Anda di halaman 1dari 68

PRAKTEK KERJA LAPANGAN

DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT Dr. SITANALA


TANGERANG

Disusun Oleh :
1. Dina Oktavia (P05150120013 )
2. Endria Fitri Ramadhani (P05150120016)
3. Indah Ayu Permata Sari (P05150120021)
4. Rahmat Mario Roland (P05150120035)
5. Rika Hadiputra (P05150120089)
6. Sonya Avika Ruwayda (P05150120094)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BENGKULU
PRODI DIII TEKNOLOGI LABORATURIUM MEDIS
2023
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN LABORATORIUM (PKL)


RUMAH SAKIT UMUM PUSAT Dr Sitanala

Laporan ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat memperoleh


gelar DIII Ahli Madya Kesehatan (Teknologi Laboratorium Medis)
Poltekkes Kemenkes Bengkulu

Mengetahui

Kepala Ruangan Laboratorium Pembimbing PKL


RS SITANALA

Andri Astuti., AM.AK Putri Widella Welkriana., S.Si.M.Sc


NIP. 197205121995022001 NIP. 198701092012122001

Kajur Kaprodi

Sahidan,S.Sos,M.Kes Jon Farizal, M.Si.Med


NIP. 196510021984121001 NIP.

ii
ABSTRAK

Berdasarkan undang-undang kesehatan nomor 36 tahun 2009, setiap orang

memiliki hak atas kesehatan. Dalam upaya meningkatkan kualitas proses belajar

mengajar bagi mahasiswa jurusan D3 Analis Kesehatan Poltekkes kemenkes Kota

Bengkulu maka perlu diberikan keterampilan yang dapat dipraktekkan secara utuh

dilapangan. Dengan melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Rumah Sakit

Sitanala Tangerang diharapkan mahasisa/i dapat memahami dan mampu

melakukan proses pra analitik, analitik, pasca analitik, serta mempelajari

administrasi sampel, reagen, laporan hasil, dan proses penanganan limbah.

Kegiatan yang telah didapat selama PKL adalah mengetahui kegiatan yang ada di

laboratorium. Melakukan sampling dan pemeriksaan dengan benar, berkomunikasi

dengan pasien secara baik, bekerjasama antar analis laboratorium dengan baik dan

menambah wawasan tentang kegiatan yang dilakukan di dalam laboratorium.

Ketercapaian target mahasiswa pada PKL ini sudah tercapai sesuai target.

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat

dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini. Laporan Praktek

Kerja Lapangan ini disusun untuk memenuhi tugas Praktek Kerja Lapangan.

Selama penyusunan Laporan Praktek Kerja Lapangan ini banyak yang telah
membantu, memberi petunjuk, dukungan dan bantuan sehingga Laporan Praktek
Kerja Lapangan ini dapat diselesaikan. Dalam penyelesaian Laporan Praktek Kerja
Lapangan ini kami banyak mendapat bantuan baik materil maupun moril dari
berbagai pihak, untuk itu kami mengucapkan terimakasih kepada :

1. Eliana, SKM, MPH selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Bengkulu.


2. Sahidan, S.Sos, M.Kes, selaku Ketua Prodi D III Analis Kesehatan Poltekkes
Kemenkes Bengkulu.
3. dr. Santy Pujianto, Sp. PK pembimbing lahan Instalasi laboratorium Rumah
Sakit Sitanala Tangerang
4. Putri Widella Welkriana., S.Si., M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah
memberi bimbingan, semangat, serta nasihat dalam penulisan Laporan
Praktek Kerja Lapangan ini hingga selesai.
5. Andri Astuti AM.AK selaku pendamping kami saat PKL di Rumah Sakit
Sitanala Tangerang.
6. Seluruh dosen pengajar analis kesehatan yang telah memberikan ilmu yang
bermanfaat bagi kami.
7. Pimpinan, staff dan karyawan Rumah Sakit Dr Sitanala Tangerang yang telah
memberikan ilmu dan pembelajaran selama kami Praktek Kerja Lapangan.
Kami menyadari bahwa Laporan Praktek Kerja Lapangan ini jauh
dari kata sempurna dan memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu kritik
dan saran yang membangun sangat kami harapkan agar dapat lebih baik lagi

iv
ke depannya. Kami berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi rekan-
rekan mahasiswa/mahasiswi dan bagi kita semua.

Tangerang, April 2023

Penulis

v
DAFTAR ISI

ABSTRAK ..................................................................................................................................... iii


KATA PENGANTAR ................................................................................................................... iv
DAFTAR ISI.................................................................................................................................. vi
BAB I .............................................................................................................................................. 7
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 7
A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 7
B. Tujuan .................................................................................................................................. 8
C. Tempat dan Waktu Pelaksanaan .......................................................................................... 8
BAB II............................................................................................................................................. 9
ISI.................................................................................................................................................... 9
A. Profil Rumah sakit ............................................................................................................... 9
B. Struktur Laboratorium ....................................................................................................... 10
C. Fasilitas pelayanan laboratorium ....................................................................................... 11
D. Kegiatan Laboratorium ...................................................................................................... 11
BAB III ......................................................................................................................................... 12
PELAKSANAAN KEGIATAN ................................................................................................... 12
A. Administrasi ....................................................................................................................... 12
B. Pengumpulan sampel ......................................................................................................... 13
C. Penyimpanan sampel dan reagen ....................................................................................... 17
D. Pemeriksaan ....................................................................................................................... 18
1. Laboratorium Patologi Klinik dan Bank Darah ................................................................. 18
2. Laboratorium Patologi Anatomi ........................................................................................ 47
3. Laboratorium Mikrobiologi ............................................................................................... 52
BAB IV ......................................................................................................................................... 66
PENUTUP..................................................................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 68

vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 340/MENKES/PER/III/2010


menyatakan bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan, dan gawat darurat. Salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang diselenggarakan
di Rumah Sakit adalah pelayanan Laboratorium Kesehatan (Menkes RI, 2010).
Keputusan Menteri Kesehatan No.943/Menkes/SK/VII/2002 menyatakan bahwa
laboratorium kesehatan adalah sarana kesehatan yang melaksanakan pengukuran, penetapan
dan pengujian terhadap bahan yang berasal dari manusia atau bahan bukan berasal dari
manusia untuk penentuan jenis penyakit, penyebab penyakit, kondisi kesehatan atau faktor
yang dapat berpengaruh pada kesehatan perorangan dan kesehatan masyarakat (Khanapi,
2003).
Laboratorium klinik adalah laboratorium kesehatan yang melaksanakan pelayanan
pemeriksaan di bidang hematologi, kimia klinik, mikrobiologi klinik, parasitologi klinik,
imunologi klinik atau bidang lain yang berkaitan dengan kepentingan kesehatan perorangan
terutama untuk menunjang upaya diagnosis penyakit, penyembuhan penyakit dan pemulihan
Kesehatan (Kemenkes RI, n.d.).
Ahli Teknologi Laboratorium Medik (ATLM) adalah nama yang digunakan bagi
seseorang yang berprofesi di laboratorium medik. Menurut KEPMENKES RI NOMOR
370/MENKES/SK/III/200, Analis Kesehatan atau disebut juga Ahli Teknologi Laboratorium
Kesehatan adalah tenaga kesehatan dan ilmuan berketerampilan tinggi yang melaksanakan
dan mengevaluasi prosedur laboratorium dengan memanfaatkan berbagai sumber daya.
Sarana kesehatan ini berbentuk Laboratorium Kesehatan seperti Laboratorium Patologi Klinik
yang memeriksa sampel berupa cairan-cairan tubuh manusia seperti darah, sputum, feces,
urine, liquor cerebro spinalis (cairan otak), dan lain-lain untuk mendapatkan data atau hasil

7
sebagai penegakan diagnosa terhadap suatu penyakit. Cakupannya juga luas meliputi
pemeriksaan Mikrobiologi (bakteri), Parasitologi (fungi, protozoa, cacing), Hematologi (sel-
sel darah serta plasma), Imunologi (antigen, antibodi), Kimia klinik (hormon, enzim, glukosa,
lipid, protein, elektrolit, dll) (Kemenkes RI, 2020).
Dalam upaya meningkatkan keterampilan, wawasan, pengetahuan, dan kemampuan
bekerja sama dengan profesi kesehatan lainnya di rumah sakit, maka Poltekkes Kemenkes
Bengkulu menyelenggarakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) bagi mahasiswa Program Studi
DIII Analis Kesehatan yang bekerja sama dengan Rumah Sakit Sitanala Tangerang. Praktek
Kerja Lapangan (PKL) ini akan menambah kemampuan untuk mengamati, mengkaji serta
menilai antara teori dengan kenyataan yang terjadi di lapangan yang pada akhirnya dapat
meningkatkan kualitas managerial mahasiswa dalam mengamati permasalahan dan persoalan,
baik dalam bentuk aplikasi teori maupun kenyataan yang sebenarnya, (Depkes RI, 2004).

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Melatih keterampilan dan kedisiplinan mahasiswa dalam menjalankan tugas dan
kewajibannya sebagai Tenaga Medis di dalam Laboratorium Klinik.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa saat bekerja di lapangan.
b. Mengembangkan wawasan pengetahuan mahasiswa dalam IPTEK laboratorium
kesehatan.
c. Memberikan pengalaman belajar kepada mahasiswa dalam merencanakan,
mempersiapkan pengambilan sampel/spesimen dan mengadakan pemeriksaan.
d. Melatih pengembangan kerjasama dengan tenaga kesehatan lainnya
e. Tercapainya peningkatan kemampuan dan keterampilan dalam melakukan
pemeriksaan laboratorium.

