RSUD KLUNGKUNG
Oleh:
Mengetahui
Ketua Jurusan Teknologi Laboratoium Medis
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat
dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Praktik Kerja Lapangan (PKL) dan laporan
Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini dengan baik dan tepat waktu.
Penyusunan laporan ini dapat diselesaikan bukan hanya karena usaha penulis sendiri
melainkan berkat bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak secara langsung
maupun tidak langsung baik secara material maupun moril. Untuk itu dalam kesempatan ini
1. Ibu Gusti Ayu Marhaeni, S.KM., M.Biomed selaku Direktur PLT. Poltekkes
Denpasar.
2. Ibu Cokorda Dewi Widhya Hana Sundari, S.KM., M.Si selaku Ketua Jurusan
Lapangan (PKL).
3. dr. I Komang Parwata, Sp.PK., Penanggung Jawab Laboratorium Rumah Sakit Umum
4. Bapak Trijatno Djoko Raharjo, ST., selaku Koordinator Laboratorium Rumah Sakit
5. Seluruh staf pegawai RSUD Klungkung yang telah bersedia membimbing dan
Klungkung.
Dalam penulisan laporan ini, penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari kata sempurna
mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu, serta pengalaman yang penulis miliki. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca sangat penulis harapkan.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Manfaat
BAB II GAMBARAN LOKASI PKL
A. Sejarah Rumah Sakit
B. Unit Pelayanan Rumah Sakit
C. Gambaran Laboratorium
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
A. –
B. –
C. –
D. –
E. –
F. –
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN DOKUMENTASI KEGIATAN
LAMPIRAN ABSENSI MAHASISWA
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
orang. Kesehatan sebagai hak asasi manusia harus diwujudkan dalam bentuk
Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009, kesehatan adalah keadaan sehat baik dari badan,
jiwa, spiritual dan sosial sehingga memungkinkan setiap orang dapat hidup produktif
secara sosial dan ekonomi. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu
unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia
lembaga penyedia layanan kesehatan, karena itu gerakan revolusi mutu terpadu
menjadi tuntutan yang tidak boleh diabaikan jika sebuah lembaga ingin eksis dan
yang demikian ketat, maka setiap lembaga pelayanan kesehatan harus siap menjadi
Tahun 2015 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Ahli Teknologi Laboratorium
Medik, tenaga Ahli Teknologi Laboratorium Medik (ATLM) adalah setiap orang
yang telah lulus pendidikan Teknologi Laboratorium Medik atau analis kesehatan atau
analis medis dan memiliki kompetensi melakukan analisis terhadap cairan dan
kompetensi tersebut, para calon tenaga teknologi laboratorium medis harus dibekali
permasalahan klinis yang berkembang di rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya.
Salah satu upaya untuk melengkapi kemampuan ini adalah melalui kegiatan Praktik
Praktik Kerja Lapangan (PKL) merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan
mahasiswa semester VI. PKL adalah kegiatan keikutsertaan mahasiswa secara nyata
dan langsung dalam kegiatan kerja profesi pada suatu lembaga. Kegiatan PKL
sebelum memasuki dunia kerja, mendapatkan referensi dari instansi atau perusahaan,
sesuai dengan kebutuhan dunia kerja, serta lebih mematangkan kecakapan yang telah
B. Tujuan PKL
1. Tujuan Umum
serta mencoba secara nyata pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh selama
2. Tujuan Khusus
laboratorium.
kesehatan.
C. Manfaat
1. Bagi Institusi
Meningkatkan kerjasama antara institusi pendidikan dengan rumah sakit, rumah sakit
2. Bagi Mahasiswa
kesehatan dan siap untuk bekerja sesuai dengan keahliannya di dunia kerja nyata.
pelayanan kesehatan.
BAB II
Visi dari RSUD Klungkung yaitu "Rumah Sakit Pilihan Terbaik Dan
Unggul Dalam Pelayanan Kedaruratan Di Bali Timur". Langkah-langkah
yangditerapkan untuk mencapai visi dari RSUD Klungkung terdiri dari empat buah
misi yang meliputi:
B. Struktur Organisasi
Struktur oganisasi instalasi laboratorium klinik RSUD Klungkung Kota
Semarapura.
