Anda di halaman 1dari 85

SEMINAR KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. D DENGAN DIAGNOSA MEDIS


DHF (DENGUE HEMORRHAGIC FEVER) YANG MENGALAMI
MASALAH KEBUTUHAN DASAR MANUSIA TERMOREGULASI
DI RUANG ROSELLA 2 RSUD DR. SOETOMO

Oleh:
Kelompok 12

Dwi Astutik, S.Kep 131711123078


Rafidah Azizah, S.Kep 131711123079
Munali, S.Kep 131711123074
Ribka Putri Sholecha, S.Kep 131711123070
Maria Evarista Sugo, S.Kep 131711123059
Zahrotul Fitria Suryawan, S.Kep 131411131076

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan asuhan keperawatan pada Ny. D dengan diagnosa medis DHF


(dengue hemorrhagic fever) yang mengalami masalah kebutuhan dasar manusia
termoregulasi dalam rangka pelaksanaan profesi keperawatan dasar

Disahkan Tanggal. 25 Februari 2019

Menyetujui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Ruangan

Lingga Curnia Dewi, S.Kep., Ns., M.Kep Sri Rahayu, S.Kep., Ns


NIP. 199012162018083201 NIP. 196804271988032007

Mengetahui,
Kepala Ruangan

Sri Rahayu, S.Kep., Ns


NIP. 196804271988032007

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan “Asuhan Keperawatan
Pada Ny. D Dengan Diagnosa Medis DHF (Dengue Hemorrhagic Fever) Yang
Mengalami Masalah Kebutuhan Dasar Manusia Termoregulasi” ini dengan baik.
Kami menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dr. Joni Wahyuhadi, dr., Sp.BS (K) selaku Direktur Utama RSUD dr. Soetomo
Surabaya
2. Dr. Anang Endaryanto, dr., Sp.A (K) selaku Direktur Pelayanan Medik dan
Keperawatan
3. Prof. Dr. Nursalam M.Nurs (Hons) selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga Surabaya yang telah memberikan kesempatan dan
dorongan fasilitas kepada kami untuk mengikuti Program Profesi Ners
4. Dr. Makhfudli, S.Kep., Ns., M.Ked. Trop. selaku Kepala Program Studi
Pendidikan Ners (P3N) Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga yang telah
memberikan kesempatan untuk mengikuti program profesi ners
5. Ibu Lingga Curnia Dewi, S.Kep., Ns., M.Kep selaku pembimbing akademik yang
telah meluangkan waktu dan tenaga dalam memberikan arahan dan bimbingan
penyusunan dan penyelesaian makalah ini
6. Ibu Muzhidah, S.Kep.Ns selaku Kepala Bidang Keperawatan yang telah
memberikan kesempatan dan dorongan fasilitas kepada kami untuk mengikuti
Program Profesi Ners
7. Ibu Endang Pancarwati, S.Kep.Ns selaku Kepala Keperawatan Irna Medik yang
telah memberikan kesempatan dan dorongan fasilitas kepada kami untuk
mengikuti Program Profesi Ners
8. Ibu Sri Rahayu, S.Kep., Ns selaku Kepala Ruangan Rosella 2 sekaligus
pembimbing klinik yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk
menimba ilmu di ruang Rosella 2 RSUD dr. Soetomo Surabaya dan telah

iii
meluangkan waktu dan tenaga dalam memberikan arahan dan bimbingan
penyusunan dan penyelesaian makalah ini
Penyusun menyadari bahwa makalah ini belum sempurna dan masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang dapat
membangun agar dalam penyusunan makalah selanjutnya menjadi lebih baik.
Akhirnya penyusun berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kami dan bagi
yang membaca

Surabaya, 25 Februari 2019

Penyusun

iv
DAFTAR ISI

SEMINAR KASUS ..................................................................................................... 1


LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ................................................................................................ iii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ v
BAB 1 ........................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 3
1.3 Tujuan ............................................................................................................. 3
1.4 Manfaat ........................................................................................................... 3
BAB 2 ........................................................................................................................... 5
2.1 Konsep Dasar Termoregulasi ......................................................................... 5
2.2 Konsep Dasar Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) ...................................... 9
2.3 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Hipertermi .......................................... 36
BAB 3 ......................................................................................................................... 38
3.1 Pengkajian .................................................................................................... 38
BAB 4 ......................................................................................................................... 73
4.1 Pengkajian .................................................................................................... 73
4.2 Diagnosa Keperawatan ................................................................................. 74
4.3 Rencana Tindakan Keperawatan .................................................................. 75
4.4 Pelaksanaan Keperawatan ............................................................................ 76
4.5 Evaluasi Keperawatan .................................................................................. 77
BAB 5 ......................................................................................................................... 78
PENUTUP .................................................................................................................. 78
5.1 Kesimpulan ................................................................................................... 78
5.2 Saran ............................................................................................................. 78
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 79

v
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dengue Haenoragic Fever (DHF) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti.
Penyakit ini menyerang semua orang dan dapat menyebabkan kematian serta sering
menimbulkan wabah (Suriadi, Yuliani, & Rita, 2010).
Sampai sekarang penyakit demam berdarah dengue masih menjadi masalah
kesehatan masyarakat Indonesia. Penyakit dengue haemoragic fever tercatat pertama
kali di Asia pada tahun 1954, sedangkan di Indonesia penyakit demam berdarah
pertama kali ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya mencatat 58 kasus DHF dengan
24 kematian (WHO, 2011).
Prevalensi DHF di Jawa Timur Menurut Dinas Kesehatan (2016) terdapat
24.415 kasus dengan korban jiwa sebanyak 356 orang. Kemudian pada tahun 2018
sebanyak 9087 kasus dengan korban 93 orang. Di RS Dr Soetomo pada tahun 2019
sebanyak 82 kasus dengan DHF, 17 diantaranya klien dewasa dengan 3 orang
diantaranya meninggal dunia dan sisanya adalah anak-anak. Angka tersebut
membuktikan bahwa DHF merupakan maslah kesehatan dimana besarnya masalah
DHF dapat dilihat dari indikator morbilitas dan morbiditas.
Pada umumnya penderita DBD (Demam Berdarah Dengue) akan mengalami
fase demam selama 2-7 hari, fase pertama: 1-3 hari penderita akan merasakan demam
yang cukup tinggi (40°C). Kemudian pada fase kedua penderita mengalami fase kritis
pada hari ke 4-5, pada fase ini penderita akan mengalami turunnya demam hingga
37°C dan penderita akan merasa dapat melakukan aktivitas kembali (merasa sembuh
kembali), pada fase ini jika tidak mendapatkan pengobatan yang adekuat dapat terjadi
keadaan fatal, akan terjadi penurunan trombosit secara drastic akibat pemecahan
pembuluh darah (pendarahan). Pada fase yang ketiga akan terjadi di hari ke 6-7,
penderita akan merasakan demam kembali, fase ini dinamakan fase pemulihan, di
fase inilah trombosit akan perlahan naik normal kembali (Kemenkes RI, 2017).

1
2

Faktor kepadatan penduduk memicu tingginya kasus dengue hemorrhagic


fever, karena tempat hidup nyamuk hampir seluruhnya adalah buatan manusia mulai
dari kaleng bekas, ban bekas hingga bak mandi. Kebanyakan orang yang menderita
demam berdarah dengue pulih dalam waktu dua minggu. Namun, untuk orang-orang
tertentu dapat berlanjut selama beberapa minggu hingga berbulan-bulan. Kasus
kematian akibat DHF (dengue hemorrhagic fever) sering terjadi. Hal ini disebabkan
selain karena kondisi daya tahan tubuh yang tidak baik. Penyakit DHF (dengue
hemorrhagic fever) jika tidak mendapatkan perawatan yang memadai dan gejala
klinis yang semakin berat yang mengarahkan pada gangguan pembuluh darah dan
gangguan hati dapat mengalami perdarahan hebat, syok, demam dan dapat
menyebabkan kematian (Hanifah, 2011).
Masalah yang sering muncul pada penderita DHF yaitu peningkatan suhu.
Pada umumnya pasien mengalami fase demam selama 2-7 hari yang diikuti fase kritis
selama 2-3 hari. Demam terjadi karena virus dengue masuk dalam tubuh (pembuluh
darah) yang menstimulasi sel host inflamasi dan memproduksi endogenus pirogen.
Hal tersebut dapat mengacaukan termoregulasi pada hipotalamus. Untuk
mengantisipasi terjadinya syok karena terjadi kebocoran dan kehilangan plasma yang
hebat, maka peningkatan suhu tubuh harus segera diturunkan (Wong, 2008).
Salah satu upaya untuk menurunkan suhu tubuh yaitu dengan cara kompres
hangat. Mekanisme hilangnya panas dengan cara kompres hangat yaitu secara
evaporasi karena panas dalam tubuh akan hilang dengan cara penguapan melalui kulit
karena kompres hangat dapat menyebabkan pori-pori kulit melebar (vasodilatasi).
Teknik kompres hangat ini bisa dilakukan di tujuh tempat yaitu pada leher, kedua
ketiak, kedua lipatan paha dan kedua lutus bagian dalam karena pada tempat itu
banyak terdapat pembuluh darah sehingga dapat meningkatkan penguapan dan suhu
tubuh yang panas akan turun (Asmadi, 2008).
Angka kematian DHF yang semakin tinggi diharapkan perawat memiliki
ketrampilan, pengetahuan yang cukup dalam memberikan asuhan keperawatan pada
klien DHF. Dengan hal ini penulis termotivasi untuk menyusun laporan kasus dengan
3

judul “Asuhan Keperawatan Pada Nn. D di Ruang Rosella II di RS Dr Soetomo


Surabaya”.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimanakah penerapan asuhan keperawatan pada Nn. D dengan Dengue
Hemorrhagic Fever yang mengalami masalah kebutuhan dasar manusia
termoregulasi di Ruang Rosella II RS Dr. Soetomo Surabaya

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami penerapan asuhan keperawatan pada klien
dengan diagnose medis Dengue Haemorraghic Fever yang mengalami masalah
kebutuhan dasar manusia termoregulasi
1.3.2 Tujuan Khusus
Mahasiswa mengetahui dan mampu:
1. Menjelaskan tentang konsep dasar termoregulasi
2. Menjelaskan tentang konsep dasar Dengue Haemorrhagic Fever
3. Menjelaskan konsep asuhan keperawatan hipertermi
4. Menjelaskan asuhan keperawatan pada kasus Dengue Haemorrhagic
Fever yang mengalami masalah kebutuhan dasar manusia termoregulasi

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi penulis
Hasil studi kasus ini dapat memberikan wawasan tentang penyakit DHF yang
mengalami masalah kebutuhan dasar manusia termoregulasi dengan
menggunakan asuhan keperawatan
1.4.2 Bagi instansi akademik
Sebagai bahan bacaan di perpustakaan dan acuan pertimbangan pada
keperawatan khusunya kasus keperawatan dengan diagnosa medis DHF yang
mengalami masalah kebutuhan dasar manusia termoregulasi
4

1.4.3 Bagi klien


Memberi pengetahuan dan ketrampilan pada anggota keluarga tentang
perawatan orang dengan diagnosa medis DHF yang mengalami masalah
kebutuhan dasar manusia termoregulasi
1.4.4 Bagi rumah sakit
Dapat memberikan asuhan keperawatan untuk kasus yang sama yaitu DHF
serta menjaga dan meningktakn pelayanan pada masyarakat, khususnya
asuhan keperawatan dengan diagnosa media DHF yang mengalami masalah
kebutuhan dasar manusia termoregulasi
BAB 2
LAPORAN PENDAHULUAN

2.1 Konsep Dasar Termoregulasi


2.1.1 Definisi
Termoregulasi adalah suatu pengaturan fisiologis tubuh manusia mengenai
keseimbangan produksi panas dan kehilangan panas sehingga suhu tubuh dapat
dipertahankan secara konstan. Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap
saat. Untuk mempertahankan suhu tubuh manusia dalam keadaan konstan,
diperlukan regulasi tubuh. Suhu tubuh manusia diatur dengan mekanisme umpan
balik (feedback) yang diperankan oleh pusat pengaturan suhu di hipotalamus.
Termoregulasi adalah suatu mekanisme untuk mempertahankan suhu
internal agar berada di dalam kisaran yang dapat ditolelir. Proses yang terjadi
manusia untuk mengatur suhutubuhnya agar tetap konstan dinamis. Mekanisme
termoregulasi terjadi dengan mengatur keseimbanganantara perolehan panas
dengan pelepasan panas (Hidayat, 2009).
2.1.2 Etiologi
Termoregulasi manusia berpusat pada hipotalamus anterior terdapat
komponen pengatur atau penyusun system pengaturan panas yaitu termoreseptor,
hipotalamus, dan saraf eferen serta termoregulasi (Hidayat, 2009).
Disamping melalui pengaturan di hipotalamus, proses pemindahan energi
panas, baik masuk ked lam tubuh manusia maupun hilang melalui kulit dan dapat
terjadi dengan beberapa cara yaitu konduksi, konveksi, radiasi dan evaporasi.
Konduksi adalah pemaparan panas dari suatu objek yang suhunya lebih tinggi ke
objek lain dengan jalan kontak langsung. Panas yang dibuang dengan cara ini
yaitu dari permukaan tubuh ke objek lain (Potter & Perry, 2005).
Konveksi adalah pergerakan udara dalam jumlah kecil. Radiasi adalah
pemindahan panas melalui radiasi elektromagnetik inframerah dari suatu benda
yang lain dengan suhu yang berbeda tanpa mengalami kontak kedua benda
tersebut. Evaporasi adalah pengalihan panas dari bentuk cair menjadi uap.
Manusia kehilangan 9 x 10 kalori/gram melalui penguapan paru-paru. Penguapan
air melalui kulit paru-paru disebut penguapan insisibel karena dapat terkontrol.