C. Tempat dan Waktu Pelaksanaan


Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan di Instalasi Laboratorium
Klinik Rumah Sakit Sitanala Tangerang pada tanggal 06 Februari – 13 April 2023.

8
BAB II

ISI

A. Profil Rumah sakit

RSUP dr. Sitanala merupakan salah satu rumah sakit milik Kementerian Kesehatan

yang sudah berbadan hukum BLU. Berdasarkan izin Operasional RSUP dr. Sitanala

Tangerang dari Pemerintah Kota Tangerang Propinsi Banten nomor 445/KMT-

173/BID.PEMKES/2019, tanggal 07 November 2019. RSUP.dr.Sitanala berada

ditengah Kota Tangerang, berjarak kurang lebih 14,1 KM dari bandar udara

Internasional Soekarno Hatta. Memiliki luas lahan 52 hektar dan luas banguanan ± 10

hektar. Memiliki 200 tempat tidur dengan Jumlah SDM yang terdiri dari staf klinis

(dokter,dokter gigi,perawat dan tenaga kesehatan lainnya) dan staf non klinis (staf

administrasi dan keuangan).

VISI:
“Menjadi RSUP Terpercaya Dalam Pelayanan Kesehatan Komprehensif dan
Berstandar Nasional.
MISI:
1. Menyelenggarakan pelayanan Prima, responsif dan berorientasi pada keselamatan
pasien
2. Meningkatkan Penggunaan Sistem Teknologi Informasi, IPTEK Kedokteran dan
kesehatan secara Berkesinambungan
3. Melaksanakan pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat
4. Mewujudkan RS yang nyaman, aman dan ramah lingkungan (green hospital)
5. Mewujudkan tata kelola rumah sakit yang visioner, transparan dan akuntabel
MOTO:
“Melayani dengan Ramah, Sabar dan Kasih Sayang

9
B. Struktur Laboratorium

10
C. Fasilitas pelayanan laboratorium
1. Laboratorium Patologi Klinik dan Bank Darah
2. Laboratorium Patologi Anatomi.
3. Laboratorium Mikrobiologi.

D. Kegiatan Laboratorium
Kegiatan laboratorium yang dilakukan di Rumah Sakit Sitanala Tangerang antara lain:
1. Melakukan tugas administrasi (pemeriksaan dan pelayanan laboratorium).
2. Melakukan pengambilan sampel / sampling untuk pemeriksaan laboratorium.
3. Melakukan pengolahan dan pengiriman sampel pada setiap bidang pemeriksaan.
Melakukan pemeriksaan dibidang Hematologi, Kimia darah, Imunologi Imunoserologi,
Mikrobiologi, Urinalisis, Patologi Anatomi, dan Bank Darah
4. Mengeluarkan dan Konfirmasi hasil.

11
BAB III

PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Administrasi

Proses administrasi di Laboratorium RS Sitanala menggunakan aplikasi digital

berbasis online berupa SIMRS dan HCLAB. Hal ini dapat meminimalisir terjadinya

kesalahan saat tahap pra-analitik dan pasca analitik.

Alur administrasi laboratorium

Rawat jalan Formulir

SIMRS (order)

HCLab (sampel
Check-in)

Sampel
Rawat Inap
Dikerjakan

HCLab (input hasil


dan authorise)

Hasil dikeluarkan

Alur administrasi laboratorium secara garis besar terbagi menjadi dua yaitu

rawat jalan dan rawat inap. Untuk pasien rawat jalan biasanya membawa formulir

pemeriksaan yang kemudian akan diorder melalui aplikasi SIMRS oleh petugas

administrasi laboratorium. Untuk pasien rawat inap orderan akan dimasukkan oleh

perawat ruangan masing-masing, semua orderan otomatis akan terhubung ke HCLAB

yang kemudian akan dilakukan pengumpulan sampel dan pemeriksaan.

12
B. Pengumpulan sampel
1. Sampel darah

a. Ambil darah dengan jumlah volume sesuai dengan jenis. Dilakukan hand

hygine sebelum melakukan tindakan terhadap pasien

b. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan seperti tournequet, plaster, kasa

kering, jarum vacutainer / wing needle / spuit, tabung vacutainer sesuai jenis

pemeriksaan pada FPPL (Formulir Permintaan Pemeriksaan Laboratorium).

c. Mengkonfirmasikan dan mencocokan identitas pasien seperti nama lengkap,

tanggal lahir dan nomor RM pada gelang pasien jika pasien dalam keadaan

tidak sadar.

d. Jika pasien tersebut sadar bisa mengkonfirmasikan secara langsung dengan

bertanya kepada pasien seperti nama, tanggal lahir dan tetap mencocokan

identitas pada gelang pasien.

e. Divertifikasi keadaan pasien, misalnya puasa atau konsumsi obat

f. Diberi catatan atau konfirmasi ke perawat apabila pasien tidak puasa

g. Diluruskan tangan pasien, dipilih lengan yang banyak melakukan aktifitas

h. Dipasang pembendung (tourniquet) ± 10 cm di atas lipat siku, kemudian minta

agar tangan pasien dikepal

i. Dipilih bagian median cubital atau chepalic. Dilakukan perabaan (palpalasi)

untuk memastikan posisi vena

13
j. Dilakukan disinfeksi tempat pengambilan, menggunakan kapas alkohol 70%

dengan cara sirkuler dari arah dalam keluar

k. Ditusuk darah di vena yang bersangkutan dengan arah lubang jarum menghadap

ke atas dengan sudut 20-30o sampai terlihat darah mengalir di indikator jarum

(flash)

l. Jika menggunakan vacutainer / wing needle. pasang tabung vacutainer / wing

needle pada holder sampai darah berhenti sendiri di tabung langsung pasang

tabung vacutainer berikutnya sesuai jenis pemeriksaan pada FPPL (Formulir

Permintaan Pemeriksaan Laboratorium), kemudian ditarik jarum secara

perlahan setelah semua volume darah diambil sudah tercukupi. Tekan tempat

penusukan menggunakan kasa kering selama 10-20 detik sambil meminta

pasien mengangkat lengan bawahnya dalam posisi lurus.

m. Bila menggunakan spuit, pemeriksaan, ditarik jarum secara perlahan setelah

semua volume darah diambil sudah tercukupi. Tekan tempat penusukan

menggunakan kasa kering selama 10-20 detik sambil meminta pasien

mengangkat lengan bawahnya dalam posisi lurus pindahkan darah dari spuit

dengan cara buka spuit, buka tutup tabung vacutainer dan alirkan darah melalui

dinding tabung hingga terpenuhi persyaratan volume darah sesuai kebutuhan

pemeriksaan. Tutup tabung vacutainer dengan benar.

n. Ditempelkan barcode sesuai formulir yang sudah dicetak pada tabung

vacutainer

o. Kemudian tempelkan plaster pada tempat penusukan

14
p. Diucapkan terima kasih dan informasikan waktu selesai pemeriksaan.

2. Sampel sputum

a. Sebelum pengambilan sampel pasien diminta untuk berkumur dengan air.

b. Pasien berdiri tegak atau duduk tegak.

c. Tarik nafas 2-3 kali.

d. Keluarkan nafas secara bersamaan dengan batuk yang kuat berulang kali

sampai sputum keluar.

e. Sputum yang keluar tampung langsung dalam wadah steril dengan cara

mendekatkan wadah ke mulut.

f. Tutup wadah, kirim ke laboratorium beserta dengan formular permintaan

pemeriksaan yang telah diisi lengkap (nama, tanggal lahir, dan alamat yang

jelas).

3. Sampel urin

a. Wadah penampung urin diberi label yang berisi identitas pasien (nama, tanggal

lahir, MR).

b. Sebelum menampung urin, cucilah tangan dengan sabun lalu kering.

15
c. Aliran urin yang pertama keluar dibuang, aliran urin selanjutnya ditampung

dengan pot urin yang tersedia.

d. Wadah ditutup rapat setelah didapatkan sampel urin yang diinginkan.

e. Sampel diserahkan kepada petugas pelaksana laboratorium.

4. Sampel feses

a. Wadah feses ditempel label identitas pasien (nama, tanggal lahir, jenis kelamin,

dan diserahkan kepada pasien).

b. Pasien diharuskan buang air kecil dahulu sebelum buang air besar karena feses

tidak boleh tercampur dengan urin.

c. Tamping feses langsung ke dalam wadah yang telah disiapkan sedikit saja (+-

5 gram).

d. Kirim wadah yang telah berisi feses tersebut ke laboratorium beserta formulir

permintaan pemeriksaan yang telah diisi lengkap ID pasien, dokter pengirim,

keluhan atau diagnose pasien)

5. Sampel Kerokan KOH

KOH kulit, perhatikan area yang diminta di form pemeriksaan di kerok

menggunakan objek glass, kemudian ditetesi KOH sebanyak 1 tetes. Ditutup

menggunakan objek glass, lalu diamati di mikroskop.

6. Sampel Pemeriksaan PA

a. Administrasi lengkap (identitas pasien, keterangan klinik, cara mendapatkan

bahan, lokasi bahan serta kondisi lesi)

b. Sampel biasanya dikirim dari ruang OK.

16
c. Untuk jaringan, sampel ditempatkan pada wadah sesuai ukuran jaringan.

Kemudian wadah diisi formalin 10% buffer minimal 5 kali volume jaringan

(jaringan harus dimasukkan formalin kurang dari 30 menit). Irisan jaringan

tidak terlalu tebal agalr seluruh bagiannya terpapar formalin, jangan lupa

sertakan identitas pasien. Setelah itu jaringan di fiksasi untuk mempertahankan

bentuk jaringan.

d. Sampel cairan, langsung dibuat apusan pada gelas obyek. Laalu fiksasi dengan

alkohol 98% minimal 30 menit.

