STANDAR ASUHAN
KEPERAWATAN
&
PANDUAN
ASUHAN
KEPERAWATAN
RUANG KARTIKA RUMAH SAKIT TK.II Prof. dr. J. A.
LATUMETEN AMBON
Disusun oleh :
Ners Angkatan IX
STIKes Maluku Husada
STIKes
Maluku
Husada
STANDAR ASUHAN
KEPERAWATAN
&
PANDUAN ASUHAN
KEPERAWATAN
Ruang Kartika Rumah Sakit TK.II Prof. dr.
J. A. Latumeten Ambon
Tim Penyusun:
Fahria Soumena, S. Kep
Julianti Souwahu, S. Kep
Mila F. Tuasamu, S. Kep
Nurnadia Karepesina, S. Kep
Priscilla V. Pattipeilohy, S.Kep
Renny V. Louhenapessy, S.Kep
Stenly S. Maitale, S. Kep
Widya S. Suneth, S.Kep
Editor:
Hasna Tunny, S. Kep., Ners., M.
Kep Irene Tauran, S. Kep., Ners.,
M. Kes
KATA PENGANTAR
Puji syukur tim penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga tim penyusun dapat menyelesaikan penyusunan
Standar Asuhan Keperawatan (SAK) dan Panduan Asuhan Keperawatan (PAK) Di Ruang
Pavilium Kartika Rumah Sakit TK.II Prof. dr. J. A. Latumeten Ambon sebagai salah satu syarat
dalam menyelesaikan Stase Manajemen Keperawatan Program Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu
Tim penyusun menyadari sungguh bahwa dalam penyusunan SAK dan PAK ini, banyak
hambatan dan tantangan yang ditemui selama proses penyusunan, namun berkat bantuan dan
motivasi serta arahan dari para preceptor serta dari berbagai pihak dan kerja sama tim yang baik,
sehingga tim penyusun dapat menyelesaikan penyusunan SAK dan PAK ini. Maka dengan
segenap ketulusan hati, tim penyusun ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. dr. Dwi Susanto, M. Kes., M.A.R.S sebagai Kepala Rumah Sakit TK.II. Prof. dr. J. A.
Latumeten Ambon yang telah menerima kami untuk melakukan praktik di Rumah Sakit
2. Irene Tauran, S. Kep., Ners., M. Kes sebagai Preceptor Rumah Sakit TK.II. Prof. dr. J. A.
Latumeten Ambon yang selalu membimbing dan mengarahkan serta memberikan masukan
3. Hasna Tunny, S. Kep., Ners., M. Kep sebagai Preceptor Institusi STIKes Maluku Husada
juga telah banyak memberikan bimbingan dan arahan, motivasi serta dukungan bagi kami
anak bimbingannya untuk tetap semangat menyelesaikan SAK dan PAK ini.
iii
4. Novita Mochadi, S.Kep sebagai Kepala Ruangan Pav Kartika Rumah Sakit TK.II. Prof. dr. J.
A. Latumeten Ambon beserta seluruh perawat Ruangan Pav Kartika yang telah menerima
kami di ruangan dan selalu memberikan motivasi serta ilmu kepada kami sebagai bekal bagi
5. Fahria Soumena, S. Kep, Julianti Souwahu, S. Kep, Mila F. Tuasamu, S. Kep, Nurnadia
Stenly S. Maitale, S.Kep dan Widya S Suneth, S.Kep sebagai Tim Penyusun SAK dan
PAK. Terima kasih untuk semangatnya dan kerja sama tim yang sangat baik selama proses
praktik profesi.
Terima kasih banyak juga kepada berbagai pihak yang tidak sempat disebutkan yang
selalu membantu kami dalam segala proses yang kami lalui. Semoga Tuhan Yang Maha Esa
Ambon,……Juli 2023
Tim Penyusun
iv
LEMBAR PENGESAHAN
OLEH
TIM PENUYUSUN
Telah Disetujui Di
Ambon,… Juli 2023
Hasna Tunny, S. Kep., Ners., M. Kep Irene Tauran, S. Kep., Ners., M. Kes
NIDN. 1228048201 NIP. 19740711200812201
Mengetahui,
Kepala Rumah Sakit TK. II Prof. dr. J. A. Latumeten Ambon
v
DAFTAR ISI
LEMBAR SAMPUL…………………………………………………………………….. i
LEMBAR SAMPUL DALAM………………………………………………………….. ii
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………... iii
LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………………………... v
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………….. vi
DAFTAR TABEL……………………………………………………………………….. vii
DAFTAR SKEMA………………………………………………………………………. viii
BAB I. PENDAHULUAN………………………………………………………………. 01
1. 1 Latar Belakang…………………………………………………………………... 01
1. 2 Tujuan…………………………………………………………………………… 03
1. 3 Manfaat………………………………………………………………………….. 03
BAB II. TINJAUAN TEORI…………………………………………………………… 04
2.1 Tinjauan Asuhan Keperawatan…………………………………………………... 04
2.1.1 Pengkajian………………………………………………………………… 04
2.1.2 Diagnosa…………………………………………………………………... 04
2.1.3 Intervensi………………………………………………………………….. 04
2.1.4 Implementasi……………………………………………………………… 05
2.1.5 Evaluasi………………………………………………………………….... 06
2.2 Tinjauan SDKI, SLKI, SIKI……………………………………………………... 06
2.2.1 Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia……………………………….. 06
2.2.2 Standar Luaran Keperawatan Indonesia…………………………………. 18
2.2.3 Standar Intervensi Keperawatan Indonesia………………………………. 23
BAB III. PANDUAN ASUHAN KEPERAWATAN…………………………………... 29
3.1 Panduan Asuhan Keperawatan Dispepsia di Ruang Kartika…………………….. 29
3.2 Panduan Asuhan Keperawatan Gastroenteritis (GEA) di Ruang Kartika …........ 38
3.3 Panduan Asuhan Keperawatan Febris di Ruang Kartika………………………… 43
3.4 Panduan Asuhan Keperawatan Infeksi Saluran Pernapasan Akut di Ruang
Kartika………………………………………………………………………........ 48
3.5 Panduan Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus di Ruang Kartika……………. 56
3.6 Panduan Asuhan Keperawatan Hipertensi di Ruang Kartika……………………. 59
3.7 Panduan Asuhan Keperawatan General Weaknes di Ruang Kartika………........ 64
3.8 Panduan Asuhan Keperawatan GERD di Ruang Kartika………………………... 70
BAB IV. PENUTUP……………………………………………………………………... 76
4.1 Kesimpulan……………………………………………………………………….. 76
4.2 Saran………………………………………………………………………………. 76
DAFTAR PUSTAKA
vi
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
Table 2.1 Daftar Diagnosa Keperawatan…………………………………………. 08
Tabel 2.2 Contoh Deskriptor dan Fokus Diagnostik pada Diagnosis
Keperawatan……………………………………………………………. 15
Table 2.3 Deskriptor dan Definisi Deskriptor pada Diagnosis Keperawatan…….. 15
Tabel 2.4 Jenis, Komponen dan Penulisan Diagnosis Keperawatan……………… 18
Tabel 2.5 Ekspeksi dan Definisi Luaran Keperawatan…………………………… 21
Tabel 2.6 Deskriptor Intervensi Keperawatan…………………………………….. 25
vii
DAFTAR SKEMA
No Judul Halaman
Skema 2.1 Jenis Diagnosis Keperawatan…………………………………………. 14
Skema 2.2 Tahap Proses Penegakan Diagnosis (Diagnostic Process)…………… 16
Skema 2.3 Faktor Penentuan Intervensi Keperawatan……………………………. 28
viii
BAB I
PENDAHULUAN
2
keperawatan dan panduan asuhan keperawatan. Salah satu referensi yang bisa digunakan
adalah Standar Asuhan Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan
Indonesia (SLKI) dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang di terbitkan
oleh Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia (DPP-PPNI).
SDKI, SLKI dan SIKI merupakan sebuah standar yang dikeluarkan oleh DPP-PPNI
sebagai acuan bagi perawat untuk melakukan proses keperawatan kepada klien/pasien yang
membutuhkan pelayanan kesehatan. Untuk itu dalam menyusun suatu SAK dan PAK sangat
relevan jika SDKI, SLKI dan SIKI dijadikan sebagai acuan atau sebuah standar dalam
penyusunan SAK dan PAK karena SDKI, SLKI dan SIKI telah disusun sedemikian rupa
denga perincian untuk menegakkan diagnosa keperawatan (aktual maupun potensial),
menyusun luaran yang akan dicapai, sertan melakukan perencanaan yang telah disusun sesuai
dengan kebutuhan klien/pasien.
Dasar penyusunan SAK dan PAK di RUMKIT TK.II Prof. dr. J. A. Latumeten
Ambon telah sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan (KMK) Republik Indonesia
Nomor HK.01.07/MENKES/425/2020 tentang standar profesi perawat menyebutkan bahwa
daftar diagnosis keperawatan berisikan diagnosis keperawatan yang mengacu pada Standar
Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) dan daftar keterampilan berisikan intervensi
keperawatan yang mengacu pada Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
(Persatuan Perawat Nasioanl Indonesia, 2016; Tunny & Wabula, 2023). Hal ini dibuktikan
dengan tersedianya referensi berupa buku SDKI, SLKI dan SIKI yang dikeluarkan oleh DP-
PPNI yang diadakan oleh Ners Muda sebelumnya (Angkatan VIII). Selain itu juga, telah
dilakukan kegiatan berupa sosialisasi tentang pengenalan SDKI, SLKI dan SIKI sebagai
standar penerapan asuhan keperawatan di RUMKIT TK.II Prof. dr. J. A. Latumeten Ambon
(Tunny & Wabula, 2023), diskusi lepas bersama salah satu perawat di ruangan ternyata
ruangan belum menggunakan SAK berdasarkan SDKI, SLKI dan SIKI tetapi masih
menggunakan NANDA NIC NOC sebagai acuan dalam menerapkan asuhan keperawatan.
Oleh karena itu, untuk melengkapi penggunaan buku 3 S (SDKI, SLKI dan SIKI), kami
melakukan penyusunan SAK dan PAK.
Penyusunan SAK dan PAK berarti didalamnya akan membahas tentang proses
keperawatan suatu penyakit. Dalam penyusunan SAK ini, kami telah melakukan wawancara
dan pengambilan data delapan penyakit terbanyak di Ruang Pavilium Kartika Rumah Sakit
TK.II Prof. dr. J. A. Latumeten Ambon.
