yang tertutup di atas sternum cukup untuk memperbaiki
keadaan, kemudian dilanjutkan dengan: tindakan/langkah
ABCDEF (A-Airway, B-Breathing, C-Cardiac Massage,
D-Drip ang drugs)
4. Syok Endotoksik/septic
Merupakan suatu gangguan menyeluruh pembuluh darah
disebabkan oleh lepasnya toksin. Penyebab utama  adalah infeksi
bakteri gram nagatif. Sering dijumpai pada abortus septik,
korioamnionitis, dan infeksi pascapersalinan.
a) Gejala Syok Septik
1. Menggigil
2. Hipotensi
3. Gangguan mental
4. Takikardi
5. Takipnea
6. Kulit merah
7. Kulit dingin dan basah, bradikardi, dan sianosis (bila syok
bertambah berat)
b) Penanganan
Penanganan Awal
1) Nilai kegawatan dengan melakukan pemeriksaan tanda
vital
2) Cegah hipotermi dan miringkan kepala/tubuh pasien untuk
mencegah aspirasi muntahan. Jangan berikan sesuatu
melalui mulut untuk mencegah aspirasi
3) Bebaskan jalan nafas dan berikan oksigen melalui selang
atau masker dengan kecepatan 6 sampai 8 liter per menit.
4) Tinggikan tungkai untuk mebantu beban kerja jantung.
Bila setelah posisi tersebut ternyata pasien menjadi sesak
atau mengalami oedem paru maka kembalikan tungkai

7
pada posisi semula dan tinggikan tubuh atas untuk
mengurangi tekanan hidrostatik paru.
Bila hingga langkah akhir tersebut diatas, ternyata tak
tampak secara jelas perbaikan kondisi pasien atau
minimnya ketersediaan pasokan cairan dan
medikamentosa atau adanya gangguan fungsi peralatan
yang dibutuhkan bagi upaya pertolongan lanjutan,
sebaiknya pasien dipindahkan ke ruang perawatan intensif
atau disiapkan untuk dirujuk ke fasilitas kesehatan yang
lebih lengkap.Bila ternyata harus dirujuk, pastikan :
1) Pasien dan keluarganya mendapat penjelasan tentang apa
yang terjadi
2) Telah dibuatkan surat rujukan
3) Ada petugas yang menemani dan keluarga sebagai
pendonor darah
Bila setelah restorasi cairan masih belum terjadi perbaikan
tanda vital, tambahkan obat vasoaktif (dopamine) dengan
dosis awal 2,5μgram per kg/BB (dalam larutan gram
isotonic). Naikkan perlahan-laha dosis tersebut hingga
mendapatkan efek optimal (dosis maksimal 15 sampai 20
μgram/menit). Pertahankan pada dosis yang menunjukkan
adanya perbaikan tanda vital. Hentikan dopamine apabila
tanda vital mencapai nilai normal dan produksi utrine
dalam batas normal.
2.1.5 Penanganan Syok
Prinip Dasar Penanganan Syok
Tujuan utama pengobatan syok adalah melakukan penanganan awal dan
khusus untuk:
a. Menstabilkan kondisi pasien
b. Memperbaiki volume cairan sirkulasi darah
c. Mengefisiensikan system sirkulasi darah
d. Setelah pasien stabil tentukkan penyebab syok

8
Penanganan Awal
1. Mintalah bantuan. Segera mobilisasi seluruh tenaga yang ada dan
siapkan fasilitas tindakan gawat darurat
2. Lakukan pemeriksaan secara cepat keadaan umum ibu dan harus
dipastikan bahwa jalan napas bebas.
3. Pantau tanda-tanda vital (nadi, tekanan darah, pernapasan dan suhu
tubuh)
4. Baringkan ibu tersebut dalam posisi miring untuk meminimalkan
risiko terjadinya aspirasi jika ia muntah dan untuk memeastikan
jalan napasnya terbuka.
5. Jagalah ibu tersebut tetap hangat tetapi jangan terlalu panas karena
hal ini akan menambah sirkulasi perifernya dan mengurangi aliran
darah ke organ vitalnya.
6. Naikan kaki untuk menambah jumlah darah yang kembali ke
jantung (jika memungkinkan tinggikan tempat tidur pada bagian
kaki).
Penanganan Khusus
1. Mulailah infus intra vena (2 jika memungkinkan dengan
menggunakan kanula atau jarum terbesar (no. 6 ukuran terbesar
yang tersedia). Darah diambil sebelum pemberian cairan infus
untuk pemeriksaan golongan darah dan uji kecocockan (cross
match), pemeriksaan hemoglobin, dan hematokrit. Jika
memungkinkan pemeriksaan darah lengkap termasuk trombosit,
ureum, kreatinin, pH darah dan elektrolit, faal hemostasis, dan uji
pembekuan.
2. Segera berikan cairan infus (garam fisiologk atau Ringer laktat)
awalnya dengan kecepatan 1 liter dalam 15-20 menit
3. Berikan paling sedikit 2 Liter cairan ini pada 1 jam pertama.
Jumlah ini melebihi cairan yang dibutuhkan untuk mengganti
kehilangan cairan yang sedang berjalan
4. Setelah kehilangan cairan dikoreksi, pemberian cairan infuse
dipertahankan dalam kecepatan 1 liter per 6-8 jam