5
6

Kulit juga berperan dalam mengontrol suhu tubuh. Peran kulit dalam regulasi
suhu meliputi insulasi tubuh vasokonstriksi (yang mempengaruhi jumlah aliran
darah dan kehilangan panas pada kulit) dan sensai tubuh.
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Suhu Tubuh
Menurut (Potter & Perry, 2005) banyak faktor yang mempengaruhi suhu
tubuh. Perubahan pada suhu tubuh dalam tentang normal terjadi ketika hubungan
antara produksi panas dan kehilangan panas diganggu oleh variabel fisiologis atau
perilaku.
1. Usia
Suhu tubuh bayi dapat berespon secara drastis terhadap perubahan suhu
lingkungan. Oleh karena itu pakaian yang digunakan juga harus cukup dan
paparan terhadap suhu lingkungan yang ekstrem perlu dihindari.
2. Stress
Sterss fisik dan emosi meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi hormonal
dan persarafan. Perubahan fisiologis tersebut meningkatkan panas. Klien yang
cemas saat mauk rumah sakit atau tempat praktik dokter suhu tubuhnya akan
lebih tinggi dari normal.
3. Exercise
Semaik beratnua exercise maka suhunya akan meningkat 15 kali. Sedangkan
pada atlet dapat meningkat menjadi 20ckali dari basal retenya.
4. Lingkungan
Lingkungan juga dapat mempengaruhi suhu tubuh. Jika suhu dikaji dalam
ruangan yang sangat hangat, klien mungkin tidak mampu meregulasi suhu
tubuh melalui mekanisme-mekanisme pengeluaran panas dan suhu tubuh akan
naik.
2.1.4 Jenis-Jenis Termoregulasi
1. Hipotermia
Hipotermia adalah perubahan suhu tubuh di luar kisaran normal akan
mempengaruhi titik pengaturan hipotalamus. Perubahan ini berhubungan
dengan produksi panas berlebihan, kehilangan panas berlebihan, produksi
panas minimal, sifat perubahan akan mempengaruhi jenis masalah klinis
yang dialami (Potter & Perry, 2005)
7

a. Etiologi
Menurut Asmadi (2008) berdasarkan etiologinya hipotermia dapat
dibagi menjadi:
1) Hipotermia primer
Apabila produksi panas dalam tubuh tidak dapat mengimbangi
adanya stress, dingin, terutama bila cadangan energi dalam tubuh
berkurang.
2) Hipotermia sekunder
Adanya penyakit atau pengobatan tertentu yang menyebablan
penurunan suhu tubuh. Berbagai kondisi yang dapat
mengakibatkan hipotermi:
a) Penyakit endokrin (hipoglikemi, hipotiroid, penyakit addison)
b) Penyakit kardiovaskuler (infark miokard, gagal jantung
kongestif, insuvisiensi vaskuler )
c) Penyakit neurologis (cedera kepala, tumor, cedera tulang
belakang, penyakit alzheimer)
d) Obat-obatan (alcohol, sedatif, klonidin, neuroleptik)
b. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala dari hipotermia menurut Hidayat (2009) :
1) Penurunan suhu tubuh di bawah rentang normal
2) Pucat
3) Kulit dingin
4) Kuku sianosi
5) Hipotermi
6) Takikardia
7) Pengisian kapiler lambat
c. Penatalaksanaan hipotermia
1) Sediakan lingkungan yang hangat (misal atur suhu ruangan)
2) Ganti pakaian dan atau linen yang basah
3) Lakukan penghangatan positif (missal selimut, menutup kepala,
pakaian tebal)
8

4) Lakukan penghangatan aktif eksternal (misal kompres hangat,


botol hangat, selimut hangat)
5) Lakukan penghangatan aktif internal (misal infus cairan hangat)
6) Anjurkan makan dan minum hangat
2. Hipertermia
Hipertermia adalah suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh
(SDKI, DPP , & PPNI, 2016)
a. Faktor penyebab hipertermi menurut Hidayat (2009) :
1) Dehidrasi
2) Terpapar lingkungan panas
3) Proses penyakit misal infeksi, kanker)
4) Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
5) Peningkatan laju metabolism
6) Respon trauma
7) Aktifitas berlebihan
b. Tanda gejala dari hipertermia menurut Hidayat (2009):
1) Suhu tubuh diatas nilai normal
2) Kulit merah
3) Kejang
4) Menggigil
5) Takikardia
6) Takipnea
7) Kulit terasa hangat
c. Penatalaksanaan hipertermia
- Identifikasi penyebab hipertermia (misalnya dehidrasi, terpapar
lingkungan panas, penggunaan inkubator)
- Monitor suhu tubuh
- Monitor kadar elektrolit
- Monitor haluaran urine
- Monitor komplikasi akibat hipertermie
- Sediakan lingkungan yang dingin
- Longgarkan atau lepaskan pakaian
9

- Basahi dan kipasi permukaan tubuh


- Berikan cairan oral
- Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami
hiperhidrosis
- Lakukan pendinginan eksternal (misalnya selimut hipotermia atau
kompres dingin pada dahi, leher, dada, abdomen, aksilla)
- Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
- Berikan oksigen, jika perlu
- Anjurkan tirah baring
- Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu

2.2 Konsep Dasar Dengue Haemorrhagic Fever (DHF)


2.2.1 Definisi
Dengue Haenoragic Fever (DHF) atau lebih sering dikenal sebagai
Demam Berdarah (DBD) adalah penyakit demam akut dengan ciri-ciri demam,
manifestasi perdarahan, dan bertendensi mengakibatkan renjatan (syok) yang
dapat menyebabkan kematian (Arief, 2000). DHF adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan
nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan
diathesis haemoragic (Sudoyo, Setiyohadi, Alwi , Simadibrata , & Setiati , 2009).
DHF (Dengue Haemoragic Fever) adalah penyakit yang disebabkan oleh
karena virus dengue yang termasuk golongan abrovirus melalui gigitan nyamuk
Aedes Aegygti betina. Penyakit ini biasa disebut Demam Berdarah Dengue
(Hidayat A. A., 2009). Dengue Hemorrhagic fever (DHF) atau Demam berdarah
dengue adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan
ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti (Nursalam, 2005).
Dari beberapa sumber diatas dapat disimpulkan bahwa DHF adalah suatu
penyakit infeksi yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti betina
yang memiliki ciri-ciri demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai
leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diathesis haemoragic.
10

2.2.2 Etiologi
Penyakit DHF disebabkan oleh virus dengue dari kelompok arbovirus B
yaitu arthropod-born envirus atau virus yang disebarkan artropoda. Vector utama
penyakit DBD adalah nyamuk aedes aegypti (di daerah perkotaan) dan aedes
albopictus (di daerah pedesaan) (Widoyono, 2008). Sifat nyamuk senang tinggal
pada air yang jernih dan tergenang, telurnya dapat bertahan berbulan-bulan pada
suhu 20-42oC. bila kelembapan terlalu rendah telur ini akan menetas dalam waktu
4 hari, kemudian untuk menjadi nyamuk dewasa ini memerlukan waktu 9 hari.
Nyamuk dewasa yang sudah menghisap darah 3 hari dapat bertelur 100 butir
(Muwarni, 2011).

Etilogi dari Dengue Haenoragic Fever (DHF) menurut (Sudoyo,


Setiyohadi, Alwi , Simadibrata , & Setiati , 2009) :
1. Virus dengue
Berdiameter 40 monometer dapat berkembang biak dengan baik pada berbagai
macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel – sel mamalia, maupun sel –
sel Arthropoda misalnya sel aedes Albopictus. Diketahui ada empat jenis virus
yang mengakibatkan demam berdarah yaitu DEN-1, DEN-2, DEN3, dan DEN-
4.
2. Nyamuk aedes aegypti
Yaitu nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polyne siensis,
infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup
terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe
jenis yang lainnya (Arief, 2000).
3. Host (pembawa)
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia akan
mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia masih
mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus
dengue tipe lainnya.
2.2.3 Manifestasi Klinis
Menurut Ngastiyah (2005), manifestasi klinis dari DHF yaitu:
11

1. Demam
Demam terjadi secara mendadak berlangsung selama 2-7 hari kemudian turun
menuju suhu normal atau kebih rendah. Bersamaan dengan berlangsung
demam, gejala-gejala klinik yang tidak spesifik misalnya anoreksia, nyeri
punggungm nyeri tulang dan persendian, nyeri kepala dan rasa lemah dapat
menyertainya
2. Perdarahan
Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke 2 dan 3 demam dan umunya terjadi
pada kulit dan dapat berupa uji tourniquet ya positif mudah terjadi perdarahan
pada tempat fungsi vena, peteqie, dan purpura. Perdarahan ringan hingga
sedang dapat terlihat pada saluran cerna bagian atas hingga menyebabkan
hematemesis. Perdarahan gastrointestinal biasanya di dahului dengan nyeri
perut yang hebat.
3. Hepatomegali
Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba. Bila terjadi
peningkatan dari hepatomegaly dan hati teraba kenyal harus dihentikan
kemungkinan akan terjadi renjatan pada penderita.
4. Renjatan (syok)
Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya penderita,
dimulai dengan tanda-tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin pada
ujung hidungm jari tangan, jari kaki serta sianosis disekita mulut. Bila syok
terjadi pada masa demam maka biasanya menunjukkan prognosis yang buruk
2.2.4 Klasifikasi
Pembagian derajat dari DHF menurut (Soegijanto, 2002) :
1. Derajat I
Demam dengan uji tourniquet positif, trombositopenia dan hemokonsentrasi.
5. Derajat II
Demam dan perdarahan spontan, pada umumnya dikulit atau perdarahn lain.
6. Derajat III
Demam, perdarahan spontan, diserta atau tidak disertai hepatomegaly dan
ditemukan gejala-gejala kegagalan sirkulasi meliputi nadi yang cepat dan
lemah, tekanan nadi menurun (<20mmHg) atau hipotensi diserta ekstremitas
12

dingin, gelisah, sianosis sekitar mulut, hidung, dan ujung jari (tanda-tanda dini
renjatan)
7. Derajat IV
Demam, perdarah spontan disertai atau tidak disertai hepatomegaly dan
ditemukan gejala-gejala renjatan hebat (nadi tak teraba dan tekanan darah tak
terukur).
2.2.5 Patofisiologi
Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan
viremia. Hal tersebut akan menimbulkan reaksi oleh pusat pengatur suhu di
hipotalamus sehingga menyebabkan (pelepasan zat bradikinin, serotinin, trombin,
Histamin) terjadinya peningkatan suhu. Selain itu viremia menyebabkan
pelebaran pada dinding pembuluh darah yang menyebabkan perpindahan cairan
dan plasma dari intravascular ke intersisiel yang menyebabkan hipovolemia.
Trombositopenia dapat terjadi akibat dari, penurunan produksi trombosit sebagai
reaksi dari antibodi melawan virus (Muwarni, 2011).
Pada klien dengan trombositopenia terdapat adanya perdarahan baik kulit
seperti petekia atau perdarahan mukosa di mulut. Hal ini mengakibatkan adanya
kehilangan kemampuan tubuh untuk melakukan mekanisme hemostatis secara
normal. Hal tersebut dapat menimbulkan 9 perdarahan dan jika tidak tertangani
maka akan menimbulkan syok. Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-
8 hari (Soegijanto, 2002). Menurut Ngastiyah (2005) virus akan masuk ke dalam
tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aeygypty. Pertama tama yang terjadi adalah
viremia yang mengakibatkan penderita menalami demam, sakit kepala, mual,
nyeri otot pegal pegal di seluruh tubuh, ruam atau bintik bintik merah pada kulit,
hiperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi pembesaran kelenjar
getah bening, pembesaran hati (hepatomegali). Kemudian virus bereaksi dengan
antibodi dan terbentuklah kompleks virus antibodi. Dalam sirkulasi dan akan
mengativasi sistem komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan akan di lepas
C3a dan C5a dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamin dan
merupakan mediator kuat sebagai faktor meningkatnya permeabilitas dinding
kapiler pembuluh darah yang mengakibtkan terjadinya pembesaran plasma ke
ruang ekstraseluler. Pembesaran plasma ke ruang eksta seluler mengakibatkan
13

kekurangan volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi dan


hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (syok).
Hemokonsentrasi (peningatan hematokrit >20%) menunjukan atau
menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) sehingga nilai hematokrit
menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena (Nursalam, 2005).
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler dibuktikan dengan
ditemukan cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritonium,
pleura, dan pericardium yang pada otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan
melalui infus. Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit
menunjukan kebocoran plasma telah teratasi, sehingga pemberian cairan intravena
harus di kurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadi edema paru
dan gagal jantung, sebaliknya jika tidak mendapat cairan yang cukup, penderita
akan mengalami kekurangan cairan yang akan mengakibatkan kondisi yang buruk
bahkan bisa mengalami renjatan. Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lam
akan timbul anoksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian apabila tidak
segera diatasi dengan baik (Muwarni, 2011).
2.2.6 WOC Virus Dengue terdapat pada
Nyamuk Aedes Aeygypty

Nyamuk Aedes Aeygypty


Defisit
Menggigit Manusia Kurang
Pengetahuan
informasi
Masuk ke Aliran Darah
Stres
Viremia MRS Ansietas
hospitalisasi

Mekanisme Tubuh untuk Komplemen Antigen dan Renjatan (Proses Imunologi)


Melawan Virus Antibodi Meningkat
Ke Pembuluh Darah dan ke
Peningkatan Asam Lambung Pembebasan Histamin Otak melalui Aliran Darah

