Anda di halaman 1dari 79

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIK BELAJAR LAPANGAN (PBL)


BLOK 3 SEMESTER 1
PUSKESMAS GUNUNG PATI KOTA SEMARANG

Telah diujikan dan disetujui pada :


Hari :
Tanggal :

Penguji :

Tanda Tangan

Pembimbing Lapangan: ……………………………

(…………………………….)

Pembimbing Akademi: ……………………………..

(.…………………………….)
LAPORAN

PELAKSANAAN PRAKTIK BELAJAR LAPANGAN (PBL)


BLOK 3 SEMESTER 1

PUSKESMAS GUNUNGPATI KOTA SEMARANG

Disusun oleh :

Kelompok IV

1. Adisti Irda Febriyani (H2A011002)


2. Anisa Paramitha (H2A0110)
3. Dhian Nurul Khikmah (H2A008037)
4. Juliardi (H2A008038)
5. Sinta Tri Ciptarini (H2A011042)
6. Tuti Hadiyanti (H2A011045)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
TAHUN AJARAN 2011/2012
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas PBL (Praktik Belajar
Lapangan) beserta laporannya dengan judul “Laporan Praktik Belajar
Lapangan (PBL) Puskesmas Gunungpati Kota Semarang”.

Penyusun menyadari bahwa dalam pelaksanaan PBL dan


penyusunan laporannya tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya
bantuan dari pihak lain.Oleh karena itu pada kesempatan ini kami
mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu dr.Hj.Siti Moetmainnah Prihadi, SpOG(Kfer),MARS selaku


dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang.
2. Ibu dr. Wijayanti selaku penanggung jawab blok 3 Semester 1.
3. Bapak dr.Sudiyat, SpOG (K) selaku Pembimbing Akademik Praktek
Belajar Lapangan.
4. Bapak dr.H.Mada Gautama Seobowo beserta staf Puskesmas
Gunungpati selaku Pembimbing Praktik Belajar Lapangan.
5. Teman-teman sejawat Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Semarang.
Kami sadari bahwa dalam pelaksanaan Praktik Belajar Lapangan
dan penyusunan laporannya masih banyak kekurangan oleh kerena itu, kami
mohon saran dan kritik yang bersifat membangun.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Semarang, Februari

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman Judul
Halaman Pengesahan
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Daftar Lampiran

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Praktik Belajar Lapangan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
C. Manfaat Praktik Belajar Lapangan
D. Ruang Lingkup
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB III HASIL PENGAMATAN
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Perkembangan Nasional bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,


kemampuan dan kemauan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Untuk mewujudkan derajat
kesehatan bagi masyarakat diselenggarakan upaya kesehatan dengan
pendekatan pemeliharaan peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan
penyakit (preventif), penyembuhan penyakit ( kuratif ), dan pemeliharaan
kesehatan (rehabilitatif), ini dilaksanakan secara menyeluruh dan
berkesinambungan.
Tuntutan masyarakat sesuai seiring dengan perkembangan informasi
dan arus globalisasi akan lebih mengarah kepada tuntunan peningkatan
mutu pelayanan kesehatan yang memenuhi standart pelayanan internasional.
Sehubungan dengan peranan data dan informasi akan semakin penting
terutama dalam mendukung berdasarkan fakta ( invidence management ).
Dalam mendukung penyelenggaraan upaya mewujudkan derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya bagi masyarakat indonesia yang telah di terbitkan
UU No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, yang memuat pasal-pasal yang
mengatur hak dan kewajiban warga negara dan pemerintah sebagai berikut :
 Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat
kesehatan yang optimal ( pasal 4 )
 Setiap orang berkewajiban untuk ikut serta dalam memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan perseorangan, keluarga, dan
lingkungan ( pasal 5 )
 Pemerintah bertugas menyelenggarakan upaya kesehatan yang
merata dan terjangkau oleh masyarakat ( pasal 7 )
 Pemerintah bertanggung jawab untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat (pasal 9)
 Pemerintah meningkatkan, membina, dan men dorong jaminan
pemeliharaan kesehatan masyarakat sebagai cara yang dijadikan
landasan setiap penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan yang
pembiayaanya secara pra upaya, berdasarkan usaha bersama dan
kekeluargaan (pasal 66 ayat1).
Tuntutan globalisasi, suatu fenomena yang muncul pada akhir abad
ke-20 yang ditandai dengan terjadinya interpenetrasi dan indepedensasi dari
semua faktor baik ekonomi, politik, dan sosial budaya, menyebabkan terjadi
transformasi masyarakat yang menjadi masyarakat global (dunia) sehingga
batas negara menjadi tidak jelas lagi.
Perubahan global seperti ini dan tuntutan informasi yang terjadi
mengharuskan untuk merumuskan kembali kebijakan puskesmas dengan
memperhatikan pergeseran paradigma pembangunan kesehatan seperti :
1. Pergeseran dari kebutuhan (need) ke tuntutan (demand)
2. Pergeseran dari medical care ke health care
3. Pergeseran dari fragmented program ke integrated program
4. Pergeseran dari system pembiayaan pemerintah ke perorangan atau
masyarakat swasta
5. Pergeseran pola pembayaran yang selama ini fee for service bergeser ke
praupaya, dengan mengutamakan pelayanan promotif dan preventif
pergeseran pelaksanaan terpusatkan (centralized) menjadi
decentralized
6. Pergeseran proses perencanaan yang top down menjadi bottom up dengan
era desentralisasi
7. Pergeseran dari partisipasi menjadi kemitraan
8. Pergeseran dari upaya birokrasi ke wirausaha
9. Pergeseran pemahaman tentang kesehatan dari pandangan konsumtif
menjadi investasi
Sesuai dengan pergeseran paradigma yang seperti ini dan sejalan
dengan penerapan desentralisasi serta sekaligus untuk menghadapi berbagai
tantangan yang terkait dengan era globalisasi dan informasi yang menuntut
transparasi dan akuntabilitas maka konsep puskesmas perlu ditinjau kembali
dan disempurnakan, sehingga dapat diwujudkan pelayanan kesehatan yang
bermutu, efektif, efisien, merata, dan berkesinambungandiseluruh plosok
tanah air.
Pada blok 3 semester 1 sebagai perwujudan disiplin Ilmu Kesehatan
Masyarakat dan Kedokteran Keluarga mahasiswa melaksanakan Praktik
Belajar Lapangan (PBL) di puskesmas wilayah kerjanya. Kegiatan belajar di
lapangan ini dapat memberi pengetahuan kepada mahasiswa tentang
manajemen upaya dan program di puskesmas.
Seperti teori-teori yang telah mahasiswa dapatkan di dalam
pembekalan, mahasiswa harus dapat membandingkan sesuai dengan
pengamatan yang ada di lapangan. Disamping itu mahasiswa berupaya
dapat menjelaskan upaya-upaya dan program yang ada di puskesmas. Pada
kegiatan belajar di lapangaan ini mahasiswa didorong untuk bisa
bertanggung jawab dan harus bisa bekerja sama antar anggota kelompok.
Dan pada akhir kegiatan belajar ini setiap kelompok diwajibkan menyusun
laporan dan mempresentasikannya.

1.2 Tujuan Praktik Belajar Lapangan

1.2.1 Tujuan Umum

Pada akhir praktek lapangan diharapkan mahasiswa dapat


menjelaskan dan memahami manajemen kesehatan di puskesmas melalui
kegiatan yang telah dilaksanakan sesuai dengan kenyataan yang sudah
ditentukan.

1.2.2 Tujuan Khusus

Pada akhir kegiatan kami diharapkan dapat :

a. Memperoleh pengalaman sehingga dapat menjelaskan tentang


upaya-upaya dan program puskesmas dengan cara membuat Laporan
Praktik Belajar Lapangan di Puskesmas serta menjelaskan konsep
public health dan managemen upaya kesehatan yang ada di
Puskesmas.
b. Mengetahui kegiatan pokok dan kegiatan pengembangan Puskesmas
c. Mengumpulkan dan mengidentifikasi data, permasalahan serta
hambatan dari setiap upaya-upaya dan program serta permasalahan
yang ada di puskesmas.
d. Membina dan meningkatkan kerjasama antara Fakultas Kedokteran
Muhammadiyah Semarang dengan Puskesmas tempat mahasiswa
melaksanakan PBL.

1.3 Manfaat Praktik belajar Lapangan

a. Mahasiswa dapat melihat secara langsung kegiatan-kegiatan yang


dilaksanakan puskesmas

b. Memahami dan mengerti manajemen yang ada di puskesmas

c. Membandingkan antara teori dengan praktik dilapangan

d. Memperat kerjasama dan tanggung jawab antara anggota kelompok

e. Menambah wawasan dan pengalaman tentang manajemen puskesmas


yang dapat berguna di kemudian hari dalam menjalankan profesi
sebagai dokter

1.4 Ruang Lingkup

Didalam kegiatan praktik belajar lapangan di Puskesmas Gunung Pati


Semarang, mahasiswa sebatas melakukan observasi mengenai manajemen
yang berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi Puskesmas Gunung Pati,
mencakup upaya pelayanan pokok dan pengembangan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Puskesmas


Puskesmas yang dewasa ini dianggap sebagai ujung tombak
pelayanan kesehatan masyarakat, konsepnya pertama kali dimunculkan
dalam rapat kerja Nasional (Rakernas) tahun 1986 di Jakarta. Puskesmas
adalah unit pelaksanaan teknis Dinas Kesehatan/Kotayang bertanggung
jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.
Karena kurangnya jumlah tenaga kesehatan yang tersedia, terutama tenaga
dokter dan para-medis, maka Puskesmas dibagi menjadi beberapa kategori,
sebagai berikut :
a. Puskesmas tipe A, yang dipimpin oleh dokter.
b. Puskesmas tipe B, yang dipimpin oleh dokter tidak penuh.
c. Puskesmas tipe C, yang dipimpin oleh tenaga paramedis (perawat
dan bidan senior).
Dalam Rakernas 1970 pembagian Puskesmas berdasarkan kategori
tenaga tersebut dianggap kurang sesuai dan sejak itu, tingkat Kecamatan
atau sudah daerah dengan jumlah penduduk antara 30.000hingga 50.000.
Dewasa ini khusus untuk kota besar yang berpenduduk padat, wilayah kerja
Puskesmas dapat meliputi satu atau beberapa kelurahan saja, sedangkan
Puskesmas di Ibu-Ibu kota Kecamatan dengan jumlah penduduk 150.000
jiwa atau lebih merupakan Puskesmas pembantu yang berfungsi sebagai
pusat rujukan bagi Puskesmas kelurahan tadi dan juga mempunyai fungsi
koordinasi.
Untuk perluasan jangkauan pelayanan, maka diadakan unit-unit
pelayanan kesehatan yang lebih sederhana yang disebut Puskesmas
pembantu dan Puskesmas keliling.
PKMD (Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa) merupakan
upaya untuk menggerakkan dan menampung peran serta masyarakat untuk
menunjang upaya pengembangan jangkauan pelayanan kesehatan yang
disebut “primary health care” yang merupakan kegiatan pokok puskesmas.
Bersamaan dengan perkembangan dalam program KB yang
merupakan utamanya di bidang “KIE” (Komunikasi, Informasi, Edukasi)
juga berupaya untuk menghidupkan peran serta aktif masyarakat maka
berkembanglah berbagai aktivitas masyarakat yang munculnya memang
dipacu oleh program-program tersebut. Salah satunya adalah ‘Posyandu’
yang merupakan pos pelayanan terpadu antara pelayanan program KB,
Posyandu yang kedudukannya sebennarnya merupakan salah satu bentuk
upaya peran serta masyarakat di bawah koordinasi PKMD (Pembangunan
Kesehatan Masyarakat Desa).

2.1.1 Visi Puskesmas


Visi pembangunan kesehatan diselenggarakan oleh Puskesmas
adalah tercapainya Kecamatan Sehat Menuju terwujudnya Indonesia Sehat.
Kecamatan Sehat adalah gambaran masyarakat. Kecamatan masa depan
yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan. Yakni masyarakat yang
hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta
memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Empat Indikator Utama Kecamatan Sehat :
a. Lingkungan Sehat
b. Perilaku Sehat
c. Cakupan Pelayanan Kesehatan yang Bermutu
d. Derajat Kesehatan Penduduk Kecamatan

2.1.2 Misi Puskesmas


a. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah
kerjannya.
b. Mendorong kemandirian hiidup sehat bagi keluarga dan masyarakat
di wilayah kerjanya.
c. Memelihara dan meningkatkan mutu pemerataan keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.
d. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan
masyarakat beserta lingkungannya.

2.1.3 Tujuan Puskesmas


Mendukung tercapainya pembangunan Nasional yakni
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang yang bertempat tinggal di wilayah Puskesmas untuk mewujudkan
Indonesia Sehat.

2.1.4 Fungsi Puskesmas


a. Sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan.
b. Sebagai pusat pemberdayaan. Puskesmas selalu berupaya agar
perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat
termasuk dunia usaha memiliki kesadaran , kemauan dan kemampuan
melayani diri sendiri dan manyarakat untuk hidup sehat , berperan aktif
dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk sumber
pembiayaannya, serta ikut menetapkan.
c. Sebagai pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama. Pelayanan kesehatan
tingkat pertama yang menjadi tanggung jawab puskesmas meliputi :
1. Pelayanan Kesehatan Perorangan
Adalah pelayanan yang bersifat pribadi (private goods)dengan tujuan
pertama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan
perorangan, tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan.
2. Pelayanan Kesehatan masyarakat
Adalah pelayanan yang bersifat publik (public goods). Dengan tujuan
pertama memelihara dan meningkatkan kesejahteraan serta menyegah
penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan.
2.1.5 Peran puskesmas
Dalam konteks otonomi daerah saat ini, puskesmas mempunyai
paran yang sangat vital, sebagai inustri pelaksana teknis, dituntut memilii
kemampuan manajerial dan wawasan jauh kedepan untuk meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan.
Peran tersebut ditujukan dalam bentuk ikut serta menentukan
kebijakan daerah melalui sitem perncanaan yang matang dan realisize,
tatalaksanan kegiatan yang tersususn rapi, serta sistem evaluasi dan
pemantauan yyang akurat.

