Oleh:
Kelompok 12
Menyetujui,
Mengetahui,
Kepala Ruangan
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan “Asuhan Keperawatan
Pada Ny. D Dengan Diagnosa Medis DHF (Dengue Hemorrhagic Fever) Yang
Mengalami Masalah Kebutuhan Dasar Manusia Termoregulasi” ini dengan baik.
Kami menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dr. Joni Wahyuhadi, dr., Sp.BS (K) selaku Direktur Utama RSUD dr. Soetomo
Surabaya
2. Dr. Anang Endaryanto, dr., Sp.A (K) selaku Direktur Pelayanan Medik dan
Keperawatan
3. Prof. Dr. Nursalam M.Nurs (Hons) selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga Surabaya yang telah memberikan kesempatan dan
dorongan fasilitas kepada kami untuk mengikuti Program Profesi Ners
4. Dr. Makhfudli, S.Kep., Ns., M.Ked. Trop. selaku Kepala Program Studi
Pendidikan Ners (P3N) Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga yang telah
memberikan kesempatan untuk mengikuti program profesi ners
5. Ibu Lingga Curnia Dewi, S.Kep., Ns., M.Kep selaku pembimbing akademik yang
telah meluangkan waktu dan tenaga dalam memberikan arahan dan bimbingan
penyusunan dan penyelesaian makalah ini
6. Ibu Muzhidah, S.Kep.Ns selaku Kepala Bidang Keperawatan yang telah
memberikan kesempatan dan dorongan fasilitas kepada kami untuk mengikuti
Program Profesi Ners
7. Ibu Endang Pancarwati, S.Kep.Ns selaku Kepala Keperawatan Irna Medik yang
telah memberikan kesempatan dan dorongan fasilitas kepada kami untuk
mengikuti Program Profesi Ners
8. Ibu Sri Rahayu, S.Kep., Ns selaku Kepala Ruangan Rosella 2 sekaligus
pembimbing klinik yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk
menimba ilmu di ruang Rosella 2 RSUD dr. Soetomo Surabaya dan telah
iii
meluangkan waktu dan tenaga dalam memberikan arahan dan bimbingan
penyusunan dan penyelesaian makalah ini
Penyusun menyadari bahwa makalah ini belum sempurna dan masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang dapat
membangun agar dalam penyusunan makalah selanjutnya menjadi lebih baik.
Akhirnya penyusun berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kami dan bagi
yang membaca
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
v
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dengue Haenoragic Fever (DHF) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti.
Penyakit ini menyerang semua orang dan dapat menyebabkan kematian serta sering
menimbulkan wabah (Suriadi, Yuliani, & Rita, 2010).
Sampai sekarang penyakit demam berdarah dengue masih menjadi masalah
kesehatan masyarakat Indonesia. Penyakit dengue haemoragic fever tercatat pertama
kali di Asia pada tahun 1954, sedangkan di Indonesia penyakit demam berdarah
pertama kali ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya mencatat 58 kasus DHF dengan
24 kematian (WHO, 2011).
Prevalensi DHF di Jawa Timur Menurut Dinas Kesehatan (2016) terdapat
24.415 kasus dengan korban jiwa sebanyak 356 orang. Kemudian pada tahun 2018
sebanyak 9087 kasus dengan korban 93 orang. Di RS Dr Soetomo pada tahun 2019
sebanyak 82 kasus dengan DHF, 17 diantaranya klien dewasa dengan 3 orang
diantaranya meninggal dunia dan sisanya adalah anak-anak. Angka tersebut
membuktikan bahwa DHF merupakan maslah kesehatan dimana besarnya masalah
DHF dapat dilihat dari indikator morbilitas dan morbiditas.
Pada umumnya penderita DBD (Demam Berdarah Dengue) akan mengalami
fase demam selama 2-7 hari, fase pertama: 1-3 hari penderita akan merasakan demam
yang cukup tinggi (40°C). Kemudian pada fase kedua penderita mengalami fase kritis
pada hari ke 4-5, pada fase ini penderita akan mengalami turunnya demam hingga
37°C dan penderita akan merasa dapat melakukan aktivitas kembali (merasa sembuh
kembali), pada fase ini jika tidak mendapatkan pengobatan yang adekuat dapat terjadi
keadaan fatal, akan terjadi penurunan trombosit secara drastic akibat pemecahan
pembuluh darah (pendarahan). Pada fase yang ketiga akan terjadi di hari ke 6-7,
penderita akan merasakan demam kembali, fase ini dinamakan fase pemulihan, di
fase inilah trombosit akan perlahan naik normal kembali (Kemenkes RI, 2017).
1
2
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami penerapan asuhan keperawatan pada klien
dengan diagnose medis Dengue Haemorraghic Fever yang mengalami masalah
kebutuhan dasar manusia termoregulasi
1.3.2 Tujuan Khusus
Mahasiswa mengetahui dan mampu:
1. Menjelaskan tentang konsep dasar termoregulasi
2. Menjelaskan tentang konsep dasar Dengue Haemorrhagic Fever
3. Menjelaskan konsep asuhan keperawatan hipertermi
4. Menjelaskan asuhan keperawatan pada kasus Dengue Haemorrhagic
Fever yang mengalami masalah kebutuhan dasar manusia termoregulasi
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi penulis
Hasil studi kasus ini dapat memberikan wawasan tentang penyakit DHF yang
mengalami masalah kebutuhan dasar manusia termoregulasi dengan
menggunakan asuhan keperawatan
1.4.2 Bagi instansi akademik
Sebagai bahan bacaan di perpustakaan dan acuan pertimbangan pada
keperawatan khusunya kasus keperawatan dengan diagnosa medis DHF yang
mengalami masalah kebutuhan dasar manusia termoregulasi
4
5
6
Kulit juga berperan dalam mengontrol suhu tubuh. Peran kulit dalam regulasi
suhu meliputi insulasi tubuh vasokonstriksi (yang mempengaruhi jumlah aliran
darah dan kehilangan panas pada kulit) dan sensai tubuh.