Oleh karena itu, dalam menyusun SAK ini kami mengangkat delapan kasus terbanyak
tersebut sebagai contoh yang akan disusun panduan asuhan keperawatannya dengan standar
yang digunakan adalah SDKI, SLKI dan SIKI dari DPP-PPNI.
3
1.2 TUJUAN
Tujuan dalam penyusunan Standar Asuhan Keperawatan (SAK) dan Panduan Asuhan
Keperawatan (PAK) ini adalah untuk menjadi panduan bagi perawat dalam melakukan proses
keperawatan pada klien/pasien dengat standar SDKI, SLKI dan SIKI dari DPP-PPNI di
Ruang IGD Rumah Sakit TK.II Prof. dr. J. A. Latumeten Ambon.
1.3 MANFAAT
Sebagai dasar yang dapat digunakan oleh perawat di Ruang IGD Rumah Sakit TK.II
Prof. dr. J. A. Latumeten Ambon untuk melakukan proses keperawatan yang bermutu dan
profesional pada klien/pasien yang mebutuhkan pelayanan kesehatan
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1.2 Diagnosa
Diagnosa keperawatan memiliki kriteria antara lain: status kesehatan
dibandingkan dengan standar untuk melihat kesenjangan, diagnosa keperawatan
terkait penyebab kesenjangan dan pemenuhan kebutuhan pasien, diagnosa
keperawatan dibuat sesuai dengan kewenangan perawat, komponen diagnosa
keperawatan meliputi P-E-S (problem, etiologi, symptom/sign) (Nursalam, 2017).
Diagnosa keperawatan adalah suatu penilian klinis mengenai respons pasien
terhadap suatu masalah kesehatan atau proses kehidupan yang didalamnya baik
berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk
mengidentifikasi respon pasien individu, keluarga atau komunitas terhadap situasi
yang berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)
2.1.3 Intervensi
Komponen perencanaan terdiri dari 3 aspek yaitu (Nursalam, 2017):
a. Prioritas masalah. Prioritas masalah memiliki kriteria antara lain: masalah yang
mengancam jiwa adalah prioritas tertinggi, masalah yang mengancam kesehatan
5
individu adalah prioritas kedua, masalah yang mempengaruhi perilaku adalah
prioritas ketiga.
b. Tujuan asuhan keperawatan. tujuan perawatan medis memenuhi persyaratan
SMART (Specific Measurable Achievable Reasonable Time). Nursing Outcome
Criteria (NOC) disesuaikan dengan kualitas pencapaian, antara lain: tujuan
dirumuskan secara singkat, disusun mendukung diagnosa keperawatan, spesifik
untuk diagnosa keperawatan, terukur, dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah
dan ada target waktu pencapaiannya.
c. Rencana aksi. Rencana aksi sudah siap didukung oleh Standar Intervensi
Keperawatan indonesia (SIKI) yang telah ditetapkan oleh instansi setempat. Jenis
rencana tindakan keperawatan mengandung tiga komponen yang meliputi
tindakan keperawatan DET, yaitu diagnosis/pengamatan, edukasi dan tindakan
mandiri, tergantung dan saling tergantung. Faktor-faktor tersebut antara lain:
mendukung tujuan perawatan medis, merupakan alternatif tindakan yang tepat,
melibatkan pasien dan keluarga, mempertimbangkan latar belakang sosial budaya
pasien dan keluarga, mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku,
menjamin cara keamanan dan kemewahan bagi pasien. sabar, siap
mempertimbangkan lingkungan, sumber daya sumber daya dan fasilitas yang ada,
harus dalam bentuk instruksi, singkat, tegas dan ditulis dengan bahasa yang
mudah dipahami dan menggunakan bentuk standar.
2.1.4 Implementasi
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan rencana tindakan yang
ditetapkan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal yang
memiliki aspek peningkatan, pemeliharaan dan pemulihan kesehatan dengan
melibatkan pasien dan keluarga. Implementasinya berorientasi pada 15 komponen
dasar keperawatan yang dikembangkan dengan prosedur teknis keperawatan dengan
kriteria yang meliputi (Nursalam, 2017):
a. Dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan
b. Mengamati keadaan bio, psiko, sosio dan spiritual
c. Menjelaskan setiap tindakan keperawatan kepada pasien dan keluarga
d. Sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
e. Menggunakan sumber daya yang ada
f. Menunjukkan sikap sabar dan ramah dalam berinteraksi dengan pasien dan
keluarga
g. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melaksanakan tindakan keperawatan
h. Menerapkan prinsip-prinsip aseptik dan antiseptik
i. Menerapkan etika keperawatan
j. Menerapkan prinsip aman, nyaman, ekonomis, privacy dan mengutamakan
keselamatan pasien
6
k. Melaksanakan perbaikan tndakan berdasarkan respons pasien
l. Merujuk dengan segera terhadap masalah yang mengancam keselamatan pasien
m. Mencatat semua tindakan yang telah dilaksanakan
n. Merapikan pasien dan alat setiap selesai melakukan tindakan
Melaksanakan tindakan keperawatan pada prosedur teknis yang telah ditentukan
serta dilaksanakan sesuai dengan prosedur tetap yang telah disusun.
2.1.5 Evaluasi
Dilakukan secara periodik, sistematis dan bertujuan untuk menilai kemajuan
pasien setelah dilakukan tindakan keperawatan. Kriteria evaluasi meliputi: setiap
tindakan keperawatan dievaluasi, hasilnya dievaluasi menggunakan indikator
perubahan fisiologis dan perilaku pasien, hasil evaluasi segera dicatat dan
dikomunikasikan untuk memerlukan tindakan lebih lanjut, evaluasi melibatkan pasien
dan tim kesehatan lainnya, evaluasi dilakukan diadministrasikan dengan standar
(tujuan yang ingin dicapai). dan standar praktik keperawatan). Komponen evaluasi
meliputi aspek kognitif, afektif, psikomotorik, perubahan biologis sebagai berikut:
kognitif (pengetahuan pasien tentang penyakit dan tindakannya), afektif (sikap)
pasien terhadap tindakan yang dilakukan, psikomotor (tindakan/perilaku) pasien
dalam upaya penyembuhan, perubahan biologis ( tanda vital, sistem dan imunologi).
pilihan dalam evaluasi adalah sebagai berikut: masalah teratasi, masalah tidak
terselesaikan (penilaian ulang dan perencanaan tindakan harus dilakukan), masalah
teratasi sebagian (perlu modifikasi rencana aksi), dan masalah baru timbul. Di bagian
atas setiap shift, perawat melengkapi catatan kemajuan dengan mensintesis status
pasien saat ini menuju tujuan yang telah ditentukan. Rencana formulir perawatan
diperbarui setiap hari, atau dengan perubahan dalam status pasien (Kim et al, 2011).
8
mengidentifikasi respon klient individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi
yang berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
Perawat diharapkan memiliki rentang perhatian yang luas, baik pada klien
sakit maupun sehat. Respon-respon terhadap merupakan reaksi terhadap masalah
kesehatan dan proses kehidupan yang dialami klien. Masalah kesehatan mengacu
kepada respons klien terhadap kondisi sehat sakit, sedangkan proses kehidupan
mengacu kepada respon klien terhadap kondisi yang terjadi selama rentang
kehidupannya dimulai dari fase pembuahan hingga menjelang ajal dan meninggal
yang membutuhkan diagnosis keperawatan dan dapat diatasi atau diubah dengan
intervensi keperawatan (McFarland & McFarlane, 1997; Seaback, 2006;
Christensen & Kenney, 2009; Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
9
b. Psikologis
1) Nyeri dan kenyamanan
2) Integritas ego
3) Pertumbuhan dan perkembangan
c. Perilaku
1) Kebersihan diri
2) Penyuluhan dan pembelajaran
d. Relasional
1) Interaksi sosial
e. Lingkungan
1) Keamanan dan proteksi
10
4. Risiko Gangguan Sirkulasi
Spontan
5. Risiko penurunan curah
jantung
6. Risiko perdarahan
7. Risiko perfusi gastrointestinal
tidak efektif
8. Risiko perfusi miokard tidak
efektif
9. Risiko perfusi perifer tidak
efektif
10. Risiko perfusi renal tidak
efektif
11. Risiko perfusi serebral tidak
efektif
Nutrisi dan cairan 1. Berat badan lebih
2. Defisit nutrisi
3. Diare
4. Disfungsi motilitas
gastrointestinal
5. Hipervolemia
6. Hipovolemia
7. Ikterik neonatus
8. Kesiapan peningkatan
keseimbangan cairan
9. Kesiapan peningkatan nutrisi
10. Ketidakstabilan kadar glukosa
darah
11. Menyusui efektif
12. Menyusui tidak efektif
13. Obesitas
14. Risiko berat badan lebih
15. Risiko defisit nutrisi
16. Risiko disfungsi motilitas
gastrointestinal
17. Risiko hipovolemia
18. Risiko ikterik neonatus
19. Risiko ketidakseimbangan
cairan
11
20. Risiko ketidakseimbangan
elektrolit
21. Risiko ketidakstabilan kadar
glukosa darah
22. Risiko syok
Eliminasi 1. Gangguan Eliminasi Urin.
2. Inkontinensia Fekal.
3. Inkontinensia Urin Berlanjut.
4. Inkontinensia Urin Berlebih.
5. Inkontinensia Urin
Fungsional.
6. Inkontinensia Urin Refleks.
7. Inkontinensia Urin Stres.
8. Inkontinensia Urine Urgensi.
9. Kesiapan Peningkatan
Eliminasi Urin.
10. Konstipasi.
11. Retensi Urin.
12. Risiko Inkontinensia Urin
Urgensi.
13. Risiko Konstipasi.
Aktivitas dan 1. Disorganisasi Perilaku Bayi.
istirahat 2. Gangguan Mobilitas Fisik.
3. Gangguan Pola Tidur.
4. Intoleransi Aktivitas.
5. Keletihan.
6. Kesiapan Peningkatan Tidur.
7. Risiko Disorganisasi Perilaku
Bayi.
