Anda di halaman 1dari 177

PROPOSAL DESIMINASI AWAL

PRAKTIK PROFESI MANAJEMEN KEPERAWATAN


DI INSTALASI RAWAT INAP RUANG PUSAT PELAYANAN JANTUNG
TERPADU Lt.3 RSUD DR SOETOMO SURABAYA
PERIODE 07 OKTOBER – 02 NOVEMBER 2019

Disusun Oleh :
Kelompok 2 B20

Julinda Malehere, S.Kep. 131823143005


Laily Bestari Putri, S.Kep. 131823143009
Choirina Nur Aziza, S.Kep. 131823143010
Yeane Fiorola Ire, S.Kep. 131823143011
Wirahadi Saputra, S.Kep. 131823143015
Imelda Mbati, S.Kep. 131823143020
Achmad Ibrahim, S.Kep. 131823143022
Fiqih Ardhi, S.Kep. 131823143023
Lilik Manowati, S.Kep. 131823143027
Firda Dwi Yuliana, S.Kep. 131823143032
Gaharuni Sahika M, S.Kep. 131823143034
Rambu Mema, S.Kep. 131823143069

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS


KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA
2019

i
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN DESIMINASI AKHIR

PRAKTIK PROFESI MANAJEMEN KEPERAWATAN PROGRAM


PENDIDIKAN PROFESI NERS DI RUANG PPJT LANTAI 3
RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
PERIODE 07 OKTOBER – 02 NOVEMBER 2019

Pembimbing Akademik

1. Dr. Kusnanto,S.Kp., M.Kes. (..........................)


NIP. 196808291989031002
2. Dr. Hanik Endang N, S.Kep., Ns., M.Kep. (..........................)
NIP. 197606162014092006

Pembimbing Klinik

1. Adi Sukrisno, S.Kep.Ns (..........................)


NIP. 197410061996031001
2. Binafsih, S.ST (..........................)
NIP. 197105091991032003
3. Ratna Rosyidati R, S.ST (..........................)
NIP.196704221987032004

Surabaya, 09 Oktober 2019


Mengetahui,
PJMA Profesi Manajemen Keperwatan
Program Pendidikan Profesi Ners
Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga

Prof. Dr. Nursalam, M.Nurs (Hons)


NIP. 196612251989031004

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kehadapan Allah SWT karena atas


berkat dan rahmat-Nya lah penyusun dapat menyelesaikan laporan
desiminasi awal di Rawat Inap Ruang Pusat Pelayanan Jantung Terpadu
Lt.3 RSUD Dr Soetomo Surabaya tepat pada waktunya. Penyusun
menyadari bahwa tanpa bantuan, dukungan, serta bimbingan dari berbagai
pihak, sulit bagi penyusun untuk menyelesaikan tugas ini. Oleh karena itu,
penyusun mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Nursalam, M.Nurs (Hons)., selaku Dekan Fakultas
Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya.
2. Bapak Kusnanto, S.Kp., M.Kes., selaku wakil dekan I Fakultas
Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya dan pembimbing
akademik praktik profesi stase managemen di Rawat Inap Ruang
Pusat Pelayanan Jantung Terpadu Lt.3 RSUD Dr Soetomo Surabaya
yang telah banyak mendukung sehingga laporan desiminasi awal ini
dapat terselesaikan.
3. Ibu Dr. Hanik Endang N, S.Kep., Ns., M.Kep selaku pembimbing
akademik praktik profesi stase managemen di Rawat Inap Ruang
Pusat Pelayanan Jantung Terpadu Lt.3 RSUD Dr Soetomo Surabaya
yang telah banyak mendukung sehingga laporan desiminasi awal ini
dapat terselesaikan.
4. Bapak Adi Sukrisno, S.Kep.Ns selaku pembimbing klinik praktik
profesi stase managemen di Rawat Inap Ruang Pusat Pelayanan
Jantung Terpadu Lt.3 RSUD Dr Soetomo Surabaya yang telah
banyak mendukung sehingga laporan desiminasi awal ini dapat
terselesaikan.
5. Ibu Binafsih, S.ST selaku pembimbing klinik praktik profesi stase
managemen di Rawat Inap Ruang Pusat Pelayanan Jantung Terpadu
Lt.3 RSUD Dr Soetomo Surabaya yang telah banyak mendukung
sehingga laporan desiminasi awal ini dapat terselesaikan.
6. Ibu Ratna Rosyidati R, S.ST selaku kepala ruang dan pembimbing
klinik praktik profesi stase managemen di Rawat Inap Ruang Pusat

iii
Pelayanan Jantung Terpadu Lt.3 RSUD Dr Soetomo Surabaya yang
telah banyak mendukung sehingga laporan desiminasi awal ini dapat
terselesaikan.
7. Segenap perawat Ruang ICU RSUD yang telah membantu kami
dalam desiminasi awal stase managemen.
8. Rekan-rekan angkatan B20 Pendidikan Profesi Ners FKp UNAIR
Kelompok 2 praktik profesi keperawatan managemen, yang telah
banyak membantu selama proses penyusunan laporan desiminasi
awal.
Semoga Allah SWT senantiasa membalas budi baik semua pihak
yang telah memberikan kesempatan, dukungan dan bantuan dalam
menyelesaikan laporan desiminasi awal

Surabaya, 09 Oktober 2019

Tim Praktik Manajemen Keperawatan


Ruang PPJT Lt.3 RSUD Dr. Soetomo

iv
DAFTAR ISI

Cover dalam .............................................................................................. i


Lembar Pengesahan...................................................................................ii
Kata Pengantar.......................................................................................... iii
Daftar Isi................................................................................................... v
Daftar Gambar.......................................................................................... vi
Daftar Tabel..............................................................................................vii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1..LatarBelakang.........................................................................1
1.2..Tujuan.....................................................................................4
1.2.1 Tujuan umum................................................................4
1.2.2 Tujuan khusus...............................................................4
1.3..Manfaat...................................................................................5
1.3.1 Bagi pasien....................................................................5
1.3.2 Bagi rumah sakit............................................................5
1.3.3 Bagi perawat..................................................................6
BAB 2 PENGKAJIAN
2.1 Pengumpulan Data..................................................................7
2.1.1 Orientasi Ruangan dan Rumah Sakit............................7
2.1.2 Analisa SWOT..............................................................56
2.2 Hasil FGD...............................................................................68
2.3 Identifikasi masalah................................................................72
2.4 Prioritas masalah.....................................................................73
BAB 3 PERENCANAAN
3.1 Pengorganisasian....................................................................75
3.2 Strategi Pelaksanaan...............................................................75
3.2.1 Timbang Terima............................................................75
3.2.2 Ronde Keperawatan .....................................................79
3.2.3 Penerimaan Pasien Baru................................................82
3.3 Plan Of Action........................................................................89

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................95
LAMPIRAN .............................................................................................96

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Instalasi Rawat Inap Ruang Pusat


Pelayanan Jantung Terpadu Lt3 RSUD Dr.Soetomo
Surabaya 9
Gambar 2.2 Denah Ruangan Instalasi Rawat Inap Ruang Pusat
Pelayanan Jantung Terpadu Lt3 RSUD Dr.Soetomo
Surabaya 21
Gambar 2.3 Alur Pengadaan Barang di Instalasi Rawat Inap Ruang
Pusat Pelayanan Jantung Terpadu Lt3 RSUD Dr.Soetomo
Surabaya 30
Gambar 2.4 Diagram Alur Timbang Terima (Nursalam, 2011) 32
Gambar 2.5 Alur Sentralisasi Obat (Nursalam, 2011) 35
Gambar 2.6 Alur Pelayanan Farmasi Ruang Rawat Inap PPJT Lt. 3
RSUD Dr. Soetomo Surabaya (Wawancara Staff Farmasi
PPJT Lt. 3, 2019) 37

Gambar 2.7 Bagan Alur Penerimaan Pasien Baru (Nursalam, 2014) 39

Gambar 2.8 Diagram Layang SWOT 67

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Daftar Nama Perawat Instalasi Rawat Inap Ruang Pusat
Pelayanan Jantung Terpadu Lt3 RSUD Dr.Soetomo
Surabaya................................................................................ 10
Tabel 2.2 Daftar Kualifikasi Pendidikan Ketenagaan Instalasi Rawat
Inap Ruang Pusat Pelayanan Jantung Terpadu Lt3 RSUD
Dr.Soetomo Surabaya Bulan Oktober 2019………………. 12
Tabel 2.3 Daftar Tenaga Non Medis Instalasi Rawat Inap Ruang
Pusat Pelayanan Jantung Terpadu Lt3 RSUD Dr.Soetomo
Surabaya Bulan Oktober 2019…………………...………... 12
Tabel 2.4 Daftar kasus terbanyak diInstalasi Rawat Inap Ruang Pusat
Pelayanan Jantung Terpadu Lt3 RSUD Dr.Soetomo
Surabaya Bulan Oktober 2019 ……………………………. 12
Tabel 2.5 Daftar kasus terbanyak diInstalasi Rawat Inap Ruang Pusat
Pelayanan Jantung Terpadu Lt3 RSUD Dr.Soetomo Surabaya
tanggal 7 Oktober 2019 …………………………………………. 13
Tabel 2.6 Nilai Standar Jumlah Perawat Per Shift Berdasarkan
Klasifikasi Klien …………………………………………... 14
Tabel 2.7 Tingkat Ketergantungan Klien di Instalasi Rawat Inap
Ruang Pusat Pelayanan Jantung Terpadu Lt3 RSUD
Dr.Soetomo Surabaya Bulan Oktober 2019……………...... 15
Tabel 2.8 Beban Kerja Perawat di Instalasi Rawat Inap Ruang Pusat
Pelayanan Jantung Terpadu Lt.3 RSUD Dr.Soetomo
Surabaya 7 Oktober 2019…………………………………... 18
Tabel 2.9 Perbandingan Jumlah Tempat Tidur, Toilet dan Kamar
Mandi Kepmenkes No 1204/Menkes/SK/X/2010 Tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Di Rumah
Sakit………………………………………………………... 22
Tabel 2.10 Indeks Perbandingan Jumlah Karyawan dengan Jumlah
Toilet dan Kamar Mandi ………………………………….. 23
Tabel 2.11 Fasilitas klien di Instalasi Rawat Inap Ruang Pusat Pelayanan
Jantung Terpadu Lt3 RSUD Dr.Soetomo Surabaya Bulan
September - Oktober 2019 (Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Nomor 340/MENKES/III/2010) 23
Tabel 2.12 Peralatan Medis di Instalasi Rawat Inap Ruang Pusat
Pelayanan Jantung Terpadu Lt3 RSUD Dr.Soetomo
Surabaya ……………………………...…………………… 24
Tabel 2.13 Stok Obat Emergency pada 08 Oktober 2019 di ruang PPJT
Lt 3 RSUD Dr. Soetomo Surabaya ..……………………… 26
Tabel 2.14 Jenis pembiayaan di Instalasi Rawat Inap Ruang Pusat
Pelayanan Jantung Terpadu Lt.3 RSUD Dr.Soetomo Surabaya
pada tanggal 07 Oktober 2019 ………………………………….. 42
Tabel 2.15 Tarif pelayanan di Instalasi Rawat Inap Ruang Pusat Pelayanan
Jantung Terpadu Lt.3 RSUD Dr.Soetomo Surabaya …………… 43
Tabel 2.16 Status kepegawaian dan golongan karyawan di Instalasi Rawat
Inap Ruang Pusat Pelayanan Jantung Terpadu Lt.3 RSUD
Dr.Soetomo Surabaya …………………………………………... 45

vii
Tabel 2.17 Angka Kejadian Plebitis tanggal 7 Oktober 2019 dan bulan
september 2019 di Ruang PPJ lt3 RSUD Dr. Soetomo
Surabaya ………………………………………………….. 49
Tabel 2.18 Angka Kejadian Dekubitus Bulan September 2019………..
50
Tabel 2.19 Angka Kejadian Dekubitus 7-8 Oktober 2019……...……...
50
Tabel 2.20 Angka Kejadian Resiko Jatuh 7-8 Oktober 2019…………..
51
Tabel 2.21 Angka Kepuasan Pasien Tanggal 8 Oktober 2019...……….
51
Tabel 2.22 Angka Kenyamanan (Nyeri) Tanggal 7-8 Oktober 2019…..
52
Tabel 2.23 Angka Kecemasan Tanggal 8 Oktober 2019.……………....
52
Tabel 2.24 Angka Perawatan Diri tanggal 8 Oktober 2019……...……. 53

Tabel 2.25 Angka Pengetahuan Tanggal 7 Oktober 2019 …………….. 53

Tabel 2.26 Angka LOS (Length of Stay) Tanggal 7-8 Oktober


2019…………………………………………………...…… 53
Tabel 2.27 Angka Variasi Klien Tanggal 7 Oktober
2019………………………………..………………………. 54
Tabel 2.28 Tabel Mahasiswa Praktik Keperawatan …………………...
54
Tabel 2.29 Analisa SWOT ……………………………………………. 56

Tabel 2.30 Hasil Forum Group Disscussion dengan Kepala


Keperawatan Instalasi PPJT, Kepala Ruang PPJT Lt. 3 dan
Perawat Primer Ruang PPJT Lt.3 RSUD Dr. Soetomo
Surabaya ………………………………………..…………. 68
Tabel 2.31 Prioritas Masalah berdasarkan CARL (Capability, Accesbility,
Relevancy, Leverage) menurut Nursalam (2015)……………….. 73
Tabel 2.32 Tabel Plan of Action di Ruang PPJT Lt.3 RSUD Dr.
Soetomo Surabaya pada tanggal 8 Oktober 2019…………. 89

viii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rumah sakit sebagai salah satu organisasi pelayanan kesehatan
telah memiliki otonomi, sehingga pihak rumah sakit dituntut untuk
memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya dengan manajemen yang
efektif. Salah satu upaya untuk menunjang pelayanan keperawatan di
rumah sakit adalah dengan melakukan perubahan pelayanan. Dalam
melakukan perubahan pelayanan ini diperlukan ilmu manajemen yang
mengembangkan dasar teori dari berbagai ilmu seperti bisnis, psikologi,
sosiologi, dan antropologi (Nursalam, 2015). Manajemen merupakan
proses pelaksanaan kegiatan organisasi melalui upaya orang lain untuk
mencapai tujuan bersama. Proses manajemen keperawatan dalam
aplikasinya di lapangan sejajar dengan proses keperawatan sehingga
keberadaan manajemen keperawatan dimaksudkan untuk mempermudah
proses keperawatan sehingga dapat mengarahkan keperawatan menuju
profesionalisme (Arwani dalam Nursalam 2015).
Adapun proses dalam melaksanakan manajemen keperawatan
terdiri dari proses pengumpulan data, identifikasi masalah, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi hasil. Proses tersebut sama halnya dengan
melaksanakan proses keperawatan, namun manajemen keperawatan
mempunyai kekhususan terhadap mayoritas tenaga daripada seorang
pegawai, sehingga setiap tahapan didalam proses manajemen lebih rumit
dibandingkan proses keperawatan. Konsep yang harus dikuasai adalah
konsep tentang pengelolaan bahan, konsep manajemen keperawatan,
perencanaan, yang berupa rencana strategis melalui pendekatan:
pengumpulan data, analisis SWOT dan penyusunan langkah-langkah
perencanaan, pelaksanaan secara operasional, khususnya dalam
pelaksanaan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) dan
melakukan pengawasan dan pengendalian (Nursalam, 2015).

1
2

Profesionalisme perawat dapat diwujudkan dibidang pelayanan


kesehatan di rumah sakit. Salah satu usaha untuk memberikan pelayanan
yang berkualitas dan professional tersebut adalah pengembangan model
asuhan keperawatan professional (MAKP) yang memungkinkan perawat
professional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk
lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut. Perawat dapat
memahami tugas dan tanggung jawabnya terhadap pasien sejak masuk
hingga keluar rumah sakit dengan adanya MAKP. Implementasi MAKP
harus ditunjang dengan sumber daya manusia, sarana dan prasarana yang
memadai. MAKP sangat bermanfaat bagi perawat, dokter, pasien dan
profesi lain dalam melaksanakan asuhan keperawatan (Nursalam, 2015).
Berdasarkan hasil pengkajian awal pada tanggal 07 - 08 Oktober
2019 didapatkan data bahwa metode asuhan keperawatan yang diterapkan
di Instalasi Rawat Inap Ruang Pusat Pelayanan Jantung Terpadu Lt3
RSUD Dr.Soetomo Surabaya adalah Model Modular. Berdasarkan jenis
metode penugasan ini satu orang perawat bertanggung jawab penuh
selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien/klien
masuk hingga keluar dari rumah sakit. Bentuk modifikasi dari metode ini
berupa penugasan 2 Perawat Primer (PP) yang bertanggung jawab
terhadap pasien yang masuk dan ada di ruangan, dibantu dengan 14
Perawat Associate (PA). Perawat Primer dalam pelaksanaannya
memungkinkan untuk menjadi Nurse in Charge, yakni perawat yang
bertanggung jawab sebagai ketua tim per shift dan beberapa tugas dalam
mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan
kepada disiplin lain maupun perawat lain. Keuntungan yang dirasakan
dalam penerapan adalah klien merasa dimanusiakan karena kebutuhannya
terpenuhi secara individu. Disamping itu asuhan keperawatan yang
diberikan memiliki mutu yang tinggi serta bentuk pengobatan, dukungan,
proteksi, informasi dan advokasi menjadi pelayanan yang efektif tercapai.
Kelemahannya adalah hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki
pengalaman dan pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self
direction, kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai
3

keperawatan klinis, penuh pertimbangan, serta mampu berkolaborasi


dengan berbagai disiplin ilmu (Nursalam, 2015).
Dokumentasi keperawatan yang dilakukan di Instalasi Rawat Inap
Ruang Pusat Pelayanan Jantung Terpadu Lt.3 RSUD Dr. Soetomo
Surabaya masih kurang optimal dikarenakan sebagian perawat merasa
menambah beban kerja dan menyita waktu banyak. Timbang terima yang
dilakukan juga kurang optimal dimana format untuk timbang terima yang
digunakan masih tidak baku, membutuhkan banyak waktu untuk
pengerjaannya, dan tidak ada penulisan untuk masalah keperawatan yang
muncul pada pasien hanya ada diagnosis medis saja. Discharge planning
di Instalasi Rawat Inap Ruang Pusat Pelayanan Jantung Terpadu Lt.3
RSUD Dr. Soetomo Surabaya sudah dilakukan tetapi kurang optimal
karena pembagian tugas kurang jelas serta belum tersedianya leaflet bagi
pasien yang akan pulang.
Model Asuhan Keperawatan Profesional saat ini yang sering
digunakan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat adalah
metode Primary Nursing. Metode Primary Nursing merupakan suatu
metode yang memberikan tugas kepada satu orang perawat untuk
bertanggung jawab penuh sampai keluar Rumah Sakit. Metode primer ini
ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus-menerus antara pasien
dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan, dan
koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat (Nursalam, 2014).
Model keperawatan profesional ini keuntungan yang dirasakan yaitu
pasien dapat merasa dimanusiawikan karena terpenuhinya kebutuhan
secara individu, asuhan yang diberikan dapat bermutu tinggi, dan tercapai
pelayanan yang efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi,
informasi, dan advokasi. Adapun kelemahan model keperawatan ini adalah
hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan
pengetahuan yang memadai dengan kriteri asertif, self direction,
kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan
klinis, penuh pertimbangan, serta mampu berkolaborasi dengan berbagai
disiplin ilmu. (Nursalam, 2015).
4

Berdasarkan uraian di atas, maka mahasiswa Program Pendidikan


Profesi Ners (P3N) program B angkatan 2014 mencoba menerapkan
Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) dengan metode
pelayanan asuhan keperawatan Modification of Primary Nursing di
Instalasi Rawat Inap Ruang Pusat Pelayanan Jantung Terpadu Lt3 RSUD
Dr.Soetomo Surabaya. Diharapkan model asuhan keperawatan ini mampu
menyelesaikan masalah dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
profesional sehingga mampu memenuhi tuntutan masyarakat akan
pelayanan kesehatan.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan program profesi manajemen keperawatan,
mahasiswa diharapkan mampu menerapkan prinsip-prinsip manajemen
keperawatan prime rdalam melaksanakan Model Asuhan Keperawatan
Profesional (MAKP) di Instalasi Rawat Inap Ruang Pusat Pelayanan
Jantung Terpadu Lt3 RSUD Dr.Soetomo Surabaya.
1.2.2 Tujuan Khusus
Dalam program profesi Manajemen Keperawatan diharapkan mahasiswa
mampu:
1. Melaksanakan pengkajian situasi ruangan di Instalasi Rawat Inap Ruang
Pusat Pelayanan Jantung Terpadu Lt3 RSUD Dr.Soetomo Surabaya
2. Melaksanakan analisis situasi berdasarkan analisa SWOT.
3. Menentukan prioritas masalah.
4. Menyusun plan of action ruangan berdasarkan hasil pengkajian dan
masalah yang ditemukan pada pelaksanaan manajemen keperawatan
meliputi: Ketenagaan (M1), Sarana Prasarana (M2), Metode (M3) yang
terdiri dari: Timbang Terima, Penerimaan Pasien Baru, Sentralisasi Obat,
Supervisi Keperawatan, Discharge Planning, Dokumentasi Keperawatan,
Keuangan (M4), Mutu (M5).
5. Melaksanakan plan of action ruangan berdasarkan hasil pengkajian
manajemen keperawatan meliputi: Ketenagaan (M1), Sarana Prasarana
5

(M2), Metode (M3) yang terdiri dari: Timbang Terima, Penerimaan Pasien
Baru, Sentralisasi Obat, Supervisi Keperawatan, Discharge Planning,
Dokumentasi Keperawatan, Keuangan (M4), Mutu (M5).
6. Mengevaluasi pelaksanaan plan of action ruangan berdasarkan hasil
pengkajian manajemen keperawatan meliputi: Ketenagaan (M1), Sarana
Prasarana (M2), Metode (M3) yang terdiri dari: Timbang Terima,;
Penerimaan Pasien Baru; Sentralisasi Obat; Supervisi Keperawatan,;
Discharge Planning; Dokumentasi Keperawatan; Ronde Keperawatan,
Keuangan (M4), Mutu (M5).

1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Pasien
Tercapainya kepuasan pasien terkait dengan patient safety yang
optimal meliputi identifikasi pasien, komunikasi yang efektif, ketepatan
dalam pemberian obat, ketepatan lokasi operasi, penurunan resiko infeksi
nosokomial dan penurunan resiko jatuh pasien selama dilakukan perawatan.
1.3.2 Bagi Rumah Sakit
1. M1 (Man)
Setelah dilakukan praktik manajemen keperawatan, di Instalasi Rawat
Inap Ruang Pusat Pelayanan Jantung Terpadu Lt3 RSUD Dr.Soetomo
Surabaya dapat menerapkan metode MAKP primer, kebutuhan jumlah
tenaga perawat yang proporsional untuk melakukan perawatan klien serta
adanya perhitungan BOR per shift.
2. M2 (Material)
Dapat membantu mengajukan peralatan yang kurang dan membantu
administrasi pengelolaan material sesuai standart JCI.
3. M3 (Methode)
a. Dapat meningkatkan pelayanan keperawatan kepada pasien secara
menyeluruh
b. Dapat menurunkan hari perawatan
c. Sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan manajemen,
khususnya manajemen keperawatan yang berimplikasi pada
6

pendokumentasian asuhan keperawatan yang terkait dengan


perencanaan ulang di rumah sakit
4. M4 (Money)
Mendapatkan perawat yang loyalitas untuk rumah sakit dikarenakan gaji
yang diberikan sudah sesuai dengan beban kerja yang diberikan serta
perhitungan remunerasi yang transparan
5. M5 (Mutu)
Dapat meningkatkan kualitas keselamatan pasien sesuai standart JCI dan
meningkatkan mutu kepuasan pelayanan pasien di Instalasi Rawat Inap
Ruang Pusat Pelayanan Jantung Terpadu Lt3 RSUD Dr. Soetomo
Surabaya RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
1.3.3 Bagi Perawat
1. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal.
2. Terbinanya hubungan antara perawat dengan perawat, perawat dengan
tim kesehatan yang lain, dan perawat dengan pasien serta keluarga.
3. Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin diri perawat.
4. Meningkatkan profesionalisme keperawatan.
BAB 2
PENGKAJIAN

2.1 Pengumpulan Data


Dalam bab ini akan disajikan tentang tahapan proses pengkajian
yang meliputi pengumpulan data, analisis SWOT dan identifikasi masalah.
Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 07 - 08 Oktober 2019.
2.1.1 Orientasi Ruangan dan Rumah Sakit
1. Visi RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Menjadi rumah sakit tersier yang terpercaya, aman, bermutu tinggi dan
mandiri
2. Misi RSUD Dr. Soetomo Surabaya
1) Menelenggarakan pelayanan dan jejaring pelayanan sebagai rumah
sakit rujukan tersier yang aman, bermutu tinggi dan terjangkau.
2) Menyelenggarakan pendidikan dan penelitian tenaga kerjakesehatan
yang berintegritas tinggi, profesional, inovatif danmelakukan jejaring
pendidikan penelitian yang terintegrasi (Academic Health Care), pusat
pengembangan bidang kesehatan yang bermutu tinggi serta
mewujudkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal.
3) Mewujudkan kehandalan sarana dan prasarana penunjang pelayanan
yang terstandar serta lingkungan kerja yang aman dan nyaman.
4) Menyelenggarakan tata kelola organisasi yang terintegrasi, efektif
efisien dan akuntabel.
3. Motto RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Noto roso, among roso, mijil tresno, agawe karyo
“Saya senantiasa mengutamakan kesehatan penderita”
4. Visi Instalasi Rawat Inap Ruang Pusat Pelayanan Jantung Terpadu Lt3
RSUD Dr.Soetomo Surabaya
Menjadikan Ruang PPJT Lt3 terbaik di lingkungan RSUD Dr. Soetomo
Surabaya
5. Misi Instalasi Rawat Inap Ruang Pusat Pelayanan Jantung Terpadu Lt3
RSUD Dr.Soetomo Surabaya

7
8

1) Meningkatkan mutu pelayanan dengan tindakan perawatan profesional


2) Memberikan pelayanan dengan jujur dan ikhlas
3) Meningkatkan lingkungan yang aman nyaman bagi pasien dan petugas
4) Meningkatkan iklim kerjasama yang baik dengan profesi lain
5) Meningkatkan program pelaksanaan pendidikan berbasis kompetensi
6. Moto Instalasi Rawat Inap Ruang Pusat Pelayanan Jantung Terpadu Lt3
RSUD Dr.Soetomo Surabaya
“Rukun agawe sentoso, congkrah agae bubrah, dengan lingkungan yang
nyaman akan bisa bekerja maksimal untuk pasien”.

A. Ketenagaan (M1-Man)
Analisis ketenagaan perawat mencakup jumlah tenaga keperawatan
dan non keperawatan, keunggulan dari Instalasi Rawat Inap Ruang Pusat
Pelayanan Jantung Terpadu Lt3 RSUD Dr.Soetomo Surabaya adalah telah
menerapkan model keperawatan MAKP dalam pelaksanaan proses
keperawatan. Instalasi Rawat Inap Ruang Pusat Pelayanan Jantung Terpadu
Lt3 RSUD Dr.Soetomo Surabaya memiliki tenaga perawat sebanyak 16 orang
dimana terdapat kualifikasi S1 sebanyak 3 orang (25%), D4 keperawatan
sebanyak 3 orang (18,75%) dan jumlah tenaga D3 keperawatan sebanyak 9
orang (56,25%). Selain tenaga perawat juga terdapat tenaga kerja lain seperti
tenaga pekarya kesehatan sebanyak 3 orang, pekarya rumah tangga sebanyak
2 orang, dan rekam medis 1 orang. Selain itu Ruang Pusat Pelayanan Jantung
Terpadu Lt.3 memiliki beberapa tenaga keperawatan yang telah mengikuti
beberapa pelatihan, dan sebagian besar memiliki kemampuan di bidang
critical care.
9

1. Struktur Organisasi Instalasi Rawat Inap Ruang Pusat Pelayanan


Jantung Terpadu Lt3 RSUD Dr.Soetomo Surabaya

Kepala ruangan
Ratna Rosyidati R. S.ST

Perawat primer Perawat primer

Perawat assosiate Perawat assosiate

Pekarya kesehatan Pekarya rumah tangga

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Instalasi Rawat Inap Ruang Pusat Pelayanan
Jantung Terpadu Lt3 RSUD Dr.Soetomo Surabaya

2. Daftar Perawat Instalasi Rawat Inap Ruang Pusat Pelayanan Jantung


Terpadu Lt3 RSUD Dr.Soetomo Surabaya Bulan September 2019
Tabel 2.1 Daftar Nama Perawat Instalasi Rawat Inap Ruang Pusat Pelayanan
Jantung Terpadu Lt3 RSUD Dr.Soetomo Surabaya
Lama
Pendidikan Kerja di
No Nama Jabatan Pelatihan
Terakhir Ruangan
(Th)
1 Ratna Rosyidati Kepala D4 1 tahun Pra tugas, BLS, PPGD,
R, S.ST Ruangan Dalin, PKRS, LKE,
K3RS, ASKEP,
transfuse, PPOSR, AT,
LSH, flu burung, paliatif,
PPGD advent,
kemoterapi, pasien
safety, CI, penanganan
kritis, Manajemen,
mutu/GKM, audit,
PPRA, SP2KP, jenjang
karir, JCI, PPI,
komunikasi efektif, QPS,
EKG, managemen
bangsal, preseptor, etik
profesi.
10

Lama
Pendidikan Kerja di
No Nama Jabatan Pelatihan
Terakhir Ruangan
(Th)
2 Binafsih S.ST Perawat D4 29 Pratugas, BLS, Dalin,
Penyelia HIV, manajemen (2006),
CI, PKMRS, LKE,
BCLS (2008), Flu
burung, transfuse, SIM,
ECG, Laborat,
Radiologi, Rehabilitasi,
PPOSR, paliatif (2005),
Audit Kep, Kep PPGD,
PPi., K3RS, JCI, POCT.
3 Nuriyah, S.ST Pelaksana D4 18 PPGD (2014), EKG LSH
& BLS (2014), Askep
Bedah (2009), Paliatif
(2009), EKG (2004),
Problem Solving (2007),
PPGD (2011),
Plebotomy (2014)
Perawatan
Kardiovaskuler (2013),
Radiologi, PPI, K3RS,
Pasien Safety, JCI,
Tehnik Aseptik (2017),
First Responden (2017),
PKMRS (2018), PPRA
(2018), PCOT (2018),
Ppra (2019).
4 Diah Pelaksana D3 16 BLS, DALIN, HIV,
Handayani, ECG, PKMRS, PPGD,
Amd.Kep ECG, PPI, K3RS, JCI,
pasien safety,
PALIATIF,
5 Masfiya Pelaksana D3 BLS, ECG, PKMRS,
Chasana . Amd PPGD, ECG, PPI, K3RS,
Kep. JCI, pasien safety
6 Yeni Indayati, Pelaksana D3 11 BLS, ECG, PKMRS,
Amd.Kep PPGD, ECG, PPI, K3RS,
JCI, pasien safety, QPS,
GKM.
7 Sriyani, Pelaksana D3 7 BLS, ECG, PKMRS,
Amd.Kep PPGD, ECG, PPI, K3RS,
JCI, pasien safety, QPS,
GKM, code blue.
8 Diah Sari Pelaksana D3 5 BLS, ECG, PKMRS,
Rahayu, PPGD, ECG, PPI, K3RS,
Amd.Kep JCI, pasien safety,
PLEBOTOMI, onkologi,
kemoterapi
9 Fierda Yuli Pelaksana D3 5 BLS, ECG, PKMRS,
11

Lama
Pendidikan Kerja di
No Nama Jabatan Pelatihan
Terakhir Ruangan
(Th)
Effendi, PPGD, PPI, K3RS, JCI,
Amd.Kep pasien safety, first
responden, tehnik
aseptic, bimtek SDKI.
10 Siti Lailatus Pelaksana D3 4 BLS, ECG, PKMRS,
Shaidah, PPGD, PPI, K3RS, JCI,
Amd.Kep pasien safety.
11 Ridwan Julian, Pelaksana D3 2 PPI, K3RS, JCI, pasien
Amd.Kep safety,
12 Febrina Pelaksana S1 2 GELS, PKMRS, EKG
Tarihoran,
S.Kep.Ns
13 Rahmat H, Pelaksana S1 2 BLS, ECG, PKMRS,
S.Kep.Ns PPGD, PPI, K3RS, JCI,
pasien safety, ETIK.
14 Nova Pelaksana D3 1 -
Widyastuti,
Amd.Kep
15 Nadia Febriani Pelaksana D3 BLS, BTCLS
A, Amd.Kep

3. Tenaga medis
Tabel 2.2 Daftar Kualifikasi Pendidikan Ketenagaan Instalasi Rawat Inap Ruang
Pusat Pelayanan Jantung Terpadu Lt3 RSUD Dr.Soetomo Surabaya
Bulan September 2019

NO Kualifikasi Jumlah Jenis


1 D4 Keperawatan 3 3 PNS
2 S1 Keperawatan 3 3 BLUD
3 D3 Keperawatan 11 1 PNS, 8 BLUD
4 SMA 5 5 PNS

4. Tenaga Non Medis


Tabel 2.3 Daftar Tenaga Non Medis Instalasi Rawat Inap Ruang Pusat Pelayanan
Jantung Terpadu Lt3 RSUD Dr.Soetomo Surabaya Bulan September
2019

No. Nama Jumlah


1. Rekam Medis 1
2. Pekarya Kesehatan 3
3. Pekarya RT 2
12

5. Daftar Kasus Terbanyak


Tabel 2.4 Daftar kasus terbanyak diInstalasi Rawat Inap Ruang Pusat Pelayanan
Jantung Terpadu Lt3 RSUD Dr.Soetomo Surabaya Bulan
Sempember 2019

No. Klasifikasi Jumlah


1. Acute transmural myocardial infarction 3
of inferior wall
2. Acute transmural myocardial infarction 2
of anterior wall
3. Pleural effusion 2
4. Atrioventricular block, complete 4
5. Pericardial effusion 3
6. Non insulin dependent diabetes mellitus 2
with multiple complications
7. Hypokalemia 3
8. Heart failure 3
9. Atrial fibrilasi and flutter 2
10. Essential (primary) hypertension 3

6. Daftar Diagnosa Keperawatan Terbanyak


Tabel 2.5 Daftar kasus terbanyak diInstalasi Rawat Inap Ruang Pusat Pelayanan
Jantung Terpadu Lt3 RSUD Dr.Soetomo Surabaya tanggal 7 Oktober 2019

No. Klasifikasi Jumlah


1. Risiko Penurunan Curah Jantung 16
2. Pola Napas Tidak Efektif 2
3. Nyeri 1
4. Risiko Perdarahan 1
TOTAL 20

7. Tingkat Ketergantungan Klien dan Kebutuhan Tenaga Perawat


1) Rasio
Instalasi Rawat Inap Ruang Pusat Pelayanan Jantung Terpadu Lt3
RSUD Dr.Soetomo Surabaya merupakan RS tipe A dengan jumlah
tempat tidur 26 buah, maka seorang pimpinan tenaga keperawatan akan
memperhitungkan jumlah tenaga keperawatan adalah:
1/1 x 26 = 26 Orang
Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan untuk rumah sakit tersebut
adalah 26 orang.

2) Metode Douglas
13

Bagi klien rawat inap, standar waktu pelayanan klien antaralain:


a) Perawatan minimal memerlukan waktu 1 s/d 2 jam /24 jam
b) Perawatan intermediet memerlukan waktu 3 s/d 4 jam /24 jam
c) Perawatan maksimal/total memerlukan waktu 5 s/d 6 jam / 24 jam
Menurut Douglas (1984) dalam Nursalam (2014) penerapan
sistem klasifikasi klien dengan tingat kategori tersebut adalah
sebagai berikut:
(1) Kategori I: perawatan mandiri
Kriteria klien pada klasifikasi ini adalah klien masih dapat
melakukan sendiri kebersihan diri, mandi, ganti pakaian, makan,
minum, penampilan secara umum baik, tidak ada reaksi
emosional. Klien perlu dilakukan diawasi ketika melakukan
ambulasi atau gerakan. Klien perlu dilakukan observasi setiap
shift, pengobatan minimal, dan persiapan prosedur memerlukan
pengobatan.
(2) Kategori II: Perawatan intermediet
Kriteria klien pada klasifikasi ini adalah memerlukan bantuan
untuk melakukan kegiatan sehari-hari seperti makan, mengatur
posisi waktu makan, member dorongan agar makan, bantuan
dalam eliminasi dan kebersihan diri, tindakan keperawatan
untuk memonitor tanda-tanda vital, fungsi fisiologis, status
emosional, kelancaran drainase, bantuan dalam pendidikan
kesehatan serta kesiapan pengobatan memerlukan prosedur.
(3) Kategori III: Perawatan total
Kriteria klien pada klasifikasi ini adalah tidak dapat melakukan
sendiri kebutuhan sehari-harinya, semua kebutuhan dibantu oleh
perawat, penampilan klien sakit berat, klien memerlukan
observasi tanda vital setiap dua jam,menggunakan selang
nasogastrik (NGT), menggunakan terapi intravena, pemakaian
alat penghisap (suction) dan kadang klien dalam kondisi
gelisah/disoriented.
Menurut Douglas (1984) dalam Nursalam (2014)
14

menetapkan jumlah perawat yang dibutuhkan dalam suatu unit


perawatan berdasarkan klasifikasi klien, dimana masing-masing
kategori mempunyai nilai standar pershift.
Tabel 2.6 Nilai Standar Jumlah Perawat Per Shift Berdasarkan Klasifikasi
Klien

Jumlah Klasifikasi Klien


Klien Minimal Parsial Total
P S M P S M P S M
1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,1 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 0,20 0,54 0,30 0,14 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,42 0,30 0,81 0,45 0,21 1,08 0,90 0,60
Dst
Tingkat ketergantungan menurut Ratna Sitorus (2006) dalam
Nursalam (2011), klien dan kebutuhan perawat secara keseluruhan di
Instalasi Rawat Inap Ruang Pusat Pelayanan Jantung Terpadu Lt3 RSUD
Dr.Soetomo Surabaya tanggal 07 Oktober 2019.
Tabel 2.7 Tingkat Ketergantungan Klien di Instalasi Rawat Inap Ruang Pusat
Pelayanan Jantung Terpadu Lt3 RSUD Dr.Soetomo Surabaya Bulan
7 Oktober 2019

Klasifikasi Jumlah Kebutuhan tenaga perawat


Klien klien Pagi Sore Malam
Minimal care 6 6x0,17= 1,02 6x0,14= 6x0,07= 0,42
Partial care 9 9x0,27= 2,97 9x0,15= 1,65 9x0,1= 0,1
Total care 2 2x0,36= 1,08 2x0,30= 0,9 2x0,2= 0,4
Total 17 4,17 2,79 0,92

Total tenaga perawat


Pagi : 6 orang
Sore : 5 orang
Malam : 3 orang +
Total : 14 orang
Jumlah tenaga yang lepas dinas per hari: Keterangan: angka 86 merupakan
86 x 14 = 4,31 (Dibulatkan 5 orang) jumlah hari libur atau lepas dinas dalam
1 tahun, sedangkan 279 adalah jumlah
279
hari kerja efektif dalam 1 tahun.

Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas per hari di Instalasi
Rawat Inap Ruang Pusat Pelayanan Jantung Terpadu Lt.3 RSUD Dr.
15

Soetomo Surabaya adalah 12 orang (2 orang tenaga kepala ruang dan wakil) +
4 orang lepas dinas = 16 orang.
3) Metode Gillies
Tingkat ketergantungan klien dan kebutuhan tenaga keperawatan
dengan Metode Gillies di Ruang Jantung Terpadu Lt.3 RSUD Dr.Soetomo
Surabaya 07 Oktober 2019.