C. Penyimpanan sampel dan reagen


1. Penyimpanan sampel darah

a. Untuk tabung EDTA disimpan pada kulkas dengan 2-8oC, sedangkan serum

disimpan pada freezer dengan suhu -20oC. Sebelum sampel disimpan berikan

identitas pasien dan tanggal pemeriksaan saat melakukan penyimpanan.

Sampel dapat bertahan selama 1 bulan.

b. Untuk sampel PA, biasanya jaringan datang dalam keadaan terendam paraffin

sebelum selanjutnya di fiksasi dengan alat processing.

c. Untuk sampel Sputum biasanya di simpan didalam kulkas jika belum

dikerjakan pada saat itu juga.

2. Penyimpanan reagen

Beberapa reagen disimpan di kulkas pada suhu 2-80C. Reagen yang sudah

dibuka dan yang expired dalam waktu dekat di gunakan terlebih dahulu. Untuk

yang disimpan di suhu ruangan, sebaiknya disimpan pada tempat yang tidak

lembab dan mudah dilihat. Untuk bahan B3 disimpan di lemari B3.

17
D. Pemeriksaan
1. Laboratorium Patologi Klinik dan Bank Darah
a. Hematologi

1. Xp-100

Alat hematologi pada laboratorium patologi klinik RSUP Dr. Sitanala

mempunyai 2 alat hematologi otomatis yaitu XP-100 dan XN-1000.

Alat XP-100 digunakan untuk pemeriksaan hematologi rutin, seperti leukosit,

eritrosit, hemaktokrit, hemoglobin, MCH (volume Hb), MCHC (konsentrasi

HB), MCV (Volume sel eritrosit). Alat ini menggunakan whole blood sebagai

sampel.

Penyimpanan Sampel : Sampel darah EDTA penyimpanannya di kulkas

dengan suhu 2-8°C selama 3 hari.

Metode Pemeriksaan : Flow cytometry

Reagen : Cellpack, Stromatolyser WH, Cellclean.

18
Reagen Quality Control : Eight check 1, 2 dan 3.

Cara menghidupkan alat Xp-100 :

a) Hidupkan tombol power, sampai logo Sysmex muncul pada layar

utama.

b) Masukkan identitas operator pada menu “operator”, sesuai dengan

yang bertugas pada saat tersebut, alat siap digunakan

1) Sebelum alat digunakan, alat harus di Quality Control terlebih dahulu.

Klik pilihan “QC” pada tampilan utama Sysmex, kemudian klik lot sesuai

reagen QC, setelahnya masukkan reagen melalui Aspiration Probe. Jika

reagen dengan lot sesuai, maka QC akan masuk dan alat siap digunakan.

2) Analisis sampel

a) Sampel yang digunakan adalah darah EDTA dengan volume minimal

1 ml.

b) Tekan tombol (Sample No.) pada layar untuk memasukkan nomor

identitas sampel dengan cara berikut :

Input identitas sampel dengan menscan barcode atau di masukkan

manual, kemudian tekan tombol (Ent.)

Hemogenisasikan darah yang akan diperiksa dengan baik.

c) Buka tutupnya dan letakkan dibawah Aspiration Probe.

d) Pastikan ujung Probe menyentuh dasar botol sampel darah agar tidak

menghisap udara.

e) Tekan Start Switch untuk memulai proses.

19
f) Setelah terdengar bunyi Beep dua kali, (Running) muncul dilayar, dan

Rinse Cup turun, tabung sampel dapat diambil dengan cara

menurunkan tabung sampel darah dari bawah Probe.

g) Hasil analisis akan tampil pada layar dan secara otomatis tercetak

pada kertas printer.

2. Xn-1000

Pemeriksaan darah lengkap (Full Blood Count) di laboratorium RSUP Dr.

Sitanala menggunakan alat XN-1000. Alat ini bisa untuk pemeriksaan leukosit,

eritrosit, Hgb, Hct, MCV, MCH, MCHC, Platelet, Diffcount.

Sampel : Darah EDTA (Ungu)

Penyimpanan Sampel : Sampel darah EDTA penyimpanannya di kulkas

dengan suhu 2-8°C selama 3 hari.

Metode Pemeriksaan : Flow cytometry

Reagen: Cellpack DCL, WNR FLOROCELL, WDF FLOROCELL, WDF

LYSERCELL, WNR LYSERCELL, SULFOLSER

20
Reagen Quality Control : XN Check 1, 2 dan 3.

Cara Kerja :

a) Pastikan alat sudah di QC terlebih dahulu. Saat akan memeriksa sampel

perhatikan barcode pemeriksaan.

b) Homogenkan sampel dan perhatikan ada tidaknya bekuan. Buka tutup

tabung sampel.

c) Masukkan kedalam rak alat, klik tombol Start, maka alat akan membawa

tabung masuk.

d) Setelah selesai, sampel akan dikeluarkan dengan sendirinya.

e) Hasil pemeriksaan akan tampil di layar.

21
3. Pemeriksaan SADT (Sediaan Apus Darah Tepi)

Alat dan Bahan: Kaca objek, Mikroskop, Darah EDTA, Methanol, Wright

Eosin, Aquabides

Cara Kerja:

Disiapkan 2 buah kaca objek, bersihkan dengan kapas alkohol. Diteteskan

darah pada ujung kaca objek pertama. Dibuat apusan dengan kaca objek

kedua membentuk sudut 30-450, kemudian dikeringkan. (syarat apusan yang

baik adalah 2/3 bagian kaca objek sehingga terbentuk kepala dan ekor).

Sediaan difiksasi dengan methanol absolute, diamkan hingga kering. Setelah

kering, genangi slide dengan Wright Eosin selama 20 menit. Lalu sediaan

disanggah dengan Aquabides selama 10 menit. Setelah itu sediaan dicuci

dengan air mengalir dan dikeringkan.

4. Bank Darah

22
Pelayanan yang dilakukan pada unit ini meliputi permintaan darah dari pasien

untuk tranfusi darah, pemeriksaan golongan darah, crossmatch dan blood typing.

Jenis darah yang dilayani di Bank Darah adalah:

1) Whole Blood (WB), Berisi darah lengkap (RBC, WBC, trombosit, plasma).

2) Packed Red Cell (PRC), Berisi darah merah pekat dengan plasma dan leukosit.

3) Trombocyte Concetrate (TC), Berisi trombosit pekat.

4) Washed Red Cell (WBC), Berisi sel darah merah murni.

Pelayanan di Bank Darah Rumah Sakit dibuka 24 jam dengan 1 orang petugas setiap

shift-nya.

Permintaan darah dilayani dengan ketentuan berikut :

1) Sesuai dengan peraturan UTD PMI Kota Tangerang labu darah yang sudah

diambil tidak dapat dikembalikan ke UTD PMI, untuk itu permintaan darah harus

sangat disesuaikan dengan indikasi.

2) Permintaan darah akan diproses apabila formulir permintaan diisi dengan lengkap.

3) Permintaan darah dari ruangan harus ditanda tangani oleh dokter yang merawat

atau dokter juga.

4) Setiap permintaan darah harus disertai contoh darah dalam tabung EDTA disertai

identitas lengkap pasien.

23
Golongan Darah ABO

Metode: Slide

Cara Kerja:

a. Sampel darah diteteskan pada setiap kolom kartu golongan darah.

b. Selanjutnya, reagen antisera diteteskan pada setiap kolom;

- Antisera A diteteskan pada kolom anti A

- Antisera B diteteskan pada kolom anti B

- Antisera AB diteteskan pada kolom anti AB

- Antisera D diteteskan pada kolom anti Rh

c. Dihomogenkan dan diamati ada atau tidaknya aglutinasi.

Interpretasi Hasil:

- Positif = terjadi aglutinasi

- Negatif = tidak terjadi aglutinasi

24
Golongan Jenis Serum

Darah Anti A Anti B Anti

AB

A + - +

B - + +

O - - -

AB + + +

5. Hemostatis

Alat : Stago

STAGO ST merupakan suatu alat yang digunakan untuk pemeriksaan

hemostasis dan koagulasi darah seperti Protrombine Time, Activated Partial

Thromboplastin Time, INR.

25
Parameter Pemeriksaan :

Protrombine Time, INR dan Activated Partial Thromboplastin Time.

Sampel : Plasma Citrat (Tabung Biru)

Penyimpanan Sampel : Suhu ruang 18-250C

Penyimpanan Reagen : Penyimpanan reagen selama belum dilarutkan reagen

akan tetap stabil sampai masa kadaluarsa sesuai dengan yang tercantum dalam

kotaknya. Setelah dilarutkan reagen 1 tetap stabil selama 8 jam pada suhu 37

°C, 48 jam pada suhu 20±5O °C, 8 hari pada suhu 2- 8 °C. Reagen tidak boleh

dibekukan.

Pemutaran/centrifuge : 3000/15’

Pemeriksaan Protrombine Time

Reagen : Neoplastine (Inkubasi reagen pada suhu ruang).

Cara Kerja :

Meletakkan kuvet bersama steel ball di kolom inkubasi selama 3 menit sebelum

melakukan pemeriksaan. Menekan menu 1 (Test Mode) lalu tekan enter pilih

nomor 1 (PT) masukkan nomor id pasien sesuai dengan banyaknya tes lalu

tekan enter dan layar akan berubah ke layar kerja. Memipet 50ul plasma/kontrol

kedalam kuvet setelah 3 menit lalu tekan tombol timer untuk memulai inkubasi.