8. Risiko Intoleransi Aktivitas.
Neurosensori 1. Disrefleksia otonom
2. Gangguan memori
3. Gangguan menelan
4. Konfusi akut
5. Konfusi kronis
6. Penurunan kapasitas adaptif
intrakranial
7. Risiko disfungsi
neurovaskuler perifer
8. Risiko konfusi akut
12
Reproduksi dan 1. Disfungsi seksual
seksualitaa 2. Kesiapan persalinan
3. Pola seksual tidak efektif
4. Risiko disfungsi seksual
5. Risiko kehamilan tidak
dikehendaki
2 Psikologis Nyeri dan 1. Gangguan rasa nyaman
Kenyamanan 2. Ketidaknyamanan pasca
partum
3. Nausea
4. Nyeri akut
5. Nyeri kronis
6. Nyeri melahirkan
Integritas Ego 1. Ansietas
2. Berduka
3. Distres spiritual
4. Gangguan citra tubuh
5. Gangguan identitas diri
6. Gangguan persepsi sensori
7. Harga diri rendah kronis
8. Harga diri rendah situasional
9. Keputusasaan
10. Kesiapan peningkatan konsep
diri
11. Kesiapan peningkatan koping
keluarga
12. Kesiapan peningkatan koping
komunitas
13. Ketidakberdayaan
14. Ketidakmampuan koping
keluarga
15. Koping defensif
16. Koping komunitas tidak
efektif
17. Koping tidak efektif
18. Penurunan koping keluarga
19. Penyangkalan tidak efektif
20. Perilaku Kesehatan cenderung
berisiko
21. Risiko distres spiritual
13
22. Risiko harga diri rendah kronis
23. Risiko harga diri rendah
situasional
24. Risiko ketidakberdayaan
25. Sindrom pasca trauma
26. Waham
Pertumbuhan dan 1. Gangguan tumbuh kembang
Perkembangan 2. Risiko gangguan
perkembangan
3. Risiko gangguan pertumbuhan
3 Perilaku Kebersihan Diri 1. Defisit Perawatan Diri
Penyuluhan dan 1. Defisit kesehatan komunitas
Pembelajaran 2. Defisit pengetahuan
3. Kesiapan peningkatan
manajemen kesehatan
4. Kesiapan peningkatan
pengetahuan
5. Ketidakpatuhan
6. Manajemen kesehatan
keluarga tidak efektif
7. Manajemen kesehatan tidak
efektif
8. Pemeliharaan kesehatan tidak
efektif
4 Relasional Interaksi Sosial 1. Gangguan interaksi sosial
2. Gangguan komunikasi verbal
3. Gangguan proses keluarga
4. Isolasi sosial
5. Kesiapan peningkatan
menjadi orang tua
6. Kesiapan peningkatan proses
keluarga
7. Ketegangan peran pemberi
asuhan
8. Penampilan peran tidak efektif
9. Pencapaian peran menjadi
orang tua
10. Risiko gangguan perlekatan
11. Risiko proses pengasuhan
tidak efektif
14
5 Lingkungan Keamanan dan 1. Gangguan Integritas
Proteksi Kulit/Jaringan.
2. Hipertermia.
3. Hipotermia.
4. Perilaku Kekerasan.
5. Perlambatan Pemulihan
Pascabedah.
6. Risiko Alergi.
7. Risiko Bunuh Diri.
8. Risiko Cedera.
9. Risiko Cedera Pada Ibu.
10. Risiko Cedera Pada Janin.
11. Risiko Gangguan Integritas
Kulit/Jaringan.
12. Risiko Hipotermia.
13. Risiko Hipotermia
Perioperatif.
14. Risiko Infeksi.
15. Risiko Jatuh.
16. Risiko Luka Tekan.
17. Risiko Mutilasi Diri.
18. Risiko Perilaku Kekerasan.
19. Risiko Perlambatan Pemulihan
Pascabedah.
20. Risiko Termoregulasi Tidak
Efektif.
21. Termoregulasi Tidak Efektif.
15
Aktual
Negatif
Resiko
Diagnosis Keperawatan
Skema 2.1
Jenis Diagnosis Keperawatan
16
Tabel 2.2
Contoh Deskriptor dan Fokus Diagnostik pada Diagnosis Keperawatan
No Deskriptor Fokus Diagnostik
1 Tidak efektif Bersihan Jalan Napas
2 Gangguan Pertukaran Gas
3 Penurunan Curah Jantung
4 Intoleransi Aktivitas
5 Defisit Pengetahuan
Tabel 2.3
Deskriptor dan Definisi Deskriptor pada Diagnosis Keperawatan
No Deskriptor Definisi
1 Defisit Tidak cukup, tidak adekuat
2 Disfungsi Tidak berfungsi secara normal
3 Efektif Menimbulkan efek yang diinginkan
4 Gangguan Mengalami hambatan atau kerusakan
5 Lebih Berada di atas nilai normal atau yang diperlukan
6 Penurunan Berkurang baik dalam ukuran, jumlah maupun
Derajat
7 Rendah Berada di bawah nilai normal atau yang diperlukan
8 Tidak Efektif Tidak menimbulak efek yang diinginkan
b. Indikator diagnostik
Indikator diagnosis terdiri atas penyebab, tanda/gejala, dan faktor resiko
dengan uraian sebagai berikut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017):
1) Penyebab (etiology) merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi
perubahan status kesehatan. Etiologi dapat mencakup 4 kategori yaitu:
a) Fisiologis, biologis atau psikologis
b) Efek terapi/tindakan
c) Situasional (lingkungan atau personal)
d) Maturasional
2) Tanda (sign) dan gejala (symptom). Tanda merupakan data objektif yang
diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan
prosedur diagnostik, sedangkan gejala merupakan data subjektif yang
diperoleh dari hasil analisis. Tanda/gejala dikelompokkan menjadi dua
kategori yaitu
17
a) Mayor: tanda/gejala ditemukan sekitar 80% sampai 100% untuk
validasi diagnosis
b) Minor: tanda/gejala tidak harus ditemukan, namun jika ditemukan
dapat mendukung penegakan diagnosis
3) Faktor risiko merupakan diagnosis atau situasi yang dapat meningkatkan
kerentanan klien mengalami masalah kesehatan
Pada perawat yang telah berpengalaman, proses ini dapat dilakukan secara
stimultan, namun pada perawat yang belum memiliki pengalaman yang memadai
maka perlu melakukan latihan dan pembiasaan untuk melakukan proses
penegakan diagnosa secara sistematis
18
Proses penegakan diagnosis diuraikan sebagai berikut:
a. Analisis data
Analisis data dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
1) Bandingkan data dengan nilai normal
Data-data yang didapatkan dari pengkajian dibandingkan dengan
nilai-nilai normal dan identifikasi tanda/gejala yang bermakna
2) Kelompokkan data
Tanda/gejala yang dianggap bermakna dikelompokkan berdasarkan
pola kebutuhan dasar yang meliputi respirasi, sirkulasi, nutrisi/cairan,
eliminasi, aktivitas/istirahat, neurosensori, reproduksi/seksualitas,
nyeri/kenyamanan, integritas ego, pertumbuhan/perkembangan,
kebersihan diri, penyuluhan/pembelajaran, interaksi sosial, dan
keamanan/proteksi. Proses pengelompokan data dapat dilakukan secara
induktif maupun deduktif. Secara induktif dengan memilah data sehingga
membentuk sebuah pola, sedangkan secara deduktif dengan menggunakan
kategori pola kemudian mengelompokkan data sesuai kategorinya
b. Identifikasi masalah
Setelah data dianalisis, perawat dan klien bersama-sama
mengidentifikasi masalah aktual, resiko dan/atau promosi kesehatan.
Pernyataan masalah kesehatan merujuk ke label diagnosis keperawatan
c. Perumusan diagnosis keperawatan
Perumusan atau penulisan diagnosis disesuaikan dengan jenis diagnosis
keperawatan. Terdapat dua metode perumusan diagnosis, yaitu:
1) Penulisan tiga bagian (three part)
Metode penulisan ini terdiri atas masalah, penyebab dan tanda garis
miring gejala. Metode penulisan ini hanya dilakukan pada diagnosis
aktual, dengan formulasi sebagai berikut
Frase berhubungan dengan dapat disingkat “b.d” dan dibuktikan dengan
Masalah berhubungan dengan Penyebab dibuktikan
dapat disingkat “d.d”. dengan
Masalah b.d Penyebab d.d Tanda/Gejala
Contoh penulisan:
Bersihkan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasmi jalan
nafas dibuktikan dengan batuk tidak efektif, sputum berlebih, mengi,
dispnea, gelisah
19
2) Penulisan dua bagian (two part)
Metode penulisan ini dilakukan pada diagnosis resiko dan diagnosis
promosi kesehatan, dengan formulasi sebagai berikut
a) Diagnosis resiko
Contoh penulisan diagnosis:
Masalah dibuktikan dengan Faktor
Resiko aspirasi dibuktikan dengan penurunan tingkat kesadaran
b) Diagnosis promosi kesehatan
Contoh penulisan diagnosis:
Kesiapan peningkatan Masalah dibuktikan
eliminasi dengan dengan pasien ingin
urine dibuktikan
meningkatkan eliminasi urine jumlah dan karakteristik urine normal
20
psikologis, sosial, perkembangan, atau spiritual yang menunjukan perbaikan
masalah kesehatan pasien (Potter & Perry, 2013; Tim Pokja SLKI DPP PPNI,
2019).
21
3. Jenis Luaran Keperawatan
Luaran keperawatan dibagi menjadi dua jenis, yaitu luaran negatif dan
luaran positif. Luaran negatif merupakan kondisi, perilaku atau presepsi yang
tidak sehat, sehingga penetapan luaran keperawatan ini akan mengarahkan
pemberian intervensi keperawatan yang bertujuan untuk menurunkan. Sedangkan
luaran positif menunjukan kondisi, perilaku atau presepsi yang sehat sehingga
penetapan luaran keperawatan ini akan mengarahkan pemberian intervensi
keperawatan yang bertujuan untuk meningkatkan atau memperbaiki (ICNP, 2015;
Standar Praktik Keperawatan Indonesia – PPNI, 2009; Tim Pokja SLKI DPP
PPNI, 2019).
Contoh jenis luaran keperawatan adalah sebagai berikut:
a. Jenis luaran positif
1) Bersihan jalan napas
2) Keseimbangan cairan
3) Integritas kulit dan jaringan
4) Citra tubuh
b. Jenis luaran negatif
1) Tingkat nyeri
2) Tingkat keletihan
3) Tingkat ansietas
4) Tingkat berduka
5) Respon alergi lokal
c. Kriteria hasil
Kriteria hasil merupakan karakteristik pasien yang dapat diamati atau
diukur oleh perawat dan dijadikan sebagai dasar untuk menilai pencapaian
hasil intervensi keperawatan. Kriteria hasil juga dapat disebut sebagai
indikator karena menggambarkan perubahan-perubahan yang ingin dicapai
setelah pemberian intervensi keperawatan (Tim Pokja SLKI DPP PPNI,
2019).