Semarapura
a. Hemoglobin
Hemoglobin (Hb) adalah molekul proteinpada sel darah merah yangberfungsi
sebagai mediatransportasi oksigen (O2) dari paru-paru kejaringan di seluruhtubuh dan
mengambil karbondioksida (CO2) dari jaringan tersebut dandibawa ke paru-paru untuk
dibuang ke udara bebas. Hemoglobin berperan penting dalammempertahankan bentuk sel
darah merah danmemberi warna merah pada darah. Strukturhemoglobin yang abnormal
bisa mengganggubentuk sel darah merah dan menghambat fungsidan aliran darah
melewati pembuluh darah. Kandungan zat besi (Fe) yangterdapat dalam hemoglobin
membuat darahberwarna merah (Tarwoto, 2008). Pemeriksaan hemoglobin dalam darah
mempunyai peranan yang penting dalam diagnosa suatu penyakit. Hemoglobin berperan
dalam mempertahankan bentuk sel darah merah yang bikonkaf,jika terjadi ganguan maka
keluwesannya dalam melewati kapiler jadi berkurang. Manfaat lainnya adalah untuk
mengetahui ada tidaknya gangguan kesehatan pada pasien yang berhubungan dengan
anemia dan polisitemia (Yusniati, 2019).
Bilirubin terkonjugasi/ direk adalah bilirubin bebas yang bersifat larut dalam
air sehingga dalam pemeriksaan mudah bereaksi. Bilirubin terkonjugasi (bilirubin
glukoronida atau hepatobilirubin) masuk ke saluran empedu dan diekskresikan ke
usus, selanjutnya flora usus akan mengubahnya menjadi urobilinogen. Bilirubin
terkonjugasi bereaksi cepat dengan asam sulfanilat yang terdiazotasi membentuk
azobilirubin. Peningkatan kadar bilirubin direk atau bilirubin terkonjugasi dapat
disebabkan oleh gangguan ekskresi bilirubin intrahepatik antara lain Sindroma
Dubin Johson dan Rotor, Recurrent (benign)intrahepatic cholestasis, Nekrosis
hepatoseluler, Obstruksi saluran empedu. Diagnosis tersebut diperkuat dengan
pemeriksaan urobilin dalam tinja dan urin dengan hasil negatif (Rosida, 2016).
3) Bilirubin indirect
Bilirubin tak terkonjugasi (hematobilirubin) merupakan bilirubin bebas yang
terikat albumin, bilirubin yang sukar larut dalam air sehingga untuk memudahkan
bereaksi dalam pemeriksaan harus lebih dulu dicampur dengan alkohol, kafein
atau pelarut lain sebelum dapat bereaksi, karena itu dinamakan bilirubin indirek.
Peningkatan kadar bilirubin indirek mempunyai arti dalam diagnosis penyakit
bilirubinemia karena kelelahan pada jantung akibat gangguan dari pengangkutan
bilirubin ke dalam peredaran darah. Pada keadaan ini disertai dengan tanda-tanda
kelelahan jantung, yang dapat diatasi maka kadar bilirubin akan normal kembali
dan harus dibedakan dengan chardiac chirrhosis yang tidak selalu disertai
bilirubinemia. Peningkatan yang lain terjadi pada bilirubinemia akibat hemolisis
atau eritropoesis yang tidak sempurna, biasanya ditandai dari anemia hemolitik yaitu
gambaran apusan darah tepi yang abnormal dan umur eritrosit yang pendek
(Rosida, 2016).
d. Albumin
Serum Albumin merupakan enzimtransaminase yang di hasilkanterutama
oleh sel-sel hati. Bila sel-selliver rusak, misalnya pada kasushepatitis atau sirosis,
biasanya enzimini meningkat makanya, lewat hasil teslaboratorium keduanya
dianggapmemberi gambaran adanya gangguanhati. Karena hati memiliki multi
fungsiyang berkaitan dengan metabolisme,maka pemeriksaan fungsi hati
meliputiberbagai pemeriksaan antara lain kimia klinik (Indrawati dkk, 2019)
e. Alkali fosfatase
Kolesterol adalah salah satu lemak tubuh yang berada dalam bentuk bebas
dan ester dengan asam lemak, serta merupakan komponen utama selaput sel otak
dan saraf. 80% kolesterol dihasilkan dari dalam tubuh (pembentukan oleh hati)
dan 20 % sisanya dari luar tubuh (makanan yang dikonsumsi). Kolesterol adalah
produk khas hasil metabolisme hewan dan produk olahannya seperti kuning telur,
daging, hati, otak, susu, keju, mentega, dan lainlain. Kolesterol yang berasal dari
makanan jarang dalam bentuk kolesterol bebas,biasanya berbentuk kolesterol
dengan asam lemak atau sering disebut ester kolesterol. Kolesterol hanya terdapat
pada sel-sel hewan dan manusia, tidak terdapat pada sel tumbuh-tumbuhan.