Virus Berkembang di dalam


Anoreksia, Mual, Muntah Peningkatan Permeabilitas Dinding
Darah
Pembuluh Darah
Menghilangnya Plasma melalui endotel Menstimulasi sel host
Defisit Nutrisi Hipovolemi inflamasi
dinding pembuluh darah

Nausea Kebocoran Plasma Hipotalamus meningkatkan


produksi prostaglandin dan
neurotransmitter
Pendarahan Ekstra Seluler Penumpukan cairan Plasma banyak Menguap
Syok pada Jaringan Interstitial Meningkatkan
pada pleura
Tubuh thermoregulasi
Penurunan sirkulasi Hemogoblin Turun
Risiko Syok
ke ginjal Edema
Nutrisi dan Oksigen ke Pola Napas Hipertermi
jantung Menurun Tidak Penekanan Syaraf
Risiko Perfusi Efektif
Rebal Tidak Lemas
Nyeri
Efektif 14
Intoleransi
Aktifitas
2.2.7 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada klien Dengue Haenoragic Fever (DHF)
menurut Muwarni (2011) adalah sebagai berikut :
1. Pemeriksaan hematocrit (Ht)
Ada kenaikan bisa sampai 20% dimana nilai normalnya pria 40-50%, dam
perempuan 35-47%.
2. Uji tourniquet
Caranya diukur tekanan darah kemudian diklem antara tekanan systole dan
diastole selama 10 menit untuk dewasa dan 3-5 menit untuk anak-anak. Positif
ada butir-butir merah (petechie) kurang 20 pada diameter 2,5 inchi.
3. Tes serologi (darah filter)
Ini diambil sebanyak 3 kali dengan memakai kertas saring (filter paper) yang
pertama diambil pada waktu klien masuk rumah sakit, kedua diambil pada
waktu akan pulang dan ketiga diambil 1-3 mg setelah pengambilan yang
kedua. Kertas ini disimpan pada suhu kamar sampai menunggu saat
pengiriman.
4. Isolasi virus
Bahan pemeriksaan adalah darah penderita atau jaringanjaringan untuk
penderita yang hidup melalui biopsi sedang untuk penderita yang meninggal
melalui autopay. Hal ini jarang dikerjakan.
Menurut Hardinegoro, Soegijanto, & Wuryono (2006) pemeriksaan
penunjang diantaranya adalah pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan
radiologi.
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan darah
1) IgG dengue positif (dengue blood)
2) Trombositopenia
3) Hemoglobin meningkat>20%
4) Hematokonsentrasi (hematocrit meningkat)
5) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinema,
hiponatremia, hypokalemia
6) SGOT dan SGPT mungkin meningkat

15
16

7) Ureum dan pH darah mungkin meningkat


8) Waktu perdarahan memanjang
9) Pada analisa gas darah arteri menunjukkan asidosis metabolic PCO2
<35-40 mmHg, HCO3 rendah
b. Pemeriksaan urine
Pada pemeriksaan urine biasanya dijumpai albumin rendah
c. Pemeriksaan serologi
Beberapa pemeriksaan serologi yang biasa dilakukan pada klien yang
diduga terkena DGF adalah:
1) Uji hemaglutinasi inhibisi (HI test)
2) Uji komplemen fiksasi (CF test)
3) Uji neutralisasi (N test)
4) IgM Elisa
5) IgG Elisa
2. Pemeriksaan radiologi
a. Foto thorax
Pada foto thorax mungkin dijumpai efusi pleura
b. Pemeriksaan USG
Pada pemeriksaan USG didapatkan hepatomegaly dan splenomegali
2.2.8 Komplikasi
Komplikasi dari Dengue Haenoragic Fever menurut Hardinegoro,
Soegijanto, & Wuryono (2006) adalah sebagai berikut :
1. Perdarahan
Disebabkan oleh perubahan vaskuler, penurunan jumlah trombosit dan
koagulopati, dan trombositopeni dihubungkan meningkatnya megakoriosit
muda dalam sel-sel tulang dan pendeknya masa hidup trombosit. Tendensi
perdarahan dapat dilihat pada uji torniquet positif, ptekie, ekimosis, dan
perdarahan saluran cerna, hematemesis, dan melena.
2. Kegagalan sirkulasi
DSS (Dengue Syock Syndrom) terjadi pada hari ke 2-7 yang disebabkan oleh
peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi kebocoran plasma, efusi
cairan serosa ke ronnga pleura dan peritoneum, hiponatremia,
17

hemokonsentrasi, dan hipovolemi yang mngekaibatkan berkurangnya alran


balik vena, penurunan volume sekuncup dan curah jantung sehingga terjadi 13
disfungsi atau penurunan perfusi organ. DSS juga disertai kegagalan
hemeostasis yang mengakibatkan aktivitas dan integritas sistem
kardiovaskular, perfusi miokard dan curah jantung menurun, sirkulasi darah
terganggu dan terjadi iskemi jaringan dan kerusakan fungsi sel secara
progresif dan irreversible, terjadi kerusakan sel dan organ sehingga klien akan
meninggal dalam wakti 12-24 jam
3. Hepatomegali
Hati umumnya membesar dengan perlemakan yang dihubungkan dengan
nekrosis karena perdarahan yang terjadi pada lobulus hati dan sel-sel kapiler.
Terkadang tampak sel metrofil dan limphosit yang lebih besar dan lebih
banyak dikarenakan adanya reaksi atau komplek virus antibodi
4. Efusi pleura
Terjadi karena kebocoran plasma yang mngekibatkan ekstrasi cairan
intravaskuler sel, hal tersebut dibuktikan dengan adanya cairan dalam rongga
pleura dan adanya dipsnea
2.2.9 Penatalaksanaan
Pada dasarnya DBD atau DHF bersifat simtomatis dan suportif.
Pengobatan terhadap virus ini sampai sekarang bersifat menunjang agar klien
dapat bertahan hidup. Klien yang diduga kuat mengalami DBD harus dirawat di
rumah sakit karena memerlukan pengawasan terhadap kemungkinan terjadinya
syok atau perdarahan yang dapat mengancam keselamatan klien (Hardinegoro,
Soegijanto, & Wuryono, 2006).
1. Demam berdarah (DBD) tanpa renjatan
Demam tinggi, anoreksia dan sering muntah menyebabkan klien dehidrasi dan
haus. Pada klien ini harus diberi banyak minum, yaitu 1 ½ samapi 2 liter
dalam waktu 24 jam. Dapat juga diberikan teh manis, susu, sirum, ataupun
oralit. Keadaan hiperpireksia adapat diatasi dengan kolaborasi pemberian
antipiretik dan kompres hangat. Jika terjadi kejang harus luminal atau
pemberian anti konvulsan lainnya. Infus diberikan pada klien DBD tanpa
renjatan bila klien terus menerus muntah dan tidak dapat diberi minum
18

sehingga terjadi resiko tinggi dehidrasi dan peningkatan hematokrit. Jika


hematokrit cenderung meningkat berarti menunjukkan derajat adanya
kebocoran plasma dan biasanya mendahului munculnya perubahan tanda-
tanda vital secara klinis (hipotensi dan penurunan nadi). Sedangkan turunnya
nilai trombosit biasanya mendahului naiknya hematokrit. Oleh karena itu,
pada klien DBD harus diperikasa Hb, Ht, dan trombosit setiap hari untuk
menentukkan apakah klien perlu dipasang infus atau tidak.
2. Demam berdarah (DBD) disertai renjatan
Klien yang mengalami renjatan atau syok harus segera dipasang infus karena
sebagai pengganti cairan akibat kebocoran plasma. Cairan yang harus
diberikan adalah Ringer laktat, namun jika pemberian cairan tidak dapat
mengatasi syok maka harus diberikan plasma sebanyak 20-30 ml/kg berat
badan. 15 Sedangkan untuk klien yang mengalami renjatan berat harus
diberikan cairan dengan cara diguyur.
Pada klien yang mengalami renjatan berkali-kali harus dipasang CVP (Central
Venous Pressure) yang berfungsi sebagai pengaturan vena sentral untuk
mngukur tekanan vena sentral melalui vena jugularis. Biasanya pemasangan
alat ini dilakukan pada klien yang dirawat di ICU. Transfusi darah dapat
diberikan pada klien dengan perdarahan gastrointestinal yang hebat. Kadang-
kadang perdarahan gastrointestinal dapat digunakan sebagai indikasi jika klien
terjadi penurunan HB dan Ht sedangkan tidak terlihat tanda perdarahan di
kulit (Ngastiyah, 2005).

Untuk penderita tersangka DHF sebaiknya dirawat dikamar yang bebas


nyamuk (berkelambu) untuk membatasi penyebaran. Perawatan menurut
Widoyono (2008) yang diberikan sesuai dengan masalah yang ada pada penderita
sesuai dengan beratnya penyakit.
1. Derajat I
terdapat gangguan kebutuhan nutrisi dan keseimbangan elektrolit karena
adanya muntah, anorexsia. Gangguan rasa nyaman karena demam, nyeri
epigastrium, dan perputaran bola mata. Penanganannya meliputi istirahat
baring, makanan lunak (bila belum ada nafsu makan dianjurkan minum yang
banyak 1500-2000cc/hari), diberi kompre dingin, memantau keadaan umum,
19

suhu, tensi, nadi dan perdarahan, diperiksakan Hb, Ht, dan thrombosit,
pemberian obat-obat antipiretik dan antibiotik bila dikuatirkan akan terjadi
infeksi sekunder
2. Derajat II
bila terjadi epitaxsis darah dibersihkan dan pasang tampon sementara, bila
penderita sadar boleh diberi makan dalam bentuk lemak tetapi bila terjadi
hematemesis harus dipuaskan dulu, mengatur posisi kepala dimiringkan agar
tidak terjadi aspirasi, bila perut kembung besar dipasang maag slang, sedapat
mungkin membatasi terjadi pendarahan, jangan sering ditusuk, pengobatan
diberikan sesuai dengan intruksi dokter, perhatikan teknik-teknik pemasangan
infus, jangan menambah pendarahan, tetap diobservasi keadaan umum, suhu,
nadi, tensi dan pendarahannya, semua kejadian dicatat dalam catatan
keperawatan, bila keadaan memburuk segera lapor dokter.
3. Derajat III
mengatur posisi tidur penderita, tidurkan dengan posisi terlentang denan
kepala extensi, membuka jalan nafas dengan cara pakaian yang ketat
dilonggarkan, bila ada lender dibersihkan dari mulut dan hidung, beri oksigen,
diawasi terus-meneris dan jangan ditinggal pergi, kalau pendarahan banyak
(Hb turun) mungkin berikan transfusi atas izin dokter, bila penderita tidak
sadar diatur selang selin perhatian kebersihan kulit juga pakaian bersih dan
kering.
2.2.10 Asuhan Keperawatan Dengue Haemorrhagic Fever
1. Pengkajian
a. Identitas
b. Keluhan utama
Bisannya klien mengeluh panas, sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual
dan nafsu makan menurun
c. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit sekarang menunjukkan adanya sakit kepala, nyeri otot,
pegal seluruh badan, sakit pada waktu menelan, lemah, panas, mual dan
nafsu makan menurun
20

d. Riwayat penyakit dahulu


Tidak ada penyakit yang diderita secara spesifik
e. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat adanya penyakit DHF pada anggota keluarga yang lain sangat
menentukan, karena penyakit DHF adalah penyakit yang bisa ditularkan
melakui gigitan nyamuk aedes aegypti
f. Riwayat kesehatan lingkungan
Biasanya lingkungan kurang bersih, banyak genangan air bersih seperti
kaleng bekas, ban bekas, tempat air minum burung yang jarang diganti
airnya, bak mandi yang jarang dibersihkan
g. Pengkajian per system
1) Sistem pernapasan
Sesak, perdarahan melalui hidung, pernapasan dangkal, epitaksis,
pergerakan dada simetris, perkusi sonor, pada auskultasi terdengar
ronchi, cracles
2) Sistem persayarafan
Pada derajat III klien gelisah dan terjadi penurunan kesdaran serta pada
derajat IV dapat terjadi DSS
3) Sistem kardiovaskuler
Pada derajat I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif,
trombositopenia. Pada derajat III dapat terjadi kegagalan sirkulasi,
nadi cepat, lemah, hipotensi, sianosis sekitar mulut, hidung dan jari-
jari. Pada derajat IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat
diukur
4) Sistem pencernaan
Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada epigastrik,
pembesaran limpa, pembesaran hati, abdomen teregang, penurunan
nafsu makan. Mual, muntah, nyeri saat menelan, dapat hematemesis,
melena
5) Sistem perkemihan
Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30cc/jam, akan
mengungkapkan nyeri saat kencing, kencing berwarna merah
21

6) Sistem integumen
Terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit kering. Pada derajat I terdapat
positif pada uji tourniquet, terdapat petechie. Pada derajat III dapat
terjadi perdarahan spontan pada kulit
2. Diagnosa keperawatan
a. Hipertermi (D.0130)
Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh
Penyebab:
1) Dehidrasi
2) Terpapar lingkungan panas
3) Proses penyakit (misalnya infeksi, kanker)
4) Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
5) Peningkatan laju metabolism
6) Respon trauma
7) Aktivitas berlebihan
8) Penggunaan inkubator
b. Hipovolemia (D.0023)
Penurunan volume cairan intra vascular, interstisial, dan atau intraseluler
Penyebab:
1) Kehilangan cairan aktif
2) Kegagalan mekaniisme regulasi
3) Peningkatan permeabilitas kapiler
4) Kekurangan intake cairan
5) evaporasi
c. Nyeri akut (D.0077)
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan
Penyebab:
1) Agen pencedera fisiologis (misalnya inflamasi, iskemia, neoplasma)
2) Agen pencedera kimiawi (misalnya terbakar, bahan kimia iritan)
22