Berdasarkan metode pendokumentasiannya, maka penulisan kriteria
hasil dapat dilakukan dengan dua metode. Jika menggunakan metode
pendokumentasian manual/tulisan, maka setiap kriteria hasil perlu dituliskan
angka atau nilai yang diharapkan untuk dicapai, sedangkan jika menggunakan
metode pendokumentasian berbasis komputer, maka setiap kriteria hasil
ditetapkan dalam bentuk skor dengan skala 1 s.d 5 (Tim Pokja SLKI DPP
PPNI, 2019). Terdapat tiga variasi skala pada pemberian skor kriteria hasil,
yaitu:
1 2 3 4 5
Cukup Cukup
Menurun Sedang Meningkat
menurun meningkat
1 2 3 4 5
Cukup Cukup
Meningkat Sedang Menurun
23
meningkat menurun
24
1 2 3 4 5
Cukup Cukup
Memburuk Sedang Membaik
memburuk membaik
25
- Frekuensi napas 5
26
1) Respirasi, yang memuat kelompok intervensi keperawatan yang
memulihkan fungsi pernapasan dan oksigenasi
2) Sirkulasi, yang memuat kelompok intervensi keperawatan yang
memulihkan fungsi jantung dan pembulu darah
3) Nutrisi dan cairan, yang memuat kelompok intervensi keperawatan yang
memulihkan fungsi gaetrintestinal, metabolisme dan regulasi
cairan/elektrolit
4) Eliminasi, yang memuat kelompok intervensi keperawatan yang
memulihkan fungsi eliminasi fekal dan urinaria
5) Aktivitas dan istirahat, yang memuat kelompok intervensi keperawatan
yang memulihkan fungsi muskuloskeletal, penggunaan energi serta
istirahat/tidur
6) Neurosensori, yang memuat kelompok intervensi keperawatan yang
memulihkan fungsi otak dan saraf
7) Reproduksi dan seksualitas, yang memuat kelompok intervensi
keperawatan yang memulihkan fungsi reproduksi dan seksualitas
b. Psikologis
Kategori intervensi keperawatan yang ditujukan untuk mendukung
fungsi dan proses mental, yang terdiri atas (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018):
1) Nyeri dan kenyamanan, yang memuat kelompok intervensi yang
meredahkan nyeri dan meningkatkan kenyamanan
2) Integritas ego, yang memuat kelompok intervensi yang memulihkan
kesejahteraan diri sendiri secara emosional
3) Pertumbuhan dan perkembangan, yang memuat kelompok intervensi yang
memulihkan fungsi pertumbuhan dan perkembangan
c. Perilaku
Kategori intervensi keperawatan yang ditujukan untuk mendukung
perubahan perilaku dan pola hidup sehat, yang terdiri atas:
1) Kebersihan diri, yang memuat kelompok intervensi yang memulihkan
perilaku sehat dan merawat diri
2) Penyuluhan dan pembelajaran, yang memuat kelompok intervensi yang
meningkatkan pengetahuan dan perubahan perilaku sehat
d. Relasional
Kategori intervensi keperawatan yang ditujukan untuk mendukung
hubungan interpersonal atau interaksi sosial, terdiri atas:
1) Interaksi sosial, yang memuat kelompok intervensi yang memulihkan
hubungan antar individudengan individu lainnya.
27
e. Lingkungan
Kategori intervensi keperawatan yang ditujukan untuk mendukung
keamanan lingkungan dan menurunkan resiko gangguan kesehatan, yang
terdiri atas:
1) Keamanan dan proteksi, yang memuat kelompok intervensi yang
meningkatkan keamanan dan menurunkan resiko cedera akibat ancaman
dan lingkungan internal maupun eksternal
Pengklasifikasian intervensi keperawatan dilakukan berdasarkan analisis
kesetaraan (similanty analysis) dan penilaian klinis (clinical judgement).
Intervensi keperawatan yang bersifat multi kategori atau dapat diklasifikasikan ke
yang paling dominan pada salah satu kategori/subkategori. Pada proses
pengklasifikasian dihindari terjadinya rujukan silang (cross referencing) sehingga
setiap satu intervensi keperawatan hanya diklasifikasikan ke dalam satu
kategori/subkategori (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).
Jumkah keseluruhan intervensi keperawatan dalam Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (SDKI) yang dikeluarkan oleh DP-PPNI berjumlah 590
intervensu yang dapat digunakan oleh perawat sesuai kebutuhan klien/pasien yang
telah diklasifikasikan dalam 5 kategori dan 14 subkategori. Intervensi
keperawatan juga dikalsifikasikan menjadi dua yaitu intervensi utama dan
intervensi tambahan dalam tiap diagnosa.
28
4 Konseling Memberikan bimbingan
5 Konsultasi Memberikan informasi tambahan atau
pertimbangan
6 Latihan Mengajarkan suatu keterampilan atau
kemampuan
7 Manajemen Mengidentifikasi dan mengelola
8 Pemantauan Mengumpulkan dan menganalisis data
9 Pemberian Menyiapkan dan memberikan
10 Pemeriksaan Mengobservasi dengan teliti
11 Pencegahan Meminimalkan risiko atau komplikas
12 Pengontrolan Mengendalikan
13 Perawatan Mengidentifikasi dan merawat
14 Promosi Meningkatkan
15 Rujukan Menyusun penatalaksanaan lebih lanjut
16 Resusitasi Memberikan tindakan secara cepat untuk
mempertahankan kehidupan
17 Screening Mendeteksi secara dini
18 Terapi Memulihkan kesehatan dan/atau menurunkan
resiko.
b. Definisi
Komponen ini menjelaskan tentang makna dari label intervensi
keperawatan titik definisi label intervensi keperawatan diawali dengan kata
kerja (verba) berupa perilaku yang dilakukan oleh perawat, bukan perilaku
pasien (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).
c. Tindakan
Komponen ini merupakan rangkaian perilaku atau aktivitas yang
dikerjakan oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan.
Tindakan-tindakan pada intervensi keperawatan terdiri atas observasi,
traupetik, edukasi dan kolaborasi (Saba, 2007; Potter dan Perry, 2013; Berman
et al, 2015; Wilkinson et al, 2016; Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).
1) Tindakan observasi
Tindakan yang tidak ditujukan untuk mengumpulkan dan
menganalisis data status kesehatan pasien. Tindakan ini umumnya
menggunakan kata-kata “periksa”, “identifikasi” atau “monitor”.
Dianjurkan menghindari penggunaan kata “kaji” karena serupa dengan
tahap awal pada proses keperawatan dan agar tidak rancu dengan tindakan
keperawatan yang merupakan tahap pascadiagnosis, sementara pengkajian
merupakan tahap prediagnosis
29
2) Tindakan teraupetik
Tindakan yang secara langsung dapat berefek memulihkan status
kesehatan pasien atau dapat mencegah perburukan masalah kesehatan
pasien. Tindakan ini umumnya menggunakan kata-kata “berikan”,
“lakukan”, dan kata-kata lainnya
3) Tindakan edukasi
Tindakan yang ditujukan untuk meningkatkan kemampuan pasien
merawat dirinya dengan membantu pasien memperoleh perilaku baru yang
dapat mengatasi masalah. Tindakan ini umumnya menggunakan kata-kata
“ajarkan”, “anjurkan”, atau “latih”.
4) Tindakan kolaborasi
Tindakan yang membutuhkan kerjasama baik dengan perawat
lainnya maupun profesi kesehatan lainnya tindakan ini membutuhkan
gabungan pengetahuan, keterampilan dan keterampilan dari berbagai
profesi kesehatan. Tindakan ini hanya dilakukan jika terawat memerlukan
penanganan lebih lanjut. Tindakan ini umumnya menggunakan kata-kata
“kolaborasi “, “rujuk”, atau “konsultasikan”
30
Standar ini membuat intervensi-intervensi yang memerlukan pengetahuan dan
keterampilan khusus, beberapa diantaranya yaitu Manajemen Alat Pacu
Jantung, Manajemen Ventilasi Mekanik, Terapi Akupresur, Terapi
Akupuntur,
Terapi Bekam, Terapi Hipnosis
e. Penerimaan pasien
Intervensi keperawatan yang dipilih harus dapat diterima oleh pasien
dan sesuai dengan nilai-nilai dan budaya yang dianut oleh pasien
f. Hasil penelitian
Bukti penelitian akan menunjukkan efektivitas intervensi keperawatan
pada pasien tertentu. Jika penelitian belum tersedia, maka perawat dapat
menggunakan prinsip ilmiah atau berkonsultasi dengan perawat spesialis
dalam menentukan pilihan intervensi keperawatan.
Secara sistematis, faktor-faktor penentuan intervensi tersebut digambarkan
pada skema di bawah ini
Diagnosis Keperawatan Hasil yang Diharapkan
INTERVENSI KEPERAWATAN
Skema 2.3
Faktor Penentuan Intervensi Keperawatan Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018)
31
BAB III
PANDUAN ASUHAN KEPERAWATAN
PANDUAN ASUHAN
KEPERAWATAN
RUMKIT TK. II DYSPEPSIA Ners Angkatan IX
Prof. dr. J. A. Latumeten STIKes Maluku Husada
Ambon
1 Definisi Dyspepsia merupakan suatu keadaan nyeri atau perasaan
tidak nyaman di daerah ulu hati yang berlangsung kronis
dan berulang. Sedangkan yang dimaksud dengan perasaan
tidak nyaman adalah suatu perasaan negative subjektif yang
tidak menyakitkan dan merupakan gabungan dari beberapa
gejala termasuk perasaan cepat kenyang atau perasaan
penuh pada
perut bagian atas (Fitria, 2022).
2 Asessmen 1. Nyeri ulu hati
Keperawatan 2. Mual
3. Muntah
4. Terasa kembung
5. Cepat merasa kenyang
3 Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis d.d keluhan
nyeri (D.0077)
2. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan
d.d berat badan menurun (D.0019)
3. Ansietas b.d krisis situasional d.d tampak gelisah
(D.0080)
4. Resiko ketidakseimbangan cairan d.d konstruksi
intenstinal (D.0036)
5. Resiko ketidakseimbangan elektrolit d.d muntah
(D.0037)
6. Resiko syok d.d kekurangan volume cairan (D.0039)
4 Luaran Keperawatan 1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis d.d keluhan
nyeri (D.0077)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan
tingkat nyeri menurun (L.08066) dengan kriteria hasil:
a. Kemampuan menuntaskan aktivitas meningkat
b. Keluhan nyeri menurun
32
c. Meringis menurun
d. Gelisah menurun
e. Kesulitan tidur menurun
f. Frekuensi nadi membaik
g. Pola nafas membaik
h. Tekanan darah membaik
i. Nafsu makan membaik
j. Pola tidur membaik.