26
Alarm akan berbunyi pada saat waktu inkubasi telah mencapai 50 detik yang

menandakan waktu inkubasi sudah hampir selesai. Pindahkan kuvet ke kolom

pengukuran. Memipet reagen neoplastine CI Plus sebanyak 100 ml k dalam

kuvet bersamaan dengan menekan tombol pengukuran (PIP). Menunggu hasil

pengukuran akan muncul pada layar. Mencatat hasil pemeriksaan pada buku

kerja

Pemeriksaan Activated partial thromboplastin time (APTT)

Reagen : Ck Prest dan CaCl2

Cara Kerja :

Meletakkan kuvet bersama steel ball di kolom inkubasi selama 3 menit

sebelum melakukan pemeriksaan. Menekan menu 1 (Test Mode) lalu tekan

enter pilih nomor 2 (APTT) masukkan nomor id pasien sesuai dengan

banyaknya tes lalu tekan enter dan layar akan berubah ke layar kerja. Setelah

3 menit memipet 50ul plasma/kontrol dan 50ul reagen CK Prest kedalam kuvet

lalu tekan tombol timer untuk memulai inkubasi. Alarm akan berbunyi pada

saat waktu inkubasi telah mencapai 170 detik yang menandakan waktu

inkubasi sudah hampir selesai. Pindahkan kuvet ke kolom pengukuran. Pipet

reagen CaCl2 sebanyak 50ul ke dalam kuvet bersamaan dengan menekan

tombol pengukuran (PIP). Tunggu hasil pengukuran akan muncul pada layar,

kemudian mencatat hasil pemeriksaan pada buku kerja.

27
b. Pemeriksaan Kimia Darah

1. AGD (ANALISA GAS DARAH)

AGD digunakan untuk mengukur jumlah oksigen dan karbon dioksida

dalam darah (gangguan asam basa).

Parameter : Status asam basa (pH, HCO3-, dan BE) serta parameter status

oksigenasi (PCO2, PO2,dan SaO2).

Sampel : Darah arteri.

Cara :

1. Check Status Analyzer.

2. Tekan tombol ON/OFF pada Analyzer --> TEST MENU.

3. Tekan Menu --> ADMINISTRATION MENU.

4. Tekan Nomor 1 --> ANALYZER STATUS.

5. Check kapasitas batrey, suhu. Tekan tombol MENU untuk kembali ke TEST

MENU.

6. Run external elektronic simulator Dari TEST MENU tekan Menu -->

ADMINISTRATION MENU.

7. Tekan Nomor 3 --> QUALITY TEST.

28
8. Tekan Nomor 4 --> SIMULATOR.

9. Masukkan atau scan OPERATOR ID.

10. Masukkan atau scan SIMULATOR BARCODE.

11. Masukkan elektronic simulator, tunggu 60 detik.

12. Lihat hasil PASS atau FAIL, jika FAIL ulangi sekali lagi Jika PASS alat siap

digunakan kemudian tekan angka 1 untuk melepaskan electronic simulator .

13. Persiapan pemeriksaan sampel.

14. Dari TEST MENU tekan Nomor 2 --> I STAT CARTRIDGE.

15. Masukkan atau scan OPERATOR ID(untuk hold, tekan panah kiri, pilih no 1,

enter).

16. Masukkan atau scan PATIENT ID (untuk hold, tekan panah kiri, pilih no 1 (yes)

lalu enter).

17. Scan barcode cartridge, Alat siap digunakan.

18. Usahakan menggunakan alat dalam waktu kurang dari 15 menit.

19. Untuk pemeriksaan sampel, ambil sampel darah vena maupun arteri dengan

menggunakan spuit.

20. Homogenisasi sampel selama 5 detik, Buang sampel 2 -3 tetes pada tissue.

21. Masukkan sampel ke dalam cartridge sesuai fll mark.

22. Tutup sample well dengan snap closure.

23. Masukkan cartridge ke cartridge port pada analyzer.

24. Letakkkan analyzer pada permukaan datar.

25. Tunggu hingga hasil pemeriksaan tertera pada display screen.

26. Hasil dicatat di buku AGD. Tekan angka 1 untuk melepaskan cartridge.

29
2. TROPONIN T

Troponin T biasanya digunakan untuk mendeteksi serangan jantung pada

seseorang, sampel yang digunakan yaitu darah utuh lithium atau natrium heparin.

Cara: Hidupkan alat dengan menekan tombol On/Off lebih dari 5 detik kemudian Sentuh

tombol Tes Pasien dan masukkan ID Pasien lalu Masukkan nama operator dan Masukkan

strip test (pastikan sudah ada di suhu ruang, dan tidak mengalami lecet) Geser strip tes

sejauh mungkin dan bunyi bip akan menunjukkan bahwa alat telah mendeteksi strip uji.

Alat akan warming up, setelah itu ikuti instruksi alat, Masukkan 150 uL darah utuh heparin

ke lubang strip, tunggu hasil selesai.

30
3. ELEKTROLIT

Digunakan untuk pemeriksaan elektrolit darah. Parameter: Na, K, Cl

Sampel : Serum

Cara :

Masukkan empat digit angka terakhir pada nomor lab pasien di bagian ID,

kemudian klik ENTER. Setelah itu, klik ANALYZE dan tunggu hingga jarum

elektrolit keluar. Setelah jarum keluar, masukkan tabung berisi sampel ke

dalamnya, posisi tutup tabung terbuka. Pastikan jarum tidak masuk terlalu jauh ke

dasar tabung, agar jarum tidak tersumbat oleh fibrin. Hasil akan di print otomatis

melalui kertas thermal yang ada pada alat.

4. JCA-BM6010/C

Pinsip Pengukuran: Kolorimetri dan Immunotubidimetric

Throughput: 600 tes/jam

Volume Sampel: minimum 1.0 L

Volume Reaksi: minimum 80 L

31
Sensor: Sensor clot detection dan liquid level detection

Host Interface: Bi-directional

Konsumsi Air: 20L/Jam

Parameter kimia rutin

AST, ALT, TRIG, TCHO, GLU, HDL-C, UREA, ALB, D-BIL, TP, T-BIL, UA,

CREA-P, LDL-C.

5. TRX-7010

32
Cheamistry analyzer ini dapat digunakan untuk pemeriksaan kimia darah, dengan

menggunakan prinsip cahaya dan mengukur panjang gelombang. Sampel yang

digunakan biasanya adalah serum.

Throughput: 400 tes/jam

Parameter pemeriksaan kimia :

AST, ALT, TRIG, TCHO, GLU, HDL-C, UREA, ALB, D-BIL, TP, T-BIL, UA,

CREA-P, LDL-C, CRP, SITBC.

c. Urinalisis

1. Kimia urin

Metode : Carik celup

Parameter :

Glukosa normal : negative, Abnormal : +, ++, +++, ++++

Protein normal ; Negatif, Abnormal : +,++,+++,++++

Ketone normal : negatif

Blood normal : negatif

Bilirubin normal : Negatif

Nitrite normal : Negatif

Leukocytes normal : Negatif

Urobilinogen, hanya ditulis normal atau abnormal tapi umumnya normal

Ph normal : 6-8

Specific gravity normal : 1.003-1.030

33
Cara :

Urin dipindahkan kedalam tabung urin kurang lebih 10 ml, lalu celupkan kira-

kira 10 detik reagen strip ke dalam tabung urin sampai tercelup. Reagen strip

segera diangkat, tiriskan pada tissue dengan posisi vertikal. Dibaca reagen stik

dengan membandingkan warnanya dengan warna yang ada pada kemasan botol

secara horizontal. Selain menggunajkan carik celup, urin secara makroskopis juga

dilihat dari warna serta kejernihan.

Warna normal : Kuning,

Kekeruhan : jernih.

2. Mikroskopis

Parameter :

Leukosit : /LPB, Normal : 0-2

Eritrosit : /LPB, Normal : 0-1

Bakteri :+1, +2, +3/LPB, Normal : Negatif

Kristal : +!, +2, +3/LPK, Normal : Kadang-kadang ada

Epitel : /LPK, Normal : +

34
Silinder : /LPK, Normal : Negatif

Parasit : Positif/Negatif, Normal : Negatif

Cara ;

Urin di centrifuge selama 3.000 rpm selama 10 menit. Dibuang supernatant urin

dan diambil endapannya. Teteskan pada objek glass dan tutup dengan cover glass

kemudian diamati di mikroskop perbesaran 40.

3. Narkoba

Metode ; Rapid

Parameter :

Amphetamin, Benzodiazepin, Cocain, Methamphetamine, Morphin, Marijuana

Cara :

Buka kemasan alat uji, lepaskan tutup dari ujung kaset, Celupkan strip pada kaset

uji secara vertikal dalam spesimen urin dengan anak panah menunjuk kea rah

35
spesimen urin. Celupkan setidaknyasampai garis bergelombang pada strip.

Sampel urin jangan sampai menyentuh plastic kaset. Keluarkan kaset setelah 10

detik, letakkan pada permukaan datar. Tunggu hingga muncul garis berwarna.

Baca hasil setelah 3-5 menit, jangan diatas 10 menit karena tidak dapat digunakan

sebagai data.

Interpretasi hasil :

Positif : Garis satudi daerah kontrol (C), tidak muncul garis pada daerah (T).

Negatif : Satu garis merah pada (C) dan (T).

Invalid : Garis kontrol tidak muncul.

4. Kehamilan

Adanya HCG dalam urine dapat digunakan untuk deteksi kehamilan dini.

Pemeriksaan HCG yang dilakukan berdasarkan prinsip immunokromatograi yaitu

adanya HCG berupa timbulnya dua tanda merah satu pada bagian test line (T)

dan satu tanda merah pada kontrol line (C).