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Suhu Tubuh
Menurut (Potter & Perry, 2005) banyak faktor yang mempengaruhi suhu
tubuh. Perubahan pada suhu tubuh dalam tentang normal terjadi ketika hubungan
antara produksi panas dan kehilangan panas diganggu oleh variabel fisiologis atau
perilaku.
1. Usia
Suhu tubuh bayi dapat berespon secara drastis terhadap perubahan suhu
lingkungan. Oleh karena itu pakaian yang digunakan juga harus cukup dan
paparan terhadap suhu lingkungan yang ekstrem perlu dihindari.
2. Stress
Sterss fisik dan emosi meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi hormonal
dan persarafan. Perubahan fisiologis tersebut meningkatkan panas. Klien yang
cemas saat mauk rumah sakit atau tempat praktik dokter suhu tubuhnya akan
lebih tinggi dari normal.
3. Exercise
Semaik beratnua exercise maka suhunya akan meningkat 15 kali. Sedangkan
pada atlet dapat meningkat menjadi 20ckali dari basal retenya.
4. Lingkungan
Lingkungan juga dapat mempengaruhi suhu tubuh. Jika suhu dikaji dalam
ruangan yang sangat hangat, klien mungkin tidak mampu meregulasi suhu
tubuh melalui mekanisme-mekanisme pengeluaran panas dan suhu tubuh akan
naik.
2.1.4 Jenis-Jenis Termoregulasi
1. Hipotermia
Hipotermia adalah perubahan suhu tubuh di luar kisaran normal akan
mempengaruhi titik pengaturan hipotalamus. Perubahan ini berhubungan
dengan produksi panas berlebihan, kehilangan panas berlebihan, produksi
panas minimal, sifat perubahan akan mempengaruhi jenis masalah klinis
yang dialami (Potter & Perry, 2005)
7
a. Etiologi
Menurut Asmadi (2008) berdasarkan etiologinya hipotermia dapat
dibagi menjadi:
1) Hipotermia primer
Apabila produksi panas dalam tubuh tidak dapat mengimbangi
adanya stress, dingin, terutama bila cadangan energi dalam tubuh
berkurang.
2) Hipotermia sekunder
Adanya penyakit atau pengobatan tertentu yang menyebablan
penurunan suhu tubuh. Berbagai kondisi yang dapat
mengakibatkan hipotermi:
a) Penyakit endokrin (hipoglikemi, hipotiroid, penyakit addison)
b) Penyakit kardiovaskuler (infark miokard, gagal jantung
kongestif, insuvisiensi vaskuler )
c) Penyakit neurologis (cedera kepala, tumor, cedera tulang
belakang, penyakit alzheimer)
d) Obat-obatan (alcohol, sedatif, klonidin, neuroleptik)
b. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala dari hipotermia menurut Hidayat (2009) :
1) Penurunan suhu tubuh di bawah rentang normal
2) Pucat
3) Kulit dingin
4) Kuku sianosi
5) Hipotermi
6) Takikardia
7) Pengisian kapiler lambat
c. Penatalaksanaan hipotermia
1) Sediakan lingkungan yang hangat (misal atur suhu ruangan)
2) Ganti pakaian dan atau linen yang basah
3) Lakukan penghangatan positif (missal selimut, menutup kepala,
pakaian tebal)
8
2.2.2 Etiologi
Penyakit DHF disebabkan oleh virus dengue dari kelompok arbovirus B
yaitu arthropod-born envirus atau virus yang disebarkan artropoda. Vector utama
penyakit DBD adalah nyamuk aedes aegypti (di daerah perkotaan) dan aedes
albopictus (di daerah pedesaan) (Widoyono, 2008). Sifat nyamuk senang tinggal
pada air yang jernih dan tergenang, telurnya dapat bertahan berbulan-bulan pada
suhu 20-42oC. bila kelembapan terlalu rendah telur ini akan menetas dalam waktu
4 hari, kemudian untuk menjadi nyamuk dewasa ini memerlukan waktu 9 hari.
Nyamuk dewasa yang sudah menghisap darah 3 hari dapat bertelur 100 butir
(Muwarni, 2011).
1. Demam
Demam terjadi secara mendadak berlangsung selama 2-7 hari kemudian turun
menuju suhu normal atau kebih rendah. Bersamaan dengan berlangsung
demam, gejala-gejala klinik yang tidak spesifik misalnya anoreksia, nyeri
punggungm nyeri tulang dan persendian, nyeri kepala dan rasa lemah dapat
menyertainya
2. Perdarahan
Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke 2 dan 3 demam dan umunya terjadi
pada kulit dan dapat berupa uji tourniquet ya positif mudah terjadi perdarahan
pada tempat fungsi vena, peteqie, dan purpura. Perdarahan ringan hingga
sedang dapat terlihat pada saluran cerna bagian atas hingga menyebabkan
hematemesis. Perdarahan gastrointestinal biasanya di dahului dengan nyeri
perut yang hebat.
3. Hepatomegali
Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba. Bila terjadi
peningkatan dari hepatomegaly dan hati teraba kenyal harus dihentikan
kemungkinan akan terjadi renjatan pada penderita.
4. Renjatan (syok)
Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya penderita,
dimulai dengan tanda-tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin pada
ujung hidungm jari tangan, jari kaki serta sianosis disekita mulut. Bila syok
terjadi pada masa demam maka biasanya menunjukkan prognosis yang buruk
2.2.4 Klasifikasi
Pembagian derajat dari DHF menurut (Soegijanto, 2002) :
1. Derajat I
Demam dengan uji tourniquet positif, trombositopenia dan hemokonsentrasi.
5. Derajat II
Demam dan perdarahan spontan, pada umumnya dikulit atau perdarahn lain.
6. Derajat III
Demam, perdarahan spontan, diserta atau tidak disertai hepatomegaly dan
ditemukan gejala-gejala kegagalan sirkulasi meliputi nadi yang cepat dan
lemah, tekanan nadi menurun (<20mmHg) atau hipotensi diserta ekstremitas
12
dingin, gelisah, sianosis sekitar mulut, hidung, dan ujung jari (tanda-tanda dini
renjatan)
7. Derajat IV
Demam, perdarah spontan disertai atau tidak disertai hepatomegaly dan
ditemukan gejala-gejala renjatan hebat (nadi tak teraba dan tekanan darah tak
terukur).