9
Catatan: Infus dengan kecepatan yang lebih tinggi mungkin
dibutuhkan dalam penatalaksanaan syok akibat perdarahan.
Usahakan untuk mengganti 2-3 kali lipat jumlah cairan yang
diperkirakan hilang.
5. Jika vena perifer tidak dapat dikanulasi, lekukakan venous cut-
down.
6. Pantau terus tanda-tanda vital (setiap 15 menit) dan darah yang
hilang. Apabila kondisi pasien membaik, hati-hati agar tidak
berlebihan memberikan cairan. Napas pendek dan pipi yang
bengkak merupakan kemungkinan tanda kelebihan pemberian
cairan.
7. Lakukan kateterisasi kandung kemih dan pantau cairan yang masuk
dan jumlah urin yang keluar. Produksi urin harus diukur dan
dicatat.
8. Berikan oksigen dengan kecepatan 6-8 liter per menit dengan
sungkup atau kanula hidung.
2.1.6 Penentuan dan Penanganan Penyebab Syok
Tentukan penyebab syok setelah ibu tersebut stabil keadaannya
1. Syok Perdarahan
Jika perdarahan hebat dicurigai sebagai penyebab syok:
1. Ambil langkah-langkah secara berurutan untuk menghentikan
perdarahan (seperti oksitosin, masasse uterus, kompresi
bimanual, kompresi aorta, persiapan untuk tindakan
pembedahan).
2. Transfusi sesegera mungkin untuk mengganti kehilangan
darah. Pada kasus syok karena perdarahan, transfusi
dubutuhkan jika Hb <8 g%. Biasanya darah yang diberikan
ialah darah segar yang baru diambil dari donor darah.
3. Tentukan penyebab perdarahan dan tata laksana:
 Jika perdarahan terjadi pada 22 minggu pertama
kehamilan, curigai abortus, kehamilan ektopik atau mola

10
 Jika perdarahan terjadi setelah 22 minggu atau pada saat
persalinan tetapi sebelum melahirkan, curigai plasenta
previa, solusio plasenta atau robekan dinding uterus
(rupture uteri).
 Jika perdarahan terjadi setelah melahirkan, curigai
robekan dinding uterus, atonia uteri, robekan jalan lahir,
plasenta tertinggal.
4. Nilai ulang keadaan ibu: dalam waktu 20-30 mnit setelah
pemberian cairan, nilai ulang keadaan ibu tersebut untuk
melihat tanda-tanda perbaikan.
5. Tanda-tanda bahwa kondisi pasien sudah stbil atau ada
perbaikan sebagai berikut:
 Tekanan darah mulai naik, sistolik mencapai 100 mmHg
 denyut jantung stabil
 Kondisi mental pasien membaik, ekspresi ketakutan
berkurang
 Produksi urin bertambah. Diharapkan produksi urin paling
sedikit 100 ml/4 jam atau 30 ml/jam
2. Syok Septik
Jika infeksi dicurigai menjadi penyebab syok:
1. Ambil sampel secukupnya darah, urin, pus, untuk kultur
mikroba sebelum memulai terapi antibiotika, jika fasilitas
memungkinkan.
2. Penyebab utama syok septic (70% kasus) ialah bakteri gram
negative seperti Esckherisia koli, Klebsiella pnemoniae,
Serratia, Enterobakter, dan Psedomonas.
3. Antibiotika harus diperhatikan apabila diduga atau terdapat
infeksi, misalnya pada kasusu sepsis, syok septic, cedera
intraabdominal, dan perforasi uterus.
4. Catatan: Jangan diberikan antibiotika melalui mulut pada ibu
yang sedang syok.