2.1.6 Kedudukan puskesmas


Kedududkan puskesmas dibedakan menurut keterkaitannya. Dengan
sistem kesehatan nasional dan sitem kesehatab kabe, kota dan sistem
pemerintah daerah.
a. Sistem kesehatan nasionnal (SKN)
b. Sistem kesehatan kabupaten /Kota
c. Sistem pemerintahan daerah
d. Antar sarana kesehatan srata pertama.
Azrul anwar mengkategorikan puskesmas sebagai salah satu bentuk
pelayanan kesehatan yang tergolong “primary health care” . Bentuk lainnya
adalah pelayanan kesehatan tingkat rujukan pertama atau “secondary health
care” dan tingkat rujukan lanjut atau “ tertiary health care” yang
kemampuan teknis jenjeng pelayanannya lebih tinggi daripada puskesmas.
Puskesmas diartikan sebagai suatu organisasi fungsional yang
memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat
diwilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Secara fungsional
puskesmas berperan sebagai berikut :
1. Sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat diwilayah
kerjanya.
2. Sebagai pembina peran serta masyarakat diwilayah kerjanya, dalam
rangka meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat.
3. Memberikan pelayanan kesehatn secara menyeluruh dan terpadu
kepada masyarakat diwilayah kerjanya.

1. KIA 6. Pengobatan 11. Kesehatan kerja


2. P2M 7. UKS 12. Kesehatan usia lanjut
3. Perkesmas 8. Kes. Gigi & mulut
4. KB 9. Kesehatan Jiwa
5. Gizi 10. Laboratorium
Pelayanan yang terpadu berarti mencakup berbagai upaya pokok
(upaya pelayanan kesehatan dasar) yang dapat dilaksanakan dibawah satu
koordinasi dan pimpinan puskesmas tersebut. Jenis kegiatan pokok atau
program upaya pelayanan kesehatan dasar dan pengembangan dipuskesmas
tersebut antara lain :
Disamping menyelenggarakan upaya kesehatan pokok tersebut sewaktu-
waktu puskesmas dapat diminta untuk melaksanakan program tertentu
lainnya oleh DepKes pusat atau perwakilannya di daerah. Dalam keadaan
darurat misal terjadi wabah penyakit menular , bnecana alam dan KLB
maka puskesmas dapat diperbantukan dan harus mengurangi kegiatan yang
tidak begitu penting sampai keadaan darurat tersebut teratasi.
Fasilitas penunjangantara lain :
1. Pustu cakupan jumlah penduduk
2. Puskesmas keliling dengan perlengkapan kendaraan roda empat
3. Puskesmas 24 jam

2.1.7 Manajemen Puskesmas


a. Pengertian

Manajemen adalah keterampilan untuk memperoleh hasil dalam


rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya, dengan
menggerakkan orang lain dan memanfaatkan sumber daya yang tersedia.

b. Tujuan

 Umum
Didapatnya pelayanan Puskesmas yang berdaya guna dan berhasil guna

 Khusus
1. Dilaksanakannya Perencanaan tingkat Puskesmas
2. Dilaksanakannya loka karya mini Puskesmas
3. Dilaksanakannya stratifikasi Puskesmas

c. Kegiatan Pokok

A. Perencanaan (P1)
Adalah proses penyusunan rencana tahunan Puskesmas untuk
mengatasi masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas. Didalam
perencaan, langkah-langkah yang harus ditempuh dan dipahami oleh
Pemimpin Puskesmas ialah sebagai berikut :
1. Mengetahui kebijaksanaan Pusat meliputi SKN, GBHN, dll.
2. Mengetahui kebijaksanaan Kan.Wil Dep.Kes dan Din.Kes Dati 1
setempat
3. Mengertahu kebijaksanaan KanDep. Dan DinKes. Dati II
4. Menentukan tujuan dan sasaran
5. Melakukan analisa situasi
6. Menemukan masalah dan menentukan prioritas masalah
7. Menyusun rencana operasional
8. Pengaturan sumber daya
Hasilnya adalah rencana kerja tahunan.

B. Penggerakan Pelaksanaan (P2)


Adalah proses penyelenggaraan, pemantauan , serta penilaian
terhadap penyelenggaraan rencana tahunan Puskesmas, baik rencana
tahunan upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan dalam
mengatasi masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas.
Kegiatan yang telah disusun menjadi rencana kerja perlu digerak
laksanakan agar dapat mencapai tujuan/sasaran yang telah ditetapkan
dengan cara terarah dan berdaya guna.
Kegiatan dalam fase ini adalah :
1. Pengorganisasian
Surat keputusan Men.Dagri No.23 tahun 1994 tentang pedoman
organisasi dan tata kerja Puskesmas menetapkan susunan organisasinya
sebagai berikut :
a. Kepala Puskesmas
Bertugas memimpin, mengawasi, mengkoordinasikan
pelaksanaan pelayanan kesehatan secara paripurna kepada
masyarakat dalam wilayah kerjanya
b. Urusan Tata Usaha
Mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan urusan
kepegawaian, keuangan, perlengkapan, surat menyurat, humas
dan urusan umum, perencanaan ...
c. Unit-unit
Merupakan kelompok jabatan fungsional yang mempunyai tugas
melaksanakan tugas khusus sesuai bidang keahlian dan
kebutuhan, serta terdiri dari :
1. Unit Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit
2. Unit Peningkatan Kesehatan dan Kesehatan Keluarga
3. Unit pemulihan Kesehatan dan Rujukan
4. Unit Kesehatan Lingkungan, Penyuluhan dan Peranserta
Masyarakat
5. Unit Perawatan
6. Unit Penunjang
7. Unit Pelaksana Khusus

d. Puskesmas Pembantu / Bidan di Desa


Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan
Tingkat II
2. Pengurusan Staf
Menentukan dengan jelas wewenang, tugas pokok dan kegiatan
tertentu bagi petugas kesehatan yang telah menduduki suatu posisi di
Puskesmas.Pembinaan motivasi dan karier petugas kesehatan agar selalu
timbul gairah kerja dalam kegiatan sehari-hari di Puskesmas.
3. Kerja sama Lintas program dan lintas sektoral
Didalam menciptakan suatu kerja sama yang baik perlu dipahami
beberapa hal sebagai berikut :
a. Kemampuan membina kerja sama yang intim dan harmonis dalam
melaksanakan tugas adalah menjadi tanggung jawab masing-
masing
b. Kesediaan yang membawakan kepentingan pribadi dan kelompok
kepada kepentingan yang lebih luas
c. Kesediaan untuk menyerahkan kepada organisasi yang dibarengi
oleh kesediaan untuk menerima kewajiban yang lebih besar
d. Adanya kepercayaan dan saling menghormati dan kesetiaan demi
untuk mengadakan perubahan dan pengembangan organisasi
e. Adanya kemauan dan kemampuan serta menyempatkan diri
untuk saling bekerjasama dalam rangka mencapai tujuan yang
telah ditentukan bersama

4. Bina peran serta masyarakat


Peran serta masyarakat didapat melalui pendekatan Pembangunan
Kesehatan Masyarakat (PKMD).

C. Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian (P3)


Pengawasan :
Dilakukan dengan mengamati seluruh proses upaya kesehatan untuk
menjamin agar semua kegiatan yang sedang dilaksanakan berjalan sesuai
dengan rencana dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bila
terjadi penyimpangan dapat memberi saran tindakan koreksi yang perlu
dilakukan.
Pengendalian :
Sebagai tindakan pengaturan dan pengarahan pelaksanan agar tujuan
dapat dicapai secara berhasil guna dan berdaya guna.Ada kewenangan
melakukan tindakan koreksi.
Penilaian :
Meningkatkan hasil guna serta dayaguna perencanaan dan
pelaksanaan program dan memberikan petunjuk dalam pengelolaan tenaga,
dana, dan fasilitas untuk program yang ada sekarang dan akan datang.
Proses ini pada dasarnya terdiri dari :
- Menetapkan standar perfomance / indikator
- Mengukur performance yang sesungguhnya
- Membandingkan performance yang sesungguhnya dengan
standar yang diharapkan
- Mencari alasan-alasan terjadinya penyimpangan
- Menetapkan cara-cara untuk memperbaiki penyimpangan
tersebut
- Melaksanakan cara-cara perbaikan tersebut

Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa ( PKMD )

Upaya kesehatan yang dilakukan oleh masyarakat di tingkat desa


diintegrasikan dengan jaringan upaya kesehatan di tingkat Kecamatan
sehingga dapat terjalin suatu sistem rujukan mulai dari desa ketingkat
kecamatan dan bila diperlukan ketingkat yang lebih atas lagi. PKMD dapat
diartikan sebagai kegiatan masyarakat dalam rangka menolong dirinya yang
dilakukan secara gotong-royong dan swadaya agar mampu memelihara
kehidupannya yang sehat untuk mencapai mutu hidup yang lebih tinggi dan
kesejahteraan yang lebih baik.

Dari berbagai kegiatan masyarakat tersebut minimal diharapkan ada


salah satu dari 9 unsur ‘ primary health care ‘ sebagai berikut :

a. Penyuluhan kesehatan
b. Peningkatan produksi pangan dan status gizi
c. Air bersih dan kesehatan lingkungan
d. Imunisasi
e. Kesehatan ibu dan anak serta Keluarga Berencana
f. Pencegahan dan Pemberantasan penyakit endemik setempat
g. Pengobatan terhadap penyakit umum dan kecelakaan
h. Penyediaan obat esensial

Sistem Informasi dan Komunikasi Puskesmas

Bentuk Rekam Medis ada 2 :


1. Berkas Keluarga (Family Folder/FF)
Merupakan kumpulan RM dari masing-masing anggota keluarga,
yang disimpan menurut nomor urut atau huruf pertama nama kepala
keluarga (KK). Family folder ini berfungsi Mendapatkan gambaran
tentang latarbelakang keluarga mengetahui masalah-masalah
kesehatan dalam keluarga yang potensial mempunyai hubungan
dengan masalah kesehatan yang ada pada pasien.

2. Buku Kesehatan Keluarga


Merupakan suatu RM berbentuk buku, dipakai bersama oleh semua
anggota keluarga.

Isi Rekam Medis :

1. Keterangan tentang Data Dasar Keluarga (Data Base/ Family


Profile)
a.Data demografi setiap anggota keluarga
b. Riwayat kesehatan setiap anggota keluarga
c. Data biologis setiap anggota keluarga
d. Keterangan tentang tindakan pencegahan penyakit setiap
anggota keluarga
e. Data tentang pelbagai faktor resiko setiap anggota keluarga
f. Data kesehatan lingkungan rumah
g. Struktur keluarga
h. Fungsi keluarga & pelaksanaannya

2. Keterangan tentang Data Klinik (Clinical Data)


a. Tanggal kedatangan
b. Keluhan dari masalah kesehatan yang dihadapi
c. Jenis dan hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan
d. Jenis dan hasil pemeriksaan penunjang yang dilakukan
e. Masalah kesehatan yang ditemukan (diagnosis)
f. Rencana pengobatan dan tindakan medik yang dilakukan
g. Kemajuan dari pengobatan dan tindakan medik yang dilakukan
tersebut

Azas Penyelenggaraan

Azas Penyelenggaraan dikembangkan dari ketiga fungsi Puskesmas

1. Azas pertanggungjawaban wilayah


Azas penyelenggaraan Puskesmas yang pertama adalah pertanggung
–jawaban wilayah.Dalam arti Puskesmas bertanggung jawab
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang bertempat tinggal
di wilayah kerjanya.
Kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan :
a. Menggerakkan pembangunan berbagai sektor tingkat Kecamatan
sehingga berwawasan kesehatan
b. Memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap
kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya
c. Menyelenggarakan upaya kesehatan strata utama secara merata
dan terjangkau di wilayah kerjanya
d. Membina setiap upaya kesehatan strata pertama yang
diselenggarakan oleh masyarakat dan dunia usaha wilayah
kerjanya
2. Azas Pemberdayaan Masyarakat
Puskesmas wajib memberdayakan perorangan, keluarga dan
masyarakat, agar berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap upaya
Puskesmas.
Kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan :
a. Upaya kesehatan ibu dan anak ( Posyandu, Polindes, Bina
Keluarga Balita (BKB)
b. Upaya pengobatan ( Posyandu, Pos Obat Desa (POD)
c. Upaya perbaikan gizi (Posyandu, Panti Pemulihan Gizi,
Keluarga Sadar Gizi ( Kadarzi )
d. Upaya Kesehatan Sekolah ( Dokter Kecil )
e. Upaya Kesehatan Lingkungan ( Kelompok Pemakai Air (
Pokmair )
f. Upaya Kesehatan Usia Lanjut ( Posyandu Usila )
g. Upaya Kesehatan Jiwa ( Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa
Masyarakat (TPKJM )

3. Azas Keterpaduan
Untuk mengatasi keterbatasan sumberdaya serta diperolehnya hasil
yang optimal, penyelenggaraan setiap upaya Puskesmas harus
diselenggarakan secara terpadu, jika mungkin sejak dari tahap
perencanaan , antara lain
a. Keterpaduan Lintas Program
- MTBS : Keterpaduan KIA dengan P2M, Gizi, Promosi
kesehatan, Pengobatan
- UKS : Keterpaduan kesehatan lingkungan dengan Promosi
kesehatan,
Pengobatan , Kesehatan gigi, Kesehatan reproduksi remaja dan
jiwa
- Pusling : Keterpaduan pengobatan dengan KIA/KB, Gizi,
Promosi kesehatan,
Kesehatan gigi
- Posyandu : Keterpaduan KIA dengan KB, Gizi, P2M,
Kesehatan jiwa, Promosikesehatan

4. Azas Rujukan
a. Upaya kesehatan perorangan
b. Rujukan Upaya Kesehatan Masyarakat

2.1.7 Upaya Kesehatan Olahraga


 Tujuan :
a. Untuk meningkatkan derajat kesehatan melalui latihan fisik
b. Meningkatkan kesegaran jasmani yang mempunyai pengaruh
langsung terhadap produktifitasnya.
c. Untuk menunjang upaya peningkatan derajat kesehatan dan
kualitas hidup, melalui kekuatan fisik.

 Sarananya :
a. Seluruh golongan produktif terutama di kota besar
b. Seluruh kelompok usia sekolah melalui upaya pelaksanaan
kurikulum dan program ekstrakulikuler
c. Seluruh kelompok olahraga masyarakat dalam bentuk
perkumpulan, klub, dan lain-lain.
d. Pusat – pusat pelayanan kesegaran jasmani
e. Puskesmas sebagai ujung tombak pemberi pelayanan kesehatan
olahraga dengan seluruh sistem rujukan.

Kegiatan pokok kesehatan olahraga :


1. Pelayanan kesehatan olahraga
2. Pelayanan fisik untuk berbagai macam penyakit
3. Penanggulangan cedera olahraga
4. Pencegahan cedera olahraga
5. P3K (Pertolongan Pertama Pada Kesehatan) olahraga
6. Tes kesegaran jasmani.
2.1.8 Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas)

Perkesmas dapat diartikan sebagai program kegiatan keperawatan di


bidang kesehatan masyarakat.Peran keperawatan di bidang kesehatan di
masyarakat tidak sekedar seolah-olah memindahkan kegiatan keperawatan
dari dalam lingkungan rumah sakit ke lapangan atau masyarakat.