3) Agen pencedera fisik (misalnya abses, amputasi, terbakar, terpotong,


mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
d. Nausea (D.0076)
Perasaan tidak nyama pada bagian belakang tenggorokan atau lambung
yang dapat menyebabkan muntah
Penyebab:
1) Gangguan biokimiawi (misalnya uremia, ketoasidosis diabetik)
2) Gangguan pada esophagus
3) Distensi lambung
4) Iritasi lambung
5) Gangguan pankreas
6) Peregangan kapsul limfa
7) Tumor terlokalisasi (misalnya neoplasma akustik, tumor otak primer
atau sekunder, metastasis tulang di dasar tengkorak)
8) Peningkatan tekanan intraabdominal (misalnya keganasan
intraabdominal)
9) Peningkatan tekanan intracranial
10) Peningkatan tekanan intraorbital (misalnya glaukoma)
11) Mabuk perjalanan
12) Kehamilan
13) Aroma tidak sedap
14) Rasa makanan/minuman yang tidak enak
15) Stimulus penglihatan tidak menyenangkan
16) Faktor psikologis (misalnya kecemasan, ketakutan, stres)
17) Efek agen farmakologis
18) Efek toksin
e. Defisit nutrisi (D.0019)
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolism
Penyebab:
1) Ketidakmampuan menelan makanan
2) Ketidakmampuan mencerna makanan
3) Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
23

4) Peningkatan kebutuhan metabolisme


5) Faktor ekonomi (misalnya finansial tidak mencukupi)
6) Faktor psikologis (misalnya stress, keenganan untuk makan)
f. Intoleransi aktivitas (D.0056)
Ketidakcukupan energy untuk melakukan aktivitas sehari-hari
Penyebab:
1) Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
2) Tirah baring
3) Kelemahan
4) Imobiliasi
5) Gaya hidup monoton
g. Risiko syok (D.0039)
Berisiko mengalami ketidakcukupan aliran darah ke jaringan tubuh, yang
dapat mengakibatkan disfungsi seluler yang mengancam jiwa
Faktor risiko:
1) Hipoksemia
2) Hipoksia
3) Hipotensi
4) Kekurangan volume cairan
5) Sepsi
6) Sindrom respon inflamasi sistemik atau systemic inflammatory respone
syndorm (SIRS)
3. Intervensi
a. Hipertermi (D.0130)
1) Manajemen hipertermi (I.15506)
Mengidentifikasi dan mengelola peningkatan suhu tubuh akibat
disfungsi termoregulasi
Tindakan:
a) Observasi
- Identifikasi penyebab hipertermia (misalnya dehidrasi, terpapar
lingkungan panas, penggunaan inkubator)
- Monitor suhu tubuh
24

- Monitor kadar elektrolit


- Monitor haluaran urine
- Monitor komplikasi akibat hipertermie
b) Terapeutik
- Sediakan lingkungan yang dingin
- Longgarkan atau lepaskan pakaian
- Basahi dan kipasi permukaan tubuh
- Berikan cairan oral
- Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami
hiperhidrosis
- Lakukan pendinginan eksternal (misalnya selimut hipotermia
atau kompres dingin pada dahi, leher, dada, abdomen, aksilla)
- Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
- Berikan oksigen, jika perlu
c) Edukasi
- Anjurkan tirah baring
d) Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu
b. Hipovolemia (D.0023)
1) Manajemen hipovolemia (I.03116)
Mengidentifikan dan mengelola penurunan volume cairan
intravaskuler
Tindakan:
a) Observasi
- Periksan tanda dan gejala hypovolemia (misalnya frekuensi nadi
meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan
nadi menyempit, turgor kulit menurun, membrane mukosa kering,
volume urine menurun, hematocrit meningkat, hasu, lemah)
- Monitor intake dan output cairan
b) Terapeutik
- Hitung kebutuhan cairan
- Berikan posisi modified trendelenburg
25

- Berikan asupan cairan oral


c) Edukasi
- Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
- Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
d) Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (misalnya NaCl. RL)
- Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (misalnya glukosa 2,5%,
NaCl 0,4%)
- Kolaborasi pemberian cairan koloid (misalnya albumin,
plasmanate)
- Kolaborasi pemberian produk darah
2) Manajemen syok hipovolemia (I.02050)
Mengidentifikasi dan mengelola ketidakmampuan tubuh menyediakan
oksigen dan nutrient untuk mencukup kebutuhan jaringan yang
disebabkan oleh dilatasi pembuluh darah massif akibat reaksi alergi
dan produksi histamin
Tindakan:
a) Observasi
- Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan kekuatan nadi,
frekuensi napas, tekanan darah dan MAP)
- Monitor status oksigenasi (oksimetri, nadi, AGD)
- Monitor status cairan (masukkan dan haluaran, turgor kulit, CRT)
- Monitor tingkat kesadaran dan repon pupil
b) Terapeutik
- Pertahankan jalan napas paten
- Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >94%
- Persiapkan intubasi dan ventilasi mekanis, jika perlu
- Berikan posisi syok (modified trendelenburg)
- Pasang jalur IV
- Pasang kateter urine untuk menilai produksi urine
- Pasang selang nasogastric untuk dekompresi lambung, jika perlu
c) Kolaborasi
26

- Kolaborasi pemberian epinefrim


- Kolaborasi pemberian dipenhidramin, jika perlu
- Kolaborasi pemberian bronkodilator, jika perlu
- Kolaborasi krikotiroidotomi, jika perlu
- Kolaborasi intubasi endotracheal, jika perlu
- Kolaborasi pemberian resusitasi cairan, jika perlu
c. Nyeri akut (D.0077)
1) Manajemen nyeri (I.08238)
Mengidentifikasi dan mengelolan pengalaman sensorik atau emosional
yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau fungsional dengan
onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat dan
konstan.
Tindakan:
a) Observasi
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respons nyeri non verbal
- Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
- Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
- Monitor keberhaslan terapi komplementer yang sudah diberikan
- Monitor efek samping penggunaan analgetik
b) Terapeutik
- Berikan terapi nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(missal TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback,
terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (missal ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
27

- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi


meredakan nyeri
c) Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
d) Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2) Pemberian analgesik (I.08243)
Menyiapkan dan memberikan agen farmakologis untuk mengurangi
atau menghilangkan rasa sakit
Tindakan:
a) Observasi
- Identifikasi karakteristik nyeri (misal pencetus, pereda, kualitas,
lokasi, intensitas, frekuensi, durasi)
- Identifikasi riwayat alergi obat
- Identifikasi kesesuaian jenis analgesic (missal narkotika, non-
narkotik atau NSAID) dengan tingkat keparahan nyeri
- Monitor tanda tanda vital sebe;um dan sesudah pemberian
analgesik
- Monitor efektifitas analgesik
b) Terapeutik
- Diskusikan jenis analgesic yang disukai untuk mencapai analgesic
optimal, jika perlu
- Pertimbangkan penggunaan infus kontinu, atau bolus untuk
mempertahankna kadar dalam serum
- Tetapkakan target efektifitas analgesic untuk mengoptimalkan
respon klien
- Dokumentasikan respons terhadap efek analgesic dan efek yang
tidak diinginkan
28

c) Edukasi
- Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
d) Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesic, sesuai indikasi
d. Nausea (D.0076)
1) Manajemen mual (I.03117)
Mengidentifikasi dan mengelolan perasaan tidak enak pada bagian
tenggorok atau lambung yang dapat menyebabkan muntah
Tindakan:
a) Observasi
- Idnetifikasi pengalaman mual
- Identifikasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan
- Identifikasi dampak mual terhadap kualitas hidup (misalnya nafsu
makan, aktivitas, kinerja, tanggung jawab peran, dan tidur)
- Identifikasi faktor penyebab mual (misalnya pengobatan dan
prosedur)
- Identifikasi antiemetik untuk mencegah mual (kecuali mual pada
saat kehamilan)
- Monitor mual (misalnya frekuensi, durasi dan tingkat keparahan)
- Monitor asupan nutrisi dan kalori
e) Terapeutik
- Kendalikan faktor lingkungan penyebab mual (misalnya bau tak
sedap, sura dan rangsangan visual yang tidak menyenangkan)
- Kurangi atau hilangkan keadaan penyebab mual (misalnya
kecemasan, ketakuran, kelelahan)
- Berikan makanan dalam jumlah kecil dan menarik
- Berikan makanan dingin, cairan bening, tidak berbau dan tidak
berwarna, jika perlu
f) Edukasi
- Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup
- Anjurkan sering membersihkan mulut, kecuali jika merangsang
mual
29

- Anjurkan makanan tinggi karbohidrat dan rendah lemak


- Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi
mual (misalnya biofeedback, hypnosis, relaksasi, terapi music,
akupresur)
g) Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian antiemetik, jika perlu
2) Manajemen muntah (I.03118)
Mengiedntifikasi, mencegah dan mengelola reflex pengeluaran isi
lambung
Tindakan:
a) Observasi
- Identifikasi karakteristik muntah (misalnya warna, konsistensi,
adanya darah, waktu, frekuensi dan durasi)
- Periksa volume muntah
- Identifikasi riwayat diet (misalnya makanan yang disuka, tidak
disukai dan budaya)
- Identifikasi faktor penyebab muntah (misalnya pengobatan dan
prosedur)
- Identifikasi kerusakan esophagus dan faring posterior jika muntah
terlalu lama
- Monitor efek manajemen muntah secara menyeluruh
- Monitor keseimbangan cairan dan elektrolit
b) Terapeutik
- Control lingkungan penyebab muntah (misalnya bau tak sedap,
sura dan stimulasi visual yang tidak menyenangkan)
- Kurangi atau hilangkan keadaan penyebab muntah (misalnya
kecemasan, ketakutan)
- Pertahankan kepatenan jalan napas
- Bersihkan mulut dan hidung
- Berikan dukungan fisik saat muntah (misalnya membantu
membungkuk atau menundukkan kepala)
30

- Berikan kenyamanan selama muntah (misalnya kompres dingin di


dahi atau sediakan pakaian kering dan bersih)
- Berikan cairan yang tidak mengandung karbonasi minimal 30
menit setelah muntah
c) Edukasi
- Anjurkan membawa kantong plastic untuk menampung muntah
- Anjurkan memperbanyak istirahat
- Anjurkan penggunaan terapi nonfarmakologis untuk mengelola
muntah (misalnya biofeedback, hypnosis. Relaksasi, terapi musik,
akupresur)
d) Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian antiemeti, jika perlu
e. Defisit nutrisi (D.0019)
1) Manajemen nutisi (I.03119)
Tindakan:
a) Observasi
- Identifikasi status nutrisi
- Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
- Identifikasi makanan yang disukai
- Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
- Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
- Monitor asupan makanan
- Monitor berat badan monitor hasil pemeriksaan laboratorium
b) Terapeutik
- Lakukan oral hygiene sebeleum makan, jika perlu
- Fasilitasi menentukan pedoman diet (misalnya piramida makanan)
- Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
- Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
- Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
- Berikan suplemen makanan, jika perlu
- Hentikan pemberian makan melalui selang nasogastrik jika asupan
oral ditoleransi
31

c) Edukasi
- Anjurkan posisi duduk, jika mampu
- Ajarkan diet yang diprogramkan
d) Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (misalnya pereda
nyeri, antiemetik), jika perlu
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
e) Promosi berat badan (I.03136)
Memfasilitasi peningkatan berat badan
Tindakan:
a) Observasi
- Identifikasi kemungkinan penyebab BB kurang
- Monitor adanya mual dan muntah
- Monitor jumlah kalori yang dikonsumsi sehari-hari
- Monitor berat badan
- Monitor albumin, limfosit dan elketrolit serum
b) Terapeutik
- Berikan perawatan mulut sebelum pemberian makan, jika perlu
- Sediakan makanan yang tepat sesuai kondisi klien (misal
makanan dengan tekstur halus, makanan yang diblender,
makanan cair yang diberikan melalui NGT atau gastrotomi,
total parenteral nutrition sesuai indikasi)
- Hidangkan makanan secara menarik
- Berikan suplemen, jika perlu
- Berikan pujian pada psasien/keluarga untuk peningkatan yang
dicapai
c) Edukasi
- Jelaskan jenis makanan yang bergizi tinggi, namun tetap
terjangkau
- Jelaskan peningkatan asupan kalori yang diberikan
32

f. Intoleransi aktivitas (D.0056)


1) Manajemen energi (I.05178)
Mengidentifikasi dan mengelola penggunaan energy untuk mengatasi
atau mencegah kelelahan dan mengoptimalkan proses pemulihan
Tindakan:
a) Observasi
- Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
- Monitor kelelahan fisik dan emosional
- Monitor jam dan pola tidur
- Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
b) Terapeutik
- Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (missal cahaya,
suara, kunjungan)
- Lakukan latihan gerak aktif dan atau pasif
- Berikan aktivitas distraksi yang menyenangkan
- Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berdiri atau
berjalan
c) Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
- Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan
tidak berkurang
- Ajrakan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
d) Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan
2) Terapi aktivitas (I.05186)
Menggunakan aktivitas fisik, kognitif, sosial dan spiritual tertentu
untuk memulihkan keterlibatan, frekuensi, atau durasi aktivitas
individu atau kelompok
Tindakan:
a) Observasi
33