2.2.5 Patofisiologi
Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan
viremia. Hal tersebut akan menimbulkan reaksi oleh pusat pengatur suhu di
hipotalamus sehingga menyebabkan (pelepasan zat bradikinin, serotinin, trombin,
Histamin) terjadinya peningkatan suhu. Selain itu viremia menyebabkan
pelebaran pada dinding pembuluh darah yang menyebabkan perpindahan cairan
dan plasma dari intravascular ke intersisiel yang menyebabkan hipovolemia.
Trombositopenia dapat terjadi akibat dari, penurunan produksi trombosit sebagai
reaksi dari antibodi melawan virus (Muwarni, 2011).
Pada klien dengan trombositopenia terdapat adanya perdarahan baik kulit
seperti petekia atau perdarahan mukosa di mulut. Hal ini mengakibatkan adanya
kehilangan kemampuan tubuh untuk melakukan mekanisme hemostatis secara
normal. Hal tersebut dapat menimbulkan 9 perdarahan dan jika tidak tertangani
maka akan menimbulkan syok. Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-
8 hari (Soegijanto, 2002). Menurut Ngastiyah (2005) virus akan masuk ke dalam
tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aeygypty. Pertama tama yang terjadi adalah
viremia yang mengakibatkan penderita menalami demam, sakit kepala, mual,
nyeri otot pegal pegal di seluruh tubuh, ruam atau bintik bintik merah pada kulit,
hiperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi pembesaran kelenjar
getah bening, pembesaran hati (hepatomegali). Kemudian virus bereaksi dengan
antibodi dan terbentuklah kompleks virus antibodi. Dalam sirkulasi dan akan
mengativasi sistem komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan akan di lepas
C3a dan C5a dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamin dan
merupakan mediator kuat sebagai faktor meningkatnya permeabilitas dinding
kapiler pembuluh darah yang mengakibtkan terjadinya pembesaran plasma ke
ruang ekstraseluler. Pembesaran plasma ke ruang eksta seluler mengakibatkan
13
15
16
suhu, tensi, nadi dan perdarahan, diperiksakan Hb, Ht, dan thrombosit,
pemberian obat-obat antipiretik dan antibiotik bila dikuatirkan akan terjadi
infeksi sekunder
2. Derajat II
bila terjadi epitaxsis darah dibersihkan dan pasang tampon sementara, bila
penderita sadar boleh diberi makan dalam bentuk lemak tetapi bila terjadi
hematemesis harus dipuaskan dulu, mengatur posisi kepala dimiringkan agar
tidak terjadi aspirasi, bila perut kembung besar dipasang maag slang, sedapat
mungkin membatasi terjadi pendarahan, jangan sering ditusuk, pengobatan
diberikan sesuai dengan intruksi dokter, perhatikan teknik-teknik pemasangan
infus, jangan menambah pendarahan, tetap diobservasi keadaan umum, suhu,
nadi, tensi dan pendarahannya, semua kejadian dicatat dalam catatan
keperawatan, bila keadaan memburuk segera lapor dokter.
3. Derajat III
mengatur posisi tidur penderita, tidurkan dengan posisi terlentang denan
kepala extensi, membuka jalan nafas dengan cara pakaian yang ketat
dilonggarkan, bila ada lender dibersihkan dari mulut dan hidung, beri oksigen,
diawasi terus-meneris dan jangan ditinggal pergi, kalau pendarahan banyak
(Hb turun) mungkin berikan transfusi atas izin dokter, bila penderita tidak
sadar diatur selang selin perhatian kebersihan kulit juga pakaian bersih dan
kering.
2.2.10 Asuhan Keperawatan Dengue Haemorrhagic Fever
1. Pengkajian
a. Identitas
b. Keluhan utama
Bisannya klien mengeluh panas, sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual
dan nafsu makan menurun
c. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit sekarang menunjukkan adanya sakit kepala, nyeri otot,
pegal seluruh badan, sakit pada waktu menelan, lemah, panas, mual dan
nafsu makan menurun
20
6) Sistem integumen
Terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit kering. Pada derajat I terdapat
positif pada uji tourniquet, terdapat petechie. Pada derajat III dapat
terjadi perdarahan spontan pada kulit
2. Diagnosa keperawatan
a. Hipertermi (D.0130)
Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh
Penyebab:
1) Dehidrasi
2) Terpapar lingkungan panas
3) Proses penyakit (misalnya infeksi, kanker)
4) Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
5) Peningkatan laju metabolism
6) Respon trauma
7) Aktivitas berlebihan
8) Penggunaan inkubator
b. Hipovolemia (D.0023)
Penurunan volume cairan intra vascular, interstisial, dan atau intraseluler
Penyebab:
1) Kehilangan cairan aktif
2) Kegagalan mekaniisme regulasi
3) Peningkatan permeabilitas kapiler
4) Kekurangan intake cairan
5) evaporasi
c. Nyeri akut (D.0077)
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan
Penyebab:
1) Agen pencedera fisiologis (misalnya inflamasi, iskemia, neoplasma)
2) Agen pencedera kimiawi (misalnya terbakar, bahan kimia iritan)
22
c) Edukasi
- Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
d) Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesic, sesuai indikasi
d. Nausea (D.0076)
1) Manajemen mual (I.03117)
Mengidentifikasi dan mengelolan perasaan tidak enak pada bagian
tenggorok atau lambung yang dapat menyebabkan muntah
Tindakan:
a) Observasi
- Idnetifikasi pengalaman mual
- Identifikasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan
- Identifikasi dampak mual terhadap kualitas hidup (misalnya nafsu
makan, aktivitas, kinerja, tanggung jawab peran, dan tidur)
- Identifikasi faktor penyebab mual (misalnya pengobatan dan
prosedur)
- Identifikasi antiemetik untuk mencegah mual (kecuali mual pada
saat kehamilan)
- Monitor mual (misalnya frekuensi, durasi dan tingkat keparahan)