Khusus program kegiatan Puskesmas, dimana perkesmas merupakan


salah satu program layanan kesehatan dasar yang dianggap penting dan
mempunyai nilai pada urutan ke-4 setelah progtam KIA, P2M, dan Kesling,
maka kegiatan Puskesmas diartikan sebagai upaya keperawatan kesehatan
msyarakat “paripurna dasar”, baik secara khusus atau terintegrasi dengan
kegiatan pokok Puskesmas lainnya.

Pelaksanaan upaya keperawatan dasar di Puskesmas perlu dilakukan


oleh suatu tim kerja. Tiap tenaga pelaksana tidak dapat bekerja secara
terpisah, tetapi harus saling memberi masukan dalam memecahkan masalah
kesehatan.Asuha keperawatan kesehatan masyarakat dapat dilaksanakan di
Puskesmas yang mempunyai tempat perawatan dan Puskesmas lainnya,
Posyandu, panti-panti, dan rumah-rumah keluarga penderita.

 Tahap-tahap Perkesmas :
1. Pengkajian :
a. Pengumpulan data
b. Analisa data
c. Menetapkan masalah dan diagnosis keperawatan dan urutan
prioritasnya
2. Perencanaan asuhan keperawatan :
a. Menetapkan tujuan dan sasaran
b. Merencanakan sumber daya
3. Pelaksanaan asuhan keperawatan
a. Penggerakan pelaksanaan seusai dengan rencana yang telah
disusun
b. Supervisi, komunikasi, motifasi, dan kepemimpinan
4. Penilaian asuhan keperawatan :
a. Berdasarkan tinjauan dan sasaran yang telah ditetapkan
b. Meliputi daya guna, hasil guna, dan kelayakan
 Sasaran Perkesmas :
1. Individu, khususnya individu resiko tinggi : menderita penyakit,
balita, lanjut usia, masalah jiwa.
2. Keluarga, khususnya ibu hamil, lansia, menderita penyakit,
masalah jiwa.
3. Kelompok/masyarakat keresiko tinggi, termasuk daerah
kumuh,terisolasi, konflik, tidak terjangkau pelayanan kesehatan.

2.2 Upaya Kesehatan

2.2.1 Upaya Kesehatan Wajib

Upaya yang ditetapkan berdasarkan piagam Ottawwa Charter, 1986


telah merumuskan. Yang secara garis besar mengandung makna, suatu
proses untuk meningkatkan kemampuan orang dalam mengendalikan dan
meningkatkan kesehatannya. Untuk mencapai keadaan sehat, seseorang atau
kelompok harus mampu mengidentifikasi dan menyadari aspirasi, mampu
memenuhi kebutuhan dan mengubah atau mengendalikan lingkungan
(Piagam Ottawwa, 1986).

Promosi Kesehatan dan Perilaku

Faktor perilaku merupakan faktor kedua terbesar yang pengaruhi


status kesehatan.Oleh sebab itu, dalam rangka membinaan meningkatkan
kesehatan masyarakat, intervensi atau upaya yang ditujukan kepada faktor
perilaku ini sangat strategis.Intervensi terhadap faktor perilaku secara garis
besar dapat dilakukan melalui dua upaya yang saling bertentangan.Masing-
masing upaya tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan. Upaya
intervensi perilaku tersebut yaitu dalam bentuk :
- Faktor non perilaku (fisik, sosial, ekonomi, politik) pemberantasan
penyakit menular, penyediaan sarana air bersih dan pembuangan
tinja, penyediaan pelayanan kesehatan.
- Tekanan (enforcement)
1. Dalam bentuk peraturan, tekanan, dan sanksi
2. Perubahan cepat tapi tidak langgeng, karena perubahan perilaku
yang dihasilkan dengan cara ini tidak disadari oleh pengertian
dan kesadaran yang tinggi terhadap tujuan perilaku tersebut.
- Edukasi (education)
a. Melalui persuasi, himbauan, ajakan, kesadaran, dll.
b. Perubahan lama tapi dapat langgeng karena perubahan perilaku
yang dihasilkan dengan cara ini disadari oleh pengertian dan
kesadaran yang tinggi terhadap tujuan perilaku tersebut.
1. Tiga faktor dalam Perilaku Kesehatan :
o Promosi Kesehatan dalam faktor-faktor Predisposisi (menggugah)
o Promosi Kesehatan dalam faktor-faktor enabling (fasilitas dan
sarana)
o Promosi Kesehatan dalam faktor Reenforcing (sifat pemimpin
dan diri sebagai pencontoh)
2. Dimensi Intervensi Perilaku
o Perubahan perilaku
o Pembinaan perilaku
o Pengembangan perilaku
3. Tujuan Intervensi Perilaku
o Mengurangi perilaku negatif bagi kesehatan
o Mencegah meningkatnya perilaku negatif bagi kesehatan
o Meningkatkan perilaku positif bagi kesehatan
o Mencegah menurunnya perilaku positif bagi kesehatan
4. 4 tingkat pencegahan Level & Clark :
1. Health promotion (peningkatan/promosi kesehatan)
2. Spesific protection (perlindungan khusus melalui imunisasi)
3. Early diagnosis and prompt traetment (diagnosis dini dan
pengobatan segera)
4. Disability limitation (membatasi atau mengurangi terjadinya
kecacatan)
5. Strategi Promosi Kesehatan
o Advokasi
o Dukungan sosial
o Pemberdayaan masyarakat
6. Sasaran Promosi Kesehatan
o Sasaran Primer
Sesuai misi pemberdayaan, misal : kepala keluarga, ibu
hamil/menyusui, anaksekolah.
o Sasaran Sekunder
Sesuai misi dukungan sosial, misal : tokoh masyarakat, tokoh
adat, tokoh agama.
o Sasaran Tersier
Sesuai misi advokasi, misal : pembuat kebijakan mulai dari pusat
sampai ke daerah.
7. Perencanaan Promosi Kesehatan
o Menentukan tujuan Promosi Kesehatan :
1. Tujuan program
2. Tujuan pendidikan
3. Tujuan perilaku

o Menentukan Sasaran Promosi Kesehatan


a. Individu
b. Kelompok
c. Individu dan kelompok
o Menentukan Isi/Materi Promosi Kesehatan
Isi promosi kesehatan harus dibuat sesederhana mungkin
sehingga mudah dipahami oleh sasaran.
o Menentukan Metode
a. Pengetahuan : penyuluhan, pemasangan poster, spanduk,
penyebaran leaflet.
b. Sikap : memberikan contoh konkrit
c. Keterampilan : memberikan kesempatan kepada sasaran
untuk mencoba keterampilan.
o Menetapkan Media
Media yang dipilih harus sesuai dengan jenis sasaran.
o Menyusun Rencana Evaluasi
Harus menjabarkan tentang kapan evaluasi dilaksanakan, dimana
akan dilaksanakan, kelompok sasaran yang mana yang akan
dievaluasi, dan siapa yang akan melaksanakan evaluasi.
o Menyusun Jadwal Pelaksanaan
Penjabaran waktu dan tempat pelaksanaan.

Upaya Kesehatan Lingkungan

Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks,


yang berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan sendiri.
Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan, diantarannya faktor
keturunan, lingkungan, perilaku dan pelayanan kesehatan.9

Mengingat bahwa masalah kesehatan lingkungan di Negara


berkembang adalah berkisar pada penyehatan air bersih, sanitasi makanan
ddan minuman, penyehatan tempat pembuangan sampah, penyehatan
lingkungan dan jamban keluarga, pengawasan tempat industri, pengamatan
tempat pengelola pestisida dan pengendalian vector.

a. Penyehatan Air
• Inspeksi sanitasi saluran air bersih
• Pembinaan kelompok masyarakat/kelompok pemakai air

b. Hygiene dan sanitasi makanan dan minuman


• Inspeksi sanitasi tempat pengelolaan makanan (non industry
rumah tangga)
• Pembinaan tempat pengelolaan makanan (non industry rumah
tangga)

c. Penyehatan tempat pembuangan sampah dan limbah


• Inspeksi sanitasi sarana pembuanagan sampah dan limbah (TPA
dan IPLT)
• Penagawasan tempat pembuangan sampah sementara

d. Penyehatan lingkungan dan jamban keluarga


• Inspeksi sanitasi rumah (IS)

e. Pengawasan sanitasi tempat-tempat umum dan industry


• Inspeksi sanitasi tempat-tempat umum
• Pemantauan berkala sanitasi tempat-tempat umum
• Pengawasan sanitasi industry rumah tangga (makanan dan
minuman)

f. Pengamanan tempat pengelolaan pestisida


• Inspeksi sanitasi sarana pengelolaan pestisida
• Pembinaan tempat pengelolaan pestisida.

g. Pengendalian vector
Pengawasan tempat-tempat potensial perindukan vector di
pemukiman penduduk sekitar.

Upaya Kesehatan Sekolah

Kesehatan sekolah adalah upaya kesehatan masyarakat yang


dilaksanakan dalam rangka pembinaan kesehatan anak usia sekolah.
Yang di maksud anak dalam UU No.4 tahun 1979 tentang
kesejahteraan anak adalah orang ysng berusia 0-21 tahun dan belum
menikah. Sesuai dengan kelompok pembinaan kesehatan anak di bagi
atas 2 bagian besar yaitu :

a. Pembinaan kesehatan bayi, balita serta anak prasekolah


(kelompok umur 0-6 tahun)
b. Pembinaan anak usia sekolah (usia 7-21 tahun)

Tujuan

a. Tujuan Umum
Pembinaan kesehatan anak usia sekolah agar tumbuh dan
terwujudnya kemandirian anak untuk hidup sehat.
b. Tujuan Khusus
1. Meningkatkan cakupan usaha kesehatan sekolah
2. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan anak usia
sekolah berkelainan ALB (Anak Luar Biasa)
3. Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan anak putus
sekolah
4. Tertingkatnya jumlah kader kesehatan sekolah (dokter
kecil/kader kesehatan remaja)

Program dan pelaksanaan UKS

a. Program UKS
- Meningkatkancakupan UKS
- Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan anak usia
sekolah berkelainan
- Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan anak putus
sekolah
- Meningkatkan jumlah kader sekolah
b. Pelaksanaan UKS
- Peningkatan cakupan UKS, melalui :
1) Pendidikan kesehatan di sekolah
2) Pemeliharaan kesehatan di sekolah
3) Pembinaan lingkungan fisik di sekolah
c. Kegiatan pengelola UKS
Unsur-unsur pengelola UKS dalam melaksanakan kegiatan :
A. Menciptakan lingkungan sekolah yang sehat
B. Menggalang kerja sama dengan lintas sektoral
d. Sasaran Usaha Kesehatan Sekolah
Sasaran pelayanan usaha kesehatan sekolah adalah seluruh
peserta didik dari tingkat pendidikan taman kanak-kanak,
pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan agama,
pendidikan kejuruan, pendidikan khusus atau pendidikan sekolah
luar biasa (Depkes, 2001).
Untuk tingkat sekolah dasar usaha kesehatan sekolah
diprioritaskan pada kelas I, III dan kelas VI dengan alasan bahwa,
kelas I merupakan fase penyesuaian dalam lingkungan sekolah
yang baru dan lepas dari pengawasan orang tua, kemungkinan
kontak dengan berbagai penyebab penyakit lebih besar karena
ketidaktauan dan ketidakmengertiannya tentang kesehatan, saat
yang baik untuk diberi imunisasi ulangan. Pelaksanaan program
UKS di kelas III bertujuan untuk mengevaluasi hasil pelaksanaan
UKS di kelas I dahulu. Kelas VI, dalam rangka mempersiapkan
kesehatan peserta didik kejenjang pendidikan selanjutnya,
sehingga memerlukan pemeliharaan dan pemeriksaan kesehatan
yang cukup (Effendi, 1998).
e. Program Usaha Kesehatan Sekolah
Nemir (1990, dalam Effendi 1998) mengelompokkan usaha
kesehatan sekolah menjadi tiga kegiatan pokok, yaitu :
- Pendidikan Kesehatan di Sekolah (Health Education in
School)
- Pemeliharaan Kesehatan Sekolah (School Health Service)
f. Lingkungan Sekolah yang Sehat
Program usaha kesehatan sekolah untuk tingkat sekolah dasar
meliputi, kegiatan yang termasuk dalam lingkungan fisik berupa
pengawasan terhadap sumber air bersih, sampah, air limbah,
tempat pembuangan tinja dan kebersihan lingkungan sekolah.

Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana

Ruang lingkup pelaksanaan kegiatan program kesehatan ibu anak


(bayi) dan Pelayanan Medik KB meliputi beberapa fase antara lain : Masa
janin dalam kandungan, masa menyusui dan masa balita. Dari ruang
lingkup ini dapat diketahui bahwa Program Kesehatan Ibu Anak (bayi)
dan Pelayanan Medik KB untuk mendukung meningkatnya derajat
kesehatan masyrakat yang optimal.

a. Kegiatan pokok pelayanan KIA/KB

Pengelolaan program KIA bertujuan memantapkan dan


meningkatkan jangkauan serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan
efisien. Pemantapan pelayanan KIA dewasa ini diutamakan pada kegiatan
pokok sebagai berikut:

1. Peningkatan pelayanan antenatal bagi seluruh ibu hamil di semua


pelayanan kesehatan dengan mutu sesuai standar serta
menjangkau seluruh sasaran
2. Peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
diarahkan ke fasilitas kesehatan.
3. Peningkatan pelayanan kesehatan bayi baru lahir, bayi dan anak
balita di semua pelayanan kesehatan yang bermutu dan sesuai
standar serta menjangkau seluruh sasaran.
4. Peningkatan deteksi dini risiko/komplikasi kebidanan dan bayi
baru lahir oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat.
5. Peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan bayi baru
lahir secara adekuat dan pengamatan secara terus-menerus oleh
tenaga kesehatan.
6. Peningkatan pelayanan ibu nifas, bayi baru lahir, bayi dan anak
balita sesuai standar dan menjangkau seluruh sasaran.
7. Peningkatan pelayanan KB berkualitas.
8. Peningkatan deteksi dini tanda bahaya dan penanganannya sesuai
standar pada bayi baru lahir, bayi dan anak balita.
9. Peningkatan penanganan bayi baru lahir dengan komplikasi sesuai
standar

a. Program-program KIA/KB

 Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) ANC (Antenatal Care),


PNC (Post Natal Care), Pertolongan Persalinan, Rujukan Ibu Hamil
Risiko Tinggi, Pelayanan Neonatus, KemitraanDukun Bersalin,
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).
 Program Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana (KB)
Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR), Imunisasi Calon
Pengantin (TT Catin), Pelayanan KB Pasangan Usia Subur (PUS),
Penyuluhan KB.

b. Administrasi kegiatan upaya KIA/KB (logistik, sasaran, cakupan, target


kegiatan)

1. Cakupan Kunjungan ibu hamil K-4

Ibu hamil K-4 adalah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan


antenatal sesuai standar paling sedikit empat kali, dengan distribusi
pemberian pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama, satu kali
pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan.