Rumus: Ax Bx C = F =H
(C – D) x E G
Keterangan:
A : Rata-rata jumlah perawatan/klien/hari
B : Rata-rata jumlah klien/hari
C : Jumlah hari/tahun
D : Jumlah hari libur masing-masing perawat
E : Jumlah hari kerja masing-masing perawat
F : Jumlah jam perawatan yang diberikan perawat/tahun
G : Jumlah jam perawatan yang diberikan perawat/tahun
H : Jumlah perawat yang dibutuhkan untuk unit tersebut

a. Tingkat ketergantungan klien dan kebutuhan tenaga keperawatan dengan


Metode Gillies di Instalasi Rawat Inap Ruang Pusat Pelayanan Jantung
Terpadu Lt3 RSUD Dr.Soetomo Surabayahari Senin, 07 Oktober 2019.
Kapasitas : 26 Bed
Pasien : 20 orang
Mandiri : 6 orang
Parsial : 12 orang
Total : 2 orang

1. Jam Keperawatan yang dibutuhkan pasien perhari


a. Keperawatan langsung
Mandiri : 6 x 2 = 12 jam
Parsial : 12 x 3 = 36 jam
Total : 2 x 6 = 12 jam +
Jumlah 60 jam
16

b. Tidak Langsung : 20 x 1 jam = 20 jam


c. Pendidikan Kesehatan : 20 x 0,25 jam = 5 jam
Total jam secara keseluruhan = 85 jam
2. Jumlah total jam keperawatan yang dibutuhkan per pasien perhari
adalah 85 jam : 20 pasien = 4,25 jam dibulatkan 4 jam
3. Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan pada ruangan
tersebut adalah dengan rumus Gillies, sehingga didapatkan hasil
sebagai berikut:
4 jam/pasien/hari x 20 pasien/hari x 365hari = 29200 = 14,43 = 14 orang
(365 hari- 76) x 7 jam 2023
20 % x 6 = 1,2 = 1 orang
Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan secara keseluruhan 14 + 1 orang =
15 orang
4. Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan yang dibutuhkan
perhari
20 orang x 4 jam = 11,42 orang
7 jam
5. Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan yang dibutuhkan
per sif menurut Wastler (Swansburg, 1990)
a) Sift pagi 47% x 14 = 6,58 (7 orang)
b) Sift sore 36% x 14 = 5,04 (5 orang)
c) Sift malam 17% x 14= 2,38 (2 orang)
6. Kombinasi menurut Abdellah dan Levinne adalah:
a) 55% x 14 = 7,7 (8 orang) tenaga professional
b) 45% x 14 = 6,3 (6 orang) tenaga nonprofessional
4) Permenkes 262/Menkes/per/VII/1979 menyebutkan bahwa kebutuhan
tenaga perawat di rumah sakit adalah perbandingan jumlah tempat tidur
dibandingkan dengan jumlah perawat, sebagai berikut:
Rumah sakit kelas C : 1 perawat : 1 tempat tidur
Rumah Sakit Kelas A-B : 3-4 perawat : 2 tempat tidur
Sehingga jumlah perawat yang dibutuhkan di Ruang PPJT Lt.3 RSUD
Dr.Soetomo adalah
17

20/3 x 2=13,6 dibulat kan menjadi 14 orang


5) Menurut Depkes
Rawat Inap
Jumlah jam perawatan per hari 85
= = 12,14 =12
jam kerja efektif per shift 7
Faktor koreksi (loss day):
Jumlah hari libur dalam 1 Tahun 86
x Jumlah perawatan tersedia = x 16 =
Jumlah hari kerja efektif 279
4,93 = 5
Non keperawatan
(Jumlah tenaga perawat + loss day) x 25%= 16 + 5 x 25% = 5,25 dibulatan
menjadi 5
Jumlah total: 12 + 5 + 5 = 17 orang

8. Beban Kerja Perawat di Instalasi Rawat Inap Ruang Pusat Pelayanan


Jantung Terpadu Lt3 RSUD Dr.Soetomo Surabaya
Perhitungan beban kerja perawat menggunakan teknik Time and
motion study, teknik ini kita mengamati dan mengikuti dengan cermat
tentang kegiatan personel yang diamati. Melalui teknik ini akan
didapatkan beban kerja personel dan kualitas kerjanya (Nursalam,2014).
1) Shift pagi
Berdasarkan data tabel lampiran 6, didapatkan kegiatan produktif
shift pagi sebanyak 82,73%, sedangkan 17,27% lainnya merupakan
kegiatan non produktif. Data ini juga menunjukan bahwa perbandingan
kegiatan produktif dan non produktif pada shift pagi yaitu 8,3 : 1,7.
Berdasarkan data tabel lampiran 7 didapatkan data bahwa rata-rata
waktu yang digunakan dalam shift pagi yakni 431,07 menit atau setara
dengan 7 jam 11 menit. Proporsi waktu produktif langsung yang dilakukan
perawat pada shift pagi yaitu 152,14 menit, atau setara dengan 2 jam 32
menit, waktu produktif tidak langsung 211,07 menit atau 3 jam 1 menit,
sedangkan waktu non produktif berjumlah 67,86 menit atau 1 jam 8 menit.
Lampiran 8 memberikan informasi bahwa pada saat sift pagi, rata-
rata waktu produktif langsung yaitu 10.06 menit/kegiatan dan waktu
18

produktif tidak langsung 26.67 menit/kegiatan. Informasi ini digunakan


sebagai dasar perhitungan beban kerja
2) Shift siang
Berdasarkan data pada lampiran 9, didapatkan data bahw kegiatan
produktif shift pagi sebanyak 72,44% dan 27,56% lainnya merupakan
kegiatan non produktif. Data ini juga menunjukan bahwa perbandingan
kegiatan produktif dan non produktif yaitu 7,2 : 2,8.
Berdasarkan lampiran 10 diketahui bahwa rata-rata waktu yang
digunakan perawat dalam shift sore yakni 420,00 menit atau setara dengan
7 jam. Proporsi waktu produktif langsung yang dihabiskan perawat dalam
satu shift yaitu 124,09 menit atau setara dengan 2 jam 4 menit, waktu
produktif tidak langsung yakni 174,17 menit atau 2 jam 54 menit,
sedangkan waktu non produktif berjumlah 123,75 menit atau 2 jam 3
menit.
Lampiran 11 memberikan informasi bahwa pada saat sift sore, rata-
rata waktu produktif langsung 9.00 menit/kegiatan dan waktu produktif
tidak langsung 22,81 menit/kegiatan Informasi ini digunakan sebagai dasar
perhitungan beban kerja.
3) Shift malem
Berdasarkan data pada lampiran 12, saat shift malam diketahui
bahwa 61,96% merupakan kegiatan produktif dan 38,04% merupakan
kegiatan non produktif. Data ini juga menunjukan bahwa perbandingan
kegiatan produktif dan non produktif yaitu 6,2 : 3,8.
Berdasarkan lampiran 13 diketahui bahwa rata-rata waktu yang
digunakan responden dalam shift malam yakni 600,00 menit atau setara
dengan 10 jam. Proporsi waktu produktif langsung yang dihabiskan
responden dalam satu shift yaitu 133,18 menit atau setara dengan 2 jam 13
menit, waktu produktif tidak langsung yakni 221.67 menit atau 3 jam 11
menit, sedangkan waktu non produktif berjumlah 245,83 menit atau 3 jam
35 menit.
Lampiran 14 memberikan informasi bahwa pada saat sift malam,
waktu produktif langsung rata-rata 14.78 menit/kegiatan dan waktu
19

produktif tidak langsung 27.71 menit/kegiatan Informasi ini digunakan


sebagai dasar perhitungan beban kerja.
Jumlah perawat yang ada pada Instalasi Rawat Inap Ruang Pusat
Pelayanan Jantung Terpadu Lt3 RSUD Dr.Soetomo Surabaya adalah 12
orang + 3 orang struktural (Kepala ruang, PP1 dan PP 2). Berdasarkan Time
Motion Study di Instalasi Rawat Inap Ruang Pusat Pelayanan Jantung
Terpadu Lt3 pada 14 – 19 Oktober 2019 didapatkan hasil beban kerja objektif
perawat pada shift pagi masuk dalam kriteria beban kerja tinggi (84,25 %),
shift sore masuk dalam kriteria beban kerja sedang (71,42 %) dan shift malam
masuk dalam kriteria beban kerja rendah (59,14 %).
Perawat pada Instalasi Rawat Inap Ruang Pusat Pelayanan Jantung
Terpadu Lt.3 RSUD Dr.Soetomo Surabaya tidak hanya memberikan
pelayanan kesehatan berupa asuhan keperawatan, tapi juga melakukan tugas
diluar wewenang perawat seperti transportasi pasien, sarana prasarana, dan
sebagainya. Sehingga hal ini dapat mempengaruhi nilai ideal antara jumlah
perawat dan jumlah pasien.

B. Sarana dan Prasarana (M2-Material)


Pengkajian data awal dilakukan pada tanggal 07 - 08 Oktober 2019.
Adapun data yang didapat adalah sebagai berikut:
1. Denah Lokasi
Lokasi praktik profesi manajemen adalah di Instalasi Rawat Inap
Ruang Pusat Pelayanan Jantung Terpadu Lt3 RSUD Dr.Soetomo Surabaya
dengan batas-batas sebagai berikut:
1) Sebelah Timur berbatasan dengan gedung transport operasi (GBPT /
Gedung Bedah Pusat Terpadu)
2) Sebelah Barat berbatasan jalan raya bersebrangan dengan lapangan
hockey
3) Sebelah Utara berbatasan IGD / IRD
4) Sebelah Selatan berbatasan GBPT/IBPT
Instalasi Rawat Inap Ruang Pusat Pelayanan Jantung Terpadu Lt3
RSUD Dr.Soetomo Surabaya merupakan ruang perawatan pasien yang
20

terdiri dari 3 kelas, yaitu kelas I, II, dan kelas III. Kelas I terdiri dari tiga
kamar (Kamar 307-309), setiap kamar terdiri dari 2 bed. Kelas II terdiri
dari tiga kamar (Kamar 301-304), setiap kamar terdiri dari 3 bed. Kelas
III terdiri dari dua kamar (Kamar 305-306), setiap kamar terdiri dari empat
bed. Sehingga jumlah kapasitas bed pasien di nstalasi Rawat Inap Ruang
Pusat Pelayanan Jantung Terpadu Lt3 sebanyak 26 bed pasien.

B
313312311 310 309 308

K
J
A D
307
CG H I
EF

p
B
L 301302303 304 305 306 O
N N
M

Gambar 2.2 Denah Ruangan Instalasi Rawat Inap Ruang Pusat Pelayanan Jantung
Terpadu Lt3 RSUD Dr.Soetomo Surabaya

KETERANGAN:
A. Ruang Diskusi
B. Kamar Pasien
C. TU (Rekam Medik)
D. Ruang Alat
E. Dispensing
F. Ruang Kepala Ruang
G. Nurse Station
H. Ruang Intermediet
I. SPH (Spoelhock)
J. Gudang
K. Mushola
21

L. Ruang PKMRS
M. Toilet
N. Lift
O. Ruang Diskusi Perawat
P. Pusat Listrik

2. Data Bed Pasien


Jumlah kapasitas bed pasien di Instalasi Rawat Inap Ruang Pusat
Pelayanan Jantung Terpadu Lt3 RSUD Dr.Soetomo Surabaya berdasarkan
hasil pengkajian tanggal 7 – 9 Oktober 2019, didapatkan sebagai berikut:

1) Kelas 1: terdapat 3 ruangan, setiap ruangan berisi 2 bed pasien, 2 lemari


pasien, 2 kursi penunggu pasien, 2 standart infus, 2 handrub, 1 kamar
mandi dan toilet, 1 washtafel dan 2 tempat sampah (infeksius dan non
infeksius).
2) Kelas 2: terdapat 4 ruangan, setiap ruangan berisi 3 bed pasien ,3 lemari
pasien, 3 kursi penunggu pasien, 3 standart infus, 3 handrub, 1 kamar
mandi dan toilet, 1 washtafel (infeksius dan non infeksius)..
3) Kelas 3: terdapat 2 ruangan, setiap ruangan berisi 4 bed pasien, 4 lemari
pasien, 4 kursi penunggu pasien, 4 standart infus, 4 handrub, 1 kamar
mandi dan toilet, 1 washtafel (infeksius dan non infeksius).

Tabel 2.9 Perbandingan Jumlah Tempat Tidur, Toilet dan Kamar Mandi
Berdasarkan Kepmenkes No 1204/Menkes/SK/X/2010 Tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Di Rumah Sakit
No Jumlah Tempat Tidur Jumlah Toilet Jumlah KM
1 1 s/d 10 1 1
2 11 s/d 20 2 2
3 21 s/d 30 3 3
4 31 s/d 40 4 4
Note : Setiap penambahan 10 tempat tidur harus ditambah 1 toilet dan 1
KM
Sesuai dengan tabel indeks perbandingan jumlah tempat tidur, toilet, dan
jumlah kamar mandi berdasarkan standart Kepmenkes No.
1204/Menkes/SK/X/2010 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan di
Rumah Sakit yang menyatakan bahwa setiap penambahan 10 tempat tidur
harus ditambah 1 toilet dan 1 kamar mandi. Instalasi Rawat Inap Ruang Pusat
22

Pelayanan Jantung Terpadu Lt3 RSUD Dr.Soetomo Surabaya sudah memenuhi


standart tentang jumlah tempat tidur, toilet dan kamar mandi
Instalasi Rawat Inap Ruang Pusat Pelayanan Jantung Terpadu Lt3 RSUD
Dr.Soetomo Surabaya memiliki 15 tenaga perawat, 3 pekarya kesehatan, 2
pekarya rumah tangga, 1 rekam medis dengan jumlah kamar mandi dan toilet
untuk tenaga kesehatan sebanyak 2 ruangan.
Tabel 2.10 Indeks Perbandingan Jumlah Karyawan dengan Jumlah Toilet
dan Kamar Mandi
No Jumlah Karyawan Jumlah Toilet Jumlah KM
1 1 s/d 20 1 1
2 21 s/d 40 2 2
3 41 s/d 60 3 3
4 61 s/d 80 4 4
5 81 s/d 100 5 5
Su
mber: Kemenkes RI (2010)
Sesuai dengan tabel indeks perbandingan jumlah karyawan dengan jumlah
toilet dan jumlah kamar mandi berdasarkan standart Keputusan Menteri
Kesehatan No 1204/Menkes/SK/X/2010 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Di Rumah Sakit, menunjukkan bahwa Instalasi Rawat Inap Ruang
Pusat Pelayanan Jantung Terpadu Lt3 RSUD Dr.Soetomo Surabaya sudah
memenuhi standar tentang jumlah karyawan, toilet dan kamar mandi.
3. Fasilitas dan Sarana
3.1 Fasilitas untuk klien
Tabel 2.11 Fasilitas klien di Instalasi Rawat Inap Ruang Pusat Pelayanan
Jantung Terpadu Lt3 RSUD Dr.Soetomo Surabaya Bulan
September/Oktober 2019 (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Nomor
340/MENKES/III/2010)

N Nama Barang Jumlah Kondisi Standart Ket


o
1 Meja klien 26 buah Baik Sesuai jumlah Sesuai
Bed
2 Bangku tunggu 26 buah Baik 1 / Bed Sesuai
3 Kursi roda 5 buah Baik 2 / ruangan Sesuai
4 Brankar 3 buah Baik 2 / ruangan Sesuai
5 Jam dinding 2 buah Baik 1 / ruangan Belum
sesuai
6 Timbangan BB 1 buah Rusak 1 / ruangan Tidak
sesuai
23

7 Kamar mandi 12 buah Baik 1 : 10 Bed Sesuai


dan WC
8 Ruang diskusi 1 buah Baik 1 ruangan Sesuai
9 Rak handuk 2 buah Baik 1 / ruangan Sesuai
10 Washtafel 12 buah Baik 1 / ruangan Sesuai
11 Ruang tunggu 1 lokasi Baik 1 Sesuai

Kapasitas bed untuk pasien di Instalasi Rawat Inap Ruang Pusat


Pelayanan Jantung Terpadu Lt3 RSUD Dr.Soetomo Surabaya ada 26 bed
dengan 1 kamar mandi untuk klien di setiap kamar, 2 spoelhock dan 1 kamar
mandi untuk pegawai. Terdapat 12 wastafel, 9 di setiap kamar, 2 di spoelhock,
dan 1 di nurse station. Jumlah brankard sebagai alat transport/pemindahan
pasien masih minim yaitu 3 buah dan 4 kursi roda.

3.2 Fasilitas untuk petugas kesehatan


Ruang kepala ruangan berlokasi di selasar menuju arah timur. Kamar
mandi dan WC pegawai bagian tengah nurse station. Nurse station di bagian
tengah selasar. Ruang tata usaha terletak di bagian barat PPJT lt.3. Terdapat 1
ruang mushola di ujung timur. Wastafel dibagian tengah ruangan perawat ada 1
buah. Kursi untuk perawat ada 21 buah.

3.3 Fasilitas dan sarana kesehatan


Tabel 2.12 Peralatan Medis di Instalasi Rawat Inap Ruang Pusat
Pelayanan Jantung Terpadu Lt3 RSUD Dr.Soetomo Surabaya
(Peraturan Menteri Kesehatan Republik Nomor 340/MENKES/III/2010)
N Nama barang Jumlah Kondisi Standart Ket
o
1 Tensimeter 4 Buah 2 Baik 2 / ruangan Sesuai
2 Rusak
2 Stetoskop 2 buah Baik 2 / ruangan Sesuai
3 Termometer 2 buah 1 Baik 2 / ruangan Sesuai
4 Emergency Kit 1 buah Baik 1 / ruangan Sesuai
5 Bak injeksi 1 buah Baik 4 / ruangan Belum
sesuai
6 Duk steril 5 buah Baik 2 / ruangan Sesuai
7 Kassa steril 56 buah Baik Secukupnya Sesuai
8 Gunting perban 1 buah Baik 1 / ruangan Sesuai
9 Bengkok 2 buah Baik 2 / ruangan Sesuai
10 Oksimetri 2 buah Baik 1 / ruangan Sesuai
11 Baskom mandi 3 buah Baik 2 / ruangan Sesuai
24

N Nama barang Jumlah Kondisi Standart Ket


o
12 Standar infus 32 buah 29 Baik 3 Sejumlah Sesuai
rusak Bed
13 Masker 11 box Baik Secukupnya Sesuai
14 Sarung tangan 13 box Baik Secukupnya Sesuai
15 Tabung oksigen 7 buah Baik 3 / ruangan Sesuai
16 Flowmeter dan 33 buah Baik Secukupnya Sesuai
humidifiar
17 Timbangan badan 1 buah Rusak 1 / ruangan Sesuai
18 Perlak 52 buah Baik Secukupnya Sesuai
20 Suction (mobile) 2 buah Baik 3 / ruangan Sesuai
21 Apar 4 buah 2 tidak ada 4 / ruangan Tidak
isinya Sesuai
22 Syinge pump 6 buah Baik 4 / ruangan Sesuai
23 Televisi 1 buah Baik 1 / ruangan Sesuai
24 Kereta makan 1 buah Baik 1 / ruangan Sesuai
25 Troly rawat luka 1 buah Baik 1 / ruangan Sesuai
26 Troly injeksi 2 buah Baik 1 / ruangan Sesuai
27 Lemari obat 2 buah Baik 2 / ruangan Sesuai
28 Kereta linen 2 buah Baik 2 / ruangan Sesuai
29 Oksigen transport 5 buah Baik 2 / ruangan Sesuai
30 EKG 3 buah Baik 2 / ruangan Sesuai
31 Bel kamar mandi 13 buah Baik 1:1 Sesuai
32 Komputer 5 buah Baik 3 / ruangan Sesuai
33 Bed transport 3 buah Baik 3 / ruangan Sesuai

Menurut standart JCI (2018), menuntut Rumah Sakit untuk


menyediakan jaminan keselamatan bagi klien, keluarga, staff dan pengunjung.
Yang meliputi keamanan :
a) Kontruksi bangunan, tersedianya sistem fire safety seperti adanya
sprinkler system, hidrant
b) Adanya pembuangan material atau bahan berbahaya yang meliputi,
penanganan, penyimpanan dan penggunaan sisa radio aktif atau material
berbahaya lainnya hingga proses pembuangan.
c) Fire Safety, properti & penghuni ruangan terproteksi dari api & asap.
d) Utility System, meminimalis kegagalan operasional dari utility system
yang meliputi listrik, air, gas, oksigen.
e) Menjaga keamanan dengan tersedianya sistem emergency response pada
kejadian luarbiasa, bencana danmemastikan respontersebut berjalan
efektif.
Di Instalasi Rawat Inap Ruang Pusat Pelayanan Jantung Terpadu Lt3
25

RSUD Dr.Soetomo Surabaya juga sudah dilengkapi fasilitas pemadam


kebakaran berupa APAR(Alat Pemadam Api Ringan) sejumlah 5 buah yang
tersebar di beberapa lokasi di Ruang PPJT lt. 3 dan petugas ‘Code Red’ sudah
mengikuti pelatihan. Di Instalasi Rawat Inap Ruang Pusat Pelayanan Jantung
Terpadu Lt3 RSUD Dr.Soetomo Surabaya juga sudah terdapat petunjuk cara
penggunaannya serta jalur evakuasi yang menempel pada dinding-dinding
gedung apabila terjadi bencana.
Untuk perawatan dari barang inventaris dan fasilitas di Instalasi Rawat
Inap Ruang Pusat Pelayanan Jantung Terpadu Lt3 RSUD Dr.Soetomo
Surabaya, Kepala Ruang mendelegasikan tugas kepada penanggung jawab
inventaris. Semua alat kesehatan yang berada di Ruang PPJT lt.3di kalibrasi
setiap bulan dan mendapat tanda telah di kalibrasi.
Berdasarkan hasil pengkajian pada 7 Oktober 2019 sebagian besar nama
PPJP dan DPJP tidak tercantum di papan nama yang terpasang pada bed
pasien. Hal ini dikarenakan bed pasien yang sering di pindah – pindah sehingga
penulisan PPJP dan DPJP beresiko tidak valid. Selain itu, belum terdapat
struktur nama perawat yang dinas baik pada pagi, siang maupun malam hari.

4. Consumable (obat dan bahan habis pakai)


Pemenuhan stok obat dan bahan habis pakai (Consumable) di instalasi
rawat inap Pusat Pelayanan Jantung Terpadu Lt 3 RSUD Dr. Soetomo
Surabaya dilakukan oleh petugas farmasi dengan sistem one day dose
dispensing (ODD). Di instalasi rawat inap Pusat Pelayanan Jantung Terpadu Lt
3 RSUD Dr. Soetomo Surabaya juga disediakan 1 troli emergency yang berisi
obat-obatan emergency dan bahan habis pakai yang dikelola oleh pihak
farmasi.
Tabel 2.13 Stok Obat Emergency pada 08 Oktober 2019 di ruang PPJT Lt
3 RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Jumlah yang
No Nama alat Satuan
tersedia
Alat Airway
1 Nasopharyngeal Tube No 5 1 Buah
2 Nasopharyngeal Tube No 6 1 Buah
3 Nasopharyngeal Tube No 7 1 Buah
4 Oropharyngeal tube 90 mm 2 Buah
26

5 Oropharyngeal tube 50 mm 2 Buah


6 Endotracheal Tube (ETT) dewasa No. 5 1 Buah
7 Endotracheal Tube (ETT) dewasa No. 6 1 Buah
8 Endotracheal Tube (ETT) dewasa No. 7 1 Buah
9 Endotracheal Tube (ETT) dewasa No. 7,5 1 Buah
10 Endotracheal Tube (ETT) anak/bayi No. 2 1 Buah
11 Endotracheal Tube (ETT) anak/bayi No. 2,5 1 Buah
12 Endotracheal Tube (ETT) anak/bayi No. 3 1 Buah
13 Endotracheal Tube (ETT) anak/bayi No. 3,5 1 Buah
14 Endotracheal Tube (ETT) anak/bayi No. 4 1 Buah
15 Stylet ukuran 2 mm 3 Buah
16 Stylet ukuran 3 mm 3 Buah
17 Magyl forcep dewasa 1 Buah
18 Magyl forcep anak/bayi 1 Buah
Alat Breathing
19 Masker (face mask) anak no.3 1 Buah
20 Masker (face mask) dewasa no.5 1 Buah
21 Masker (face mask) dewasa no.6 1 Buah
22 Masker (face mask) bayi no.0 1 Buah
23 Laryngeal Mask/LMA Classic No. 3 1 Buah
24 Laryngeal Mask/LMA Classic No. 4 1 Buah
25 Laryngeal Mask/LMA Classic No. 5 1 Buah
26 Big Valve Mask (BVM) Bayi 1 Buah
27 Big Valve Mask (BVM) Anak 1 Buah
28 Big Valve Mask (BVM) Dewasa 1 Buah
29 Jackson Rees Anak 1 Buah
30 Jackson Rees Dewasa 1 Buah
Alat Circulation
31 Infusion Pressure Bag 1 Buah
32 Lain-lain: Gunting 1 Buah
Emergency Drugs
33 Epinephrine 1mg/ml 15 Ampul
34 Midazolam 1mg/ml 2 Ampul
35 Aminophyline 240mg/10 ml 4 Ampul
36 Natrium Bicarbonat 1 Flaskon
37 MgSO4 20% 2 Flaskon
38 Amiodaron 4 Ampul
39 Ca gulconas 100 mg/10 ml 3 Ampul
40 Dexamethason 5 mg/ml 3 Ampul
41 Dextrose 40% 2 Flaskon
42 Phenobarbital 2 Ampul
43 Lidocain 2% 2 mg/ml inj 10 Ampul
44 Diazepam 5 mg/2 ml 3 Ampul
45 Norepinephrine 4mg/ml 2 Ampul
46 Sulfas Atropin 0,25 mg/ml 10 Ampul
47 Dopamine 200 mg/5 ml 2 Ampul
48 Dobutamine 250 mg/5 ml 2 Vial
49 Phenytoin 6 Ampul
50 Ringer Laktat Infuse 3 Flaskon
51 NaCl 0,9% Infuse 3 Flaskon
27

52 Plasma Subtituet (gelatin) Infuse 2 Flaskon


Barang Habis Pakai
53 IV Catheter 14G 2 Buah
54 IV Catheter 16G 2 Buah
55 IV Catheter 18G 2 Buah
56 IV Catheter 20G 2 Buah
57 IV Catheter 22G 2 Buah
58 IV Catheter 24G 2 Buah
59 Spuit 3CC 5 Buah
60 Spuit 5CC 5 Buah
61 Spuit 10CC 3 Buah
62 Spuit 20CC 2 Buah
63 Nasal Catheter Pediatri 2 Buah
64 Nasal Catheter Dewasa 2 Buah
65 Simple Mask Pediatri 2 Buah
66 Simple Mask Dewasa 2 Buah
67 Non Rebreathing Mask Pediatri 2 Buah
68 Non Rebreathing Mask Dewasa 2 Buah
69 Blood Tranfusion Set 2 Buah
70 Infusion Set 2 Buah
71 Pediatric Infusion Set 1 Buah
72 Ped.Infusion Set+Buret 1 Buah
73 Suction Catheter No.Fr 6 2 Buah
74 Suction Catheter No.Fr 8 2 Buah
75 Suction Catheter No.Fr 10 2 Buah
76 Suction Catheter No.Fr 12 2 Buah
77 NG Tube No. Fr 6 2 Buah
78 NG Tube No. Fr 8 2 Buah
79 NG Tube No. Fr 10 2 Buah
80 NG Tube No. Fr 12 2 Buah
81 NG Tube No. Fr 14 2 Buah
82 NG Tube No. Fr 16 2 Buah
83 Tegaderm Medium 5 Buah
84 Elektrode EKG 12 Buah
85 Alkohol Swab 2 Buah
86 Hipafix 5 x 10 1 Buah
87 Plester 1,5 x 4,5 1 Buah
88 Jelly DC Shock 1 Tube
89 KY Jelly 5 Sachet
Sumber: Ruang PPJT Lt.3 RSUD Dr. Soetomo Surabaya (Oktober, 2019)
5. Administrasi penunjang
1) Buku observasi suhu dan nadi
2) Buku laporan kerusakan alat
3) Buku Laboratorium
4) Buku Hasil GDA
5) Lembar dokumentasi
28

6) Buku konsultasi
7) Buku SAK
8) Alur Pelayanan
9) Buku Transfusi
10) SOP dan Kebijakan
Dari hasil pengkajian didapatkan bahwa di Instalasi Rawat Inap Ruang
Pusat Pelayanan Jantung Terpadu Lt 3 RSUD Dr.Soetomo Surabaya terdapat
leaflet dan Standing banner yang dapat digunakan sebagai media edukasi bagi
pasien dan keluarga serta sebagai komponen kelengkapan discharge planning
Administrasi penunjang.

6. Pencahayaan dan Ventilasi


Pencahayaan di Ruang PPJT Lt.3 RSUD Dr. Soetomo sangat baik, baik
pencahayaan dari luar/cahaya matahari maupun dari dalam/lampu. Semua
sudut ruangan sudah diberikan penerangan umum. Saklar pada tiap ruangan
pasien ditempatkan di dekat pintu masuk dan mudah di jangkau.

Ventilasi di Ruang PPJT Lt.3 RSUD Dr. Soetomo menggunakan ventilasi


mekanis yaitu suplai udara dan exhaust fan. Suhu, aliran udara, dan
kelembaban setiap ruangan tidak dapat diatur sesuai permintaan pasien, karena
suhu lingkungan akan mengikuti suhu AC sentral.

Berdasarkan Kemenkes 1204/Menkes/SK/X/2010 tentang Persyaratan


Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, kondisi pencahayaan dan ventilasi di
Ruang PPJT Lt.3 RSUD Dr. Soetomo sudah memenuhi standart.

7. Alur Pengadaan dan Pelaporan Kerusakan Alat Kesehatan


29

Alur pengadaan barang di Instalasi Rawat Inap Ruang Pusat Pelayanan


Jantung Terpadu Lt3 RSUD Dr.Soetomo Surabaya.

Alat-alat habis pakai RKBU ATK INSTALASI PPJT

FARMASI KEPALA Perbaikan alat


IPS
RUANGAN elektronik yang
rusak

SEKRETARIAT PPJT SANITASI


RUMAH TANGGA

LOGISTIK YANMED

Pengadaan alat kantor dan Alat-alat medis


kebutuhan rumah tangga

Gambar 2.3 Alur Pengadaan Barang di Instalasi Rawat Inap Ruang Pusat
Pelayanan Jantung Terpadu Lt3 RSUD Dr.Soetomo Surabaya

8. Kalibrasi dan Maintenance Alat Kesehatan

Sistem kalibrasi dan maintenance di ruangan PPJT Lt.3 sudah berjalan sesuai
program, bagian sarana dan prasana mempunyai jadwal kalibrasi dan maintenance
untuk masing-masing alat. Pelaksanaan kalibrasi dan maintenance oleh IPS setiap
bulan sekali, pelaksanaan kalibrasi dan maintenance oleh BPFK dilakukan 1 tahun
sekali yang dibuktikan dengan adanya sertifikat dan stiker BPFK hasil
maintenance alat kesehatan.

C. Metode Pemberian Asuhan Keperawatan (M3-Metode)


1. Penerapan model asuhan keperawatan professional di PPJT Lantai 3
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruang Instalasi Rawat Inap
Ruang Pusat Pelayanan Jantung Terpadu Lt.3 RSUD Dr. Soetomo Surabaya,
model asuhan keperawatan profesional (MAKP) yang digunakan adalah MAKP
moduler: tim-primer dengan kepala ruangan yang merupakan lulusan D4
Keperawatan yang berpengalaman. Secara observasi, MAKP moduler yang di
30

laksanakan ruangan dibentuk menjadi 2 tim, dimana masing-masing tim terdiri


dari 1 perawat primer dan 1 sampai 2 perawat associate. Perawat primer hanya
dinas shift pagi sedangkan untuk shift sore dan malam yang bertugas adalah
perawat associate.

Pemilihan model asuhan keperawatan ini didasarkan atas pertimbangan


keterbatasan jumlah tenaga kerja yang mempunyai latar belakang pendidikan S1
Keperawatan atau setara di ruang PPJT Lantai 3. Nursalam (2011) menyebutkan
bahwa MAKP moduler dilakukan karena saat ini perawat yang ada di rumah
sakit sebagian besar adalah lulusan D3 sehingga dengan kombinasi ini
diharapkan perawat primer atau ketua tim dapat memberikan bimbingan asuhan
keperawatan kepada lulusan D3. Pada pelaksanaannya, perawat primer dan
perawat pelaksana akan bekerja sama dalam pengelolaan pasien setiap satu kali
shift. Pada masing- masing shift, terdapat perawat penanggung jawab yang
bertugas atas shift tersebut mulai dari timbang terima sampai dengan tanggung
jawab terhadap pasien.

2. Timbang Terima
Timbang terima pasien merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan
dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien
(Nursalam, 2011). Timbang terima merupakan kegiatan yang harus dilakukan
sebelum pergantian shift. Selain laporan antar shift, dapat disampaikan juga
informasi-informasi yang berkaitan dengan rencana kegiatan yang telah atau
belum dilaksanakan. (Nursalam, 2011).
31

Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah Situation,
Background, Assessment dan Recommendation

Situation

Data demografi Diagnosis keperawatan


diagnosis medis (data)

Background

iwayat Keperawatanad
Riwayat keperawatan
iwayat Keperawatanayat
Keperawatanwayat
Keperawatan
Assesment: Kesadaran, TTV,
GCS, skala nyeri, skala resiko
jatuh, dan ROS (poin yang
penting)
ssesment: Kesadaran, TTV,
GCS, skala nyeri, skala resiko
jatuh, dan ROS (poin yang
Recommendation
penting)
Tindakan yang sudah
Dilakukan
Stop
Modifikasi
Strategi baru

Gambar 2.4 Diagram Alur Timbang Terima (Nursalam, 2011) Berdasarkan


hasil observasi dan wawancara kepada perawat Ruang PPJT

Lt. 3 pada tanggal 7-8 Oktober 2019, pelaksanaan timbang terima di Ruang
PPJT Lt. 3 dilakukan 3 kali dalam sehari yaitu pada pergantian shift pagi ke shift
sore (pukul 14.00), shift sore ke shift malam (pukul 21.00), dan shift malam ke
shift pagi (pukul 07.00). Pada shift pagi, timbang terima dipimpin oleh Kepala
Ruangan dan dihadiri oleh seluruh perawat yang berkepentingan. Persiapan yang
dilakukan sebelum kegiatan timbang terima berlangsung yaitu mapping pasien
yang berisi catatan perkembangan pasien (nama pasien, diagnosa medis, terapi,
32

dan planning), akan tetapi belum terdapat diagnosa keperawatan, implementasi


dan intervensi keperawtan selanjutnya.

Proses timbang terima di awali dengan pembukaan oleh Kepala Ruangan


atau perawat primer yang didelegasikan oleh Kepala Ruang. Pembukaan
timbang terima diawali dengan pembacaan do’a, pembacaan visi misi RSUD Dr.
Soetomo, visi misi ruang PPJT, dan IPSG, kemudian dilanjutkan dengan
pelaporan kondisi pasien yang dibacakan oleh perawat yang bertugas pada saat
itu kepada perawat yang akan bertugas pada shift berikutnya. Kondisi pasien
dibacakan satu-persatu. Apabila masalah belum terselesaikan maka didiskusikan
kembali tindakan selanjutnya untuk menyelesaikan masalah. Berdasarkan hasil
pengamatan belum terdapat aspek umum M1 sampai M5 dalam kegiatan timbang
terima. Sedangkan menurut Nursalam (2015) salah satu unsur tahap persiapan
dalam prosedur timbang terima yaitu menyampaikan aspek umum meliputi M1
sampai M5. Selain itu isi timbang terima kurang lengkap (belum tercantum
keluhan pasien, data objektif dan diagnosa keperawatan). Berdasarkan
pengamatan terhadap pelaksanaan timbang terima, dari 21 item hal yang harus
dilakukan, hanya 11 item (52,3%) yang dilakukan.

Kegiatan timbang terima ditutup dengan validasi pada pasien yaitu


berkeliling dari satu pasien ke pasien yang lain, dimana perawat menanyakan
langsung pada beberapa pasien tentang apa yang dirasakan atau keluhan.
Terkadang pada beberapa pasien juga diberikan health education ataupun
pemberian motivasi secara singkat. Pelaksanaan timbang terima shift siang dan
malam kurang lebih sama dengan shift pagi, hanya saja timbang terima
dilakukan secara individu antar perawat dengan cara validasi langsung ke pasien.
Hal-hal yang disampaikan antara lain kondisi pasien saat itu, rencana intervensi
dan terapi yang telah dan akan dilakukan.

Hasil kegiatan timbang terima yang telah dilakukan di ruangan kemudian


didokumentasikan ke dalam status pasien dimana di dalam buku tersebut terdapat
tanda tangan perawat di akhir penulisan. Dalam buku khusus (operan) juga
disertakan jumlah seluruh pasien, jumlah pasien yang KRS jumlah pasien
yang MRS serta BOR. Namun, berdasarkan wawancara dengan salah satu
33

perawat mengatakan bahwa tidak ada buku khusus untuk mencatat hasil laporan
timbang terima. Timbang terima menggunakan lembar mapping pasien.

Hasil wawancara mengenai proses timbang terima disampaikan bahwa


prinsip timbang terima sudah sesuai dengan prosedur timbang terima, yaitu
semua pasien yang dirawat dioperkan dan dilanjutkan dengan validasi ke
pasien, data yang disampaikan sudah sesuai, serta masalah keperawatan sudah
benar. Walaupun operan dilakukan 3 kali, operan belum optimal dari
pelaksanaan timbang terima yaitu timbang terima shift siang dan malam
dilakukan secara individu antar perawat dengan cara validasi langsung dari satu
pasien ke pasien lain membawa mapping pasien.

3. Ronde Keperawatan

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruang Instalasi Rawat Inap


Ruang Pusat Pelayanan Jantung Terpadu Lt.3 RSUD Dr. Soetomo Surabaya
didapatkan bahwa ronde keperawatan belum pernah dilaksanakan karena
mobilisasi pasien yang cepat dan kasus atau penyakit yang diderita pasien dapat
teratasi dengan baik. Ronde keperawatan di ruang PPJT Lantai 3 belum
dilakukan selama periode 2019 dikarenakan mobilitas pasien yang tinggi,
perawat berpendapat tim dalam pelaksanaan kegiatan ronde keperawatan belum
dibentuk sehingga pelaksanaan kegiatan ronde keperawatan belum optimal.

4. Sentralisasi obat

Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan
diberikan kepada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh perawat
(Nursalam, 2011). Sentralisasi adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat
yang diberikan pada klien diserahkan sepenuhnya pada perawat. Pengeluaran
dan pembagian obat sepenuhnya dilakukan perawat. Penanggung jawab dalam
pengelolaan adalah kepala ruangan diserahkan operasional dapat didegasikan
pada staf yang di tunjuk (PP). Tujuan dari pengelolaan obat adalah
menggunakan obat secara bijaksana dan menghindarkan pemborosan, sehingga
kebutuhan asuhan keperawatan pasien dapat terpenuhi.
34

Berdasarkan hasil wawancara dengan bagian farmasi yang dilakukan tanggal


7-8 Oktober 2019, sentralisasi obat sudah menjadi wewenang farmasi. Depo
farmasi Ruang PPJT Lt. 3 RSUD Dr. Soetomo Surabaya melayani pasien setiap
hari dengan ketentuan waktu untuk hari pukul 08.00 – 15.00 WIB, sedangkan
pelayanan farmasi diatas pukul 15.00 dialihkan ke UPF Lantai 1. Perawat hanya
akan menerima obat yang akan dimasukkan sesuai resep yang disiapkan oleh
farmasi.