Jumlah keseluruhan kolesterol yang ada pada tubuh di sebut kolesterol total.
Metabolisme tubuh dan kinerja jantung akan terganggu bila kadar LDL dalam
darah tubuh lebih banyak daripada kadar HDL.
b. Low density lipoprotein (LDL)
LDL sering disebut sebagai kolesterol jahat karena dapat menempel pada
pembuluh darah. LDL atau sering juga disebut sebagai kolesterol jahat, LDL
lipoprotein deposito kolesterol bersama didalam dinding arteri, yang menyebabkan
terjadinya pembentukan zat yang keras, tebal, atau sering disebut juga sebagai plakat
kolesterol, dan denganseiring berjalannya waktu dapat menempel didalam dinding
arteri dan terjadinya penyempitan arteri. Kolesterol LDL adalah lipoprotein yang
paling banyak mengangkut kolesterol. apabila kadar kolesterol terlalu tinggi , maka
semakin membentuk plak kolesterol dinding pembuluh darah. karena itu koloesterol
LDL disebut dengan kolesterol jahat (Ridayani dkk, 2018)
c. High density lipoprotein (HDL)
Suatu pemeriksaan gula darah yang dilakukan setiap waktu tanpa tidak
harus memperhatikan makanan terakhir yang dimakan. Pemeriksaan kadar gula
darah sewaktu adalah pemeriksaan gula darah yang dilakukan setiap waktu, tanpa
ada syarat puasa dan makan. Pemeriksaan kadar gula darah sewaktu tidak
menggambarkan pengendalian DM jangka panjang (pengendalian gula darah
selama kurang lebih 3 bulan). Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengatasi
permasalahan yang mungkin timbul akibat perubahan kadar gula secara
mendadak
(Fahmiyah dan Latre, 2016)
2) Glukosa puasa
Kehilangan natrium klorida pada cairan ekstrasel atau penambahan air yang
berlebihan pada cairan ekstrasel akan menyebabkan penurunan konsentrasi natrium
plasma. Kehilangan natrium klorida primer biasanya terjadi pada dehidrasi hipo-
osmotik seperti pada keadaan berkeringat selama aktivitas berat yang
berkepanjangan, berhubungan dengan penurunan volume cairan ekstrasel seperti
diare, muntah-muntah, dan penggunaan diuretik secara berlebihan. Hiponatremia
juga dapat disebabkan oleh beberapa penyakit ginjal yang menyebabkan gangguan
fungsi glomerulus dan tubulus pada ginjal, penyakit addison, serta retensi air yang
berlebihan (overhidrasi hipo-osmotik) akibat hormon Antidiuretik.Peningkatan
konsentrasi natrium plasma karena kehilangan air dan larutan ekstrasel (dehidrasi
hiperosmotik pada diabetes insipidus) atau karena kelebihan natrium dalam cairan
ekstrasel seperti pada overhidrasi osmotic atau retensi air oleh ginjal dapat
menyebabkan peningkatan osmolaritas & konsentrasi natrium klorida dalam cairan
ekstrasel (Yaswir dan Ferawati, 2012).
b. Kalium (K)
Kalium adalah elektrolit dalam tubuh yang berfungsi untuk mengatur irama
dan pompa jnatung, menjaga tekanan darah tetap stabil, mengatur kontraksi otot
dan metabolisme sel serta menjaga kesehatan tulang dan keseimbangan elektrolit.
Sekitar 98% jumlah kalium dalam tubuh berada di dalam cairan intrasel.