- Monitor asupan nutrisi dan kalori
e) Terapeutik
- Kendalikan faktor lingkungan penyebab mual (misalnya bau tak
sedap, sura dan rangsangan visual yang tidak menyenangkan)
- Kurangi atau hilangkan keadaan penyebab mual (misalnya
kecemasan, ketakuran, kelelahan)
- Berikan makanan dalam jumlah kecil dan menarik
- Berikan makanan dingin, cairan bening, tidak berbau dan tidak
berwarna, jika perlu
f) Edukasi
- Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup
- Anjurkan sering membersihkan mulut, kecuali jika merangsang
mual
29
c) Edukasi
- Anjurkan posisi duduk, jika mampu
- Ajarkan diet yang diprogramkan
d) Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (misalnya pereda
nyeri, antiemetik), jika perlu
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
e) Promosi berat badan (I.03136)
Memfasilitasi peningkatan berat badan
Tindakan:
a) Observasi
- Identifikasi kemungkinan penyebab BB kurang
- Monitor adanya mual dan muntah
- Monitor jumlah kalori yang dikonsumsi sehari-hari
- Monitor berat badan
- Monitor albumin, limfosit dan elketrolit serum
b) Terapeutik
- Berikan perawatan mulut sebelum pemberian makan, jika perlu
- Sediakan makanan yang tepat sesuai kondisi klien (misal
makanan dengan tekstur halus, makanan yang diblender,
makanan cair yang diberikan melalui NGT atau gastrotomi,
total parenteral nutrition sesuai indikasi)
- Hidangkan makanan secara menarik
- Berikan suplemen, jika perlu
- Berikan pujian pada psasien/keluarga untuk peningkatan yang
dicapai
c) Edukasi
- Jelaskan jenis makanan yang bergizi tinggi, namun tetap
terjangkau
- Jelaskan peningkatan asupan kalori yang diberikan
32
d) Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian IV, jika perlu
- Kolaborasi pemberian transfuse darah, jika perlu
- Kolaborasi pemberian antiinflamasi, jika perlu
2) Pemantauan cairan (I.03121)
Mengumpulkan dan menganlisis data terkait pengaturan keseimbangan
cairan
Tindakan:
a) Observasi
- Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
- Monitor frekuensi napas
- Monitor tekanan darah
- Monitor berat badan
- Monitor waktu pengisian kapiler
- Monitor elastisitas atau turgor kulit
- Monitor jumlah, warna dan berat jenis urine
- Monitor kadar albumin dan protein total
- Monitor hasil pemeriksaan serum (misalnya osmolaritas serum,
hematocrit, natrium, kalium, BUN)
- Monitor intake dan output cairan
- Identifikasi tanda-tanda hipovolemia
- identifikasi faktor risiko ketidakseimbangan cairan
b) Terapeutik
- Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi klien
- Dokumentasikan hasil pemantauan
c) Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
36
6) Sistem integumen
Terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit kering.
2. Diagnosa Keperawatan
Hipertermi (D.0130)
Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh
Penyebab:
a. Dehidrasi
b. Terpapar lingkungan panas
c. Proses penyakit (misalnya infeksi, kanker)
d. Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
e. Peningkatan laju metabolism
f. Respon trauma
g. Aktivitas berlebihan
h. Penggunaan inkubator
3. Perencanaan
LAPORAN KASUS
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identifikasi
1. Identifikasi Klien
Nama : Nn. D
Umur : 24 Tahun
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Belum Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Suku Bangsa : Indonesia
Alamat : Kemayoran Kauman Surabaya
Tanggal Masuk : 10-02-2019
Tanggal Pengkajian : 11-02-2019
No. Register : 1273xxxx
Diagnosa Medis : DHF Grade I
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. R
Umur : 36 Tahun
Hubungan dengan Klien : Kakak kandung
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Kemayoran Kauman Surabaya
3.1.2 Status Kesehatan
1. Status kesehatan saat ini
a. Keluhan Utama (Saat MRS saat ini)
Saat MRS : Panas badan sudah 4 hari
Saat ini : Badan panas
38
39
2. Ranitidin iv 50 mg 1.0.1
3. Metoclopramid iv 10 mg 1.1.1
Saat sakit :
Nafsu makan kurang, makan nasi dari RS 3 sendok, frekuensi 2-3
x/hari, minum air putih ¼ botol 500 ml, BB = 55 kg, TB = 158 IMT=
22 (normal), keluhan yang dirasakan ingin mual tereutama setelah
makan
c. Pola Eliminasi
Sebelum sakit :
BAB : 1x/hari, konsistensi lunak , warna feses kecoklatan, bau
menyengat, tidak menimbulkan rasa sakit ketika feses
BAK : 5x/hari, pancaran normal, bau menyengat, warna kuning.
Saat sakit :
BAB : 1x/hari, konsistensi lunak, warna feses kecoklatan, bau
menyengat, tidak menimbulkan rasa sakit ketika feses
BAK : 5x/hari, pancaran normal, bau menyengat, warna kuning pekat.
d. Pola Aktifitas dan Latihan
Sebelum Sakit :
Mampu melakukan aktifitas sendiri, Skor kemampuan perawatan diri
aktifitas dan latihan = 0 (mandiri)
Saat sakit :
Membutuhkan bantuan orang lain untuk melakukan ADL, Skor
perawatan diri aktifitas dan latihan = 2 (dibantu orang lain).
e. Pola Istirahat Tidur
Sebelum sakit :
Lama tidur > 8 jam/hari, tidur 2 x/hari pada siang dan malam hari,
kualitas tidur nyenyak.
Saat sakit:
Klien tidur hanya 4 jam dan sering terbangun, kualitas tidur tidak
nyenyak.
41
f. Pola Berpakaian :
Sebelum sakit :
Mampu memakai pakaian secara mandiri, skor kemampuan perawatan
diri berpakaian = 0 (mandiri) baju yang digunakan setiap hari bersih
Saat sakit :
Berpakaian dibantu oleh keluarga, skor kemampuan perawatan diri
berpakaian = 2 (dibantu orang lain), baju yang digunakan setiap hari
bersih
g. Pola Rasa Nyaman:
Sebelum sakit :
Tidak merasakan nyeri
Saat sakit :
Pasien memegangi badannya, pasien mempertahankan posisi badannya
dengan posisi tidur.