Berdasarkan hasil observasi, didapatkan data bahwa sentralisasi obat di


Ruang PJT Lantai 3 dilakukan oleh Depo Farmasi Ruang PPJT Lt.3 dengan
didukung kerjasama yang baik antara farmasi, dokter dan perawat. Alurnya dan
metode yang digunakan dalam ruangan adalah sistem one day dose, yakni dokter
memberi resep pada pasien untuk farmasi. Farmasi memberikan obat langsung
ke perawat yang didokumentasikan dalam Format Rencana Pemberian Obat
(RPO) secara berkesinambungan sesuai kebutuhan pasien selama 1 shift, ada
lembar serah terima obat dari farmasi ke perawat. Sarana dan prasarana yang
mendukung yaitu terdiri atas ruang dispensing, meja dan kursi pengoplosan obat,
box obat sesuai nama pasien (jelly box), almari cairan infus, emergency kit,
kulkas obat/insulin.
35

Alur sentralisasi obat yang ada di ruangan adalah sebagai berikut

Gambar 2.5 Alur Sentralisasi Obat (Nursalam, 2011)

Pada awalnya pasien mendapat RPO (Resep Pemberian Obat) dari dokter
yang merawat, kemudian pasien atau keluarga akan menyerahkan RPO tersebut
ke depo farmasi yang ada di ruangan PPJT Lantai 3. Pasien dengan BPJS dan
pasien umum memiliki perbedaan yaitu pasien dengan BPJS harus membawa
persyaratan yang diperlukan serta RPO yang akan ditebus, sedangkan pasien
umum hanya membawa RPO dan biaya yang dibutuhkan. Setelah administrasi
obat selesai, petugas depo farmasi akan mengantarkan obat yang telah dibeli
pasien kepada perawat yang bertugas saat itu.

Obat yang diterima dari depo farmasi akan disimpan di lemari obat sesuai
dengan nomer bed pasien kemudian obat tersebut akan diberikan pada pasien
sesuai dengan jadwal dengan prinsip 5T, tepat obat, tepat jadwal, tepat dosis,
tepat pasien, tepat cara pemberian, dan waspada efek samping. Perawat
memastikan aspek tepat obat dengan cara menyesuaikan terapi di rekam medis
dengan obat yang didapatkan dari farmasi. Aspek tepat jadwal dilakukan dengan
cara memeriksa jadwal pemberian obat pada RPO dengan jam pemberian obat
tersebut. Aspek tepat dosis dilakukan dengan cara memeriksa dosis terapi pasien
36

di rekam medis dengan dosis obat yang diberikan farmasi. Sebagian perawat
melakukan aspek tepat pasien dengan cara memanggil nama pasien, sebagian
dengan mencocokan nomor bed, dan sebagian mencocokan dengan Id band.
Aspek cara pemberian dilakukan dengan cara mencocokan terapi di RPO dengan
rekam medis. Aspek waspada efek samping dilakukan dengan cara memantau
kondisi klinis pasien.

Berikut adalah alur pelayanan farmasi yang ada di Ruang PPJT Lt. 3:

Gambar 2.6 Alur Pelayanan Farmasi Ruang Rawat Inap PPJT Lt. 3 RSUD Dr.
Soetomo Surabaya (Wawancara Staff Farmasi PPJT Lt. 3, 2019)

Prosedur penerimaan obat di sore atau malam hari serta pada hari libur,
dengan kondisi Depo Farmasi Ruang Rawat Inap PPJT Lt. 3 tutup, maka
prosedur pengambilan obat dapat dilakukan di depo farmasi PPJT Lt. 1.

Sentralisasi obat sangat membantu perawat dalam mengatur pemberian


obat pada pasien. Dokter memberikan RPO setiap hari sesuai kebutuhan pasien
dan petugas Depo Farmasi akan mengecek persediaan obat pasien. Selama ini
semua perawat melakukan pengecekan dan pemberian obat kepada pasien setiap
37

hari. Namun, untuk persiapan dan penyimpanan obat masih dilakukan oleh
petugas farmasi.

5. Supervisi Keperawatan

Secara teori, supervisi keperawatan adalah salah satu fungsi pokok


manager berupa proses pemberian sumber-sumber yang dibutuhkan perawat
dalam menyelesaikan tugas-tugasnya untuk pencapaian tujuan, meliputi: 1)
Langkah - langkah supervisi, 2) Prinsip supervisi, 3) Peran dan fungsi supervisi,
4) Tugas supervisi, dan 5) Teknik supervisi.

Berdasarkan hasil pengkajian menggunakan questionnaire dengan


beberapa perawat di ruang rawat inap PPJT Lt. 3 pada tanggal 7-8 Oktober 2019,
seluruh perawat mengerti mengenai supervisi dan 100% perawat mengatakan
sudah dilakukan supervisi, namun instrumen yang dibutuhkan untuk supervisi
belum lengkap dan perawat mengatakan sudah pernah mendapatkan pelatihan
dan sosialisasi tentang supervisi dan juga sudah ada follow-up dan feed back
untuk setiap hasil dari supervisi. Supervisi dilakukan langsung setiap hari oleh
Kepala Ruang. Dokumentasi pelaksanaan supervisi tercantum pada SKP.

6. Penerimaan Pasien Baru

Penerimaan pasien baru adalah suatu cara dalam menerima kedatangan


pasien baru pada suatu ruangan. Dalam penerimaan pasien baru disampaikan
beberapa hal mengenai orientasi ruangan, perawatan, medis, dan tata tertib
ruangan (Nursalam, 2011).

Tahapan Penerimaan Pasien Baru:


(1) Tahap pra penerimaan pasien baru
(2) Tahap pelaksanaan penerimaan pasien baru
(3) Tahap pasca penerimaan pasien baru
38

Gambar 2.7 Bagan Alur Penerimaan Pasien Baru (Nursalam, 2014)

Pasien baru kemudian didokumentasikan di buku pasien dan di buku operan.


Kemudian lembar asuhan keperawatan yang ada di rekam medik dilengkapi, lalu
rekam medik diserahkan kepada bagian administrasi. Bagian administrasi
kemudian memasukan data dan mendokumentasikan pasien baru tersebut ke
dalam komputer ruangan.

Berdasarkan wawancara dengan perawat, sebelum pasien datang ke ruang


PPJT Lt.3 RSUD Dr. Soetomo Surabaya biasanya perawat mendapat konfirmasi
terlebih dahulu dari tempat pasien baru datang seperti IRD, Poli (IRJ), ICU atau
ICCU kemudian perawat yang menerima informasi akan memeriksa
kelengkapan dokumen saat pasien tiba di ruangan. Apabila dokumen sudah
lengkap, perawat akan menunjukkan ruangan beserta aturan- aturan yang ada di
ruangan PPJT Lantai.3.
39

Berdasarkan hasil observasi, perawat yang bertugas untuk menerima


pasien baru adalah perawat yang sedang berdinas dalam ruangan, tidak harus
selalu didampingi oleh Karu maupun Perawat Primer. Hal-hal yang disiapkan
oleh perawat saat menerima pasien baru seperti lembar pasien MRS, lembar
persetujan di rawat di ruangan, lembar daftar edukasi dan kartu penunggu pasien.
Selain itu, di di Instalasi Rawat Inap Ruang Pusat Pelayanan Jantung Terpadu
Lt.3 RSUD Dr. Soetomo Surabaya tidak terdapat welcome book sebagai panduan
perawat dalam memberikan edukasi dan informasi pada saat penerimaan pasien
baru.

7. Discharge planning

Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat di Instalasi Rawat Inap


Ruang Pusat Pelayanan Jantung Terpadu Lt.3 RSUD Dr. Soetomo Surabaya
tanggal 7-8 Oktober 2019 didapatkan bahwa discharge planning sudah
dilaksanakan mulai pasien masuk rumah sakit sampai pasien akan keluar rumah
sakit. Pelaksanaaan discharge planning dilakukan oleh perawat jaga dengan
mengisi form discharge planning pada RM 13 di status pasien dan menjelaskan
aturan tertentu pada saat pasien pulang seperti jadwal kontrol, aktivitas, dan
perawatan di rumah. Untuk komponen tertentu seperti diet khusus akan secara
langsung dijelaskan oleh ahli gizi. Demikian pula dengan obat- obatan yang
harus diminum akan dijelaskan secara langsung oleh bagian farmasi. Form
discharge planning yang dijelaskan akan ditanda tangani oleh perawat dan
dokter yang menyatakan boleh bulang. Pada ruangan ini belum terdapat
pembagian tugas tentang DP dan juga belum pernah ada pemberian leaflet
tentang perawatan lanjutan selama di rumah.

8. Dokumentasi Keperawatan

Dokumentasi adalah catatan otentik yang dapat dibuktikan atau dijadikan


buku dalam persoalan hukum. Komponen dari dokumentasi mencakup aspek
komunikasi, proses keperawatan, standar keperawatan. Berdasarkan hasil
pengumpulan data melalui observasi dan wawancara yang dilakukan tanggal 7-
8 Oktober 2019 kepada perawat Ruang PPJT Lt.3 RSUD Dr. Soetomo
Surabaya didapatkan sudah ada standar operasional (SOP) pelaksanaan
40

dokumentasi keperawatan namun belum lengkap disertai petunjuk teknis


pengisian secara detail. Instrumen dokumentasi keperawatan yakni medical
record (status) pasien didapatkan hasil bahwa penggunaan instrumen pengkajian
menggunakan format Review Of System (ROS). Format diagnosis keperawatan,
intervensi, dan implementasi terintegrasi dalam Integrated Note (IN) serta
menggunakan model dokumentasi keperawatan SOAPI.

Berdasarkan pengamatan terhadap status pasien, 90% rumusan diagnosa


keperawatan sesuai dengan SDKI. Namun 10 % lainnya belum sesuai dengan
SDKI. Implementasi yang tertulis di rekam medis hanya 2-3 dari daftar intervensi
keperawatan yang dapat dilakukan sesuai pedoman SIKI.

Sudah terdapat SOP dan SAK ruangan. Namun belum secara maksimal
dilaksanakan. Dari observasi status pasien, pengisian dokumentasi sudah cukup
lengkap.

D. Pembiayaan dan Billing (M4- Money)

Berdasarkan hasil wawancara tentang sistem keuangan di Instalasi Rawat


Inap Ruang Pusat Pelayanan Jantung Terpadu Lt.3 RSUD Dr. Soetomo Surabaya
didapatkan data sebagai berikut:
1. Sumber Dana
Sebagian besar pembiayaan ruangan dan pelatihan pegawai ruangan
berasal dari rumah sakit yang diperoleh dari APBD provinsi Jawa Timur.
Sedangkan pebiayaan klien sebagian besar dari BPJS baik BPJS PBI maupun
BPJS Non-PBI, JAMKESDA dan biaya sendiri (umum). Biaya perawatan yang
berlaku saat ini sesuai kelas perawatan.
2. Jenis pembiayaan klien di Instalasi Rawat Inap Ruang Pusat Pelayanan
Jantung Terpadu Lt3 RSUD Dr.Soetomo Surabaya meliputi
1) BPJS
Peserta BPJS terdiri dari:
a. PBI (Penerimaan Biaya Iuran)
Peserta PBI antara lain adalah klien yang mendapatkan jaminan dari
pemerintah seperti, Kartu Indonesia Sehat (KIS) dan Jamkesmas. Kartu
41

Indonesia Sehat belum tentu diberikan pada klien atau peserta yang kurang
mampu (miskin) yang ditempatkan di kelas 3, tetapi terdapat kode tertentu
di KIS yang menunjukkan wilayah dan kelas.
b. Non-PBI
Peserta BPJS non-PBI adalah klien yang menggunakan BPJS peserta
umum atau mandiri dimana setiap bulan membayar iuran sesuai dengan
kelas yang dikehendaki.
Alur penerimaan klien unit rawat inap yang menggunakan BPJS yaitu
klien melakukan proses transaksi di loker BPJS dengan sebelumnya
mendapatkan surat pengantar rawat inap dari ruangan yang digunakan
sebagai jaminan. Selain surat pengantar rawat inap yang dibutuhkan lagi
antara lain; kartu BPJS, surat pengantar dari Instalasi Pusat Pelayanan
Jantung Terpadu, serta fotocopy KTP/ KK. Kemudian diserahkan pada tim
pengendali BPJS, setelah dari tim pengendali klien akan mendapat SEP
(Surat Eligibitas Peserta) sebagai bukti bahwa klien telah dijamin oleh
pihak BPJS.
2) JAMKESDA
JAMKESDA adalah program jaminan bantuan pembayaran biaya pelayanan
kesehatan yang diberikan Pemerintah Daerah kepada masyarakat Daerah.
Sasaran Progrem JAMKESDA adalah seluruh masyarakat Daerah di
Pemerintahan setempat yang belum memiliki jaminan kesehatan berupa
Jamkesmas, ASKES dan asuransi kesehatan lainnya.
3) Biaya Umum
Klien membayar semua biaya pelayanan kesehatan yang telah diterima, sesuai
kebijakan dari rumah sakit.
Tabel 2.14 Jenis pembiayaan di Instalasi Rawat Inap Ruang Pusat Pelayanan Jantung
Terpadu Lt.3 RSUD Dr.Soetomo Surabaya pada tanggal 07 Oktober 2019
Nama
No. No. RM Usia DX Medis Biaya
Klien
1. 12.69.xx.xx Tn. A 60 tahun Post PCI dekstra NON PBI
2. 12.74.xx.xx Ny. N 39 tahun Syok Cardiogenik UMUM
3. 12.23.xx.xx Tn. M 49 tahun Post CABG NON PBI
4. 12.72.xx.xx Tn.Y 41 tahun S. Buerger Disease NON PBI
CLI Eks Dex
5. 12.78.xx.xx Ny. K 57 tahun Non PBI
Sinistra. Post PTA
42

Nama
No. No. RM Usia DX Medis Biaya
Klien
6. 12.78.xx.xx Ny. T 24 tahun Post ALO Non PBI

ADHF. DCM.
DYSPEPSIA
7. 12.60.xx.xx Tn. A 52 tahun NON PBI
SYNDROMA
ACKD

Stemi Inf. RV Late


8. 12.78.xx.xx Ny. N 55 tahun PBI
Onset
9. 12.77.xx.xx Ny. S 25 tahun Post CVA Emboli PBI
10. 12.78.xx.xx Ny. S tahun TAVB on PPM PBI
MR Berat AF
11. 12.70.xx.xx Tn. S 54 tahun PBI
Moderat Pro MUR
Nstemi Very High
12. 12.78.xx.xx Ny. P 30 tahun PBI
Risk
VSR Stemi Inf. Late
Biakes
13. 12.78.xx.xx Tn. D 47 tahun onset killip
Maskin
IV+Leukositosis
Stemi Ant Luas
14. 12.78.xx.xx Ny. R 69 tahun PBI
Killip I
15. 12.72.xx.xx Tn. M 27 tahun ASD PBI
16. 12.61.xx.xx Ny. S 61 tahun ASD Non PBI
PPCM+ADHF+Ane
17. 12.76.xx.xx Ny. R 28 tahun Non PBI
mia
18. 12.78.xx.xx Tn. W 55 tahun NSTEMI High Risk Non PBI
19. 12.78.xx.xx Tn. B 58 tahun NSTEMI ant. Luas Non PBI
20. 12.78.xx.xx Ny. S 59 tahun ADHF Non PBI

4) Billing System
Pelaksanaan billing klien di Instalasi Rawat Inap Ruang Pusat Pelayanan
Jantung Terpadu Lt3 RSUD Dr.Soetomo Surabaya dilakukan oleh petugas
rekam medik yang merangkap sebagai petugas administrasi. Adanya petugas
yang melaksanakan billing dapat mengurangi beban kerja perawat. Petugas
administrasi merekap semua jenis pelayanan yang diterima klien kemudian
disajikan dalam bentuk Rincian Biaya Klien.
5) Tarif Rawat Inap
(1) Tarif Pelayanan Rawat Inap
Tabel 2.15 Tarif pelayanan di Instalasi Rawat Inap Ruang Pusat Pelayanan
Jantung Terpadu Lt.3 RSUD Dr.Soetomo Surabaya
Kelas Perawatan Tarif
Kelas I (2 orang) Rp 149.000,00
Fasilitas
1) Bedhead
43

Kelas Perawatan Tarif


2) Meja bedside
3) Kursi bedside
4) AC ruangan
5) Tirai
6) Kamar mandi
7) Hand rub
8) Wastafel
9) Tempat sampah medis dan non
medis
Kelas II (3 orang) Rp 88.000,00
Fasitiltas
1) Bedhead
2) Meja bedside
3) Kursi bedside
4) AC ruangan
5) Tirai
6) Kamar mandi
7) Hand rub
8) Wastafel
9) Tempat sampah medis dan non
medis
Kelas III (4 orang) Rp 45.000,00
Fasilitas
1) Bedhead
2) Meja bedside
3) Kursi bedside
4) AC ruangan
5) Tirai
6) Kamar mandi
7) Hand rub
8) Wastafel
9) Tempat sampah medis dan non
medis
Sumber: Observasi Instalasi Rawat Inap Ruang Pusat Pelayanan Jantung
Terpadu Lt 3 RSUD Dr. Soetomo Surabaya

(2) Tarif Tindakan Keperawatan Di Rawat Inap


Tarif tindakan keperawatan di Instalasi Rawat Inap Ruang Pusat Pelayanan
Jantung Terpadu Lt.3 RSUD Dr.Soetomo Surabaya berdasarkan paket
perawatan penyakit yang diderita oleh klien. Tarif pelayanan hanya
diketahui oleh pihak BPJS.
44

6) Gaji Pegawai
Gaji pegawai dengan status kepegawaian PNS mendapatkan gaji dari negara,
sedangkan pegawai non PNS mendapatkan gaji dari RSUD Dr. Soetomo. Gaji
pegawai RSUD Dr. Soetomo terdiri dari gaji pokok dan tunjangan daerah.
Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat ruangan, perawat mengatakan
keluarnya remunerasi setiap bulannya belum sesuai dengan tanggal yang
ditetapkan

Tabel 2.16 Status kepegawaian dan golongan karyawan di Instalasi Rawat Inap Ruang
Pusat Pelayanan Jantung Terpadu Lt.3 RSUD Dr.Soetomo Surabaya
No Nama Pegawai Status Golongan Pendidikan
Kepegawaian terakhir
1 Ratna Rosyidati R, S.ST PNS IIId D4
2 Binafsih S.ST PNS IIId D4
3 Nuriyah, SST PNS IIIa D4
4 Diah Handayani, Amd.Kep PNS IId D3
5 Yeni Indayati, Amd.Kep Non-PNS BLUD D3
6 Sriyani, Amd.Kep Non-PNS BLUD D3
7 Diah Sari Rahayu, Amd.Kep PNS IIIa D3
8 Masfia Chasana, Amd.Kep PNS IIIa D3
9 Fierda Yuli Effendi, Amd.Kep Non-PNS BLUD D3
10 Siti Lailatus Shaidah, Amd.Kep Non-PNS BLUD D3
11 Ridwan Julian, Amd.Kep Non-PNS BLUD S1
12 Febrina Tarihoran, S.Kep.Ns Non-PNS BLUD S1
13 Rahmat H, S.Kep.Ns Non-PNS BLUD S1
14 Nova Widyastuti, Amd.Kep Non-PNS BLUD D3
15 Nadia Febriani A, Amd.Kep Non-PNS BLUD D3
16 Novy Irmawati, S.Kep Non-PNS BLUD D3
17 Edy Mulyono, Amd PK Non-PNS BLUD D3
18 SumarSAji PNS IId SMA
19 Slamet PNS IIc SMA
20 Pristianingsih PNS IId SMA
21 Marsiyah PNS IIb SMA
22 Sairah PNS IIIa SMA

E. Mutu (M5)
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan 1691/2011, Keselamatan Pasien
adalah suatu sistem di rumah sakit yang menjadikan pelayanan kepada pasien
menjadi lebih aman. Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu
variabel untuk mengukur dan mengevaluasi kualitas pelayanan keperawatan yang
berdampak terhadap pelayanan kesehatan. Program keselamatan pasien adalah
45

suatu usaha untuk menurunkan angka kejadian tidak diharapkan (KTD) yang
sering terjadi pada pasien selama di rawat di rumah sakit.
Mutu asuhan kesehatan sebuah rumah sakit akan selalu terkait dengan
struktur, proses, dan outcome system pelayanan rumah sakit. Secara umum aspek
penilaian meliputi evaluasi, dokumentasi, instrument, dan audit (EDIA)
(Nursalam, 2015). Salah satu mutu asuhan keperawatan dalam pelayanan rumah
sakit yaitu sasaran keselamatan pasien (SKP) yang dikeluarkan oleh Standar
Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1 (Kemenkes, 2011) dan JCI Accreditation, maka
sasaran tersebut meliputi 6 elemen berikut:
1. Ketepatan Identifikasi Pasien
Identifikasi pasien dilakukan untuk menghindari kesalahan pasien. Identifikasi
dilakukan dengan menggunakan gelang untuk identitas pasien dipasang saat
pasien dilakukan penilaian risiko mulai dari IGD atau di ruang perawatan salah
satunya PPJT Lt 3. Gelang dan stiker terdiri dari 5 warna yang memiliki
definisi tersendiri pada masing-masing warna.
a) Gelang merah muda digunakan untuk pasien perempuan.
b) Gelang biru digunakan untuk pasien laki-laki.
c) Stiker kuning digunakan untuk pasien risiko jatuh.
d) Stiker merah digunakan untuk pasien alergi
e) Stiker ungu digunakan untuk pasien tidak dilakukan resusitasi
Menurut Kemenkes (2011) standar gelang identitas berwarna merah
muda atau biru berisi identitas pasien meliputi nama lengkap pasien, nomor
rekam medik, jenis kelamin pasien, dan tanggal lahir. Identifikasi pasien
dilakukan dengan mencocokan gelang identitas yang dipakai pasien. Beberapa
hal yang perlu dikonfirmasi antara lain nama pasien, nomor register, dan
alamat. Identifikasi pasien dilakukan ketika penerimaan pasien baru, pemberian
obat, pemberian terapi sebelum melakukan prosedur/tindakan dan discharge
planning.
Berdasarkan data pengkajian pada tanggal 7 oktober 2019 tentang
identifikasi pasien di Ruang PPJT Lantai 3 RSUD Dr.Soetomo didapatkan data
bahwa penerapan gelang identitas di Ruang PJT Lantai 3 sudah sesuai dengan
kriteria Kemenkes yakni berwarna merah muda untuk passion perempuan dan
46

biru untuk pasien laki-laki. Gelang identitas tersebut berisi tentang identitas
pasien yang meliputi nama lengkap, nomor rekam medik, alamat dan tanggal
lahir. Terdapat 1 pasien tidak mengenakan gelang identitas dikarenakan rusak
atau lepas dan belum diganti.
2. Peningkatan komunikasi yang efektif
Komunikasi efektif yang digunakan yaitu dengan metode SBAR
(Situation, Background, Assesment, Recommendation). SBAR digunakan pada
saat berkomunikasi dengan tim kesehatan yang lain, timbang terima,
berkomunikasi dengan teman sejawat, konsultasi pasien dan melaksanakan
informed concent.
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada tanggal 7-8 Oktober 2019,
komunikasi efektif yang sudah diterapkan di ruang PPJT Lantai 3 RSUD
Dr.Soetomo yaitu menggunakan metode SBAR (Situation, Background,
Assesment, Recommendation). Di Ruang PJT Lantai 3 sudah berjalan sistem
TBAK (Tulis Baca dan Konfirmasi).
Pada saat timbang terima, timbang terima tidak dilakukan dengan
menggunakan rekam medis pasien, hal tersebut dikarenakan, rekam medis
pasien yang selalu dipakai oleh tenaga kesehatan profesi lain (dokter, farmasi
dan gizi) sehingga sulit untuk dibawa untuk dilakukan timbang terima. Namun
hal tersebut dapat diatasi dengan menggunakan maping. Hal yang perlu
diperhatikan lagi selain tidak adanya rekam medis adalah sesuatu yang di-
overankan lebih banyak didominasi dari intervensi kolaborasi dengan tenaga
kesehatan lain atau tugas delegasi tenaga kesehatan lain, dimana esensi dari
intervensi mandiri ners sendiri belum disampaikan. Padahal, pasien juga selain
mendapatkan pengobatan, harus juga mendapatkan perawatan, sehingga
pengobatan dan perawatan berjalan berdampingan dan seimbang.
3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
Di ruangan PPJT Lantai 3 RSUD Dr Soetomo kewaspadaan terhadap
obat high alert sudah dilakukan dengan memisahkan tempat obat high alert
(obat-obat Look alike, Sound alike) dengan obat lainnya. Salah satu cara untuk
mewaspadai pemberian obat, perawat menggunakan double crosscheck mulai
dari proses persiapan sampai pemberian ke pasien.
47

Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 7-8 oktober 2019, didapatkan


kewaspadaan tentang obat yang perlu diwaspadai sudah dilakukan dengan
memisahkan obat-obat high alert pada tempat yang telah disediakan, selain itu
Ruang PJT Lantai 3 sudah memberikan label pembeda antara high alert dan
LASA. Double crosscheck dan pemberian labeling sudah ada, selain itu dalam
idenfikasi obat dilakukan dengan lengkap (memperhatikan tanggal expired
setelah obat dibuka, menuliskan dosis obat yang akan diberikan dan nama
perawat yang membuka). Penerapkan prinsip 12 benar di ruang PPJT Lantai 3
Dr.Soetomo sudah dilakukan.
4. Kepastian tepat-lokasi, tepat-pasien dan tepat-prosedur
Ketepatan sebelum melakukan tindakan terdiri dari tiga hal yaitu tepat
lokasi, tepat pasien dan tepat prosedur. Proses untuk memastikan tepat lokasi
yang yang dilakukan yaitu menggunakan SOP pemberian marker atau penanda
lokasi operasi yang diberikan oleh dokter operator menggunakan spidol
permanen. Proses untuk memastikan tepat pasien yang dilakukan di ruangan
yaitu menggunakan spidol permanen. Proses untuk memastikan tepat pasien
yang dilakukan di ruangan yaitu menggunakan crosscheck pada gelang
identifikasi sedangkan tepat prosedur dilakukan di ruang operasi menggunakan
beberapa check list untuk mencegah kesalahan prosedur.
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 7-8 Oktober 2019 di Ruang
PPJT Lantai 3 RSUD Dr.Soetomo sudah terdapat form check list pre operasi.
Penandaan lokasi operasi tidak dilakukan di ruang PPJT Lantai 3, tetapi
dilakukan di ruang bedah. Persiapan operasi di ruang PPJT Lantai 3 yaitu
mempersiapkan jalur infus, menganjurkan pasien untuk puasa dan berdoa
sebelum berangkat ke ruang operasi.
5. Pengurangan resiko infeksi terkait dengan pelayanan kesehatan
Sebagai upaya pencegahan infeksi, di PPJT Lantai 3 RSUD Dr.Soetomo
telah terbentuk tim Pencegahan dan pengendalian Infeksi (PPI). Infeksi
nosokomial meliputi flebitis, dekubitus, Infeksi Sakuran Kemih (ISK),
Surgical Site Infection (SSI). Pendataan infeksi setiap hari dilakukan di masing-
masing ruangan oleh IPCLN kemudian dijadikan satu setiap bulannya oleh
IPCN (Depkes RI, 2012).
48

Berdasarkan hasil pengkajian kepada pasien dan keluarga pada tanggal 7-


8 oktober 2019, didapatkan bahwa perawat sudah menerapkan lima momen
mencuci tangan yang ditetapkan oleh WHO. Saat melakukan tindakan antara
pasien satu dengan pasien lainya perawat telah menerapkan satu handscoon
satu pasien untuk semua tindakan terutama yang terpapar dengan cairan tubuh
pasien dan tindakan aseptik. Pengunaan masker di ruangan hanya pada saat
perawat berkontak dengan pasien yang beresiko menularkan penyakit melalui
droplet. Dalam pemberian health education mengenai cara cuci tangan yang
benar dilakukan saat timbang terima pasien baru masih kurang. Selain itu, di
Ruang PPJT lt3 belum ada demo cuci tangan setiap pagi yang ditujukan untuk
semua yang ada di ruangan termasuk pasien, keluarga serta perawat hanya
dengan mengandalkan poster cuci tangan. Sehingga pengetahuan pasien dan
keluarga terkait cuci tangan belum meningkat dan akan berdampak pada
kesadaran pasien dan keluarga mengenai cuci tangan.
a. Plebitis
Penilaian Plebitis dilakukan pada tanggal 7-8 Oktober 2019 dengan
instrumen VIS (Visual Infussion Score). Berdasarkan hasil penilaian
tersebut didapatkan:
Tabel 2.17 Angka Kejadian Plebitis tanggal 7 Oktober 2019 dan bulan
september 2019 di Ruang PPJ lt3 RSUD Dr. Soetomo Surabaya
No Plebitis 7 Oktober Persentase September 2019 Persentase
1. Ya 2 10% 4 8%
2. Tidak 18 80% 46 92%
Total 20 100% 50 100%
Hasil pengkajian tanggal 7 September 2019 menunjukkan bahwa ada klien
yang mengalami phlebitis pada area vena yang terpasang selang IV Line/
infuse. Pada bulan September, terdapat 4 pasien (8%) mengalami plebhitis.

b. Dekubitus
Dari data bulan terakhir (September 2019) didapatkan hasil seperti tabel di
bawah ini:
49

Tabel 2.18 Angka Kejadian Dekubitus Bulan September 2019


Indikator kinerja september Total
Total pasien Presentase
total dekubitus

Angka kejadian dekubitus 0 50 0%


grade II/ lebih akibat
perawatan di Rumah Sakit

Tabel diatas menjelaskan bahwa hasil data dari laporan peningkatan mutu
dan keselamatan pasien Ruang PPJ lt3 bulan September 2019 tidak
didapatkan adanya kejadian dekubitus pada proses perawatan di PPJT Lt.3.

Hasil pengkajian pada tanggal 7-8 Oktober 2019 tentang dekubitus


didapatkan data kejadian dekubitus seperti tabel di bawah:

Tabel 2.19 Angka Kejadian Dekubitus 7-8 Oktober 2019

No Dekubitus 7 Okt % 8 okt %


1 Jumlah pasien dengan dekubitus 0 0% 0 0%
2 Jumlah pasien yang berisiko 2 10% 2 9,09%
dekubitus
3 Jumlah klien yang tidak 18 90% 20 90,01%
beresiko dekubitus
Total 20 100% 22 100%
Tabel diatas menjelaskan bahwa hasil pengkajian tanggal 7-8 Oktober
2019 menunjukkan bahwa ada 2 pasien yang beresiko dekubitus karena
berada pada kondisi ketergantungan total, sehingga sulit untuk melakukan
mobilisasi.

c. ILO (Infeksi Luka Operasi)

Hasil pengkajian pada tanggal 7-8 Oktober 2019, pasien yang dirawat di
Ruang PPJ lt3 tidak ada yang ditemukan terdapat infeksi luka operasi.

d. ISK (Infeksi Saluran Kemih)


50

Hasil pengkajian pada tanggal 7-8 Oktober 2019, pasien yang dirawat di
Ruang PPJ lt3 tidak ditemukan pasien yang mengalami infeksi saluran
kemih.

e. Pengurangan resiko jatuh

Berdasarkan data yang diperoleh laporan peningkatan mutu dan


keselamatan pasien Ruang PPJ lt3, belum ditemukan kejadian pasien jatuh
selama 3 bulan terakhir. Pengkajian resiko jatuh pada pasien dilakukan
pada saat awal pasien masuk ke ruangan rawat inap menggunakan form
sesuai untuk dewasa (>18 tahun). Pemberian intervensi pada pasien
disesuaikan dengan kriteria rendah, sedang, atau tinggi berdasarkan SPO
yang telah ada. Selain itu sudah ada usaha pencegahan pasien jatuh yang
dilakukan meliputi menutup side rail, mengunci bed pasien, dipasang
tanda risiko jatuh pada bed dan masing-masing pasien diberi penunggu
pasien sebanyak 1 orang. Pengkajian pasien resiko jatuh pada tanggal 07-
08 Oktober 2019 dilakukan dengan menggunakan form pengkajian Morse
Fall Scale (MFS) untuk pasien dewasa.

Tabel 2.20 Angka Kejadian Resiko Jatuh 7-8 Oktober 2019


No Resiko Jatuh 7 Oktober % 8 Oktober %
1. Tidak Beresiko 0 0% 0 0%
2. Resiko rendah 4 20% 4 18,18%
3. Resiko tinggi 16 80% 18 81,82%
TOTAL 20 100% 22 100%
Tabel diatas menjelaskan bahwa hasil pengkajian tanggal 7-8 September
2019 menunjukkan bahwa dari total pasien sebagian besar klien beresiko
tinggi yaitu sebesar 16 pasien pada tanggal 7 oktober 2019 dan meningkat
2 menjadi 18 pasien pada tanggal 8 oktober 2019.

f. Kepuasaan
Tabel 2.21 Angka Kepuasan Pasien Tanggal 8 Oktober 2019
No Kepuasan Pasien 8 Oktober Persentase
1. Puas 13 65%
2. Cukup Puas 6 30%
3. Kurang Puas 1 5%
TOTAL 20 100
51

Tabel diatas menjelaskan bahwa hasil pengkajian tanggal 8 September


2019 menunjukkan bahwa sebagian besar pasien mengatakan puas dengan
pelayanan di Ruang PPJ lt3 yaitu sebanyak 13 orang (65%).

g. Kenyamanan (Nyeri)
Penilaian nyeri dilakukan dengan menggunakan instrument Wong Baker
Pain Scale dan instrument penilaian nyeri umumnya ada pada setiap status
pasien tetapi belum diisi secara rutin setiap hari.

Tabel 2.22 Angka Kenyamanan (Nyeri) Tanggal 7-8 Oktober 2019


No Kenyamanan (Nyeri) 7 Oktober 8 Oktober %
1. Tidak nyeri 10 14 60%
2. Nyeri ringan 8 7 31%
3. Nyeri sedang 2 1 9%
4. Nyeri berat 0 0 0%
Total 20 22 100%
Tabel diatas menjelaskan bahwa hasil pengkajian 7-8 Oktober 2019
menunjukkan bahwa terdapat pasien yang mengeluh nyeri masih pada
tahap tidak nyeri dan nyeri ringan. Hal tersebut sudah terintervensi
farmakologi dan intervensi keperawatan baik terapeutik maupun edukasi
sesuai dengan SDKI, SLKI dan SIKI sebagai pedoman asuhan
keperawatan.

h. Kecemasan
Penilaian kecemasan pasien dilakukan dengan cara memberikan kuesioner
tingkat kecemasan Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS).
Tabel 2.23 Angka Kecemasan Tanggal 8 Oktober 2019
No. Kecemasan 8 Oktober Persentase
1. Tidak cemas 6 30%
2. Cemas ringan 11 55%
3. Cemas sedang 5 25%
4. Cemas berat 0 0%
TOTAL 20 100%
Tabel diatas menjelaskan bahwa hasil pengkajian tanggal 8 Oktober 2019
dari 20 pasien , seluruh pasien dapat dikaji dan sebagian besar yaitu 11
pasien (55%) mengalami kecemasan ringan.
52

i. Perawatan Diri
Penilaian perawatan diri dilakukan dengan melakukan penilaian indeks
KATZ.

Tabel 2.24 Angka Perawatan Diri tanggal 8 Oktober 2019


No. Indeks KATZ 7 Oktober Persentase
1. Ketergantungan total 2 10%
2. Ketergantungan partial 12 60%
3. Ketergantungan minimal 6 30%
TOTAL 20 100%
Tabel diatas menjelaskan bahwa hasil pengkajian tanggal 8 Oktober 2019
didapatkan pasien dengan ketergantungan partial sejumlah 12 pasien,
sehingga pasien membutuhkan bantuan sebagian dari orang lain dalam
melaksanakan ADL.

j. Pengetahuan
Penilaian pengetahuan pasien/ keluarga dilakukan dengan cara
memberikan kuesioner tingkat pengetahuan.

Tabel 2.25 Angka Pengetahuan Tanggal 7 Oktober 2019


No Pengetahuan 7 Oktober Persentase
.
1. Kurang 5 25%
2. Cukup 5 25%
3. Baik 10 50%
TOTAL 20 100
Tabel diatas menjelaskan bahwa hasil pengkajian tanggal 7 Oktober 2019
menunjukkan bahwa sebagian besar berpengetahuan baik 10 orang (50 %).

k. Pasien yang sedang dirawat


Tabel 2.26 Angka LOS (Length of Stay) Tanggal 7-8 Oktober 2019
No. Length of Stay 7 Oktober 8 Oktober
1. < 3 hari 8 9
2. 4-6 hari 7 7
3. 7-10 hari 4 4
4. >10 hari 1 2
TOTAL 20 22

Tabel diatas menjelaskan bahwa hasil pengkajian tanggal 7-8 Oktober


2019 menunjukkan bahwa rata-rata pasien dirawat selama <3 hari.
53

l. Variasi Klien
Tabel 2.27 Angka Variasi Klien Tanggal 7 Oktober 2019
No Variasi Klien 7 Oktober Persentase
1. PBI 6 27,27 %
2. Non PBI 13 59,09 %
3. Jamkesda 2 9,09 %
4. Umum 1 4,5 %
Total 22 100 %
Tabel diatas menjelaskan bahwa hasil pengkajian tanggal 7 Oktober 2019
menunjukkan variasi pasien Ruang PPJ lt3 sebagian besar adalah
menggunakan Non PBI 13 pasien (57,5%). Ners tidak membeda-bedakan
antara pasien BPJS maupun umum, pelayanan sama dan adil.

m. Praktik Mahasiswa
Berdasarkan data mahasiswa selama minggu pertama bulan Oktober 2019,
mahasiswa yang praktik di Ruang PPJ lt3 RSUD Dr.Soetomo sebagai
berikut:

Tabel 2.28 Tabel Mahasiswa Praktik Keperawatan

Jenjang Jumlah Clinical


No Institusi pendidika mahasiswa instructure/
n praktik Pembimbing
1. Poltekkes Nuriah, SST
D3 4
Waingapu
2. Stikes PPNI Binafsih,
Ners 5
Mojokerto SST
3. Fakultas Binafsih,
Keperawatan Ners 7 SST
UNAIR
Tabel diatas menunjukan bahwa pembimbing klinik/ clinical instructure
ketiga institusi dengan jenjang pendidikan yang berbeda dibimbing 2
perawat sebagai CI dengan kualifikasi pendidikan dan pelatihan yang
sudah terkualifikasi dan terlampir pada M1 (Man).

n. Standar Operasional Prosedur (SOP)


Standar operasional prosedur (SOP) merupakan pedoman untuk
melaksanakan tindakan keperawatan maupun tindakan medis sesuai
dengan penilaian kinerja instansi pemerintah berdasarkan indikator-
54

indikator teknis, administrasif dan prosedural sesuai dengan tata kerja,


prosedur kerja dan sistem kerja pada unit kerja yang bersangkutan. Di
Ruang PPJ lt3 telah memiliki SOP, sesuai dengan tindakan yang ada dan
dilakukan di Ruang PPJ lt3.

o. BOR
Menurut Nursalam (2015) BOR adalah persentase pemakaian tempat tidur
pada satuan waktu tertentu. Nilai BOR yang ideal antara 60%-85% yang
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
Jumlah pasien dalamruangan
BOR= ×100 %
(Jumlah kapasitas tempat tidur pasien)
Maka, BOR ruang PPJT Lantai 3 pada tanggal 8 Oktober 2019 adalah
sebagai berikut.
20
BOR= ×100%
( 26 )
¿ 76 ,
55

2.1.2 Analisa SWOT


Tabel 2.29 Analisa SWOT

NO ANALISA SWOT BOBOT RATING BOBOT X RATING


1 M1 (Man)
Faktor Strategi Internal (IFAS)
STRENGTH
1. Sudah diterapkan model MAKP 0,3 3 0,9
moduler
0,3 3 0,6
2. Jenis ketenagaan di ruangan:
1) S1 Kep : 4 orang
2) D-IV: 3 orang
3) D-III : 9 orang
4) Pekarya kesehatan : 4 orang 0,2 4 0,8 S–W
5) PRT : 2 orang 2,9 – 3,4 =
-0,5
6) Perekam Medis : 1 orang
7) Cleaning Service: 2 orang
3. Adanya system pengembangan staf
berupa sekolah ke tingkat lebih lanjut
serta pelatihan dan semua perawat
telah mengikuti pelatihan (misalnya
PPGD, BLS, PPI, JCI, pasiensafety,
0,2 3 0,6
paliatif, pengendalian infeksi,
penanganan pasien kritis, EKG, QPS,
dll).
EKG : 15 orang 1 2,9

Radiologi : 2 orang
Perawatan Kardiologi : 2 orang
4. Masa kerja >15 tahun sebanyak 5
orang, 5-15 tahun sebanyak 6 orang,
sedangkan <5 tahun sebanyak 7
orang.
TOTAL
WEAKNESS
1. Beban kerja perawat di ruangan cukup 0,3 3 0,9
tinggi. 90,47% pada pagi hari, 82,14%
pada siang hari dan malam hari
56

NO ANALISA SWOT BOBOT RATING BOBOT X RATING


sebanyak 53,33%.
2. Sebagian besar tenaga keperawatan 0,3 3 0,9
dari tingkat pendidikan D3 sejumlah
11 orang
3. Terdapat 1 dari 15 perawat di ruang 0,4 3 1,6
PPJT Lt. 3 belum memiliki sertifikat
pelatihan EKG. 15 Perawat belum
melakukan latihan keperawatan
kardiologi dasar
TOTAL 1 3,4
Faktor Strategi Eksternal (IFAS)
OPPORTUNITY
1. Adanya kesempatan untuk mengikuti 0,2 4 0,8
pelatihan/seminar khusus
2. Adanya kesempatan melanjutkan 0,2 3 0,6
pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi
3. Adanya kerja sama yang baik antar 0,2 3 0,6 O–T
mahasiswa profesi dengan perawat 3,4 – 3,3 =
klinik 0,1
4. Adanya kebijakan pemerintah tentang 0,2 3 0,6
profesionalisasi perawat
5. MAKP merupakan salah satu poin 0,2 4 0,8
penilaian akreditasi RS dari
pemerintah

TOTAL 1 3,4
THREATENED
1. Ada tuntutan tinggi dari masyarakat 0,2 4 0,8
untuk pelayanan yang lebih
professional
2. Makin tingginya kesadaran 0,3 3 0,9
masyarakat akan hukum
3. Makin tinggi kesadaran masyarakat 0,2 3 0,6
akan pentingnya kesehatan
4. Persaingan antar RS yang semakin 0,1 4 0,4
kuat
5. Terbatasnya kuota tenaga 0,2 3 0,6
keperawatan yang melanjutkan
pendidikan tiap tahun
TOTAL 1 3,3
2 M2 (Material)
Faktor Strategi Internal (IFAS)
Strength S-W
1. Terdapat standart operasional 0,2 4 0,8 3,6-2,5 =
prosedur, standart asuhan 1,1
57

NO ANALISA SWOT BOBOT RATING BOBOT X RATING


keperawatan, lembar observasi
2. Terdapat peralatan yang mendukung 0,2 4 0,8
dalam melakukan tindakan asuhan
keperawatan (misal papan nama PPJP
dan DPJP) di bed pasien
3. Tersedia media edukasi dari keperawatan 0,2 4 0,8
untuk pemberian informasi ke pasien
berupa leaflet, banner serta poster
4. Mempunyai peralatan oksigenasi dan 0,1 3 0,3
suction central
5. Tersedia bel di masing – masing bed 0,1 3 0,3
pasien dan kamar mandi
6. Pelaksanaan kalibrasi dan 0,2 3 0,6
pemeliharaan alat dilakukan secara
berkala
1 3,6
TOTAL
Weakness
1. Sebagian besar nama PPJP dan DPJP 0,5 3 1,5
tidak tercantum di papan nama yang
terpasang pada bed pasien.
2. Belum terdapat papan nama perawat 0,5 2 1
yang dinas baik pada pagi, siang
maupun malam hari.