Konsentrasi kalium intrasel sekitar 145 mEq/L dan konsentrasi kalium ekstrasel 4-
5 mEq/L (sekitar 2%). Jumlah kalium dalam tubuh merupakan cermin
keseimbangan kalium yang masuk dan keluar. Pemasukan kalium melalui saluran
cerna tergantung dari jumlah dan jenis makanan. Orang dewasa pada keadaan
normal mengkonsumsi 60-100 mEq kalium perhari (hampir sama dengan
konsumsi natrium). Kalium difiltrasi di glomerulus, sebagian besar (70-80%)
direabsorpsi secara aktif maupun pasif di tubulus proksimal dan direabsorpsi
bersama dengan natrium dan klorida di lengkung henle (Yaswir dan Ferawati,
2012).
c. Chlorida (Cl)
Klorida merupakan anion utama dalam cairan ekstrasel. Pemeriksaan
konsentrasi klorida dalam plasma berguna sebagai diagnosis banding pada
gangguan keseimbangan asam-basa, dan menghitung anion gap. Hipoklorinemia
terjadi jika pengeluaran klorida melebihi pemasukan. Penyebab hipoklorinemia
umumnya sama dengan hiponatremia, tetapi pada alkalosis metabolik dengan
hipoklorinemia, defisit klorida tidak disertai defisit natrium. Hipoklorinemia juga
dapat terjadi pada gangguan yang berkaitan dengan retensi bikarbonat, contohnya
pada asidosis respiratorik kronik dengan kompensasi ginjal. Hiperklorinemia
terjadi jika pemasukan melebihi pengeluaran pada gangguan mekanisme
homeostasis dari klorida. Umumnya penyebab hiperklorinemia sama dengan
hipernatremia. Hiperklorinemia dapat dijumpai pada kasus dehidrasi, asidosis
tubular ginjal, gagal ginjal akut, asidosis metabolik yang disebabkan karena diare
yang lama dan kehilangan natrium bikarbonat, diabetes insipidus, hiperfungsi
status adrenokortikal dan penggunaan larutan salin yang berlebihan, alkalosis
respiratorik (Yaswir dan Ferawati, 2012).
Suatu protein yang merupakan selubung luar partikel HBV. HBsAg yang
positif menunjukkan bahwa pada saat itu yang bersangkutan mengidap HBV.
HBsAg ada dalam tiga bentuk, yaitu selubung luar partikel Dane dan partikel
HBsAg lepas yang berbentuk sferik (bulat) dan partikel HBsAg yang berbentuk
ubuler (filanen).Dalam perjalanan infeksi HBV ada saat-saat ketiga bentuk
partikel tersebut bisa ditemukan dalam darah secara bersamaan.Pada infeksi HBV
akut keadaan sedangkan pada infeksi Hepatitis Kronik hal ini terjadi pada fase
reflikatif. Infeksi HBV ada saat partikel berbentuk sferik dan filament saja yang
ada dalam peredaran darah, misalnya pada fase integrasi yang merupakan fase
nonreflikatif (Kalma, 2016).
3. Anti-HCV
Anti-HCV merupakan salah satu pemeriksaanyang dilakukan untuk
pemeriksaan antibodi HCV yang terdapat didalam serum penderita.Antibodi ini akan
terbentuk didalam serumapabila penderita sedang terinfeksi oleh virushepatitis C.
Deteksi dini inidapat dilakukan menggunakan rapid testyang mempunyai beberapa
keuntungan yaitumudah tersedia, mudah dilakukan dan murah (Arief, 2012).
Respon imun yang terjadi apabila HCV masuk kedalam hepatosit yaitu
antigen darivirus yang dibuat di dalam sitosol hepatositakan merangsang MHC untuk
membuatpolipeptida yang mengangkut antigentersebut ke permukaan sel untuk diikat
olehreseptor dari limfosit T CD8 sehingga sel initeraktivasi. Limfosit T CD8 yang
teraktivasitersebut akan mengeluarkan sitokin yangmenghancurkan sel hepar dan
virus yangberada di dalamnya (Al-aque dkk.,2016).
Rapid Test untuk deteksi Anti-HIV telah banyak digunakan selama dekade
terakhir. Dasar rapid test adalah Immunokromatografi untuk deteksi antibody HIV-1
dan antibodi HIV-2 secara kualitatif. Pemeriksaan di atas mudah dilakukan, tidak
memerlukan peralatan khusus serta tidak memerlukan tenaga terlatih. Hasilnya dapat
dibaca kurang dari 30 menit. Karena itu rapid test sangat berguna untuk membantu
menetapkan status medis pada orang yang diduga terinfeksi HIV sehingga dapat
mengurangi penularan infeksi karena hasil pemeriksaan diperoleh dalam waktu yang
singkat dan pasien dapat segera ditangani. Metode ini tidak memerlukan peralatan
untuk membaca hasilnya, tetapi cukup dilihat dengan kasat mata, sehingga jauh lebih
praktis (Hartono, 2013).