Cakupan Kunjungan ibu hamil K-4 adalahcakupan Ibu hamil yang


telah memperoleh pelayanan antenatal 4 kali sesuai dengan stándar di
satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

2. Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Bidan atau Tenaga Kesehatan


yang Memiliki Kompetensi Kebidanan
Pertolongan persalinan adalah persentase ibu bersalin di suatu wilayah
dalam kurun waktu tertentu yang mendapatkan pelayanan pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan yang kompeten. Kompetensi kebidanan
adalah keterampilan yang dimiliki oleh tenaga kesehatan dalam bidang
pelayanan kebidanan (Dokter dan Bidan).

3. Ibu Hamil Risiko Tinggi yang Dirujuk

Risti/Komplikasi adalah keadaan penyimpangan dari normal, yang


secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi.

Risti/komplikasi kebidanan meliputi: (Hb < 8 g%, Tekanan darah


tinggi (sistole > 140 mmHg, Diastole > 90 mmHg, Oedema nyata,
eklamsia, perdarahan pervaginam, ketuban pecah dini, Letak lintang pada
usia kehamilan > 32 minggu, letak sungsang pada primigravida, infeksi
berat/sepsis, persalinan prematur.

Bumil Risti / komplikasi yang dirujuk adalah Bumil Risti /


Komplikasi yang ditemukan untuk mendapat pertolongan pertama dan
rujukan oleh tenaga kesehatan.

4. Bumil risiko tinggi yang ditangani

Ibu Hamil Risti adalah keadaan penyimpangan dari normal, yang


secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi.
Risti meliputi Anemia (Hb<8gr%), Tekanan darah tinggi ( sistole > 140
mmHg, Diastole >90 mmHg), Oedema nyata, eklampsia, perdarahan
pervaginam, ketuban pecah dini, Letak lintang pada usia kehamilan > 32
minggu, Letak sungsang pada primigravida, infeksi berat/sepsis, persalinan
prematur.

Ibu Hamil Risti yang tertangani adalah Ibu hamil Risti yang mendapat
pelayanan olehtenaga kesehatan yang terlatih. Bumil resiko tinggi yang
tertangani adalah Ibu hamil resiko tinggi di satu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan
terlatih di Puskesmas Perawatan dan Rumah Sakit pemerintah / swasta
dengan fasilitas PONED dan PONEK (Pelayanan Obstetrik dan Neonatal
Emergensi Dasar dan Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi
Komprehensif)

5. Bumil komplikasi yang tertangani

Ibu hamil Komplikasi adalah keadaan penyimpangan dari normal, yang


secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi.
Komplikasi Kebidanan meliputi Anemia (Hb<8 gr %), Tekanan darah tinggi
( sistole > 140 mmHg, Diastole >90 mmHg), Oedema nyata, eklampsia,
perdarahan pervaginam, ketuban pecah dini, Letak lintang pada usia
kehamilan > 32 minggu, Letak sungsang pada primigravida, infeksi
berat/sepsis, persalinan prematur.

Ibu Hamil Komplikasi yang tertangani adalah Ibu hamil Risti yang
mendapat pelayanan olehtenaga kesehatan yang terlatih. Bumil komplikasi
yang tertangani adalah Ibu hamil komplikasi disatu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga
kesehatan terlatih di Puskesmas Perawatan dan Rumah Sakit pemerintah /
swasta dengan fasilitas PONED dan PONEK (Pelayanan Obstetrik dan
Neonatal Emergensi Dasar dan Pelayanan Obstetrik dan Neonatal
Emergensi Komprehensif).

7. Cakupan peserta KB aktif

Peserta KB Aktif (CU) adalah akseptor yang pada saat ini memakai
kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan atau yang mengakhiri
kesuburan.

Cakupan Peserta KB aktif adalah perbandingan antara jumlah peserta KB


aktif (CU) dengan Pasangan Usia Subur (PUS). Cakupan Peserta KB aktif
menunjukkan tingkat pemanfaatan kontrasepsi di antara para Pasangan Usia
Subur (PUS).

8. Cakupan Kunjungan Neonatus


Cakupan Kunjungan Neonatus (KN) adalah pelayanan kesehatan kepada
bayi umur 0-28 hari di sarana pelayanan kesehatan maupun pelayanan
melalui kunjungan rumah.

Pelayanan tersebut meliputi pelayanan kesehatan neonatal dasar


(tindakan resusitasi, pencegahan hipotermia, pemberian ASI dini dan
ekslusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali pusat, kulit, dan
pemberian imunisasi); pemberian vitamin K; Manajemen Terpadu Bayi
Muda (MTBM); dan penyuluhan perawatan neonatus di rumah
menggunakan Buku KIA.

Setiap neonatus memperoleh pelayanan kesehatan minimal 2 kali yaitu 1


kali pada umur 0-7 hari dan 1 kali pada umur 8-28 hari. Cakupan
Kunjungan Neonatus adalah cakupan neonatus yang memperoleh pelayanan
kesehatan sesuai dengan standar oleh Dokter, Bidan, Perawat yang memilki
kompetensi klinis kesehatan neonatal, paling sedikit 2 kali, di satu wilayah
kerja pada kurun waktu tertentu.

9. Cakupan Kunjungan Bayi

Cakupan kunjungan bayi adalah cakupan kunjungan bayi umur 1-12


bulan di sarana pelayanan kesehatan maupun di rumah, posyandu, tempat
penitipan anak, panti asuhan dan sebagainya, melalui kunjungan petugas.

Pelayanan kesehatan tersebut meliputi deteksi dini kelainan tumbuh


kembang bayi (DDTK), stimulasi perkembangan bayi, MTBM, manajemen
terpadu balita sakit (MTBS), dan penyuluhan perawatan kesehatan bayi di
rumah menggunakan Buku KIA yang diberikan oleh dokter, bidan dan
perawat yang memiliki kompetensi klinis kesehatan bayi.

Setiap bayi memperoleh pelayanan kesehatan minimal 4 kali yaitu 1 kali


pada umur 1-3 bulan, 1 kali pada umur 3-6 bulan, 1 kali pada umur 6-9
bulan dan 1 kali pada umur 9-12 bulan.

Cakupan Kunjungan Bayi adalah cakupan bayi yang memperoleh


pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh Dokter, Bidan, Perawat
yang memiliki kompetensi klinis kesehatan bayi, paling sedikit 4 kali, di
satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

10. Cakupan Bayi Berat Lahir Rendah/BBLR yang Ditangani

Cakupan bayi berat lahir rendah adalah cakupan bayi dengan berat lahir
kurang dari 2500 gram yang ditimbang pada saat lahir sampai dengan 24
jam pertama setelah lahir.

Penanganan BBLR meliputi pelayanan kesehatan neonatal dasar


(tindakan resusitasi, pencegahan hipotermia, pemberian ASI dini dan
ekslusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata, talipusat, kulit, dan
pemberian imunisasi); pemberian vitamin K; manajemen terpadu bayi muda
(MTBM); penanganan penyulit/komplikasi/masalah pada BBLR dan
penyuluhan perawatan neonatus di rumah menggunakan Buku KIA.

Setiap BBLR memperoleh pelayanan kesehatan yang diberikan di sarana


pelayanan kesehatan maupun pelayanan melalui kunjungan rumah oleh
Dokter, Bidan dan Perawat yang memiliki kompetensi klinis kesehatan
neonatal dan penanganan BBLR.

11. Neonatus risti/ komplikasi yang tertangani

Neonatus adalah bayi baru lahir sampai usia 28 hari. Neonatus Risti /
komplikasi adalah neonatus dengan penyimpangan dari normal yang dapat
menyebabkan kesakitan dan kematian. Neonatus meliputi : Asfiksia,
Tetanus Neonatorum, Sepsis, Trauma Lahir, BBLR ( Berat Badan Lahir <
2500 gram ), Sindroma gangguan pernapasan dan kelainan congenital.

Neonatus risti / komplikasi yang tertangani adalah neonatus risti /


komplikasi yang mendapat pelayanan oleh tenaga kesehatan yang terlatih.
Neonatus risti/ komplikasi yang tertangani adalah cakupan neonatus resiko
tinggi / komplikasi disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang
ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan terlatih di Puskesmas
Perawatan dan Rumah Sakit pemerintah/swasta.
Neonatus risti/ komplikasi yang tertangani adalah cakupan neonatus
resiko tinggi / komplikasi disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan terlatih di
Puskesmas Perawatan dan Rumah Sakit pemerintah/swasta.

c. peran PLKB dan bidan di desa dalam kegiatan KIA/KB

PLKB/PKB merupakan Petugas KB di barisan terdepan dan sangat


dekat dengan keluarga sebagai sasaran program KB. Mereka merupakan
ujung tombak yang handal di lini lapangan baik dalam merangkul/mengajak
akseptor baru maupun dalam membina kelestarian ber-KB.

Dalam pemberdayaan dan pendayagunaan PLKB/PKB demi


keberlangsungan program KB di era Otonomi Daerah BKKBN telah
melakukan berbagai upaya dalam pemberdayaan PLKB/PKB antara lain:
Melakukan advokasi ke berbagai pihak baik di Pusat maupun di daerah
tentang pentingnya peran PLKB/PKB dalam keberlangsungan program KB
di daerah; Melakukan pendekatan dengan Menpan dan BKN agar sebagian
formasi PNS untuk masa mendatang bisa dialokasikan secara eksplisit untuk
PKB; Melakukan advokasi kepada Pemerintah Kabupaten/kota untuk
menambah jumlah tenaga PLKB/PKB dari staf instansi lain, untuk diangkat
dalam jabatan Penyuluh KB; Mengupayakan dukungan dana operasional
baik dari APBN maupun APBD; Dibidang keahlian, mengupayakan
peningkatan kemampuan melalui kegiatan orientasi/refresing bagi tenaga
PLKB/PKB yang lama, LDU (Latihan Dasar Umum) bagi calon PKB yang
baru dan pengembangan program PJJ (Pendidikan Jarak Jauh); Melakukan
Pembinaan seperti penyediaan buku pedoman PKB dan angka kreditnya,
temu PLKB regional/nasional, pemilihan PLKB/PKB terbaik dll;
Mendorong segera terealisasinya peningkatan besarnya Tunjangan Jabatan
Fungsional PKB sesuai Perpres No.57 tahun 2006; dan Penyediaan sarana
kerja seperti KIE Kit, perlengkapan PLKB/PKB dan lain-lain.

Peran Bidan Sebagai Pengelola


 Mengembangkan pelayanan kebidanan untuk individu,
keluarga,kelompok khusus dan masyarakat di wilayah kerja dengan
melibatkan masyarakat / klien :

 Mengelola kegiatan - kegiatan pelayanan kesehatan khususnya


KIA dan KB bersama tim kesehatan, kader dan tokoh masyarakat.
 Mengawasi dan membimbing kader, dukun bayi dan petugas
kesehatanlain dalam pelaksanaan program KIA dan KB.
 Menggerakan dan mengembangkan PSM dengan memanfaatkan
potensi yang ada di masyarakat.
 Mempertahankan, meningkatkan mutu dan keamanan praktik
profesional melalui pendidikan, pelatihan, magang.

 Berpartisipasi dalam tim untuk melaksanakan program kesehatan dan


sektor lain di wilayah kerjanya melalui peningkatan kemampuan dukun,
kader kesehatan dan tenaga kesehatan lain yang berada di bawah
bimbingannya.

 Bekerjasama dengan puskesmas dan institusi lain sebagai anggota


tim.
 Membina hibungan baik dengan dukun, kader kesehatan / PLKB
dan masyarakat.
 Memberikan askeb kepada klien rujukan dari dukun bayi.
 Membina kegiatan - kegiatan yang ada di masyarakat.

Peran Bidan Sebagai Pendidik

 Memberikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada individu,


keluarga, kelompok dan masyarakat khususnya yang berhubungan
dengan KIA dan KB.
 Melatih dan membimbing kader dan dukun bayi termasuk mahasiswa
kebidanan dan keperawatan di wilayah / tempat kerjanya.
Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