TOTAL 1 2,5
Faktor Strategi Eksternal (EFAS)
Opportunity
1. Adanya perencanaan pengadaan 0,5 4 2
barang yang dilakukan secara berkala
2. Adanya program pelatihan tentang 0,5 4 2
pengoperasian alat
O-T
TOTAL 1 4
4-2=2
Threat
1. Adanya tuntutan tinggi dari 1 2 2
masyarakat untuk kelengkapan sarana
dan prasarana
TOTAL 1 2
3 M3 (Method)
MAKP
Faktor Strategi Internal (IFAS)
Strength
1. RS memiliki visi misi dan motto 0,2 4 0,8
sebagai acuan pelaksanaan pelayanan
kesehatan
2. Supervisi telah dilakukan oleh Kepala 0,2 2 0,4
Ruang S-W
58

NO ANALISA SWOT BOBOT RATING BOBOT X RATING


3. Metode asuhan keperawatan yang 0,2 3 0,6 (3-3):
digunakan yaitu MAKP Tim 0
modifikasi Primer (Moduler)
4. Mempunyai protap (SOP) 0,2 3 0,6
Tindakan
5. Terlaksananya komunikasi yang 0,2 3 0,6
adekuat: perawat dan kesehatan lain
TOTAL 1 3
WEAKNESS
1. Pelaksanaan model MAKP sudah 1 3 3
dilaksanakan namun sosialisasi masih
kurang
TOTAL 1 3
Faktor Strategi Eksternal (EFAS)
OPPORTUNITY
1. Adanya mahasiswa S1 0,2 3 0,6
Keperawatan praktik managemen
keperawatan O-T
2. Ada kerjasama yang baik antara 0,3 4 1,2 (3,6-3) =
mahasiswa Pendidikan Ners dengan 0,6
perawat ruangan
3. Adanya program RS menuju 0,3 4 1,2
internationalisasi
4. Adanya kebijakan pemerintah 0,2 3 0,6
tentang profesionalisasi perawat
TOTAL 1 3,6
THREATENED
1. Adanya tuntutan masyarakat yang 0,3 3 0,9
semakin tinggi terhadap peningkatan
pelayanan keperawatan yang lebih
professional
2. Semakin tingginya kesadaran 0,4 3 1,2
masyarakat akan hukum
3. Semakin tingginya kesadaran 0,3 3 0,9
masyarakat mengenai kesehatan
TOTAL 1 3
TIMBANG TERIMA
Faktor Strategi Internal (IFAS)
STRENGTH
1. Kepala ruangan memimpin kegiatan 0,2 3 0,6
timbang terima setiap hari
2. Adanya laporan jaga setiap shift 0,2 4 0,8 S-W
3. Timbang terima sudah merupakan 0,3 4 1,2 (3,5-
kegiatan rutin yang telah dilaksankaan 3,1):
4. Adanya kemauan perawat untuk 0,1 3 0,3 0,4
melakukan timbang terima
59

NO ANALISA SWOT BOBOT RATING BOBOT X RATING


5. Adanya mapping khusus untuk 0,2 3 0,6
pelaporan timbang terima
TOTAL 1 3,5
WEAKNESS
1. Isi maping kurang lengkap (belum 0,4 3 1,6
tercantum keluhan pasien, data
objektif dan diagnosa keperawatan)
2. Belum terdapat unsur umum meliputi 0,3 3 0,9
M1 sampai M5 dalam persiapan
timbang terima
3. Dari 21 item hal yang harus dilakukan 0,3 2 0,6
dalam timbang terima, hanya 11 item
(52,3%) yang dilakukan.
TOTAL 1 3,1
Faktor Strategi Eksternal (EFAS)
OPPORTUNITY O-T
1. Adanya mahasiswa S1 0,3 2 0,6 (2,4-3):
Keperawatan Praktik Manajemen -0,6
Keperawatan
2. Ada kerjasama yang baik antara 0,4 3 1,2
mahasiswa dengan perawat ruangan
3. Adanya kebijakan rumah sakit 0,3 2 0,6
(bidang keperawatan) tentang
timbang terima
TOTAL 1 2,4
THREATENED
1. Adanya tuntutan masyarakat yang 0,5 3 1,5
semakin tinggi terhadap peningkatan
pelayanan keperawatan yang lebih
professional
2. Semakin tingginya kesadaran 0,5 3 1,5
masyarakat tentang tanggungjawab
dan tanggung gugat perawat sebagai
pemberi asuhan keperawatan
TOTAL 1 3
RONDE KEPERAWATAN
Faktor Strategi Internal (IFAS)
STRENGTH S-W
1. Bidang keperawatan dan ruangan 1 3 3 (3-3):
mendukung adanya ronde 0
keperawatan
TOTAL 1 3
WEAKNESS
1. Ronde Keperawatan belum 0,5 4 2
pernah dilaksanakan di ruangan
selama periode 2019 0,5 2 1
60

NO ANALISA SWOT BOBOT RATING BOBOT X RATING


2. Mobilisasi pasien cepat
TOTAL 1 3
Faktor Strategi Eksternal (IFAS)
OPPORTUNITY
1. Adanya kesempatan dari kepala 0,5 3 1,5
ruangan untuk mengadakan ronde O-T
keperawatan (3-
2. Adanya pelatihan dan seminar tentang 3,5):
manajemen keperawatan (ronde 0,5 3 1,5 -0,5
keperawatan)
TOTAL 1 3
THREATENED
1. Adanya tuntutan masyarakat yang 0,5 4 2
semakin tinggi terhadap peningkatan
pelayanan keperawatan yang lebih
profesional
2. Adanya persaingan antara perawat 0,5 3 1,5
ruang rawat inap yang semakin kuat
dalam pemberian pelayanan
TOTAL 1 3,5
SENTRALISASI OBAT
Faktor Strategi Internal (IFAS)
1. Kepala ruangan mendukung 0,2 3 0,6
pengelolaan sentralisasi obat
2. Sudah dilaksanakan pengelolaan obat 0,3 4 1,2 S-W
dengan sentralisasi obat oleh perawat (3,4-4):
dengan depo farmasi -0,6
3. Adanya kemauan perawat untuk 0,2 3 0,6
melakukan sentralisasi obat
4. Adanya lembar pendokumentasian 0,2 4 0,8
obat yang diterima disetiap status
pasien
5. Adanya lembar serah terima dari 0,1 2 0,2
depo farmasi dengan perawat
TOTAL 1 3,4
WEAKNESS
1. Masih terjadinya human error antara 1 4 4
perawat dan depo farmasi
TOTAL 1 4
Faktor Strategi Eksternal (EFAS)
OPPORTUNITY
1. Adanya mahasiswa S1 0,3 3 0,9
Keperawatan Praktik Manajemen O-T
Keperawatan (3,7-
2. Ada kerjasama yang baik antara 0,3 4 1,2 3,5):
mahasiswa Pendidikan Ners dengan 0,2
61

NO ANALISA SWOT BOBOT RATING BOBOT X RATING


perawat ruangan
3. Akreditasi JCI 0,4 4 1,6
TOTAL 1 3,7
THREATENED
1. Adanya tuntutan masyarakat yang 0,5 4 2
semakin tinggi terhadap peningkatan
pelayanan keperawatan yang lebih
profesional
2. Semakin tingginya kesadaran 0,5 3 1,5
masyrakat akan hukum
TOTAL 1 3,5
SUPERVISI
Faktor Strategi Internal (IFAS)
STRENGTH S-W
1. Kepala ruangan mendukung 0,5 4 2 (3,2-
pelaksanaan supervisi 2,4)=
2. Supervisi telah dilaksanakan secara 0,2 3 0,6 0,8
rutin
3. Telah ada program pelatihan dan 0,3 2 0,6
sosialisasi tentang supervisi
TOTAL 1 3,2
WEAKNESS
1. Belum ada perencanaan yang 0,4 3 1,2
jelas tentang rutinitas supervisi
2. Belum adanya dokumentasi 0,3 4 1,2
supervisi yang jelas
TOTAL 1 2,4
Faktor Strategi Eksternal (EFAS)
OPPORTUNITY
1. Adanya mahasiswa S1 0,2 3 0,6
Keperawatan Praktik Manajemen O-T
Keperawatan (3,5-
2. Hasil supervisi terdokumentasi 0,5 4 2,0 3,0):
dalam SKP 0,5
3. Adanya teguran dari kepala ruangan
bagi perawat yang tidak 0,3 3 0,9
melaksanakan tugas dengan baik
TOTAL
1,0 3,5
THREATENED
1. Tuntunan pasien sebagai konsumen 1 3 3
untuk mendapatkan pelayanan yang
profesional
TOTAL 1 3
PENERIMAAN PASIEN BARU
Faktor Strategi Internal (IFAS)
62

NO ANALISA SWOT BOBOT RATING BOBOT X RATING


STRENGTH
1. Adanya komunikasi awal yang 0,5 3 1,5
efektif untuk membina hubungan S-W
saling percaya (2,7-3):
2. Perawat menyambut pasien dengan 0,3 2 0,6 -0,3
cara memeriksa kelengkapan
dokumen asesmen awal keperawatan
3. Sudah dilakukan dokumentasi 0,2 3 0,6
penerimaan pasien baru
TOTAL 1 2,7
WEAKNESS
1. Tidak terdapat welcome book sebagai 1 3 3
panduan perawat dalam memberikan
edukasi dan informasi pada saat
penerimaan pasien baru
TOTAL 1 3
OPPORTUNITY O-T
1. Adanya tim akreditasi yang dapat 1 3 3 (3,0-
meningkatkan kedisiplinan dalam 2,6):
penerimaan pasien baru sesuai 0,4
dengan prosedur
TOTAL 1 3
THREATENED
1. Tingginya ekspektasi dari pasien dan 0,3 3 0,9
keluarga terhadap pelayanan
kesehatan yang ditawarkan dan
dianjurkan oleh petugas kesehatan
yang menerima pasien baru
2. Tingginya kemungkinan keluarga 0,3 3 0,9
pasien untuk tidak mematuhi
peraturan yang berlaku di ruangan
meskipun telah dijelaskan oleh
petugas
3. Persaingan antar RS 0,4 2 0,8
TOTAL 1 2,6
DISCHARGE PLANNING (DP)
Faktor Strategi Internal (IFAS)
STRENGTH
1. Tersedianya format resume pasien 0,5 3 1,5
pulang
2. Sudah tersedia format discharge 0,5 2 1
planning keperawatan S-W
TOTAL 1 2,5 (2,5-3,0)
WEAKNESS =
1. Pemberian pendidikan kesehatan dan 0,5 3 1,5 -0,5
discharge planning masih secara lisan
63

NO ANALISA SWOT BOBOT RATING BOBOT X RATING


dan belum adanya pemberian leaflet
untuk media promosi kesehatan
2. Pendidikan kesehatan belum 0,5 3 1,5
terdokumentasikan saat pasien
pulang
TOTAL 1 3
OPPORTUNITY
1. Adanya mahasiswa S1 0,5 3 1,5
Keperawatan Praktik Manajemen
Keperawatan
2. Ada kerjasama yang baik antara 0,5 4 2
mahasiswa Pendidikan Ners dengan
perawat ruangan
TOTAL 1 3,5
THREATENED
O-T
1. Adanya tuntutan yang lebih tinggi 0,5 3 1,5
(3,5-3,3)
dari masyrakat utnuk mendapatkan
= 0,2
pelayanan yang lebhi optimal
2. Semakin tingginya kesadaran 0,2 3 0,6
masyarakat tentang tanggungjawab
dan tanggung gugat perawat sebagai
pemberi asuhan keperawatan
3. Persaingan antara RS semakin kuat 0,3 4 1,2

TOTAL 1 3,3
DOKUMENTASI
STRENGTH S-T (3-
1. Terdapat sistem pendokumentasian 0,6 3 1,8 3,6) =
SOAPI -0,6
2. Terdapat format asuhan 0,4 3 1,2
keperawatan
TOTAL 1 3
WEAKNESS
1. Berdasarkan pengamatan terhadap 0,4 3 1,2
status pasien, 90% rumusan diagnosa
keperawatan sesuai dengan SDKI.
Namun 10 % lainnya belum sesuai
dengan SDKI.
2. Implementasi yang tertulis di rekam 0,6 4 2,4
medis hanya 2-3 dari daftar
intervensi keperawatan yang dapat
dilakukan sesuai pedoman SIKI.
TOTAL 1 3,6
OPPORTUNITY O-T
1. Adanya mahasiswa S1 0,3 3 0,9 (3,7-3)
Keperawatan Praktik Manajemen = 0,7
64

NO ANALISA SWOT BOBOT RATING BOBOT X RATING


Keperawatan
2. Adanya peluang perawat untuk 0,3 4 1,2
meningkatkan pendidikan
3. Adanya akreditasi RS 0,4 4 1,6
TOTAL 1 3,7
THREATENED
1. Adanya tuntutan yang lebih 1 3 3
tinggi dari masyrakat untuk
mendapatkan pelayanan yang
lebih optimal
TOTAL 1 3
4. M4 (Money)
Faktor Strategi Internal (IFAS)
STRENGTH
1. Ada pendapatan dari jasa pelayanan 0,4 4 1,6
klien berupa remunerasi
2. Proses penyelesaian administrasi/ 0,3 4 1,2 S-W
pembayaran gaji yang mudah dan (3,7-3)
transparan = 0,7
3. Setiap perawat memperoleh 0,3 3 0,9
pendapatan dari rumah sakit berupa
beras untuk yang PNS dan uang
makan untuk pegawai BLUD
TOTAL 1 3,7
WEAKNESS
1. Turunnya remunerasi setiap 1 3 3
bulannya belum sesuai dengan
tanggal yang ditetapkan
TOTAL 1 3
EKSTERNAL FACTOR (EFAS)
OPPURRTUNITY O-T
1. Sebagai Rumah Sakit rujukan di 0,5 4 2 3,5-3,4
wilayah Jawa Timur = 0,1
2. Adanya Klien non BPJS yang dapat 0,5 3 1,5
meningkatkan income RS
TOTAL 1 3,5
THREATNED
1. Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari 0,3 3 0,9
klien untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan yang lebih profesional
sehingga membutuhkan pendanaan
yang lebih besar untuk mendanai
sarana dan prasarana
2. Jumlah klien BPJS lebih banyak 0,4 4 1,6
daripada klien umum
3. Persaingan dengan rumah sakit 0,3 3 0,9
65

NO ANALISA SWOT BOBOT RATING BOBOT X RATING


lainnya dalam bentuk pelayanan
TOTAL 1 3,4
5. M5 (Mutu)
a. Inte
rnal Faktor (IFAS)
STRENGTH S-W
0,2 4 0,8 3,1-2,2=
1. Patient safety (medication eror, 0,9
flebitis, dekubitus, risiko jatuh,
restrain, injuri, ILO, INOS)
terorganisir dengan baik 0,2 4 0,8
2. 65% pasien puas dengan pelayanan di
ruangan 0,2 3 0,6
3. Kenyamanan pasien karena nyeri 60%
baik/tidak nyeri (intervensi
farmakologi maupun keperawatan,
lingkungan nyaman) 0,2 2 0,4
4. 55% kecemasan ringan dengan 75%
pengetahuan cukup hingga baik
tentang penyakit 0,1 2 0,2
5. 60% ketergantungan partial dengan
caring yang cukup memadai dengan
adanya praktik D3 keperawatan
maupun ners yang dibimbing oleh CI
yang memenuhi persyaratan. 0,1 3 0,3
6. Adanya SOP di PJT Lantai 3 1 3,1
TOTAL
WEAKNESS
1. Masih ada 1 pasien yang belum 0,2 2 0,4
mendapatkan gelang identitas
2. Komunikasi yang belum efektif 0,3 3 0,9
dalam timbang terima karena rekam
medis dipakai dokter/PPDS/farmasi/
gizi. Timbang terima masih lebih
fokus ke beban kerja delegasi,
daripada beban kerja murni
keperawatan
3. Kurangnya penerapan cuci tangan 0,3 3 0,9
keluarga pasien dan pasien.
pengkajian tanggal infus, kateter dsb
masih kurang dilakukan,
menyebabkan risiko infeksi.
TOTAL 1 2,2
b. Eks
ternal Faktor (EFAS)
OPPORTUNITY
1. Mahasiswa praktik keperawatan 0,3 4 1,2
66

NO ANALISA SWOT BOBOT RATING BOBOT X RATING


manajemen
2. Kerja sama yang baik perawat 0,3 3 0,6 O – T=
dengan mahasiswa 3,0-3,0= 0
0,4 4 1,2
3. Adanya akreditasi JCI
1 3,0
TOTAL
TREATENED
1. Adanya peningkatan pengetahuan dan 0,4 2 0,8
teknologi keluarga pasien/pengunjung
yang semakin meningkat.
2. Adanya penurunan kinerja perawat 0,2 3 0,6
dengan peningkatan usia dan beban
kerja yang tinggi pada M1.
3. Opini masyarakat tentang status 0,4 4 1,6
rumah sakit pendidikan untuk praktik
Pendidikan
TOTAL 1 3,0
67
68

2.1 Hasil FGD


Tabel 2.30 Hasil Forum Group Disscussion dengan Kepala Keperawatan Instalasi PPJT, Kepala Ruang PPJT Lt. 3 dan Perawat
Primer Ruang PPJT Lt.3 RSUD Dr. Soetomo Surabaya
No Isu Strategis Pendapat Peserta FGD Rekomendasi
.
M1 Terdapat 1 dari 15 perawat di ruang Hal tersebut akan teratasi dengan akan diadakan Tidak ada rekomendasi dari
PPJT Lt. 3 belum memiliki pelatihan pelatihan keperawatan kardiologi dasar mahasiswa keperawatan stase
sertifikat pelatihan EKG. 15 bulan November 2019 oleh pihak rumah sakit. managemen.
Perawat belum melakukan latihan
keperawatan kardiologi dasar
M2 Sebagian besar nama PPJP dan Perawat ruangan mengatakan bahwa papan yang 1. Membuat papan yang berisikan
DPJP tidak tercantum di papan berisikan nama PPJP dan DPJP sudah di letakan di nama PPJP dan DPJP di dinding depan
nama yang terpasang pada bed bed pasien. Akantetapi bed pasien sering ruangan pasien
pasien. Bed pasien sering dipindah dipindahkan ke ruangan lain sehingga nama PPJP 2. Membuat struktur nama perawat
– pindah untuk membantu dan DPJP beresiko tidak valid. yang bertugas di depan ners station
mobilisasi pasien. Sehingga nama
PPJP dan DPJP beresiko tidak
valid. Selain itu Belum terdapat
papan nama perawat yang dinas
baik pada pagi, siang maupun
malam hari.
69

No Isu Strategis Pendapat Peserta FGD Rekomendasi


.
M3 Timbang terima dalam ruangan Wakil Kepala ruangan PPJT lantai 3 mengatakan 1. Memodiffikasi format mapping yang
sudah dilakukan dengan cukup bahwa diagnosa keperawatan tidak disertakan dalam ada

baik, akantetapi dokumentasi proses timbang terima karena telah ditulis di rekam 2. Menyiapkan kasus kelolaan yang
akan digunakan untuk timbang terima
timbang terima di mapping kurang medis pasien
3. Mengatur jadwal pelaksanaan
rinci (keluhan pasien, data objektif
timbang terima
dan diagnosa keperawatan tidak
4. Menyusun proposal timbang terima
disampaikan). Dari 21 item hal
5. Melaksanakan role play timbang
yang harus dilakukan dalam terima pada saat pergantian shift
timbang terima, hanya 11 item
(52,3%) yang dilakukan.
M3 Ronde keperawatan di ruang Kepala ruangan PPJT Lt.3 menyetujui ronde 1. Membuat alur pelaksanaan
PPJT Lt.3 belum pernah keperawatan menjadi prioritas masalah, karena ronde keperawatan
dilaksanakan selama periode 2019. belum pernah dilaksanakan disebabkan mobilisasi 2. Menentukan klien yang akan
pasien yang cepat dijadikan subjek ronde
keperawatan
3. Menentukan jadwal pelaksanaan
ronde keperawatan
4. Membuat proposal pelaksanaan
70

No Isu Strategis Pendapat Peserta FGD Rekomendasi


.
ronde kepperawatan
5. Melaksanakan ronde keperawatan
6. Mendokumentasikan ronde
keperawatan

M3 Penerimaan pasien baru. Tidak Wakil kepala ruangan PPJT lantai 3 mengusulkan Membuat welcome book untuk
terdapat welcome book sebagai format PPB untuk mengoptimalkan orientasi mempermudah perawat dalam
panduan perawat dalam penerimaan pasien baru penyampian informasi saat
pelaksanaan penerimaan pasien penerimaan pasien baru
baru
M3 1. Dokumentasi. Berdasarkan Kepala ruangan PPJT Lt.3 menyetujui dokumentasi 1.
pengamatan terhadap status keperawatan selanjutnya disesuaikan dengan standar keperawatan sesuai dengan SDKI
pasien, 90% rumusan diagnosa penulisan dokumentasi keperawan beserta data fokusnya
keperawatan sesuai dengan 2.
SDKI. Namun 10 % lainnya keperawatan sesuai dengan SLKI
belum sesuai dengan SDKI. 3.
2. Implementasi yang tertulis di keperawatan yang sesuai dengan
rekam medis hanya 2-3 dari SIKI
daftar intesrvensi keperawatan
yang dapat dilakukan sesuai
71

No Isu Strategis Pendapat Peserta FGD Rekomendasi


.
pedoman SIKI.
M5 Komunikasi yang belum efektif Pihak ruangan mengatakan timbang terima sudah 1. Melakukan komunikasi yang
dalam timbang terima karena rekam dilakukan dengan menerapkan komunikasi yang efektif sesuai SBAR tanpa
medis dipakai tenaga kesehatan efektif dengan metode SBAR. Isi timbang terima mengesampingkan tugas mandiri
lain. Timbang terima masih lebih yang disampaikan hanya berupa managemen medis ners.
fokus ke beban kerja delegasi seperti diagnosa medis dan terapi medis. Akantetapi
daripada beban kerja murni masalah keperawatan, implementasi dan intervensi
keperawatan. keperawatan selanjutnya tidak disampaikan dalam
timbang terima.
M5 Upaya pencegahan infeksi meliputi Pihak ruangan mengatakan bahwa penulisan tanggal 1. Melakukan KIE pengendalian
penerapan cuci tangan oleh pemasangaan infus dan kateter sudah dituliskan di infeksi pada pasien seperti cuci
tangan saat penerimaan pasien dan
keluarga pasien dan pengunjung lokasi, namun belum tersampaikan dalam timbang
membuat leflet pengendalian
belum optimal, penulisan tanggal terima. infeksi.
infus, kateter dan alat invasif masih 2. Melakukan reassesment pengkajian
tanggal pemasangan IV Line,
kurang optimal.
kateter dan alat medis yang dapat
menimbulkan infeksi.
3. Melakukan penilaian feedback dan
follow up tentang.
4. Melakukan pendidikan kesehatan
rumah sakit tentang pengendalian
72

No Isu Strategis Pendapat Peserta FGD Rekomendasi


.
infeksi pada keluarga pasien.
73

2.2 Identifikasi Masalah

Setelah dilakukan analisis situasi dengan menggunakan pendekatan SWOT


maka kelompok dapat merumuskan sebagai berikut:
1. Terdapat 1 dari 15 perawat di ruang PPJT Lt. 3 belum memiliki sertifikat
pelatihan EKG . 15 Perawat belum melakukan latihan keperawatan kardiologi
dasar
2. Sebagian besar nama PPJP dan DPJP tidak tercantum di papan nama yang
terpasang pada bed pasien. Bed pasien sering dipindah – pindah untuk
membantu mobilisasi pasien. Sehingga nama PPJP dan DPJP beresiko tidak
valid. Selain itu Belum terdapat papan nama perawat yang dinas baik pada pagi,
siang maupun malam hari.
3. Timbang terima dalam ruangan sudah dilakukan dengan cukup baik, akantetapi
dokumentasi timbang terima di mapping kurang rinci (keluhan pasien, data
objektif dan diagnosa keperawatan tidak disampaikan). Dari 21 item hal yang
harus dilakukan dalam timbang terima, hanya 11 item (52,3%) yang dilakukan.
4. Ronde keperawatan di ruang PPJT Lt.3 belum pernah dilaksanakan selama
periode 2019.
5. Penerimaan pasien baru. Tidak terdapat welcome book sebagai panduan perawat
dalam pelaksanaan pasien baru
6. Dokumentasi. Berdasarkan pengamatan terhadap status pasien, 90% rumusan
diagnosa keperawatan sesuai dengan SDKI. Namun 10 % lainnya belum sesuai
dengan SDKI.
7. Implementasi yang tertulis di rekam medis hanya 2-3 dari daftar intervensi
keperawatan yang dapat dilakukan sesuai pedoman SIKI. Komunikasi yang
belum efektif dalam timbang terima karena rekam medis dipakai tenaga
kesehatan lain. Timbang terima masih lebih fokus ke beban kerja delegasi
daripada beban kerja murni keperawatan.
8. Upaya pencegahan infeksi meliputi penerapan cuci tangan oleh keluarga pasien
dan pengunjung belum optimal, penulisan tanggal infus, kateter dan alat invasif
masih kurang optimal.
74

2.3 Prioritas Masalah


Tabel 2.31 Prioritas Masalah berdasarkan CARL (Capability, Accesbility, Relevancy,
Leverage) menurut Nursalam (2015)

Skor Analisis
Masalah Swot C A R L TOTAL Prioritas
IFAS EFAS
Timbang terima. Dari 21 item hal 0,4 -0,6 9 8 7 8 4032 1
yang harus dilakukan dalam
timbang terima, hanya 11 item
(52,3%) yang dilakukan.
Penyampaian timbang terima dari
mapping kurang rinci (keluhan
pasien, data objektif dan diagnosa
keperawatan tidak disampaikan).

Ronde keperawatan di ruang 0 -0,5 8 7 8 8 3584 2


PPJT Lt.3 belum pernah
dilaksanakan selama periode 2019.

Penerimaan pasien baru. Tidak -0,3 0,4 8 8 7 7 3136 3


terdapat welcome book sebagai
panduan perawat dalam
pelaksanaan pasien baru

Dokumentasi. 10 % rumusan -0,6 0,7 8 7 7 7 2744 4


diagnosa keperawatan belum sesuai
dengan SDKI. Implementasi yang
tertulis di rekam medis hanya 2-3
dari daftar intervensi keperawatan
yang dapat dilakukan sesuai
pedoman SIKI.

Komunikasi masalah dalam 0,9 0 6 7 7 8 2352 5


timbang terima belum tersampaikan
secara menyeluruh.

Upaya pencegahan infeksi meliputi 0,9 0 6 6 7 8 2016 6


penerapan cuci tangan oleh
keluarga pasien dan pengunjung
belum optimal, penulisan tanggal
infus, kateter dan alat invasif masih
kurang optimal.

Penempatan nama PPJP dan DPJP 1,1 2 4 6 7 7 1176 7


belum sesuai pada bed pasien
75

Terdapat 1 dari 15 perawat yang -0,5 0,1 5 5 2 7 392 8


belum mengikuti pelatihan EKG.
15 Perawat belum melakukan
latihan keperawatan kardiologi
dasar

Berdasarkan rumusan masalah diatas 3 masalah teratas yaitu: masalah timbang


terima, ronde keperawatan dan penerimaan pasien baru. Kelompok mengangkat
prioritas masalah timbang terima, ronde keperawatan dan penerimaanN pasien baru
untuk dilakukan role play sebagai contoh bagi ruangan dan mempersiapkan contoh
usulan format sebagai inovasi dari Mahasiswa Program Profesi Ners Universitas
Airlangga bagi Ruangan PPJT Lantai 3 untuk mempermudah dokumentasi, dan
manajemen material.
BAB 3
PERENCANAAN

3.1 Pengorganisasian
Untuk efektifitas pelaksanaan Model Asuhan Keperawatan Profesional
(MAKP) dalam menentukan kebijakan-kebijakan internal yang sifatnya umum
kelompok menyusun struktur organisasi sebagai berikut:
Ketua : Fiqih Ardi, S.Kep
Sekretaris 1 : Choirina Nur Aziza, S.Kep.
Sekretaris 2 : Firda Dwi Yuliana, S.Kep.
Bendahara : Lilik Manowati, S.Kep.

Penanggung Jawab Kegiatan


1) Penerimaan klien baru : Achmad Ibrahim, S.Kep.
2) Timbang terima : Gaharuni Sahika M, S.Kep.
3) Ronde keperawatan : Yeane Fiorola Ire, S.Kep.

Adapun dalam pengelolaan ruang rawat maka


diselenggarakan pengorganisasian dalam pembagian peran sebagai berikut:
1) Kepala Ruangan/Nursing Unit Manager (NUM)
2) Perawat Primer/Primary Nurse (PN)
3) Perawat Pelaksana/Associate Nurse (AN)
Pembagian peran ini secara rinci akan dilampirkan pada lampiran,
setelah pelaksanaan MAKP di ruangan.

3.2 Strategi Pelaksanaan


3.2.1 Timbang terima
1. Latar Belakang
Profesionalisme dalam keperawatan dapat dicapai dengan
mengoptimalkan peran dan fungsi perawat, terutama peran dan fungsi mandiri
perawat. Hal ini dapat diwujudkan dengan baik melalui komunikasi yang efektif
antar perawat, maupun dengan tim kesehatan yang lain. Salah satu bentuk
komunikasi yang harus ditingkatkan efektifitasnya adalah saat pergantian shift,
yaitu saat timbang terima pasien.

75
76

Timbang terima pasien (operan) merupakan teknik atau cara untuk


menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan
pasien. Timbang terima pasien harus dilakukan seefektif mungkin dengan
menjelaskan secara singkat, jelas, dan komplit tentang tindakan mandiri perawat,
tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan/ belum dan perkembangan pasien saat
itu. Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga kesinambungan asuhan
keperawatan dapat berjalan dengan sempurna. Timbang terima dilakukan oleh
perawat yang berdinas saat itu (Primary Nursing) kepada perawat
penanggungjawab yang akan bertugas secara tertulis dan lisan. Timbang terima di
Ruang PPJT Lt.3 RSUD Dr. Soetomo Surabaya setiap timbang terima dihadiri
oleh perawat yang bertugas dan juga kepala ruang kecuali untuk shift sore dan
malam tanpa kepala ruang. Timbang terima dilakukan setiap pergantian shift di
ruang perawat. Timbang terima didahului dengan pembukaan oleh kepala ruang
atau didelegasikan kepada ketua tim kemudian memimpin berdoa dan perawat
primer dipersilahkan mengoperkan kliennya kepada perawat associate. Laporan
yang dibacakan pada timbang terima berupa identitas klien, kamar pasien,
diagnose medis dan tindakan kolaboratif. Pada saat timbang terima antara PP
kepada PA membahas tindakan lanjutan yang ada pada klien, kemudian
dilanjutkan validasi ke klien secara bersama-sama.
2. Masalah
Timbang terima sudah dilakukan tetapi belum optimal. Data yang
dilaporkan oleh perawat primer saat timbang terima yaitu identitas pasien, keluhan
utama, diagnosa medis, terapi selanjutnya serta tindakan yang akan dilakukan tetapi
belum tersampaikan masalah keperawatan, implementasi dan intervensi keperawatan
lanjutan. Saat pelaporan intervensi masih berfokus pada tindakan kolaborasi. Terdapat
data fokus yang tidak sesuai dengan masalah keperawatan yang diambil. Intervensi masih
bersifat umum tidak berdasarkan masalah keperawatan dan evaluasi tidak lengkap dan
pelaksanaan timbang terima masih belum masih belum oprtimal, khususnya dari shift
sore ke malam.
3. Tujuan
1) Tujuan umum
Menjaga kesinambungan informasi mengenai keadaan klien dapat
dipertahankan pada setiap shift.
77

2) Tujuan khusus
(1) Mengoptimalkan timbang terima setiap shift
(2) Menyampaikan kondisi dan keadaan klien (data fokus).
(3) Menyampaikan hal yang sudah atau belum dilakukan dalam
asuhan keperawatan kepada klien.
(4) Menyampaikan hal-hal yang penting yang harus ditindak lanjuti
oleh perawat shift berikutnya.
(5) Menyusun rencana kerja sesuai masalah keperawatan untuk shift
berikutnya
(6) Mendokumentasikan evaluasi secara lengkap
3) Target
Timbang terima dapat berjalan lebih optimal, menyusun intervensi
sesuai masalah keperawatan serta mengevaluasi secara lengkap.
4. Evaluasi
1) Struktur
(1) Menentukan penanggung jawab timbang terima
(2) Menyusun teknik timbang terima bersama-sama dengan
staf keperawatan
(3) Menentukan materi timbang terima
(4) Menyiapkan rekam medis klien yang akan digunakan dalam
timbang terima
(5) Mempersiapkan mapping untuk timbang terima
(6) PN dan AN melaksanakan tugas sesuai dengan wewenang masing-
masing
2) Proses
(1) Melakukan timbang terima bersama dengan kepala ruangan dan
staf keperawatan pada setiap pergantian shift
(2) Timbang terima dipimpin oleh Primary Nurse
(3) Timbang terima diikuti oleh perawat, mahasiswa yang berdinas dan
yang akan dinas
(4) Timbang terima dilaksanakan di ruang perawat dengan pelaporan
tiap klien maksimal 3 menit
78

(5) Menjelaskan masalah yang berfokus pada masalah keperawatan


3) Hasil
(1) Perawat mampu melakukan timbang terima sesuai dengan konsep
SBAR
(2) Perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara paripurna
(3) Dapat meningkatkan kemampuan dan komunikasi antar perawat
(4) Menjalin hubungan kerjasama yang bertanggung jawab antar perawat
(5) Pelaksanaan asuhan keperawatan dapat berjalan
dengan berkesinambungan
5. Program Kerja
1) Rencana Strategis
(1) Menentukan penanggung jawab timbang terima
(2) Menyusun format timbang terima serta petunjuk teknis pengisianya
(3) Menyiapkan kasus kelolaan yang akan digunakan untuk timbang
terima
(4) Mengatur jadwal pelaksanaan timbang terima
(5) Timbang terima dapat dilakukan secara lisan atau tertulis
(6) Melaksanakan timbang terima bersama dengan ketua tim dan
staf keperawatan
(7) Dilaksanakan pada setiap pergantian shift
(8) Dipimpin oleh Primary Nurse sebagai penanggung jawab shift
(9) Diikuti perawat, mahasiswa yang berdinas atau yang akan berdinas
(10) Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis,
atau menggambarkan kondisi saat ini dngan tetap menjaga
kerahasiaan klien
(11) Timbang terima harus berorientasi pada permasalahan klien, rencana
tindakan dan perkembangan kesehatan klien pada konsep SBAR
(12) Perawat, mahasiswa yang berdinas atau yang akan berdinas
melakukan validasi ke klien
(13) Berdiskusi dan mendokumentasikan hasil timbang terima klien.
2) Pengorganisasian
1) Penanggung jawab : Gaharuni Sahika M., S.Kep.
79

2) Role Play : Selasa, 15 oktober 2019

3.2.2 Ronde Keperawatan


1. Latar Belakang
Dalam pelaksanaan manajemen terdapat model asuhan keperawatan
professional (MAKP) yang di dalamnya terdapat kegiatan ronde keperawatan.
Ronde keperawatan merupakan suatu metode dalam pelayanan keperawatan yang
berguna untuk meningkatkan pelayanan kepada pasien dan memberikan masukan
kepada perawat tentang asuhan keperawatan yang dilakukan. Kozier et al (2011)
menyatakan bahwa ronde keperawatan adalah suatu prosedur dua atau lebih
perawat mengunjungi pasien untuk mendapatkan informasi yang akan membantu
dalam merencanakan pelayanan keperawatan dan memberikan kesempatam pada
pasien untuk mendiskusikan masalah keperawtannya serta mengevaluasi
pelayanan keperawatan yang telah diterima pasien
Ronde keperawatan merupakan strategi yang efektif dalam memulai banyak
perubahan dalam askpek perawatan, terutama meningkatkan komunikasi di antara
anggota tim terkait interaksi antar perawat (Aitken et al 2010). Ronde
keperawatan juga berguna dalam pengembangan praktik klinis, evidence based
care, dan pemahaman pasien terhadap kondisi yang mereka alami (Close &
Castldine 2005).
Ronde keperawatan adalah suatu sarana bagi perawat untuk membahas
masalah keperawatan dengan melibatkan klien dan seluruh tim keperawatan,
konsultan keperawatan, serta tim kesehatan lain (dokter, ahli gizi, rehabilitasi
medik). Selain dapat menyelesaikan masalah keperawatan pasien, ronde
keperawatan juga merupakan suatu proses belajar bagi perawat dengan harapan
dapat meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. Dari kepekaan
dan cara berpikir kritis perawat akan tumbuh dan terlatih melalui suatu transfer
pengetahuan dan pengaplikasikan konsep teori secara langsung pada kasus yang
nyata. Dengan dilakukannya ronde keperawatan yang berkelanjutan ini
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan perawat ruangan untuk lebih berpikir
secara kritis dalam peningkatan perawatan secara professional. Adanya
pelaksanaan ronde keperawatan ini, juga akan memperlihatkan kemampuan
80

perawat dalam melaksanakan kerja sama dengan tim kesehatan yang lain guna
untuk mengatasi masalah kesehatan yang terjadi pada klien (Nursalam, 2012).
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruang pada 07 Oktober 2019,
didapatkan bahwa ronde keperawatan terakhir dilaksanakan pada tahun 2016.
Masalah
a. Ronde keperawatan terakhir dilakukan pada tahun 2016
b. Adanya keterbatasan waktu dan jumlah tenaga kesehatan untuk melakukan
ronde keperawatan
c. Tidak ada tim khusus untuk ronde keperawatan
d. Jarangnya dilakukan ronde keperawatan membuat beberapa perawat kurang
paham tentang pentingnya ronde keperawatan

2. Kriteria Klien
a. Klien dengan masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah
dilakukan tindakan keperawatan
b. Klien dengan kasus baru atau langka
3. Tujuan
a. Tujuan umum
Mahasiswa mampu menyelesaikan masalah pasien melalui ronde
keperawatan.
b. Tujuan khusus
1) Menumbuhkan cara berpikir kritis dan sistematis
2) Meningkatkan kemampuan validasi data klien
3) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan.
4) Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana keperawatan.
5) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi
pada masalah klien.
6) Meningkatkan kemampuan justifikasi.
7) Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja
4. Target
Ronde keperawatan dapat berjalan dengan baik sesuai dengan prosedur yang
berlaku.
81

5. Evaluasi
a. Struktur
1) Menentukan tim ronde keperawatan
2) Menyusun teknik ronde keperawatan
3) Menyusun proposal resume pasien
b. Proses
1) Membuka kegiatan ronde keperawatan
2) Menyampaikan resume pasien
3) Melakukan validasi ke pasien
4) Melakukan diskusi dengan dokter, ahli gizi, dan perawat konselor
5) Memberikan rekomendasi dan saran
c. Hasil
1) Menumbuhkan cara berpikir kritis dan sistematis
2) Meningkatkan kemampuan validasi data klien
3) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan.
4) Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana keperawatan
5) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada masalah klien.
6) Meningkatkan kemampuan justifikasi.
7) Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja
6. Program Kerja
a. Rencana Strategis
1) Menentukan penanggung jawab ronde keperawatan
2) Menentukan pembentukan tim ronde keperawatan
3) Melaksanakan sosialisasi kepada perawat terutama tim ronde
keperawatan
4) Menentukan peserta ronde keperawatan dan memberikan informed
consent pada pasien atau keluarga pasien
5) Menentukan jadwal pelaksanaan ronde keperawatan
6) Melaksanakan penerimaan ronde keperawatan
7. Pengorganisasian
a. Penanggung jawab : Yeane Fiorola Ire, S.Kep
82

b. Waktu : Tanggal 22-24 Oktober 2019


Role Play : Kamis, 17 Oktober 2019

3.2.3 Penerimaan Pasien Baru


1. Latar Belakang
Pelayanan keperawatan yang professional merupakan praktik
keperawatan yang dilandasi oleh nilai-nilai professional, yaitu meliputi
nilai intelektual, komitmen moral terhadap diri sendiri, tanggung jawab
pada profesi dan masyarakat, otonomi, serta pengendalian dan tanggung
gugat. Menurut Nursalam (2002) keperawatan sebagai pelayanan yang
profesional yang bersifat humanistik, menggunakan pendekatan holistik,
dilakukan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berorientasi kepada
kebutuhan objektif klien, mengacu pada standar asuhan keperawatan dan
menggunakan etika keperawatan sebagai tuntunan utama.
Kontribusi pelayanan kesehatan terhadap pelayanan kesehatan yang
dilakukan di sarana kesehatan sangat tergantung pada manajemen pelayanan
keperawatan. Manajemen pelayanan keperawatan merupakan suatu proses
perubahan atau proses tranformasi dari sumber daya yang dimiliki untuk
mencapai tujuan. Manajemen menurut Nursalam (2002) merupakan suatu
pelayanan keperawatan dimana tim keperawatan dikelola dengan
menjalankan empat fungsi manajemen antara lain perencanaan,
pengorganisasian, motivasi dan pengendalian. Keempat fungsi tersebut
saling berhubungan dan memerlukan kemampuan teknis, hubungan antar
manusia, konseptual yang mendukung asuhan keperawatan yang bermutu,
berdaya guna dan berhasil guna masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa
manajemen keperawatan perlu mendapat prioritas keperawatan yang utama
dalam pengembangan keperawatan dimasa depan, karena berkaitan dengan
tuntutan profesi dan global bahwa setiap perkembangan serta perubahan
memerlukan
83

pengelolaan secara profesional dengan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi.