P = Nyeri tubuh, badan sakit semua
Q = diremas-remas
R = Seluruh badan
S = Skala 4
T = Terus menerus
h. Pola Aman
Sebelum sakit :
Klien merasa aman
Saat sakit :
Klien merasa aman ketika di RS, klien sudah dapat beradaptasi dengan
ruangan.
i. Pola Kebersihan diri
Sebelum sakit :
Klien mandi 2x/hari, setiap mandi berganti pakaian bersih
Saat sakit :
Klien diseka badannya oleh kelurga 2x/hari
42
j. Pola Komunikasi
Sebelum sakit :
Mampu berkomunikasi dengan baik
Saat sakit :
Mampu berkomunikasi dengan baik, ketika ditanya dapat merespon
dengan baik
k. Pola Ibadah
Sebelum sakit :
Menjalankan kewajiban sholat 5 waktu
Saat sakit :
Ketaatan dalam menjalankan ibadah kurang, hanya berdoa saja di
tempat tidur
l. Pola Produktifitas :
Sebelum sakit :
Klien mampu menjalankan aktifitasnya dan berkerja seperti biasa dari
pagi hingga sore
Saat sakit :
Klien tidak dapat beraktifitas seperti sebelum sakit dan tidak mampu
melakukan pekerjaannya
m. Pola Rekreasi
Sebelum sakit :
Sering berlibur bersama keluarga dan sering bersantai untuk menonton
TV dan bermain hp sebagai hiburan.
Saat sakit :
Banyak hambatan untuk dapat berekreasi terkait dengan penyakit dan
tidak dapat menonton TV
n. Pola kebutuhan belajar
Sebelum sakit :
Klien tertarik dengan informasi baru dan suka untuk membaca
43
Saat sakit :
Klien berusaha untuk mengetahui lebih jauh mengenai penyakitnya
dengan mencari di internet
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum :
Tingkat Kesadaran: composmetis
GCS : verbal 5, psikomotor : 6 Mata : 4
b. Tanda – tanda vital :
Nadi = 105x/menit, Suhu = 38oC, TD = 100/70 mmHg, RR = 22x/menit
c. Keadaan Fisik:
1) Kepala dan leher:
a) Kepala :
- Inspkesi = lonjong, kulit kepala bersih, rambut klien tidak rontok,
warna hitam, bau rambut tik berbau wajah pucat, struktur wajah
simestris
- Palpasi =: ubun – ubun datar, tidak ada benjolan
b) Mata
- Inspeksi = mata simetris
- Inspeksi dan palpasi = tidak ada edema, tidak ada peradangan,
tidak ada benjolan, tidak ada ptosis, strabismus, bulu mata tidak
rontok
- Inpeksi pupil = refleks pupil baik, pupil mengecil
- Inspeksi kornea dan iris = tidak ada peradangan,gerakan bola mata
normal
c) Hidung
- Inspeksi = tulang hidung dan posisi septum nasi tidak ada
pembengkakan, lubang hidung tidak ada sekret
- Palpasi = sinus maksilaris frontalis dan etmoidalis tidak ada nyeri
tekan
44
d) Telinga
- Inspeksi dan palpasi = bentuk telinga simestris, ukuran telinga,
keteganggan daun telinga,
- Inspeksi = tidak ada serumen, tidak ada benda asing, tidak ada
pendarahan, membran telinga utuh
e) Mulut
- Inspeksi = keadaan bibir tidak sianosis, bibir kering, tidak ada
labioschizis, gusi dan gigi normal, tidak ada caries gigi, ada karang
gigi, abses tidak ada, lidah kotor, tidak ada pembesaran tonsil
f) Leher
- Inspeksi dan palpasi = posisi trahea simestris, tidak ada
pembesaran tiroid, tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada
pembesaran vena jugularis
2) Dada
1. Paru
- Inspeksi = bentuk thoraks normal, pola nafas vesikuler, tidak ada
sianosis, tidak ada sputum
- Palpasi = vocal vremitus getaran sama kanan dan kiri
- Perkusi = suara sonor
Auskultasi = suara nafas vesikuler, intensitas dan kualitas suara kiri
dan kanan sama, Suara nafas vesikuler
RR: 20 x/menit
Ronkhi
Whezing
45
2. Jantung
- Inspeksi dan palpasi prekordium : ruang intercosta II pulpasi tidak
ada, intercosta V pulpasi tidak ada, ictus cordis berada pada ICS V
- Perkusi = suara redup
- Auskultasi BJ I-III = dalam batas normal, tidak ada suara
tambahan mur-mur
3) Payudara dan Ketiak
- Inspeksi = puting dan aerola bersih, payudara simetris
- Palpasi = tidak ada benjolan
4) Abdomen
- Inspeksi = bentuk abdomen buncit
- Perkusi = terdengar suara timpani,
- Palpasi = pada hepar lunak, tegas, tidak ada benjolan, tidak ada,
nyeri tekan di ulu hati, pembesaran lien
- Auskultasi = peristaltik 15x/menit
5) Genetalia
Pasien tidak terpasang kateter
6) Integumen
- Inspeksi = kulit bersih, dan memerah
- Palpasi = kulit teraba hangat, turgor kulit < 2 dektik, tidak ada
edema
7) Ekstremitas
- Atas = Klien terpasang infus pada vena metacarpal cairan asering
500 ml/24 jam, tidak ada edema pada tangan, Kekuatan otot 5 5
- Bawah = refleks patella positif, tidak terdapat edema, kekuatan
otot 5 5
8) Neurologis
- Status mental dan emosi = pasien terlihat gelisah, orientasi baik,
- Pengkajian saraf kranial = dalam batas normal
- Pemeriksaan Refleks = dalam batas normal
46
5. Pemeriksaan penunjang
a. Data Laboratorium
Tanggal Hematologi Nilai rujukan
Pemeriksaan
11-02-2019 Hemoglobin : 13,3 g/dl 11.7 – 15.5 g/dl
Leukosit : 3,14 10^3/ul 3.60 – 11.00 10^3/ul
Trombosit : 69 10^3/ul 150-400 10^3/ul
Hematokrit: 43,9% 35,0 – 47,0 %
b. Pemeriksaan radiologi
Tidak ada
c. Hasil Konsultasi
Tidak ada
d. Pemeriksaan penunjang diagnosa lain
Tidak ada
Perawat
47
Prostaglansin
berikatan dengan
neuron prepiotik di
hipotalamus
Meningkatkan
thermostat ‘set pont’
pada pusat
thermoregulator
48
Penimbunan ujung
ujung saraf oleh asam