36
d. Feaces

1. Lengkap: Tes Darah Samar, Makrokopis, dan Mikroskopis

Parameter Makrokopis:

Warna: Kuning, Coklat (Normal), Hijau Kehitaman, Hitam, Hijau Kecoklatan

(Abnornal)

Konsistensi : Lunak/tidak keras/lembek (Normal), Keras, Lembek, Cair

(Abnormal)

Lendir : (+) Terdapat lendir yang ikut saat pengambilan sampel feses

(-) Tidak terdapat lendir yang ikut saat pengambilan sampel feses

Cara Kerja Tes Darah Samar :

Ambil alat strip tes darah samar yang terdapat didalam kulkas, biarkan disuhu

ruang. Ambil sampel feses menggunakan batang pengaduk, lalu masukkan ke

dalam tube buffer, lalu kocok sampai terhomogenkan. Jika sudah patahkan

ujung tube buffer, lalu teteskan sebanyak 3 tetes ke lubang sampel strip.

Diamkan selama 10 menit, lalu baca (jangan baca lebih/kurang dari 10 menit).

Interpretasi Hasil :

(-) Hanya ada garis di kontrol C

(+) Ada garis di kontrol C dan Kontrol T.

(Invalid) Hanya ada garis di kontrol T atau tidak ada garis sama sekali.

Cara Kerja Mikrokopis :

a. Ambil slide dan deck glass 2 buah

37
b. Ambil 1 tetes Nacl letakkan di salah satu sisi slide, lalu ambil sampel feses

(ambil yang mencurigakan missal ada yang lembek dan berlendir itu yang

diambil) menggunakan tip, kemudian aduk sampe merata, tutup

menggunakan deck galss

c. Ambil reagen eosin, teteskan 1 tetes eosin ke sisi slide yang kosong, lalu

ambil sampel feses menggunakan tip, kemudian aduk sampai merata,

tutup menggunakan deck glass

d. Baca di mikroskop perbesaran 40×

Parameter Mikrokopis :

Leukosit : /LPB, Normal : 0-2

Eritrosit : /LPB, Normal : 0-1

Bakteri :+1, +2, +3/LPB, Normal : Positif

Epitel : /LPK, Normal : +

Silinder : /LPK, Normal : Negatif

Parasit : Positif/Negatif, Normal : Negatif

Amoeba : Normal : Negatif

Telur Cacing : Normal : Negatif

Jamur : Normal : Negatif

Hifa : Normal : Negatif

2. Pemeriksaan Feses Rutin

Pemeriksaan feses rutin sama dengan feses lengkap, hanya saja pemeriksaan feses

rutin tidak menggunakan tes darah samar.

38
e. Imunologi

Prinsip pemeriksaan imunologi adalah mereaksikan antigen dengan antibodi yang sesuai

untuk mendeteksi penyebab penyakit.

1. HIV

Sampel : Serum atau plasma

Metode : Rapid test (Imunokromatografi)

Tujuan : Mendeteksi HIV dalam tubuh

Cara :

Darah di sentrifuge ( tabung merah) dengan kecepatan 3500 rpm selama 10 menit.

Tambahkan 10 uL serum pasien ke lubang tempat sempel pada strip test. Teteskan

4 tetes buffer, baca hasil setelah 15-20 menit.

Interpretasi hasil:

Negatif jika muncul garis satu pada daerah C atau kontrol.

Positif jika muncul dua garis pada C dan T.

Invalid jika tidak mucul garis.

2. HbSAg

Sampel : Serum atau plasma

Metode: Rapid test.

39
Tujuan : Screening awal hepatitis.

Cara :

Pipet serum 50 mikrolot kemudian teteskan pada lubang sampel pada strip, baca

hasil setelah 15-20 menit.

Interpretasi hasil:

Negatif jika muncul garis satu pada daerah C atau kontrol .

Positif jika muncul dua garis pada C dan T.

Invalid jika tidak mucul garis.

3. HCV

Sampel : Plasma atau serum

Metode: Rapid test

Tujuan : Screening awal hepatitis C.

Cara:

Pipet 10 uL serum pasien lalu teteskan di lubang sampel pada strip test.

Tambahkan 3 tetes buffer kedalamnya, kemudian baca hasil setelah 10 menit.

Interpretasi hasil:

Negatif jika muncul garis satu pada daerah C atau kontrol.

Positif jika muncul dua garis pada C dan T.

Invalid jika tidak mucul garis.

4. Tubex

Sampel : Serum

Metode : Semi-Kuantitatif

40
Tujuan : Screening keberadaan Salmonella thypi

Cara :

Pipet 45 uL Brown reagen, masukkan ke well strip, kemudian tambahkan 45 uL

serum pasien, homogenkan. Inkubasi selama 2 menit. Tambahkan 90 uL Blue

reagen, tutp lubang well strip, kocok maju mundur selama 2 menit. Letakkan di

atas skala magnetik. Biarkan separasi magnetic, baca hasil dalam 5 menit.

Interpretasi hasil :

0-2 = tidak menunjukan infeksi tifus aktif.

3 = borderline (tidak bisa disimpulkan).

4-5 = menunjukkan infeksi tifus aktif.

>6 = indikasi kuat infeksi tifus aktif.

5. Widal

Sampel : Serum

Metode : Aglutinasi

Tujuan : Penunjang diagnose demam Thypoid

Cara Kerja :

Centrifuge sampel darah dengan kecepatan 3500 rpm selama 10 menit terlebih

dahulu. Ambil reagen widal yang berisi O, OA, OB, OC, H, HA, HB, HC dan

tempat untuk meletakkan sampel dan reagen. Ambil masing-masing reagen

sebanyak satu tetes letakkan di lingkaran slide. Ambil masing-masing 20 uL

serum, letakkan di bundaran yang sudah di isi reagen. Aduk sampai merata, lalu

letakkan di rotator selama 2 menit, lalu angkat dan langsung baca hasil.

41
Interpretasi Hasil :

(-) Tidak Terjadi aglutinasi.

(+) Terjadi aglutinasi.

Jika (+) lihat tingkat titer nya.

1/80, 1/160, 1/320, 1/640, 1/1280 dan 1/2560.

6. VDRL

Sampel : Serum

Metode : Imnukromatografi dan agkutinasi

Tujuan : Screening dan konfirmasi Sifilis

Cara Kerja Imunokromatografi (Menggunakan Rapid Tes Syphilis)

Centrifuge sampel darah dengan kecepatan 3500 rpm selama 10 menit terlebih

dahulu. Setelah disentrifuge ambil rapid tes, buka bungkus rapid tes, namakan

terlebih dahulu, ambil 10 uLer serum masukkan ke dalam lubang tempat sampel,

tambahkan 3 tetes buffer syphilis kedalam lubang tempat sampel. Baca hasil

selama 10-20 menit.

Interpretasi Hasil :

(-) Hanya terdapat satu garis di kontrol C

(+) Terdapat dua garis di kontrol C dan kontrol T

(Invalid) Terdapat garis di kontrol T dan tidak terdapat garis di kedua kontrol.

Jika positif lanjut ke metode aglutinasi

Cara Kerja Metode Aglutinasi :

Ambil reagen VDRL. Ambil masing-masing 50 uLer salin letakkan ke 5 tempat

bundaran. Lalu ambil 50 uLer serum, letakkan ke bundaran 1 dan 2 aduk sampai

42
merata. Setelah itu, ambil 50 uLer di bundaran 2, letakkan ke bundaran 3, lalu

aduk sampai merata. Setelah itu, ambil 50 uLer di bundaran 3, letakkan ke

bundaran 4, lalu aduk sampai merata. Setelah itu ambil 50 uLer di bundaran 4,

letakkan ke bundaran 5, lalu aduk sampai merata. Setelah itu ambil 50 uLer di

bundaran 5, lalu buang. Teteskan 1 tetes reagen ke masing-masing lingkaran, lalu

aduk sampai merata. Letakkan di rotator selama 8 menit dengan kecepatan

80rpm. Baca hasil langsung ketika sudah 8 menit.

Intreprestasi Hasil :

(-) Terjadi aglutinasi

(+) Tidak terjadi aglutinasi, terdapat titik hitam ditengah

Jika positif terdapat lihat tingkat titer nya :

1/2,1/4,1/8,1/16,1/32.

7. TPHA

Sampel : Serum

Metode : Aglutinasi

Tujuan : Screening bakteri penyebab sifilis

Cara Kerja :

Reagen A TPHA dipipet sebanyak 150 uL, kemudian tambahkan serum sebanyak

20 uL lalu homogenkan. Kemudian pipet reagen B TPHA sebanyak 50 uL

masukkan pada 6 lubang yang ada pada titer. Pipet sebanyak 50 uL sampel yang

sudah dihomogenkan lalu tambahkan pada lubang pertama lalu homogenkan

kembali. Pipet kembali sampel dari lubang pertama tambahkan pada lubang

43
kedua begitupun seterusnya. Pada lubang titer keenam 50 uL sampel di buang.

Tutup titer, inkubasi selama 1 jam lalu baca hasil.

Interpretasi Hasil:

Jika terjadi titik hitam di tengah maka hasilnya positif, jika terjadi aglutinasi maka

hasilnya negative

8. Thypoid (Salmonella Typhii)

Sampel : Serum

Metode : Imunokromatografi

Cara Kerja :

Centrifuge sampel darah terlebih dahulu dengan kecepatan 3500 rpm selama 10

menit. Ambil rapid tes salmonella typhi. Ambil 35 uLer serum, letakkan ke

lubang 1 tunggu sampai sampel naik ke kontrol C. Kemudian teteskan sebanyak

3 tetes buffer ke dalam lubang ke 2, lalu Tarik plastic yang ada dibagian bawah

alat rapid. Baca hasil setelah 15 menit.