11
5. Untuk kebanyakan kasus dipilih antibiotika berspektrum luas
yang efektif terhadap kuman gram negative, gram postif,
anerobik, dan klamidia. Antibiotika harus diberikan dalam
bentuk kombinasi agar diperoleh cakupan yang luas.
6. Berikan kombinasi antibiotika untuk mengobati infeksi aerob
dan anaerob dan teruskan sampai ibu tersebut bebas demam
selama 48 jam.
 Penisillin g 2 juta unit ata ampisilin 2 g I. V setiap 6 jam.
 Ditambah gentamisin 5 mg/kg BB I.V setiap 24 jam.
 Ditambah metronidazol 500 mg I. V. setiap 8 jam.
7. Nilai ulang keadaan ibu tersebut untuk menilai adanya tanda-
tanda perbaikan.
8. Jika trauma dicurigai sebagai penyabab syok, lakukan
prasiapan untuk tindakan pembedahan.
9. Perubahan kondisi sepsis sulit diperkirakan, dalam waktu
singkat dapat memburuk
10. Tanda-tanda bahwa kondisi pasin sudah stabil atau ada
perbaikan adalah
 Tekanan darah mulai naik, sistolik mencapai 100 mmhg
 Denyut jantung stabil
 Kondisi maternal membaik, ekspresi ketakutan berkurang
 Produki urin bertambah.Diharapka produksi urin paling
sedikit 100 ml/4 jam atau 30 ml/jam.
Penilaian Ulang
1. Nilai ulang respon ibu tehadap pemeriksaan varian dalam waktu 30
mneit untuk menentukkan apakah kondisinya membaik. Tanda-
tanda perbaikkan meliputi:
 Nadi yang stabil (90 menit atau kurang)
 Peningkatan tekanan darah (sistolik 00 mmHg atau lebih)
 Perbaikan tatus mental (brkurangnya kebingungan dan
kegelisahan)
 Meningkatnya jumlah urin (30 ml pr jam atau lebih)

12
2. Jika kondisi ibu tersebut membaik
 Sesuaikan kecepatan infuse menajdai 1 liter dalam 6 jam
 Teruskan penatalaksanaan untuk penyebab syok
3. Jika kondisi ibu tersebut tidak membaik, berarti ia membutuhkan
penanganan selanjutnya.

2.2 Inversio Uteri


2.2.1 Pengertian
Inversio uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik
sebagianØatau seluruhnya masuk ke dalam kavum uteri (Rustam
Muchtar. Prof. Dr. MPH, Sinopsis Obstetri, Jilid I, edisi 2 ; 1998).
Inversio uteri adalah suatu keadaan dimana  sebagian  atas
uterus(fundus uteri) memasuki kavum uteri sehingga fundus uteri
sebelah dalam menonjol kedalam kavum uteri.(PrawihardjoSarwono,
Prof. Dr, Ilmu Kebidanan ; Jakarta)
Inversio uteri merupakan keadaan dimana fundus uteri masuk
kedalam kavum uteri,dapat secara mendadak atau perlahan.kajadian ini
biasanya disebabkan pada saat melakukan persalinan plasenta secara
crede,dengan otot rahim belum berkontraksi dengan baik.inversio uteri
memberikan rasa sakit yang dapat menimbulkan keadaan syok.
(menurut dr. Ida Bagus Gde Manuaba,SpOG)
2.2.2 Klasifikasi Inversio Uteri
Menurut perkembangannya inversio uteri dapat dibagi dalam beberapa
tingkat :
1. Inversio uteri ringan
Fundus uteri terbalik menonjol dalam kavum uteri, namun belum
keluar dari ruang rongga rahim.
2. Inversio uteri sedang
Fundus uteri terbalik dan sudah masuk dalam vagina.
3. Inversio uteri berat
Uterus dan vagina semuanya terbalik dan sebagian besar sudah
terletak diluar vagina.