- Identifikasi deficit tingkat aktivitas


- Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam aktivitas tertentu
- Identifikasi sumber daya untuk aktivitas yang diinginkan
- Identifikasi strategi meningkatkan partisipasi dalam aktivitas
- Identifikasi makna aktivitas rutin dan waktu luang
- Monitor respons emosional, fisik, sosial dan spiritual tentang
aktivitas
b) Terapeutik
- Fasilitasi fokus pada kemampuan, bukan deficit yang dialami
- Sepakati komitmen untuk meningkatkan frekuensi dan rentang
aktivitas
- Fasilitasi memilih aktivitas dan tetapkan tujuan aktivitas yang
konsisten sesuai kemampuan fisik, psikologis dan sosial
- Koordinasikan pemilihan aktivitas sesuai usia
- Fasilitasi makan aktivitas yang dipilih
- Fasilitasi transportasi untuk mengehadiri aktivitas, jika sesuai
- Fasilitasi klien dan keluarga dalam menyesuaikan lingkungan
untuk mengakomodasi aktivitas yang dipilih
- Fasilitasi aktivitas fisik rutin (missal amnulasi, mobilisasi, dan
perawatan diri) sesuai kebutuhan
- Fasilitasi aktivitas pengganti saat mengalami keterbatasan waktu,
energi atau gerak
- Fasilitasi aktivitas motorik kasar untuk klien hiperaktif
- Fasilitasi aktifitas fisik untuk memelihara berat badan, jika sesuai
- Fasilitasi aktivitas motorik untuk mereleksasi otot
c) Edukasi
- Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-hari, jika perlu
- Ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih
- Anjurkan melakukan aktivitas fisik, sosial, spiritual dan kognitif
dalam menjaga fungsi dan kesehatan
- Anjurkan terlibat dalam aktifitas kelompok atau terapi, jika sesuai
34

- Amjurkan keluarga untuk memberi penguatan positif atas


partisipasi dalam aktivitas
d) Kolaborasi
- Kolaborasi dengan terapis okupasi dalam merencanakan dan
memonitor program aktivitas, jika sesuai
- Rujuk pada pusat atau program aktivitas komunitas, jika perlu
g. Risiko syok (D.0039)
1) Pencegahan syok
Mengidentifikasi dan menurunkan risiko terjadinya ketidakmampuan
tubuh menyediakan oksigen dan nutrien untuk mencukupi kebutuhan
jaringan
Tindakan:
a) Observasi
- Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan kekuatan nadi,
frekuensi napas, TD, MAP)
- Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi, AGD)
- Monitor status cairan (masukan dan haluaran, turgor kulit, CRT)
- Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil
- Periksa riwayat alergi
b) Terapeutik
- Berikan oksigenasi untuk mempertahankan saturasi oksigen >94%
- Persiapkan intubasi dan ventilasi mekanis, jika perlu
- Pasang jalur IV, jika perlu
- Pasang kateter urine untuk menilai produksi urine, jika perlu
- Lakukan skin test untuk mencegah reaksi alergi
c) Edukasi
- Jelaskan penyebab/faktor risiko syok
- Jelaskan tanda dan gejala awal syok
- Anjurkan melapor jika menemukan/merasakan tanda dan gejala
awal syok
- Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
- Anjurkan menghindari allergen
35

d) Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian IV, jika perlu
- Kolaborasi pemberian transfuse darah, jika perlu
- Kolaborasi pemberian antiinflamasi, jika perlu
2) Pemantauan cairan (I.03121)
Mengumpulkan dan menganlisis data terkait pengaturan keseimbangan
cairan
Tindakan:
a) Observasi
- Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
- Monitor frekuensi napas
- Monitor tekanan darah
- Monitor berat badan
- Monitor waktu pengisian kapiler
- Monitor elastisitas atau turgor kulit
- Monitor jumlah, warna dan berat jenis urine
- Monitor kadar albumin dan protein total
- Monitor hasil pemeriksaan serum (misalnya osmolaritas serum,
hematocrit, natrium, kalium, BUN)
- Monitor intake dan output cairan
- Identifikasi tanda-tanda hipovolemia
- identifikasi faktor risiko ketidakseimbangan cairan
b) Terapeutik
- Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi klien
- Dokumentasikan hasil pemantauan
c) Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
36

2.3 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Hipertermi


2.3.1 Pengkajian
1. Pengkajian
a. Identitas
b. Keluhan utama
Bisannya klien mengeluh panas dan sering mengalami dehidrasi
c. Riwayat penyakit sekarang
Sejak kapan timbul demam, sifat demam, gejala lain yang menyertai
demam (misalnya mula, muntah, nafsu makan, eliminasi, nyeri otot dan
sendi), apakah menggigil, gelisah
d. Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian mengenai riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan
penyakit yang dialami
e. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh
anggota keluarga yang lain baik bersifat genetic atau tidak
f. Riwayat kesehatan lingkungan
g. Pengkajian per system
1) Sistem pernapasan
Apakah ada sesak, perdarahan melalui hidung, pernapasan dangkal,
epitaksis, pergerakan dada simetris, perkusi sonor, pada auskultasi
terdengar ronchi, cracles
2) Sistem persayarafan
Apakah ada gangguan penglihatan, pendengaran, penciuman, sensasi
taktil, pengecapan
3) Sistem kardiovaskuler
4) Sistem pencernaan
Pola nutrisi yang terganggu karena hipertermi (mual, muntah, tidak
nafsu makan, frekuensi makan)
5) Sistem perkemihan
Apakah produksi urine menurun, apakah mengungkapkan nyeri saat
kencing, warna urine
37

6) Sistem integumen
Terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit kering.
2. Diagnosa Keperawatan
Hipertermi (D.0130)
Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh
Penyebab:
a. Dehidrasi
b. Terpapar lingkungan panas
c. Proses penyakit (misalnya infeksi, kanker)
d. Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
e. Peningkatan laju metabolism
f. Respon trauma
g. Aktivitas berlebihan
h. Penggunaan inkubator
3. Perencanaan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Hipertermia I.15506


1x24 jam diharapkan hipertermi berkurang
dengan kriteria hasil: Observasi

- TTV dalam batas normal 1. Monitor tanda vital


TD 110-120/60-80 mmHg 2. Longgarkan atau lepaskan
N 60-100x/m pakaian
RR 15-24x/m Terapeutik
T 36 - 37,50C 3. Berikan cairan oral
SPO2 >95% 4. Berikan kompres hangat
- Warna kulit normal tidak memerah pada dahi, lipatan ketiak,
- Kulit tidak kering dan lipatan paha
- Bibir tidak kering Edukasi
5. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
6. Kolaborasi pemberian
cairan
7. Kolaborasi pemberian
antipiretik
BAB 3

LAPORAN KASUS
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identifikasi
1. Identifikasi Klien
Nama : Nn. D
Umur : 24 Tahun
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Belum Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Suku Bangsa : Indonesia
Alamat : Kemayoran Kauman Surabaya
Tanggal Masuk : 10-02-2019
Tanggal Pengkajian : 11-02-2019
No. Register : 1273xxxx
Diagnosa Medis : DHF Grade I
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. R
Umur : 36 Tahun
Hubungan dengan Klien : Kakak kandung
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Kemayoran Kauman Surabaya
3.1.2 Status Kesehatan
1. Status kesehatan saat ini
a. Keluhan Utama (Saat MRS saat ini)
Saat MRS : Panas badan sudah 4 hari
Saat ini : Badan panas

38
39

b. Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya :


Minum obat paracetamol 3 x 500 mg per oral dari Puskesmas
2. Status kesehatan masa lalu
a. Penyakit yang pernah dihadapi : Flu dan batuk
b. Pernah dirawat : Tidak pernah dirawat
c. Alergi : Tidak ada alergi
d. Kebiasaan (merokok/kopi/alkohol dll) : Tidak pernah
e. Riwayat penyakit keluarga : Hipertensi
f. Diagnosa Medis dan Therapy : DHF
No. Nama Obat Cara Dosis Waktu
pemberian Pemberian
1. Infus Asering iv 1500 ml Dalam 24 jam

2. Ranitidin iv 50 mg 1.0.1

3. Metoclopramid iv 10 mg 1.1.1

4. Paracetamol oral 500 mg 1.1.1

3. Pola kebutuhan dasar (data bio-psiko-sosial-kultural-spiritual)


a. Pola Bernafas
 Sebelum Sakit : Pernafasan normal tidak terdapat masalah
 Saat sakit :
Suara nafas vesikuler, tidak ada ronkhi dan tidak ada wheezing
RR: 22 x/menit
b. Pola makan minum
 Sebelum sakit :
Nafsu makan baik, makan nasi 10-12 sendok (satu piring habis),
frekuensi 2-3 x/hari, keluhan yang dirasakan tidak ada. Jenis minum
air putih, frekuensi 5x/hari, jumlah minum dalam sehari kurang lebih
1500 ml
40

 Saat sakit :
Nafsu makan kurang, makan nasi dari RS 3 sendok, frekuensi 2-3
x/hari, minum air putih ¼ botol 500 ml, BB = 55 kg, TB = 158 IMT=
22 (normal), keluhan yang dirasakan ingin mual tereutama setelah
makan
c. Pola Eliminasi
 Sebelum sakit :
BAB : 1x/hari, konsistensi lunak , warna feses kecoklatan, bau
menyengat, tidak menimbulkan rasa sakit ketika feses
BAK : 5x/hari, pancaran normal, bau menyengat, warna kuning.
 Saat sakit :
BAB : 1x/hari, konsistensi lunak, warna feses kecoklatan, bau
menyengat, tidak menimbulkan rasa sakit ketika feses
BAK : 5x/hari, pancaran normal, bau menyengat, warna kuning pekat.
d. Pola Aktifitas dan Latihan
 Sebelum Sakit :
Mampu melakukan aktifitas sendiri, Skor kemampuan perawatan diri
aktifitas dan latihan = 0 (mandiri)
 Saat sakit :
Membutuhkan bantuan orang lain untuk melakukan ADL, Skor
perawatan diri aktifitas dan latihan = 2 (dibantu orang lain).
e. Pola Istirahat Tidur
 Sebelum sakit :
Lama tidur > 8 jam/hari, tidur 2 x/hari pada siang dan malam hari,
kualitas tidur nyenyak.
 Saat sakit:
Klien tidur hanya 4 jam dan sering terbangun, kualitas tidur tidak
nyenyak.
41

f. Pola Berpakaian :
 Sebelum sakit :
Mampu memakai pakaian secara mandiri, skor kemampuan perawatan
diri berpakaian = 0 (mandiri) baju yang digunakan setiap hari bersih
 Saat sakit :
Berpakaian dibantu oleh keluarga, skor kemampuan perawatan diri
berpakaian = 2 (dibantu orang lain), baju yang digunakan setiap hari
bersih
g. Pola Rasa Nyaman:
 Sebelum sakit :
Tidak merasakan nyeri
 Saat sakit :
Pasien memegangi badannya, pasien mempertahankan posisi badannya
dengan posisi tidur.
P = Nyeri tubuh, badan sakit semua
Q = diremas-remas
R = Seluruh badan
S = Skala 4
T = Terus menerus
h. Pola Aman
 Sebelum sakit :
Klien merasa aman
 Saat sakit :
Klien merasa aman ketika di RS, klien sudah dapat beradaptasi dengan
ruangan.
i. Pola Kebersihan diri
 Sebelum sakit :
Klien mandi 2x/hari, setiap mandi berganti pakaian bersih
 Saat sakit :
Klien diseka badannya oleh kelurga 2x/hari
42

j. Pola Komunikasi
 Sebelum sakit :
Mampu berkomunikasi dengan baik
 Saat sakit :
Mampu berkomunikasi dengan baik, ketika ditanya dapat merespon
dengan baik
k. Pola Ibadah
 Sebelum sakit :
Menjalankan kewajiban sholat 5 waktu
 Saat sakit :
Ketaatan dalam menjalankan ibadah kurang, hanya berdoa saja di
tempat tidur
l. Pola Produktifitas :
 Sebelum sakit :
Klien mampu menjalankan aktifitasnya dan berkerja seperti biasa dari
pagi hingga sore
 Saat sakit :
Klien tidak dapat beraktifitas seperti sebelum sakit dan tidak mampu
melakukan pekerjaannya
m. Pola Rekreasi
 Sebelum sakit :
Sering berlibur bersama keluarga dan sering bersantai untuk menonton
TV dan bermain hp sebagai hiburan.
 Saat sakit :
Banyak hambatan untuk dapat berekreasi terkait dengan penyakit dan
tidak dapat menonton TV
n. Pola kebutuhan belajar
 Sebelum sakit :
Klien tertarik dengan informasi baru dan suka untuk membaca
43

 Saat sakit :
Klien berusaha untuk mengetahui lebih jauh mengenai penyakitnya
dengan mencari di internet
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum :
Tingkat Kesadaran: composmetis
GCS : verbal 5, psikomotor : 6 Mata : 4
b. Tanda – tanda vital :
Nadi = 105x/menit, Suhu = 38oC, TD = 100/70 mmHg, RR = 22x/menit
c. Keadaan Fisik:
1) Kepala dan leher:
a) Kepala :
- Inspkesi = lonjong, kulit kepala bersih, rambut klien tidak rontok,
warna hitam, bau rambut tik berbau wajah pucat, struktur wajah
simestris
- Palpasi =: ubun – ubun datar, tidak ada benjolan
b) Mata
- Inspeksi = mata simetris
- Inspeksi dan palpasi = tidak ada edema, tidak ada peradangan,
tidak ada benjolan, tidak ada ptosis, strabismus, bulu mata tidak
rontok
- Inpeksi pupil = refleks pupil baik, pupil mengecil
- Inspeksi kornea dan iris = tidak ada peradangan,gerakan bola mata
normal
c) Hidung
- Inspeksi = tulang hidung dan posisi septum nasi tidak ada
pembengkakan, lubang hidung tidak ada sekret
- Palpasi = sinus maksilaris frontalis dan etmoidalis tidak ada nyeri
tekan
44

d) Telinga
- Inspeksi dan palpasi = bentuk telinga simestris, ukuran telinga,
keteganggan daun telinga,
- Inspeksi = tidak ada serumen, tidak ada benda asing, tidak ada
pendarahan, membran telinga utuh
e) Mulut
- Inspeksi = keadaan bibir tidak sianosis, bibir kering, tidak ada
labioschizis, gusi dan gigi normal, tidak ada caries gigi, ada karang
gigi, abses tidak ada, lidah kotor, tidak ada pembesaran tonsil
f) Leher
- Inspeksi dan palpasi = posisi trahea simestris, tidak ada
pembesaran tiroid, tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada
pembesaran vena jugularis
2) Dada
1. Paru
- Inspeksi = bentuk thoraks normal, pola nafas vesikuler, tidak ada
sianosis, tidak ada sputum
- Palpasi = vocal vremitus getaran sama kanan dan kiri
- Perkusi = suara sonor
Auskultasi = suara nafas vesikuler, intensitas dan kualitas suara kiri
dan kanan sama, Suara nafas vesikuler
RR: 20 x/menit