Interpretasi Hasil :

(-) Terdapat garis satu di kontrol C

(+) Terdapat dua garis di kontrol C dan kontrol T

(Invalid) Terdapat satu garis di kontrol T atau tidak terdapat garis dikedua kontrol

9. Dengue IgG/IgM

Sampel : Serum

Metode : Imunokromatografi

44
Cara:

Pipet serum pasien sebanyak 10 uL, masukkan ke lubang tempat sampel.

Tambahkan buffer 3 tetes di tempat buffer pada strip test. Baca hasil setelah 15-

20 menit.

Interprestasi hasil :

Garis 1C = Negatif

Garis C dan M= Negatif

Garis C dan G= Positif

Garis 3=Positif

10. Antigen Cov-19

Alat : Covid-19 Ag

Metode : Rapid test

Cara :

Pastikan tanggal kadaluarsa kit. Buka kemasan dan tempelkan barcode pasien

pada kaset. Lakukan swab ke lubang hidung pasien pada bagian nasopharing.

Tarik swab steril dari rongga hidung. Masukkan swab kedalam tabung buffer

ekstraksi. Sambil meremas tabung buffer, putar swab lebih dari 5 kali. Angkat

swab sambal meremas tabung untuk mengeluarkan cairan dari swab. Tuang

spesimen pada lubang spesimen pada alat uji. Baca hasil dalam 15-30 menit.

11. TOSOH

TOSOH merupakan salah satu alat imunologi yang dapat digunakan untuk

beberapa pemeriksaan, diantaranya seperti HbA1C, D.Dimer, serta TSH dan FT4.

45
Sampel : Darah EDTA (HbA1C), serum ( D.Dimer, FT4 dan TSH).

Cara :

Pertama, sampel dipindahkan kedalam cup sampel. Kemudian lakukan Daily

Check pada alat, pastikan washer, diluent dan waste dalam keadaan OK.

Selanjutnya masukkan standar, running alat. Kemudian lakukan QC, dengan Klik

ASSAY MONITOR -> Sampel ID-> Modify (buat keterangan QC di nomor yang

di tentukan), selanjutnya klik “Ok”-> EXIT, lalu masukkan QC kedalam alat dan

klik START. Setelah itu alat siap digunakan untuk mengerjakan sampel dengan

cara yang sama.

46
2. Laboratorium Patologi Anatomi

a. Histopatologi (Jaringan Biopsi)

1. Sampel datang dari OK/ Rujukan

2. Input ke SIMRS dan Tulis di buku ekspedisi pemeriksaan histologi

3. Sesuaikan nama dan formular identitas

4. Tulis ciri-ciri jaringan pada formulir

5. Cetak barcode label laboratorium dan scan barcode/cek in

6. Sampel dikerjakan oleh teknisi PA

7. Jaringan dipotong grossing 4-5 mm

8. Kaset diberikan kode PA setelah itu masukkan jaringan ke dalam kaset.

9. Kemudian kaset yang berisi jaringan dimasukkan kedalam Tissue

Processing sekitar 16 jam

10. Masukkan ke tissue processing dengan tahapan :

a) Dehidrasi, Proses ini bertujuan untuk mengeluarkan cairan jaringan

menggunakan

- alkohol 70%

- Alkohol 96 %

- Alkohol 100 %

- Alkohol 100%

- Alkohol 100 %

b) Clearing menggunakan Xylol 2x selama 1 jam (untuk membersihkan

jaringan dari proses dehidrasi)

c) Implinasi (pengisian paraffin pada pori-pori jaringan)

47
d) Embedding, Proses ini untuk pemblokan jaringan menggunakan

basemol yang telah diisi paraffin dan di letakan pada cooldpet hingga

mengeras

11. Cuttting dilakukan menggunakan mikrotom. Ukuran :

- 5-10 µm (potongan tebal)

- 3-5 µm (potongan tipis)

12. Pita (Jaringan yang telah dipotong tipis) atau blok parafin di letakkan

pada waterbath dengan suhu 42º-50º C

13. Kemudian jaringan diambil menggunakan objek glass

14. Tulis nama dan lab number pada slide

15. Sediaan dipanaskan/keringkan pada hotplate dalam waktu 15-20

menitdengan suhu 60℃. Kemudian diamkan selama 3 menit/sampai

mengering

16. Lakukan pewarnaan Hematoxilin Eosin (HE) :

- Xylol I 4-5’

- Xilol 2 4-5’

- Alkohol 100% 4-5’

- Alkohol 96% 4-5’

- Alkohol 70% 4-5’

- Bilas dengan air

- Hematoxilin 3-5’

- Bilas dengan air

- Bluing 1’

48
- Bilas dengan air
- Eosin 1’
- Alkohol 70% 9 celupan
- Alkohol 96% 9 celupan
- Alkohol 100% 9 celupan
- Xylol 1 2’
- Xylol 2 2’
17. Proses mounting pada slide mengggunakan cairan entelan. Lalu tutup
dengan deckglass (merekatkan)
18. Baca hasil dengan pembesaran 40x (Untuk ATLM hanya sampai
pewarnaan, untuk pembacaan diserahkan kepada dokter Patologi
Anatomi).

b. Sitologi

1. Sampel datang dari ruang OK


2. Input ke SIMRS dan tulis di buku ekspedisi pemerikasaan sitologi
3. Sesuaikan nama dan formular
4. Tuliskan ciri-ciri sitologi pada formular
5. Cetak barcode label laboratorium dan scan barcode/cek in
6. Sampel dikerjakan oleh teknisi PA
7. Cairan di centrifuge dengan ketentuan : Cairan otak 800/8I dan Cairan
lainnya 1000/10 I
8. Pisahkan cairan dan endapan
9. Endapan diambil untuk membuat apusan
10. Kaca objek harus benar-benar bersih, diberi label agar tidak tertukar.
11. Buat apusan yang rata tidak terlalu tebal atau terlalu tipis sekitar ¾ dari
luas kaca objek memanjang
12. Lakukan fiksasi sesuai dengan prosedur pewarnaan yang dilakukan :
- Fiksasi langsung, papaniculou memakai alkohol 96%
- Fiksasi tidak langsung, giemsa menggunakan metanol

49
13. Pewarnaan
Papanicolaou :
- Untuk pulasan papanicollo untuk fiksasi memakai alkohol 95% dan
96% durasi 30 menit dan bisa di inapkan
- Alkohol 50% = 7 celup
- Alkohol 70% = 7 celup
- Bilas aquadest = 7 clup
- Harris hematoxilin = 3 -7menit
- Bilas air mengalir
- Hcl = 3 clup (bisa dipakai bisa tidak)
- Cuci air mengalir
- Lithium carbonat/bluing = 3 clup
- Bilas air mengalir = 2 menit
- Alkohol 70,80,96 = 7 celup
- OG6 = 3-7menit
- Alkohol 96% = 7 celup
- Alkohol= 96 = 7 clup
- Ea50 = 5-7 menit
- Alkohol = 96% 7 clup
- Alkohol = 96% 7clup
- Xylol 1 = 7 clup
- Xylol 2 = 7 clup
- Xylol 3 = 7 clup

50
Tissue Processing Embedding Cold Plate
(Pembuatan base mold) (Memudahkan pengirisan)

Cutting jaringan Water Bath Hot Plate


( Streching tissue jaringan) (menghilangkan sisa parafin)

51
3. Laboratorium Mikrobiologi

a. Pemeriksaan Mikrobiologi
1. Pewarnaan BTA

Untuk BTA TB, Spesimen sputum diambil bagian yang purulent dengan
lidi yang dibagian ujung dibuat tumpul. Sputum tersebut diulir di kaca
objek. Di fiksasi dengan api, kemudian masuk tahap pewarnaan.
Untuk BTA MH, pengambilan sampel sesuai dengan lokasi yang minta oleh
dokter, seperti di cuping, dahi, dagu, jari, kaki, atau lesi kulit aktif (berwarna
merah atau bagian yang mati rasa).
a. Beri tanda di bawah kaca objek.
b. Bersihkan lokasi kulit yang akan diambil dengan kapas alkohol.
c. Bagian kulit yang akan diambil, dijepit menggunakan ibu jari dan
telunjuk.
d. Buat irisan pada kulit dengan panjang sekitar 5 mm dan dalam 2 mm
dengan pisau scalpel.
e. Kerok irisan tersebut lalu dibuat sediaan di kaca objek yang sudah
diberi tanda.
f. Tutup bagian kulit yang digores dengan kapas kering.
g. Buat sediaan preparate dari spesimen sputum yang sudah diambil dan
sediaan dari kerokan kulit pada BTA MH. Kemudian di fiksasi dengan
bunsen sebelum masuk proses pewarnaan.

52
Tahap Pawarnaan
Metode : Ziehl Neelsen
Tujuan : Untuk membantu diagnosa dugaan TBC dan kusta.
Prinsip :
Dinding bakteri yang tahan asam memiliki lapisan lilin dan lemak yang
tebal dan sukar ditembus oleh cat. Oleh karena itu, pengaruh pengaruh fenol
dan pemanasan akan membuat lapisan lilin dan lemak dapat ditembus oleh
cat basic Fuchsin. Pada saat pencucian, lapisan lilin dan lemak yang terbuka
akan merapat kembali.
Prosedur :
Sediaan diletakkan di atas rak pewarnaan.
Dituangkan Carbol Fuchsin sampai menutupi seluruh permukaan preparat.
Preparat dipanaskan sampai mengeluarkan uap dan jangan sampai
mendidih.
Didiamkan selama 5 menit.
Sediaan dibilas dengan air mengalir.
Dilakukan dekolorisasi dengan asam alkohol sampai sediaan pucat.
Dibilas dengan air mengalir.
Diteteskan Methylene blue dan didiamkan selama 1 menit.
Preparat dibilas dengan air mengalir dan dibiarkan kering.
Setelah itu dibaca di bawah mikroskop menggunakan perbesaran 100x
dengan dan ditambahkan minyak imersi.