13
Ada pula beberapa pendapat membagi inversio uteri menjadi :
1. Inversio inkomplit
Yaitu jika hanya fundus uteri menekuk ke dalam dan tidak keluar
ostium uteri atau serviks uteri.
2. Inversio komplit
Seluruh uterus terbalik keluar, menonjol keluar serviks uteri.
2.2.3 Etiologi
a) Penyebab Inversio Uteri yaitu :
1. Spontan : grande multipara, atoni uteri, kelemahan alat
kandungan, tekanan intra abdominal yang tinggi (mengejan
dan batuk).
2. Tindakan : cara Crade yang berlebihan, tarikan tali pusat,
manual plasenta yang dipaksakan, perlekatan plasenta pada
dinding rahim.
b) Faktor yang mempermudah terjadinya inversio uteri :
1. Tunus otot rahim yang lemah
2. Tekanan atau tarikan pada fundus (tekanan intra abdominal,
tekanan dengan tangan, tarikan pada talipusat).
3. Canalis servikalis yang longgar.
4. Patulous kanalis servikalis.
Akibat traksi tali pusat dengan plasenta yang berimplantasi
dibagian fundus uteri dan dilakukan dengan tenaga berlebihan dan
diluar kontraksi uterus akan menyebabkan inversio uteri
2.2.4 Tanda Gejala Inversio Uteri
Gejala klinis  inversio uteri:
1. Dijumpai pada kala III atau post partum dengan gejala nyeri
yang hebat, perdarahan yang banyak sampai syok.Apalagi bila
plasenta masih melekat dan sebagian sudah ada yang terlepas
dan dapat terjadi strangulasi dan nekrosis.
2. Pemeriksaan dalam : ± Bilama sihin komplit maka pada
daerah simfisis uterus teraba fundus uteri cekung kedalam. ± Bila

14
komplit, di atas simfisis uterus teraba kosong dan dalam vagina
teraba tumor lunak. ± Kavum uteri sudah tidak ada (terbalik).
Tanda dan gejala inversio uteri yang selalu ada
a) Uterus terlihat
b) Uterus bias terlihat sebagai tonjolan mengilat, merah lembayung di
vagina
c) Plasenta mungkin masih melekat (tampak tali pusat)
d) Perdarahan
Tanda paling sering inversio uteri adalah perdarahan,tetapi cepatnya ibu
mengalami kolaps dengan jumlah  kehilangan darahnya.
a) Syok berat
b) Nyeri abdomen bawah berat, disebabkan oleh penarikan pada
ovarium
dan peritoneum serta bias disertai rasa ingin defekasi.
c) Lumen vagina terisi massa
2.2.5 Presentasi
Inversio uterus mungkin hadir:
1. Akut - dalam waktu 24 jam setelah melahirkan
2. Subacutely - lebih dari 24 jam dan sampai 30 hari postpartum
3. Kronis - lebih dari 30 hari setelah melahirkan
2.2.6 Diagnosa
Diagnosis biasanya tidak sulit, terutama apabila timbul perdarahan
banyak dalam waktu pendek. Tetapi bila perdarahan sedikit dalam
jangka waktu lama, tanpa disadari pasien telah kehilangan banyak darah
sebelum ia tampak pucat. Nadi serta pernafasan menjadi lebih cepat dan
tekanan darah menurun Diagnosis Perdarahan Pascapersalinan.
1. Palpasi uterus: bagaimana kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri
2. Memeriksa plasenta dan ketuban apakah lengkap atau tidak
3. Lakukan eksplorasi cavum uteri untuk mencari sisa plasenta atau
selaput ketuban
4. Robekan rahim
5. Plasenta suksenturiata