Ronkhi

Whezing
45

2. Jantung
- Inspeksi dan palpasi prekordium : ruang intercosta II pulpasi tidak
ada, intercosta V pulpasi tidak ada, ictus cordis berada pada ICS V
- Perkusi = suara redup
- Auskultasi BJ I-III = dalam batas normal, tidak ada suara
tambahan mur-mur
3) Payudara dan Ketiak
- Inspeksi = puting dan aerola bersih, payudara simetris
- Palpasi = tidak ada benjolan
4) Abdomen
- Inspeksi = bentuk abdomen buncit
- Perkusi = terdengar suara timpani,
- Palpasi = pada hepar lunak, tegas, tidak ada benjolan, tidak ada,
nyeri tekan di ulu hati, pembesaran lien
- Auskultasi = peristaltik 15x/menit
5) Genetalia
Pasien tidak terpasang kateter
6) Integumen
- Inspeksi = kulit bersih, dan memerah
- Palpasi = kulit teraba hangat, turgor kulit < 2 dektik, tidak ada
edema
7) Ekstremitas
- Atas = Klien terpasang infus pada vena metacarpal cairan asering
500 ml/24 jam, tidak ada edema pada tangan, Kekuatan otot 5 5
- Bawah = refleks patella positif, tidak terdapat edema, kekuatan
otot 5 5
8) Neurologis
- Status mental dan emosi = pasien terlihat gelisah, orientasi baik,
- Pengkajian saraf kranial = dalam batas normal
- Pemeriksaan Refleks = dalam batas normal
46

5. Pemeriksaan penunjang
a. Data Laboratorium
Tanggal Hematologi Nilai rujukan
Pemeriksaan
11-02-2019 Hemoglobin : 13,3 g/dl 11.7 – 15.5 g/dl
Leukosit : 3,14 10^3/ul 3.60 – 11.00 10^3/ul
Trombosit : 69 10^3/ul 150-400 10^3/ul
Hematokrit: 43,9% 35,0 – 47,0 %

b. Pemeriksaan radiologi
Tidak ada
c. Hasil Konsultasi
Tidak ada
d. Pemeriksaan penunjang diagnosa lain
Tidak ada

Surabaya, 11 Februari 2019

Perawat
47

3.1.3 Analisa Data


Nama : Nn. D
No. RM : 12731XXX
No. DATA INTERPRETASI MASALAH
1. S = pasien mengatakan badan Virus masuk dalam Hipertermia
panas sudah 4 hari pembuluh darah (D. 0130)
O=
- TD 100/70mmHg Menstimulasi sel host
- N 105x/menit, cepat dan inflamasi
lemah
- Suhu = 38 oC Memproduksi
- RR 22x/menit endogenus pirogen
- SPO2 96%
- Kulit merah Endothelium
- Kulit kering hipotalamus
- Bibir kering meningkatkan
produksi
prostaglandin dan
neurotransmiter

Prostaglansin
berikatan dengan
neuron prepiotik di
hipotalamus

Meningkatkan
thermostat ‘set pont’
pada pusat
thermoregulator
48

No. DATA INTERPRETASI MASALAH


Demam
2. DS: Virus dengue Nyeri Akut
P : K lien mengatakan badan berikatan dengan (D.0077)
terasa sakit semua antibodi
Q = diremas-remas
R = Seluruh badan Terbentuk komplek
S = Skala 4 antibodi dalam
T = Terus menerus sirkulasi darah
O:
- Klien terlihat Melepaskan histamin
mempertahankan posisi yang bersifat
tidur vasoaktif
- Klien nampak memegangi
badannya Permeabilitas pada
- Klien nampak gelisah dinding pembuluh
- Pasien sulit tidur, hanya darah
tidur 4 jam dan sering
terbangun Penurunan jumlah
- TD 100/70mmHg cairan intravaskuler
- N 105x/menit, cepat dan
lemah Peningkatan
- Suhu = 38 oC viskositas isi
- RR 22x/menit pembuluh darah
- SPO2 96%
Aliran darah
terhambat suplay
oksigen ke jaringan
tidak adekuat
49

No. DATA INTERPRETASI MASALAH


Penimbunan asam
laktat dijaringan

Penimbunan ujung
ujung saraf oleh asam
laktat

Nyeri akut

3. DS : Virus bereaksi Nausea


Klien mengeluh mual dengan antibodi (D. 0076)
dan tidak nafsu makan
DO : Menstimulasi proses
- Klien tampak pucat peradangan
- Klien makan makanan
dari RS habis 3 sendok Menstimulasi medula
- TD 100/70mmHg vomiting
- N 105x/menit, cepat dan
lemah Mual
- Suhu = 38 oC
- RR 22x/menit
- SPO2 96%
-
50

3.1.4 Diagnosa Keperawatan


Nama : Nn. D
No. RM : 12731XXX
No Tanggal/jam Diagnosa Keperawatan Tanggal TTD
ditemukan Teratasi
1. 11 Februari Hipertermia berhubungan 12 Februari Perawat
2019 dengan proses penyakit D.0130 2019
2. 11 Februari Nyeri akut berhubungan dengan 12 Februari Perawat
2019 agen pencedera fisiologi D.0077 2019
3. 11 Februari Nausea berhubungan dengan 12 Februari Perawat
2019 iritasi lambung D.0076 2019
3.1.5 Intervensi
Nama : Nn. D
No. RM : 12731XXX
Hari/ Tanggal No.Dx Rencana Perawatan TTD

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Senin/ 11 Februari 1 Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipertermia I.15506 Mahasiswa


2019 keperawatan 1x24 jam diharapkan
Observasi Kelompok
hipertermi berkurang dengan kriteria
12
hasil: 1. Monitor tanda vital
2. Longgarkan atau lepaskan
- TTV dalam batas normal
pakaian
TD 110-120/60-80 mmHg
Terapeutik
N 60-100x/m
RR 15-24x/m 3. Berikan cairan oral
T 36 - 37,50C 4. Berikan kompres hangat pada
SPO2 >95% dahi, lipatan ketiak, dan lipatan
- Warna kulit normal tidak paha
memerah Edukasi
- Kulit tidak kering

51
Hari/ Tanggal No.Dx Rencana Perawatan TTD

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

- Bibir tidak kering 5. Anjurkan tirah baring


Kolaborasi

6. Kolaborasi pemberian cairan


7. Kolaborasi pemberian antipiretik

Senin/ 11 Februari 2 Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri I. 08238 Perawat


2019 keperawatan 1x24 jam diharapkan
Observasi
nyeri berkurang dengan kriteria hasil:
1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
- Klien tidak mengeluh nyeri
durasi, frekuensi, kualitas,
- Klien tidak gelisah
intensitas nyeri
- Tanda vital dalam batas
2. Identifikasi skala nyeri
normal
3. Memonitor TTV
TD 110-120/60-80 mmHg
4. Identifikasi respon non verbal
N 60-100x/m
5. Identifikasi faktor yang
RR 15-24x/m

52
Hari/ Tanggal No.Dx Rencana Perawatan TTD

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

T 36 - 37,50C memperberat dan memperingan


SPO2 >95% nyeri
- Klien istirahat tidur > 8 jam Terapeutik
perhari
6. Berikan teknik non farmakologi
untuk mengurangi ras nyeri
Edukasi

7. Jelaskan penyebab, periode, dan


pemicu nyeri
8. Jelaskan strategi meredakan nyeri
Kolaborasi

9. Kolaborasi pemberian analgesik


Senin/ 11 Februari 3 Setelah dilakukan tindakan Manajemen Mual I. 03117 Perawat
2019 keperawatan 1x24 jam diharapkan
Observasi
nausea berkurang dengan kriteria
1. Monitor frekuensi, durasi mual

53
Hari/ Tanggal No.Dx Rencana Perawatan TTD

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

hasil: 2. Identifikasi dampak mual


terhadap kualitas hidup
- Klien tidak mengeluh mual
3. Monitor asupan nutrisi
- Klien berminat makan
Terapeutik
- Klien tidak pucat
- Tanda vital dalam batas 4. Berikan makanan dalam jumlah
normal kecil dan menarik
TD 110-120/60-80mmHg Edukasi
N 60-100x/menit
5. Anjurkan istirahat dan tidur yang
RR 15-24 x/menit
cukup
T 36-37,5oC
6. Anjurkan makan tinggi
SPO2.95%
karbohidrat dan rendah lemak
Kolaborasi

7. Kolaborasi pemberian antiemetik

54
i. Intervensi
Nama : Nn. D
No. RM : 12731XXX
Hari/ Tanggal No.Dx Rencana Perawatan TTD
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Senin/ 11 Februari 1 Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipertermia I.15506 Perawat
2019 keperawatan 1x24 jam diharapkan Observasi
hipertermi berkurang dengan kriteria 8. Monitor tanda vital
hasil: 9. Longgarkan atau lepaskan
- TTV dalam batas normal pakaian
TD 110-120/60-80 mmHg Terapeutik
N 60-100x/m 10. Berikan cairan oral
RR 15-24x/m 11. Berikan kompres hangat pada
T 36 - 37,50C dahi, lipatan ketiak, dan lipatan
SPO2 >95% paha
- Warna kulit normal tidak Edukasi
memerah 12. Anjurkan tirah baring
- Kulit tidak kering Kolaborasi
- Bibir tidak kering 13. Kolaborasi pemberian cairan

55
Hari/ Tanggal No.Dx Rencana Perawatan TTD
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
14. Kolaborasi pemberian antipiretik

Senin/ 11 Februari 2 Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri I. 08238 Perawat


2019 keperawatan 1x24 jam diharapkan Observasi
nyeri berkurang dengan kriteria 10. Identifikasi lokasi, karakteristik,
hasil: durasi, frekuensi, kualitas,
- Klien tidak mengeluh nyeri intensitas nyeri
- Klien tidak gelisah 11. Identifikasi skala nyeri
- Tanda vital dalam batas 12. Memonitor TTV
normal 13. Identifikasi respon non verbal
TD 110-120/60-80 mmHg 14. Identifikasi faktor yang
N 60-100x/m memperberat dan memperingan
RR 15-24x/m nyeri
T 36 - 37,50C Terapeutik
SPO2 >95% 15. Berikan teknik non farmakologi
- Klien istirahat tidur > 8 jam untuk mengurangi ras nyeri
perhari Edukasi

56
Hari/ Tanggal No.Dx Rencana Perawatan TTD
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
16. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
17. Jelaskan strategi meredakan nyeri
Kolaborasi
18. Kolaborasi pemberian analgesik
Senin/ 11 Februari 3 Setelah dilakukan tindakan Manajemen Mual I. 03117 Perawat
2019 keperawatan 1x24 jam diharapkan Observasi
nausea berkurang dengan kriteria 8. Monitor frekuensi, durasi mual
hasil: 9. Identifikasi dampak mual
- Klien tidak mengeluh mual terhadap kualitas hidup
- Klien berminat makan 10. Monitor asupan nutrisi
- Klien tidak pucat Terapeutik
- Tanda vital dalam batas 11. Berikan makanan dalam jumlah
normal kecil dan menarik
TD 110-120/60-80 mmHg Edukasi
N 60-100x/m 12. Anjurkan istirahat dan tidur yang
RR 15-24x/m cukup

57
Hari/ Tanggal No.Dx Rencana Perawatan TTD
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
T 36 - 37,50C 13. Anjurkan makan tinggi
SPO2 >95% karbohidrat dan rendah lemak
Kolaborasi
14. Kolaborasi pemberian antiemetik

58
i. Implementasi
Nama : Nn. D
No. RM : 12731XXX
Hari/ Tanggal/ Jam No. Dx Tindakan Keperawatan TTD

Senin/ 11-2-2019/ 1
09.15 1. Memberikan cairan infus Perawat
- Masuk cairan NaCl 0,9% 63 ml/jam
09.20 2. Mengukur tanda vital
TD 100/70 mmHg
N 105x/m Cepat dan lemah
T 380C
RR 22x/m
SPO2 96%
09.30 3. Mengkolaborasi pemberian antipiretik
- Memberikan obat paracetamol 500 mg melalui oral, tidak
09.40 terdapat efek samping setelah pasien minum obat
4. Memberikan kompres hangat pada dahi, lipatan ketiak,
dan lipatan paha
- Keluarga memberikan kompres hangat di dahi dan lipatan
09.50 ketiak. Klien masih panas.
5. Menganjurkan klien dan keluarga melonggarkan atau
melepas pakaian
- Klien memahami bahwa tidak memakai pakaian yang
10.00 ketat dan tebal, harus menggunakan pakaian yang tipis.