Masalah gizi yang dihadapi oleh setiap negara tidaklah sama. Secara
umum disebutkan bahwa masalah gizi tersebut dibedakan atas dua macam,
yakni masalah kelebihan gizi (over nutrion ) yang terutama ditemukan di
negara-nega yang sudah berkembang 9 developed countries ) dan masalh
kekurangan gizi ( under nutrion ) yang terutama ditemukan di negara-negara
yang sedang berkembang (developing countries ). Departemen Kesehatan
RI mencatat ada 4 masalah gizi yang sifatnya pokok di tanah air, yakni :
1. Kurang kalori protein yang ditandai dengan tingginya angka
kematian bayi (10 % bayi meninggal sebelum umur 1 tahun ),
kematian anak umur dibawah 4 tahun ( 20 %anak meninggal
sebelum berumur 4 tahun, ditemukannya 9 juta anak pra sekolah
yang menderita KKP ringan atau sedang, 0,9 juta anak pra sekolah
menderita KKP berat, 0,5 juta ibu hamil menderita KKP serta 0,2
juta inu menyusui menderita KKP.
2. Kurang Vitamin A yang ditandai ditemukannya 100.000 anak pra
sekolah menderita defisiensi vitamin A berta, 1,4 juta anak
menderita defisiensi vitamin A sedang, serta 15 juta anak menderita
defisiensi vitamin A ringan.
3. Gondok Endemik, yang ditandai dengan ditemukannya 12 juta orang
diberbagai daerah menderita penyakit kekurangan yodium, 0,5 juta
menderita kretinoid dan 100 ribu orang menderita kretin.
4. Anemia gizi, yang ditandai dengan ditemukannya 12,5 juta anak pra
sekolah, 9 juta anak sekolah , 14 juta wanita serta 5,5 juta pekerja
yang berpenghasilan rendah menderita penyakit anemia gizi.
Untuk mengatasi masalah gizi ini berbagai usaha telah dilaksanakan
oleh Pemerintah yang secara umum disebut “Program perbaikan gizi “.
Untuk melaksanakan program ini, pemerintah mencoba memanfaatkan
berbagai aparat yang dimilikinya.Salah satu diantaranya ialah aparat
kesehatan terdepan yang disebut dengan Puskesmas. Program perbaikan gizi
yang telah dilaksanakan oleh Puskesmas disebut dengan nama Usaha
Kesehatan Gizi.
Untuk mencapai tujuan yang seperti ini, maka Departemen Kesehatan
telah menggariskan 9 langkah yang harus dilakukan, yakni :
a. Meningkatkan mutu gizi bahan makanan, yakni dengan jalan
fortifikasi.
b. Meningkatkan usaha pencegahan dan penanggulangan KKP dengan
jalan menimbang berat badan anak berumur 0 s/d 6 tahun,
penambahan bahan makanan (PMT) , penyuluhan gizi,
melaksanakan UPGK dengan pelayanan kesehatan serta melakukan
usaha survelance dalam rangka meningkatkan kewaspadaan terhadap
masalah gizi dan pangan.
c. Meningkatkan usaha pencegahan dan penanggulangan defisiensi
vitamin A dengan jalan melaksanakan paket gizi, fortifikasi bahan
makanan dengan vitamin A, penyuluhan dan pemberian kapsul
vitamin A dosis tinggi, yakni 2000.000 IU kepada anak berumur 1
s/d 4 tahun setiap 6 bulan sekali.
d. Meningkatkan usaha pencegahan dan penanggulangan anemia gizi
dengan jalan pemberian paket pertolongan gizi atau tablet
mengandung zat besi, penyuluhan dan fortifikasi bahan makanan
dengan zat besi.
e. Meningkatkan usaha pencegahan dan penanggulangan penyait
gondok endemis dengan jalan penyuntikan dengan lipidol untuk
laki-laki antara 0 s/d 20 tahun dan untuk wanita antara 0 s/d 45
tahun, yodonisasi garam dapur.
f. Meningkatkan usaha penyuluhan gizi yang diterapkan terutama yang
menopang program UPGK.
g. Meningkatkan usaha pembinaan pelayanan gizi institusi dan massal
dengan jalan pengembangan unit gizi rumah sakit provinsi dan
kabupaten serta menentukan penyelenggaraan makananan massal.
h. Meningkatkan usaha pengadaan tenaga gizi, sarana dan penelitian.
i. Meningkatkan kelembagaan koordinasi usaha perbaikan pangan dan
gizi dengan jalan melakukan intervensi program gizi terhadap usaha-
usaha pembangunan lainnya.
Posyandu
Sejak pertengahan tahun 1890-an Posyandu yang merupakan pos
pelayanan KB dan kesehatan terpadu yang diselenggarakan oleh
masyarakat, dari masyarakat dan untuk masyarakat. Kedudukan Posyandu
merupakan bentuk kegiatan dari PKMD yang mengkhususkan pada
masalah KB dan KIA.Untuk pengadaan dan pengembangan Posyandu
merupakan bentuk kegiatan dari PKMD yang mengkhususkan pada
masalah KB dan KIA. Untuk pengadaan dan pengembanganPosyandu
didukung oleh keluarnya surat keputusan bersama Menteri Dalam Negeri,
Menteri Kesehatan, dari Kepala BKKBN pada tahun 1985 yang
mengintruksikan kepada semua jajaran di bawah kedua departemen dan
badan koordinasi tersebut untuk :
a. Meningkatkan kerja sama dan koordinsi lintas sektoral untuk
penyelenggaraan Posyandu dalam lingkup PKMD dan dengan
mengikutsertakan PKK
b. Mengembangan peran masyarakat
c. Meningkatkan LKMD dan PKK
d. Membentuk dan melaksanakan Posyandu di daerahnya masing-
masing

Pelayanan Posyandu menurut target kegiatannya diharapkan


diadakan sebulan sekali, tapi karena banyak yang kegiatannya terlalu
menggantungkan pada dapat tidaknya hadir petugas-petugas puskesmas,
maka sasaran tersebut umumnya tidak terpenuhi. Karena itu banyak
Posyandu yang hanya namanya terdaftar, tapi kegiatannya sangat langka
dan bahkan tidak jelas.
Pada hari bukanya sasaran kegiatan Posyandu diharapkan mencakup
pelayanan di ‘ 5 Meja ‘ yang urutannya sebagai berikut :
a. Meja 1, Pendaftaran yang dilaksanakan oleh kader
b. Meja 2, Penimbangan bayi
c. Meja 3, Pengisian KMS (Kartu Menuju Sehat )
d. Meja 4, Penyuluhan kepada ibu, baik yang dengan kondisi sedang
hamil, menyusui, dengan bayi atau balita, maupun ibu yang dalam
usia subur yang akan ber-KB
e. Meja 5, Pelayanan imunisasi, KIA, KB, dan konsultsi gizi oleh
petugas dari Puskesmas atau program KB

Kegiatan PKMD maupun Posyandu dan bentuk-bentuk peran serta


masyarakat lainnya dibidang kesehatan. Sebagai bentuk-bentuk peran serta
masyarakat lainnya di bidang kesehatan. Sebagai bentuk peran serta
masyarakat yang diselenggarakan oleh kader sukarelawan oleh para kader
sukarelawan di desa-desa. Puskesmas perlu mencatat dan melaporkan dalam
SP2TP ( Sistem Pencatatan dan Terpadu Puskesmas ) atau SP3 ( Sistem
Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas ).

Penyakit kekurangan Gizi


a. Penyakit Kekurangan Kalori dan Protein ( KKP )
Penyakit ini biasa terjadi pada balita. Penyebab penyakit karena
ketidakseimbangan antara konsumsi kalori atau karbohidrat dan
protein dengan kebutuhan energi, atau terjadinya defisiensi atau
defisi energi an protein.
Penyakit ini dibagi dalam beberapa tingkatan menurut standar
Harvard, antara lain :
- KKP ringan ( gizi kurang ) , (84-95 % dari berat badan )
- KKP sedang (44-60 % dari berta badan )
- KKP berat ( gizi buruk ) atau lebih sering disebut dengan
marasmus (kwashiorkor) , (<60 % berat badan )

Ciri-ciri anak yang menderita Marasmus adalah :


 Badan sangat kurus
 Berat badan < 60 % berta badan ideal
 Muka berkerut seperti orang tua
 Apatis terhadap sekitarnya
 Rambut kepala halus dan jarang ( berwarna kemerahan )

b. Penyakit Kegemukan (Obesitas )


Penyakit ini terjadi karena ketidakseimbangan antara konsumsi
kalori dan kebutuhan energi ( konsumsi kalori terlalu berlebih
dibandingkan dengan kebutuhan atau pemakaian energi ). Seseorang
dikatakan menderita obesitas jika berat badannya melebihi 15 %
(pada laki-laki ) dan 20 % ( pada wanita ).
Kardio-vaskuler, hipertensi, dan diabetes militus merupakan
penyakit yang disebabkan karena obesitas. Menurut bagian tim gizi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia :
B (kg ) = ( (Tcm-100 ) – 10 % ) + 10 %

c. Anemia (Penyakit Kurang Darah )


Penyakit ini karena konsumsi zat besi ( Fe ) pada tubuh tidak
seimbang atau kurang dari kebutuhan tubuh. Zat besi merupakan
mikro elemen yang esensial diperlukan dalam pembentukan darah,
yakni hemoglobin ( Hb ). Disamping itu, Fe juga diperlukan enzim
sebagai penggiat.Sedangkan pada wanita, ekskresi Fe lebih banyak
melalui menstruasi.Pada hamil kebutuhan Fe meningkat karena bayo
yang dikandung memerlukan Fe.
Vitamin A sendiri memili beberapa fungsi, antar lain :
- Berfungsi dalam proses melihat
- Berfungsi dalam proses metabolisme
- Berfungsi dalam proses reproduksi
Penanggulangan defisiensi kekurangan vitamin A dapat
dilkaukan dengan pemberian vitamin A. Sedangkan pencegahannya
dapat dilakukan melalui penyuuhan gizi pada masyarakat tentang
makanan bergzi (mengandung sumber vitamin ).

d. Penyakit Gondok Endemik


Zat iodium merupakan zat gizi esensial bagi tubuh, karena
merupakan komponen dari hormone thyroxin. Kekurangan zat
iodium berkaitan dengan kondisi hypothyrodisme ( kekurangan
iodium ) sehingga tubuh mencoba untuk mengkonpesasi dengan
menanmbahkan jaringan kelenjar tiroid. Akhirnya terjadi
hypertrophi (membesarnya kelenjar thyroid ), yang kemudian
disebut dengan penyakit gondok. Jika kelebihan zat iodium akan
mengakibatkan gejala pada kulit yang disebut iodium dermatitis.
Kekuranagn iodium juga dapat mengakibatkan gangguan
kesehatan lainnya, seperti Cretinnisme. Ciri orang yang menderita
cretinnisme adalah sebagai berikut :
- Tinggi badan dibawah normal ( cebol )
- Biasanya diserati berbagai tingkat keterlambatan
perkembangan jiwa dan kecerdasan, dari hambatan ringan
sampai berat
- Ekspresi muka menunjukkan kesan seperti orang bodoh,
karena tingkat kecerdasannya sangat rendah
- Biasanya dilahirkan dari ibu yang sewaktu hamil kekurangan
iodium

Pencegahan dengan memberikan dosis iodium kepada ibu


hamil untuk penanggulangan
Penyakit akibat kekurangan iodium dapat dilakukan dengan program
iodiuminisasi yaitu penyediaan garam dapur yang di perkaya dengan
iodium.
e. Kelompok Rentan Gizi

Kelompok rentan gizi merupakan suatu kelompok masyarakat


yang paling mudah menderita gangguan kesehatan atau rentan
kekurangan gizi. Kelompok rentan gizi ini terdiri dari :

- Kelompok bayi, usia 0-1 tahun


Bayi berada dalam masa pertumbuhan dan perkembangan yang
sangat pesat. Zat-zat gizi yang diperlukan, antara lain :

1. Protein, dibutuhkan 3-4 gram/kg berat badan

2. Calcium ( Ca )

3. Vitamin D

4. Vitamin A dan K

5. Fe (zat besi) diperlukan karena dalam proses kelahiran,


sebagian Fe ikut terbuang

Secara alamiah, semua zat gizi tersebut sudah terkandung di


dalam ASI. Anak diberi ASI sampai usia 4 bulan sudah dapat
mencukupi zat-zat tersebut. ASI juga memiliki keunggulan , yaitu
mengandung immunoglobulin yang memberi sumber daya tahan
tubuh pada bayi, yang berasal dari tubuh ibu. Immunoglobulin dapat
bertahan pada bayi sampai bayi berumur 6 bulan.

Peralihan ASI pada makanan tambahan (PMT) harus dilakukan


sesuai dengan kondisi anatomi dan fungsional alat pencernaan bayi
setelah masa pemberian ASI ekslusif berakhir.

-Kelompok balita, usia 1-5 tahun

Kelompok ini merupakan kelompok usia yang paling banyak


menderita akibat gizi. Anggapan yang menyebabkan anak balita
rawan gizi. Anggapan yang menyebabkan anak balita rawan gizi
atau rawan kesehatan, antara lain :

1. Balita berada dalam masa transisi dari makanan bayi ke


makanan dewasa

2. Biasanya anak balita sudah mempunyai adik atau ibunya


seorang wanita karir, sehingga perhatian ibu berkurang
3. Anak balita sudah mulai main tanah, dan sudah dapat main
diluar rumah sendiri, sehingga lebih terpapar dengan
lingkungan kotor dan kondisi yang memungkinkan terinfeksi
berbagai macam penyakit

4. Anak balita belum dapat mengurus dirinya sendiri, termasuk


dalam memilih makanan

Penanggulangannya dengan diadakannya Posyandu untuk


meningkatkan gizi dan kesehatan balita.

-Kelompok anak sekolah, usai 6-12 tahun

Kelompok ini mempunyai kesehatan lebih baik jika


dibandingkan dengan balita. Masalah yang timbul pada kelompok ini
:

1. Berat badan rendah

2. Defisiensi Fe (kurang darah)

3. Derfisiensi vitamin E

Masalah ini timbul karena pada usia ini, anak sangat aktif
berman dan banyak kegiatan, disisi lain terkadang nafsu makan
mereka menurun, sehingga konsumsi makanan tidak seimbang
dengan kalori yang dibutuhkan. Program UKS (usaha Kesehatan
Sekolah) dapat membina dan meningkatlkan gizi dan kesehatan
kelompok ini.

-Kelompok remaja, usia 13-20 tahun

Pertumbuhan anak remaja pada usia ini sangat pesat, apabila


konsumsi makanan tidak seimbang dengan kebutuhan kalori untuk
pertumbuhan dan kegiatannya, maka akan terjadi defisiensi yang
akhirnya dapat menghambat pertumbuhannya. Upaya untuk
membina gizi dan kesehatan kelompok ini dapat dilakukan melalui
sekolah (UKS) serta organisasi kemasyarakatan

-Kelompok ibu hamil dan menyusui

-Kelompok usia lanjut

Pada kelompok usia ini terjadi penurunan fungsi tubuhm sehingga


sering terjadi gangguan gizi, contohnya : gigi geligi, alat pencernaan
dan kelenjar-kelenjarnya sudah menurun, oleh karena itu konsumsi
makanan untuk lansia secara kuantitas tidak sama dengan kelompok
rentan lainnya. Yang terpenting disini kualitas makanan
(keseimbangan gizi) harus dijaga. Kegemukan pada lansia
merupakan resiko berbagai penyakit, antara lain : kardio-vaskuler,
diabetes melitus, hipertensi.

f. Pengukuran Status Gizi Masyarakat

Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa diantara


kelompok usia yang rentan terhadap penyakit kekurangan gizi
adalah kelompok bayi dan balita. Oleh sebab itu, indikator yang
paling baik untuk mengukur status gizi masyarakat adalah melalui
statusa bayi dan balita.

Upaya Pengobatan

Upaya pengobatan merupakan salah satu bentuk pelayanan


pengobatan yang diberikan kepada seseorang untuk menghilangkan
penyakit atau gejala-gejalanya yang dilakukan tenaga kesehatan dengan cara
dan teknologi yang khusus untuk keperluan tersebut.

Bentuk pelayanan pengobatan di puskesmas diarahkan kepada


kemampuan pengenalan (diagnosa) penyakit dan pengobatan yang
sederhana dan mendasar.Sedangkan untuk diagnosa dan pengobatan yang
lebih canggih dilaksanakan di unit kerja yang lebih tinggi, seperti Rumah
Sakit Kabupaten, Rumah Sakit Khusus, Rumah Sakit Propinsi dan
seterusnya.