15
6. Inspekulo: untuk melihat robekan pada serviks, vagina, dan varises
yang pecah
7. Pemeriksaan Laboratorium periksa darah yaitu Hb, COT (Clot
Observation Test), dl
Perdarahan pasca persalinan ada kalanya merupakan perdarahan
yang hebat dan menakutkan hingga dalam waktu singkat ibu dapat jatuh
kedalam keadaan syok. Atau dapat berupa perdarahan yang menetes
perlahan-lahan tetapi terus menerus yang juga bahaya karena kita tidak
menyangka akhirnya perdarahan berjumlah banyak, ibu menjadi lemas
dan juga jatuh dalam presyok dan syok. Karena itu, adalah penting
sekali pada setiap ibu yang bersalin dilakukan pengukuran kadar darah
secara rutin, serta pengawasan tekanan darah, nadi, pernafasan ibu, dan
periksa juga kontraksi uterus perdarahan selama 1 jam.
2.2.7 Penanganan
Pencegahan Inversi Sebelum Tindakan :
1. Koreksi Manual
a. Pasang sarung tangan DTT
b. Pegang uterus pada daerah insersi tali pusat dan masukkan
kembali melalui serviks.Gunakan tangan lain untuk membantu
menahan uterus dari dinding abdomen.Jika plasenta masih
belum terlepas,lakukan plasenta manual setelah tindakan
koreksi.masukkan bagian fundus uteri terlebih dahulu.
c. Jika koreksi manual tidak berhasil,lakukan koreksi hidrostatik.
2. Koreksi Hidrostatik
a. Pasien dalam posisi trendelenburg dengan kepala lebih rendah
sekitar 50 cm dari perineum.
b. Siapkan sistem bilas yang sudah desinfeksi,berupa selang 2 m
berujung penyemprot berlubang lebar.Selang disambung
dengan tabung berisi air hangat 2-5 l(atau NaCl atau infus lain)
dan dipasang setinggi 2 m.
c. Identifikasi forniks posterior.

16
d. Pasang ujung selang douche pada forniks posterior sampai
menutup labia sekitar ujung selang dengan tangan.
e. Guyur air dengan leluasa agar menekan uterus ke posisi
semula.
3. Koreksi Manual Dengan Anestesia Umum
Jika koreksi hidrostatik gagal,upayakan reposisi dalam
anastesia umum. Halotan merupakan pilihan untuk relaksasi uterus.
4. Koreksi Kombinasi Abdominal – VaginalØ
a. Kaji ulang indikasi
b. Kaji ulang prinsip dasar perawatan operatif
c. Lakukan insisi dinding abdomen sampai peritoneum,dan
singkirkan usus dengan kasa.tampak uterus berupa lekukan.
d. Dengan jari tangan lakukan dilatasi cincin konstriksi serviks.
e. Pasang tenakulum melelui cincin serviks pada fundus.
f. Lakukan tarikan atau traksi ringan pada fundus sementara
asisten melakukan koreksi manual melalui vagina.
g. Jika tindakan traksi gagal,lakukan insisi cincin kontriksi
serviks di bagian belakang untuk menghindari resiko cedera
kandung kemih,ulang tindakan dilatasi,pemasangan tenakulum
dan fraksi fundus.
h. Jika koreksi berhasil,tutup dinding abdomen setelah
melakukan penjahitan hemostasis dan dipastikan tidak ada
perdarahan.
i. Jika ada infeksi ,pasang drain karet.

BAB III

17
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Syok Obstetri adalah syok yang dijumpai dalam kebidanan yang
disebabkan baik oleh perdarahan, trauma, atau sebab-sebab
lainnya. Klasifikasi Syok: Syok hipovolemik,syok sepsis (endatoxin shock),
syok kardiogenik, dan syok neurogenik.
Inversio uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian
atau seluruhnya masuk, ini adalah merupakan komplikasi kala III persalinan
yang sangat ekstrem. Inversio Uteri terjadi dalam beberapa tingkatan, mulai
dari bentuk ekstrem berupa terbaliknya uterus sehingga bagian dalam fundus
uteri keluar melalui servik dan berada diluar seluruhnya ke dalam kavum
uteri. Oleh karena servik mendapatkan pasokan darah yang sangat banyak
maka inversio uteri yang total dapat menyebabkan renjatan vasovagal dan
memicu terjadinya perdarahan pasca persalinan. Inversion uteri ada 3 macam
yaitum Inversio uteri ringan, Inversio uteri sedang, dan Inversio uteri
berat. Faktor yang mempermudah terjadinya inversio uteri yaitu, Tonus otot
rahim yang lemah, Tekanan atau tarikan pada fundus, dan Canalis servikalis
yang longgar.

DAFTAR PUSTAKA

18
Mohtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Ed.2. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Nugroho, Taufan. 2012. Patologi Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika
Feryanto, Achmad dan Fadlan. 2012. Asuhan Kebidanan Patologi. Jakarta : EGC
Taber, Ben-zion. 2012. Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : EGC
Sarwono. 2002. Pengantar Ilmu Acuan Nasional. Jakarta:Yayasan Pustaka.
Sarwono. 1991. Pengantar Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Pustaka.

iv

19

Anda mungkin juga menyukai