59
Hari/ Tanggal/ Jam No. Dx Tindakan Keperawatan TTD

6. Menganjurkan klien minum lebih banyak minimal 8 gelas


perhari/ 2500ml/hari
10.05 - Klien pagi ini masih minum 250ml.
7. Menganjurkan tirah baring
- Klien dan keluarga paham bahwa klien harus lebih
banyak istirahat-tidur

Senin/ 11-2-2019/ 2
09.20 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, Perawat
kualitas, intensitas nyeri
P: klien mengeluh badan sakit semua, sakit di antara dada
dan perut
Q: seperti diremas-remas
R: Seluruh badan
S: klien nyeri skala 4
T: Terus menerus
09.20 2. Mengukur tanda vital
TD 110/70 mmHg
N 105x/m Cepat dan lemah
T 380C
RR 22x/m
SPO2 96%
09.25 3. Mengidentifikasi respon non verbal
Klien terlihat diam memegangi badannya dan cemas

60
Hari/ Tanggal/ Jam No. Dx Tindakan Keperawatan TTD

09.30 4. Mengkolaborasikan pemberian obat intravena


- Klien mendapatkan ranitidin 50mg. Tidak terdapat efek
09.35 samping setelah pasien mendapatkan injeksi obat
5. Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
Klien memperingan nyeri dengan mempertahankan posisi
09.45 tidurnya
6. Menganjurkan untuk melakukan teknik non farmakologi
untuk mengurangi ras nyeri
Klien paham bila merasa sakit klien melakukan nafas
10.00 dalam, klien dapat mempraktikkan dengan benar.
7. Menjelaskan penyebab nyeri
Klien memahami bahwa virus yang dibawa oleh nyamuk
aides menyebabkan nyeri seluruh tubuh. Dan peningkatan
asam lambung.

Senin/ 11-2-2019/ 3
09.15 1. Memonitor frekuensi, durasi mual Perawat
- Klien mengatakan pagi ini sudah mual ingin muntah 3x,
kurang lebih setiap 15 menit atau setengah jam. Terutama
setelah kemasukan makanan
09.25 2. Mengidentifikasi dampak mual terhadap kualitas hidup
- Klien mengatakan malas makan, tidak nafsu makan.
09.30 3. Mengkolaborasi pemberian obat intravena

61
Hari/ Tanggal/ Jam No. Dx Tindakan Keperawatan TTD

Klien mendapatkan metoclopramide 50ml, tidak terdapat


efek samping setelah pasien mendapatkan injeksi obat
10.00 4. Memonitor asupan nutrisi diit TKTP 2100/hari
Klien makan makanan dari RS hanya 3 SDM dan tidak
mau lagi.
10.10 5. Menganjurkan makan dalam jumlah kecil dan menarik
- Klien paham penjelasan dari perawat bahwa harus makan
sedikit-sedikit tetapi sering.
10.30 6. Menganjurkan istirahat dan tidur yang cukup
- Klien paham bahwa sebaiknya beraktivitas di tempat
tidur, tidak boleh keluar.

Selasa/ 12-2-2019/ 1
09.15 1. Memberikan cairan infus Perawat
- Masuk cairan NaCl 0,9% 63 ml/jam
09.20 2. Mengukur tanda vital
TD 110/70 mmHg
N 78 lemah
T 37,70C
RR 20x/m
SPO2 95%
09.30 3. Mengkolaborasi pemberian antipiretik
- Memberikan obat paracetamol 500mg melalui oral, tidak

62
Hari/ Tanggal/ Jam No. Dx Tindakan Keperawatan TTD

09.40 terdapat efek samping setelah pasien meminum obat


4. Memberikan kompres hangat pada dahi, lipatan ketiak,
dan lipatan paha
- Keluarga memberikan kompres hangat di dahi dan lipatan
10.00 ketiak.
5. Menganjurkan klien minum lebih banyak minimal 8 gelas
perhari/ 2500ml/hari
- Klien pagi ini masih minum kurang lebih 400 ml

Selasa/ 12-2-2019/ 2
09.20 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, Perawat
kualitas, intensitas nyeri
P: klien mengeluh badan sakit semua, sakit di antara dada
dan perut
Q: seperti ditusuk-tusuk
R: Seluruh badan
S: klien nyeri skala 2
T: Terus menerus
09.20 2. Mengukur tanda vital
TD 110/70 mmHg
N 78 lemah
T 37,70C
RR 20x/m
SPO2 95%

63
Hari/ Tanggal/ Jam No. Dx Tindakan Keperawatan TTD

09.30 3. Mengkolaborasikan pemberian obat intravena


Klien mendapatkan ranitidine 50mg, tidak terdapat efek
09.45 samping setelah pasien mendapatkan injeksi obat
4. Menganjurkan untuk melakukan teknik non farmakologi
untuk mengurangi rasa nyeri
Klien paham bila merasa sakit klien melakukan nafas
dalam, klien dapat mempraktikkan dengan benar.

Selasa/ 12-2-2019/ 3
09.15 1. Memonitor frekuensi, durasi mual Perawat
- Klien mengatakan pagi ini mual satu kali setelah makan,
2. Mengkolaborasi pemberian obat intravena
Klien mendapatkan metoclopramide 10 ml, tidak terdapat
09.30 efek samping setelah pasien mendapatkan injeksi obat
3. Memonitor asupan nutrisi
Klien makan makanan dari RS habis setengah porsi dan
10.00 tidak mau lagi.
4. Menganjurkan makan dalam jumlah kecil dan menarik
- Klien paham penjelasan dari perawat bahwa harus
10.10 meningkatakan asupan makanan, makan sedikit-sedikit
tetapi sering.
Rabu/ 13-2-2019/ 1
09.15 1. Memberikan cairan infus Perawat
- Masuk cairan NaCl 0,9% 63 ml/jam

64
Hari/ Tanggal/ Jam No. Dx Tindakan Keperawatan TTD

09.20 2. Mengukur tanda vital


TD 100/70mmHg
N 82x/m
T 36,10C
RR 20x/m
SPO2 98x/m

Rabu/ 13-2-2019/ 2
09.20 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, Perawat
kualitas, intensitas nyeri
Klien mengatakan badannya sudah tidak sakit
09.25 2. Mengukur tanda vital
TD 100/70mmHg
N 82x/m
T 36,10C
RR 20x/m
SPO2 98x/m
09.30 3. Mengkolaborasikan pemberian obat intravena
Klien mendapatkan ranitidine 10mg

Rabu/ 13-2-2019/ 3
09.15 1. Memonitor frekuensi, durasi mual Perawat
- Klien mengatakan sudah tidak mual
09.30 2. Mengkolaborasi pemberian obat intravena

65
Hari/ Tanggal/ Jam No. Dx Tindakan Keperawatan TTD

Klien mendapatkan metoclopramide 50ml. Tidak terdapat


efek samping setelah pasien mendapatkan injeksi obat
10.00 3. Memonitor asupan nutrisi
Klien makan makanan dari RS habis setengah porsi dan
mau nyemil jajanan basah
10.10 4. Menganjurkan makan dalam jumlah kecil dan menarik
- Klien paham penjelasan dari perawat bahwa harus tetap
meningkatkan makan.

66
3.1.8 Evaluasi
Nama : Nn. D
No. RM : 12731XXX
No Hari/ Tanggal/ Jam No. Dx Evaluasi TTD
1 Senin/ 11 Februari 1 S: klien dan keluarga mengatakan panas sudah turun setelah Perawat
2019/ 13.30 diberikan obat, tetapi sekarang hangat kembali
O: - Kulit klien masih terlihat memerah
- Kulit kering
- Bibir kering
- TD 100/70 mmHg
- N 105x/m Cepat dan lemah
- T 37,80C
- RR 22x/m
- SPO2 96%
A: Masalah Hipertermi teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi 1,3,4,6,7

2 Senin/ 11 Februari 2 S: Klien mengatakan badannya masih sakit semua, diantara Perawat
2019/ 13.30 perut dan dada masih sakit
P: klien mengeluh badan sakit semua
Q: seperti diremas-remas
R: Seluruh badan
S: klien nyeri skala 4
T: Terus menerus

67
No Hari/ Tanggal/ Jam No. Dx Evaluasi TTD
O: - Klien terlihat masih mempertahankan posisi tidur
- Memegangi badannya yang sakit
- Klien tampak gelisah
- TD 110/70 mmHg
- N 105x/m Cepat dan lemah
- T 380C
- RR 22x/m
- SPO2 96%
A: Masalah nyeri akut belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1,2,6,9

3 Senin/ 11 Februari 3 S: Klien mengatakan masih sering mual, tidak mau makan, Perawat
2019/ 13.30 hanya makan 3 SDM saja tadi pagi.
O: - Klien masih tidak nafsu makan
- Klien masih terlihat pucat
- Nadi cepat dan lemah 105x/m
- Klien makan 3 SDM
A: Masalah nausea belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1,3,4,7

4 Selasa/ 12 Februari 1 S: klien dan keluarga mengatakan panas sudah turun setelah Perawat
2019/ 13.30 diberikan obat.
O: - Kulit klien sudah tidak memerah
- Kulit kering

68
No Hari/ Tanggal/ Jam No. Dx Evaluasi TTD
- Bibir kering
- TD 110/70 mmHg
- N 89 lemah
- T 37,70C
- RR 20x/m
- SPO2 95%
A: Masalah Hipertermi teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi 1,3,4,6,7

5 Selasa/ 12 Februari 2 S: Klien mengatakan badannya masih sedikit sakit tidak seperti Perawat
2019/ 13.30 kemarin, sudah berkurang.
P: klien mengeluh badan sakit
Q: seperti ditusuk-tusuk
R: Seluruh badan
S: klien nyeri skala 2
T: Terus menerus
O: - Klien terlihat masih mempertahankan posisi tidur
- Pasien tidak gelisah
- TD 110/70 mmHg
- N 89 lemah
- T 37,70C
- RR 20x/m
- SPO2 95%
A: Masalah nyeri akut teratasi sebagian

69
No Hari/ Tanggal/ Jam No. Dx Evaluasi TTD
P: Lanjutkan intervensi 1,2,6,9

6 Selasa/ 12 Februari 3 S: Klien mengatakan sudah tidak mual, tetapi masih sulit Perawat
2019/ 13.30 makan
O: - Klien masih tidak nafsu makan
- Klien terlihat tidak pucat
- Nadi lemah 89x/m
- Klien makan habis setengah porsi
A: Masalah nausea teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi 1,3,4,7

7 Rabu/ 13 Februari 1 S: klien dan keluarga mengatakan sudah tidak panas Perawat
2019/ 12.00 O: - Kulit klien sudah tidak memerah, tidak kering
- Bibir lembab
- TD 100/70mmHg
- N 82x/m
- T 36,10C
- RR 20x/m
- SPO2 98x/m
A: Masalah Hipertermi teratasi
P: Hentikan intervensi, klien KRS
- Edukasi kontrol sesuai jadwal
- Edukasi minum obat sesuai jadwal
- Edukasi minum banyak ketika panas terulang

70
No Hari/ Tanggal/ Jam No. Dx Evaluasi TTD
- Edukasi untuk makan sedikit tapi sering jika mual
- Edukasi aktivitas yang tidak berlebihan
- Edukasi jika terjadi perdarahan, maka segera bawa ke
fasilitas terdekat

8 Rabu/ 13 Februari 2 S: Klien mengatakan badannya sudah tidak sakit Perawat


2019/ 13.30 O: - Wajah klien tidak pucat, terlihat fresh
- Tidak gelisah
- Klien bisa tidur dan tidak terbangun
- TD 100/70mmHg
- N 82x/m
- T 36,10C
- RR 20x/m
- SPO2 98x/m
A: Masalah nyeri teratasi
P: Hentikan intervensi, klien KRS

9 Rabu/ 13 Februari 3 S: Klien mengatakan sudah tidak mual, sudah enak makan, dan Perawat
2019/ 13.30 klien sudah mau nyemil makanan ringan
O: - Klien sudah nafsu makan
- Klien tidak terlihat pucat
- Nadi 82x/m
- Klien makan habis setengah porsi dan klien nyemil snack
A: Masalah nausea teratasi

71
No Hari/ Tanggal/ Jam No. Dx Evaluasi TTD
P: Hentikan intervensi, klien KRS
- Edukasi diit yang tepat yaitu makan sayur dan buah
secara rutin setiap hari

72
BAB 4
PEMBAHASAN

Penulis akan membahas tentang kesenjangan antara teori dan hasil


pengambilan data. Bab ini akan menguraikan pembahasan tentang “Asuhan
Keperawatan Pada Ny. D Dengan Diagnosa Medis DHF (Dengue Hemorrhagic
Fever) Yang Mengalami Masalah Kebutuhan Dasar Manusia Termoregulasi” pada
tanggal 11 – 14 Februari 2019.