33
4. Resiko ketidakseimbangan cairan d.d konstruksi
intenstinal (D.0036)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
keseimbangan cairan meningkat (L.03020) dengan
kriteria hasil:
a. Asupan cairan meningkat
b. Output urin meningkat
c. Membrane mukosa lembab meningkat
d. Edema menurun
e. Dehidrasi menurun
f. Tekanan darah membaik
g. Frekuensi nadi membaik
h. Kekuatan nadi membaik
i. Tekanan arteri rata-rata membaik
j. Mata cekung membaik
k. Turgor kulit membaik
34
5 Intervensi 1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis d.d keluhan
Keperawatan nyeri (D.0077)
Manajemen nyeri (I.08238)
Observasi
a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas intensitas nyeri
b. Identifikasi skala nyeri
c. Identifikasi respon nyeri non verbal
d. Identifikasi faktor yang memperbesar dan
memperingan nyeri
e. Monitor efek samping penggunaan analgesic
Teraupetik
f. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
g. Fasilitasi istrahat dan tidur
Edukasi
h. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
i. Jelaskan strategi meredakan nyeri
j. Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
k. Anjurkan menggunakan analgesic secara tepat
Kolaborasi
l. Kolaborasi pemberian analgesik.
35
k. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang
sesuai
l. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
m. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
n. Berikan suplemen makanan, jika perlu
o. Hentikan pemberian makanan melalui selang
nasogastrik jika asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi
p. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
q. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
r. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis.
Pereda nyeri, antiemetik), jika perlu
s. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan, jika
perlu
36
k. Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi
ketegangan
l. Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang
tepat
m. Latih teknik relaksasi
37
5. Resiko ketidakseimbangan elektrolit d.d muntah
(D.0037)
Pemantauan Elektrolit (I.03122)
Observasi
a. Monitor kemungkinan penyebab ketidakseimbangan
elektrolit
b. Monitor kadar elektrolit serum
c. Monitor mual, muntah, diare
d. Monitor kehilangan cairan, jika perlu
e. Monitor tanda dan gejala hipokalemia (mis:
kelemahan otot, interval QT memanjang, gelombang
T datar atau terbalik, depresi segmen ST, gelombang
U, kelelahan, parestesia, penurunan refleks,
anoreksia, konstipasi, motilitas usus menurun,
pusing, depresi pernapasan)
f. Monitor tanda dan gejala hiperkalemia (mis: peka
rangsang, gelisah, mual, muntah, takikardia
mengarah ke bradikardia, fibrilasi/takikardia
ventrikel, gelombang T tinggi, gelombang P datar,
kompleks QRS tumpul, blok jantung mengarah
asistol)
g. Monitor tanda dan gejala hiponatremia (mis:
disorientasi, otot berkedut, sakit kepala, membrane
mukosa kering, hipotensi postural, kejang, letargi,
penurunan kesadaran)
h. Monitor tanda dan gejala hipernatremia (mis: haus,
demam, mual, muntah, gelisah, peka rangsang,
membrane mukosa kering, takikardia, hipotensi,
letargi, konfusi, kejang)
i. Monitor tanda dan gejala hipokalsemia (mis: peka
rangsang, tanda Chvostek [spasme otot wajah] dan
tanda Trousseau [spasme karpal], kram otot, interval
QT memanjang)
j. Monitor tanda dan gejala hiperkalsemia (mis: nyeri
tulang, haus, anoreksia, letargi, kelemahan otot,
segmen QT memendek, gelombang T lebar,
komplek QRS lebar, interval PR memanjang)
k. Monitor tanda dan gejala hypomagnesemia (mis:
depresi pernapasan, apatis, tanda Chvostek, tanda
Trousseau, konfusi, disritmia)
l. Monitor tanda gan gejala hypermagnesemia (mis:
kelemahan otot, hiporefleks, bradikardia, depresi
SSP, letargi, koma, depresi)
Teraupetik
m. Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan
kondisi pasien
38
n. Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
o. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
p. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
39
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (Edisi 1 Ce). Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran
Keperawatan Indonesia (Edisi 1 Ce). Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
40
3.2 Panduan Asuhan Keperawatan Gastroenteritis (GEA) di Ruang KARTIKA
PANDUAN ASUHAN
KEPERAWATAN
GASTROENTERITIS Ners Angkatan IX
RUMKIT TK. II
(GEA) STIKes Maluku Husada
Prof. dr. J. A. Latumeten
Ambon
1 Definisi Gastroenteristis akut diartikan sebagai kondisi individu
mengalami mencret atau mengeluarkan tinja cair lebih dari
tiga kali dalam sehari atau bahkan lebih (Maharini, 2020)
2 Asessmen 1. BAB > 4x dalam 24 jam
Keperawatan 2. Nafsu makan menurun
3. Lemas
4. Kekurangan cairan
5. Sering merasa haus
3 Diagnosa Keperawatan 1. Hipovolemia b.d kekurangan intake cairan d.d mengeluh
lemas (D.0023)
2. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis d.d keluhan
nyeri (D.0077)
3. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makan d.d
kram/nyeri abdomen (D0019)
4 Luaran Keperawatan 1. Hipovolemia b.d kekurangan intake cairan d.d mengeluh
lemas (D.0023)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
status cairan membaik (L.03028) dengan kriteria hasil:
a. Kekuatan nadi meningkat
b. Turgor kulit meningkat
c. Output urine meningkat
d. Dyspnea menurun
e. Distensi vena jugularis menurun
f. Suara napas tambahan menurun
g. Perasaan lemah menurun
h. Keluhan haus menurun
i. Konsentrasi urine menurun
j. Frekuensi nadi membaik
k. Tekanan darah membaik
l. Tekanan nadi membaik
m. Membran mukosa membaik
n. JVP membaik
41
o. Kadar Hb membaik
p. Kadar Ht membaik
q. Intake cairan membaik
r. Status mental membaik
s. Suhu tubuh membaik
42
d. Monitor waktu pengisian kapiler
e. Monitor elastisitas atau turgor kulit
f. Monitor jumlah, warna dan berat jenis urin
g. Monitor hasil pemeriksaan serum (mis. Osmolaritas
serum, hematokrit, natrium, kalium, BUN)
h. Monitor intake dan output cairan
i. Identifikasi tanda-tanda hipovolemia
Teraupetik
j. Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan
kondisi pasien
k. Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
l. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
m. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
43
3. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makan d.d
kram/nyeri abdomen (D.0019)
Manajemen Nutrisi (I.03119)
Observasi
a. Identifikasi status nutrisi
b. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
c. Identifikasi makanan yang disukai
d. Identifikasi kebutuhan jenis kalori dan jenis nutrien
e. Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
f. Monitor asupan makanan
g. Monitor berat badan
h. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Teraupetik
i. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
j. Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida
makanan)
k. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang
sesuai
l. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
m. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
n. Berikan suplemen makanan, jika perlu
o. Hentikan pemberian makanan melalui selang
nasogastrik jika asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi
p. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
q. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
r. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis.
Pereda nyeri, antiemetik), jika perlu
s. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan, jika
perlu
6 Evaluasi Keperawatan Mengevaluasi respon subjektif dan objektif setelah
dilaksanakan intervensi
7 Penelaah Kritis Mahasiswa Ners STIKes Maluku Husada Angkatan IX
8 Kepustakaan Maharini, Y. P. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Klien
Gastroenteritis Akut Dengan Masalah Kekurangan
Volume Cairan Di Ruang Anggrek Rumah Sakit Umum
Daerah Bangil Pasuruan. Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang.
44
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia (Edisi 1 Ce). Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (Edisi 1 Ce). Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran
Keperawatan Indonesia (Edisi 1 Ce). Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
45
3.3 Panduan Asuhan Keperawatan Febris di Ruang KARTIKA
PANDUAN ASUHAN
KEPERAWATAN
RUMKIT TK. II FEBRIS Ners Angkatan IX
Prof. dr. J. A. Latumeten STIKes Maluku Husada
Ambon
1 Definisi Febris merupakan keadaan ketika individual mengalami
atau berisiko mengalami kenaikan suhu tubuh terus
menerus lebih dari 37,8 °C peroral atau 37,9°C perrectal
karena faktor
eksternal (Santoso et al., 2022)
2 Asessmen 1. Demam (suhu > 37,5 oC)
Keperawatan 2. Nadi > 100 x/m
3. Kulit kemerahan
4. Hangat Pada sentuhan
5. Peningkatan ferkuensi pernafasan
6. Mengigil
7. Dehidrasi
8. Kelemahan
3 Diagnosa Keperawatan 1. Hipertermia b.d proses penyakit (infeksi) d.d suhu tubuh
diatas nilai normal (D.0130)
2. Defisit nutrisi b.d faktor psikologis (keengganan
untukmakan) d.d nafsu makan menurun (D.0019
3. Resiko hipovolemia d.d kekurangan intake cairan
(D.0034)
4 Luaran Keperawatan 1. Hipertermia b.d proses penyakit (infeksi) d.d suhu tubuh
diatas nilai normal (D.0130)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan
termoregulasi membaik (L.14134) dengan kriteria hasil:
a. Mengigil menurun
b. Kulit merah menurun
c. Kejang menurun
d. Konsumsi oksigen menuurun
e. Vasokonstrikis perifer menurun
f. Pucat menurun
g. Takipnea menurun
h. Bradikardi menurun
i. Takikardi menurun
j. Hipoksia menurun
46
k. Suhu tubuh membaik
l. Suhu kulit membaik
m. Kadar glukosa darah membaik
n. Pengisian kapiler membaik
o. Tekanan darah membaik
p. Ventilasi membaik
47
Teraupetik
f. Sediakan lingkungan yang dingin
g. Longgarkan atau lepas pakaian
h. Basahi dan kipasi permukaan tubuh
i. Berikan cairan oral
j. Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika
mengalami hiperhidrosis
k. Lakukan pendinginan eksternal
l. Berikan oksigen
Edukasi
m. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
n. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit IV
48
Kolaborasi
r. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
(mis: Pereda nyeri, antiemetik), jika perlu
s. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan,
jika perlu
49
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran
Keperawatan Indonesia (Edisi 1 Ce). Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
50
3.4 Panduan Asuhan Keperawatan Infeksi Saluran Pernapasan Akut DI Ruang KARTIKA
PANDUAN ASUHAN
KEPERAWATAN
RUMKIT TK. II ISPA Ners Angkatan IX
Prof. dr. J. A. Latumeten STIKes Maluku Husada
Ambon
1 Definisi Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan suatu
infeksi yang bersifat akut yang menyerang salah satu atau
lebih saluran pernafasan mulai dari hidung sampai alveolus
termasuk (sinus, rongga telinga tengah, pleura) (Karo, 2020)
2 Asessmen 1. Demam
Keperawatan 2. Baruk
3. Pilek
4. Sesak napas
5. Nafsu makan menurun
3 Diagnosa Keperawatan 1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d spasme jalan napas
d.d dispnea (D.0001)
2. Pola napas tidak efektif b.d depresi pusat pernapasan d.d
penggunaan otot bantu napas (0005)
3. Hipertermia b.d proses penyakit (infeksi) d.d suhu tubuh
diatas nilai normal (D.0130)
4. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis d.d mengeluh
nyeri (D.0077)
5. Defisit nutrisi b.d faktor psikologis d.d nafsu makan
menurun (D.0019)
6. Ansietas b.d kurang terpapar informasi d.d pasien tampak
gelisah (D.0080)
4 Luaran Keperawatan 1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d spasme jalan napas
d.d dispnea (D.0001)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
bersihan jalan napas meningkat (L.01001) dengan
kriteria hasil:
a. Batuk efektif meningkat
b. Produksi sputum menurun
c. Mengi menurun
d. Wheezing menurun
e. Dispnea menurun
51
f. Ortopnea menurun
g. Sianosis menurun
h. Gelisah menurun
i. Frekuensi napas membaik
j. Pola napas membaik
52
o. Tekanan darah membaik
p. Ventilasi membaik
53
e. TTV dalam batas normal
f. Konsentrasi membaik
g. Pola tidur membaik
h. Kontak mata membaik
i. Orientasi membaik.