Interpretasi hasil :
BTA TB
Interpretasi menggunakan standar IUATLD (International Union Againts
Tuberculosis and Lung Disease)

53
Ditemukan Pada Mikroskop Interpretasi Hasil

Tidak ditemukan BTA/100 LP Negatif

1-9 BTA / 100 LP Scanty (Jumlah BTA)

10-99 BTA / 100 LP 1+

1-10 BTA / 1 LP 2+

➢ 10 BTA / 1 LP 3+

BTA MH
BTA MH (Morbus Hansen) diiterpretasikan menjadi 2 yaitu:
a) Morfologi Indeks (MI)
Adalah presentase BTA bentuk Solid terhadap seluruh BTA yang tidak
berkelompok. Digunakan untuk mengetahui daya penularan kuman dan
untuk menilai hasil pengobatan dan membantu menentukan resistensi
terhadap obat.
b) Bakteriologis Indeks (BI)
Merupakan ukuran semikuantitatif kepadatan Mycobacterium leprae
dalam sediaan apus yang bermanfaat untuk menilai tingkat keparahan
penyakit kusta dan menggabarkan besarnya proses infektivitas yang terjadi.

Interpretasi
Ditemukan Pada Mikroskop
Hasil
0 BTA / LP, Hitung 100 LP 0
1-10 BTA / LP, Hitung 100 LP 1+
1-10 BTA / 10 LP Hitung 100 LP 2+
1-10 alam rerata 1 LP, Hitung 10 LP 3+
>10-100 BTA dalam rerata 1 LP,
4+
Hitung 10 LP

54
>100-1000 BTA dalam rerata 1 LP,
Hitung 10 LP 5+

>1000 BTA dalam rerata 1 LP, Hitung


10 LP 6+

2. KOH
Slide kerokan kulit atau sputum yang sudah ditambahkan KOH langsung
diamati di mikroskop perbesaran 40x.
Pelaporan : Ditemukan / tidak hifa dan spora.

3. Pewarnaan Gram
Metode : Gram Stain
Tujuan : Untuk menentukan sifat bakteri, Gram Positif dan Gram Negatif.
Prinsip :
Pada bakteri Gram positif memiliki peptidoglikan yang tebal dan lapisan
lemak yang tipis pada dinding bakteri sehingga berikatan kuat dengan
Gentian Violet sehingga bakteri akan berwarna biru. Sedangkan pada
bakteri Gram negatif memiliki peptidoglikan yang tipis dan lapisan lemak
yang tebal, maka saat berikatan dengan Gentian violet akan menjadi ikatan
yang lemah, karena tidak terwarnai oleh Gentian Violet maka bakteri akan
menyerap zat warna Safranin sehingga bakteri akan berwarna merah.
Prosedur :
Menyiapkan spesimen yang akan dilakukan pewarnaan.
Spesimen urin : Urine dicentrifuge terlebih dahulu selama 5 menit dengan
kecepatan 3500 rpm, lalu buang supernatant dan diambil endapan dengan
ose steril, lalu diratakan di kaca objek.
Spesimen berasal dari swab langsung diratakan secara perlahan di atas
kaca objek.

55
Berasal dari media: Ambil sedikit bakteri dari koloni yang ada
menggunakan ose steril atau ose steril yang dipijarkan dan diratakan pada
kaca objek.
Keringkan preparate dengan didiamkan di udara bebas.
Dilakukan fiksasi terlebih dahulu dengan cara melewatkan pada api bunsen.
Diletakkan preparate di atas rak pewarnaan.
Lalu, diteteskan Gentian Violet dan tunggu selama 1 menit.
Dibilas menggunakan air mengalir.
Diteteskan lugol dan tunggu selama 1 menit.
Dibilas menggunakan air mengalir.
Diteteskan alkohol 96% sampai warna hilang atau selama 1 menit.
Dibilas menggunakan air mengalir.
Diteteskan Safranin dan tunggu selama 1 menit.
Dibilas dengan air mengalir, keringkan preparat di atas tissue.
Amati di mikroskop dengan perbesaran 100x dengan ditambahkan minyak
imersi.
Interpretasi hasil
Gram Positif (+) : Berwarna biru.
Gram Negatif (-): Berwarna merah.

4. Kultur & identifikasi


a. Kultur
Media kultur: Blood Agar, Nutrient Agar, Tioglikolat, AMIES (media
transport), SSA, EMB, MSA, MCA, Brucella Agar.
Sampel :
Secret uretra atau swab vagina, usap tenggorok, cairan steril (pleura dll),
darah, BAL (bilasan bronkus), pus atau luka, urine, sputum

Darah: Untuk kultur darah digunakan alat Batch Alert.

56
Botol kultur terdiri dari 2 warna. Warna kuning untuk sampel darah
anak-anak dan memiliki volume 2 – 5 ml. warna hijau untuk sampe darah
orang dewasa yang memiliki volume sekitar 5 – 10 ml. Laboratorium
mikrobiologi menerima botol kultur beserta formulir berasal dari
laboratorium Patologi Klinik. Setiap sampel yang datang segera dilakukan
pendataan dan pencatatan identitas pada buku. Barcode pada botol discan
dan masukkan data pasien dengan mengklik ikon botol horizontal pada alat
BacT/ALERT 3D lalu klik tanda centang. Lepaskan barcode pada botol
untuk ditempel di samping data pasien dalam buku khusus kultur darah.
Botol segera dimasukkan ke dalam alat deteksi microbial BacT/ALERT 3D
pada bagian yang berwarna kuning menyala.
Hasil kultur darah positif dari Batch Alert dilanjut kultur di media
BA, MCA dan MSA atas persetujuan dokter. Sampel yang ada terlebih
dahulu dibuat slide pewarnaan gram, lalu di tanam pada media kultur.
Setelah di tanam pada media kultur kemudian di masukkan inkubator
selama 24 Jam.

57
b. Identifikasi
Pada proses identifikasi biasanya digunakan media BA, MCA atau
MSA, media selektif lain digunakan sesuai anjuran dokter. Selain
menggunakan media selektif, digunakan pula alat VITEK untuk
identifikasi, dimana kebenaran hasil mencapai 98%.

Alat : Vitek

Alat VITEK 2 COMPACT dan software VITEK 2 PC memiliki


kemampuan untuk membantu meningkatkan keberhasilan terapi dan
hasil pasien melalui identifikasi mikroba (ID) yang andal dan pengujian
sensitivitas antibiotik (AST). Alat ini juga dapat meningkatkan efisiensi
58
laboratorium dengan pemeriksaan hasil yang lebih cepat, desain yang
hemat biaya dan hemat tempat. Viek dirancang untuk memberikan hasil
ID/AST hanya dalam waktu 5 hingga 8 jam3, menggunakan kartu VITEK 2
ID/AST yang ekonomis dan siap pakai. Keselamatan dioptimalkan dengan
persiapan reagen minimal dan pengurangan penanganan dalam sistem sekali
pakai tertutup. VITEK 2 COMPACT mudah digunakan: Setelah isolasi
organisme primer, ada penanganan minimal dengan inokulum standar yang
sederhana. Tempatkan inokulum ke dalam Kaset VITEK 2 di Smart Carrier
Station. Kartu VITEK 2 dan sampel ditautkan melalui kode batang. Setelah
Kaset dimuat, selanjutnya alat akan melakukan inkubasi dan pembacaan

Cara penggunaan :
Buat suspense menggunakan 3 ml saline, kemudian tambahkan satu ose
koloni yang akan diidentifikasi. Cek kekeruhan suspense menggunakan
alat Densicheck.
Setelah sesuai, pipet suspensi sesuai pemeriksaan dengan pipet GN (145
uL) atau GP (280 uL), selanjutnya masukkan kaset (GN & GP 0,5- 0,63
McF ; Yeast 1,8-2,2 McF) ke dalam rak berisi suspensi.
Masukkan rak sampel pada Filler Door.
Tekan “Start Fill”, tunggu kurang lebih 2 menit.
Pengisian selesai, lampu indicator berkedip, Status filler: Complete,
Loader : transfer. Pindahkan cassette (rak sampel) pada Loader door.
Tunggu hingga semua kartu selesai loading ke carousel (Status loader :
remove ). Keluarkan cassette dari Loader door. Edit identitas pasien
pada aplikasi Vitek 2 Web (Cassete View).

c. Uji Sensitivitas
Metode : Disk diffusion
Prosedur :
1. Siapkan media MH.

59
2. Goreskan bakteri yang akan diuji sensitivitas nya, 360 derajat di semua
kuadran.
3. Letakkan disk antibiotic pada media tersebut, kemudian inkubasi pada
inkubator selama 24 jam
4. Ukur zona hambat yang terbentuk menggunakan penggaris
Hasil: Diatas 20mm dianggap sensitif.

d. Swab Lingkungan
Swab lingkungan dilakukan dengan menggunakan media
Tioglikolat. Pengumpulan sampel digunakan dengan melakukan swab
pada benda tertentu atau bahkan tangan sesorang yang diberi perlakuan,
seperti sebelum dan sesudah mencuci tangan. Selanjutnya sampel
dimasukkan kedalam media Tio. Media di masukkan kedalam incubator
dan dilihat perkembangannya.
Interpretasi hasil :
Terdapat pertumbuhan bakteri, jika media berubah menjadi keruh.
Tidak terjadi pertumbuhan, jika media tidak mengalami perubahan.

5. Biomolekuler
Tes Cepat Molekuler Gen Expert TB

Xpert MTB/RIF berfungsi untuk mendeteksi keberadaan dari


kompleks DNA bakteri Mycobacterium tuberculosis (MTB) dan resistensi
(kekebalan) bakteri tersebut terhadap pengobatan dengan Rifampisin.