Tujuan

A. Umum
Meningkatkan derajat kesehatan perorangan dan masyarakat di
Indonesia.
B. Khusus
1. Menghentikan proses perjalanan penyakit yang diderita
seseorang.
2. Mengurangi penderitaan seseorang karena sakit.
3. Mencegah dan mengurangi kecacatan.
4. Meneruskan penderita ke fasilitas diagnosa dan pelayanan yang
lebih canggih bila perlu.

Kegiatan Pokok

Agar tujuan upaya pelayanan pengobatan dapat dicapai dengan sebaik-


baiknya, ditempuh kegiatan pokok sebagai berikut :

A. Melakukan diagnosa sedini mungkin melalui :


1. Mendapatkan riwayat penyakit.
2. Mengadakan pemeriksaan badan dengan menggunakan tabel
peta pemeriksaan badan (vide pedoman kerja puskesmas jilid III
tabel 1)
3. Mengadakan pemeriksaan laboratorium.
4. Membuat diagnosa.
B. Melaksanakan tindakan pengobatan
Menggunakan tabel penyakit (vide pedoman kerja puskesmas jilid
III tabel 2 sampai dengan 12)
Sebagai pelengkap dapat juga digunakan buku pedoman pengobatan
dasar di Puskesmas, Dep.Kes. R.I. 1992.
C. Melakukan upaya rujukan bila dipandang perlu, rujukan tersebut
dapat berbentuk :
1. Rujukan diagnostik
2. Rujukan pengobatan/rehabilitasi
3. Rujukan lain
D. Melaksanakan pertolongan pertama; traumatologi/kelukaan;
keracunan pestisida.
Berpedoman pada pedoman kerja Puskesmas jilid III, seksi 8 bab III,
halaman 100 dan seterusnya.

Pelaksanaan Kegiatan

Pelaksanaan pengobatan dapat dijumpai di :


- Gedung puskesmas
Bagian poliklinik dan bagian perawatan puskesmas dengan
tempat tidur.
- Puskesmas
Bagian poliklinik
- Di lapangan
1. Pos puskesmas keliling
2. Meja ke V Pos Pelayanan Terpadu
3. Pos Obat Desa
BAB III

HASIL PENGAMATAN

3.1. Puskesmas GunungPati


Puskesmas Gunung Pati merupakan pusat pelayanan kesehatan
dasar, yang berada di wilayah Kecamatan GunungPati, dimana Puskesmas
GunungPati merupakan Puskesmas rawat jalan dan rawat inap untuk umum.
Ditinjau dari letaknya Puskesmas GunungPati cukup strategis, dengan luas
wilayah 5.399.085 Km2. Pusksemas GunungPati memiliki 11 (sebelas)
kelurahan binaan dari 16 (enam belas) kelurahan yang ada di Kecamatan
GunungPati, yaitu :
1. Kelurahan GunungPati
2. Kelurahan Plalangan
3. Kelurahan Pakintelan
4. Kelurahan Nongkosawit
5. Kelurahan Cepoko
6. Kelurahan Jatirejo
7. Kelurahan Sumurejo
8. Kelurahan Mangunsari
9. Kelurahan Pongangan
10. Kelurahan Kandri
11. Kelurahan Sadeng
Kesebelas Kelurahan binaan mempunyai luas wilayah 4.321.310 ha
dengan batas-batas wilayahnya :
- Sebelah Utara : Wilayah Kerja Puskesmas Sekaran
- Sebelah Selatan : Wilayah Kerja Pustu Branjang / Kab.Semarang
- Sebelah Timur : Wilayah Kerja Puskesmas Mapagan / Kab.Semarang
- Sebelah Barat : Wilayah Kerja Puskesmas Karang Malang
Secara umum Puskesmas GunungPati terletak di wilayah kelurahan
Plalangan tepatnya di Jalan Raya GunungPati-Ungaran RT 04 RW 01,
Kecamatan GunungPati. Memiliki 11 Kelurahan yang pada tahun 2010
akhir mempunyai jumlah penduduk 45.488 jiwa.

Visi Misi dan Tata Nilai


Visi
Terwujudnya Masyarakat GunungPati yang Berperilaku Sehat
Misi
1. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu,
merata, dan terjangkau.
2. Mendorong kemandirian masyarakat untuk berperilaku hidup bersih
dan sehat.
3. Membantu masyarakat mendapatkan informasi dan pelayanan
kesehatan dengan lebih mudah sehingga sadar, mau, dan mampu
untuk hidup sehat.
4. Menurunkan angka kesakitan Demam Berdarah Dengue ( DBD )
dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk ( PSN ).
Tata Nilai
Puskesmas GunungPati berkomitmen untuk selalu memberikan
pelayanan yang optimal kepada masyarakat GunungPati dengan prinsip
pelayanan 5 S, yaitu : Senyum, Salam, Sapa, Sopan dan Santun. Sehingga
terwujudnya masyarakat GunungPati yang sehat dan sejahtera. Puskesmas
GunungPati memiliki motto “Puskesmas Segera” adalah untuk
membangun motivasi guna mengoptimalkan potensi pegawai Puskesmas
GunungPati dalam etos kerja.
Makna dari “Puskesmas Segera”adalah bahwa Puskesmas GunungPati
berupaya untuk memberikan pelayanan kesehatan demi terwujudnya
masyarakat GunungPati “Sehat Kelurga Sejahtera”.

3.2. Upaya Kesehatan Pokok


a. Upaya Promosi Kesehatan Puskesmas Gunung Pati
Promosi kesehatan Puskesmas Gunung Pati dilakukan dalam bentuk
edukasi dan advokasi guna mewujudkan upaya promotif dan preventif.
Metode edukasi dilakukan dengan cara penyuluhan, himbauan,
ajakan, media, dan kesadaran. Metode ini memang menghasilkan perubahan
yang lama, akan tetapi perubahan perilaku masyarakat bersifat langgeng
karena didasari oleh pengertian dan kesadaran yang tinggi terhadap tujuan
perilaku tersebut.
Pelaksanaan metode edukasi :
- Kampanye Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
- Penyuluhan kader posyandu
- Memasang poster-poster upaya kesehatan
- Puskesmas Keliling yang dilaksanakan setiap tanggal 16
Metode advokasi dilakukan dengan kerjasama dengan pemerintah
desa. Melalui kebijakan pemerintah desa, maka tujuan promosi kesehatan
dapat tercapai.
Pelaksanaan metode advokasi :
- Pembentukan Forum Kesehatan Kelurahan Siaga (FKKS)
Kelurahan siaga adalah suatu kondisi masyarakat tingkat kelurahan
yang memiliki kesiapan sumberdaya potensial dan kemampuan
mengatasi masalah kesehatan , bencana dan kegawatdaruratan
kesehatan secara mandiri untuk mewujudkan kelurahan sehat.
Seluruh kelurahan di kecamatan Gunungpati merupakan
kelurahan siaga.
- Gerakan Sayang Ibu dan Bayi (GSIB)
Gerakan Sayang Ibu dan Bayi (GSIB) adalah gerakan bersama
antara pemerintah dan masyarakat untuk menurunkan angka
kematian ibu dan bayi.
Kegiatan GSIB di kecamatan Gunungpati :
 Mengagendakan materi GSIB dalam rapat koordinasi tiap
bulan
 Pembinaan ke tiap kelurahan 3 bulan sekali
 Pembentukan Kelompok Suami Siaga, Donor Darah,
Pendamping ASI
 Pelayanan kontrasepsi
 Sosialisasi KDRT
 Pembinaan ibu hamil dan Pasangan Usia Subur
 Pembinaan Posyandu
Dengan menggunakan dua metode tersebut, Puskesmas
Gunungpati dapat mencapai target upaya promosi kesehatan. Hal ini
dibuktikan dengan menurunnya angka kesakitan pada penyakit
menular di wilayah kerja Puskesmas Gunungpati. Selain itu juga ada
beberapa desa yang merupakan wilayah kerjanya mendapatkan
berbagai penghargaan tentang kesehatan lingkungan.
Namun dalam langkah kerjanya, Puskesmas Gunungpati juga
mengalami hambatan, yaitu :
1. Terbatasnya tenaga kesehatan sebagai pelaksana promosi
kesehatan.
2. Terbatasnya sarana dan prasarana.
3. Sulitnya mengubah pola pikir dan perilaku masyarakat.

b. Upaya Kesehatan Lingkungan


Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang
berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan sendiri. Banyak
faktor yang mempengaruhi kesehatan, diantarannya faktor keturunan,
lingkungan, perilaku dan pelayanan kesehatan.9
Mengingat bahwa masalah kesehatan lingkungan di Negara
berkembang adalah berkisar pada penyehatan air bersih, sanitasi makanan
ddan minuman, penyehatan tempat pembuangan sampah, penyehatan
lingkungan dan jamban keluarga, pengawasan tempat industri, pengamatan
tempat pengelola pestisida dan pengendalian vector.
a. Penyehatan Air
• Inspeksi sanitasi saluran air bersih
• Pembinaan kelompok masyarakat/kelompok pemakai air

b. Hygiene dan sanitasi makanan dan minuman


• Inspeksi sanitasi tempat pengelolaan makanan (non industry rumah
tangga)
• Pembinaan tempat pengelolaan makanan (non industry rumah tangga)

c. Penyehatan tempat pembuangan sampah dan limbah


• Inspeksi sanitasi sarana pembuanagan sampah dan limbah (TPA dan IPLT)
• Penagawasan tempat pembuangan sampah sementara

d. Penyehatan lingkungan dan jamban keluarga


• Inspeksi sanitasi rumah (IS)

e. Pengawasan sanitasi tempat-tempat umum dan industry


• Inspeksi sanitasi tempat-tempat umum
• Pemantauan berkala sanitasi tempat-tempat umum
• Pengawasan sanitasi industry rumah tangga (makanan dan minuman)

f. Pengamanan tempat pengelolaan pestisida


• Inspeksi sanitasi sarana pengelolaan pestisida
• Pembinaan tempat pengelolaan pestisida.

g. Pengendalian vector
Pengawasan tempat-tempat potensial perindukan vector di pemukiman
penduduk sekitar.

c. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak/KB


Progam-progam yang dilakukan

1. Progam yang dilaksanakan didalam gedung :


a. Pemeriksaan ibu hamil
b. Pelayanan 5 imunisasi Lengkap
c. MTBS ( manajemen terpadu balita sakit )
d. KB
e. Pemeriksaan IVA (papsmir)
2. Progam yang dilaksanakan diluar gedung
a. Posyandu
Pelaksanaan Posyandu balita dilaksanakan dengan prinsip 5 meja:

1) Pendaftaran : Meja 1 oleh Kader Posyandu


2) Penimbangan : Meja 2 oleh Kader Posyandu
3) Pencatatan : Meja 3 oleh Kader Posyandu
4) Penyuluhan : Meja 4 oleh Kader Posyandu
5) Pelayanan KB danKesehatan : Meja 5 olehPetugasKesehatan
/PKD
Mekanisme Kerja Posyandu di Meja 5 oleh Tenaga Kesehatan
Puskesmas /PKD meliputi:

1) Pelayan kesehatan Ibu dan Anak


• Pelayanan ibu hamil di Posyandu yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan mencakup ANC dan Imunisasi jika
tempatnya memungkinkan.
• Pelayanan Nifas jika tenaga kesehatan Puskesmas /PKD
pemeriksaan kesehatan umum dan perawatan Payudara
jika tempatnya memungkinkan.
• Pelayanan Bayi dan Anak Balita jika ada tenaga
kesehatan dilakukan pemeriksaan kesehatan, imunisasi,
dan Deteksi Dini Tumbuh kembang.
2) Keluarga Berencana (KB)
Pelayanan KB di posyandu meliputi Suntik KB, Pil yang
pertama, Konseling KB dan jika tempatnya memungkinkan
bisa pemasangan IUD.

Tugas tenaga kesehatan di Posyandu balita kecuali pelayanan


di meja 5 seperti di atas juga melakukan “Pembinaan’’dalam
pelaksanaan pelayanan meja 1 sampai dengan meja 4.
 Kesehatan Ibu
1. Pelayanan kesehtan bumil sesuai standard, untuk kunjungan lengkap
2. Pelayanan persalinan oleh tenga kesehatan termasuk pendampingan
persalinan didukung oleh tenaga kesehatan sesuai standard.
3. Pelayanan nifas lengkap (ibu dan neonatus) sesuai standard KN3
4. Pelayanan dan atau rujukan ibu hamil resiko tinggi / komplikasi
Pelayanan kesehatan ibu hamil tidak hanya di puskesmas tetapi juga di
pelayanan swasta sehingga ada data ibu hamil yang tidak masuk di
puskesmas. Untuk memecahkan masalah ini puskesmas menjalin kerjasama
dengan pelayanan kesehatan swasta (RS,RB,BPS).

 Kesehatan Bayi
1. Penanganan dan atau rujukan neonatus resiko tinggi
2. Cakupan (Bayi Berat Lahir Rendah) BBLR yang ditangani
 Upaya Kesehatan Balita dan Anak Pra Sekolah
1. Pelayanan deteksi dan stimulasi dini tumbuh kembang balita (kontak
pertama balita)
2. Pelayanan deteksi dan stimulasi dini tumbuh kembang anak pra
sekolah
3. Sistem pelayananManajemen Terpadu Balita Sakit(MTBS) di
puskesmas
Pelayanan deteksi dini tidak hanya di puskesmas tetapi juga di
pelayanan kesehatan swasta untuk itu Puskesmas Gunungpati menjalin
kerjasama dengan pelayanan kesehatan swasta (RS,RB,BPS).

 Upaya Kesehatan Anak Usia Sekolah dan Remaja


1. Kegiatan penjaringan kesehatan di SD/MI
2. Pembinaan UKS/UKGS di SD/MI (dilakukan 6x/tahun/sekolah)
3. Pembinaan UKS/UKGS di SMP/MTs (dilakukan 2x/tahun/sekolah)
4. Pelatihan dokter kecil
5. Konselingkesehatanreproduksiremaja di puskesmas
Masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan upaya kesehatan anak usia
sekolah dan remaja adalah kurangnya minat dari para siswa. Untuk
mengatasinya puskesmas melakukan pengenalan kepada siswa tentang
pentingnya UKS dalam sekolah.

 Pelayanan Keluarga Berencana


Alat KB disediakan dari Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN) sesuai jumlah akseptor KB pada periode sebelumnya
(pengguna tetap), bila akseptor KB bertambah dan terjadi kekurangan alat
maka pihak puskesmas dapat mengajukan permohonan kepada PLKB untuk
menutup kekurangan dan mencukupi kebutuhan di puskesmas.