4.1 Pengkajian
Pengkajian didapatkan data berupa alasan klien masuk ke rumah sakit yaitu
klien merasa demam sudah 4 hari, badan terasa sakit semua, mual, badan terasa
lemas. Keluhan utama yang dirasakan klien yaitu badan terasa panas. Hasil observasi
menunjukkan suhu badan klien panas, klien nampak lemah dan gelisah, serta
memegangi bagian anggota tubuh yang merasa nyeri yaitu nyeri selurug tubuh seperti
diremas-remas di seluruh badan dengan skala nyeri 4 rasanya terus menerus. Ketika
nyeri datang yang dilakukan adalah mempertahankan tirah baring dan memegangi
anggota tubuhnya. Klien mengeluh merasa mual, keadaan lebuh berat ketika klien
setelah makan. Tekanan darah : 110/70 mmHg, nadi : 105x/menit, suhu : 38oC, RR :
22x/menit, akral teraba dingin. Manifestasi klinik yang di ditemukan saat pengkajian
maka sesuai dengan teori Khair (2013) yang menyatakan bahwa manifestasi klinis
pada penderita DHF yaitu demam yang cukup tinggi, nyeri sendi dan otot serta mual.
Klien dengan DHF mengeluh nyeri, myalgia, anoreksia, dan nausea (Gubler, 1998).
Pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus DHF Grade I dilakukan
pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan HB, hematokrit, leukosit dan trombosit.
Dalam penyakit DHF yang menjadi prioritas adalah kadar trombosit. Kadar trombosit
pada Nn. D pada hari ke 4 yaitu 69000/ul, maka dapat disimpulkan klien sudah
mengalami trombositopenia (penurunan kadar trombosit) hal ini sesuai dengan teori
Price & Wilcon (2000) yang menyatakan akibat dari virus dengue dalam peredaran

73
74

darah akan menyebebkan depresi sumsum tulang sehingga akan terjadi


trombositopenia.
Pengkajian dilakukan kepada klien terdapat kesenjangan antara teori dengan
keadaan klien seperti yang penulis temukan yaitu pada teori adanya penurunan suhu
tubuh pada demam hari ketiga yang disebut fase kritis dan suhu akan naik kembali
pada hari ke tujuh sedangkan pada keadaan klien ditemukan klien demam pada hari
ke empat dan pada hari kelima klien mengalami kenaikan suhu dan terjadi penurunan
mulai hari ke enam. Pada hari ketujuh suhu klien dalam batas normal sehingga dokter
sudah memperbolehkan untuk pulang.

4.2 Diagnosa Keperawatan


1. Hipertermia
Hipertermia merupakan peningkatan suhu tubuh diatas rentang normal. Pada
Nn. D didapatkan data subjektif pasien mengatakan badan panas sudah 4 hari dan
data objektifnya adalah TD 100/70mmHg, N 105x/menit, cepat dan lemah, suhu = N
105x/menit, cepat dan lemah, suhu = 38 oC, RR 22x/menit, SPO2 96%, kulit merah,
kulit kering, dan bibir kering.
Berdasarkan teori menurut PPNI (2016), pengangkatan diagnosa hipertermia
mempunyai gejala dan tanda mayor minor diantaranya yaitu suhu tubuh diatas
normal, kulit memerah, takikardia dan kulit teraba hangat. Dari asuhan keperawatan
diatas menunjukkan bahwa data klien sudah sesuai dengan teori.
2. Nyeri akut
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas
ringan hingga berat yang berlanjut kurang dari 3 bulan. Dengan tanda dan gejala pada
Nn. D secara subjektif klien mengeluh nyeri karena inflamasi seperti diremas remas
pada seluruh tubuh dengan skala 4 nyeri terus menerus datang. Sedangkan objektif
mempertahankan posisi tidur, nampak memegangi bagian yang sakit, gelisah , N =
105x/menit (takikardi) teraba lemah, sulit tidur.
75

Hal ini sesuai dengan teori PPNI (2016), pengangkatan diagnosa nyeri akut
mempunyai gejala dan tanda mayor minor diantaranya yaitu klien mengeluh nyeri,
bersikap protektif, gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur. Dari asuhan
keperawatan diatas menunjuukan bahwa data klien sudah sesuai dengan teori.
3. Nausea
Perasaan tidak nyaman pada bagian belakang tenggorok atau lambung yang
dapat mengakibatkan muntah (PPNI, 2016). Dengan tanda dan gejala pada Nn. D
secara subjektif klien mengeluh mual, nampak pucat, nadi 105x/menit (takikardi)
teraba lemah,porsi makan tidak habis.
Hal ini sesuai dengan teori PPNI (2016), pengangkatan diagnosa nausea
mempunyai gejala dan tanda mayor minor diantaranya yaitu klien mengeluh mual,
merasa ingin muntah, tidak berminat makan, pucat, takikardia. Dari asuhan
keperawatan diatas menunjukkan bahwa data klien sudah sesuai dengan teori.

4.3 Rencana Tindakan Keperawatan


Terdapat beberapa rencana tindakan keperawatan di dalam Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (PPNI, 2016) yang di terapkan pada klien, dan secara umum
tahap perencanaan tinjauan kasus mengacu pada tinjauan teori, tetapi tetap
disesuaikan dengan situasi dan kondisi baik klien maupun prosedur rumah sakit.
Sehingga tidak semua perencanaan keperawatan yang ditetapkan dari teori dapat
diterapkan pada kasus. Pada hal ini intervensi yang diterapkan pada kasus mencakup
4 tindakan yaitu observasi, terapeutik, edukasi, dan kolaborasi.
Rencana tindakan pada diagnosa hipertermia sesuai kasus yaitu monitor
tanda-tanda vital, longgarkan atau lepaskan pakaian, anjurkan minum yang banyak,
berikan kompres hangat pada dahu, ketiak, dan lipatan paha, anjurkan istirahat yang
cukup, kolaborasi pemberian cairan dan antipiretik. Rencana tindakan pada diagnose
nyeri akut yaitu identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, kualitas, dan skala nyeri,
identifikasi respon verbal, ajarkan teknik nonfarmakologi nafas dalam, menjelaskan
penyebab nyeri, dan kolaborasi pemberian analgesik. Dan Rencana tindakan pada
diagnose nausea yaitu monitor frekuensi durasi mual, monitor asupan nutrisi, berikan
76

makan sedikit tapi sering, anjurkan makan tinggi karbohidrat dan rendah lemak,
kolaborasi pemberian antiemetik.

4.4 Pelaksanaan Keperawatan


Pelaksanaan keperawatan pada Nn.D yaitu untuk masalah keperawatan
hipertermi yang telah dilakukan adalah memberikan kompres dengan air hangat
dengan tujuan yaitu menurunkan panas. Rasional yang didapat yaitu dengan adanya
evaporasi sehingga akan mempercepat dalam penurunan panas. Memonitor tanda-
tanda vital dengan tujuan yaitu mendeteksi adanya perubahan suhu tubuh dapat
menunjukkan bahwa klien mengalami hipertemi. Menganjurkan untuk menggunakan
pakaian yang tipis dengan rasional membantu mempermudah penguapan panas.
Menganjurkan klien istirahat dengan rasional meminimalisir produksi panas yang
dihasilkan oleh tubuh (Doengoes, 2000).
Menurut Aziz (2012), mengatakan bahwa teknik kompres hangat selama 20-
30 menit menggunakan air hangat pada leher, kedua ketiak, lipatan paha, dan pada
lutut bagian dalam dapat menurunkan suhu tubuh 0,20C. Selain itu cara kompres
hangat dapat membantu panas keluar dari tubuh melalui kulit dengan cara evaporasi.
Karena kompres hangat dapat menyebabkan pori-pori kulit melebar sehingga dapat
mengakibatkan suhu tubuh menurun.
Masalah keperawatan nyeri akut yang telah dilakukan adalah mengukur tanda-
tanda vital dengan tujuan mendeteksi adanya perubahan system tubuh. Rasioan yang
didapat yaitu perubahan frekuensi nadi dapat menunjukkan bahwa klien mengalami
hipertermi. Intervensi selanjutnya yaitu menganjurkan teknik non farmakologi dengan
nafas dalam dengan rasional mereleksasikan otot tubuh sehingga dapat menurunkan
intensitas nyeri (Doengoes, 2000). Selain itu, teknik relaksasi juga merubah respon
penerimaan (psikologis) terhadap prosedur keperawatan menjadi adaptif (Yuni,
2008). Jadi dalam tindakan keperawatan untuk menurunan intensitas nyeri dapat
dilakukan teknik nafas dalam.
Masalah keperawatan nausea yang telah dilakukan adalah menganjurkan
makan sedikit tapi sering dengan rasional makan sedikit dapat menurunkan
77

kelemahan dan meningkatkan masukan, serta mencegah distensi gaster (Doengoes,


2000). Menurut penelitian Madesu (2007), mengatakan bahwa klien dengan DHF
tidak memiliki diit khusus, klien perlu mempertahankan ketahanan tubuhnya dengan
cara makan sedikit tapi sering. Hal ini juga dapat menjaga agar asam lambung tidak
naik, sehingga mual dapat diminimalisir dengan memasukkan makanan ke tubuh.
Penulis berpendapat bahwa pelaksanaan keperawatan yang dilakukan
mengacu pada perencanaan yang telah dibuat sebelumnya dan dapat
diimplementasikan pada klien dengan respon data objektif, yaitu keluarga klien dapat
mengerti dan memahami apa yang sudah diajarkan. Kekuatan dari implementasi yang
sudah diberikan adalah selama dilakukan tindakan keperawatan, keluarga klien
kooperatif dan mendukung setiap tindakan yang dilakukan, serta melakukan apa yang
sudah diajarkan secara mandiri, sehingga tidak ada hambatan selama dilakukan
tindakan keperawatan.

4.5 Evaluasi Keperawatan


Tahap evaluasi antara teori dan kasus sama yaitu menggunakan SOAP dalam
melaksanakan evaluasi. Masalah keperawatan yang didapatkan yaitu hipertermi, nyeri
akut, nausea sudah teratasi dengan adanya bukti yang menunjukkan peningkatan
perubahan kondisi klien. Klien pulang pada hari ke tiga setelah dilakukan tindakan
keperawatan dan terhitung tujuh hari dari pasien demam. Hal ini sesuai dengan teori
Wong (2008), bahwa pasien mengalami fase demam selama 2-7 hari yang diikuti fase
kritis selama dua sampai tiga hari. Hal ini sesuai dengan penelitian Nisa (2013),
bahwa perawatan pasien dengan DHF paling banyak yaitu selama 3 hari perawatan.
Kemudian klien keluar rumah sakit dengan diberikan edukasi mengenai
jadwal kontrol yang sesuai, menganjurkan untuk meminum obat sesuai dengan
jadwal yang telah diberikan, mengedukasi aktivitas yang cukup, apabila menemukan
perdarahan untuk segera dibawa ke fasilitas terdekat, serta menyarankan untuk
meningkatkan asupan makanan terutama sayur dan buah untuk meningkatkan daya
tahan tubuh klien
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dengue haemorrhagic fever (dhf) atau demam berdarah dengue adalah
penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan
nyamuk aedes egypty. Penularan virus dengue melalui beberapa vektor. Sampai saat
ini telah diketahui beberapa nyamuk sebagai vektor dengue. Tanda dan gejala yang
dapat muncul yaitu demam atau riwayat demam akut, antara 2 sampai 7 hari, uji
bendung positif, ptekie, ekimosis atau purpura, perdarahan mukosa (epitaksis atau
perdarahan gusi), atau perdarahan dari tempat lain, hematemesis atau melena,
trombositopenia (jumlah trombosit < 100.000/ul). Masalah keperawatan yang dapat
muncul pada pasien dengan dhf antara lain hipertermi, nyeri akut, dan nausea.
Masalah keprawatan yang ditemukan disesuaikan dengan intervensi yang akan
diterapkan, sehingga masalah keperawatan bisa teratasi dengan baik. Berdasarkan
hasil tindakan keperawatan, masalah keperawatan klien sudah teratasi dengan baik
dan perlu dilanjutkan dengan edukasi keluar rumah sakit agar masalah tidak muncul
kembali.

5.2 Saran
Setelah kita mengetahui penyebab dan cara merawat pasien dengan penyakit
DHF, kita dapat melakukan asuhan keperawatan kebutuhan dasar manusia
kooompres hangat, menganjurkan minum yang banyak pada pasien yang mengalami
demam. Mengedukasi relaksasi nafas dalam pada pasien dengan nyeri akut,
menganjurkan makan sedikit tapi sering pada pasien dengan keluhan mual, serta
memberikan informasi kepada masyarakat untuk selalu memperhatikan lingkungan
agar terhindar dari virus dengue dan meningkatkan pola hidup sehat.

78
79

DAFTAR PUSTAKA

Arief, M. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Medica Aeculpalus.

Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan


Dasar Klien. Jakarta : Salemba Medika.

Bulechek, M. G. (2013). Nursing Interventions Classification (NIC) . Indonesia:


Mocomedia.

Dinkes. (2016). Jumlah Kasus DBD Jawa Timur. Kompas, 1-3.

Hanifah. (2011). Komplikasi dan Pencegahan Demam Berdarah. 2-5.

Hardinegoro, S., Soegijanto, S., & Wuryono, S. S. (2006). Tatalaksana Demam


Berdarah Dengue di Indonesia. 4th ed. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan
Penyehatan Lingkungan.

Hidayat. (2009). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Buku I. Jakarta: Salemba


Medika.

Hidayat, A. A. (2009). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untu Pendidikan Kebidanan.


Jakarta: Salemba Medika.

Muwarni, A. (2011). Perawatan Pasien Penyakit Dalam. Jilid I. Yogyakarta.

Ngastiyah. (2005). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Jakarta: EGC.

Nursalam. (2005). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta : Salemba Medika.

Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses, dan Praktik. Edisi 4. Volume 2. Jakarta: EGC.

SDKI, DPP , & PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia; definisi
dan indikator diagnostik . Jakarta: DPPPPNI.

Soegijanto, S. (2002). Ilmu Penyakit Anak, Diagnosis dan Penatalaksanaan. Edisi 1.


Jakarta: Salemba Medika.

Sudoyo, A., Setiyohadi, B., Alwi , I., Simadibrata , M., & Setiati , S. (2009). Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi V. Jakarta: Interna Publishing.
80

Suriadi, Yuliani, & Rita. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi 2. Jakarta:
CV. Sagung Seto.

Widoyono. (2008). Penyakit Tropis, Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan


Pemberantasannya. Jakarta: Erlangga.

Wong, D. L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatric. Edisi 6. Jakarta: EGC.

World Health Organization (WHO) Regional Office for South-East Asia.


Comprehensive guidelines for prevention and control of dengue and dengue
hemorrhagic fever. 2011.

WHO (2009) Prevention and Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever.

Anda mungkin juga menyukai