5 Intervensi 1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d spasme jalan napas
Keperawatan d.d dispnea (D.0001)
Latihan Batuk Efektif (I.01006)
Observasi
a. Identifikasi kemampuan batuk
b. Monitor adanya retensi sputum
c. Monitor tanda dan gejala infeksi saluran napas
d. Monitor input dan output cairan
Teraupetik
e. Atur posisi semi-fowler aau fowler
f. Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien
g. Buang sekret pada tempat sputum
Edukasi
h. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
i. Anjurkan tarik napas dalam melalui hidung selama 4
detik, ditahan selama 2 detik, kemudian keluarkan
lewat mulut dengan bibir mencucu (dibulatkan)
selama 8 detik
j. Anjurkan mengulang tarik napas dalam hingga 3 kali
k. Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik
napas dalam yang ke-3
Kolaborasi
l. Kolaborasi pemberian mukolitik atau espektoran,
jika perlu
54
Teraupetik
1) Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head tilt
dan chin lift (jaw thrust jika dicurigai traima
servikal)
2) Posisikan semi fowler atau fowler
3) Berikan minum hangat
4) Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
5) Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
6) Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
7) Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
8) Kolabaorasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
55
4. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis d.d mengeluh
nyeri (D.0077)
Manajemen nyeri (I.08238)
Observasi
a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas intensitas nyeri
b. Identifikasi skala nyeri
c. Identifikasi respon nyeri non verbal
d. Identifikasi faktor yang memperbesar dan
memperingan nyeri
e. Monitor efek samping penggunaan analgesic
Teraupetik
f. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
g. Fasilitasi istrahat dan tidur
Edukasi
h. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
i. Jelaskan strategi meredakan nyeri
j. Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
k. Anjurkan menggunakan analgesic secara tepat
Kolaborasi
l. Kolaborasi pemberian analgesik.
56
k. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang
sesuai
l. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
m. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
n. Berikan suplemen makanan, jika perlu
o. Hentikan pemberian makanan melalui selang
nasogastrik jika asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi
p. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
q. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
r. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
(mis. Pereda nyeri, antiemetik), jika perlu
s. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan,
jika perlu
57
k. Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi
ketegangan
l. Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang
tepat
m. Latih teknik relaksasi
6 Evaluasi Keperawatan Mengevaluasi respon subjektif dan objektif setelah
dilaksanakan intervensi
7 Penelaah Kritis Mahasiswa Ners STIKes Maluku Husada Angkatan IX
8 Kepustakaan Karo, D. B. (2020). Asuhan Keperawatan Pada An. D
Dengan Gangguan Sistem Pernafasan : ISPA (Infeksi
Saluran Pernafasan Akut) Di Puskesmas Rambung
Dalam Kecamatan Binjai Selatan Kota Binjai Tahun
2020. Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia (Edisi 1 Ce). Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (Edisi 1 Ce). Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran
Keperawatan Indonesia (Edisi 1 Ce). Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
58
3.5 Panduan Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus di Ruang KARTIKA
PANDUAN ASUHAN
KEPERAWATAN
RUMKIT TK. II DIABETES MELLITUS Ners Angkatan IX
Prof. dr. J. A. Latumeten STIKes Maluku Husada
Ambon
1 Definisi Diabetes mellitus adalah gangguan metabolism yang ditandai
dengan hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas
metabolism karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan
oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitifitas
insulin atau keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis
mikrovaskuler, makrovaskuler, dan neuropatti (Yuliana elin,
2009)
2 Asessmen 1. Sering merasa haus (polydipsia)
Keperawatan 2. Sering merasa Lapar ( Polyfagia )
3. Penurunan Berat Badan
4. Sering Kencing (Poliuria)
5. Mudah Lelah Dan Mengantuk
6. Kesemutan
7. Mata Kabur
8. Impotensi
9. Luka Yang Sulit sembuh
10. Peningkatan Kadar Glukosa darah
3 Diagnosa Keperawatan 1. Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah (D.0027)
2. Defisit Nutrisi ( D.0019)
3. Keletihan (D.0057)
4. Perfusi Perifer Tidak Efektif ( D.0009)
5. Gangguan Integritas Kulit / Jaringan ( D.0129)
6. Risiko ketidakseimbangan Cairan (D0036)
7. Risiko Infeksi (D.0142)
4 Luaran Keperawatan 1. Kestabilan Kadar glukosa darah meningkat (L.03022)
2. Status Nutrisi Membaik (L.03036)
3. Tingkat Keletihan Menurun (L.05046)
4. Perfusi perifer meningkat (L.02011)
5. Integritas kulit dan jaringan meningkat (L.14125)
6. Keseimbangan Cairan meningkat (L.03020)
7. Tingkat Infeksi Menurun ( L.14137)
59
5 Intervensi 1. Ketidak Stabilan Kadar Glukosa Darah (D.0027)
Keperawatan a. Manajemen Hiperglikemia (I.03115)
Observasi
1) Identifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia
2) Monitor kadar glukosa darah, jika perlu
3) Monitor tanda dan gejala hiperglikemia (mis.
Polyuria, polydipsia,polifagia, kelemahan, malaise,
pandangan kabur, sakit kepala )
Terapeutik
1) Berikan asupan cairan oral
2) Konsultasikan dengan medis jika tanda dan gejala
hiperglikemia tetap ada atau memburuk
Edukasi
1) Anjurkan monitor kadar glukosa darah secara
mandiri
2) Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga
3) Ajarkan pengelolaan diabetes (mis. Penggunaan
Insulin, Obat oral, Monitor asupan cairan,
Penggantian Karbohidrat)
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian insulin, Jika perlu
2) Kolaborasi pemberian cairan IV, jika perlu
60
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian dekstrose, jika perlu
2) Kolaborasi pemberian glukosa, jika perlu
64
b. Perawatan luka (I.14564)
Observasi
1) Monitor karakteristik luka (mis, drainase, warna,
ukuran, bau)
2) Monitor tanda- tanda infeksi
Terapeutik
1) Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
2) Bersihkan dengan cairan NaCl atau pemersih
nontoksik, sesuai kebutuhan
3) Bersihkan jaringan nekrotik
4) Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika perlu
5) Pasang balutan sesuai jenis luka
6) Pertahankan teknik steril saat perawatan luka
7) Ganti balutan sesuai dengan eksudat dan drainase
Edukasi
1) Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2) Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori
dan protein
3) Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri
Kolaborasi
1) Kolaborasi prosedur debridement, jika perlu
2) Kolaborasi pemberian antibiotic, jika perlu
66
Teraupetik
1. Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
2. Cukur rambut di sekitasr area luka, jika perlu
3. Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih
nontoksik
4. Bersihkan jarigan nekrotik
5. Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi
6. Pasang balutan sesuai jenis luka
7. Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan
luka
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan
protein
3. Ajarkan prosedur perawatan luka secara manndiri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian antibiotik
6 Evaluasi Keperawatan Mengevaluasi kriteria hasil setelah dilakukan tindakan
keperawatan dan menganalisa perkembangan diagnose yang
telah ditetapkan
7 Penelaah Kritis Mahasiswa Ners STIKes Maluku Husada Angkatan IX
8 Kepustakaan Nuraraif A H & Kusuma H (2015). Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis dan Nanda
Nic Noc. Jilid 1. Jogjakarta : Mediaction
PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Indikator Diagnostik Edisi 1. Jakarta : DPP
PPNI
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Tindakan Keperawatan Edisi 1. Jakarta :
DPP PPNI
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatab Indonesia :
Definisi dan kriteria hasil keperawatan Edisi 1. Jakarta :
DPP PPNI
67
3.6 Panduan Asuhan Keperawatan Hipertensi di Ruang KARTIKA
PANDUAN ASUHAN
KEPERAWATAN
RUMKIT TK. II HIPERTENSI Ners Angkatan IX
Prof. dr. J. A. Latumeten STIKes Maluku Husada
Ambon
1 Definisi Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan
tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan
darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali
pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan
cukup istirahat/tenang (Kemenkes.RI, 2015) .(RISKESDAS,
2018).
2 Asessmen 1. Sakit kepala
Keperawatan 2. Lemas, kelelahan
3. Tekanan darah menigkat
4. Sesak nafas
5. Gelisah
6. Epistaki
7. Kesadaran menurun
3 Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri Akut (D. 0077)
2. Intoleransi Aktivitas (D. 0056)
3. Koping tidak efektif (D. 0096)
4. Risiko penurunan Curah Jantung (D. 0011)
68
5 Intervensi 1. Nyeri Akut (D0077)
Keperawatan a. Manajemen Nyeri
Observasi
1) Identifikasi lokasi, durasi, frekuensi, kualitas dan
intensitas nyeri
2) Identifikasi skala nyeri
3) Identifikasi factor yang memperberat dan
memperingan nyeri
4) Monitor efek samping penggunaan analgesic
Terapeutik
1) Gunakan tehnik non farmakolgis mengurangi nyeri
2) Control lingkungan yang memperberat nyeri
3) Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
1) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2) Ajarkan tehnik non farmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri.