Pelayanan pemasangan alat KB di Puskesmas Gunungpati meliputi :

1. IUD/Spiral,
2. Pil,
3. Kondom,
4. Suntik, dan
5. Susu/Implant,

Alat KB yang paling sering digunakan oleh penduduk setempat adalah


suntik dan pil. Sedangkan IUD dan AKDR sudah lama tidak diminta lagi
oleh para ibu karena pemasangannya secara litotomi dianggap kurang
nyaman dan tabu, serta kekurang nyamanan dari pihak suami pada saat
senggama.Sehingga pil Kb dan suntik lebih seting digunakan.

 Pelayanan Imunisasi
Imunisasi di Puskesmas Gunungpati sejatinya dapat dilaksanakan setiap
hari, namun pelayanan imunisasi yang dibuka setiap hari dirasa memiliki
hambatan.Hambatan tersebut dikarenakan vaksin yang akan digunakan
untuk imunisasi tidak bisa dipakai lagi setelah lewat dari satu hari.sebagai
contoh adalah vaksin BCG dan DPT,setelah dikeluarkan dari alat
penyimpanan dan digunakan maka vaksin memiliki waktu pemakaian hanya
sepanjang satu hari saja.Untuk menyiasati hambatan tersebut serta untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas,maka pelayanan imunisasi
dilaksanakan setiap hari senin dan kamis.Imunisasi yang dilaksanakan di
Puskesmas Gunungpati :

1. BCG, diberikan setelah bayi lahir. Bila terlewat smapai lebih dari 3
bulan, dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu.BCG diberikan bila
uji tuberkulin negatif.
2. Campak, diberikan pada bayi berumur 9 bulan.
3. DPT+HB, diberikan pada bayi umur 2 bulan.Jarak pemberian
pertama dan kedua dengan interval satu bulan.
4. TT, diberikan pada ibu hamil dan calon pengantin sebanyak 5 kali
dengan interval 1 bulan.TT juga diberikan pada anak sekolah kelas 2
dan 3.
5. DT, diberikan pada anak sekolah kelas 1.Imunisasi anak sekolah
dilakukan satu tahun sekali pada bulan November yang sering
disebut denganBulan Imunisasi Anak Sekolah(BIAS).
Kegiatan pelayanan imunisasi di Puskesmas Gunungpati :

1. Imunisasi lengkap pada bayi


2. Imunisasi lengkap pada ibu hamil
3. BIAS DT kelas 1 SD/MI
4. BIAS TT kelas 2-3 SD/MI
5. Campak kelas 1 SD/MI
Pelayanan imunisasi tidak hanya dilakukan di puskesmas tetapi juga di
pelayanan kesehatan swasta untuk itu puskesmas melakukan kerjasama
dengan pelayanan kesehatan swasta serta kerjasama dalam pencatatan dan
pelaporan.

Jenis imunisasi,sasaran,dan cakupan di Puskesmas Gunungpati :

NO Jenis Sasaran Cakupan


Imunisasi (%)

1 BCG Bayi umur 1 bulan 9,90%


2 Polio 1 Bayi umur 2-11 9,90%
bulan

3 Polio 2 Bayi umur 2-11 9,60%


bulan

4 Polio 3 Bayi umur 2-11 9,50%


bulan

5 Polio 4 Bayi umur 2-11 9,20%


bulan

6 DPT 1 Bayi umur 2 bulan 10,00%

7 DPT 2 Bayi umur 2 bulan 9,50%

8 DPT 3 Bayi umur2 bulan 9,20%

9 Campak Bayi umur 9 bulan 8,20%

10 HB 0 Bayi umur (0-7 8,20%


hari)

11 HB 1 Bayi umur (0-7 10,00%


hari)

12 HB 2 Bayi umur (0-7 9,50%


hari)

13 HB 3 Bayi umur (0-7 9,20%


hari)

14 TT WUS 7,80%

15 TT Bumil 2,00%

d. Upaya perbaikan gizi

Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan gizi masyarakat


setempat adalah dengan mengadakan penyuluhan serta konsultasi umum,
dimana puskesmas melayani penduduk yang ingin mengkonsultasikan
tentang gizi kepada petugas puskesmas.Pelayanan ini dilakukan pada bagian
Gizi dan imunisasi.Puskesmas juga melakukan pemantauan terhadap gizi
anak terutama balita dan anak usia sekolah,seperti contoh pemantauan pada
anak yang mengalami gizi kurang. Tercatat satu kasus gizi kurang pada
tahun 2011 di wilayah Puskesmas GunungPati.

Kegiatan Pokok

1.Pemantauan status gizi bayi dan balita


2.pemantauan program garam beryodium dengan peninjauan langsung
garam-garam yang beredar di daerah GunungPati
3.Pemberian PMT dan pemulihan gizi kurang

Pelaksanaan
1.Pemberian vitamin A berwarna biru (dosis 100.000 SI) pada bayi
2.Pemberian vitamin A berwarna merah (dosis 200.000 SI) pada balita
3.Pemberian vitamin A pada ibu nifas
4.Pemberian Fe (besi) pada ibu hamil
5.Pemberian PMT pemulihan pada balita gizi buruk
Diberi saat kontrol setiap bulan atau juga kunjungan rumah dari petugas
Puskesmas atau Dinas Kesehatan

Posyandu
Tujuan Posyandu :
-Menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Ibu( ibu
hamil, melahirkan, dan nifas)
-Meningkatkan peran serta kemampuan masyarakat untuk mengembangkan
kegiatan kesehatan dan KB serta kegiatan lainnya yang menunjang untuk
tercapainya masyarakat sehat sejahtera

Posyandu yang terdapat pada Puskesmas GunungPati berjumlah 69


Posyandu di 11 kelurahan
Kegiatan
-Menimbang BB balita menggunakan timbangan dacin (dengan
menggunakan kain untuk tempat bayi yang belum bisa berdiri)
-Mengukur TB balita
-Pencatatan hasil BB dan TB balita dalam buku rekam medik milik
posyandu dan dipantau perkembangannya.
-Pemberian vitamin A pada bayi dan balita diberikan dibulan Febuari-
Agustus

Hambatan
Pada masalah gizi diwilayah Puskesmas GunungPati ini adalah
kurangnya kesadaran dan partisipasi orang tua terutama ibu untuk
memeriksakan mengenai status gizi anaknya di Puskesmas sehingga
terkadang petugas Puskesma lah yang harus datang berkunjung untuk
mendata penduduknya yang terkena gizi buruk atau gizi kurang.

e. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular

a. Malaria.
 Pengobatanpenderita Malaria Klinis.
 Penderita malaria (+) positifdiobati.
 Penderita malaria beratdengankomplikasiditangani / dirujuk.
b. PelayananImunisasi.
 Pelaksanaan imunisasi puskesmas gunungpati dilakukan
pada hari senin dan kamis.
 Imunisasilengkappadabayi.
 Imunisasilengka pada ibuhamil.
 BIAS DT anaksekolahkelas I SD / MI.
 BIAS TT anaksekolahkelas II dan III SD / MI.
Jadwal imunisasi puskesmas Gunungpati

Umur Jadwal imunisasi


0 – 7 hari HBO
1 bulan BCG , POLIO 1
2 bulan DPT / HB 1 , POLIO 2
3 bulan DPT / HB 2, POLIO 3
4 bulan DPT / HB 3, POLIO 4
5 bulan CAMPAK

Jenis Indikasi
vak
sin
Hepatitis Hepatitis B dan Kerusakan Hati
B
Polio yang dapat menyebabkan lumpuh layuh pada tungkai dan
Polio
atau lengan
Difteri yang menyebabkan penyumbatan jalan nafas batuk rejah
DPT (batuk 100 hari )
Tetanus
Campak yang dapat menyebabkan komplikasi radang paru ,
Campak
radang otak, dan kebutaan
BCG TBC (tubercolusis) yang berat

c. Kusta.
 Penemuan dan pengobatantersangkapenderita.
 Pemeriksaankontakpenderita.
 Prevalensi
d. Diare.
 Penemuankasusdiare di Puskesmas dan Kader.
 Rehidrasi oral denganoralit pada kasusdiare di puskesmas dan
kader.
Ada 5 langkah yang dilakukan puskesmas gunungpati
1. Pemberian ORALIT
2. Pemberian Zinc untuk meningkatkan daya
tahan tubuh dan diberikan hanya pada balita
3. Teruskan pemberian ASI
4. Pemberian antibiotik secara selektif
5. astat guna untuk memberikan penyuluhan,
misal : menggunaan oralit, manfaat dll.
e. TB Paru.
 Suspek (diagnosa yang belum pasti)
 Penemuan dan pengobatanpenderita TB Paru (DOTS) BTA
positif.
 Penemuan dan pengobatanpenderita TB Paru (DOTS) BTA
negatif.
f. ISPA.
 Penemuankasuspnemonia dan pnemonia berat oleh
puskesmas termasuk bidan desa, pustu, kader.
 Jumlah kasus pnemonia dan pnemonia berat diobati standar.
 Jumlah kasus pnemonia berat / dengan tanda bahaya
ditangani / dirujuk.
Diagnosa ISPA apabila terjadi Batuk >> RR (Respirasi Rate) nya
tinggi = ISPA
 Balita kurang dari 2 bulan < 60
 2 bulan – 1 tahun < 50
 1 tahun sampai 5 tahun < 40
g. DemamBerdarah Dengue (DBD).
 Penemuankasustersangka.
 Rujukankasustersangkake RS.
 PenyelidikanEpidemiologi (PE).
h. Pencegahan dan penanggulangan PMS dan HIV / AIDS
 Penemuan / pengobatankasus PMS dan HIV / AIDS melalui
“pendekatansyndrom:”.
 Pembinaanberkalapadakelompoksasaranberesiko.
i. SistemKewaspadaanDini.
Melakukan pemantau dan análisis hasil pelaporan mingguan
penyakit menular.

f. Upaya Pengobatan

Sasaran : Seluruh masyarakat wilayah kerja Puskesmas.

Pencapaian : Mampu secara optimal memberikan pelayanan kesehatan


pada masyarakat.

Hambatan : Stok untuk obat-obatan dan reagen di laboratoriumsering


kosong.

A. Kegiatan Pokok
1. Pelayanan pengobatan umum
2. Pelayanan pengobatan gigi
3. Pelayanan konsultasi gizi
4. Kegiatan BP Umum
a. Rawat Jalan
- Pemeriksaan
- Anamnesa
- Diagnosa
- Pemberian terapi atau tindakan
- Membuat surat rujukan
- Membuat pengantar pemeriksaan laboratorium
b. Rawat Inap
Kegiatan di Loket
Memberi pelayanan pendaftaran untuk berobat
a) Prosedur :
- Pasien mendaftar kepada petugas puskesmas dengan
membawa kartu identitas
- Bagi pasien yang tidak membawa kartu identitas petugas
akan mencari data pasien pada simpus komputerisasi dan
kemudian petugas akan mengambil catatan medis (CM)
atau Rekam Medis.
Bentuk Rekam Medis ada 2 :

3. Berkas Keluarga (Family Folder/FF)


Merupakan kumpulan RM dari masing-masing
anggota keluarga, yang disimpan menurut nomor
urut atau huruf pertama nama kepala keluarga (KK).
Family folder ini berfungsi Mendapatkan gambaran
tentang latarbelakang keluarga mengetahui masalah-
masalah kesehatan dalam keluarga yang potensial
mempunyai hubungan dengan masalah kesehatan
yang ada pada pasien.
4. Buku Kesehatan Keluarga
Merupakan suatu RM berbentuk buku, dipakai
bersama oleh semua anggota keluarga.
- Setelah pasien selesai mendaftar oleh petugas, lalu
dibawa ke bagian pelayanan kesehatan yang akan dituju
(BP, KIA/KB pemeriksaan laboratorium).
B. Kegiatan di kamar Obat
A. Obat Berdasarkan Pengadaannya

Perencanaan Obat tiap 1 tahun sekali setiap bulan Agustus


- Obat PKD (Program Kesehatan Dasar) : obat di dropping
dari Dinas Kesehatan kota 3 bulan sekali
- Obat ABD (Anggaran Belanja Dasar) : belanja obat
sendiri tiap 3 bulan sekalidengan mengajukan anggaran
pembelian obat kepada Dinas Kesehatan Kota.
B. Kegiatan
1. Menyiapkan obat :
 Siapkan semua obat dalam rak atau meja
 Obat disusun dalam rak obat sesuai abjad dan jenis
sediaan
2. Mengambil resep
3. Menyiapkan obat sesuai resep
a.) Obat Racikan
1. Puyer
 Siapkan mortir, sendok, puyer, plastik, obat,
kertas puyer, kertas etiket (putih)
 Siapkan obat yang akan dibuat puyer sesuai resep.
 Gerus obat satu persatu mulai dari obat yang
jumlahnya sedikit.
 Campur semua obat yang telah digerus sampai
homogen
 Membagi serbuk bobot yang kurang lebih sama.
 Bungkus puyer dengan kertas puyer dan masukan
dalam plastik obat.
 Beri etiket obat sesuai dengan cara pemberian
etiket obat.
2. Sirup kering
 Siapkan obat sesuai resep
 Siapkan alat-alat : gelas ukur, pengaduk, air
matang, kertas etiket (putih)
 Ukur air matang sesuai jumlah yang ada dalam
kemasan botol obat.
 Masukan air ke dalam botol obat yang berisi sirup
kering lalu dikocok sampai berbentuk suspensi
homogen.
 Beri etiket obat sesuai cara pemberian etiket obat.
b.) Obat Jadi
1. Tablet atau kapsul
- Siapkan obat sesuai resep (perhatikan dosis dan
jumlahnya)
- Siapkan plastik obat dan kertas etiket (putih)
- Masukan obat dalam plastik obat dengan
memakai sendok plastik.
- Masing-masing obat dikemas dalam tempat
sendiri-sendiri.
- Beri etiket obat sesuai cara pemberian obat.
2. Sirup
- Siapkan obat sesuai resep perhatikan dosisnya.
- Siapkan kertas etiket (putih)
- Beri etiket obat sesuai cara pemberian obat.
3. Salep/Tetes Mata/Tetes Telinga
- Siapkan obat sesuai resep perhatikan dosisnya.
- Siapkan kertas etiket (biru)
- Beri etiket obat sesuai cara pemberian obat.
4. Pemberian Etiket Obat
 Siapkan obat yang selesai dikemas.
 Siapkan kertas etiket sesuai obat.
o Etiket putih untuk obat minum.
o Etiket biru untuk obat luar.
 Beri nama pasien, tanggal penyerahan obat, dan cara
pemakaian obat di kertas obat.
 Letakan kertas etiket pada tempat obat.
5. Menyerahkan obat dan memberikan penjelasan tentang obat
yang diberikan
- Siapkan obat yang akan diserahkan kepada pelanggan.
- Memanggil pelanggan dan menyerahkan obat.
- Memberi informasi kepada pelanggan tentang :
o Cara Pemakaian
o Frekuensi pemberian obat
o Cara penyimpanan
C. Dokumen Terkait
1. Resep
2. Buku harian obat
3. Buku bulanan obat
4. Kartu stok obat
5. PWS (Pemantauan Wilayah Setempat)
6. LPLPO (Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan
Obat)
7. Buku agenda
8. Buku jumlah kunjungan resep
D. Distribusi obat
Petugas Puskesmas mengajukan permohonan obat untuk
memenuhi persediaan obat kepada DKK, kemudian DKK
memasok obat berdasarkan laporan jumlah obat yang digunakan
pada tahun sebelumnya.
a) Laboratorium
Jenis pemeriksaan yang disediakan di laboratorium
Puskemas Gunung Pati antara lain, sebagai berikut:
1. Pemeriksaan Hemoglibin pada Ibu Hamil
2. Pemeriksaan darah trombosit tersangka DBD
3. Pemeriksaan darah malaria
4. Pemeriksaan test kehamilan
5. Pemeriiksaan sputum TB
6. Pemeriksaan Urine Protein pada Ibu Hamil
b) Gudang Obat
Cara penyimpanan obat
 Cara penyimpanan antara obat dalam dengan obat luar
dipisahkan.
 Pada rak paling bawah diletakkan jenis syrup, jenis ini
memiliki massa yang berat.
 Pada gudang obat tidak ada cara penyimpanan khusus,
karena obat yang digunakan adalah jenis obat-obat dasar.
 Suhu yang digunakan untuk penyimpanan obat adalah
suhu ruangan.