laktat
Nyeri akut
51
Hari/ Tanggal No.Dx Rencana Perawatan TTD
52
Hari/ Tanggal No.Dx Rencana Perawatan TTD
53
Hari/ Tanggal No.Dx Rencana Perawatan TTD
54
i. Intervensi
Nama : Nn. D
No. RM : 12731XXX
Hari/ Tanggal No.Dx Rencana Perawatan TTD
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Senin/ 11 Februari 1 Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipertermia I.15506 Perawat
2019 keperawatan 1x24 jam diharapkan Observasi
hipertermi berkurang dengan kriteria 8. Monitor tanda vital
hasil: 9. Longgarkan atau lepaskan
- TTV dalam batas normal pakaian
TD 110-120/60-80 mmHg Terapeutik
N 60-100x/m 10. Berikan cairan oral
RR 15-24x/m 11. Berikan kompres hangat pada
T 36 - 37,50C dahi, lipatan ketiak, dan lipatan
SPO2 >95% paha
- Warna kulit normal tidak Edukasi
memerah 12. Anjurkan tirah baring
- Kulit tidak kering Kolaborasi
- Bibir tidak kering 13. Kolaborasi pemberian cairan
55
Hari/ Tanggal No.Dx Rencana Perawatan TTD
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
14. Kolaborasi pemberian antipiretik
56
Hari/ Tanggal No.Dx Rencana Perawatan TTD
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
16. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
17. Jelaskan strategi meredakan nyeri
Kolaborasi
18. Kolaborasi pemberian analgesik
Senin/ 11 Februari 3 Setelah dilakukan tindakan Manajemen Mual I. 03117 Perawat
2019 keperawatan 1x24 jam diharapkan Observasi
nausea berkurang dengan kriteria 8. Monitor frekuensi, durasi mual
hasil: 9. Identifikasi dampak mual
- Klien tidak mengeluh mual terhadap kualitas hidup
- Klien berminat makan 10. Monitor asupan nutrisi
- Klien tidak pucat Terapeutik
- Tanda vital dalam batas 11. Berikan makanan dalam jumlah
normal kecil dan menarik
TD 110-120/60-80 mmHg Edukasi
N 60-100x/m 12. Anjurkan istirahat dan tidur yang
RR 15-24x/m cukup
57
Hari/ Tanggal No.Dx Rencana Perawatan TTD
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
T 36 - 37,50C 13. Anjurkan makan tinggi
SPO2 >95% karbohidrat dan rendah lemak
Kolaborasi
14. Kolaborasi pemberian antiemetik
58
i. Implementasi
Nama : Nn. D
No. RM : 12731XXX
Hari/ Tanggal/ Jam No. Dx Tindakan Keperawatan TTD
Senin/ 11-2-2019/ 1
09.15 1. Memberikan cairan infus Perawat
- Masuk cairan NaCl 0,9% 63 ml/jam
09.20 2. Mengukur tanda vital
TD 100/70 mmHg
N 105x/m Cepat dan lemah
T 380C
RR 22x/m
SPO2 96%
09.30 3. Mengkolaborasi pemberian antipiretik
- Memberikan obat paracetamol 500 mg melalui oral, tidak
09.40 terdapat efek samping setelah pasien minum obat
4. Memberikan kompres hangat pada dahi, lipatan ketiak,
dan lipatan paha
- Keluarga memberikan kompres hangat di dahi dan lipatan
09.50 ketiak. Klien masih panas.
5. Menganjurkan klien dan keluarga melonggarkan atau
melepas pakaian
- Klien memahami bahwa tidak memakai pakaian yang
10.00 ketat dan tebal, harus menggunakan pakaian yang tipis.
59
Hari/ Tanggal/ Jam No. Dx Tindakan Keperawatan TTD
Senin/ 11-2-2019/ 2
09.20 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, Perawat
kualitas, intensitas nyeri
P: klien mengeluh badan sakit semua, sakit di antara dada
dan perut
Q: seperti diremas-remas
R: Seluruh badan
S: klien nyeri skala 4
T: Terus menerus
09.20 2. Mengukur tanda vital
TD 110/70 mmHg
N 105x/m Cepat dan lemah
T 380C
RR 22x/m
SPO2 96%
09.25 3. Mengidentifikasi respon non verbal
Klien terlihat diam memegangi badannya dan cemas
60
Hari/ Tanggal/ Jam No. Dx Tindakan Keperawatan TTD
Senin/ 11-2-2019/ 3
09.15 1. Memonitor frekuensi, durasi mual Perawat
- Klien mengatakan pagi ini sudah mual ingin muntah 3x,
kurang lebih setiap 15 menit atau setengah jam. Terutama
setelah kemasukan makanan
09.25 2. Mengidentifikasi dampak mual terhadap kualitas hidup
- Klien mengatakan malas makan, tidak nafsu makan.
09.30 3. Mengkolaborasi pemberian obat intravena
61
Hari/ Tanggal/ Jam No. Dx Tindakan Keperawatan TTD
Selasa/ 12-2-2019/ 1
09.15 1. Memberikan cairan infus Perawat
- Masuk cairan NaCl 0,9% 63 ml/jam
09.20 2. Mengukur tanda vital
TD 110/70 mmHg
N 78 lemah
T 37,70C
RR 20x/m
SPO2 95%
09.30 3. Mengkolaborasi pemberian antipiretik
- Memberikan obat paracetamol 500mg melalui oral, tidak
62
Hari/ Tanggal/ Jam No. Dx Tindakan Keperawatan TTD
Selasa/ 12-2-2019/ 2
09.20 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, Perawat
kualitas, intensitas nyeri
P: klien mengeluh badan sakit semua, sakit di antara dada
dan perut
Q: seperti ditusuk-tusuk
R: Seluruh badan
S: klien nyeri skala 2
T: Terus menerus
09.20 2. Mengukur tanda vital
TD 110/70 mmHg
N 78 lemah
T 37,70C
RR 20x/m
SPO2 95%
63
Hari/ Tanggal/ Jam No. Dx Tindakan Keperawatan TTD
Selasa/ 12-2-2019/ 3
09.15 1. Memonitor frekuensi, durasi mual Perawat
- Klien mengatakan pagi ini mual satu kali setelah makan,
2. Mengkolaborasi pemberian obat intravena
Klien mendapatkan metoclopramide 10 ml, tidak terdapat
09.30 efek samping setelah pasien mendapatkan injeksi obat
3. Memonitor asupan nutrisi
Klien makan makanan dari RS habis setengah porsi dan
10.00 tidak mau lagi.