60
Secara lebih spesifik lagi, Xpert MTB/RIF mendeteksi gen rpoB
(dan mutase yang terjadi apabila ditemukan) yang berhubungan dengan
resistensi bakteri MTB terhadap Rifampisin.
Pra Analitik
1) Perhatikan jumlah sampel yang digunakan. Sampel yang digunakan
minimum sampel yang digunakan sebanyak 1 ml.
2) Sampel harus harus murni dahak (sputum). Dilarang menggunakan
sampel yang mengandung partikel makanan dan partikel padat lain.
3) Sampel dapat disimpan selama 3 hari pada suhu 35℃ dan 4 – 10 hari
pada suhu 4℃.
4) Untuk sampel kiriman, selama proses transportasi sampel harus
disimpan pada suhu 2-8℃.
5) Simpan kit pada suhu 2-28℃.
6) Penutup (lid) pada catridge hanya boleh dibuka pada saat akan
memasukkan spesimen.
7) Catridge yang sudah berisi spesimen harus segera diproses ke dalam
mesin GeneXpert dengan waktu tunggu maksimal 4 jam sejak spesimen
dimasukkan ke dalam catridge,
Analitik
1) Buka segel sampel reagen dan penutup tabung dahak.
2) Tuang SR ke dalam tabung dahak sebanyak 2 kali volume dahak,
kemudian tutup kembali.
3) Kocok kuat 10 – 20 kali. Inkubasi pada suhu ruang selama 10 menit.
Kocok kuat kembali selama 10 – 20 kali. Inkubasi selama 5 menit jika
masih terlihat kental, tambahkan waktu inkubasi 5 – 10 menit.
4) Siapkan catridge dan beri identitas pada sisi catridge.
5) Buka penutup (lid) catridge.
6) Ambil minimal 2 ml spesimen menggunakan pipet yang telah
disediakan.
7) Masukkan sampel ke dalam catridge.
8) Tutup catridge.

61
9) Untuk memulai tes pada alat, klik ikon Creat Test.
10) Scan barcode pada catridge.
11) Isi nama pasien pada ikon Patient ID.
12) Select modul yang akan dipilih secara otomatis jika modul dalam
keadaan available.
13) Klik start.
14) Lampu hijau pada modul yang dipilih akan berkedip-kedip. Kemudiam,
buka pintu modul dan letakkan catridge.
15) Tutup pintu modul dan tes akan berlangsung secara otomatis. Hasil akan
muncul selama ± 2 jam.
Pasca Analitik
1) Untuk melihat hasil, klik ikon view result.
2) Klik view test.
3) Pilih hasil yang ingin ditampilkan.
4) Interpretasi Hasil

MTB NOT DETECTED NEGATIF TB

RIF RESISTANCE TB SENSITIF


MTB DETECTED HIGH
NOT DETECTED
RIF RESISTANCE TB RESISTEN
MTB DETECTED HIGH
DETECTED
RIF RESISTANCE TB SENSITIF
MTB DETECTED MEDIUM
NOT DETECTED
RIF RESITANCE TB RESISTEN
MTB DETECTED MEDIUM
DETECTED
RIF RESISTANCE TB SENSITIF
MTB DETECTED LOW
NOT DETECTED
RIF RESISTANCE TB RESISTEN
MTB DETECTED LOW
DETECTED

62
MTB DETECTED VERY RIF RESISTANCE TB SENSITIF
LOW NOT DETECTED
MTB DETECTED VERY RIF RESISTANCE TB RESISTEN
LOW DETECTED
MTB DETECTED VERY RIF RESISTANCE DIULANG
LOW INTERMINATE

INVALID DIULANG

RT-PCR Covid

Merupakan gold standar pemeriksaan Cov19 yang menggunakan


prinsip Flouresence, Hasil yang baik ditandai dengan keluarnya Rnase, jika
tidak maka proses ekstraksi harus diulang. Hasil positif ditandai dengan
adanya Rdrp dan E value.
Sampel : Swab nasopharing dan orofaring
Tahapan :
1. Ekstraksi
Tujuan : mengekstraksi / memurnikan DNA dari sampel
Cara :
a. Masukkan 400 uL VB LYSIS BUFFER dalam cup 1,5 ml.
b. Tambahkan sampel 200 uL lalu vortex dan inkubasi 10 menit
c. Tambahkan 450 uL AD BUFFER, homogenkan lalu spin down
d. Pindahkan dalam cup column sebanyak 800 uL (LYSAT)

63
e. Centrifuge 13.000 rpm selama 1 menit
f. Buang filtrat dan ganti tube baru
g. Tambahkan 400 uL W1 BUFFER
h. Centrifuge 13.000 rpm, 30 detik dan buang filtrat
i. Tambahkan 600 uL WASH BUFFER
j. Centrifuge 13.000 rpm, selama 3,5 menit dan buang filtrat
k. Pindahkan column ke cup 1,5 ml
l. Tambahkan 30 uL NUCLEASE FREE WATER
m. Centrifuge 13.000 rpm, selama 1 menit
n. Filtrat ( sampel ) yang akan menjadi bahan pada proses mixing

2. Mixing
Tujuan : Mencampurkan DNA murni dari hasil ekstraksi dengan
reagen PCR (2x PCR Reaction Mix, N-Cov Probe, RT_PCR Enzym,
Water)
Cara :
Homogenkan reagen sesuai rumus. Masukkan 20 uL kedalam tube
PCR. Masukkan 7 uL bahan kontrol positif dan negatif. Masukkan 5 uL
sampel, kecuali bahan kontrol.

3. Running Sampel
Tujuan : Memanaskan DNA (Denaturasi), memotong dan
mencocokkan dengan primer (Extension).
Cara :
Masukkan sampel dan bahan kontrol ke plat promotor, pastikan
meletakkannya dibagian tengah dan dimulai dari sampel pertama, kontrol
negative dan positif. Klik “New Experiment” pada computer yang
terhubung dengan promotor. Klik plate edit, sesuaikan dengan sampel dan
kontrol yang dimasukkan. Tutup plate promotor, lalu START
pemeriksaan.

64
Hasil :
Hasil (-) memunculkan nilai Rnase saja.
Hasil (+) menunjukkan nilai Rdrp/E/Rnase.

65
BAB IV

PENUTUP

Dalam melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di RS Sitanala Tangerang penulis banyak


mendapatkan pengetahuan baru tentang peralatan kesehatan yang ada di RS Sitanala Tangerang
serta sistem managemen laboratorium kesehatan yang berlaku di RS Sitanala Tangerang, yang itu
semua penulis dapatkan atas bimbingan yang diberikan Bapak/Ibu dan rekan-rekan tenaga
fungsional serta dokter di laboratorium selama mengikuti praktek kerja lapangan di RS Sitanala
Tangerang.
Di dalam Praktek Kerja Lapangan ini, penulis dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang
didapat pada masa perkuliahan dengan pekerjaan dilapangan sehingga penulis mengetahui dan
mempelajari bagaimana pekerjaan dilapangan sesungguhnya.
A. Kesimpulan
Setelah melakukan Praktek Kerja Lapangan di laboratorium klinik RS Sitanala
Tangerang yang berlangsung mulai tanggal 06 Februari 2023 – 13 April 2023, penulis banyak
sekali mendapatkan tambahan ilmu pengetahuan. Banyak sekali yang didapatkan selama
mengikuti Praktek Kerja Lapangan di laboratorium klinik RS Sitanala Tangerang, yaitu:
a. Praktek Kerja Lapangan di RS Sitanala Tangerang ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa
dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang didapat selama masa perkuliahan pada pekerjaan
di lapangan sebenarnya.
b. Praktek Kerja Lapangan di RS Sitanala Tangerang sebagai sarana yang dapat memberikan
wawasan baru tentang berbagai pemeriksaan laboratorium yang sangat bermanfaat bagi
penulis.
c. Mendapatkan pengalaman baru dalam dunia kerja yang sesungguhnya.
d. Dapat melatih keterampilan kita dalam menghadapi pasien, pengolahan sampel dan
pemeriksaan sampel.
e. Dapat melatih kerjasama dengan rekan kerja lainnya agar hasil yang dikeluarkan valid.

66
f. Melatih mental sebagai mahassiwa dan juga sebagai tenaga laboratorium untuk lebih
disiplin, teliti, jujur, bersabar dalam pekerjaan dan lebih bertanggung jawab.

B. Saran
PKL (Praktek Kerja Lapangan) di Instalasi Laboratorium Klinik RS Sitanala Tangerang
dapat terus dilaksanakan oleh Mahasiswa Analis Kesehatan khususnya Poltekkes Kemenkes
Bengkulu guna menambah dan mengembangkan pengetahuan tentang profesi analis kesehatan
yang unggul dan berkompeten.

67
DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia/Kemenkes RI. (n.d.). LABORATORIUM.


https://upk.kemkes.go.id/new/layanan/laboratorium
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia/Kemenkes RI. (2020). STANDAR PROFESI ATLM.
21(1), 1–9.
Khanapi. (2003). KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
364/MENKES/SK/III/2003. Records Management Journal, 1(2), 1–15.
http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?doi=10.1.1.88.5042&rep=rep1&type=pdf%0
Ahttps://www.ideals.illinois.edu/handle/2142/73673%0Ahttp://www.scopus.com/inward/re
cord.url?eid=2-s2.0-
33646678859&partnerID=40&md5=3ee39b50a5df02627b70c1bdac4a60ba%0Ahtt
Menkes RI. (2010). KMK No. 340 tentang Klasifikasi Rumah Sakit. In Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 340/MENKES/PER/III/2010 (p. 116).

68

Anda mungkin juga menyukai