3.3. Upaya Kesehatan Pengembangan


1) Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS)
Kegiatan pokok

Pelaporan meliputi harian,bulanan,triwulanan,semester, dan tahunan

 Harian
setiap bagian pelayanan kesehatan seperti BP,GIZI,KIA/KB,LAB,
melaporkan banyaknya pengguna layanan kesehatan.

 Mingguan
Puskesmas pembantu dan puskesmas keliling melaporkan jumlah pengguna
layanan.

 Bulanan
dari laporan harian,mingguan, kemudian akan direkap dan dilaporkan ke
dinas kesehatan kota semarang.

 Triwulanan
Untuk pelaporan triwulan yang dilaporkan adalahkesehatan reproduksi,TB
paru,rujukan.

 Semester
Untuk pelaporan tenaga kesehatan dan sarana kesehatan.

 Tahunan
Dari semua laporan harian,mingguan,bulanan,triwulanan,semester direkap
dan digunakan untuk rencana tahun depan.

2) Upaya Kesehatan Sekolah


Kegiatan pokok

 Penyuluhan di sekolah-sekolah dasar


 Penataran dokter kecil
 Pemeriksaan rambut, kuku, mata, telinga.
 Penjaringan di sekolah-sekolah tiap tahun ajaran baru.
Hambatan

Kurangnya petugas yang ada dalam pelaksanaan program


puskesmas.

3) Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut


Kegiatan pokok

(a) Poli Gigi


 Pencabutan gigi tetap pada orang dewasa dan gigi susu pada
anak-anak
 Penambalan gigi tetap
 Pembersihan karang gigi
(b) Kegiatan Lapangan
 Pembinaan kesehatan gigi di posyandu
 Pembinaan kesehatan gigi pada TK
 Pembinaan dan bimbingan sikat gigi masal pada SD/MI
 Perawatan kesehatan gigi pada SD/MI
Hambatan

Karena terbatasnya petugas di puskesmas maka hambatan utama dalam


upaya kesehatan gigi dan mulut adalah kurangnya tenaga.

4) Upaya Kesehatan Mata


Kegiatan pokok
1. Pemeriksaan mata (visus dan refraksi)
2. Pemberian vitamin A
3. Operasi katarak muarh setiap 3 bulan sekali bekerjasama
dengan PERDAMI
Rencana kegiatan

Operasi katarak gratis yang ditujukan kepada masyarakat secara


umum

Kegiatan luar BP

1. Pemeriksaan bersama pusling


2. Pemberian vitamin A
Hambatan

 Keterbatasan alat (tidak adanya alat koreksi mata, tonometry,


fundoscopy)
 Untuk program operasi katarak gratis,kurang adanya sponsor.
Kerjasama Lintas Sektor

Untuk upaya operasi katarak murah bekerjasama dengan PERDAMI


Kota Semarang, bekerjasama juga dengan RS. William Botoh.

5) Upaya kesehatan Usia Lanjut


Kegiatan pokok

a. upaya promotif

 Penyuluhan
 Pembinaan mental
 Rekreasi
b. upaya preventif

 Pembinaan kelompok usia lanjut sesuai standard


 Pemantauan kesehatan pada anggot kelompok usia lanjut
yang dibina sesuai standard
 Senam
Mekanisme kerja

Penyuluhan, pembinaan mental, pengukuran tinggi dan berat badan,


serta pemeriksaan tekanan darah dilaksanakan di posyandu Lansia.
Kegiatan senam dan rekreasi sesuai dengan program kerja posyandu.
Senam lansia dilakukan secara rutin setiap hari minggu, sedangkan
rekreasi dilaksanakan sesuai dengan program kerja posyandu dan
kesepaktan masyarakat.

Kerjasama Lintas Sektor

Puskesmas bekerjasama dengan posyandu dan PKK dalam upaya


kesehatan usia lanjut. Secara garis besar kegiatan ini dilaksanakan oleh
posyandu dan PKK. Kegiatan yang dilakukan pada masing-masing
posyandu dilaporkan setiap bulan kepada puskesmas.

Hambatan

Kegiatan yang diadakan posyandu untuk pembinaan lansia mengalami


kendala yaitu sulitnya para lansia untuk mengikuti kegiatan dikarenakan
keinginan untuk tetap bekerja selayaknya usia produktif, seharusnya pada
usia yang sudah tidak produktif lagi akan lebih baik apabila mereka
memfokuskan pada kesehatan dan kesejahteraan mereka. Dari pihak kader
posyandu mengalami kesulitan dalam pembagian waktu antara pelayanan
posyandu balita dan posyandu lansia.

6) Kesehatan Jiwa
Kegiatan pokok

1. Pemberdayaan kelompok masyarakat khusus dalam upaya


penemuan dini dan rujukan kasus gangguan jiwa
2. Penemuan dan penanganan kasus gangguan perilaku dan
gangguan jiwa
3. Penanganan kasus kesehatan jiwa
4. Deteksi dan penanganann kasus jiwa (gangguan jiwa, gangguan
psikosomatik, gangguan NAPZA,dll) yang datang ke puskesmas
7) Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional
Kegiatan pokok

 Berkoordinasi dengan ibu-ibu PKK membina masyaralat untuk


pemanfaatan TABOGA (tanaman obat keluarga)
 Membina dukun bayi dalam upaya pertolongan persalinan yang
bersih dan aman
 Membina dan memantau pengobatan-pengobatan tradisional
(herbal) dengan indikator :
 Apakah sudah mempunyai izin praktek pengobatan
tradisional dari dinas kesehatan kota semarang dan walikota
semrang?
 Apakah pemberi pelayanan kesehatan sudah mengikuti
pelatihan? Bersertifikat / berijasah?
Rencana kegiatan

Mengikuti kegiatan bersamaan dengan ibu-ibu PKK dengan


memberi penyuluhan tentang pemanfaatan TABOGA, kegiatan disesuaikan
dengan jadwal kegiatan PKK.

Selama ini upaya pembinaan pengobatan tradisional tidak


mempunyai kendala dengan ibu- ibu anggota PKK sudah berjalan
dengan baik.

8) Upaya Pembinaan Kesehatan Kerja


 Pembinaan pos UKK (unit kesehatan kerja)
 Pos UKK menuju SIMASKER
 Pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan pada pekerja di pos
UKK
9) Perawatan Kesehatan Masyarakat
Kegiatan pokok

 Kegiatan asuhan keperawatan pada keluarga


 Kegiatan asuhan keperawatan pada kelompok masyarakat
 Pemberdayaan dalam upaya kemandirian pada keluarga lepas
asuh
 Pemberdayaan dalam upaya kemandirian pada kelompok lepas
asuh
 Pembinaan kelompok khusus / panti
 Pembinaan golongan resiko ibu hamil dan balita
Melakukan pembinaan wilayah yang meliputi 11 (sebelas) desa,
masing-masing dibina oleh seorang pembina wilayah, misalnya seorang
bidan menangani bumil risti (ibu hamil risiko tinggi) dan seorang mantri
menangani penyakit TB paru. Pembinaan dilakukan setiap tiga kali dalam
satu bulan, masa interval pembinaan setiap sepuluh hari atau satu minggu
yang bersamaan dengan program posyandu.
BAB IV
PEMBAHASAN

1. Upaya Kesehatan Wajib


a. Upaya Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan dilakukan pada saat pemeriksaan kesehatan
berlangsung maupun saat pemberian obat. Upaya penyuluhan dilaksanakan
dalam bentuk kegiatan Puskesmas Keliling (PUSLING). Di samping itu
Puskesmas Gunungpati juga melaksanakan Gerakan Sayang Ibu dan Bayi
(GSIB) dan Forum Kesehatan Kelruhana Siaga (FKKS). Namum dalam
pelaksanaanya masih didapati hambatan-hambatan.
Secara garis besar pelaksanaan upaya promosi kesehatan
Puskesmas Gunungpati sudah berjalan dengan baik dan secara optimal.

b. Upaya Kesehtan Lingkungan


Upaya kesehatan lingkungan yang terdiri dari : penyehatan air
bersih, sanitasi makanan dan minuman, penyehatan tempat pembuangan
sampah, penyehatan lingkungan dan jamban keluarga, pengawasan tempat
industri, pengamatan tempat pengelola pestisida dan pengendalian vector.

Di Puskesmas Gunung Pati upaya kesehatan lingkungan di


laksanakan oleh petugas puskesmas yang bertanggung jawab dengan
program-program seperti yang telah disebutkan sesuai teori di atas. Dengan
tujuan untuk menciptakan lingkungan yang sehat serta menurunkan angka
kesakitan yang disebabkan oleh faktor lingkungan.

Pada pelaksanaan upaya kesehatan lingkungan di Puskesmas


Gunung Pati masih mempunyai hambatan-hambatan seperti : belum adanya
Tim Epidemolog dan Tim Etimolog.
d. Upaya perbaikan gizi
Pembahasan pada upaya perbaikan gizi masyarakat, pada
hakekatnya mengamati masalah gizi yang menghadapi kelompok
masyarakat tertentu secara epidemiologis, secara lingkungan termasuk
kependudukan, secara perilaku, dan sistem pelayanan kesehatan yang
berupaya menanggulanginya.
Pada Puskesmas Gunung Pati sudah melaksanakan upaya dengan
baik, namun pada tahun 2011 terdapat satu kasus gizi buruk. Upaya
perbaikan gizi dilakukan dengan memberikan PMT kepada anak-anak.
Hambatan yang ditemui oleh petugas Gizi di Puskesmas GunungPati ini
adalah kurangnya kesadaran dan masyarakat untuk memeriksakan mengenai
status gizi anaknya di Puskesmas sehingga terkadang petugas Puskesma lah
yang harus datang berkunjung untuk mendata penduduknya yang terkena
gizi buruk atau gizi kurang.
Dalam pelaksanaan kegiatannya sudah cukup baik contohnya seperti
dalam menangani gizi buruk, Puskesmas mendata kemudian menangani
pasien sesuai dengan prosedur yang ada.

e. Upaya pemberatasan dan pencegahan penyakit menular

Yang berpengaruh dalam upaya pemberantasan dan pencegahan


penyakit menular umumnya berupa faktor lingkungan (fisik , biologik,
sosial – budaya ) dan perilaku serta pola hidup masyarakat terbesut yang
memegang peran utama dalam penularan penyakit menular, disamping juga
pelayanan program yang belum menjangkau masyarakat yang
membutuhkan.

Pada wilayah kerja puskesmas gunung pati pada saat ini telah
mengalami penurunan jumlah penyakit menular KLB DBD terbukti pada
tahun 2010 terjadi 102 kasus DBD dan tahun 2011 16 kasus DBD sedang
pada tahun 2012 terhitung pertanggal 1 -26 januari di temukan 1 kasus
DBD, dan petugas Puskesmas Gunung Pati menanggulanginya dengan
kegiatan – kegiatan seperti : PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) , PE
(Penyelidikan Epidemiologi) dan PJB (Pemberantasan Jentik Berkala) serta
memberikan edukasi kepada warga.
f. Upaya Pengobatan
Sesuai dengan teori yang kami dapatkan dalam pembekalan, upaya
pengobatan meliputi :
- Melakukan pemeriksaan
- Memberikan pengobatan kepada pasien
- Membuat surat rujukan ke RS
Sesuai dengan yang di lapangan meliputi :
 Kegiatan BP Umum
o Pemeriksaan pasien umum
o Melakukan tindakan
o Membuat surat rujukan ke RS
o Membuat pengantar pemeriksaan laboratorium
 Kegiatan BP Gigi
o Pemeriksaan pasien gigi
o Membuat surat rujukan ke RS
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Selama melaksanakan Praktek Belajar Lapangan di Puskesmas
Gunungpati
dapat diamati bahwa program yang terlaksana di Puskesmas Gunungpati
meliputi Upaya Kesehatan Wajib berupa Upaya Promosi Kesehatan,Upaya
Kesehatan Lingkungan,Upaya Kesehatan Ibu dan Anak/KB,Upaya
Perbaikan
Gizi,Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular.Sedangkan
Upaya Kesehatan Pengembangan berupa Upaya Kesehatan Sekolah,Sistem
Informasi Managemen Puskesmas,Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut,Upaya
Kesehatan Mata,Upaya Kesehatan Usia Lanjut,Upaya Kesehatan
Jiwa,Upaya
Pembinaan Pengobatan Tradisional,Upaya Kesehatan Kerja,Upaya
Perawatan
Kessehatan Masyarakat.Adapun hambatan yang ditemukan pada
pelaksanaan
program Upaya Kesehatan di Puskesmas Gunumgpati adalah faktor
geografis,kurangnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan,serta
kurangnya tenaga medis.
B. Saran
- Peningkatan Promosi Kesehatan
- Meningkatkan kerjasama lintas sektor dan lintas program
- Penembahan tenaga medis di Puskesmas Gunungpati

Anda mungkin juga menyukai