4. Menganjurkan makan dalam jumlah kecil dan menarik
- Klien paham penjelasan dari perawat bahwa harus
10.10 meningkatakan asupan makanan, makan sedikit-sedikit
tetapi sering.
Rabu/ 13-2-2019/ 1
09.15 1. Memberikan cairan infus Perawat
- Masuk cairan NaCl 0,9% 63 ml/jam
64
Hari/ Tanggal/ Jam No. Dx Tindakan Keperawatan TTD
Rabu/ 13-2-2019/ 2
09.20 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, Perawat
kualitas, intensitas nyeri
Klien mengatakan badannya sudah tidak sakit
09.25 2. Mengukur tanda vital
TD 100/70mmHg
N 82x/m
T 36,10C
RR 20x/m
SPO2 98x/m
09.30 3. Mengkolaborasikan pemberian obat intravena
Klien mendapatkan ranitidine 10mg
Rabu/ 13-2-2019/ 3
09.15 1. Memonitor frekuensi, durasi mual Perawat
- Klien mengatakan sudah tidak mual
09.30 2. Mengkolaborasi pemberian obat intravena
65
Hari/ Tanggal/ Jam No. Dx Tindakan Keperawatan TTD
66
3.1.8 Evaluasi
Nama : Nn. D
No. RM : 12731XXX
No Hari/ Tanggal/ Jam No. Dx Evaluasi TTD
1 Senin/ 11 Februari 1 S: klien dan keluarga mengatakan panas sudah turun setelah Perawat
2019/ 13.30 diberikan obat, tetapi sekarang hangat kembali
O: - Kulit klien masih terlihat memerah
- Kulit kering
- Bibir kering
- TD 100/70 mmHg
- N 105x/m Cepat dan lemah
- T 37,80C
- RR 22x/m
- SPO2 96%
A: Masalah Hipertermi teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi 1,3,4,6,7
2 Senin/ 11 Februari 2 S: Klien mengatakan badannya masih sakit semua, diantara Perawat
2019/ 13.30 perut dan dada masih sakit
P: klien mengeluh badan sakit semua
Q: seperti diremas-remas
R: Seluruh badan
S: klien nyeri skala 4
T: Terus menerus
67
No Hari/ Tanggal/ Jam No. Dx Evaluasi TTD
O: - Klien terlihat masih mempertahankan posisi tidur
- Memegangi badannya yang sakit
- Klien tampak gelisah
- TD 110/70 mmHg
- N 105x/m Cepat dan lemah
- T 380C
- RR 22x/m
- SPO2 96%
A: Masalah nyeri akut belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1,2,6,9
3 Senin/ 11 Februari 3 S: Klien mengatakan masih sering mual, tidak mau makan, Perawat
2019/ 13.30 hanya makan 3 SDM saja tadi pagi.
O: - Klien masih tidak nafsu makan
- Klien masih terlihat pucat
- Nadi cepat dan lemah 105x/m
- Klien makan 3 SDM
A: Masalah nausea belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1,3,4,7
4 Selasa/ 12 Februari 1 S: klien dan keluarga mengatakan panas sudah turun setelah Perawat
2019/ 13.30 diberikan obat.
O: - Kulit klien sudah tidak memerah
- Kulit kering
68
No Hari/ Tanggal/ Jam No. Dx Evaluasi TTD
- Bibir kering
- TD 110/70 mmHg
- N 89 lemah
- T 37,70C
- RR 20x/m
- SPO2 95%
A: Masalah Hipertermi teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi 1,3,4,6,7
5 Selasa/ 12 Februari 2 S: Klien mengatakan badannya masih sedikit sakit tidak seperti Perawat
2019/ 13.30 kemarin, sudah berkurang.