Penerimaan klien baru adalah proses interaksi dengan klien, keluarga dan
petugas lain dalam kegiatan serah terima klien yang baru masuk di ruang perawatan
(Suarli, 2010), penerimaan klien baru dapat dimulai dengan adanya upaya
perencanaan tentang kebutuhan asuhan keperawatan sejak masuk sampai klien
pulang (Nursalam, 2014). Penerimaan pasien baru meliputi persiapan, pelaksanaan
(pengenalan kepada pasien, tenaga kesehatan lain, peraturan rumah sakit, penyakit
termasuk sentralisasi obat) dan penandatanganan penjalasan (Nursalam, 2015).
Penerimaan klien baru yang belum dilakukan sesuai standar maka besar
kemungkinan menurunkan mutu suatu kualitas pelayanan yang pada akhirnya dapat
menurunkan tingkat kepercayaan klien terhadap pelayanan suatu Rumah Sakit.

Di Instalasi Rawat Inap Ruang Pusat Pelayanan Jantung Terpadu Lt3 RSUD
Dr.Soetomo Surabaya, penerimaan klien baru dilakukan bila ada klien datang,
perawat akan menyiapkan tempat tidur klien, memperkenalkan diri,
memberitahukan aturan rumah sakit, dan memberikan petunjuk untuk pengambilan
obat. Klien baru yang datang diorientasikan berdasarkan format penerimaan klien
baru yang berisi identitas klien, dokter yang bertanggung jawab, perawat yang
bertanggung jawab. Di ruang PPJT Lt.3 RSUD Dr. SoetomoSurabaya belum
terdapat leaflet edukasi tentang peraturan, hak kewajiban klien di rumah sakit serta
edukasi tentang penyakit.

2. Kriteria penerimaan pasien baru

a. Persiapan
b. Pelaksanaan
c. Pengenalan kepada pasien, tenaga kesehatan lain
d. Peraturan rumah sakit
e. Penyakit termasuk sentralisasi obat
f. Penandatanganan penjelasan/ inform consent
3. Tujuan
Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengaplikasikan peran perawat dalam penerimaan
klien baru sesuai standar di ruang PPJT Lt.3 RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

Tujuan khusus

1) Menyusun SOP penerimaan klien baru


2) Menyusun lembar penerimaan klien baru
3) Menyusun media mengenai hak- kewajiban klien dan peraturan ruangan
dan edukasi penyakit
4) Membuat welcome book
5) Mendokumentasikan hasil pelaksanaan penerimaan klien baru
6) Mengevaluasi hasil pelaksanaan penerimaan klien baru
4. Target
Penerimaan klien baru dapat terlaksana dengan optimal berdasarkan alur
penerimaan klien baru dan proses penerimaan klien.
5. Evaluasi
Struktur
1. Menentukan penanggung jawab penerimaan klien baru
2. Menyusun teknik penerimaan klien baru bersama-sama dengan staf
keperawatan PPJT Lt.3 RSUD Dr. Soetomo Surabaya
3. Persiapan format penerimaan klien baru
4. Persiapan nursing kit
Proses
1. Melakukan penerimaan klien baru bersama dengan NUM, PN, AN
2. Perkenalan dan orientasi ruangan, penjelasan peraturan rumah sakit,
penjelasan tentang hak dan kewajiban menggunakan media
leaflet/poster
3. AN melakukan pemeriksaan fisik
Hasil
a. Perawat mampu melakukan penerimaan klien baru sesuai dengan alur
penerimaan klien baru

84
85

b. Mensosialisasikan ulang pelaksanaan penerimaan klien baru yang


benar
c. Melaksanakan penerimaan klien baru dengan data secara lengkap
sesuai dengan format yang ada
d. Meningkatkan koordinasi antara perawat pelaksana dan perawat
primer selaku penanggung jawab penerimaan klien baru
6. Program Kerja
Rencana Strategis

(1) Menentukan penanggung jawab penerimaan klien baru

(2) Menentukan materi edukasi penerimaan klien baru

(3) Menentukan jadwal pelaksanaan penerimaan klien baru

(4) Melaksanakan penerimaan klien baru

7. Pengorganisasian
a. Penanggung jawab : Ahmad Ibrahim, S.Kep
b. Waktu : Tanggal 16 Oktober 2019

3.2.4 Dokumentasi Keperawatan


1. Latar Belakang
Dokumentasi keperawatan merupakan dokumen autentik dalam pencatatan
tindakan keperawatan yang dilakukan dalam melaksanakan manajemen asuhan
keperawatan professional. Komponen penting dalam pendokumentasian adalah
komunikasi, proses keperawatan, serta standar asuhan keperawatan. Efektivitas
dan efisiensi dalam pengumpulan informasi yang relevan dapat meningkatkan
kualitas dokumentasi keperawatan. Manfaat dan pentingnya dokumentasi
keperawatan antara lain dari segi hukum, karena semua catatan informasi tentang
pasien merupakan dokumentasi resmi dan bernilai hukum, oleh karena itu data
harus diidentifikasi secara lengkap, jelas, objektif, dan ditandatangani oleh tenaga
kesehatan atau perawat, sehingga perlu dicantumkan waktu dan sebaiknya
dihindari adanya penulisan yang dapat menimbulkan intrepetasi yang salah
(Nursalam, 2017).
86

Dokumentasi keperawatan memiliki peran dimana sebagai alat komunikasi


pada tingkat sistem kesehatan, dokumentasi keperawatan sebagai praktik
kompetensi perawat yang menginformasikan dan menjaga standar praktik dalam
melawan hukum. Dokumentasi keperawatan sebagai standar dokumentasi
keperawatan yang memfasilitasi standar komunikasi atau bahasa klinik,
menginformasikan health human resource strategy melawan hukum dan
menginformasikan koordinasi perawatan yang berkelanjutan. Standar
dokumentasi dapat menyampaikan secara jelas tentang riwayat klien.
Dokumentasi keperawatan juga dapat sebagai tanggung gugat perawat (nursing
accountability) untuk melindungi klien (Hannah, et al, 2015). Segi mutu (kualitas
pelayanan), pencatatan data pasien yang lengkap dan akurat akan memberi
kemudahan perawat untuk menyelesaikan masalah pasien serta untuk mengetahui
sejauh mana masalah dapat teratasi. Hal ini juga memungkinkan perawat untuk
mengetahui adanya masalah baru secara dini (Nursalam, 2017).
Dokumentasi merupakan aspek legal dari tindakan keperawatan yang
dilakukan terhadap klien yang berfungsi sebagai tanggung jawab dan tanggung
gugat terhadap tuntutan hukum. Pada era yang semakin maju, masyarakat semakin
sadar terhadap hukum, sehingga hal tersebut memiliki peluang adanya tuntutan
hukum terhadap tindakan keperawatan yang dilakukan. Dokumentasi keperawatan
ini dilakukan sebagai salah satu bukti legal dari tindakan keperawatan yang telah
dilakukan. Salah satu solusi yang dapat dilakukan dalam mengatasi masalah
tersebut yaitu perlu dijalankan atau diterapkan standar dokumentasi keperawatan
yang telah tersedia agar dapat digunakan sebagai bukti legal serta media
pembelajaran bagi mahasiswa yang melakukan praktik profesi. Kelengkapan
dokumentasi keperawatan sebagai cerminan bahwa asuhan keperawatan yang
diberikan mempunyai efektifitas dan efisiensi.
2. Masalah
Sistem pendokumentasian yang berlaku di Ruang PPJT Lt 3 sudah
berjalan baik, namun berdasarkan standar penulisan dokumentasi keperawatan
didapatkan pengisian dokumentasi kurang lengkap (seperti reassesment resiko
jatuh). Data fokus belum sesuai dengan diagnosa keperawatan. Diagnosa
keperawatan masih belum sesuai dengan SDKI.
87

3. Tujuan
1) Tujuan Umum
Setelah dilakukan praktika manajemen dapat dilakukan penerapan
dokumentasi keperawatan dengan baik dan benar.
2) Tujuan Khusus
a) Mendokumentasikan proses asuhan keperawatan secara lengkap
b) Mendokumentasikan proses pengkajian keperawatan
c) Mendokumentasikan diagnosis keperawatan
d) Mendokumentasikan pelaksanaan keperawatan
e) Mendokumentasikan evaluasi keperawatan
f) Mendokumentasikan pengelolan logistik dan obat
g) Mendokumentasikan HE (health education) melalui kegiatan
perencanaan pulang
h) Menyampaikan hal yang sudah atau belum dilakukan dalam asuhan
keperawatan kepada klien
i) Mendokumentasikan pengkajian yang berkaitan dengan mutu meliputi
pengkajian nyeri, risiko jatuh, risiko dekubitus dan aspek yang lain pada
saat timbang terima dan dituliskan pada masing-masing dokumen klien.
4. Target
Dokumentasi keperawatan dilakukan dengan benar, lengkap, sesuai dengan
SDKI.
5. Evaluasi
1) Struktur: Menyiapkan dokumentasi klien dalam satu paket yang lengkap
2) Proses
a) Dokumentasi klien dilakukan secara bertahap sesaat setelah melakukan
tindakan keperawatan
b) Melakukan dokumentasi keperawatan mulai dari pengkajian sampai
dengan evaluasi keperawatan secara jelas
3) Hasil
Mahasiswa dan perawat dapat melakukan dokumentasi keperawatan
pada dokumen klien lengkap.
88

6. Program Kerja
1) Rencana Strategis
a) Menyusun format pengkajian untuk kelompok mahasiswa yang nantinya
akan menjadi media dokumentasi perawatan klien kelolaan
b) Melakukan pengkajian mutu secara berkala
c) Melakukan pendokumentasian bersama dengan perawat ruangan
d) Melakukan pendokumentasian secara lengkap dan akurat dalam
dokumentasi keperawatan mahasiswa terhadap klien kelolaan
e) Membuat ringkasan diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan dari
sumber SDKI, SLKI, dan SIKI.
f) Melakukan pendokumentasian diagnosa keperawatan sesuai dengan SDKI,
SIKI dan SLKI
2) Pengorganisasian
a) Penanggung jawab: Wirahadi Saputra , S.Kep
b) Waktu : 13-26 Oktober 2019
89

3.2 Plan Of Action


Tabel 2.32 Tabel Plan of Action di Ruang PPJT Lt.3 RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada tanggal 8 Oktober 2019

No Masalah Tujuan Kegiatan Indikator Keberhasilan Penanggung Jawab


1. M2 (Material) Setelah dilaksanakan (1) Men-design papan 1. Terpasangnya Ahmad Ibrahim,
praktik manajemen nama PPJP dan papan nama PPJP S.Kep
Sebagian besar nama PPJP
keperawatan selama 2 DPJP. Serta papan dan DPJP di depan
dan DPJP tidak tercantum di minggu, diharapkan daftar perawat yang setiap kamar pasien
nama PPJP dan DPJP berjaga (dinas) 2. Terpasangnya
papan nama yang terpasang
dapat tertera di setiap (2) Konsultasi design papan nama papan
pada bed pasien. Bed pasien dinding depan ruang papan nama PPJP daftar perawat yang
pasien.. dan DPJP dan berjaga (dinas) di
sering dipindah – pindah
papan daftar ners station
untuk membantu mobilisasi perawat yang
berjaga (dinas)
pasien. Sehingga nama PPJP
denganpembimbing.
dan DPJP beresiko tidak (3) Mencetak papan
nama PPJP dan
valid. Selain itu Belum
DPJP serta papan
terdapat papan nama perawat daftar perawat yang
berjaga (dinas)
yang dinas baik pada pagi,
(4) Memasang papan
siang maupun malam hari. nama PPJP dan DPJP
di depan kamar
pasien. Serta papan
daftar perawat yang
berjaga (dinas) di
ners station

2. M3 (Method) Setelah dilaksanakan 1. Memodifikasi format Timbang terima dapat Gaharuni Sahika
M, S.Kep
Timbang Terima praktik manajemen mapping yang ada berjalan lebih optimal
Timbang terima dalam keperawatan selama 2 2. Menyiapkan kasus dan sesuai dengan alur,
ruangan sudah dilakukan minggu, diharapkan kelolaan yang akan konten serta peran.
90

No Masalah Tujuan Kegiatan Indikator Keberhasilan Penanggung Jawab


dengan cukup baik, Ruang PPJT Lantai 3 digunakan untuk
akantetapi dokumentasi RSUD timbang terima
timbang terima di mapping Dr.Soetomo Surabaya 3. Mengatur jadwal
kurang rinci (keluhan mampu menjaga pelaksanaan timbang
pasien, data objektif dan kesinambungan terima
diagnosa keperawatan tidak informasi mengenai 4. Menyusun proposal
disampaikan). Dari 21 item keadaan klien dapat timbang terima
hal yang harus dilakukan dipertahankan pada 5. Melaksanakan role
dalam timbang terima, setiap shift. play timbang terima
hanya 11 item (52,3%) yang pada saat pergantian
dilakukan. shift
3 Ronde Keperawatan Setelah dilaksanakan 1. Membuat alur Ronde keperawatan Yeane Fiorola
berjalan dengan optimal Ire, S.Kep
Ronde keperawatan di ruang praktik manajemen pelaksanaan ronde
keperawatan selama
PPJT Lt.3 belum pernah keperawatan
2 minggu,
dilaksanakan selama periode diharapkan ruang 2. Menentukan klien
2019. PPJT Lantai 3 RSUD yang akan dijadikan
Dr.
subjek ronde
Soetomo Surabaya
mampu menyelesaikan keperawatan
melalui pendekatan 3. Menentukan jadwal
kritis dan diskusi
pelaksanaan ronde
keperawatan
4. Membuat proposal
pelaksanaan ronde
91

No Masalah Tujuan Kegiatan Indikator Keberhasilan Penanggung Jawab


kepperawatan
5. Melaksanakan ronde
keperawatan
6. Mendokumentasikan
ronde keperawatan
4 Penerimaan Pasien Setelah dilaksanakan 1. Membuat welcome book 1. Dokumentasi terisi Ahmad Ibrahim,
Baru praktik manajemen dengan lengkap S.Kep
untuk mempermudah
Penerimaan pasien baru. keperawatan selama 2. Keluarga dan pasien
Tidak terdapat welcome 2 minggu, perawat dalam dapat memahami hak
book sebagai panduan diharapkan ruang dan kewajiban di
penyampian informasi
perawat dalam PPJT Lantai 3 RSUD rumah sakit
pelaksanaan penerimaan Dr. saat penerimaan pasien
pasien baru Soetomo Surabaya
baru
mampu
mengaplikasikan
peran perawat dalam
penerimaan pasien
baru
5 1. Dokumentasi Setelah dilaksanakan 1. Membuat ringkasan Dokumentasi Rambu Mema,
praktik manajemen keperawatan sesuai S.Kep
Berdasarkan pengamatan diagnosa keperawatan
keperawatan selama dengan SDKI SLKI dan
terhadap status pasien, 2 minggu, sesuai dengan SDKI SIKI
diharapkan ruang
90% rumusan diagnosa beserta data fokusnya
PPJT Lantai 3 RSUD
keperawatan sesuai Dr. 2. Membuat ringkasan
Soetomo Surabaya
dengan SDKI. Namun 10 luaran diagnosa
mampu
% lainnya belum sesuai mengaplikasikan keperawatan sesuai
SDKI, SIKI dan
dengan SDKI. dengan SLKI
SLKI dalam
2. Implementasi yang penyusunan diagnosa 3. Membuat ringkasan
keperawatan, kriteria
tertulis di rekam medis intervensi keperawatan
hasil dn intervensi
92

No Masalah Tujuan Kegiatan Indikator Keberhasilan Penanggung Jawab


hanya 2-3 dari daftar keperawatan yang sesuai dengan
intervensi keperawatan SIKI
yang dapat dilakukan
sesuai pedoman SIKI.
6 Komunikasi yang belum Setelah dilaksanakan 1. 1. Komunikasi efektif Fiqih Ardi Pradana,
timbang terima, ners saat timbang terima S.Kep
efektif dalam timbang terima Praktik Manajemen
membawa catatan menggunakan rekam
karena rekam medis dipakai Keperawatan, perkembangan pasien medis walaupun tidak
dimana ners lengkap.
tenaga kesehatan lain. diharapkan Ruang
menuliskan SOAP 2. Komunikasi efektif
Timbang terima masih lebih PPJT Lantai 3 RSUD yang dapat dioverkan. pada momen timbang
2. terima lebih banyak
fokus ke beban kerja delegasi Dr.Soetomo
yang efektif sesuai membahas masalah
daripada beban kerja murni Surabaya dapat SBAR tanpa keperawatan dan tugas
mengesampingkan keperawatan bukan
keperawatan. meningkatkan
tugas mandiri ners. tugas delegasi dari
komunikasi yang 3.Melakukan penilaian tenaga kesehatan lain.
feedback dan follow
efektif dengan
up tentang komunikasi
keterbatasan yang efektif.
ada.
efektif.

7 Upaya pencegahan infeksi Setelah dilaksanakan 1. Melakukan KIE 1. Pasien atau keluarga Lilik Manowati,
pengendalian pasien dapat S.Kep
meliputi penerapan cuci Praktik Manajemen
infeksi pada pasien melakukan
tangan oleh keluarga pasien Keperawatan,
seperti cuci tangan pengendalian infeksi
dan pengunjung belum diharapkan Ruang saat penerimaan minimal dengan 5
optimal, penulisan tanggal PPJT Lantai 3 RSUD pasien moment cuci tangan
2. Melakukan dan 6 cara cuci tangan
infus, kateter dan alat invasif Dr.Soetomo Surabaya
reassesment yang benar.
93

No Masalah Tujuan Kegiatan Indikator Keberhasilan Penanggung Jawab


masih kurang optimal. dapat melaksanaan pengkajian tanggal 2. Tidak ada tanggal
pemasangan IV pemakaian IV Line
pengendalian infeksi
Line, kateter dan >3 hari, dower kateter
yang komprehensif >7 hari dll, serta
alat medis yang
dapat
yaitu penerapan cuci dapat menimbulkan mendokumentasikann
tangan keluarga infeksi. ya dalam rekam
3. Melakukan medis
pasien dan pasien,
Melakukan
pengkajian tanggal penilaian feedback
infus, kateter dll. dan follow up
tentang.
4. Melakukan
pendidikan
kesehatan rumah
sakit tentang
pengendalian
infeksi pada
keluarga pasien
BAB 4

PELAKSANAAN

Pada Bab ini akan diuraikan pelaksanaan Model Asuhan Keperawatan


Profesional (MAKP) yang dilaksanakan dalam Praktik Mahasiswa Profesi
Manajemen Keperawatan di Ruang PPJT Lt. 3 RSUD Dr.Soetomo Surabaya pada
tanggal 7 Oktober sampai 2 November 2019.

4.1 M1 (Man)
4.1.1 Persiapan
Penilaian dan pengawasan M1 (Man) pada perawat ruangan dipersiapkan
sejak tanggal 8 - 10 Oktober 2019. Pelaksanaannya dilakukan pada tanggal 14-25
Oktober 2019. Pengawasan dan penilaian dilakukan dengan menghitung
kebutuhan tenaga perawat berdasarkan metode Douglas dan Permenkes
262/Menkes/per/VII/1979 pada pasien di ruang Jantung Terpadu Lantai 3 RSUD
Dr. Soetomo Surabaya dan melakukan perhitungan beban kerja dengan metode
Time Motion Study.

4.1.2 Pelaksanaan Kegiatan


Uji coba model asuhan keperawatan profesional (MAKP) dimulai pada
tanggal 10 - 13 Oktober 2019 dan pelaksanaan MAKP tanggal 14-25 Oktober
2019. MAKP dilakukan dengan jumlah mahasiswa praktik profesi sebanyak 12
orang dengan pembagian shift pagi, sore dan malam. Setiap hari selama 14 – 25
Oktober 2019, mahasiswa dijadwal dalam melaksanakan peran sebagai kepal
ruang, PP, dan PA.
Proses pelaksanaan kegiatan perhitungan kebutuhan tenaga perawat
dilakukan oleh mahasiswa praktik profesi manajemen kepada pasien di ruang
Jantung Terpadu Lantai 3 RSUD Dr. Soetomo Surabaya menggunakan metode
Depkes RI dan Douglas dengan rekapitulasi sebagai berikut :
Tabel 4.1 Perhitungan kebutuhan tenaga perawat metode Depkes RI dan Douglas serta
jumlah BOR pada pasien di Ruang Jantung Terpadu Lantai 3 RSUD Dr.
Soetomo Surabaya pada tanggal 14-25 Oktober 2019
No Hari/ Tanggal Jumlah Jumlah Kebutuhan Perawat BOR
Pasien Perawat Depkes RI Douglas (%)
1. Senin, 14 Oktober 2019 25 13 16 19 96,15%
No Hari/ Tanggal Jumlah Jumlah Kebutuhan Perawat BOR
Pasien Perawat Depkes RI Douglas (%)
2. Selasa, 15 Oktober 2019 24 12 16 18 92,30%
3. Rabu, 16 Oktober 2019 24 12 16 18 92,30%
4. Kamis, 17 Oktober 2019 23 13 16 18 88,46%
5. Jumat, 18 Oktober 2019 21 12 16 16 80,76%
6. Sabtu, 19 Oktober 2019 25 9 15 19 96,15%
7. Minggu, 20 Oktober 2019 23 9 15 18 88,46%
8. Senin, 21 Oktober 2019 22 13 16 16 84,61%
9. Selasa, 22 Oktober 2019 25 12 16 19 96,15%
10. Rabu, 23 Oktober 2019 20 13 16 15 76,92%
11. Kamis, 24 Oktober 2019 18 12 16 14 69,23%
12. Jumat, 25 Oktober 20 13 16 15 76,92%
13. Sabtu, 26 Oktober 2019 14 10 14 11 53,84%

Tabel 4.1 menunjukkan perbedaan hasil rerata kebutuhan tenaga Perawat


di ruang PPJT Lt.3 RSUD Dr.Soetomo menurut metode Depkes RI dan Douglas.
Menurut metode Depkes RI didapatkan rerata kebutuhan perawat sebanyak 17
orang sedangkan menurut metode Douglas rerata kebutuhan perawat sebanyak 16
orang. Jadi menurut kedua metode tersebut, perbandingan antara rerata BOR
dengan tenaga perawat kurang seimbang. Akantetapi berdasarkan observasi dan
time motion study terhadap perawat didapatkan data bahwa beban kerja dengan
kategorii tinggi hanya pada saat shift pagi. Sehingga menurut kelompok
penambahan tenaga perawat belum dibutuhkan.

Tabel 4.2 Perhitungan BOR berdasarkan Pasien Kelolaan Mahasiswa Manajemen 2019 di
ruang Jantung Terpadu Lantai 3 RSUD Dr. Soetomo Surabaya tanggal 14-25
Oktober 2019

No. Hari/Tanggal Jumlah Pasien Jumlah BOR %


Kelolaan Mahasiswa
1. Senin, 14 Oktober 2019 8 12 100%
2. Selasa, 15 Oktober 2019 5 12 62,5%
3. Rabu, 16 Oktober 2019 6 11 75%
4. Kamis, 17 Oktober 2019 5 12 62,5%
5. Jumat, 18 Oktober 2019 6 10 75%
6. Sabtu, 19 Oktober 2019 6 12 75%
7. Minggu, 20 Oktober 2019 6 10 75%
8. Senin, 21 Oktober 2019 6 12 75%
9. Selasa, 22 Oktober 2019 4 10 50%
10. Rabu, 23 Oktober 2019 7 11 87,5%
11. Kamis, 24 Oktober 2019 5 10 50%
12. Jumat, 25 Oktober 2019 5 11 50%
13. Sabtu, 26 Oktober 2019 7 11 87,5%
Jumlah tempat tidur pada manajemen kelolaan adalah 8 tempat tidur.
Berdasarkan tabel 4.2 rerata BOR pasien kelolaan mahasiswa manajemen 2019 di
ruang PPJT Lt.3 RSUD Dr.Soetomo adalah 76,9%.

Berdasarkan Time Motion Study di Instalasi Rawat Inap Ruang Pusat


Pelayanan Jantung Terpadu Lt3 RSUD Dr.Soetomo Surabaya pada 14 – 19
Oktober 2019 didapatkan hasil beban kerja objektif perawat pada shift pagi masuk
dalam kriteria beban kerja tinggi (84,25 %), shift sore masuk dalam kriteria beban
kerja sedang (71,42 %) dan shift malam masuk dalam kriteria beban kerja rendah
(59,14 %).

4.1.3 Hambatan dan Dukungan


1. Hambatan
Pelaksanaan MAKP di Ruang PPJT Lt.3 RSUD Dr.Soetomo Surabaya
dilaksanakan selama 2 minggu oleh mahasiswa profesi manajemen
keperawatan. Kelompok tidak mengalami hambatan yang signifikan dalam
pelaksanaan MAKP, hal ini dikarenakan jumlah mahasiswa yang praktik
managemen sebanding dengan jumlah pasien kelolaan, sehingga pelayanan
keperawatan dapat diberikan secara optimal. Adanya kegiatan roleplay dan
penyuluhan tidak mengganggu dalam pemberian asuhan keperawatan pada
pasien, hal ini dikarenakan setiap mahasiswa sudah diberi tugas dan tanggung
jawab masing – masing. Mahasiwa yang tidak mendapatkan peran dalam
roleplay maupun PKRS bertugas untuk memenuhi kebutuhan pasien kelolaan
sehingga setiap kegiatan telah terencana dengan baik dan berjalan lancar.
2. Dukungan
Mahasiswa profesi manajemen keperawatan memperoleh dukungan
pelaksanaan MAKP dari Kepala Keperawatan Instalasi Jantung Terpadu,
Kepala Ruangan PPJT Lt.3, tenaga medis dan karyawan PPJT Lt.3 serta
pegawai rumah sakit lain yang telah memberikan saran, masukan, dan
bantuan tentang ketenagaan dalam memberikan pelayanan asuhan
keperawatan yang terbaik pada pasien kelolaan. Selain itu, mahasiswa juga
mendapat dukungan dari pembimbing akademik yang bersedia membimbing
mahasiswa dalam melaksanakan MAKP.
4.2 M2 (Material)
4.2.1 Persiapan
Persiapan pelaksanaan profesi managemen dimulai dengan
mempersiapkan ruangan yang akan digunakan untuk nurses station mahasiswa.
Dalam rangka melengkapi sarana dan prasarana untuk menjalankan praktika
manajemen keperawatan di ruang PPJT Lantai III, mahasiswa membuat papan
struktur MAKP, papan struktur organisasi, pin MAKP (karu, PP dan PA), rekam
medis, welcome book, lembar denah ruangan, mapping SBAR, alur method
MAKP (alur pelaksanaan penerimaan pasien baru, sentralisasi obat, supervisi,
timbang terima, discharge planning, dan ronde keperawatan), lembar diagnosa dan
intevensi yang sering ditemukan di Ruang PPJT Lt III, papan PPJP dan DPJP.
Pengamatan sarana dan prasarana dilakukan pada tanggal 7 – 9 Oktober 2019
dengan cara mengobservasi alat yang tersedia, supervisi, dan wawancara kepada
perawat di ruang PPJT Lantai III RSUD Dr. Soetomo.

4.2.2 Pelaksanaan Kegiatan


Proses pelaksanaan praktika manajemen di ruang PPJT Lantai III
dilaksanakan dengan baik. Semua sarana dan prasarana pendukung yang
direncanakan telah disediakan oleh kelompok.
Persiapan ners station dan dokumen rekam medis pasien dilakukan pada
tanggal 12 Oktober 2019. Design papan DPJP dan PPJP telah di konsultasikan
dengan pembimbing. Pembuataan papan DPJP dan PPJP terealisasi pada tanggal
29 Oktober 2019.
Proses pelaksanaan timbang terima inventaris alat sudah berjalan cukup
baik. Pengecekan alat dilakukan dengan melihat jumlah, kondisi alat dan
melakukan tes pada setiap alat. Selain itu, pelaksanaan juga dilakukan dengan
melihat apakah perawat di ruangan dapat menggunakan alat yang tersedia secara
optimal.(hapus) . Pelaksanaan MAKP sarana dan prasarana penunjang selalu
ditimbang terimakan pada setiap shift, baik jumlah dan kondisi barang.
Pengecekan alat dilakukan oleh perawat setiap hari dan apabila ada kerusakan
atau kekurangan sarana prasarana akan dilaporkan kepada penanggungjawab
sarana prasarana agar segera ditindak lanjuti.

4.2.3 Hambatan dan Dukungan


a. Hambatan
Tabel 4.3 Hambatan pada M2 di ruangn PPJT Lt.3 RSUD Dr.Soetomo Surabaya
tanggal 7Oktober – 2 November 2019
No Hambatan Sebab Rekomendasi
1 Pengadaan papan Kesulitan mencari tempat Rekomendasi untuk
DPJP dan PPJP pembuatan papan PPJP kelompok selanjutnya dan
yang membuthkan dan DPJP yang sesuai ruangan yaitu untuk
waktu cukup lama dengan budget dan merealisasi penggunaan
sehingga konsep yang telah papan PPJP dan DPJP
implementasi direncanakan dengan menuliskan nama
penulisan nama PPJP dan DPJP setiap pasien.
PPJP dan DPJP
belum terealisasi

Pelaporan sarana prasarana kesehatan disampaikan oleh perawat


jaga kepada ketua tim setiap hari. Pelaksanaan pengadaan papan DPJP dan
PPJP yang membuthkan waktu cukup lama sehingga implementasi
penulisan nama PPJP dan DPJP belum terealisasi. Selain itu penulisan
jumalah linen kotor yang keluar dan linen bersih yang masuk tidak
berjalan dengan baik. .(DIHAPUS)
b. Dukungan
Dalam pelaksanaan MAKP di Ruang PPJT Lt.3 RSUD
Dr.Soetomo Surabaya, mahasiswa praktik profesi manajemen keperawatan
memperoleh dukungan berupa tersedianya ruang khusus untuk ners
station mahasiswa, 1 meja, 1 lemari, 1 papan white board, dan 4 kursi dari
Kepala Ruangan PPJT Lt.3. Selain itu, mahasiswa juga mendapat
dukungan dari Kepala Keperawatan Instalasi Jantung Terpadu, tenaga
medis dan karyawan PPJT Lt.3 lainnya. Pembimbing akademik juga
memberikan dukungan berupa kesediaan untuk membimbing.