Dalam melaksanakan tes HIV, perlu merujuk pada alur tes sesuai dengan
pedoman nasional pemeriksaan yang berlaku dan dianjurkan menggunakan alur
serial, alur diagnosis HIV. Tes HIV secara serial adalah apabila tes yang pertama
memberi hasil non-reaktif, maka tes antibodi akan dilaporkan negatif. Apabila hasil
tes pertama menunjukkan reaktif, maka perlu dilakukan tes HIV kedua pada sampel
yang sama dengan menggunakan reagen yang berbeda dari yang pertama. Hasil tes
kedua yang menunjukkan reaktif kembali maka dilanjutkan dengan tes HIV ketiga.
Standar Nasional untuk tes HIV adalah menggunakan alur serial karena lebih murah
dan tes kedua hanya diperlukan bila tes pertama member hasil reaktif saja.
Pengendalian HIV dan AIDS Nasional menggunakan strategi III dengan tiga jenis
reagen yang berbeda sensitifitas dan spesifitas-nya, dengan urutan yang
direkomendasikan yaitu reagen pertama memiliki sensitifitas minimal 99%, reagen
kedua memiliki spesifisitas minimal 98%, dan reagen ketiga memiliki spesifisitas
minimal 99%. Jika spesimen mengandung antibodi HIV maka akan timbul garis
warna pada garis tes. Hasil dinyatakan reaktif apabila ditemukan dua atau tiga garis
berwarna ungu kemerahan, yang salah satu garis berada pada daerah kontrol, hasil
dinyatakan Non Reaktif apabila ditemukan satu garis berwarna ungu kemerahan yang
berada pada daerah kontrol, serta dinyatakan Invalid ketika tidak ditemukan garis
berwarna ungu kemerahan pada daerah kontrol saja maupun pada control dan tes
(Depkes, 2013)
5. Thyroid stimulating hormon (TSH)
Untuk mengatur kecepatan sekresi tiroid sesuaikebutuhan metabolisme
tubuh terdapat suatu mekanismeumpan balik spesifik yaitu hipotalamus dan
kelenjerhipofisis anterior, meningkatnya hormon tiroid dalam tubuhmerupakan
mekanisme hormon pada hipotalamus berupaThyrotropin Releasing Hormone (TRH)
yang membuathipofisis anterior mensekresikan Thyroid Stimulating Hormone (TSH)
sehingga merangsang tiroid mensekresikan T4 dan T3. Pada keadaan
meningkatnyahormon tiroid dalam tubuh mengakibatkan T4 dan T3meningkat
sehingga membuat TSH menurun akibatnyamekanisme penghambatan pada hipofisis
anterior danpenghambat pada hipotalamus. Jadi pada penderita yangmengalami
peningkatan sekresi tiroid (Hipertiroid),terjadilah peningkatan T4 dan T3 diikuti
penurunan TSH.4Hormon tiroid yang dihasilkan oleh kelenjar tiroidmempunyai efek
spesifik terhadap berbagai metabolismesel, termasuk metabolisme lipid (Syuhada dan
Rafie 2015)
Thyroid stimulating hormon (TSH) merupakan jenis hormon dalam bentuk
glikoprotein yang sekresikan oleh hipofisis anterior. Sejumlah kondisi dapat
mempengaruhi TSH, yaitu pengukurannya dapat menyebabkan ketidaksesuaian antara
kadar TSH dan tanda klinis pasien. Di pasien berpenyakit akut, nilai TSH di individu
tiroid mengalami peningkatan. Sejumlah faktor seperti: kortisol, dopamin dan sitokin
mempengaruhi hasilan TSH. Bentuk abnormal TSH dapat ditemukan di individu yang
menderita hipotiroidisme sentral. Penurunan sialilasi TSH umum ditemukan di
hipotiroidisme sentral dan mengakibatkan kerendahan bioaktivisitas dan peningkatan
paruh waktu TSH. Pengukuran kadar TSH dapat dipengaruhi oleh antibodi heterofil
dan faktor rheumatoid sehingga menyebabkan peningkatan kadar TSH palsu
(Kirniawan dan Arif, 2015).