Kolaborasi : Pemberian analgetik
b. Pemberian Analgesik
Observasi
1) Identifikasi karkteristik nyeri (pencetus, pereda,
kualitas)
2) Identifikasi riwayat alergi obat
3) Identifikasi kesesuaian jenis analgesic dengan
tingkat keparahan nyeri
4) Monitor tanda – tanda vital sebelum dan sesudah
pemberiaan analgesic
5) Monitor efektifitas analgesic
Terapeutik : Diskusikan analgesic yang disukai
Edukasi : Jelaskan efek terapi dan efeksamping obat
Kolaborasi : Pemberian analgesic sesuai indikasi
73
3.7 Panduan Asuhan Keperawatan Stroke Di Ruang KARTIKA
PANDUAN ASUHAN
KEPERAWATAN
STROKE Ners Angkatan IX
RUMKIT TK. II
Prof. dr. J. A. Latumeten STIKes Maluku Husada
Ambon
1 Definisi Stroke adalah terputusnya aliran darah ke otak, umumnya
akibat pecahnya pembuluh darah ke otak karena
tersumbatnya pembuluh darah ke otak sehingga pasokan
nutrisi dan oksigen ke otak berkurang (WHO, 2014).
2 Asessmen 1. Hipertensi
Keperawatan 2. Gangguan motoric yang berupa hemiparesis, (kelemahan)
3. Hemiplegia (kelumpuhan salah satu sisi tubuh)
4. Gangguan sensorik
5. Gangguan visual
6. Gangguan keseimbangan
7. Nyeri kepala (migran atau vertigo)
8. Mual/ muntah
9. Disatria (kesulitan bicara)
10. Perubahan mendadak status mental
11. Hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih
3 Diagnosa Keperawatan 1. Gangguan Menelan (D. 0063)
2. Defisit nutrisi (D.0019)
3. Gangguan Mobilisasi Fisik (D.0054)
4. Gangguan Komunikasi Verbal (D.0119)
5. Defisit Perawatan Diri (D. 0109)
6. Resiko Perfusi Perifer Tidak Efektif (D.0015)
7. Resiko Jatuh (D. 0143)
74
5 Intervensi 1. Gangguan Menelan (D. 0063)
Keperawatan a. Pencegahan Aspirasi (I.01018)
Observasi
1) Monitor tingkat kesadaran, batuk, muntah dan
kemampuan menelan
2) Monitor status pernafasan
3) Monitor bunyi nafas, terutama setelah makan/minum
4) Periksa residu gaster sebelum memberi asupan oral
5) Periksa kepatenan selang nasogastrik sebelum
memberi asupan oral
Terapeutik
1) Posisikan semi fowler (30-45 derajat)30 menit
sebelum memberi asupan oral
2) Pertahankan posisi semi fowler (30-45 derajat) pada
pasien tidak sadar
3) Pertahankan kepatenan jalan nafas (mis,teknik head
tilt chin lift, jaw thrust, in line)
4) Pertahankan pengembangan balon endotracheal tube
(ETT)
5) Lakukan penghisapan jalan nafas, kija produksi
sekret meningkat
6) Sediakan suction di ruangan
7) Hindari memberi makan melalui selang
gastrointestinal,jika residu banyak
8) Berikan makanan dengan ukuran kecil atau lunak
9) Berikan obat oral dalam bentuk cair
Edukasi
1) Anjurkan makan secara perlahan
2) Ajarkan strategi mencegah aspirasi
3) Ajarkan teknik mengunyah atau menelan, jika perlu
77
3) Hidangkan makanan secara menarik
4) Berikan suplemen jika perlu
5) Berikan pujian pada pasien atau keluarga untuk
peningkatan yang dicapai
Edukasi
1) Jelaskan jenis makanan yang bergizi tinggi, namun
tetap terjangkau
2) Jelaskan peningkatan asupan kalori yang
dibutuhkan
78
Terapeutik
1) Sediakan lingkungan yang teraupetik (suasan,
hangat, rileks, privasi)
2) Dampingi dalam melakukan perawatan sampai
mandiri
3) Fasilitasi untuk menerima ketergantungan
4) Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak mampu
melakukan perawatan diri.
Edukasi
Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten
sesuai kemampuan
b. Pemantauan Neurologis
Observasi
1) Monitor, ukuran, kesimetrisan dan reaktifitas
pupil
2) Monitor tingkat kesadaran (mis, menggunakan
Skala Koma Glasgow)
3) Monitor tingkat orientasi
4) Monitor ingatan terakhir, rentang perhatian,
memori amsa lalu, mood, dan perilaku
5) Monitor tanda-tanda vital
6) Monitor status pernapasan , analisa gas darah,
oksimetri nadi,kedalaman napas, pola napas dan
usaha napas
7) Monitor parameter homodinamika invasive, jika
perlu
8) Monitor ICP
9) Monitor reflex kornea
10) Monitor batuk dan refleks muntah
11) Monitor irama otot, gerakan motor, gaya berjalan
dan propriosepsi
12) Monitor kekuatan pegangan
13) Monitor adanya tremor
14) Monitor kesemetrisan wajah
15) Monitor gangguan visual
82
16) Monitor keluhan sakit kepala
17) Monitor karakteristik bicara
18) Monitor parastesi
Teraupetik
1) Tingkatkan frekuensi pemantauan neurologis
2) Hindari aktifitas yang dapat meningkatkan
tekanan intracranial
3) Atur interval waktu pemantaun sesuai dengan
kondisi pasien
4) Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
1) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantuan
2) Informasikan hasil pemantuan, jika perlu.
83
Edukasi
1) Anjurkan memggil perawat jika membutuhkan
bantuan untuk berpindah
2) Anjurkan menggunakan alas kaki yang tidak licin
3) Anjurkan berkonsentrasi untuk menjaga
keseimbangan tubuh
4) Ajarkan cara mengguanak bel pemanggil untuk
memanggil perawat
85
3.8 Panduan Asuhan Keperawatan Congestive Heart Failur (CHF) di Ruang KARTIKA
PANDUAN ASUHAN
KEPERAWATAN
CONGESTIVE Ners Angkatan IX
RUMKIT TK. II
HEART FAILUR STIKes Maluku Husada
Prof. dr. J. A. Latumeten
(CHF)
Ambon
1 Definisi Congestive heart failur (CHF) atau gagal jantung kongestif
adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah
dalam jumlah cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan
terhadap oksigen dan nutrisi dikarenakan adanya kelainan
fungsi jantung yang berakibat jantung gagal memompa darah
untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan.
2 Asessmen 1. Hipertensi
Keperawatan 2. Diabetes melitus
3. CAD
4. Kelaianan katup
5. Peradangan otot jantung
3 Diagnosa Keperawatan 1. Penurunan curah jantung (D.0008)
2. Gangguan pertukaran gas (D.0003
3. Pola nafas tidak efektif (D.0005)
4. Nyeri akut (D.0077)
5. Intoleransi aktivitas (D.0056)
6. Ansietas (D.0080)
89
2. Gangguan pertukaran gas (D.0003)
a. Pemantauan respirasi (I.01014)
Observasi
1) Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya
nafas
2) Monitor pola nafas
3) Monitor produksi sputum
4) Monitor kemampuan batuk efektif
5) Monitor saturasi oksigen
6) Monitor nilai AGD
b. Terapi oksigen (I.01026)
Observasi
1) Monitor kecepatan aliran oksigen secara periodik
2) Monitor posisi alat terapi oksigen
3) Monitor efektifitas terapi oksigen
4) Monitor tanda-tanda hipo ventilasi
Teraupetik
1) Bersihkan sekret dalam mulut, hidung dan trakea
jika perlu
2) Pertahankan kepatenan jalan nafas
Kolaborasi
1) Kolaborasi penentuan dosis oksigen
90
Edukasi
1) Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
1) Kolabaorasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu.
91
5. Intoleransi Aktivitas (D.0056)
a. Manajemen Energi
Observasi
1) Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
mengakibatkan kelelahan
2) Monitor kelelahan fisik dan emosional
3) Monitor pola dan jam tidur
4) Monitor lokasi daan ketidaknyamanan selama
aktivitas
Terapeutik
1) Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
stimulus
2) akukan latihan rentang gerak aktif dan atau pasif
3) Berikan aktifitas distraksi yang menyenangkan
4) asilitasi duduk disisi tempat tidur jika tidak
dapat berjalan atau pindah
Edukasi
1) Anjurkan tirah baring
2) Anjurkan aktivitas secara bertahap
3) Ajarkan strategi koping mengurangi kelelahan
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk cara
meningkatkan asupan makanan
6. Ansietas (D.0080)
a. Reduksi ansietas (I.09134) tindakan:
Observasi
1) Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
2) Monitor tanda-tanda ansietas
Teraupetik
1) Ciptakan suasana terapeutik untuk
menumbuhkan kepercayaan
2) Pahami situasi yang membuat ansietas,
dengarkan dengan penuh perhatian
3) Gunakan pendekatan yang tenag dan
menyakinkan
4) Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu
kecemasan
Edukasi
1) Jelaskan prosedur termasuk sensasi yang sedang
dialami
2) Informasikan secara factual mengenai diagnosis
pengobatan
3) Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien
93
94
6 Evaluasi Keperawatan Mengevaluasi respon subjektif dan objektif setelah
dilaksanakan intervensi
7 Penelaah Kritis Mahasiswa Ners STIKes Maluku Husada Angkatan IX
8 Kepustakaan Komisi Akreditas Rumah Sakit (2019), Standar Nasional
Akreditasi Rumah Sakit.Ed.1.1.Jakarta : KARS
Panduan Praktek Klinis (PPK) Penyakit Jantung Dan
Pembuluh Darah RSUP HAM, 2015.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia / PPNI (2017),
Stanadar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi
Dan Indikator Diagnostik, edisi 1, cetakan 3, Jakarta :
DPP PPNI.
95
3.9 Panduan Asuhan Keperawatan General Weaknes di Ruang KARTIKA
PANDUAN ASUHAN
KEPERAWATAN
GENERAL Ners Angkatan IX
RUMKIT TK. II
WEAKNESS STIKes Maluku Husada
Prof. dr. J. A. Latumeten
Ambon
1 Definisi General weakness adalah kelemahan yang merupakan suatu
keluhan yang paling sering di utarakan oleh pasien.