4.3 M3 (Method)
4.3.1 MAKP
4.3.1.1 Persiapan
Dalam rangka persiapan penerapan MAKP, mahasiswaa membentuk
struktur MAKP, menentukan model MAKP yang akan diterapkan di ruangan,
ganchart kegiatan, jadwal dinas, daftar uraian tugas kepala ruangan (KARU),
primary ners (PP), Associate ners (PA) / (Nursing In Charge) serta mekanisme
atau alur kegiatan MAKP. Setiap kegiatan tersebut telah ditentukan
penanggungjawab yang bertanggungjawab dalam pelaksanaan kegiatan, mulai
dari tahap persiapan hingga evaluasi kegiatan.
4.3.1.2 Pelaksanaan Kegiatan
Uji coba penerapan MAKP Moduler dilaksanakan pada minggu pertama
pada tanggal 11 Oktober 2019. Dalam uji coba peran, pembagian peran terdiri dari
1 Kepala Ruangan, 2 Perawat Primer, 9 Perawat Associate. Selanjutnya
pelaksanaan MAKP Moduler diterapkan dari tanggal 14-26 Oktober 2019.
Pada tanggal 14 - 26 Oktober 2019, masing-masing anggota kelompok
menjalankan peran sesuai dengan tugasnya. Pembagian peran pada minggu kedua
dan ketiga berdasarkan pada pembagian jadwal dinas yang dibuat dan
dikonsultasikan.
Setiap mahasiswa mendapatkan kesempatan 1 kali untuk berperan 1 kali
sebagai Kepala Ruang, 2 kali sebagai PP, dan 9 kali sebagai PA.
Kepala ruang menjalankan tugasnya yaitu mengevaluasi pelaksanaan tugas
perawat primer dan perawat associate, menghitung jumlah tenaga perawat,
menentukan tingkat ketergantungan pasien, mengobservasi indikator mutu,
menghitung BOR dan ALOS. Perawat primer menjalankan tugasnya yaitu
melakukan penerimaan pasien baru, mengkaji kebutuhan klien secara
komprehensif, melaksankan discharge planning, mengkomunikasikan dan
mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan kepada tim medis lain, membuat
laporan timbang terima dengan sistem SBAR. Sedangkan perawat associate,
menjalankan tugasnya yaitu melaksanakan asuhan keperawatan, memberikan
kebutuhan dasar, mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan.
Model MAKP yang dilaksanakan oleh ruangan PPJT Lantai 3 RSUD
Dr.Soetomo Surabaya adalah MAKP Moduler (Modifikasi Primer dan Tim),
karena terbatasnya tenaga keperawatan yang tidak memadai.
Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien, mahasiswa di bagi
menjadi 2, dimana PP 1 bertangung jawab terhadap Ruang 305 sedangkan PP 2
bertangung jawab terhadap Ruang 206.
Selama pelaksanaan MAKP di ruangan, perawat primer hanya ada pada
shift pagi. Sedangkan pada saat shift sore dan malam hanya ada Penanggung
Jawab (PJ) shift. Sehingga setiap perawat merawat pasien kelolaannya, mulai dari
penerimaan pasien baru sampai discharge planning.(dihapus). Akantetapi
perbedaan peran PP dan PA belum begitu terlihat karena keterbatasan
pengalamaan mahasiswa dalam menjalankan MAKP Primer.
Gambar model MAKP primer mahasiswa

Kepala
ruang

PP1 PP2

PA PA

PA PA

PA PA

4 4
pasie pasie
n n
4.3.1.3 Hambatan dan Dukungan
Model asuhan keperawatan yang dilakukan oleh mahasiswa di ruangan ini
sesuai dengan model MAKP yang telah direncanakan sebelumnya, yaitu adalah
MAKP Primer. Pelaksanaan MAKP ruangan dan mahasiswa profesi stase
manajemen di ruang PPJT Lantai 3 RSUD Dr.Setomo sudah dilaksanakan sesuai
dengan peran masing-masing. Perawat Primer (PP) dan Perawat Associate (PA)
dapat bekerjasama dengan baik, sehingga tidak ada hambatan dalam pelaksanaan
MAKP. Hal tersebut tidak lepas dari dukungan pembimbing klinik dan
pembimbing ruangan.
4.3.2 Timbang Terima
4.3.2.1 Persiapan
Persiapan pelaksanaan timbang terima di ruang PPJT Lantai 3 ini
dilakukan dengan pebuatan proposal timbang terima, pembagian peran,
mekanisme yang harus dilakukan saat timbang terima, rekam medis pasien dan
mapping SBAR. Selain itu, mahasiswa juga melakukan persiapan roleplay
timbang terima dengan koordinasi dengan pembimbing mengenai pelaksanaan
roleplay. Setelah koordinasi dengan pembimbing klinik dan akademik, maka
ditentukan jadwal roleplay timbang terima pada hari Selasa, 22 Oktober 2019.
Tahap-tahap persiapan roleplay timbang terima antara lain:
1. Membentuk penanggung jawab pelaksanaan timbang terima keperawatan.
2. Membuat proposal roleplay timbang terima
3. Menyusun format timbang terima keperawatan (SOAPI) dan format
penunjang lain (lembar observasi harian dan catatan terintegrasi).
4. Menyiapkan ruangan kelolaan yang akan dilakukan timbang terima
keperawatan.
5. Menyiapkan media timbang terima meliputi status pasien, lembar
penilaian, dan lemabar evaluasi timbang terima.
6. Menyiapkan waktu untuk pelaksanaan timbang terima

4.3.2.2 Pelaksanaan
Topik : Timbang Terima
Hari, tanggal : Rabu, 23 Oktober 2019
Waktu : 13.00 WIB
Tempat : Ruang PPJT Lt. 3 RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Dihadiri oleh : Pembimbing dan 12 mahasiswa stase
managemen
Pembimbing Klinik : Ratna Rosyidati R, S.ST

4.3.2.3 Mekanisme
Timbang terima dihadiri oleh semua perawat yang berdinas pada shift pagi
dan shift siang. Konten yang disampaikan saat timbang terima telah ditulis di
mapping pasien yang terdiri dari nama pasien, nomer rekam medis, diagnosa
medis, DPJP, data subjektif, data objektif, diagnosa keperawatan, backround,
assessment, rekomendasi, terapi yang sudah diberikan dan yang akan diberikan.
Timbang terima dilakukan sebanyak tiga kali dalam satu hari, pada tanggal 15-26
Oktober 2019. Setelah dilakukan timbang terima dilanjutkan dengan validasi
pasien. Pasien dan keluarga diinfokan bahwa telah dilakukan operan jaga dan
diperkenalkan perawat yang akan berjaga selanjutnya. Setiap selesai timbang
terima, ditutup dengan penandatanganan kedua perawat primer di nurse station.
(HAPUS)
Pelaksanaan role play timbang terima dilaksanakan pada hari Rabu, 23
Oktober 2019 dan dimulai pada pukul 13.00 WIB. Dihadiri oleh 1 supervisor dari
Clinical Educator (CE) ruangan. Pelaksanaan dimulai dengan setting di nurse
station dimana timbang terima dilakukan antara shift pagi kepada shift sore
dengan membaca laporan yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Proses timbang terima dimulai dengan mempersiapkan dokumentasi
seperti rekam medis pasien. Timbang terima di pimpin oleh kepala ruangan.
Selanjutnya penyampaian Visi Misi RSUD Dr Soetomo, Visi Misi PPJT Lt 3,
IPSG, pembacaan doa, penyampaian 5 momen cuci tangan dan melaksanakan 6
langkah cuci tangan bersama - sama. Selanjutnya kepala ruang mempersilahkan
perawat yang shift pagi untuk menyampaikan laporan M1 sampai M5.
Selanjutnya kepala ruang mempersilahkan perawat yang shift pagi untuk
melaporkan keadaan pasien. Penyampaian laporan yang singkat, padat dan jelas.
Timbang terima dilaksanakan dengan menggunakan metode komunikasi SBAR
(Situation, Background, Assesment, Recomedation). Hal yang disampaikan dalam
timbang terima diantaranya:
S: Situation (kondisi terkini yang terjadi pada pasien)
Sebutkan nama pasien, umur, tanggal masuk, dan hari perawatan, serta dokter
yang merawat. Sebutkan diagnosis medis dan masalah keperawatan yang belum
atau sudah teratasi/keluhan utama.
B: Background (Info Penting yang berhubungan dengan kondisi Pasien Terkini).
Jelaskan intervensi yang telah dilakukan dan respons pasien dari setiap diagnosis
keperawatan. Sebutkan riwayat alergi, riwayat pembedahan pemasangan alat
invasif, dan obat- obatan termasuk cairan infuse yang digunakan. Jelaskan
pengetahuan pasien dan keluarga terhadap diagnosis medis.
A: Assessment (Hasil)
Pengkajian dari Kondisi Pasien Saat Ini) Jelaskan secara lengkap hasil pengkajian
pasien terkini seperti tanda vital, skor nyeri, tingkat kesadaran, braden score,
status restrain, risiko jatuh, status nutrisi, kemam-puan eliminasi dan lain-lain.
Jelaskan informasi klinik lain yang mendukung.
R: Recommendation
Merekomendasikan intervensi keperawatan yang telah dan perlu dilanjutkan
(refer to Nursing care plan) termasuk discharge planning dan edukasi pasien dan
keluarga.
Kelapa ruang mempersilahkan PP dan PA pagi untuk melakukan
klarifikasi pada laporan jaga shift pagi. Hal yang khusus dan memerlukan
perincian matang dicatat dan diserahkan kepada perawat yang shift selanjutnya.
Setelah itu, Karu, PP dan PA melakukan validasi ke pasien. PP pagi
memperkenalkan PJ yang bertugas selanjutnya. PJ siang mengklarifikasi langsung
ke pasien hal-hal yang perlu diklarifikasi. Setelah selesai validasi ke pasien, Karu,
PP, dan PA kembali ke ners station untuk menandatangani pergantian shift pagi
dan siang.
Masukan dari pembimbing klinik yaitu alur sudah sesuai dengan alur
timbang terima yang seharusnya. NUM, PP dan PA dalam menjalankan peran
dengan baik dan sudah sesuai. NUM dan PP juga sudah ada komunikasi yang baik
dengan pasien. Namun untuk pelaksanaa timbang terima di ners station
diharapkan jangan lama-lama. Hal yang di sampaikan di ners station sebelum
validasi ke pasien sebaiknya intinya saja seperti rekomendasi terbaru yang akan
dilakukan pada pasien. Untuk informasi tentang pasien yang lebih detail
disampaikan saat di bed pasien.

4.3.2.4 Hambatan dan Dukungan


Dukungan yang diperoleh mahasiswa dalam pelaksanaan roleplay timbang
terima yaitu dalam bentuk fasilitas ruangan yang memadai, serta bimbingan yang
diberikan oleh pembimbing klinik serta dukungan dari perawat ruangan. Adapun
hambatannya adalah sebagai berikut:

Masalah Penyebab Rekomendasi


Mekanisme - -
Isi
Penyampaian masalah Karena ada PPDS visit Dilakukan secara
isi timbang terima sehingga kamar pasien bergantian menunggu
pasien saat di ners menjadi ramai, handover PPDS selesai visit.
station terlalu lama dan dilakukan sesingkat dan
saat di bed pasien yang dioperkan juga
kurang lengkap. hanya rekomendasi
terbaru yang diberikan.
Peran - -

4.3.3 Penerimaan Pasien Baru


4.3.3.1 Persiapan
Persiapan yang dilakukan pada kegiatan penerimaan pasien baru meliputi:
1. Menunjuk penanggung jawab kegiatan penerimaan pasien baru.
2. Menyiapkan format lembar penerimaan pasien baru, lembar catatan
perpindahan pasien, informed concent sentralisasi obat, format pengkajian,
nursing kit, lembar kuisioner tingkat kepuasan, welcome book, lembar
medication chart dan kartu pengunjung pasien.
3. Menyusun proposal, dengan jadwal rencana pelaksanaan roleplay
timbang terima yaitu pada tanggal 21 Oktober 2019.
4. Menyiapkan ruangan, tempat tidur serta peralatan lainnya yaang
mungkin dibutuhkan pasien (seperti oksigen dan syringe pump).
5. Mengidentifikasi pasien baru setiap pergantian shift jaga.
6. Persiapan penerimaan pasien baru dilaksanan oleh KARU dan PP
dilakukan di nurse station.

4.3.3.2 Pelaksanaan
Topik : Penerimaan Pasien Baru
Hari, tanggal : Senin, 21 Oktober 2019
Waktu : 10.00 WIB
Tempat : Ruang PPJT Lt. 3 RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Dihadiri oleh :
Pembimbing Klinik : Ratna Rosyidati R, S.ST
4.3.3.3 Pengorganisasian
Kepala Ruangan : Wirahadi Saputra, S.Kep
PP : Achmad Ibrahim, S.Kep
PA : Gaharuni SM, S.Kep
Perawat IGD : Fiqih Ardi P, S.Kep
Dokumentasi : Imelda Mbati Mbana, S.Kep
PJ Roleplay : Achmad Ibrahim, S.Kep
Pembimbing Akademik : Dr. Kusnanto, S.Kp., M.Kes
: Dr. Hanik Endang N, S.Kep.,Ns.,M.Kep
Pembimbing Klinik : Ratna Rosyidati R.,S.ST
Adi Sukrisno, S.Kep., Ns
R. Endang H, S.Kep, Ns., MM

4.3.3.4 Mekanisme
Pelaksanaan penerimaan pasien baru dan sentralisasi obat dilaksanakan
pada tanggal 21 Oktober 2019. Setelah penjelasan penerimaan pasien baru
dilanjutkan dengan sosialisasi sentralisasi obat serta discharge planning awal
tentang penyakit dan tindakan yang akan dilakukanan kepada pasien, sosialisasi
ini disampaikan kepada pasien atau keluarga. Pasien atau keluarga diberi
informasi tentang sistem sentralisasi obat. Pada ruang PPJT Lt. 3 sistem
sentralisasi obat dilakukan langsung terpusat dari bagian farmasi. Pasien atau
keluarga hanya diminta untuk menanda tangani lembar penerimaan pasien baru,
lembar persetujuan untuk dilakukan perawatan, lembar dilakukan edukasi kepada
keluarga dan pasien.
Pelaksanaan roleplay penerimaan pasien baru dilaksanakan pada hari
Senin, 21 Oktober 2019 dan dimulai jam 10.00. Dihadiri oleh 1 supervisor dari
clinical educator (CE) ruangan. Pelaksanaan dimulai dengan setting di nurse
station dimana karu mendapat informasi dari perawat IGD bahwa akan ada pasien
baru masuk di ruang PPJT Lt. 3, kemudian karu mendelegasi PP untuk
menyiapkan semua dokumen yang diperlukan untuk penerimaan pasien baru dan
sentralisasi obat. PP mendelegasikan PA untuk menyiapkan kamar yang akan
ditempati pasien baru dan mengecek semua fasilitas di ruangan. Setelah persiapan
sudah selesai, kemudian Karu, PP dan PA menemui pasien dan keluarganya untuk
memperkenalkan diri setelah pasien tiba di ruang PPJT Lt. 3.
Pasien diantarkan oleh PP dan PA ke kamar pasien dan dilanjutkan dengan
timbang terima antar perawat IGD dan PP serta PA ruangan di nurse stasion.
Setelah itu, dilakukan penjelasan penerimaan pasien baru menggunakan welcome
book dan sosialisasi sentralisasi obat serta discharge planning kepada pasien atau
keluarga. Pasien diberi informasi tentang sistem sentralisasi obat. Pasien atau
keluarga diminta ke Nurse Station untuk menandatangani lembar penerimaan
pasien baru dan informed consent dilakukan sentralisasi obat dan discharge
planning. Saat PP menjelaskan ke keluarga pasien PP mendelegasikan PA untuk
melakukan pengkajian awal dan pemeriksaan fisik ke pasien. Kemudian PP
menemui KARU untuk melaporkan kelengkapan dokumen dan KARU memberi
pujian kepada PP dan PA.
Setelah itu PP melakukan pengecekan resep dokter untuk pasien baru dan
memberikan resep dari dokter kepada farmasi, setelah itu memanggil keluarga
untuk melengkapi persyaratan pengambilan obat. Setelah obat siap diberikan
kepada PP dengan dilakukan timbang terima antara PP dan Apoteker. Setelah itu
obat disimpan PP di ruang penyimpanan obat untuk diberikan pada shift
selanjutnya.
Masukan dari CE Akademik yaitu alur sudah sesuai dengan alur
penerimaan pasien baru dan sentralisasi obat yang seharusnya. NUM dan PP
dalam menjalankan peran dengan baik dan sudah sesuai tetapi NUM kurang
improve saat di ruangan klien dengan tidak memperhatikan kebutuhan dari pasien
lain, NUM hanya memperhatikan kegiatan yang dilakukan PP. untuk sentralisasi
Obat, seharusnya dapat dilakukan sentralisasi obat yang didapat dari IGD yang
diberikan dari keluarga pasien serta perawat IGD. Kurang adanya cross check alat,
obat serta hasil lab dan kelengkapan lainnya yang dibawa dari IGD.

4.3.3.5 Hambatan dan Dukungan


1. Hambatan
Tidak ada hambatan dalam pelaksanaan role play ini, pelaksanaan roleplay
penerimaan pasien baru berjalan tepat waktu dan sesuai proposal yang
telah dibuat. Karu, PP dan PA yang bertugas telah melakukan semua
tahapan dengan baik sesuai proposal
2. Dukungan
Keluarga pasien kooperatif untuk dilakukan penerimaan pasien baru dan
sentralisasi obat. Mahasiswa juga mendapatkan dukungan yang sangat
besar dari kepala ruangan dan semua perawat ruangan.dengan memberikan
fasilitas yang dapat menunjang pelaksanaan kegiatan.

4.3.4 Sentralisasi Obat


4.3.4.1 Persiapan
Pelaksanaan role play sentralisasi obat di ruang PPJT lt. 3 ini dilakukan
melalui beberapa persiapan pembagian peran, mekanisme yang harus dilakukan
saat sentralisasi obat. Kontrak waktu ke klien dilakukan sehari sebelumnya,
sedangkan koordinasi dengan pembimbing telah dilakukan dua hari sebelum
pelaksanaan.Tahap-tahap persiapan role play sentralisasi obat antara lain:
1. Menunjuk penanggung jawab kegiatan sentralisasi obat
2. Menyiapkan format lembar penyediaan form penerimaan
pasien baru dan sentralisasi obat, informed concent sentralisasi obat, form
perpindahan pasien antar unit dalam RS, form proses keperawatan, map
rekam medis pasien, kuisioner tingkat kepuasan, form RPO yang selain
berisi kolom dan paraf perawat beserta checker, terdapat juga kolom nama
dan paraf pasien atau keluarga yang harus diisi setiap selesai pemberian
obat
3. Persiapan sentralisasi obat dilakukan di nurse station yang
dilaksanan oleh KARU dan PP.
4. Implementasi yang dilakukan di ruangan adalah semua
pasien
baru dan keluarga telah dijelaskan mengenai sentralisasi obat dan
meminta keluarga atau pasien untuk menandatangani
inform consent sentralisasi obat.
4.3.4.2 Pelaksanaan
Topik : Sentralisasi Obat
Hari, tanggal : Selasa, 22 Oktober 2019
Waktu : 10.00 WIB
Tempat : Ruang PPJT Lt. 3 RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Dihadiri oleh :
Pembimbing Klinik : Ratna Rosyidati R, S.ST

4.3.4.3 Pengorganisasian
Kepala Ruangan : Wirahadi Saputra, S.Kep
PP : Achmad Ibrahim, S.Kep
PA : Gaharuni SM, S.Kep
Perawat IGD : Fiqih Ardi P, S.Kep
Dokumentasi : Imelda Mbati Mbana, S.Kep
PJ Roleplay : Wirahadi Saputra, S.Kep
Pembimbing Akademik : Dr. Kusnanto, S.Kp., M.Kes
: Dr. Hanik Endang N, S.Kep.,Ns.,M.Kep
Pembimbing Klinik : Ratna Rosyidati R.,S.ST
Adi Sukrisno, S.Kep., Ns
R. Endang H, S.Kep, Ns., MM
4.3.4.4 Mekanisme
Pelaksanaan penerimaan sentralisasi obat dilaksanakan pada tanggal 22
Oktober 2019. Setelah penjelasan penerimaan pasien baru dilanjutkan dengan
sosialisasi sentralisasi obat. Pasien atau keluarga diberi informasi tentang sistem
sentralisasi obat. Pada ruang PPJT Lt. 3 sistem sentralisasi obat dilakukan
langsung terpusat dari bagian farmasi. Pasien atau keluarga hanya diminta untuk
menanda tangani lembar persetujuan sentralisasi obat.
Pelaksanaan role play sentralisasi obat dilaksanakan pada hari Selasa, 22
Oktober 2019 dan dimulai jam 10.00. Dihadiri oleh 1 supervisor dari clinical
educator (CE) ruangan. Pelaksanaan dimulai dengan setting di nurse station
dimana karu mendapat informasi dari perawat IGD bahwa akan ada pasien baru
masuk di ruang PPJT Lt. 3, kemudian karu mendelegasi PP untuk menyiapkan
semua dokumen yang diperlukan untuk penerimaan pasien baru dan sentralisasi
obat. PP mendelegasikan PA untuk menyiapkan kamar yang akan ditempati
pasien baru dan mengecek semua fasilitas di ruangan. Setelah persiapan sudah
selesai, kemudian Karu, PP dan PA menemui pasien dan keluarganya untuk
memperkenalkan diri setelah pasien tiba di ruang PPJT Lt. 3.
Pasien diantarkan oleh PP dan PA ke kamar pasien dan dilanjutkan dengan
timbang terima antar perawat IGD dan PP serta PA ruangan di nurse stasion.
Setelah itu, dilakukan penjelasan penerimaan pasien baru menggunakan welcome
book dan sosialisasi sentralisasi obat kepada pasien atau keluarga. Pasien diberi
informasi tentang sistem sentralisasi obat. Pasien atau keluarga diminta ke Nurse
Station untuk menandatangani lembar penerimaan pasien baru dan informed
consent dilakukan sentralisasi obat.
Setelah itu PP melakukan pengecekan resep dokter untuk pasien baru dan
memberikan resep dari dokter kepada farmasi, setelah itu memanggil keluarga
untuk melengkapi persyaratan pengambilan obat. Setelah obat siap diberikan
kepada PP dengan dilakukan timbang terima antara PP dan apoteker. Setelah itu
obat disimpan PP di ruang penyimpanan obat untuk diberikan pada shift
selanjutnya.

4.3.4.5 Hambatan dan Dukungan


a. Hambatan
Tabel 4.5 Hambatan Pelaksanaan roleplay sentralisasi obat
Peran/ Masalah Rekomendasi
Mekanisme
Mekanisme :
Sentralisasi obat Belum dilakukannya Meningkatkan komunikasi
sudah sesuai alur klarifikasi alur sentralisasi dengan Perawat ruangan
namun belum obat yang dilaksakan
dijelaskan alur diruangan
sentralisasi obat
diluar jam kerja
Farmasi
b. Dukungan
Dukungan yang kami dapatkan selama pelaksanaan penerimaan
pasien baru dan sentralisasi obat dari keluarga pasien adalah sikap mereka
yang kooperatif selama pelaksanaan kegiatan, Kepala Ruangan PPJT Lt.3
dan perawat ruangan serta pasien yang sangat mendukung kegiatan role play
yang telah dilakukan dengan memberikan fasilitas yang dapat menunjang
pelaksanaan kegiatan.

4.3.5 Discharge Planning


4.3.5.1 Persiapan

Pelaksanaan discharge planning di ruang PPJT Lt. 3 ini dilakukan melalui


beberapa persiapan seperti pembuatan proposal discharge planning, pembagian
peran dan mekanisme yang harus dilakukan saat discharge planning. Kontrak
waktu dengan klien yang akan dilakukan discharge planning, sedangkan
koordinasi dengan pembimbing akan dilakukan dua hari sebelum pelaksanaan.
Tahap-tahap persiapan role play discharge planning antara lain:
1. Menunjuk penanggung jawab kegiatan penerimaan pasien baru, sentralisasi
obat dan discharge planning.
2. Menyiapkan materi yang akan diberikan pada discharge planning di nurse
station oleh PP
3. Membuat proposal roleplay discharge planning dengan jadwal rencana
pelaksanaan roleplay discharge planning yaitu pada tanggal 25 Oktober
2019.
4. Menyiapkan format lembar penilaian pelaksanaan discharge planning.
5. Implementasi dilakukan pada semua pasien
baru dan pasien yang akan keluar rumah sakit.

4.3.5.2 Pelaksanaan

Topik : Discharge planning


Hari, tanggal : Senin, 21 Oktober 2019
Waktu : 10.00 WIB
Tempat : Ruang PPJT Lt. 3 RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Dihadiri oleh :
Pembimbing Klinik : Ratna Rosyidati R, S.ST

4.3.5.3 Pengorganisasian
Kepala Ruangan : Wirahadi Saputra, S.Kep
PP : Achmad Ibrahim, S.Kep
PA : Gaharuni SM, S.Kep
Perawat IGD : Fiqih Ardi P, S.Kep
Dokumentasi : Imelda Mbati Mbana, S.Kep
PJ Roleplay : Imelda Mbati Mbana, S.Kep
Pembimbing Akademik : Dr. Kusnanto, S.Kp., M.Kes
: Dr. Hanik Endang N, S.Kep.,Ns.,M.Kep
Pembimbing Klinik : Ratna Rosyidati R,S.ST
Adi Sukrisno, S.Kep., Ns
R. Endang H, S.Kep, Ns., MM

4.3.5.4 Mekanisme
Implementasi yang dilakukan diruangan adalah menjelaskan rencana
perawatan dan apa-apa saja yang akan dilakukan selama dalam perawatan di PPJT
Lt. 3 RSUD Dr.Soetomo kepada pasien baru dan menjelaskan perawatan yang
dapat dilakukan di rumah, jadwal kontrol, pembatasan aktivitas, dan diet pada
pasien yang akan keluar rumah sakit. Pelaksanaan discharge planning telah
dilakukan sejak awal pertama kali pasien datang. Discharge planning dilakukan
oleh PP dibantu PA atas sepengetahuan Karu. Pasien diberi tahu mengetahui
perencanaan perawatan di ruangan, estimasi lama perawatan, dan apa saja
tindakan yang akan diterima. Pasien atau keluarga diberi informasi tentang sistem
perawatan dan apa yang harus dilakukan pasien dan keluarga. Pada ruang PPJT
Lt. 3 sistem discharge planning disesuaikan dengan kasus yang dialami pasien.
Informasi umum seperti nutrisi khusus pasien jantung, aktivitas yang dapat
dilakukan, kebersihan diri, pentingnya hand hygiene, pengelolaan sampah dan
hal-hal informatif lainnya disampaikan dalam PKRS rutin setiap minggunya. Saat
awal masuk rumah sakit pasien atau keluarga diminta untuk menanda tangani
lembar edukasi.
Pelaksanaan roleplay discharge planning dilaksanakan pada hari Senin
tanggal 21 Oktober 2019 jam 10.00 WIB. Kegiatan discharge planning
dilaksanakan pada pasien kelolaan Tn. L dengan diagnosa Vein Disorder. Kepala
ruang diperankan oleh Wirahadi Saputra, S.Kep. Perawat Pelaksana diperankan
oleh Achmad Ibrahim, S.Kep. dan Perawat assosiated diperankan oleh Gaharuni
S. M, S.Kep. Roleplay tersebut dihadiri oleh 1 supervisor yaitu supervisor dari CI
klinik. Rekomendasi untuk kegiatan tersebut antara lain sebaiknya menggunakan
bahasa yang mudah dimengerti saat melakukan discharge planning. Setelah
persiapan sudah selesai, kemudian Karu, PP, PA menemui pasien dan keluarganya
untuk memberi edukasi sesuai dengan kasus yang dialami dan dibutuhkan pasien.
Setelah itu, PP dan Karu melakukan pelengkapan dokumentasi. Ketika segala
sesuatunya sudah diap untuk persiapan pulang, maka PP mendelegasikan PA
untuk mengantarkan pasien pulang. Saat pelaksanaan discharge planning awal,
mahasiswa bekerja sama dengan dokter PPDS yang bertanggung jawab terhadap
pasien dengan membantu menjelaskan masalah medis dan rencana tindakan yang
dilakukan.
Masukan dari CE Klinik yaitu menambahkan beberapa peran yang belum
tercantum dalam role play ke dalam proposal yang disiapkan.

4.3.5.5 Dukungan dan Hambatan


Bentuk dukungan yang kami dapatkan adalah perawat ruangan serta
pembimbing klinik memberikan kepercayaan sepenuhnya pada mahasiswa untuk
melakukan discharge planning kepada keluarga pasien, dengan sebelumnya
memberikan penjelasan terlebih dahulu tentang hal-hal yang perlu dijelaskan
kepada pasien dan keluarga selama proses discharge planning. Dukungan juga
didapat dari PPDS yang bertanggung jawab terhadap pasien baru atas nama Tn. L
dengan bersedia memberikan penjelasan secara rinci mengenai masalah atau
diagnosa medis serta rencana tindakan.
Tabel. 4.1 Hambatan Pelaksanaan Roleplay Discharge Planning
Masalah Penyebab Rekomendasi

Isi
Mahasiswa belum terlalu Roleplay discharge Mahasiswa juga bekerja
menguasai masalah atau planning dilakukan sama dengan dokter yang
diagnosa medis serta pada pasien yang menangani pasien tersebut.
tindakan yang akan baru dari poli Sehingga setelah PP
dilakukan pada pasien jantung, sehingga menjelaskan discharge
baru. persiapan materi planning secara singkat,
kurang maksimal selanjutnya dokter masuk ke
ruang pasien untuk
menjelaskannya lebih rinci

4.3.6 Ronde Keperatawan


4.3.6.1 Persiapan
Pelaksanaan ronde keperawatan di ruang PPJT Lt.3 RSUD Dr. Soetomo
Surabaya dilakukan melalui beberapa persiapan seperti pemilihan pasien yang
akan dilakukan ronde keperawatan sesuai dengan kriteria pasien ronde
keperawatan, penyusunan tim ronde keperawatan, pembagian peran, mekanisme
yang harus dilakukan saat ronde keperawatan, pencarian literatur yang sesuai
dengan masalah medis maupun keperawatan pada pasien ronde keperawatan,.
Kontrak waktu ke klien dilakukan sehari sebelumnya, sedangkan koordinasi
dengan pembimbing telah dilakukan dua hari sebelum pelaksanaan. Tahap-tahap
persiapan role play ronde keperawatan antara lain:
1. Memilih pasien untuk dilakukan ronde keperawatan.
2. Menentukan tim ronde keperawatan (Menetapkan Karu, PP, PA, dan konselor
(dokter, ahli gizi dan farmasi) untuk roleplay ronde keperawatan)
3. Menyiapkan teori ronde keperawatan sesuai masalah medis dan keperawatan
pasien
4. Membuat proposal roleplay ronde keperawatan dengan jadwal rencana
pelaksanaan roleplay ronde keperawatan yaitu pada tanggal 17 Oktober 2019.
5. Meminta informed consent pasien yang telah ditetapkan dalam pelaksanaan
ronde keperawatan kepada keluarga pasien.
6. Menyiapkan materi SPO mekanisme ronde keperawatan.
7. Menyiapkan status pasien, lembar penilaian, dan lembar evaluasi ronde
keperawatan
8. Mengundang profesi lain seperti dokter PPJD yang bertanggung jawab
terhadap pasien ronde keperawatan (dr. Aprilia Yana), ahli gizi, farmasi,
perawat konselor seperti Kepala Ruangan, CE lapangan dan perawat primer
tim lain untuk menghadiri ronde keperawatan.

4.3.6.2 Pelaksanaan Kegiatan


Topik : Ronde Keperawatan
Hari, tanggal : Kamis, 17 Oktober 2019
Waktu : 10.00 WIB
Tempat : Ruang PPJT Lt. 3 RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Dihadiri oleh :
Pembimbing Klinik : Ratna Rosyidati R, S.ST
Perawat Konselor Nuriyah, S.ST
Dokter dr. Ema
Ahli Gizi : Dewi Sari O., S.KM.,RD
4.3.6.3 Pengorganisasian
Kepala Ruangan : Julinda Malehere , S.Kep.
PP : Yeane Fiorola Ire, S.Kep.
Imelda Mbati Mbana, S.Kep.
PA : Gaharuni SM, S.Kep
Firda Dwi Yuliana, S.Kep.
Dokumentasi : Choirina Nur Aziza, S.Kep
PJ Roleplay : Laily Bestari Putri, S.Kep.
Yeane Fiorola Ire, S.Kep.
Pembimbing Akademik : Dr. Kusnanto, S.Kp., M.Kes
: Dr. Hanik Endang N, S.Kep.,Ns.,M.Kep
Pembimbing Klinik : Ratna Rosyidati R.,S.ST
Adi Sukrisno, S.Kep., Ns
R. Endang H, S.Kep, Ns., MM

4.3.6.4 Mekanisme
Kasus ronde yang di ambil dari pasien diluar pasien kelolaan dengan
diagnosa medis ICM + ADHF membaik + AF paroxysmal + post syok
kardiogenik AKI dd ACKD. Sedangkan diagnose keperawatan pasien ini yakni
resiko penurunan curah jantung dan asites yang tak kunjung teratasi, selain itu
pasien juga merupakan pasien yang sering keluar masuk rumah sakit. Proses
roleplay ronde keperawatan yang dilakukan pada tanggal 17 Oktober 2019
pukul 10.00 WIB oleh praktik profesi manajemen keperawatan di ruang PPJT
Lantai 3 RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Sehari sebelum pelaksanaan ronde
keperawatan, pasien atau keluarga diberi informasi tentang akan dilakukan
ronde keperawatan. Pasien atau keluarga diminta untuk menanda tangani
lembar persetujuan untuk dilakukan roleplay ronde keperawatan. Selain itu,
sehari sebelum pelaksanaan mahasisw juga memberikan undangan roleplay
ronde keperawatan kepada pihak terkait yang disebutkan diatas.

Pelaksanaan role play ronde keperawatan dihadiri oleh kepala ruangan,


perawat konselor, ahli gizi dan dokter. Pelaksanaan dimulai dengan setting di
ruang kepala ruangan dimana PP melaporkan kepada kepala ruangan bahwa ada
pasien yang harus dilakukan ronde keperawatan. Kepala ruangan menyetujui
untuk diadakan ronde keperawatan, kemudian kepala ruangan meminta PP untuk
melakukan pengakajian ke pasien untuk pengumpulan data terbaru pasien dan
meminta informed concent ke pasien atau keluarga. Kepala ruangan akan
mengumpulkan anggota tim yang akan mengikuti ronde keperawatan.
PP mendelegasikan PA untuk menyiapkan alat dan melakukan
pemeriksaan fisik pada pasien yang akan dilakukan ronde keperawatan. Saat di
bed pasien PP menjelaskan maksud dan tujuan dilakukan pemeriksaan fisik dan
PP meminta informed concent untuk dilakukan ronde keperawatan. Setelah
mendapatkan persetujuan dari pasien, PA melakukan pemeriksaan fisik kepasien.
Setelah selesai melakukan pemeriksaan fisik dan pengumpulan data dari
pasien, PP melaporkan hasil data pasien ke kepala ruangan. Kemudian kepala
ruangan memulai dan memimpin ronde keperawatan yang dihadiri oleh PP, PA,
Perawat konselor, Ahli Gizi dan Dokter. Ronde keperawatan dibuka oleh kepala
ruangan, setelah itu kepala ruangan memperkenalkan anggota tim ronde
keperawatan. PP memaparkan hasil pengakajian pasien terbaru dan hasil
perawatan pasien selama di rawat di Ruang PPJT Lt.3. Setelah PP selesai
memaparkan hasil pengakajian terbaru pasien, kepala ruangan mempersilahkan
PA untuk menambahkan pemaparan PP. Selanjutnya kepala ruangan membuka
sesi diskusi dimana semua anggota tim ronde keperawatan dapat memberikan
masukan dan saran untuk menyelesaikan masalah yang ada pada pasien. Setelah
semua tim ronde keperawatan memberikan masukan dan saran, kepala ruangan
mempersilahkan PP untuk memberikan feedback dari saran dan masukan tim
ronde keperawatan.
Setelah itu, tim ronde keperawatan menuju ke bed pasien untuk melakukan
validasi. Berdasarkan hasil evaluasi, pasien mengalami kebosanan dalam
melaksanakan perawatan dan mematuhi diet yang telah ditetapkan. Pasien juga
mengeluh BAB susah, satu hari sebelumnya pasien BAB darah. Berdasarkan
keterangan pasien, pasien memiliki hemoroid semenjak usia 25 tahun. Selain itu
pasien dan keluarga tidak melakukan pengukuran input output cairan pada saat
dirumah sehingga jumlah air minum yang masuk tidak terkontrol. Perawat
konselor memberi saran kepada keluarga dan pasien untuk tetap melakukan
pengukuran input output cairan di rumah serta mengajarkan bagaimana cara
mengukurnya. Selanjutnya ahli gizi menyampaikan mengenai pentingnya makan
makanan yang berserat, buah yang direkomendasikan adalah pepaya, dan
meminimalkan konsumsi makanan yang tinggi garam. Ahli gizi berrencana
mengganti nasi dengan bubur. Dokter menyampaikan mengenai rencana USG
abdomen yang akan dilakukan pada siang hari pada hari tersebut (Kamis, 17
Oktober 2019) untuk mendeteksi penyebab dari asites.
Setelah dilakukan validasi, tim ronde keperawatan kemabali ke ruang
diskusi untuk menyampikan justifikasinya masing – masing. Evaluasi hasil
diskusi dari Ronde Keperawatan tersebut didapatkan beberapa rekomendasi dan
perencanaan. Rekomendasi dan perencanaan bersumber pada masing-masing
disiplin ilmu, diantaranya dari dokter, nutrisionist. Selanjutnya kepala ruang
menyimpulkan hasil diskusi ronde keperawatan pada Tn. D.

4.3.6.5 Hambatan dan Dukungan


1. Hambatan
Dalam pelaksanaan role play ronde keperawatan, tidak ada apoteker yang
hadir sehingga kurang maksimal dalam pelaksanaannya. Dokter PPDS
yang bertanggung jawab terhadap Tn. D tidak bisa menghadiri kegiatan
ronde keperawatan sehingga tugas tersebut dialihkan kepada dr. Ema
dengan izin dari dr. Yana dan kepala ruang PPJT lt 3.
2. Dukungan
Dukungan dalam pelaksanaan role play ronde keperawatan diperoleh dari
kepala ruangan, perawat primer ruang PPJT Lt.3, ahli gizi, serta dokter
PPDS dalam bentuk saran dan masukan terkait pelaksanaan ronde
keperawatan. Selain itu, dukungan juga diperoleh dari dokter
penanggungjawab pasien, dan ahli gizi yang telah banyak memberikan
masukan terkait masalah yang belum teratasi pada pasien dan saran untuk
mengatasi masalah tersebut.

4.3.7 Supervisi
4.3.6.1 Persiapan
Persiapan role play supervisi keperawatan meliputi penyusunan Proposal
yang berisi konsep supervisi, materi supervisi, dan instrumen penunjang, antara
lain instrumen supervisi beserta parameter penilaian dan lembar evaluasi yang
diisi oleh supervisor, laporan kegiatan supervisi, serta pendokumentasian hasil
supervisi. Tahap-tahap persiapan roleplay supervisi antara lain:
1. Membuat Laporan roleplay supervisi keperawatan.
2. Menetapkan Karu, PP, dan PA untuk roleplay supervisi keperawatan.
3. Menetapkan kegiatan Proses Keperawatan sebagai kegiatan yang akan
disupervisi oleh kepala ruangan.
4. Menyiapkan materi supervisi, meliputi proposal roleplay supervisi dan Proses
Keperawatan, SPO proses keperawatan
5. Memilih pasien untuk dilakukan proses keperawatan.
6. Menyiapkan media supervisi meliputi format instrumen supervisi, lembar
penilaian dan evaluasi supervisi.
7. Menetapkan waktu pelaksanaan roleplay supervisi keperawatan

4.3.6.2 Pelaksanaan Kegiatan


Topik : Supervisi
Hari, tanggal : Jum’at, 18 Oktober 2019
Waktu : 09.00-09.45 WIB
Tempat : Ruang PPJT Lt. 3 RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Dihadiri oleh :
Pembimbing Klinik : Ratna Rosyidati R, S.ST
Selama periode praktik tersebut, ners muda melakukan satu kali role play
supervisi dengan topik pengambilan darah vena yang dilaksanakan pada Jumat, 18
Oktober 2019. Roleplay supervisi yang dihadiri oleh supervisor dari CI klinik.
Supervisi dilakukan oleh Perawat Primer kepada Perawat Asociate pada saat
pelaksanaan pengambilan darah vena. Pelaksanaan kegiatan supervisi dihadiri
oleh 1 supervisor dari CI klinik. Rekomendasi dari CI kepada ners muda adalah
pada pelaksanaan supervisi hal yang terpenting adalah menjaga kepercayan pasien
kepada perawat dengan tidak menunjukkan bahwa perawat sedang di nilai
tindakannya, pelaksanaan role play sudah dilakukan dengan baik. Uraian kegiatan
role play supervisi terlampir dalam lampiran laporan kegiatan supervisi.
4.3.7.3 Pengorganisasian
Kepala Ruangan : Lilik Manowati, S.Kep
PP : Julinda Malehere, S.Kep
PA : Rambu Mema, S.Kep
Dokumentasi : Imelda Mbati Mbana, S.Kep
PJ Roleplay : Julinda Malehere, S.Kep
Pembimbing Akademik : Dr. Kusnanto, S.Kp., M.Kes
: Dr. Hanik Endang N, S.Kep.,Ns.,M.Kep
Pembimbing Klinik : Ratna Rosyidati R.,S.ST
Adi Sukrisno, S.Kep., Ns
R. Endang H, S.Kep, Ns., MM

4.3.7.4 Mekanisme Kegiatan


Tahap Kegiatan

Pra supervisi 1. Karu menyampaikan


salam pembukaan
2. Karu menanyakan
apakah hari ini ada yang akan diambil darah?
3. Karu menyampaikan
tujuan dan kegiatan pelaksanaan supervisi
4. Karu menjelaskan
format penilaian supervisi ke PP
5. PP menjelaskan
format penilaian supervisi ke PA
6. PP mempersilahkan
PA untuk membaca kembali format penilaian
7. PP mempersilahkan
PA untuk mengajukan pertanyaan mengenai format
penilaian
8. PP menyampaikan
kontrak waktu untuk dilakukan supervisi
9. PP mempersilahkan
PA untuk mempersiapkan peralatan pengambilan darah
vena
10. PP memeriksa
persiapan yang dilakukan
Tahap Kegiatan

Pelaksanaan supervisi 1. PA melakukan cuci tangan sebelum ke pasien


2. PA memastikan identitas pasien
3. PA menyampaikan kepada pasien bahwa akan
dilakukan proses pengambilan darah vena
4. PA menyampaikan tujuan tentang tindakan
pengambilan sampel darah vena
5. PA melakukan cuci tangan, lalu memakai handschon
6. PA memilih vena yang akan diambil sampel darah
7. PA menyiapkan alat untuk pengambilan darah vena
8. PA melakukan proses pengambilan darah vena
9. PA mengevaluasi pasien setelah tindakan pengambilan
darah vena
10.PA merapikan pasien dan peralatan tindakan
pengambilan darah vena
11.PA melakukan cuci tangan
12.PA mendokumentasikan tindakan pengambilan darah
vena
13.PP menilai pelaksanaan proses pengambilan darah vena
Post supervisi 1. Karu mengklarifikasi permasalahan yang ada.
2. Karu melakukan tanya jawab dengan Perawat
Primer dan Perawat Associate
3. Karu memberikan masukan dan solusi pada
Perawat Primer dan Perawat Associate
4. Karu memberikan reinforcement pada Perawat
Primer dan Perawat Associate.
5. Karu memberikan penilaian supervisi
6. Karu memberikan feedback dan klarifikasi (sesuai
hasil laporan supervisi dari PP)
7. Karu memberikan reinforcement dan follow up
perbaikan
8. Melakukan dokumentasi hasil supervisi

4.3.7.5 Hambatan dan Dukungan


a. Hambatan
Tidak ada hambatan dalam pelaksanaan role play ini, pelaksanaan
supervisi berjalan tepat waktu dan sesuai proposal yang telah dibuat. Karu,
PP dan PA yang bertugas telah melakukan semua tahapan dengan baik
sesuai proposal.
b. Dukungan
Mahasiswa yang melaksanakan peran dalam supervisi ini sesuai dengan
pembagian tugas dalam laporan, mahasiswa lain yang tidak mendapat
peran juga ikut membantu dalam roleplay, selain itu kepala ruangan dan
perawat ruangan PPJT Lt. 3 sangat mendukung dengan memberikan
kesempatan dan memfasilitasi pelaksanaan roleplay ini.