Perubahan nilai hormon tiroid dari nilai normalpada pasien hipertiroid terjadi
karena peningkatan pertumbuhan kelenjar tiroid, adanya gangguan dihipofisisanterior
dan produksi hormon tiroid. Kondisi ini membuatkelenjar tiroid menjadi lebih aktif
dalam hal memproduksihormon tiroid. Sehingga, terjadilah peningkatan kadarhormon
tiroid yang beredar disirkulasi. Peningkatan kadarhormon tiroid disirkulasi akan
menekan produksi TSHdihipofisis dengan mekanisme umpan balik negatif agarfungsi
TSH sebagai salah satu pencetus produksi hormontiroid dapat dibatasi fungsinya dan
meminimalisir lonjakankadar hormon tiroid yang terjadi. Hal inilah
yangmenyebabkan terjadinya penurunan kadar TSH serumpada pasien hipertiroid
(Syuhada dan Rafie, 2015).
6. Free T4 (FT4)
Dua macam hormone utama yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid yaitu Tiroksin
(T4) dan Triiodotironin (T3).3 Dalam sirkulasi darah, kadar T4 jauh lebih banyakjika
dibandingkan dengan kadar T3 sehingga hal tersebut akan lebih memudahkan
pendeteksian kadar T4 tetapi tetap tidak mengabaikanT3. Hal tersebut didasarkan
kenyataan bahwa pada akhirnya hamper semuadari T4 akan diubah menjadi T3 di
perifer karena T3 tersebut mempunyai kemampuan untuk berikatan dengan
reseptortiroid di inti sel-sel target dengan afinitas 10 kali lebih besar dibandingkan
dengan T4 dan mempunyai aktivitas yang secara proporsional lebih besar pula.
Sebagian besar T3 dan T4 terikat secara reversible dengan protein plasma dalam
sirkulasi darah seperti Thyroxine-binding-globulin (TBG) untuk diangkut
kejaringanperifer, sedangkan sebagian lagi beredar bebas tanpaterikat dengan protein
sebagai freeT4 (FT4) dan FreeT3 (FT3) (Kurniawati dkk., 2015).
Ekses yodium yang bersifat akut dapat menyebabkan hipotiroid karena
terjadi hambatan pelepasan hormone tiroid oleh kadar yodium yang tinggi, sedangkan
jika keadaan ini berlangsung lama (kronik) dapat meningkatkan aktvitas kelenjar
tiroid dan menyebabkan hipertiroidisme yang dikenal sebagai iodine-induced
hyperthyroidism atau IIH. Pada umumnya, IIH hanya terjadi pada mereka yang
memiliki resiko tinggi kelainan tiroid seperti pada mereka yang fungsi tiroidnya
independen terhadap stimulasi TSH atau mereka yang kelenjar tiroidnya secara parsial
bersifat otonom, walaupun demikian tidak menutup kemungkinan IIH ditemukan pada
orang dengan fungsi tiroid normal, tetapi keadaan tersebut dapat ditekan apa bila
asupan yodium dihentikan sehingga akan kembali pada status eutiroid. Pemeriksaan
laboratorium untuk mengetahui fungsi tiroid salah satunya adalah dengan memeriksa
kadar FT4 serum (Kurniawati dkk.,
2015).
G. Sub Unit Klinik Rutin
1. Pemeriksaan urinalisa
Urinalisis adalah salah satu pemeriksaan laboratorium yang penting untuk
menegakkan berbagai diagnosis. Banyak produk akhir metabolisme dan berbagai
zat lainnya diekskresikan melalui urin. Pemeriksaan urinalisis selain memberikan
indikasi kondisi ginjal sebagai organ ekskresi, juga mampu memberikan indikasi
berbagai kondisi sistemik seseorang. Itu sebabnya urinalisis merupakan salah satu
pemeriksaan laboratorium yang sering diminta oleh seorang dokter (Indranila &
Puspito, 2012).
a. Pemeriksaan makroskopis
Pemeriksaan makroskopik urin merupakan salah satu jenis urinalisis yang
dilakukan untuk melihat volume, warna, kejernihan, dan bau pada urin (Mustikawangi
et al., 2016).
1) Warna urine. Urin normal yang baru dikeluarkan tampak jernih sampai sedikit
berkabut dan berwarna kuning oleh pigmen urokrom dan urobilin. Intensitas
warna sesuai dengan konsentrasi urin, urin encer hampir tidak berwarna, urin
pekat berwarna kuning tua atau sawo matang.
2) Bau urine. Urine baru, pada umumnya tidak berbau keras. Baunya disebut pesing,
disebabkan karena adanya asam-asam yang mudah menguap. Bau urine dapat
dipengaruhi oleh makanan/ minuman yanga dikonsumsi. Apabila urine dibiarkan
lama, maka akan timbul bau amonia, sebagai hasil pemecahan ureum. Aceton
memberikan bau manis dan adanya kuman akan memberikan bau busuk pada
urine.
3) Volume urine. Pada orang dewasa, normal produksi urine sekitar 1,5 L dalam 24
jam. Jumlah ini bervariasi tergantung pada luas permukaan tubuh, konsumsi
cairan, dan kelembaban udara/ penguapan.
4) Kejernihan urine. Urine baru dan normal pada umumnya jernih. Kekeruhan
biasanya terjadi karena kristalisasi atau pengendapan urat (dalam urin asam) atau
fosfat (dalam urin basa). Kekeruhan juga bisa disebabkan oleh bahan selular
berlebihan atau protein dalam urin .
b. Pemeriksaan kimiawi
Menurut literature (Shanthi et al., 2016) parameter kimia urine yang
diperiksa menggunakan carik celup urine adalah:
1) pH urine. Pemeriksaan pH urine berdasarkan adanya indicator ganda (methyl red
dan bromthymol blue), dimana akan terjadi perubahan warna sesuai pH yang
berkisar dari jingga hingga kuning kehijauan dan hijau kebiruan. Rentang
pemeriksaan pH meliputi pH 5,0 sampai 8,5.
2) Berat jenis (BJ) urine. Penetapan berat jenis urin menggunakan strip reagen
lebih praktis, cepat, dan tepat daripada metode konvensional. Strip mengandung
tiga bahan utama, yaitu polielektrolit, substansi indikator dan buffer. Pembacaan
dilakukan dalam interval 0,005 dari berat jenis 1,000 sampai 1,030. Urine yang
mengandung glukosa atau urea tinggi menyebabkan berat jenis cenderung tinggi
dan protein sedang atau ketoasidosis dapat menyebabkan berat jenis cenderung
rendah
3) Leukosit urine. Uji strip reagen mendeteksi esterase leukosit yang ditemukan
dalam granula azurofilik leukosit granulositik (neutrofil,eosinofil dan basofil),
serta monosit dan makrofag. Prinsipnya adalah aksi esterase leukosit memecah
ester yang diresapkan dalam pad reagen membentuk senyawa aromatik. Segera
setelah hidrolisis ester, reaksi azocoupling terjadi antara senyawa aromatik yang
dihasilkan dan garam
azodium yang disediakan dalam pad tes menghasilkan warna azo dari krem
sampai ungu
4) Nitrit. Dasar tes kimia nitrit adalah kemampuan bakteri tertentu untuk
mereduksi nitrat (NO3) menjadi nitrit (NO2). Nitrit terdeteksi oleh reaksi Greiss,
dimana nitrit pada pH asam bereaksi dengan amina aromatik (asam p-arsanilat
atau sulfanilamide) membentuk senyawa diazonium yang kemudian bereaksi
dengan tetrahidrobenzoquinolin menghasilkan warna azo yang merah muda
5) Protein urine. Prinsip pemeriksan protein ini berdasarkan albumin tes. Pada daerah
tes diberikan reagen penyangga yang mampu mempertahankan pH daerah
pereaksi dan indikator tetrachlorophenol-tetrabromosulfophtalein. Albumin
menyebabkan perubahan pH, perubahan warna dari kuning menjadi hijau.
6) Glukosa urine. Strip reagen untuk glukosa dilekati dua enzim, yaitu glukosa
oksidase dan peroksidase, serta zat warna (kromogen), seperti orto-tuluidin,
kalium iodida, tetrametilbensidin atau 4- aminoantipirin. Perubahan warna yang
terjadi tergantung pada kromogen yang digunakan dalam reaksi.
7) Keton. Strip reagen berisi sodium nitroprusid (nitroferisianida) dan buffer basa
yang bereaksi dengan keton urine membentuk warna ungu atau merah marum.
8) Urobilinogen. Tes skrining urobilinogen didasarkan pada reaksi aldehid Erlich,
dimana urobilinogen beraksi dengan senyawa diazonium (pdimethylamino
benzaldehyde) dalam suasana asam membentuk warna merah azo. Namun, adanya
bilirubin dapat mengganggu pemeriksaan karena membentuk warna hijau
9) Bilirubin, Pemeriksaan rutin terhadap bilirubin urin dalam strip reagen
menggunakan reaksi diazo. Bilirubin bereaksi dengan garam diazoniu dalam
suasana asam menghasilkan azodye, dengan warna mulai dari coklat atau merah.
10) Eritrosit . Pemeriksaan dengan strip reagen mendeteksi eritrosit, hemoglobin
bebas, maupun mioglobin, namun reaksi sensitive terhadap hemoglobin dan
mioglobin daripada eritrosit. Pada reagen diresapi dengan kromogen
tetrametilbenzidin dan peroksida. Adanya eritrosit utuh akan memberikan reaksi
berupa bintik – bintik hijau, sedangkan hemoglobin bebas dan mioglobin akan
memberikan warna hijau atau hijau- biru tua
c. Pemeriksaan mikroskopis
3. Pemeriksaan narkoba
Tes urin merupakan alat deteksi sederhana untuk mengetahui kandungan paparan
narkoba dalam tubuh yaitu dengan mengunakan rapid tes yang dimasukkan kedalam
tabung/ pot berisi urin untuk mengetahui enam parameter zat narkoba yaitu marijuana,
morfin, amphetamine, methamphetamine, ekstasi dan kokain (Inassa, 2019)
Pemeriksaan narkoba seringkali dibagi menjadi pemeriksaan skrining dan
konfirmatori. Pemeriksaan skrining merupakan pemeriksaan awal pada obat pada
golongan yang besar atau metabolitnya dengan hasil presumptif positif dan negatif.
Secara umum pemeriksaan skrining merupakan pemeriksaan yang cepat, sensitif,
tidak mahal dengan tingkat presisi dan akurasi yang masih dapat diterima, walaupun
kurang spesifik dan dapat menyebabkan hasil positif palsu karena terjadinya reaksi
silang dengan substansi lain dengan struktur kimia yang mirip. Pada pemeriksaan
skrining, metode yang sering digunakan adalah immunoassay dengan prinsip
pemeriksaan adalah reaksi antigen dan antibodi secara kompetisi. Pemeriksaan
skrining dapat dilakukan diluar laboratorium dengan metode ELISA (enzyme linked
immunosorbent assay)(Rambe,2017).
Strip Test adalah metode immunoassay dengan prinsip pemeriksaan yaitu
reaksi antigen dan antibodi secara kompetisi yang mungkin ada dalam specimen urine
dan bersaing melawan konjugat obat untuk mengikat situs pada antibodi. Selama
pengujian, spesimen urine bermigrasi keatas dengan aksi kapiler dengan prinsip
pemeriksaan adalah reaksi antigen dan antibodi secara kompetisi. Spesimen urine
dengan hasil positif tidak akan membentuk garis berwarna pada daerah garis uji
karena persaingan obat, sementara spesimen urine dengan hasil negatif akan
menghasilkan garis di daerah uji karena adanya kompetisi obat. Berfungsi sebagai
kontrol prosedural, garis berwarna akan selalu muncul di garis kontrol, menunjukkan
bahwa jumlah spesimen yang tepat telah ditambahkan (Rambe, 2017)
Pemeriksaan konfirmasi digunakan pada spesimen dengan hasil positif pada
pemeriksaan skrining. Pemeriksaan konfirmasi digunakan pada spesimen dengan
hasil positif palsu. Metode konfirmasi yang sering digunakan adalah gas
chromatography/mass spectrometry (GC/MS) atau liquid chromatography yang dapat
mengidentifikasi jenis obat secara spesifik dan tidak dapat bereaksi silang dengan
substansi lain. Kekurangan metode konfirmasi adalah waktu pengerjaannya yang
lama, membutuhkan keterampilan tinggi serta biaya pemeriksaan yang tinggi (Rambe,
2017).
2. Pewarnaan Gram
b) Rehidrasi (Preparat masuk ke alcohol 95%, 80%, 75% selama 2 menit dan
Preparat masuk ke air mengalir 3 menit)
c) Pengecatan inti (Preparat masuk ke larutan Mayer Hematoxylin selama 7 menit)
d) Preparat masuk ke air mengalir selama 7 menit
e) Countes stain (Preprat masuk ke larutan Eosin selama 0,5 menit)
f) Preparat masuk ke air wadah I, II, III 3 celup
g) Dehidrasi (Preparat masuk ke alcohol 70%, 80%, 95%, 100% selama 3 celup)
h) Clearing (Preparat masuk ke xylol I, II selama 2 menit)
i) Mounting (Preparat diberi 1 tetes entelan dan dek glass)
Daftar Pustaka