Kelemahan adalah penurunan fungsi normal dari satu atau
lebih otot manusia, tingkat tenaga yang rendah dan perasaan
mudah letih setelah melakukan aktivitas (Harison, 2019).
2 Asessmen 1. Penurunan kesadaran
Keperawatan 2. Infeksi
3. Penurunan intake makanan
4. kelemahan
3 Diagnosa Keperawatan 1. Intoleransi Aktivitas (D. 0056
2. Penurunan curah jantung (D.0008)
3. Ansietas (D.0080)
96
3. Tingkat ansietas (L.0903)
Pasien menunjukan tingkat ansietas menurun dengan
kriteria hasil :
a. Verbalisasi kebingungan menurun
b. Perilaku gelisah menurun
c. Perilaku tegang menurun
d. Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi
menurun
e. Konsentrasi membaik
f. Pola tidur membaik
10
0
3.10 Panduan Asuhan Keperawatan Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) di Ruang
KARTIKA
PANDUAN ASUHAN
KEPERAWATAN
GASTROESOPHAGEAL Ners Angkatan IX
RUMKIT TK. II
REFLUX DISEASE STIKes Maluku Husada
Prof. dr. J. A. Latumeten
(GERD)
Ambon
1 Definisi Gastroesophageal Reflux Disease (GRD) adalah kondisi refluk
isi lambung ke dalam esophagus, menyebabkan gejala dan
kerusakan jaringan esophagus berupa esophagitis. GERD terjadi
ketika asam lambung naik kembali ke kerongkongan yang dapat
mengiritasi lapisan esophagus.
2 Asessmen 1. Mual
Keperawatan 2. Kesulitan menelan
3. Sakit tenggorokan
4. Batuk kronis
5. regurgitasi
3 Diagnosa Keperawatan 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0001)
2. Defisit nutrisi (D.0019)
3. Nyeri akut (D.0077)
4. Gangguan menelan (D. 0063)
5. Ansietas (D.0080)
10
1
4 Luaran Keperawatan 1. Bersihan Jalan Nafas Meningkat (L.01001)
Pasien menunjukan bersiahan jalan nafas meningkat dengan
kriteria hasil :
a. Batuk efektif meningkat
b. Produksi sputum menurun
c. Mengi menurun
d. Wheezing menurun
e. Dispnea menurun
f. Ortopnea menurun
g. Sianosis menurun
h. Gelisah menurun
i. Frekuensi napas membaik
j. Pola napas membaik
2. Status Nutrisi Membaik (L.03030)
Pasien menunjukan status nutrisi membaik dengan kriteria
hasil :
a. Porsi makan yang dihabiskan meningkat
b. Perasaan cepat kenyang menurun
c. Nyeri abdomen menurun
d. Berat badan membaik
e. IMT membaik
f. Nafsu makan membaik
g. Bising usus membaik
h. Membran mukosa membaik
3. Tingkat Nyeri Menurun (L.08066)
Pasien menunjukan nyeri menurun dengan kriteria hasil :
a. Kemampuan menuntaskan aktivitas meningkat
b. Keluhan nyeri menurun
c. Meringis menurun
d. Gelisah menurun
e. Kesulitan tidur menurun
f. Frekuensi nadi membaik
g. Pola nafas membaik
h. Tekanan darah membaik
i. Nafsu makan membaik
j. Pola tidur membaik.
4. Status Menelan Membaik (L. 06053)
5. Tingkat ansietas (L.0903)
Pasien menunjukan tingkat ansietas menurun dengan kriteria
hasil :
g. Verbalisasi kebingungan menurun
h. Perilaku gelisah menurun
10
2
i. Perilaku tegang menurun
j. Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi
menurun
k. Konsentrasi membaik
l. Pola tidur membaik
10
4
4. Gangguan menelan (D. 0063)
a.Pencegahan Aspirasi (I.01018)
Observasi
1) Monitor tingkat kesadaran, batuk, muntah dan
kemampuan menelan
2) Monitor status pernafasan
3) Monitor bunyi nafas, terutama setelah makan/minum
4) Periksa residu gaster sebelum memberi asupan oral
5) Periksa kepatenan selang nasogastrik sebelum memberi
asupan oral
Terapeutik
1) Posisikan semi fowler (30-45 derajat)30 menit sebelum
memberi asupan oral
2) Pertahankan posisi semi fowler (30-45 derajat) pada
pasien tidak sadar
3) Pertahankan kepatenan jalan nafas (mis,teknik head tilt
chin lift, jaw thrust, in line)
4) Pertahankan pengembangan balon endotracheal tube
(ETT)
5) Lakukan penghisapan jalan nafas, kija produksi sekret
meningkat
6) Sediakan suction di ruangan
7) Hindari memberi makan melalui selang
gastrointestinal,jika residu banyak
8) Berikan makanan dengan ukuran kecil atau lunak
9) Berikan obat oral dalam bentuk cair
Edukasi
1) Anjurkan makan secara perlahan
2) Ajarkan strategi mencegah aspirasi
3) Ajarkan teknik mengunyah atau menelan, jika perlu
5. Ansietas (D.0080)
b. Reduksi ansietas (I.09134) tindakan:
Observasi
3) Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
4) Monitor tanda-tanda ansietas
Teraupetik
5) Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan
kepercayaan
6) Pahami situasi yang membuat ansietas, dengarkan
dengan penuh perhatian
7) Gunakan pendekatan yang tenag dan menyakinkan
8) Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu
kecemasan
Edukasi
4) Jelaskan prosedur termasuk sensasi yang sedang
dialami
5) Informasikan secara factual mengenai diagnosis
pengobatan
6) Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien
10
6
10
7
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Standar Asuhan Keperawatan (SAK) merupakan suatu standar/acuan bagi perawat
dalam melakukan tindakan keperawatan bagi klien/pasien yang membutuhkan pelayanan
kesehatan. Dalam SAK telah memuat proses keperawatan mulai dari melakukan pengkajian,
menegakkan diagnosa keperawatan, menentukan luaran keperawatan serta menyusun rencana
tindakan keperawatan sampai proses evaluasi dengan menggunakan SDKI, SLKI dan SIKI
dari DPP-PPNI sebagai dasar dalam melakukan proses keperawatan yang biasanya disebut
denga Panduan Asuhan Keperawatan (PAK).
Pelayanan yang bermutu tentunya berasal dari tindakan keperawatan yang terstruktur
dan terperinci dimana proses tindakan tersebut telah dimuat dalam suatu standar asuhan
keperawatan yang telah ditetapkan dalam suatu ruangan atau instansi.
Dengan demikian Standar Asuhan Keperawatan yang didalamnya terdapat Panduan
Asuhan Keperawatan sangat penting dalam menentukan setiap langkah bagi seorang perawat
dalam menerapkan asuhan keperawatan yang profesional dan dapat dipertanggungjawabkan
pada pasien seusai dengan kasus dan kebutuhan pasien.
Contohnya dalam kasus yang banyak terjadi yaitu Dyspepsia yang banyak
menyebabkan nyeri uluhati. Pada kasus ini banyak masalah yang ditemukan sehingga
diagnosa keperawatan yang paling sering ditegakkan oleh perawat adalah defisit nutrisi.
Selain itu, resiko ketidakseimabangan nutris juga sering ditegakkan oleh perawat, dalam
menangani hal ini sering dilakukan tindakan aseptis contohnya monitor kadar albumin,
monitor intake output cairan dan mengidentifikasi tanda-tanda hypervolemia. PAK dari
masalah tersebut pastinya telah dimuat dalam SAK sebagai acuan bagi perawat dalam
melakukan tindakan keperawatan.
4.2 SARAN
Dengan tersusunya Standar Asuhan Keperawatan (SAK) dan Panduan Asuhan
Keperawatan (PAK) yang telah dibuat, disarankan bagi perawat untuk melakukan tindakan
keperawatan sesuai dengan panduan dan prosedur yang telah disusun sebagaimana mestinya
berdasarkan SDKI, SLKI dan SIKI. Perlu juga dilakukan pengembangan SAK dan PAK ini
dengan menambah panduan dan proseur dari kasus-kasus yang sering dijumpai di ruangan
sehingga tidak terbatas hanya dengan delapan kasus yang telah dibahas dalam SAK dan PAK
ini.
10
8
DAFTAR PUSTAKA
Fitria, N. (2022). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Dispepsia Pada Pasien Rawat
Jalan Di Klinik Pratama Aisyiyah Teladan Satu Kota Medan Tahun 2022. Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara Medan.
Karo, D. B. (2020). Asuhan Keperawatan Pada An. D Dengan Gangguan Sistem Pernafasan :
Ispa (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) Di Puskesmas Rambung Dalam Kecamatan Binjai
Selatan Kota Binjai Tahun 2020. Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan.
Kim, H., Dykes, P. C., Thomas, D., Winfield, L. A., & Rocha, R. A. (2011). A Closer Look At
Nursing Documentation On Paper Forms : Preparation For Computerizing A Nursing
Documentation System. Computers in Biology and Medicine, 41(4), 182–189.
https://doi.org/10.1016/j.compbiomed.2010.08.006
Maharini, Y. P. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Klien Gastroenteritis Akut Dengan Masalah
Kekurangan Volume Cairan Di Ruang Anggrek Rumah Sakit Umum Daerah Bangil
Pasuruan. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang.
Nursalam. (2017). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional
(3rd ed.). Salemba Medika.
Purba, M. A. (2020). Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Dan Proses Keperawatan.
Santoso, D., Cahyani, E. D., & Murniati. (2022). Asuhan Keperawatan Hipertermia Pada An. S
Dengan Febris Di Ruang Firdaus RSI Banjarnegara. Jurnal Inovasi Penelitian, 3(7).
Saputra, Y. E. (2017). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Cedera Kepala Di Ruang HCU
Bedah RSUP dr. M. Djamil Padang. Poltekkes Kemenkes Padang.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (Edisi 1 Ce).
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (Edisi 1 Ce).
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (Edisi 1 Ce).
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tunny, H., & Wabula, L. R. (2023). Sosialisasi Pengenalan SDKI, SLKI dan SIKI Sebagai
Standar Penerapan Asuhan Keperawatan Pada Perawat di RUMKIT Tk.II Prof Dr. J.A.
Latumeten Ambon. Jurnal Abdi Masyarakat Indonesi (JAMSI), 3(2), 433–438.
Panduan Praktek Klinis (PPK) Penyakit Jantung Dan Pembuluh Darah RSUP HAM, 2015.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia / PPNI (2017), Stanadar Diagnosis Keperawatan Indonesia :
Definisi Dan Indikator Diagnostik, edisi 1, cetakan 3, Jakarta : DPP PPNI.