4.4 M4 (Money)
4.4.4 Persiapam
Persiapan administrasi pasien keluar rumah sakit berupa pemeriksaan
kelengkapan dokumen pasien pengguna asuransi dan input billing pasien
dilakukan oleh tenaga perekam medik.
4.4.5 Pelaksanaan kegiatan
Pada aspek M4 (Money) administrasi pasien pulang dan input billing
dilakukan oleh tenaga perekam medik ruangan. Selama praktek MAKP
pasien kelolaan yang KRS sebanyak 19 orang. Administrasi lengkap dan
telah diserahkan ke Arina Bedah oleh petugas perekam medik.

4.4.6 Hambatan dan dukungan


Tidak ada hambatan pada pelaksanaan M4. Mahasiswa mendapatkan
dukungan dari kepala ruangan dan petugas perekam medik ruangan.

4.5 M5 (Mutu)
4.5.4 Persiapan

Adapun persiapan pelaksanaan peningkatan mutu (M5) yang akan


dilaksanakan pada ruang PPJT Lantai 3 antara lain:
1) Pembuatan format mapping pasien SBAR.
2) Pembuatan lampiran angket pengkajian nyeri, resiko jatuh, phlebitis,
resiko dekubitus, kepuasan dan kecemasan di RM.
3) Meningkatkan kembali edukasi tentang penyimpanan obat high alert.
4) Pembuatan print out tuntunan 6 langkah dan 5 momen cuci tangan.
5) Pembuatan format pengkajian EWS
6) Pembuatan format laporan perkembangan harian pasien yang
mencakup tanggal pemasangan infus, pemasangan kateter, resiko
jatuh, skala nyeri, skor decubitus, dan tingkat ketergantungan, untuk
mengurangi kemungkinan terlewatnya evaluasi akan hal-hal tersebut.

4.5.5 Pelaksanaan Kegiatan


Proses pelaksanaan peningkatan mutu di ruangan dilakukan dengan
mengisi secara lengkap stempel mutu yang terdiri dari phlebitis, dekubitus,
pasien jatuh, skor nyeri, medical error dan kepuasan. Semua penilaian
tentang mutu dituliskan dalam buku handover ruangan dan dioverkan ke
shift selanjutnya kemudian direkapitulasi setiap hari oleh PJ mutu
ruangaan.
Untuk penjelasan identifikasi pasien pada pasien atau keluarga
masih jarang dilakukan oleh perawat ruangan yang merupakan salah satu
sasaran keselamatan pasien. Penilaian tentang risiko jatuh sudah dikaji
setiap hari, perawatan dan tingkat ketergantungan pasien juga
didokumentasikan oleh perawat ruangan.
Proses pelaksanaan peningkatan mutu oleh mahasiswa
didokumentasikan dalam bentuk form penilaian untuk mutu pelayanan
antara lain: risiko jatuh, survei kepuasan pasien, perawatan diri, nyeri,
phlebitis, dekubitus, ISK, ILO, pneumonia serta format pendokumentasian
untuk BOR dan LOS yang diisi setiap pasien dan setiap harinya.
Pengisian format dilakukan perawat primer shift pagi dan dicek kembali
oleh PP shift sore dan PP shift malam. PP shift malam akan menuliskan
hasil rekapitulasi semua format penilaian sebagai akumulasi selama 24 jam
pasien dan melaporkannya kepada Kepala Ruangan pada keesokan
harinya. Kepala ruangan bertugas mengevaluasi dan hasil rekapitulasi
peningkatan mutu. Penilaian nyeri dilakukan oleh perawat pada saat pasien
datang dan penerimaan pasien baru dan dilanjutkan dengan evaluasi
berkesinambungan setiap hari dengan melanjutkan pengisian form
pengkajian nyeri. Adapun pelaksanaan peningkatan mutu pelayanan
asuhan diberikan beberapa format mutu di setiap ada pasien baru antara
lain:
1) Kepuasan Pasien
Format kepuasan pasien diruangan diisi oleh pasien atau
keluarga yang diberikan oleh perawat ruangan. Format kepuasan
pasien mahasiswa praktika manajemen ada pada RM khusus.
Penilaian kepuasan diisi oleh pasien. Untuk meningkatkan kepuasan
pasien, kelompok membuat welcome book pada penerimaan pasien
baru yang berisi tentang dan hak kewajiban pasien, tata tertib
ruangan, DPJP, PPJP, denah ruangan, jenis tempat sampah, gelang
identitas pasien, pembiayaan, cuci tangan dan etika batuk.

2) Nyeri
Skala nyeri pasien di ruangan dikaji saat penerimaan pasien
baru sampai pasien pulang oleh perawat ruangan. Pengkajian nyeri
didokumentasikan oleh perawat setiap pergantian sihft. Format
pengkajian nyeri mahasiswa praktika manajemen ada pada RM 05a
K dengan menggunakan Wong Baker Instrument. Penilaian nyeri
dinilai setiap hari jika ada pasien yang mengeluh nyeri.
3) Flebitis
Penilaian flebitis sudah ada format mutu yang ada di ruangan
dan didokumentasikan setiap pergantian shift. Format penilaian
phlebitis mahasiswa praktika manajemen ada di RM khusus.
Penilaian phlebitis ada 6 poin yang diisi setiap harinya oleh perawat.
Pengkajian phlebitis dilakukan pada pasien yang terpasang
infusmulai dari hari pertama pemasangan sampai infus dilepas.
4) Dekubitus
Penilaian dekubitus sudah ada stampel mutu yang ada di
ruangan dan didokumentasikan setiap pergantian shift. Format
penilaian dekubitus terdapat pada RM 05, yaitu Assessment Awal
Keperawatan Dewasa. Selama praktik profesi manajemen, satu orang
pasien mengalami dekubitus sejak sebelum dirawat di ruang PPJT
Lantai 3.
5) BOR (Bed Occupacy Rate)
Penilaian BOR dilakukan setiap shift pada lembar dokumentasi
yang sudah disediakan oleh perawat yang bertugas setiap shift.
Pendokumentasian BOR pasien kelolaan mahasiswa praktika
manajemen dilakukan berdasarkan jumlah kapastitas bed yang ada
yaitu 8 bed untuk pasien kelolaan.
6) Patient Safety
Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu variabel
untuk mengukur dan mengevaluasi kualitas pelayanan keperawatan
yang berdampak terhadap pelayanan kesehatan. Program
keselamatan pasien adalah suatu usaha untuk menurunkan angka
kejadian tidak diharapkan (KTD) yang sering terjadi pada pasien
selama di rawat di rumah sakit. Adapun pelaksanaan Sasaran
Keselamatan Pasien (SKP) di Ruang PPJT Lantai 3 sesuai dengan
Standar Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1 (Kemenkes 2011) dan JCI
Acreditation antara lain:
a Ketepatan identifikasi pasien
Identifikasi pasien dilakukan untuk menghindari kesalahan pasien.
Identifikasi dilakukan dengan menggunakan gelang untuk identitas
pasien di pasang saat pasien dilakukan penilaian resiko mulai dari
IGD atau di ruang perawatan. Gelang dan stiker terdiri dari 5 warna
yang memiliki definisi tersendiri pada masing-masing warna.
a) Gelang merah muda digunakan untuk pasien perempuan.
b) Gelang biru digunakan untuk pasien laki-laki.
c) Stiker kuning digunakan untuk pasien risiko jatuh.
d) Stiker merah digunakan untuk pasien alergi.
e) Stiker ungu digunakan untuk pasien DNR.
Pada gelang identitas berwarna merah muda atau biru berisi
identitas pasien meliputi nama lengkap pasien, nomor rekam medik,
jenis kelamin pasien, tanggal lahir dan usia pasien. Identifikasi
pasien dilakukan dengan mencocokkan gelang identitas yang dipakai
pasien.
Beberapa hal yang perlu dikonfirmasi anatara lain nama pasien,
nomor register, alamat, dan usia. Identifikasi pasien dilakukan ketika
penerimaan pasien baru, pemberian obat, pemberian terapi sebelum
melakukan prosedur atau tindakan dan discharge planning. Saat
pelaksanaan identifikasi pasien dilakukan setiap ada tindakan kepada
pasien.
b Peningkatan komunikasi yang efektif
Komunkasi efektif yang digunakan yaitu menggunakan metode
SBAR (Situation, Background, Assesment, Recommendation). SBAR
digunakan pada saat berkomunikasi dengan tim kesehatan yang lain,
timbang terima, berkomunikasi dengan teman sejawat, konsultasi
pasien, dan melaksanakan informed concent. SBAR juga digunakan
pada saat komunikasi atau perintah secara verbal ataupun telepon,
staf yang menerima pesan harus menuliskan dan membacakan
kembali kepada pemberi pesan dan dalam pemeberi pesan harus
menandatangani dalam waktu 1x24 jam. Kolom comunicator yang
ditandatangani oleh perawat yang menerima dan kolom advisor yang
ditandatangani oleh dokter yang memberikan advis.
Berdasarkan pelaksanaan yang dilakukan, komunikasi efektif
yang sudah diterapkan di ruang PPJT Lantai 3 yaitu menggunakan
metode SBAR. Background dituliskan hal yang sudah
diimplementasikan dari tindakan mandiri dan kolaboratif perawat
serta hasil laborat yang ada. Assessment dituliskan berdasarkan
pegkajian terakhir pada pasien sebelum timbang terima.
Recommendation dituliskan rekomendasi dari dokter dan
implementasi keperawatan yang belum dilaksanakan atau yang
dipertahankan.
c Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
Obat high alert adalah obat yang memerlukan kewaspadan tinggi,
terdaftar dalam kategori obat beresiko tinggi, dapat meneyebkan
cedera serius pada pasien jika terjadi kesalahan dalam
penggunaannya. Kewaspadaan terhadap obat high alert sudah
dilakukan dengan memisahkan tempat obat high alert (obat-obat
Lookalike, Soundalike), cairan pekat seperti KCl. MgSO4, Nabic,
dll.) dengan obat lainnya.
Pemberian elektrolit pekat harus dengan pengenceran dan
penggunaan label khusus, setiap penerapan obat menerapkan prinsip
7 benar. Untuk obat LASA, belum ada pemberian label tambahan
dan tidak ada tempat yang membedakan high alert dan LASA. Salah
satu cara untuk mewaspadai pemberian obat, perawat menggunakan
double crosscheck mulai dari proses persiapan sampai pemberian ke
pasien.
Berdasarkan hasil pelaksanaan, didapatkan kewaspadaan tentang
obat yang perlu diwaspadai sudah dilakukan dengan memisahkan
obat-obat high alert pada tempat yang telah disediakan. Pemberian
labelling dan double crosscheck juga sudah dilakukan di ruang PPJT
Lantai 3.
d Kepastian tepat lokasi, tepat pasien dan tepat prosedur
Ketepatan sebelum melakukan tindakan terdiri dari tiga hal yaitu
tepat lokasi, tepat pasien dan tepat prosedur. Proses untuk
memastikan tepat lokasi yang yang dilakukan yaitu menggunakan
SPO pemberian marker atau penanda lokasi operasi yang diberikan
oleh dokter operator di ruangan menggunakan spidol permanen.
Proses untuk memastikan tepat pasien yang dilakukan di ruangan
yaitu menggunakan crosscheck pada gelang identifikasi.
e Pengurangan resiko infeksi terkait dengan pelayanan kesehatan.
Sebagai upaya pencegahan infeksi, di RSDS telah terbentuk tim
Pencegahan dan pengendalian Infeksi (PPI). Infeksi nosokomial
meliputi phlebitis, dekubitus, ISK, ILO. Selain tim PPI terdapat tim
surveillance untuk mengetahui kejadian infeksi setiap hari.
Pendataan infeksi setiap hari dilakukan di masing-masing ruangan.
f Pengurangan resiko jatuh
Format risiko pasien jatuh diruangan telah diisi oleh perawat
ruangan. Format risiko pasien jatuh mahasiswa praktika manajemen
ada pada RM 05b Morse Fall Scale untuk penilaian risiko jatuh.
Berdasarkan data yang diperoleh dari pelaksanaan selama 2
minggu di Ruang PPJT Lantai 3, tidak ditemukan kejadian pasien
jatuh. Pengkajian risiko jatuh pada pasien dilakukan mulai awal
pasien masuk sampai pasien pulang menggunakan form sesuai
dengan usia dewasa.
Pemberian intervensi pada pasien disesuaikan dengan kriteria
rendah, sedang, atau tinggi berdasarkan SPO yang telah ada. Salah
satu contoh intervensi penangulangan pasien resiko jatuh yaitu harus
ada satu penunggu pasien dan side rail harus selalu ditutup dan
memastikan pada keluarga untuk selalu menutupnya, menganjurkan
keluarga pasien untuk minta bantuan perawat dalam tindakan
apapun.
4.5.6 Hambatan dan Dukungan
a. Hambatan
Tingkat kepatuhan pengisian pendokumentasian oleh anggota
kelompok masih kurang.
b. Dukungan
Tenaga keperawatan di ruangan memberikan kesempatan dan
dukungan kepada mahasiswa praktik manajemen dalam melakukan
pendokumentasian indikator jaminan mutu keperawatan di ruangan.
BAB 5
EVALUASI

Pada Bab ini akan diuraikan evaluasi dalam pelaksanaan Model Asuhan
Keperawatan Profesional (MAKP) yang dilaksanakan dalam Praktik Profesi
Manajemen keperawatan di Ruang PPJT Lt.3 RSUD Dr.Soetomo Surabaya pada
tanggal 7 Oktober – 2 November 2019.

5.1 M1 (Man)
5.1.1 Evaluasi Struktur Ketenagaan

Pelaksanaan pengorganisasian perawat di Ruang PPJT Lt.3 RSUD


Dr.Soetomo Surabaya telah disusun penanggung jawab ruangan serta perawat
penanggung jawab setiap pasien. Terdapat perawat penanggung jawab yang
membawahi tim masing-masing. Pembuatan jadwal dinas telah dibuat seminggu
sebelumnya dengan pemerataan jam dinas. Pada pelaksanaan praktik profesi
manajemen keperawatan di Ruang PPJT Lt.3 RSUD Dr.Soetomo Surabaya
selama 2 minggu, telah dibentuk kepala ruangan, perawat penanggung jawab
(PP), dan perawat pelaksana (PA) dengan pergantian peran setiap hari. Pembagian
peran ini telah disesuaikan dengan tanggungjawab peran dalam roleplay.
5.1.2 Evaluasi Proses Ketenagaan

Pada pelaksanaan pengorganisasian, perawat menjalankan MAKP Primer.


Setiap hari kepala ruangan atau wakil kepala ruangan memimpin timbang terima
yang dilaksanakan pada pergantian shift malam ke shift pagi dan pergantian shift
pagi ke shift sore. Perawat pelaksana shift malam menyampaikan timbang terima
kepada perawat penanggung jawab pada pagi hari. Sedangkan pada pergantian
shift pagi ke sore, perawat penanggung jawab menyampaikan timbang terima
kepada perawat pelaksana shift sore. Perawat penanggung jawab hanya berdinas
di shift pagi namun memiliki tanggung jawab penuh atas perawatan pasien
kelolaannya selama 24 jam sekaligus bertanggung atas pendokumentasian pasien.
Selain itu, perawat penanggung jawab memiliki tugas untuk merencanakan
tindakan keperawatan selama 24 jam yang akan dilakukan ke pasien dan
mendelegasikannya pada perawat pelaksana saat tidak berdinas pada shift sore dan
shift malam. Perawat pelaksana melakukan implementasi keperawatan kepada
pasien menurut delegasi yang diberikan oleh perawat penanggung jawab.
5.1.3 Evaluasi Hasil Ketenagaan
Pelaksanaan pengorganisasian di ruang PPJT Lt.3 RSUD Dr.Soetomo
Surabaya telah sesuai dengan fungsinya pada setiap pergantian shift.

5.2 M2 (Material)
5.2.2 Masing Evaluasi
Inventarisasi peralatan kesehatan diruang PPJT lt. 3 RSUD Dr, Soetomo
Surabaya yang dilakukan oleh perawat ruang PPJT Lt. 3 dan mahasiswa praktik
Manajemen dilakukan dengan pengecekan dan obseravsi alat. Inventaris alat dapat
memberikan informasi mengenai jumlah dan kondisi sarana dan prasarana (alat)
baik yang tidak rusak maupun rusa, serta peralatan apa yang habis atau
dibutuhkan oleh ruangan dalam menunjang tindakan perawat dengan ketentuan
berdasarkan standart Kepmenkes No 1204/Menkes/SK/X/2004, Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia (Permenkes RI) nomor 340/MENKES/III/2010,
dan Depkes RI 2006.
5.2.3 Evaluasi Proses
Selama proses pelaksanaan dan penggunaan sarana prasarana serta fasilitas
pada ruang PPJT lt. 3, mahasiswa tidak mengalami hambatan yang berarti. Hanya
saja dalam pelaksanaan pengadaan papan PPJP dan DPJP membutuhkan biaya
yang besar sedangkan sulit menemukan lokasi pembuatan papan akrilik yang
sesuai dengan budget. Sehingga pengadaan papan PPJP & DPJP membutuhkan
waktu yang cukup lama. Sedangkan pelaporan sarana & prasarana sudah
dilaporkan pada saat hand over dan dituliskan buku inventaris alat.
5.2.4 Evaluasi Hasil
1. Pengisian pendokumentasian sarana dan prasarana di dokumentasi
inventaris ruang PPJT lt. 3 RSUD Dr Soetomo sudah cukup baik. Setiap
sarana prasarana yang habis, baru atau rusak juga dicatat dan dilaporkan
kepada penanggung jawab untuk pengadaan inventaris alat. Penanggung
jawab inventaris alat adalah perawat yang berjaga atau shift pada saat itu.
2. Pendokumentasian keluar masuk linen kotor belum efisien dilakukan oleh
penanggung jawab. Hal ini dikarenakan tidak konsistenya pencatatan
jumlah linen kotor yang keluar masuk di buku inventaris linen yang telah
disediakan. Selain itu, perbedaan petugas yang mengantar linen kotor
dengan petugas yang mengambil linen bersih di tempat loundry.
3. Mahasiswa melaksanakan tugas sesuai dengan peran masing-masing.

5.3 M3 (Method)
5.3.1 Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)
1. Evaluasi Struktur
Pada penerapan MAKP, kelompok telah membentuk struktur
organisasi MAKP, Gantt Chart kegiatan, jadwal dinas, daftar uraian tugas
kepala ruangan (KARU), perawat primer (PP) dan perawat associate
(AN), serta mekanisme/alur kegiatan MAKP Primer. Setiap kegiatan yang
telah direncanalan telah ditentukan siapa penanggung jawab dari kegiatan
tersebut. Penanggung jawab yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan
kegiatan akan melakukan persiapan mulai dari tahap persiapan hingga
melakukan evaluasi atas kegiatan tersebut.
2. Evaluasi Proses
Selama proses pelaksanaan sistem MAKP Primer, setiap mahasiswa
sudah menjalankan tugasnya sesuai peran masing-masing secara maksimal
seperti pada petunjuk uraian tugas dan jadwal dinas serta peran yang ada.
Tidak terdapat tumpang tindih dalam jobdesk penerapan MAKP diruangan
telah berjalan dengan baik, masing-masing perawat melaksanakan tugas
sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan.
3. Evaluasi Hasil
Pelaksanaan MAKP Primer pada pasien di Ruang Jantung Terpadu
Lantai 3 RSUD Dr.Soetomo Surabaya sudah dilaksanakan sesuai dengan
peran masing-masing. Hambatan dapat diatasi dari dukungan pembimbing
klinik dan perawat ruangan di ruangan, bimbingan dari para pembimbing
akademik terutama adanya kerjasama yang baik antar anggota kelompok.
Model asuhan keperawatan yang dilakukan oleh mahasiswa di ruangan ini
adalah MAKP Primer sesuai dengan perencanaan yang sebelumnya dibuat.
Evaluasi juga mencakup evaluasi setelah pelaksanaan sosialisasi
pada tenaga perawat Ruang Jantung Terpadu Lantai 3 tentang MAKP.
Struktur MAKP Moduler sudah terbentuk di Ruang Jantung Terpadu
Lantai 3 dan berfungsi baik meskipun terkadang terdapat tumpang tindih
jobdesk PP dan PA karena terdapat 2 PP dan PP memiliki peran ganda
sebagai wakil kepala ruangan yang juga memiliki berbagai tanggung
jawab

5.3.2 Penerimaan Pasien Baru


1. Evaluasi Struktur
Pelaksanaan penerimaan pasien baru mulai dilaksanakan pada minggu
kedua dan pada hari Senin tanggal 21 Oktober 2019 dilaksanakan
roleplay. Adapun evaluasi yang didapatkan yaitu:
1) Sudah disusun alur penerimaan pasien baru bersama-sama dengan staf
keperawatan Ruang PPJT Lt. 3 RSUD Dr. Soetomo Surabaya
2) Sudah dipersiapkan ruangan untuk PPB yang dilaksanakan di PPJT Lt.3
RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
3) Perawat telah menetapkan pasien yang akan dilakukan PPB.
4) Perawat telah mempersiapkan format dan kelengkapan berkas
penerimaan pasien baru dan sentralisasi obat antara lain: format
penerimaan pasien masuk, catatan perpindahan pasien baru, format
pengkajian, Welcome book, dan nursing kit.
2. Evaluasi Proses
Evaluasi proses pada saat roleplay penerimaan pasien baru yang
dilaksanakan pada hari Senin, 21 Oktober 2019 pukul 10.00 yang dilihat
pada tabel berikut:
Waktu Kegiatan
10.00-11.10 Pelaksanaan penerimaan pasien baru dan sentralisasi obat
11.10-11-45 Diskusi bersama pembimbing klinik
Ratna Rosyidati R, S.ST
Roleplay yang dilakukan sudah baik, alurnya sudah
disesuaikan dengan situasi diruangan. Alat-alat untuk roleplay
Waktu Kegiatan
sudah disiapkan sebelum uji coba peran. Saat orientasi
ruangan ditunjukan tempatnya. Setiap pasien baru harus
dilakukan PPB dan SO. Serta selalu mengedepankan prinsip 5
R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin). Konsep 5 R menjadi
dasar implementasi dimanapun kita berada dan bekerja.

3. Evaluasi Hasil
Kegiatan dihadiri oleh 1 orang pembimbing klinik, Ibu Ratna
Rosyidah R, S.ST., dan 12 orang mahasiswa profesi Manajemen
Keperawatan Universitas Airlangga.
1) Kegiatan berjalan dengan baik dan lancar.
2) Pasien dan keluarga mengetahui ruangan PPJT Lt.3 RSUD Dr. Soetomo
Surabaya
3) Pasien dan keluarga mengetahui fungsi pemasangan gelang.
4) Pasien dan keluarga mengetahui tentang Sentralisasi Obat.
5) Pasien mengerti mengenai cara mencuci tangan dengan benar.
6) Pasien mengetahui tentang pemilahan sampah.

5.3.3 Sentralisasi Obat


1) Evaluasi Struktur
Pelaksanaan evaluasi penerimaan pasien baru dilaksanakan pada
Selasa dihari yang sama dengan pelaksanaan role play. Adapun evaluasi
yang didapatkan yaitu:
1) Mahasiswa sudah menentukan penanggung jawab sentralisasi obat
2) Perawat telah mempersiapkan ruangan untuk PPB dan SO yang
dilaksanakan di PPJT Lt.3 RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
3) Perawat menyusun alur sentralisasi obat sesuai dengan teori yang ada
4) Perawat menyiapkan checklist dokumentasi sentralisasi obat
5) Perawat telah menetapkan pasien yang akan dilakukan PPB dan SO.
6) Perawat telah mempersiapkan format dan kelengkapan berkas
penerimaan pasien baru dan sentralisasi obat antara lain: format
penerimaan pasien masuk, catatan perpindahan pasien baru, format
pengkajian, informed consent sentralisasi obat, welcome book, dan
nursing kit.

2) Evaluasi Proses
Proses role play sentralisasi obat yang dilakukan pada tanggal 22
Oktober 2019 oleh praktik profesi manajemen keperawatan di Ruang
PPJT Lantai 3 RSUD Dr.Soetomo Surabaya adalah sebagai berikut:
1) Melakukan sentralisasi obat setelah dilakukan penerimaan pasien
baru.
2) Sentralisasi obat dipimpin oleh perawat primer.
3) PP menjelaskan kepada pasien / wali terkait pengobatan dan tujuan
sentralisasi obat pasien, mengenalkan bagaimana alur sentralisasi
obat, lalu penjelasan ditambahkan oleh pihak farmasi.
4) Menjelaskan sentralisasi obat yang berfokus pada tujuan sentralisasi
obat.
Waktu Kegiatan
10.00-11.10 Pelaksanaan penerimaan pasien baru dan sentralisasi obat
11.10-11-45 Diskusi bersama pembimbing klinik
Ratna Rosyidati R, S.ST
Roleplay yang dilakukan sudah baik, alurnya sudah
disesuaikan dengan situasi diruangan. Alat-alat untuk
roleplay sudah disiapkan sebelum ujicoba peran. Saat
orientasi ruangan ditunjukan tempatnya, Setiap pasien baru
harus dilakukan PPB dan SO. Serta selalu mengedepankan
prinsip 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin). Konsep 5
R menjadi dasar implementasi dimanapun kita berada dan
bekerja, dan juga untuk discharge planing baik sekali
karena sudah kolaborasi dengan dokter untuk penjelasan
kondisi pasien dan juga jika misal dokter belum bisa ikut
dalam discharge planing maka perawat tetap melakukan
discharge planing sesuai teori yang ada.

3) Evaluasi Hasil
1) Kegiatan roleplay dihadiri oleh pembimbing klinik yaitu Ibu Ratna
Rosyidati R, S.ST dan 12 mahasiswa praktik stase managemen.
2) Mahasiswa mampu melakukan sentralisasi obat dengan menjalankan
tugasnya sesuai peran masing-masing.
3) Mahasiswa mampu mengomunikasikan hal-hal yang penting dalam
sentralisasi obat.
4) Kegiatan dilaksanakan tidak sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan.
5) Kegiatan berjalan lancar dan mendapatkan hasil yang maksimal.

5.3.4 Discharge Planning


1. Evaluasi Struktur
Persiapan discharge planning mulai dilaksanakan pada minggu kedua.
Persiapan yang dilakukan antara lain:
1) Membentuk penanggung jawab dari pelaksanaan discharge planning
keperawatan
2) Membuat proposal tindakan discharge planning
3) Menyiapkan kelengkapan media untuk tindakan discharge planning
meliputi: Leaflet, rekam medis pasien.
4) Menyiapkan pelaksanaan discharge planning
2. Evaluasi Proses
Proses roleplay discharge planning yang dilakukan pada praktik profesi
manajemen keperawatan di Ruang Pusat Pelayanan Jantung Terpadu Lt.3
RSUD Dr.Soetomo Surabaya tanggal 21 Oktober 2019 adalah sebagai berikut:
1) Discharge planning dilakukan pada pasien yang masih dilakukan
perawatan di rumah sakit.
2) Discharge planning dilakukan oleh perawat primer yang dibantu oleh
perawat associate.
3) Pelaksanaan Discharge planning mencakup pemberian pendidikan
kesehatan kepada pasien yang masih dilakukan perawatan di rumah
sakit.
Tabel 5.1 Evaluasi Proses Pelaksanaan RolePlay Discharge Planning

Waktu Kegiatan
09.30 – 10.30 Melaksanakan discharge planning sesuai dengan peran
masing-masing (Kepala Ruangan, Perawat primer, Perawat
associate)
10.30 – 10.55 Evaluasi dari pembimbing klinik :
1. Saat role play berlangsung, semua yang berperan
sebagai perawat associate, perawat primary dan Kepala
ruangan sudah cukup bagus dalam menjalankan
perannya dan rekan – rekan yang tidak berperan dalam
Role play menggantikan posisi dengan memberikan
pelayanan keperawatan kepada pasien yang lain
sehingga tidak terlihat bergerombol pada saat
berlangsungnya kegiatan Role play.
11.00 Kegiatan discharge planning berakhir

2. Evaluasi Hasil
1) Mahasiswa mampu melakukan discharge planning dengan menjalankan
tugasnya sesuai peran masing-masing.
2) Mahasiswa mampu mengkomunikasikan hal-hal yang penting untuk
perawatan pasien.
3) Kegiatan roleplay dihadiri pembimbing klinik yaitu Ratna Rosyidati R,
SST. Kegiatan dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan.
4) Kegiatan berjalan lancar dan mendapatkan hasil yang maksimal.
5) Keluarga pasien mendapatkan HE tentang perawatan pasien dengan
diagnose medis VSD saat di rumah.

5.3.5 Supervisi
1. Evaluasi Struktur
Persiapan supervisi keperawatan mulai dilaksanakan pada minggu
kedua. Tahap-tahap persiapan role play supervisi antara lain :

1) Membentuk penanggung jawab dari pelaksanaan supervisi


keperawatan
2) Membuat Laporan role play supervisi keperawatan
3) Menetapkan NUM dan PP untuk role play supervisi keperawatan
4) Menetapkan proses keperawatan sebagai kegiatan yang akan
disupervisi oleh kepala ruangan.
5) Menyiapkan materi supervisi, meliputi proposal role play supervisi
dan SPO Supervisi, SPO proses keperawatan.
6) Memilih pasien dan meminta inform consent
7) Menyiapkan media supervisi meliputi format instrumen supervisi,
lembar penilaian dan evaluasi supervisi.
8) Konsultasi pada pembimbing akademik, pembimbing ruangan
mengenai proposal dan teknik pelaksanaan supervisi keperawatan
2. Evaluasi Proses
Pelaksaan roleplay supervisi keperawatan rencana awal dalam proposal
yakni Jumat, 18 Oktober 2019, jam 09.00 WIB.
Tabel 5.3 Evaluasi Proses Pelaksanaan Role Play Supervisi
Waktu Proses Kegiatan
09.00 – 09.30 WIB Pelaksanaan role play supervise
09.30 – 09.45 WIB Ratna Rosyidati R, SST
Pelaksanaan roleplay sudah baik, semuanya berjalan sesuai
dengan teori. Saat pelaksanaan supervisi didepan pasien, PP
tidak membawa form penilaian dan tidak menunjukkan bahwa
PA sedang dinilai, hal ini baik untuk menjaga kepercayaan
pasien kepada perawat.

3. Evaluasi Hasil
1) Selama kegiatan, semua mahasiswa berperan sesuai tugasnya masing-
masing.
2) Kegiatan role play dihadiri 1 orang pembimbing Ruang PPJT Lt. 3
RSUD Dr. Soetomo.
3) Kegiatan berjalan lancar karena mahasiswa dan keluarga kooperatif
dalam pelaksanaan role play.
4) Supervisi dilakukan di Ruang PPJT Lt. 3 RSUD Dr. Soetomo pada
pasien yang telah dijadwalkan untuk dilakukan pengambilan darah
vena.
5) Supervisi dilakukan sebagai contoh tindakan keperawatan agar perawat
dapat melakukan tindakan proses keperawatan sesuai dengan teori.
5.3.6 Timbang Terima
1. Evaluasi Struktur
Persiapan timbang terima mulai dilaksanakan pada minggu ketiga.
Persiapan yang dilakukan antara lain:
1) Menentukan penanggung jawab role play timbang terima.
2) Membuat proposal role play timbang terima dan menentukan waktu
untuk pelaksaan role play timbang terima
3) Menetapkan Karu, PP, dan PA untuk role play timbang terima.
4) Menyiapkan materi timbang terima, meliputi proposal role play
timbang terima.
5) Menyiapkan rekam medis pasien yang akan digunakan dalam timbang
terima
6) Menyiapkan media meliputi status pasien, lembar penilaian, dan
lembar evaluasi timbang terima.
2. Evaluasi Proses
Proses role play timbang terima yang dilakukan pada tanggal 23
Oktober 2019 oleh praktik profesi manajemen keperawatan di Ruang
PPJT Lantai 3 RSUD Dr.Soetomo Surabaya adalah sebagai berikut:
1) Melakukan timbang terima pada pergantian shift.
2) Timbang terima dipimpin oleh kepala ruangan.
3) Pelaporan rekam medis pasien disampaikan dari PP malam ke PP
pagi, kemudian PP pagi melakukan klarifikasi jika ada sesuatu yang
kurang jelas
4) Menjelaskan masalah yang berfokus pada masalah keperawatan
dengan teknik SBAR.
5) Menjelaskan masalah yang berfokus pada masalah keperawatan
6) Menjelaskan rekomendasi tentang tindakan keperawatan maupun
kolaborasi
7) Evaluasi proses pelaksanaan timbang terima dapat dilihat pada tabel
di bawah ini.
Tabel 5.4 Evaluasi Proses Pelaksanaan Role Play Timbang Terima
Waktu Kegiatan
13.00 – 14.15 WIB Pelaksanaan role play Timbang terima
Waktu Kegiatan
14.15 – 14.35 WIB Ratna Rosyidati R.,S.ST
Timbang terima yang dilakukan tadi sudah sesuai
alur,mekanisme menggunakan bedside handover
sudah dilakukan dengan baik. Namun mohon di
sampaikan inti-intinya saja seperti rekomendasi
terbaru yang akan dilakukan pada pasien. Untuk
informasi tentang pasien yang lebih detail
disampaikan saat di bed pasien.

3. Evaluasi Hasil
1) Role play timbang terima dilaksanakan tidak sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan pada gantt chart
2) Mahasiswa sudah melakukan tugasnya sesuai dengan peran masing-
masing pada saat timbang terima
3) Timbang terima dilaksanakan di ruang diskusi manajemen dilanjutkan
validasi di samping tempat tidur pasien
4) Validasi pada setiap pasien dilakukan kurang dari 10 menit
5) Role play timbang terima dihadiri oleh ibu Ratna Rosyidati R.,S.ST

Tabel pelaksanaan timbang terima sebelum dan sesudah MAKP


Before MAKP Primer After MAKP Primer
Tanggal Quality Tanggal Quality
Selasa, 8 11/21 = 52% Kamis, 24 16/21 * 100% =
Oktober 2019 Oktober 2019 76,1%
Jumat, 25 17/21 * 100% =
Oktober 2019 80,9 %
Sabtu, 26 18/21 * 100% =
Oktober 2019 85,7 %
Senin, 28 18/21 * 100% =
Oktober 2019 85,7 %
Selasa, 29 18/21 * 100% =
Oktober 2019 85,7 %
Rabu, 30 19/21 * 100% =
Oktober 2019 85,7 %
Rata – rata 11/21 = 52% Rata - rata 83,3 %

5.1 M4 (Money)
5.1.1 Evaluasi struktur
Buku pendokumentasian M4 (Money) disiapkan sebelum pelaksanaan.
5.1.2 Evaluasi proses
Sistem pendokumentasian hasil observasi kategori status pembayaran
klien dilakukan setiap shift dinas dan pelaporan pada saat timbang terima.
5.1.3 Evaluasi hasil
Hasil Observasi status pembayaran pasien kelolaan ruang 305 & 306
(kelas III) dari tanggal 15 Oktober 2019 sampai dengan 26 Oktober 2019
dengan total jumlah pasien 27 pasien, dengan pembayaran dengan BPJS
sebesar 100 %.

5.2 M5 (Mutu)
5.2.1 Evaluasi struktur
Semua format terkait mutu telah dibuat dan tersedia, diantaranya
format penilaian nyeri, tingkat ketergantungan perawatan diri, risiko jatuh,
flebitis, dekubitus, SSI (Surgical Site Infection) dan UTI (Urinary Track
Infection) sudah disiapkan di rekam medis, begitu juga dengan format
kecemasan, kenyamanan dan kepuasan sudah disiapkan didalam rekam
medis dan diberikan ketika discharge planning.

5.2.2 Evaluasi proses


Selama pelaksanaan MAKP, pelaksanaan peningkatan mutu sudah
berjalan sesuai dengan rencana. Format penilaian nyeri, tingkat perawatan
diri, resiko jatuh, phlebitis, dekubitus, SSI, dan ISK (Infeksi Saluran
Kemih) sudah diisi setiap hari oleh perawat primer pagi dan dicek ulang
oleh perawat yang shift sore dan malam. Begitupula pelaksanaan
pembacaan doa dalam tujuan peningkatan spiritual pasien dan keluarga
terlaksana setiap pagi. Dilanjutkan dengan pengajaran cuci tangan
terlaksana setiap pagi dengan bantuan mahasiswa praktik lain dan perawat
ruangan. Selain itu pengendalian infeksi juga dilakukan dengan cara
sosialisasi cuci tangan kepada pasien saat penerimaan pasien baru.

Kiat untuk menghindari resiko kesalahan dalam identifikasi setiap


pasien telah diberikan gelang bagi pasien dan setiap melakukan tindakan
seperti pemberian obar, pengambilan darah, dan pemberian semua produk
darah telah dilakukan identifikasi nama dan no rekam medis pasien
disesuaikan dengan gelang masing-masing pasien.

Upaya penurunan kejadian phlebitis terutama mekanik dilakukan


dengan cara memberitahukan pasien dan keluarga untuk tidak melakukan
banyak manipulasi pada selang infus. Peningkatan kepuasan dan
penurunan kecemasan pasien sudah dilaksanakan dengan adanya
pemberian penjelasan mengenai hak dan kewajiban pasien, tata tertib
ruangan dan penyakit pasien melalui leaflet dan dibantu dengan penjelasan
oleh dokter.

5.2.3 Evaluasi Hasil


Pelaksanaan peningkatan mutu sudah berjalan sesuai dengan
rencana, dengan bantuan pembimbing dan perawat ruangan. Evaluasi
pelaksanaan program mutu dan sasaran keselamatan pasien di Ruang PPJT
Lt 3 RSUD dr Soetomo Surabaya sesuai dengan standar Akreditasi Rumah
Sakit antara lain :

Pelaksanaan peningkatan mutu sudah berjalan sesuai dengan rencana,


adapun hasil penilaian mutu antara lain:
1) Jumlah pasien selama pelaksanaan MAKP
Jumlah pasien Jumlah pasien kelolaan
Tanggal
ruangan 305 & 306
Senin, 14 oktober 2019 25 8
Selasa, 15 oktober 2019 24 5
Rabu, 16 oktober 2019 24 6
Kamis, 17 oktober 2019 23 5
Jum’at, 18 oktober 2019 21 6
Sabtu, 19 oktober 2019 25 6
Minggu, 20 oktober 2019 23 6
Senin, 21 oktober 2019 22 6
Selasa, 22 oktober 2019 25 4
Rabu, 23 oktober 2019 20 7
Kamis, 24 oktober 2019 18 5
Jum’at, 25 oktober 2019 20 5
Sabtu, 26 oktober 2019 14 7
Tabel diatas menunjukan bahwa jumlah pasien pada saat pelaksanaan
MAKP primer berjumlah fluktuatif. Total pasien selama 14/10/209 sampai
dengan 26/10/2019 adalah 27 pasien.
2) Jumlah BOR Harian mulai 14 s.d 26 Oktober 2019 di Ruang PPJT Lt. 3
RSUD Dr.Soetomo Surabaya dijadikan satu antara BOR.
Tabel 5.7 Jumlah BOR di Ruang PPJT Lantai 3 RSUD Dr.Soetomo
Surabaya
No. Waktu BOR (%)
1 Saat pengkajian (2 hari)/ total bed 20/26 (76,9 %)
2 Rata-rata saat pelaksanaan (2 minggu)/ 22/26 (84,25%)
total bed
Sumber: Data Primer 2019
Tabel di atas menunjukkan bahwa BOR kelolaan di Ruang PPJT
Lantai 3 RSUD Dr.Soetomo Surabaya selama pengkajian adalah 76,9%
dan saat pelaksaan MAKP Primer 84,25%.
Tabel 5.8 Jumlah BOR di Ruang PPJT Lantai 3 kamar 305 & 306 RSUD
Dr.Soetomo Surabaya Tanggal 14 s.d 26 Oktober 2019.
No. Waktu BOR (%)
1 Saat pengkajian (2 hari)/ total bed 7/8 (87,5%)
2 Rata-rata saat pelaksanaan (2 minggu)/ 6/8 (75%)
total bed
Sumber: Data Primer 2019
Tabel di atas menunjukkan bahwa BOR di Ruang PPJT Lantai 3
kamar 305 &306 RSUD Dr.Soetomo Surabaya selama pengkajian adalah
87,5% dan saat pelaksaan MAKP Primer 75% dengan total.
3) Jumlah Kasus Terbanyak di Ruang PPJT Lantai 3 RSUD Dr.Soetomo
Surabaya
Tabel 5.9 Tabel Jumlah Kasus Terbanyak di Ruang 305 &306 PPJT Lantai
3 RSUD Dr.Soetomo Surabaya pada 14 s.d 26 Oktober 2019.
No. Jenis Kasus Medis Jumlah
1 Mitral regurgitation, Aorta regurgitation, 8
Pulmonal regurgitation, Trikuspidalis
regurgitation
2 Diabetes melitus 8
3 Acute Decompensated Heart Failure (ADHF) 5
4 Ischemic cardiomyopathy 5
5 Mitral stenosis, Aorta stenosis, Pulmonal 5
stenosis, Trikuspidalis stenosis
6 STEMI 4
7 NSTEMI 2
8 ASD, VSD 2
9 Pulmonal Hypertension 2
10 Infection Endocarditis 2
TOTAL 37
Sumber: Data Primer 2019
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa kasus tebanyak
pada di ruang PPJT Lantai 3 RSUD Dr.Soetomo Surabaya adalah penyakit
katup regurgitation.
5.10 Tabel Jumlah Kasus diagnosa keperawatan pada Pasien kelolan ruang
305 & 306 di Ruang PPJT Lantai 3 RSUD Dr.Soetomo Surabaya
pada 14 s.d 26 Oktober 2019
No. Jenis Kasus Medis Jumlah
1 Risiko penurunan curah jantung 18
2 Pola napas tidak efektif 9
3 Nyeri akut 9
4 Ketidakstabilan kadar glukosa darah 8
5 Risiko jatuh 7
6 Penurunan curah jantung 6
7 Intoleransi aktifitas 6
8 Gangguan pertukaran gas 5
9 Bersihan jalan napas tidak efektif 4
10 Hipertermi 1
Sumber: Data Primer 2019
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa diagnosa
keperawatan tebanyak pada pasien kelolaan di ruang 305 & 306 PPJT
Lantai 3 RSUD Dr.Soetomo Surabaya adalah risiko penurunan curah
jantung sebanyak 18 pasien. Data tersebut merupakan multiple nursing
diagnose, yaitu setiap satu pasien mengalam lebih dari satu diagnosa
keperawatan.
4) Average Length Stay (ALOS)
Tabel 5.12 LOS pada Pasien Kelolaan di kamar 305 & 306 Ruang PPJT
Lantai 3 RSUD Dr.Soetomo Surabaya Tanggal 14 s.d 26
Oktober 2019

No. LOS Pengkajian 2 hari Pelaksanaan 2 minggu


1 ≤ 3 hari 8 40% 10 37%
2 4—6 hari 7 35% 10 37%
3 7—9 hari 4 20% 2 7,5%
4 ≥ 10 hari 1 5% 5 18,5
TOTAL 20 100% 27 100%
Sumber: Data Primer 2019
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh data bahwa lama hari rawat rata-
rata PPJT Lantai 3 RSUD Dr.Soetomo Surabaya tanggal 14 sampai 26
Oktober 2019 adalah ≤3 hari dan 4-6 hari hari pada saat pelaksanaan MAKP
Primer selama 2 minggu. Terdapat peningkatan jumlah pasien kelolaan pada
waktu implementasi MAKP primer.

Berikut ini adalah hasil rekapitulasi peningkatan mutu dan keselamatan


pasien kelolaan di Ruang PPJT Lantai 3 Dr.Soetomo Surabaya.
1) Nyeri
Tabel 5.13 Rekapitulasi Nyeri pada pasien kelolaan di Ruang PPJT
Lantai 3 RSUD Dr.Soetomo Surabaya tanggal 14 s.d 26
Oktober 2019
Kategori Pengkajian 2 Hari Pelaksanaan 2 Minggu
Tidak nyeri 3 15% 18 66,7%
Nyeri ringan 9 45% 7 25,9%
Nyeri sedang 8 40% 2 7,4%
Nyeri berat 0 0% 0 0%
TOTAL 20 100% 27 100%
Sumber: Data Primer 2019
Berdasarkan tabel di atas, saat pengkajian jumlah pasien tidak
nyeri sebanyak 3 orang (15%), nyeri ringan 9 orang (45%), nyeri sedang
8 orang (40%). Selama pelaksanaan MAKP Primer, jumlah pasien 18
orang (66,7%), nyeri ringan 7 orang (25,9%), nyeri sedang 2 orang
(7,4%). Terdapat trend penurunan kualitas nyeri setelah melakukan
implementasi MAKP primer.
2) Dekubitus
Tabel 5.14 Angka Kejadian Dekubitus di Ruang PPJT Lantai 3 RSUD
Dr. Soetomo Surabaya tanggal 14 s.d 26 Oktober 2019
Kategori Pengkajian 2 Hari Pelaksanaan 2 Minggu
Jumlah pasien dengan dekubitus 0 0% 1 3,7%
Jumlah pasien yang berisiko dekubitus 2 10% 6 22,2%
Jumah klien yang tidak beresiko dekubitus 18 90% 20 74,1%
TOTAL 20 100% 27 100%
Sumber: Data Primer 2019
Berdasarkan tabel di atas, saat pengkajian tidak ada pasien yang
mengalami dekubitus, 0 pasien (0%) berisiko dekubitus dan 2 pasien
(10%) dan 18 pasien (90%) tidak berisiko dekubitus. Selama
pelaksanaan MAKP Primer, terdapat 1 pasien (3,7%) yang menderita
dekubitus, 6 pasien (22,2%) berisiko dekubitus dan 20 pasien (74,1%)
tidak berisiko dekubitus. Dekubitus yang dialami pasien terjadi sejak
sebelumnya pasien pindahan dari ruang CVCU RSUD Dr. Soetomo
Surabaya.
3) Flebitis
Tabel 5.15 Rekapitulasi Kejadian Flebitis pada Pasien Kelolaan kamar
305 & 306 di Ruang PPJT Lantai 3 RSUD Dr.Soetomo
Surabaya tanggal 14 s.d 26 Oktober 2019
Flebitis Pengkajian 2 Hari Pelaksanaan 2 Minggu
Ya 0 0% 1 3,7%
Tidak 20 100% 26 96,3%
TOTAL 20 100% 27 100%
Sumber: Data Primer 2019
Berdasarkan tabel di atas, ditemukan 1 pasien yang mengalami
flebitis dari 27 pasien kelolaan selama pelaksanaan MAKP dikarenakan
pasien tersebut sudah riwayat mudah plebitis karena sering keluar masuk
rumah sakit sejak 8 bulan terakhir. Trend baik ini dikarenakan IV cath
diberi tanggal pemasangan dan diganti setiap 3 hari sekali dan terpantau
pada catatan rekam medis.
4) Surgical Site Infection (SSI)
Kejadian Surgical Site Infection (SSI) tidak ditemukan selama
pelaksanaan MAKP mulai tanggal 14 s.d 26 oktober 2019.
Tabel 5.16 Rekapitulasi Kejadian SSI Pada Pasien Kelolaan di Ruang
PPJT Lantai 3 RSUD Dr.Soetomo Surabaya
Jumlah Kejadian Pengkajian Jumlah Kejadian Pelaksanaan 2
Pasien SSI 2 Hari Pasien SSI Minggu
Operasi Operasi
5 Ya 0 0% 4 Ya 0 0%
Tidak 5 100% Tidak 4 100%
TOTAL 5 100% TOTAL 4 100%
Sumber: Data Primer 2019
Tabel di atas menjelaskan bahwa tidak ada pasien yang mengalami
SSI baik selama pengkajian maupun pelaksanaan MAKP Primer.

5) Urinary Track Infection (UTI)


Tabel 5.17 Rekapitulasi Kejadian UTI Pada Pasien Kelolaan di Ruang
PPJT Lantai 3 RSUD Dr.Soetomo Surabaya tanggal 14 s.d 26
Oktober 2019
Jumlah Jumlah
Pasien Kejadian Pengkajian Pasien Kejadian Pelaksanaan
Terpasang UTI 2 Hari Terpasang UTI 2 Minggu
Kateter Kateter
Ya 0 0% Ya 0 0%
13 Tidak 13 100% 17 Tidak 20 100%
TOTAL 13 100% TOTAL 17 100%
Sumber: Data Primer 2019
Berdasarkan tabel di atas, terdapat dua pasien yang mengalami UTI
selama 2 minggu pelaksanaan MAKP Primer. Dari total 27 pasien,
sebanyak 20 pasien menggunakan dower kateter maupun kondom
kateter dan tidak ditemukan UTI.
6) Kepuasan pasien
Tabel 5.18 Rekapitulasi Kepuasan Pasien di Ruang PPJT Lantai 3
RSUD Dr.Soetomo Surabaya tanggal 14 s.d 26 Oktober 2019
Kategori Pengkajian 2 Hari Pelaksanaan 2 Minggu
Puas 13 65% 20 74,1%
Cukup puas 6 30% 7 25,9 %
Kurang puas 1 5% 0 0%
TOTAL 20 100 27 100%
Sumber: Data Primer 2019
Berdasarkan tabel di atas, didapatkan bahwa 20 pasien (100%)
merasa puas dengan pelayanan keperawatan yang diberikan selama
pelaksanaan MAKP Primer.
7) Patient Safety
Evaluasi pelaksanaan sasaran keselamatan pasien (SKP) di Ruang
PPJT Lantai 3 RSUD Dr. Soetomo Surabaya sesuai dengan Standar
Akreditasi Rumah Sakit antara lain:
a. Ketepatan identifikasi pasien
Pemberian gelang pasien sebagai upaya identifikasi pasien yaitu:
1. Gelang merah muda digunakan untuk pasien perempuan.
2. Gelang biru digunakan untuk pasien laki-laki.
3. Stiker kuning digunakan untuk pasien risiko jatuh.
4. Stiker merah digunakan untuk pasien alergi.
5. Stiker ungu digunakan untuk pasien DNR.
Perawat di Ruang PPJT Lantai 3 RSUD Dr. Soetomo Surabaya
sudah memanggil nama, tanggal lahir atau alamat pasien atau
mencocokkan nama, tanggal lahir dan no. RM pada gelang pasien.
Tabel 5.19 Rekapitulasi Pemakaian Gelang Identitas di Ruang PPJT
Lantai 3 RSUD Dr.Soetomo Surabaya tanggal 14 s.d 26
Oktober 2019
Kategori Pengkajian 2 Hari Pelaksanaan 2 Minggu
Terpasang gelang 20 100% 27 100%
Tidak terpasang gelang 0 0% 0 0%
TOTAL 20 100% 27 100%
Sumber: Data Primer 2019
Tabel di atas menunjukkan bahwa saat dilakukan pengkajian
pada tangal 14 s.d 26 Oktober 2019 terdapat 20 pasien (100%) telah
terpasang gelang identitas. Saat pelaksaan MAKP Primer tanggal 14
s.d 26 Oktober 2019, sebanyak 27 pasien kelolaan (100%) telah
terpasang gelang identitas.
b. Upaya peningkatan komunikasi efektif
Komunikasi efektif yang diterapkan di Ruang PPJT Lantai 3
adalah dengan menggunakan metode SBAR. Selama merawat pasien
kelolaan, komunikasi kelompok menggunakan SBAR.
c. Upaya peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
Selama tanggal 14 s.d 26 Oktober 2019 terdapat 27 pasien
yang diberikan obat high alert berupa Codein, Furosemid, KN2, Ca
Gluconas, Dopamin, Metamizole, Ranitidin, Ceftriaxone,
Candesartan, Warfarin, Digoxin, Ramipril, Bisoprolol,
Spironolacton, Lisinopril, Natrium Bikarbonat, Isosorbid Dinitrat
dan Insulin.
Tabel 5.20 Rekapitulasi Kejadian Salah Obat di Ruang PPJT Lantai
3 RSUD Dr.Soetomo Surabaya tanggal 14 s.d 26
Oktober 2019
Kategori Pengkajian 2 Hari Pelaksanaan 2 Minggu
Kejadian salah obat 0 0% 0 0%
TOTAL 0 0% 0 0%
Sumber: Data Primer 2019
Berdasarkan tabel di atas, selama pengkajian tanggal 14 s.d 26
Oktober 2019, tidak ada kejadian salah obat. Saat pelaksanaan
MAKP Primer tanggal 14 s.d 26 Oktober 2019 juga tidak ditemukan
kejadian salah obat.
d. Upaya kepastian tepat lokasi, tepat pasien dan tepat prosedur
Selama tanggal 14 s.d 26 Oktober 2019 terdapat empat pasien
yang melakukan operasi. Ketepatan sebelum melakukan tindakan
terdiri dari tiga hal yaitu tepat lokasi, tepat pasien dan tepat prosedur.
Proses untuk memastikan tepat lokasi yang yang dilakukan yaitu
menggunakan SPO pemberian marker atau penanda lokasi operasi
yang diberikan oleh dokter operator di ruangan menggunakan spidol
permanen. Proses untuk memastikan tepat pasien yang dilakukan di
ruangan yaitu menggunakan crosscheck pada gelang identifikasi.
Tabel 5.21 Rekapitulasi kepastian tepat lokasi, tepat pasien dan tepat
prosedur
Kategori Pengkajian 2 Hari Pelaksanaan 2 Minggu
Kejadian salah lokasi 0 0% 0 0%
Kejadian salah pasien 0 0 0 0
Kejadian salah prosedur 0 0 0 0
TOTAL 0 0% 0 0%
Sumber: Data Primer 2019
Berdasarkan tabel di atas, selama pengkajian dan saat
pelaksanaan MAKP Primer tanggal 14 s.d 26 Oktober 2019 tidak ada
kejadian salah lokasi, pasien dan prosedur operasi.
e. Upaya penurunan resiko infeksi
Upaya yang dilakukan yaitu pengurangan infeksi dengan cuci
tangan oleh tenaga kesehatan, pasien, dan keluarga. Cuci tangan
sudah dilakukan setiap hari oleh perawat setiap five moment cuci
tangan kepada pasien dan keluarga. Setiap dilakukan handover selalu
ada pembacaan five moment cuci tangan dan peragakan cuci tangan
untuk mengingatkan perawat dan staf ruangan dalam upaya untuk
peningkatan risiko infeksi terkait dengan pelayanan kesehatan.
Pendidikan kesehatan tentang cuci tangan dan 5 momen cuci
tangan dilaksanakan saat penerimaan pasien baru. Setiap pagi juga
telah dilaksanakan pembacaan dan demontrasi 6 langkah cuci tangan
oleh mahasiswa profesi manajemen di setiap kamar pasien kelolaan.
Di setiap kamar pasien juga sudah tersedia poster 6 langkah cuci
tangan dan sabun cuci tangan.
f. Upaya pengurangan resiko jatuh
Upaya pengurangan resiko jatuh yang sudah dilakukan yaitu
dengan cara mengunci roda bed, memasang pembatas bed dan
memasang stiker risik jatuh pada gelang pasien. Selama pelaksanaan
MAKP dari tanggal 14 s.d 26 Oktober 2019 tidak ditemukan adanya
kejadian pasien jatuh.
Tabel 5.22 Tingkat Risiko Jatuh pada Pasien Kelolaan di Ruang
PPJT Lantai 3 RSUD Dr. Soetomo Surabaya tanggal 14
s.d 26 Oktober 2019
Kategori Pengkajian 2 Hari Pelaksanaan 2 Minggu
Tidak risiko 10 50% 8 29,6 %
Risiko rendah 6 30% 12 44,4 %
Risiko tinggi 4 20% 7 25,9 %
Pasien jatuh 0 0% 0 0%
TOTAL 20 100% 27 100%
Sumber: Data Primer 2019

Tabel di atas menunjukkan bahwa saat pengkajian didapatkan pasien


tidak berisiko jatuh sebanyak 10 pasien (50%), pasien risiko jatuh
rendah sebanyak 6 orang (30%), risiko tinggi 4 orang (20%) dan tidak
ada kejadian pasien jatuh. Saat pelaksanaan MAKP selama 2 minggu,
terdapat 8 pasien (29,6%) dengan tidak risiko jatuh, 12 pasien (44,4%)
dengan risiko rendah dan 7 pasien dengan risiko tinggi jatuh (25,9%).
Pada pasien risiko tinggi jatuh, dilakukan intervensi pemberian gelang
stiker kuning, segitiga risiko jatuh, kunci roda bed dan edukasi keluarga
pasien.
BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Pelaksanaan keperawatan manajemen telah berjalan dengan ancar yang sesuai
dengan jadwal pelaksanaan yang telah ditentukan sebelumnya. Kegiatan tersebut adalah
role play penerimaan pasien baru, sentralisasi obat, timbang terima, supervise,
discharge planning, dan ronde keperawatan.

6.1.1 M1 (Man)
Jumlah tenaga keperawatan di ruangan masih kurang.
6.1.2 M2 (Material)
Sarana dan prasarana yang memadai diperlukan untuk menunjang pemberian
asuhan keperawatan dan demi tercapainya tingkat kepuasan penerima asuhan
keperawatan.
6.1.3 M3 (Methode)
1. MAKP
Mahasiswa manajemen keperawatan telah melaksanakan model MAKP
Keperawatan sesuai dengan model MAKP moduler.
2. Penerimaan Pasien Baru
Selama pelaksanaan penerimaan pasien baru pada 7 pasien kelolaan telah
dilakukan oleh mahasiswa praktik profesi sesuai dengan alur penerimaan
pasien baru.
3. Sentralisasi Obat
Sentralisasi obat selama pelaksanaan praktik manajemen keperawatan
sudah dilaksanakan sesuai dengan prosedur.
4. Timbang Terima
Timbang terima M1-M5 selama pelaksanaan praktik menejemen
keperawatan sudah terlaksana dengan baik sesuai dengan alur. Membuat
dokumentasi timbang terima mulai dari M1-M5 . Timbang terima pasien
sudah menggunakan metode SBAR.

5. Supervisi
Melakukan roleplay supervisi sesuai alur. Selama mahasiswa manajemen
praktik mengelola pasien dilakukan supervisi 1 kali yaitu supervisi
pengambilan darah vena. Sudah dibuat instrumen/checklist supervisi
tentang pengambilan sampel darah vena.
6. Discharge Planning
Timbang terima selama pelaksanaan praktik menejemen keperawatan
sudah terlaksana dengan baik sesuai dengan prosedur pada semua pasien
kelolaan yang akan pulang dengan materi dan media yang sesuai.
7. Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan di laksanakan oleh mahasiswa praktik manajemen
keperawatan sesuai dengan alur dan SPO dengan berkolaborasi dengan
profesi lainnya.
8. Dokumentasi
Dokumentasi keperawatan oleh mahasiswa manajemen telah dilakukan
dengan lengkap.
6.1.4 M5 (Mutu)
Semua program yang dilakukan terkait mutu terevaluasi berdasarkan
format penilaian harian yang telah dibuat kelompok sebelumnya, dan dalam
pelaksanaannya dapat terlaksana secara maksimal mengingat tingkat keefektifan
format perekembangan harian pasien yang telah mencakup smuanya, mulai dari
evaluasi terkait infus, kateter, resiko jatuh, resiko decubitus, EWS, hingga
tingkat ketergantungan pasien disamping penulisan laporan terkait kondisi
pasien. Sehingga kemungkinan hal tersebut terlewat atau lupa terevaluasi
sangatlah kecil. Keefektifan penerapan format pengkajian juga diakui oleh
ruangan, dan mahasiswa. Keberhasilan pelaksanaan program M5 juga didukung
adanya fasilitas yang tersedia serta peran serta perawat ruangan dan mahasiswa
praktik lain yang turut membantu, contohnya saat pembacaan doa dan
pengajaran cuci tangan setiap pagi.
DAFTAR PUSTAKA

Close, A & Castledine, G. 2005. Clinical Rounds Part 2 : Nurse Management


Rounds, British Journal of Nursing. Vol 4, no.15, hal 816-817
Gillies. 1989. Manajemen Keperawatan Suatu Pendekatan Sistem. Alih
bahasa: Dika Sukmana. Jakarta : EGC
Hannah, K.J. 2015. Standarizing Nursing Information in Canada for Conclusion
in Electronic Health Record:C-HOBIC. Journal of The American Medical
Informatic
Nursalam. 2008. Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktik
Keperawatan Profesional. Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika
Nursalam. 2011. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika
Nursalam. 2013. Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktek
Keperawatan Profesional. Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika
Nursalam. 2014. Manajemen keperawatan: aplikasi dalam praktik
keperawatan professional. edisi 4. Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam. 2015. Manajemen keperawatan: aplikasi dalam praktik
keperawatan professional. edisi 5. Jakarta: Salemba Medika
Nursalam. 2016. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika
Potter & Perry (2005), Buku ajar fundamental keperawatan, volume 1, edisi
4, EGC, Jakarta.
Rahayu, Puji. (2011). Penerapan Model Asuhan Keperawatan Profesional Tim dan Tim-
Primer dalam Meningkatkan Mutu Pelayanan Keperawatan di RSU Haji
Surabaya. Tesis, Univeritas Airlangga
Siregar, Charles J.P. (2004). Farmasi Rumah Sakit: Teori dan Penerapan.
Jakarta: EGC.
Suarli, YB. (2009). Manajemen Keperawatan dengan Pendekatan Praktis.
Jakarta : EGC
Suyanto. (2008). Mengenal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan di
Rumah Sakit. Jakarta : Mitra Cendika Press
LAMPIRAN 1

MAHASISWA PROFESI MANAJEMEN


PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DI RUANG RAWAT INAP PPJT Lt.3 RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
PERIODE : 07 OKTOBER – 02 NOVEMBER 2019

MINGGU/TANGGAL
NO KEGIATAN MINGGU I MINGGU II MINGGU III MINGGU IV
7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 1 2
1 Pembukaan praktik manajemen
2 Orientasi ke Ruang PPJT Lt 3
3 Pengumpulan data M1-M5
4 Tabulasi data dan konsultasi
5 FGD
6 Cetak RM dan konsultasi RM
7 Uji coba peran
Pembuatan papan nama PPJP dan
8
DPJP
9 Pembuatan welcome book
Pembuatan ringkasan dx
10
keperawatan sesuai SDKI
11 Persiapan MAKP
12 Desiminasi awal
Persiapan pasien ronde kep dan
13
undangan untuk profesi lain.
14 Roleplay ronde keperawatan
15 Timbang terima
16 Pengelolaan pasien
MINGGU/TANGGAL
NO KEGIATAN MINGGU I MINGGU II MINGGU III MINGGU IV
7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 1 2
Roleplay penerimaan pasien baru
17
dan sentralisasi obat
18 Roleplay timbang terima
19 PKRS
20 Roleplay Supervisi
21 Roleplay Discharge planing
22 Ujian
23 Desiminasi akhir

Surabaya, 9 Oktober 2019

PJMA Manajemen Keperawatan


Program Pendidikan Profesi Ners Pembimbing Akademik I Pembimbing Akademik II Pembimbing Klinik I Pembimbing Klinik II Pembimbing Klinik III
Fakultas Keperawatan UNAIR

Dr. Hanik E. N, S.Kep., Ns.,M.Kep.


Prof. Dr. Nursalam, M. Nurs (Hons). Dr. Kusnanto,S.Kp., M.Kes. Adi Sukrisno, S.Kep.Ns R. Endang H.,S.Kep.Ns,MM Ratna Rosyidati R, S.ST
NIP. 197606162014092006
NIP. 19661226 198903 1 004 NIP. 196808291989031002 NIP. 197410061996031001 NIP. 196806211988032008 NIP. 196704221987032004
Lampiran 2

JADWAL DINAS MAHASISWA C1 – 2 ANGKATAN B20


MANAJEMEN KEPERAWATAN FKP UNAIR B20
DI RUANG PPJT Lt. 3 RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
sPERIODE: 07 OKTOBER – 02 NOVEMBER 2019

TANGGAL
NO NAMA
7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 1 2
1 Fiqih Ardi Pradana P P P P P P L P P S S S P P S M L S M S L P P P P P P
2 Yeane Fiorola Ire P P P P P P L M M L P P S S S P P P S P L P P P P P P
3 Lilik Manowati P P P P P P L P M S S P S P P P S M L P L P P P P P P
4 Achmad Ibrahim P P P P P P L S S M M L P P P S S P P P L P P P P P P
5 Imelda Mbati P P P P P P L S P P P M M L P P S S P S L P P P P P P
6 Firda Dwi Y P P P P P P L P S P P S P M M L S P P S L P P P P P P
7 Julinda Malehere P P P P P P L M S S P P P S P P M L P S L P P P P P P
8 Laily Bestari Putri P P P P P P L P P M M L S P S S P P S P L P P P P P P
9 Gaharuni S.M P P P P P P L S P P P S P S P M M L S P L P P P P P P
10 Wirahadi Saputra P P P P P P L S P P S M M L P S P S P P L P P P P P P
11 Rambu Mema P P P P P P L P S S P P P M M L P P S S L P P P P P P
12 Choirina NA P P P P P P L S P P S P S P S P P M M L L P P P P P P
Jumlah pagi 12 12 12 12 12 12 0 5 6 5 6 5 6 5 6 5 5 5 5 6 0 12 12 12 12 12 12
Jumlah siang 0 0 0 0 0 0 0 5 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3 5 5 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah malam 0 0 0 0 0 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah libur 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 2 0 2 0 2 1 2 1 1 0 0 0 0 0 0 0
Keterangan : : Kepala Ruangan : Perawat Primer (PP) : Perawat Asosiet (PA)

: Libur/minggu

PJMA Manajemen
Keperawatan
Program Pendidikan Profesi Pembimbing Akademik I Pembimbing Akademik II Pembimbing Klinik I Pembimbing Klinik II Pembimbing Klinik III
Ners
Fakultas Keperawatan UNAIR

Dr. Kusnanto,S.Kp., M.Kes. Dr. Hanik E. N, S.Kep., Adi Sukrisno, S.Kep.Ns Ratna Rosyidati R, S.ST Binafsih, S.ST.
Prof. Dr. Nursalam, M. Nurs Ns., M.Kep.
(Hons). NIP. 196808291989031002 NIP. 197606162014092006 NIP. 197410061996031001 NIP. 196704221987032004 NIP. 197105091991032003
NIP. 19661226 198903 1 004
Total jadwal:

Total Sif
No Nama
Pagi Siang Malam Libur
1 Fiqih Ardi Pradana 6 4 2 2
2 Yeane Fiorola Ire 6 4 2 2
3 Lilik Manowati 6 4 2 2
4 Achmad Ibrahim 6 4 2 2
5 Imelda Mbati 6 4 2 2
6 Firda Dwi Y 6 4 2 2
7 Julinda Malehere 6 4 2 2
8 Laily Bestari Putri 6 4 2 2
9 Gaharuni S.M 6 4 2 2
10 Wirahadi Saputra 6 4 2 2
11 Rambu Mema 6 4 2 2
12 Choirina Nur Aziza 6 4 2 2
Jadwal Organisasi

Struktur
14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Organisasi/tgl
Kepala Fiqih Gaharuni Choirina Yeane Lilik Ibrahim Julinda Imelda Bestari Rambu Firda Wirahadi
ruangan Sif pagi Sif pagi Sif pagi Sif pagi Sif pagi Sif pagi Sif pagi Sif pagi Sif pagi mema Sif pagi Sif pagi
Sif pagi
PP 1 (305) Lilik Choirina Firda Julinda Yeane Fiqih Ibrahim Choirina Wirahadi Bestari Imelda Gaharuni
Sif pagi Sif pagi Sif pagi Sif pagi Sif pagi Sif pagi Sif pagi Sif pagi Sif pagi Sif pagi Sif pagi Sif pagi
PP 2 (306) Firda Fiqih Wirahadi Imelda Rambu Gaharuni Lilik Yeane Rambu Ibrahim Julinda Bestari
Sif pagi Sif pagi Sif pagi Sif pagi Sif pagi Sif pagi Sif pagi Sif pagi Sif pagi Sif pagi Sif pagi Sif pagi

Ganchart Role play Role play Role play PKRS


timbang terima penerimaan ronde PJ: bestari
PJ: Gaharuni pasien keperawatan
PJ: Ibrahim PJ: Yeane
Lampiran 3

157
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6

Time motion study


Proporsi kegiatan yang dilakukan perawat PPJT Lt. 3 dalam satu shift pagi

Tindakan keperawatan
N Jumlah kegiatan Tindakan non Jumlah
Inisial tanggal sift Jumlah pasien Langsun Tidak
o produktif produktif kegiatan
g langsung
1 A senin 14/10/2019 25 4 12 16 5 21
2 B senin 14/10/2020 25 17 7 24 5 29
3 C senin 14/10/2021 25 18 9 27 5 32
4 D kamis 17/10/2019 23 17 8 25 5 30
5 E minggu 20/10/2019 23 18 8 26 5 31
6 F senin 14/10/2019 25 17 8 25 5 30
7 G sabtu 19/10/2019 25 17 7 24 5 29
8 H rabu 16/10/2019 24 17 8 25 5 30
9 I senin 14/10/2019 25 18 7 25 5 30
10 J rabu 16/10/2019 24 17 7 24 5 29
11 K kamis 24/10/2019 18 15 7 22 6 28
12 L selasa 15/10/2019 24 17 7 24 5 29
13 M kamis 17/10/2019 23 19 8 27 5 32
14 N sabtu 19/10/2019 25 18 8 26 5 31
15 O 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah   229 111 340 71 411
%   82.73 17.27

160
Lampiran 7

waktu yang digunakan ners dalam satu shift pagi

Klasifikasi waktu (menit)


N Total waktu produktif
Inisial Non Jumlah pasien tanggal sift
o (menit) tidak
langsung produktif
langsung
1 A 480 90 330 60 25 senin 14/10/2019
2 B 465 125 280 60 25 senin 14/10/2020
3 C 450 120 270 60 25 senin 14/10/2021
4 D 420 180 175 65 23 kamis 17/10/2019
5 E 420 150 210 60 23 minggu 20/10/2019
6 F 420 210 150 60 25 senin 14/10/2019
7 G 420 115 215 90 25 sabtu 19/10/2019
8 H 440 210 165 65 24 rabu 16/10/2019
9 I 420 210 150 60 25 senin 14/10/2019
10 J 420 200 155 65 24 rabu 16/10/2019
11 K 420 140 190 90 18 kamis 24/10/2019
12 L 420 140 215 65 24 selasa 15/10/2019
13 M 420 120 240 60 23 kamis 17/10/2019
14 N 420 120 210 90 25 sabtu 19/10/2019
15 O 0 0 0 0 0 0
Total waktu (menit) 6035 2130 2955 950
Waktu rata-rata (menit)/shift 431.07 152.14 211.07 67.86
%   35.29 48.96 15.74

Lampiran 8
Rata-rata waktu produktif ners PPJT Lt.3 Shift Pagi

Kegiatan produktif langsung kegiatan produktif tak langsung


Jumlah
N Jumlah Rata-rata
Inisial kegiatan
o waktu Jumlah waktu Jumlah waktu Rata-rata waktu
produktif
(menit) kegiatan (menit) (menit) Jumlah kegiatan (menit)
1 A 16 90 4 22.50 330 12 27.50
2 B 24 125 17 7.35 280 7 40.00
3 C 27 120 18 6.67 270 9 30.00
4 D 4 180 17 10.59 175 8 21.88
5 E 5 150 18 8.33 210 8 26.25
6 F 6 210 17 12.35 150 8 18.75
7 G 7 115 17 6.76 215 7 30.71
8 H 8 210 17 12.35 165 8 20.63
9 I 9 210 18 11.67 150 7 21.43
10 J 10 200 17 11.76 155 7 22.14
11 K 11 140 15 9.33 190 7 27.14
12 L 12 140 17 8.24 215 7 30.71
13 M 13 120 19 6.32 240 8 30.00
14 N 14 120 18 6.67 210 8 26.25
15 O 0 0 0 - 0 0 0
Jumlah 166
Rata-rata 10.06 26.67

Lampiran 9
Time motion study
Proporsi kegiatan yang dilakukan perawat PPJT Lt. 3 dalam satu shift sore

Tindakan keperawatan Jumlah


N Jumlah Tindakan non Jumlah
Inisial tanggal sift Tidak kegiatan
o pasien Langsung produktif kegiatan
langsung produktif
1 A 0 0 0 0 0 0
2 B   0 0 0 0 0 0
3 C   0 0 0 0 0 0
4 D rabu 16/10/2019 24 14 8 22 8 30
5 E senin 14/10/2019 25 15 8 23 9 32
6 F rabu 16/10/2019 24 14 8 22 8 30
7 G senin 14/10/2019 25 15 8 23 9 32
8 H selasa 22/10/2019 24 14 8 22 8 30
9 I jumat 18/10/2019 21 12 7 19 7 26
10 J minggu 20/10/2019 23 13 7 20 8 28
11 K rabu 16/10/2019 24 14 7 21 8 29
12 L sabtu 19/10/2019 25 14 7 21 9 30
13 M sabtu 19/10/2019 25 14 8 22 9 31
14 N jumat 18/10/2019 21 12 8 20 7 27
15 O jumat 18/10/2019 21 12 8 20 7 27
Jumlah   163 92 255 97 352
%       72.44 27.56

Lampiran 10
No Nama Total waktu Klasifikasi waktu (menit) Jumlah pasien tanggal sift
(menit) produktif Non produktif
langsung tidak langsung
1 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0
4 420 120 175 125 24 rabu 16/10/2019
5 420 125 175 120 25 senin 14/10/2019
6 420 120 175 125 24 rabu 16/10/2019
7 420 125 175 120 25 senin 14/10/2019
8 420 120 180 120 24 selasa 22/10/2019
9 420 100 170 150 21 jumat 18/10/2019
10 420 185 175 60 23 minggu 20/10/2019
11 420 120 175 125 24 rabu 16/10/2019
12 420 125 175 120 25 sabtu 19/10/2019
13 420 125 175 120 25 sabtu 19/10/2019
14 420 100 170 150 21 jumat 18/10/2019
15 420 100 170 150 21 jumat 18/10/2019
Total waktu (menit) 5040 1465 2090 1335
Waktu rata-rata (menit)/shift 420.00 124.09 174.17 123.75
% 29.55 41.47 29.46

Lampiran 11
Rata-rata waktu produktif ners PPJT Lt.3 Shift sore

Jumlah Kegiatan produktif langsung kegiatan produktif tak langsung


N
Inisial kegiatan Jumlah waktu Jumlah Rata-rata Jumlah waktu Rata-rata waktu
o
produktif (menit) kegiatan waktu (menit) (menit) Jumlah kegiatan (menit)
1 A 0 0 0 0 0 0 0
2 B 0 0 0 0 0 0 0
3 C 0 0 0 0 0 0 0
4 D 22 120 14 8.57 175 8 21.88
5 E 23 125 15 8.33 175 8 21.88
6 F 22 120 14 8.57 175 8 21.88
7 G 23 125 15 8.33 175 8 21.88
8 H 22 120 14 8.57 180 8 22.50
9 I 19 100 12 8.33 170 7 24.29
10 J 20 185 13 14.23 175 7 25.00
11 K 21 120 14 8.57 175 7 25.00
12 L 21 125 14 8.93 175 7 25.00
13 M 22 125 14 8.93 175 8 21.88
14 N 20 100 12 8.33 170 8 21.25
15 O 20 100 12 8.33 170 8 21.25
Jumlah 235
Rata-rata 9.00 22.81

Lampiran 12
Time motion study
Proporsi kegiatan yang dilakukan perawat PPJT Lt. 3 dalam satu shift malem

Tindakan keperawatan
N Jumlah Jumlah kegiatan Tindakan non
Nama tanggal sift Tidak Jumlah kegiatan
o pasien Langsung produktif produktif
langsung
1 SA 0 0 0 0 0 0
2 B   0 0 0 0 0 0
3 C   0 0 0 0 0 0
4 D sabtu 19/10/2019 25 9 8 17 10 27
5 E rabu 16/10/2019 24 8 8 16 11 27
6 F selasa 22/10/2019 24 8 8 16 10 26
7 G rabu 16/10/2019 25 9 8 17 10 27
8 H jumat 18/10/2019 21 7 8 15 12 27
9 I sabtu 19/10/2019 25 9 8 17 10 27
10 J selasa 22/10/2019 25 15 8 23 6 29
11 K jumat 18/10/2019 21 7 8 15 13 28
12 L minggu 20/10/2019 23 8 8 16 11 27
13 M minggu 20/10/2019 23 8 8 16 11 27
14 N senin 14/10/2019 25 9 8 17 10 27
15 O senin 14/10/2019 25 9 8 17 10 27
Jumlah   106 96 202 124 326
%   61.96 38.04

Lampiran 13
waktu yang digunakan ners dalam satu shift malem

Klasifikasi waktu (menit)


N Total waktu
Nama produktif Jumlah pasien tanggal sift
o (menit) Non produktif
langsung tidak langsung
1 A 0 0 0 0 0  
2 B 0 0 0 0 0  
3 CC 0 0 0 0 0  
4 D 600 125 225 250 25 Sabtu 19/10/2019
5 E 600 120 220 260 24 Rabu 16/10/2019
6 F 600 120 220 260 24 Selasa 22/10/2019
7 G 600 125 225 250 25 Rabu 16/10/2019
8 H 600 100 230 270 21 Jumat 18/10/2019
9 I 600 125 225 250 25 Sabtu 19/10/2019
10 J 600 280 200 120 25 Selasa 22/10/2019
11 K 600 105 225 270 21 Jumat 18/10/2019
12 L 600 120 220 260 23 Minggu 20/10/2019
13 M 600 120 220 260 23 Minggu 20/10/2019
14 N 600 125 225 250 25 Senin 14/10/2019
15 O 600 125 225 250 25 Senin 14/10/2019
Total waktu (menit) 7200 1590 2660 2700
Waktu rata-rata
600 133.18 221.67 245.83
(menit)/shift
%   22.20 36.94 40.97

Lampiran 14

Rata-rata waktu produktif ners PPJT Lt.3 Shift malem


Kegiatan produktif langsung kegiatan produktif tak langsung
N Jumlah kegiatan
Inisial Jumlah waktu Jumlah Rata-rata waktu Jumlah waktu Rata-rata waktu
o produktif
(menit) kegiatan (menit) (menit) Jumlah kegiatan (menit)
1 A 0 0 0 - 0 0 -
2 B 0 0 0 - 0 0 -
3 C 0 0 0 - 0 0 -
4 D 17 125 9 13.89 225 8 28.13
5 E 16 120 8 15.00 220 8 27.50
6 F 16 120 8 15.00 220 8 27.50
7 G 17 125 9 13.89 225 8 28.13
8 H 15 100 7 14.29 230 8 28.75
9 I 17 125 9 13.89 225 8 28.13
10 J 23 280 15 18.67 200 8 25.00
11 K 15 105 7 15.00 225 8 28.13
12 L 16 120 8 15.00 220 8 27.50
13 M 16 120 8 15.00 220 8 27.50
14 N 17 125 9 13.89 225 8 28.13
15 O 17 125 9 13.89 225 8 28.13
Jumlah 185
Rata-rata 14.78 27.71

Anda mungkin juga menyukai