P: klien mengeluh badan sakit
Q: seperti ditusuk-tusuk
R: Seluruh badan
S: klien nyeri skala 2
T: Terus menerus
O: - Klien terlihat masih mempertahankan posisi tidur
- Pasien tidak gelisah
- TD 110/70 mmHg
- N 89 lemah
- T 37,70C
- RR 20x/m
- SPO2 95%
A: Masalah nyeri akut teratasi sebagian
69
No Hari/ Tanggal/ Jam No. Dx Evaluasi TTD
P: Lanjutkan intervensi 1,2,6,9
6 Selasa/ 12 Februari 3 S: Klien mengatakan sudah tidak mual, tetapi masih sulit Perawat
2019/ 13.30 makan
O: - Klien masih tidak nafsu makan
- Klien terlihat tidak pucat
- Nadi lemah 89x/m
- Klien makan habis setengah porsi
A: Masalah nausea teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi 1,3,4,7
7 Rabu/ 13 Februari 1 S: klien dan keluarga mengatakan sudah tidak panas Perawat
2019/ 12.00 O: - Kulit klien sudah tidak memerah, tidak kering
- Bibir lembab
- TD 100/70mmHg
- N 82x/m
- T 36,10C
- RR 20x/m
- SPO2 98x/m
A: Masalah Hipertermi teratasi
P: Hentikan intervensi, klien KRS
- Edukasi kontrol sesuai jadwal
- Edukasi minum obat sesuai jadwal
- Edukasi minum banyak ketika panas terulang
70
No Hari/ Tanggal/ Jam No. Dx Evaluasi TTD
- Edukasi untuk makan sedikit tapi sering jika mual
- Edukasi aktivitas yang tidak berlebihan
- Edukasi jika terjadi perdarahan, maka segera bawa ke
fasilitas terdekat
9 Rabu/ 13 Februari 3 S: Klien mengatakan sudah tidak mual, sudah enak makan, dan Perawat
2019/ 13.30 klien sudah mau nyemil makanan ringan
O: - Klien sudah nafsu makan
- Klien tidak terlihat pucat
- Nadi 82x/m
- Klien makan habis setengah porsi dan klien nyemil snack
A: Masalah nausea teratasi
71
No Hari/ Tanggal/ Jam No. Dx Evaluasi TTD
P: Hentikan intervensi, klien KRS
- Edukasi diit yang tepat yaitu makan sayur dan buah
secara rutin setiap hari
72
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian
Pengkajian didapatkan data berupa alasan klien masuk ke rumah sakit yaitu
klien merasa demam sudah 4 hari, badan terasa sakit semua, mual, badan terasa
lemas. Keluhan utama yang dirasakan klien yaitu badan terasa panas. Hasil observasi
menunjukkan suhu badan klien panas, klien nampak lemah dan gelisah, serta
memegangi bagian anggota tubuh yang merasa nyeri yaitu nyeri selurug tubuh seperti
diremas-remas di seluruh badan dengan skala nyeri 4 rasanya terus menerus. Ketika
nyeri datang yang dilakukan adalah mempertahankan tirah baring dan memegangi
anggota tubuhnya. Klien mengeluh merasa mual, keadaan lebuh berat ketika klien
setelah makan. Tekanan darah : 110/70 mmHg, nadi : 105x/menit, suhu : 38oC, RR :
22x/menit, akral teraba dingin. Manifestasi klinik yang di ditemukan saat pengkajian
maka sesuai dengan teori Khair (2013) yang menyatakan bahwa manifestasi klinis
pada penderita DHF yaitu demam yang cukup tinggi, nyeri sendi dan otot serta mual.
Klien dengan DHF mengeluh nyeri, myalgia, anoreksia, dan nausea (Gubler, 1998).
Pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus DHF Grade I dilakukan
pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan HB, hematokrit, leukosit dan trombosit.
Dalam penyakit DHF yang menjadi prioritas adalah kadar trombosit. Kadar trombosit
pada Nn. D pada hari ke 4 yaitu 69000/ul, maka dapat disimpulkan klien sudah
mengalami trombositopenia (penurunan kadar trombosit) hal ini sesuai dengan teori
Price & Wilcon (2000) yang menyatakan akibat dari virus dengue dalam peredaran
73
74
Hal ini sesuai dengan teori PPNI (2016), pengangkatan diagnosa nyeri akut
mempunyai gejala dan tanda mayor minor diantaranya yaitu klien mengeluh nyeri,
bersikap protektif, gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur. Dari asuhan
keperawatan diatas menunjuukan bahwa data klien sudah sesuai dengan teori.
3. Nausea
Perasaan tidak nyaman pada bagian belakang tenggorok atau lambung yang
dapat mengakibatkan muntah (PPNI, 2016). Dengan tanda dan gejala pada Nn. D
secara subjektif klien mengeluh mual, nampak pucat, nadi 105x/menit (takikardi)
teraba lemah,porsi makan tidak habis.
Hal ini sesuai dengan teori PPNI (2016), pengangkatan diagnosa nausea
mempunyai gejala dan tanda mayor minor diantaranya yaitu klien mengeluh mual,
merasa ingin muntah, tidak berminat makan, pucat, takikardia. Dari asuhan
keperawatan diatas menunjukkan bahwa data klien sudah sesuai dengan teori.
makan sedikit tapi sering, anjurkan makan tinggi karbohidrat dan rendah lemak,
kolaborasi pemberian antiemetik.
5.1 Kesimpulan
Dengue haemorrhagic fever (dhf) atau demam berdarah dengue adalah
penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan
nyamuk aedes egypty. Penularan virus dengue melalui beberapa vektor. Sampai saat
ini telah diketahui beberapa nyamuk sebagai vektor dengue. Tanda dan gejala yang
dapat muncul yaitu demam atau riwayat demam akut, antara 2 sampai 7 hari, uji
bendung positif, ptekie, ekimosis atau purpura, perdarahan mukosa (epitaksis atau
perdarahan gusi), atau perdarahan dari tempat lain, hematemesis atau melena,
trombositopenia (jumlah trombosit < 100.000/ul). Masalah keperawatan yang dapat
muncul pada pasien dengan dhf antara lain hipertermi, nyeri akut, dan nausea.
Masalah keprawatan yang ditemukan disesuaikan dengan intervensi yang akan
diterapkan, sehingga masalah keperawatan bisa teratasi dengan baik. Berdasarkan
hasil tindakan keperawatan, masalah keperawatan klien sudah teratasi dengan baik
dan perlu dilanjutkan dengan edukasi keluar rumah sakit agar masalah tidak muncul
kembali.
5.2 Saran
Setelah kita mengetahui penyebab dan cara merawat pasien dengan penyakit
DHF, kita dapat melakukan asuhan keperawatan kebutuhan dasar manusia
kooompres hangat, menganjurkan minum yang banyak pada pasien yang mengalami
demam. Mengedukasi relaksasi nafas dalam pada pasien dengan nyeri akut,
menganjurkan makan sedikit tapi sering pada pasien dengan keluhan mual, serta
memberikan informasi kepada masyarakat untuk selalu memperhatikan lingkungan
agar terhindar dari virus dengue dan meningkatkan pola hidup sehat.
78
79
DAFTAR PUSTAKA
Nursalam. (2005). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta : Salemba Medika.
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses, dan Praktik. Edisi 4. Volume 2. Jakarta: EGC.
SDKI, DPP , & PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia; definisi
dan indikator diagnostik . Jakarta: DPPPPNI.
Sudoyo, A., Setiyohadi, B., Alwi , I., Simadibrata , M., & Setiati , S. (2009). Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi V. Jakarta: Interna Publishing.
80
Suriadi, Yuliani, & Rita. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi 2. Jakarta:
CV. Sagung Seto.
WHO (2009) Prevention and Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever.