Anda di halaman 1dari 68

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang ttelah melimpahkan
rahmat serta hidayah-Nya, sehingga praktik kerja lapangan ini dapat dilakanakan dengan
lancer beegit pula dalam penyusunan laporan ini dapat diselesaikan.

Laporan PKL ini disusun sebagai tugas akhir bagi siswa/siswi Sekolah Menengah
Kejurusan Analis Kesehatan DITKESAD yang telah dilaksanakan PKL dan penyusunan
laporannya dapat terlaksana dengan baik berkat bantuan dari pihak-pihak terkait. Untuk
itu pada kesempatan ini aku berterimakasih kepada :

1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya kesehatan, kepintaran, dan


inspirasi yang diberikan sehingga laporan ini dapat diselesaikan.
2. Letkol Ckm (K) Gusniati S Si. Apt selaku kepala sekolah yang telah memberi
kami motivasi dan memberikan kesempatan untuk mengikuti PKL.
3. Dr. Hermanto HH.SpPK.MARS selaku Kepala Instalasi Laboratorium Rumah
Sakit Ketergantungan Obat Jakarta yang telah memberikan banyak kesempatan
kepada kami untuk melaksanakan PKL.
4. Ibu Arum Lintang, selaku Pembimbing PKL yang telah banyak membantu dalam
menyelesaikan laporan.
5. Bpk Sumardiyono, Amak., selaku Pembimbing Rumah Sakit Ketergantungan Obat
Jakarta yang telah memberikan pengarahan kepada kami selama kami melaksanakan
PKL.
6. Serta semua rekan-rekan kami yang telah membantu dalam penyelesaian laporan
ini.

Kami menyadari bahwa kekurangan yang terdapat dalam menyusun laporan PKL ini.
Semoga Laporan Praktik Kerja Lapangan ini, dapat bermanfaat bagi semua siswa/siswi
SMK Analis Kesehatan DITKESAD dan pembaca umumnya.

Jakarta, 16 Agustus 2019

Tim Penyusun
1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sekolah Menengah Kejuruan Analis Kesahatan DITKESAD merupakan
Sekolah yang bertujuan untuk melahirkan tenaga analis yang tanggap, tangguh,
terampil, disiplin, kompeten, teliti, dan inovatif.
Maka sebagai wujud aplikasi kegiatan belajar selama di Sekolah
Menengah Kejuruan Analis Kesehatan DITKESAD dilaksanakan sistem
pembelajaran langsung di lapangan kerja dalam hal ini di Laboratorium Patologi
Klinik, agar siswa dapat mengetahui dan memahami ruang lingkup kerja tenaga
Laboratorium Medik.
Praktik Kerja Lapangan adalah proses untuk mmengukur kualitas dan
mengembangkan keterampilan siswa dengan dunia kerja lapangan agar
mendapat keseimbangan antara ilmu teori dan praktik. Siswa juga diharapkan
dapat beradaptasi dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan sebagai miniature
dari dunia kerja. Harapan dari kegiatan ini agar siswa dapat lebih menguasai
dalam bidang analisa yang dapat meningkatkan kebutuhan manusia dan Ahli
Tenaga Medis. Lama pendidikan Praktik Kerja Lapangan ini adalah selama
kurang lebih dua bulan dengan jam kerja yg disesuaikan di Rumah Sakit dengan
adanya sistem pembelajaran langsung dilapangan, diharapkan siswa dapat
menjadi luusan analis yang profesional dan kompeten.

B. Tujuan
1. Tujuan Pelaksanaan PKL
a. Sebagai syarat mengikuti ujian pembelajaran sekolah.
b. Menambah pengalaman dalam penerapan praktikum dilapangan kerja.
c. Menambah wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi laboratorium, serta
d. Menambah wawasan mengenai lapangan kerja.
2. Tujuan Pembuatan Laporan Kerja
a. Menambah wawasan siswa/siswi terhadap struktur pembuatan laporan.
b. Melaporkan kegiatan yang dilakukan siswa/i selama PKL.

2
C. Manfaat
1. Manfaat Pelaksanaan PKL
a. Siswa/i semakin terampil saat praktikum.
b. Siswa/i semakin cepat memahami tugas dan perannya di lapangan kerja.
c. Siswa/I semakin dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan-
lingkungan baru.

D. WAKTU DAN TEMPAT


1. Waktu
Pelaksanaan PKL selama 1 bulan setengah terhitung mulai tanggal 1 juli
2019-16 agustus 2019
2. Tempat
Instalasi laboratorium RSKO JAKARTA

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Profil Sekolah

1. Data umum
a. Nama Sekolah : SMK Analis Kesehatan DITKESAD
b. Alamat Sekolah : Jln. Buntu Munjul, Cipayung, RT 10/01, Munjul
Jakarta Timur
c. Kode Pos : 13850

d. Website : http://smksmakditkesad.sch.id
e. Email : smakmunjul@yahoo.co.id
2. Sejarah dan Lulusan
Berdiri dijakarta sejak tahun 1964. 4 tahun pertama didirikan sebagai
sekolah kedinasan yang mendidik calon analis kesehatan untuk lingkungan
Angkatan Darat. Sejak tahun 1973 mulai menerima masyarakat umum,
sampai tahun 2018 telah meluluskan 2 tenaga analis kesehatan yang tersebar
luas di instansi pemerintahan (TNI, Polri, Depkes, maupun RS swasta
didalam dan diluar negeri).

4
5

Visi
SMK Analis Kesehatan DITKESAD bertekad menyediakan tenaga Analis
Kesehatan yang tanggap, tangguh, handal, profesional, disiplin, dan inovatif.

Misi
1. Menyediakan tenaga analis kesehatan untuk menunjang peran TNI, pemerintah
dan swasta yang makin meningkat.
2. Sebagai upaya meningkatkan kesehatan keluarga besar TNI dan masyarakat dalam
menyediakan sekolah kejuruan.
3. Sebagai wujud peran TNI untuk membantu proses pembangunan, khususnya
dalam bidang pendidikan tenaga kesehatan.

Program Praktik Kerja Lapangan (Industri)


Untuk menunjang kegiatan belajar mengajar, PKL dilaksanakan selama 1 bulan
setengah pada lahan-lahan praktik sebagai mitra (pasangan kerja) antara lain :
1. Laboratorium Rumah Sakit

Lapangan pekerjaan
Tenaga laboratorium kesehatan : a. Rumah Sakit
b. Laboratorium Klinik Swasta
Tenaga QC di Laboratorium : a. Pabrik Kimia & Farmasi
b. Pabrik Makanan / Minuman
6

2.1 Profil RS Ketergantungan Obat Jakarta

Gambar 2.0

Alamat : Jl. Lapangan Tembak No.75 Cibubur Jakarta Timur


Kode Pos : 13720
Phone : +62-21-87711968 / +62-21-87711969
Fax : +62-21-87711970
Website : www.rskojakarta.com
Kategori : Rumah Sakit Type B Pendidikan

Visi
Menjadikan Rumah Sakit yang unggul dalam pelayanan, pendidikan dan
penelitian dalam bidang NAPZA di Tahun 2019

Misi
1. Menyelenggarakan upaya prefentif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif dalam
bidang NAPZA dan penyakit terkait secara komprensif dan paripurna yang
memenuhi kaidah mutu keselamatan pasien dan terjangkau oleh masyarakat
yang dikelola oleh tenaga yang berkompeten
7

2. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi tenaga profesi serta


masyarakat umum dalam bidang NAPZA dan melaksanakan penelitian dan
pengembangan berbasis bukti dalam bidang NAPZA
3. Menjadi sarana bagi pegawai untuk meningkatkan kompetensi dan
kesejahteraan

Sejarah
FALSAFAH :
MOTTO : PROFESIONALISME, MODEL
UTAMA PELAYANAN KAMI
Ramah, Sigap, Kasih,
Optimis

Menyadari bahwa masalah penyalahgunaan Napza merupakan salah satu masalah


kejiwaan, Dr. Herman Susilo MPh. menghubungi Prof. Dr. Kusumanto Setyonegoro, Kepala
Direktorat Kesehatan Jiwa Depkes RI dan Kepala Bagian Ilmu Kedoktran Jiwa (Psikiatri
FKUI), yang pada tahun 1969 menerima untuk pertama kalinya penderita ketergantungan
morphine di Sanatorium Dharmawangsa, dimana beliau menjabat sebagai ketua yayasan.

Usulan untuk membentuk Drug Dependence Unit (DDU) kepada Bpk. H. Ali Sadikin
diterima, dan pada tanggal 6 November 1971 keluarlah instruksi Gubernur DKI Jakarta untuk
membentuk Drug Dependence Unit guna merawat korban penyalahgunaan zat.

Gambar 3.0
8

Pada tanggal 12 April 1972, Bpk. H. Ali Sadikin meresmikan bangunan DDU yang
terletak di komplek RS Fatmawati. Adapun pejabat yang ditunjuk untuk memimpin DDU
saat itu adalah Letkol (CKM) dr. Erwin Widjono, Psikiater.

Sejak tahun 1974, DDU berubah nama menjadi Lembaga Ketergantungan Obat
(LKO), dimana tujuan utamanya adalah usaha penanganan ketergantungan obat yang bersifat
komprehensif dan bersifat jangka pajang, meliputi bidang-bidang preventif, kuratif dan
rehabilitatif.

Pada tahun 1978, status LKO ditingkatkan menjadi rumah sakit tipe C dengan nama
Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) di bawah Departemen Kesehatan RI, dengan
keputusan Menkes RI nomor 138/Menkes/SK/IV/78, sebagai unit pelaksana fungsional dari
Dit Jen Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI.

Dengan keputusan ini maka RSKO dipimpin oleh seorang Direktur dan dibantu oleh
satu orang Kepala Seksi Pelayanan Medis, satu orang Kepala Seksi Keperawatan dan Kepala
Sub Bagian Tata Usaha.

Gambar 4.0

Berdirinya Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) ini mendapat tanggapan


positif dari masyarakat. Tanggapan positif tersebut diiringi dengan meningkatnya kebutuhan
masyarakat akan layanan kesehatan yang lebih baik dan lebih lengkap. Untuk menjawab
kebutuhan ini, Rumah Sakit Ketergantungan Obat menambah kapasitas layanannya dengan
9

mendirikan bangunan baru di Cibubur, Jakarta Timur dan pada tahun 2002 dilakukan soft
opening.

NAMA-NAMA DIREKTUR RSKO-SEKARANG

1. dr. Erwin Widjono, Sp.KJ (1972 - 1987)


2. dr. Al Bahri Husein, Sp.KJ (1987 - 1997)
3. dr. Sudirman, Sp.KJ (1997-2005)
4. dr. Ratna Mardiati S, Sp.KJ (2005-2008)
5. dr. Fidiansyah, Sp.KJ (2009-2010)
6. dr. Diah Setia Utami, Sp.KJ, MARS (2010-2012)
7. dr. Laurentius Panggabean, Sp.KJ, MKK (2012-2015)
8. dr. Erie Dharma Irawan, Sp.KJ, MARS (2015-2018)
9. dr. Azhar Jaya, SKM, MARS (2018 s.d Sekarang)

2.2 Denah RS Ketergantungan Obat Jakarta

Gambar 5.0
10

2.3 Fasilitas RS Ketergantungan Obat Jakarta

Fasilitas Rawat Inap yang dimiliki oleh RS Ketergantungan Obat :


a. Rawat Inap
b. Instalasi Gawat Darurat
c. Medical Care Unit
d. Rawat Jalan
e. Detoksifikasi
f. Rehabilitasi
g. High Care Unit

Fasilitas Rawat Inap

Dengan memadukan fasilitas dan mutu


pelayanan yang dapat memberikan kenyamanan dan
kepuasan bagi pasien diharapkan proses perawatan
pasien dapat berlangsung dengan lebih cepat.

Gambar 6.0

Berbagai jenis perawatan kami siapkan sesuai


dengan kebutuhan dan tentunya memudahkan pasien
untuk memilih jenis ruang rawat yang diinginkan
seperti :
HCU, NAPZA VIP, NAPZA Kelas I,NAPZA
Kelas II, NAPZA Kelas III, Umum VIP, Umum Kelas
I, II, dan III.

Gambar 7.0
11

Perawat kami saat ini bekerja mengarah


kepada ketrampilan khusus seperti : NAPZA,
Laboratorium medis dan gawat darurat, sehingga
kami dapat memberikan pelayanan secara lebih
mendalam. Sebagai bagian dari komitmen untuk
memberikan pelayanan terbaik bagi pelanggan,
pelayanan asuhan keperawatan diupayakan
Gambar 8.0
sedemikian rupa agar setiap pelayanan berfokus
pada pasien.

Gambar 9.0

Fasilitas perawatan High Care Unit terdiri dari 4 (empat) tempat tidur dengan
dilengkapi dengan peralatan canggih untuk memonitor keadaan pasien. Pelayanan perawatan
24 jam terus menerus oleh perawat-perawat mahir dibawah pengawasan Dokter Spesialis
Anestesi menghadirkan pelayanan yang optimal sesuai yang dibutuhkan pasien.

Gambar 10.0
12

Fasilitas perawatan Detoksifikasi dan Rehabilitasi terdiri atas ruang untuk


merehabilitasi orang-orang yang telah kecanduan dengan obat obatan terlarang. Sehingga
bisa meminimalisir angka pecandu narkoba di Jakarta.

Fasilitas Instalasi Gawat Darurat

Beroperasi selama 24 jam, Dokter-dokter


dan perawat- perawat profesional selalu siap sedia
memberikan pertolongan segera.

Gambar 11.0

Kesiapan layanan ambulans yang


dilengkapi dengan sistem penanggulangan
gawat darurat membuat kecepatan dan
keakuratan penanganan pasien lebih
terjamin untuk mengatasi kasus gawat
darurat.
Gambar 12.0
13

Fasilitas Rawat Jalan

Gambar 13.0 Gambar 14.0

Adanya sistem antrian elektronik meminimalkan ketidaknyamanan dalam antrian.


Keramahtamahan petugas pendaftaran memudahkan anda dalam menentukan layanan yang
diinginkan.

Gambar 15.0
14

Pelayanan Klinik yang tersedia :

 Klinik Spesialis Jiwa  Klinik Spesialis Syaraf

 Klinik Spesialis NAPZA  Klinik Spesialis Penyakit Dalam

 Klinik Spesialis Kulit dan  Klinik Spesialis Gigi dan Mulut


Kelamin

 Klinik Spesialis Psikologi

Fasilitas Penunjang Medis

1 Laboratorium

Gambar 17.0 Gambar 18.0

Laboratorium buka selama 24 jam dan dipimpin oleh seorang Dokter


Spesialis Patologi Klinik dan didukung staf yang terampil serta berdedikasi tinggi.
Berbagai jenis pemeriksaan laboratorium yang dibutuhkan untuk penegakan diagnosa
dapat dilaksanakan berkat tersedianya peralatan yang mutakhir.
15

2 Radiologi

Gambar 19.0 Gambar 20.0

Radiologi buka selama 24 jam dengan dilengkapi peralatan canggih yang


dapat membantu menegakkan diagnose.

3 Farmasi
Untuk dapat memberikan
pelayanan yang comprehensif, Instalasi
Farmasi Rumah Sakit Ketergantungan
Obat buka 24 jam. Keramah tamahan,
kecepatan layanan serta kecermatan
bekerja merupakan hal yang senantiasa
Gambar 21.0
selalu dijaga.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Syarat-syarat Rumah Sakit tipe B sesuai dengan PerMenKes RI


No. 340/MENKES/PER/III/2010 adalah sebagai berikut :

1. Rumah Sakit Umum Kelas B wajib memiliki fasilitas dan kemampuan layanan medik
minimal 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar, 4 (empat) Pelayanan Spesialis
Penunjang Medik, 8 (delapan) Pelayanan Medik Spesialis Lainnya dan 2 (dua)
Pelayanan Medik Subspesialis Dasar.

2. Fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas B terdiri dari Pelayanan Medik
Umum, Pelayanan Medik Spesialis Dasar, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan
Spesialis Penunjang Medik, Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut, Pelayanan Medik
Spesialis Lain, Pelayanan Medik Subspesialis, Pelayanan Keperawatan dan
Kebidanan, Pelayanan Penunjang Klinik dan Pelayanan Penunjang Non Klinik.

3. Untuk Pelayanan Medik Umum meliputi Pelayanan Medik Dasar, Pelayanan


Kesehatan Ibu Anak /Keluarga Berencana dan Pelayanan Medik Gigi Mulut.

4. Untuk pelayanan Gawat Darurat wajib menyediakan layanan gawat darurat 24 jam
yang mempunyai kemampuan pemeriksaan awal kejadian gawat darurat, resusitasi
dan stabilisasi menurut standar yang berlaku.

5. Untuk pelayanan Medik Spesialis Dasar meliputi layanan penyakit dalam, kesehatan
anak, bedah, obstetri dan ginekologi.

6. Untuk pelayanan Spesialis Penunjang Medik meliputi Anestesiologi, Radiologi,


Rehabilitasi Medik dan Patologi Klinik.

16
3.2 Organisasi RS Ketergantungan Obat Jakarta

Gambar 2

17
18

3.3 Syarat pasien BPJS

1. Mengikuti prosedur urutan pengobatan


Saat pengguna BPJS sakit maka pertama harus berobat ke FASKES 1
(Fasilitas Kesehatan 1) dalam hal ini meliputi Dokter Keluarga/ Puskesmas
Setempat. Tidak bisa tiba-tiba langsung ke rumah sakit (kecuali kondisi darurat). Jika
memaksakan diri langsung ke rumah sakit maka kemungkinan besar BPJS tidak akan
menanggung biaya pengobatan pasien

2. Penanganan Pengobatan
Setelah pasien diperiksa di FASKES 1 dan ternyata masih bisa ditangani
disana maka tidak perlu kerumah sakit. Namun jika ternyata kondisi pasien tidak
memungkinkan ditangani disana maka FASKES 1 akan memberikan rujukan
kerumah sakit partner BPJS.

3. Membawa Kartu Rujukan ke Rumah Sakit


Setelah pasien menerima kartu rujukan dari pihak FASKES 1 maka pasien
wajib membawa surat rujukan tersebut kerumah sakit. Tanpa surat rujukan tersebut
pasien dianggap berobat secara pribadi tanpa menggunakan BPJS.

4. Bisa Langsung Ke Rumah Sakit Bagi Pasien Darurat


Bagi pengguna BPJS bisa langsung berobat kerumah sakit tanpa melaluti
FASKES 1 atau tanpa surat rujukan jika kondisi darurat. Kondisi darurat disini yaitu
dimana kondisi pasien dalam kondisi sakit yang bisa menyebabkan kematian maupun
cacat.

Prosedur Penggunaan Layanan BPJS

Bagi pengguna dalam kriteria bukan pasien darurat diharuskan untuk


membawa syarat-syarat dibawah ini saat berobat ke rumah sakit:

 Kartu BPJS Asli beserta foto copy

 Foto copy KTP yang masih berlaku

 Foto Copy KK (Kartu Keluarga)


19

 Foto Copy Surat Rujukan dari FASKES 1

Setelah semua syarat administrasi terpenuhi maka pasien sudah bisa berobat ke
rumah sakit dan semua ditanggung oleh BPJS termasuk obat-obatan. Namun pada
beberapa kasus ada obat-obat jenis tertentu yang tidak tercover/ tidak masuk daftar
obat yang ditanggung BPJS maka pasien harus membelinya sendiri. Terlepas dari itu
tentunya BPJS memberikan keringanan ketika melakukan pengobatan. Demikian
informasi prosedur dan cara berobat menggunakan BPJS di rumah sakit.

3.4 SIM RS (Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit)

SIM RS atau Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit adalah sebuah Sistem
Informasi Terpadu yang digunakan untuk melaksanakan segala bentuk kegiatan maupun
transaksi yang terjadi di Rumah Sakit untuk meningkatkan kualitas Pelayanan dan
memudahkan Manajemen Rumah Sakit dalam berbagai rutinitas transaksi yang dilaksanakan.
SIM RS diajukan untuk dapat diaplikasikan dan memenuhi kebutuhan Rumah Sakit yang
dirancang berdasarkan System Framework Standard dibanyak perusahaan / organisasi
International. Dengan pengalaman yang kami miliki diharapkan dapat memberikan solusi
sesuai harapan Rumah Sakit.

Keunggulan SIM RS :

 Berbasis Web
 Multi Platform
 Multi Device Support
 Software Pendukung Open Source
 Pengembangan Berbasis Modular
 Mudah diintegrasikan
 Mudah Dikembangkan
 High Fidelity and User Friendly
 Maksimal dalam Interoperabilitas
 Desain keamanan yang tinggi
 Multi User
20

Kelebihan SIM RS :

SIM RS dirancang dan dikembangkan berdasarkan pedoman umum yang berlaku di


lingkungan Rumah Sakit di Indonesia. Penggunaan data dapat dilakukan secara Real-Time.
Sistem Kodefikasi data medik menggunakan Standard ICD-10. Pengembangan berdasarkan
modular untuk memaksimalkan pencegahan adanya duplikasi data. Realtime Akses terhadap
fitur dan fasilitas sesuai dengan hak akses yang dimiliki. Mendukung Sistem Multi Tarif yang
dikelompokkan berdasarkan jenis atau kategori pelanggan. Advanced Search untuk
melakukan pencarian berdasarkan kriteria yang dibutuhkan. Menerapkan konsep
sistem Client-Server untuk mendukung kemudahan penggunaan, pemeliharaan, maupun
pengembangan SIM RS.

3.5 Sistem Informasi Teknologi (IT) laboratorium

Sistem adalah sekumpulan dari elemen - elemen yang saling berinteraksi atau
bekerjasama untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Informasi adalah data yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi
penerimanya dan bermanfaat bagi pengambilan keputusan saat ini atau saat mendatang.

Data adalah kenyataan (fakta) kasar atau gambaran yang dikumpulkan dari keadaan
tertentu.

Sistem informasi adalah suatu cara yang sudah ditentukan untuk menyediakan
informasi yang dibutuhkan oleh organisasi untuk beroperasi dengan cara yang sukses dan
menguntungkan.

Jadi, sistem informasi laboratorium adalah suatu perangkat lunak yang menangani
penerimaan, pemrosesan dan penyimpanan informasi yang dihasilkan oleh proses
laboratorium medis.
Manfaat sistem informasi
1. Menghemat waktu dan biaya.
2. Menghindari duplikasi pekerjaan.
3. Memperpendek proses.
4. Keakuratan data.
5. Memudahkan dalam pelaksanaan.
21

Gambaran Sistem Informasi

(TEKNOLOGI)

DATA –> INPUT –> PROSES –> OUTPUT –> TUJUAN –> PEMAKAI

(MODEL) (PENGENDALIAN)

Manfaat lain sistem informasi dan komputerisasi pada laboratorium


1. Bila pemeriksaan dalam jumlah besar tidak dibantu sistem informasi maka akan
terjadi
keterlambatan.
2. Pada pemeriksaan jumlah besar, adanya kesalahan akan dapat dikurangi dengan
penggunaan sistem informasi laboratorium.
3. Pada pemeriksaan yang sedikit akan dapat diatur agar terjadi efisiensi.
4. Sistem informasi akan memperoleh dan mempermudah arus informasi yang
diperlukan.

Contoh aplikasi sistem informasi laboratorium di rumah sakit :

SOFTWARE CMSM
(Complete Medical Software Management)
Merupakan perangkat lunak komputer yang melingkupi beberapa bidang seperti
registrasi, rekam medis, laboratorium, personalia, apotik dan akuntansi secara terintegrasi
dan realtime.

Dengan berbagai modul pendukung didalamnya dapat meningkatkan kinerja rumah sakit
menjadi optimal dan dapat memberikan informasi secara akurat. Untuk dapat menjalankan
aplikasi ini diperlukan beberapa sofware tambahan, antara lain:
22

 Xampp (sebagai virtual server)*


 Java (sebagai plug-in agar dapat membuka software cmsm)*
*kedua software diatas harus diinstal terlebih dahulu sebelum menjalankan software
CMSM
 Paket software CMSM

Contoh Sistem Informasi Laboratorium

Alur Pelayanan Rawat Jalan Menggunakan LIS di Lab Klinik

1. Pasien datang dan mengambil antrian.


2. Pasien menyerahkan lembar pendaftaran dari dokter perujuk.
3. Petugas administrasi mendaftar pemeriksaan pasien.
4. Dari LIS tercetak label dan lembar kerja sesuai permintaan pasien.
5. Pasien dipanggil ke bagian sampling dan diambil sampel sesuai lembar kerja pasien
tersebut.
6. Sampel yang sudah dilabeli beserta lembar kerja, diolah, didistribusikan sesuai
ruangan pengerjaan (serologi, hematologi, kimia, urinalis, dsb).
7. Sampel dikerjakan di instrumen oleh analis dengan nomor dari LIS.
8. Setelah sampel selesai diproses maka instrumen akan otomatis mengirimkan hasil ke
computer.
9. Hasil yang sudah terkirim ke komputer harus disetujui untuk menyatakan hasil
tersebut valid atau perlu di-running ulang.
10. Setelah semua pemeriksaan disetujui, dokter dapat melakukan verifikasi pada sampel
tersebut dan dicetak sebagai hasil pemeriksaan yang sudah valid.
23

3.6 Denah Laboratorium RS Ketergantungan Obat Jakarta

Ruang Radiologi Ruang Tunggu

Administrasi Ruang
Sampling

Pemeriksaa Pemeriksaan CD4


n BTA Dan Serologi

Toilet
Pengambilan
Sampel
Pemeriksaan Pemeriksaan
Kimia Hematologi
Darah

Pemeriksaan HIV Metode Wastafel dan


Ruang
Lemari Jas
ELISA Karyawan
Lab
Pantry /
Ruang
Serbaguna

Gudang Ruang Dokter

Ruang Dokter
Pantry
24

3.7 Perbedaan kalibrator dan control untuk pemeriksaan laboratorium


 Bahan kalibrasi atau kalibrator merupakan bahan standar yang diketahui pasti
kadar ukurannya, diperlakukan untuk mencapai hasil pemeriksaan yang akurat.
 Bahan kontrol adalah bahan yang independen dari kalibrator yang digunakan
untuk memantau akurasi dan presisi pemeriksaan sehari-hari. Kalibrasi adalah
upaya untuk menjamin ketepatan/ memperkecil bias hasil pengukuran alat atau
sistem analitik.
 Verifikasi kalibrasi adalah pengujian dengan bahan yang sudah diketahui
kadarnya untuk menilai kalibrasi.
 Kalibrasi dan verifikasi kalibrasi mempunyai dasar peraturan dan termasuk dalam
penilaian mutu dalam akreditasi laboratorium.
 Kalibrasi adalah upaya untuk menjamin ketepatan/ memperkecil bias hasil
pengukuran alat atau sistem analitik.
 Verifikasi kalibrasi adalah pengujian dengan bahan yang sudah diketahui
kadarnya untuk menilai kalibrasi.
 Kalibrasi dan verifikasi kalibrasi mempunyai dasar peraturan dan termasuk dalam
penilaian mutu dalam akreditasi laboratorium. Baik kalibrasi dan verifikasi
kalibrasi harus dilaksanakan mengikuti petunjuk yang benar dan terdokumentasi.

3.8 Quality control

Quality Control (QC) adalah salah satu komponen dalam proses kontrol dan
merupakan elemen utama dari sistem manajemen mutu. Memonitor proses yg
berhubungan dengan hasil tes serta dapat mendeteksi adanya error yang bersumber
dari alat , keadaan lingkungan atau operator. Memberikan keyakinan bagi laboratorium
bahwa hasil yg dikeluarkan adalah akurat & reliabel.

Cara Membuat Quality Control

 Implementasi.
Memilih bahan kontrol :
1. Homogen & Stabilitas lama .
2. Kemasannya ( volum & jumlah ) disesuaikan kebutuhan.
25

3. Matrix mirip dengan spesimen manusia.


4. Konsentrasinya signifikan secara klinik misalnya normal & tinggi atau normal
& rendah.
5. Pergantian lot number lama.

 Persiapan & penyimpanan bahan control :


1. Ikuti instruksi dari pabrik / vendor.
2. Gunakan pipet terkalibrasi ( pipet gondok ) untuk rekonstitusi bahan kontrol.
3. Setelah direkonstitusi, aliquot di simpan di feezer dalam kemasan kecil sesuai
kebutuhan.
4. Jika hendak digunakan , keluarkan 1 aliquot dr feezer.
5. Jangan beku ulang bahan kontrol.
6. Monitor & maintenance suhu feezer untuk menghindari terjadinya degradasi zat
bahan kontrol.

 Guidelines
CLIA 88 , CLSI
a. Minimum 2 level dalam 24 jam.
b. Frekuensi :
- tiap 8 jam
- tergantung jumlah tes :
< 50 tes/ hari ----- 1 level / 1 kali per hari
50- 100 tes/hari ----- 2 level / 1 kali per hari
100s / hari ----- 2 level / 2 kali per hari
c. Jika statistik IQC tidak cukup , dapat menggunakan spesimen pasien.

 Menjalankan QC
1. Setiap hari sebelum sampel pasien.
2. Menggunakan alat, reagen & metode baru.
3. Tergantung kestabilan reagen.
4. Setelah melakukan preventive maintenance.
5. Setelah pergantian suku cadang.
6. Ada masalah dalam aplikasi klinik dari hasil pasien.
26

7. Tindakan koreksi terhadap ―error‖ — Pelatihan & kompetensi terhadap operator.

 Menetapkan Nilai Range Kontrol


1. Siapkan bahan kontrol yg sudah dipilih ( low, normal, high).
2. Jalankan setiap kontrol sebanyak minimal 20 kali selama 20 - 30 hari.
3. Lihat hasil kontrol ―in control ― dlm range yg sudah ditetapkan oleh pabrik.
4. Kumpulkan minimal 20 data , lalu hitung rerata & SD.

 Nilai range control.


1. Sebelum menghitung nilai range kontrol :
a. Jika ada 1 atau 2 data dengan nilai terlalu tinggi atau rendah, data tersebut
harus dikeluarkan dalam perhitungan nilai range - ―outliers‖.
b. Jika ada > 2 data outliers di 20 data
- identifikasi & tangani masalahnya.
- ulang pengumpulan data kontrol.
2. Pelaksanaan QC range harus meliputi semua operator yg melaksanakan
pemeriksaan specimen.
3. Bahan kontrol diperlakukan sama seperti spesimen pasien.
 Sistem monitoring hasil kontrol Interpretasi hasil QC harian :
Ada 3 kemungkinan :
1. In control
a. Control value is within in limit control.
b. Control value in warning limit.
2. In control but regarded as out of statistical
10 X , 7 T , trend, shift Out of control.
3. Control value out of control limit.

 SYSTEMATIC ERROR
1. Pergantian reagen / kalibrator.
2. Maintenance alat.
3. Salah nilai kalibrator.
4. Persiapan reagen tidak benar.
5. Deteriorasi reagen/kontrol/kalibrator.
27

6. Penyimpanan reagen & kalibrator tidak sesuai.


7. Perubahan suhu incubator.
8. Perubahan prosedur.
9. Volum reagen atau spesimen tidak sesuai.
10. Mempengaruhi akurasi (bias, trend , shift ).
11. Rules 2-2S, 4-1s(3-1s), 10-x (12-x), 7-T.

 Random error
1. Ada gelembung dalam reagen.
2. Kontaminasi pada reagen.
3. Pencampuran reagen tidak adequate.
4. Tidak stabil suhu atau incubator.
5. Tidak stabil sumber listrik.
6. Variasi operator dlm pipetting.
7. Mempengaruhi presisi.
8. Rules : 1-3s, R-4s.
9. Deviasi positif atau negatif dari mean (x).

 Dokumentasi
1. Data QC & grafik.
2. Data error, tipe error beserta penyebabnya.
3. Problem solving & tindakan korektif.
4. Data alat , reagensia,kalibrasi.
5. Preventif maintenance & troubleshooting.

 Program QC berperan dalam menilai akurasi & realibility hasil lab.


 Laboratorium harus membuat program QC untuk monitor hasil lab.
 Ada kebijakan & prosedur pelaksaaan QC yg harus diikuti semua staf.
 Training semua staf secara terus menerus terhadap prosedur yang berhubungan
dengan mutu.
 Tanggung Jawab QC dibawah seorang manajer mutu yg memonitor & review semua
data.
28

 Untuk monitoring proses QC , digunakan analisa secara statistik, menggunakan


grafik L-J.
 Jika kontrol out of range , maka segera lakukan tindakan korektif & trouble shooting,
sebelum mengeluarkan hasil pasien - Semua data yang berhubungan dengan QC harus
didokumentasikan secara lengkap & mudah untuk diakses.

3.9 Alat Pelindung Diri untuk analis

Adapun jenis - jenis Alat Pelindung diri yang digunakan yaitu :

a. Alat pelindung kepala

- Topi pengaman ( safety helmet ), untuk


melindungi kepala dari benturan atau pukulan
benda – benda.

- Topi / Tudung, untuk melindungi


kepala dari api, uap, debu, kondisi iklim yang
buruk.

- Tutup kepala, untuk melindungi kebersihan kepala dan rambut

Gambar 23.0

b. Alat pelindung telinga

- Sumbat telinga ( ear plug )

- Tutup telinga ( ear muff )

Gambar 24.0
29

c. Alat pelindung muka dan mata ( face shield )

- Kaca mata biasa

- Goggles

Gambar 25.0

d. Alat perlindungan pernafasan

- Respirator yang sifatnya memurnikan udara

- Respirator yang dihubungkan denggan


supply udara bersih

- Filter Mask

Gambar 26.0

e. Pakaian kerja

Pakaian kerja khusus untuk pekerjaan dengan sumber – sumber bahaya tertentu
seperti :

- Terhadap radiasi panas

- Terhadap radiasi mengion

- Terhadap cairan dan bahan – bahan kimia


30

Pakaian pelindung dipakai pada


tempat kerja tertentu misalnya Apron
(penutup / menahan radiasi), yang
berfungsi untuk menutupi sebagian
atau seluruh badan dari panas, percikan
api, pada suhu dingin, cairan kimia, oli,
dari gas berbahaya atau beracun, serta
dari sinar radiasi.

Gambar 27.0

f. Tali / sabuk Pengaman

Berguna untuk melindungi tubuh dari kemungkinan terjatuh, biasanya


digunakan pada pekerjaan konstruksi dan memanjat serta tempat tertutup atau boiler

g. Sarung Tangan

Fungsinya melindungi tangan dan jari – jari dari api, panas,


dingin, radiasi, listrik, bahan kimia, benturan dan pukulan,
lecet dan infeksi.

Gambar 28.0

h. Pelindung kaki

Fungsinya untuk melidungi kaki dari tertimpah benda – benda berat, terbakar karena
logam cair, bahan kimia, tergelincir, tertusuk.

Namun demikian APD memiliki syarat – syarat sebagai berikut :

1. Nyaman dipakai

2. Tidak mengganggu

3. Memberikan perlindungan yang efektif sesuai dengan jenis bahaya tempat kerja.
31

3.10 APD khusus untuk pemeriksaan BTA (Basil Tahan Asam)

1. Jas Laboratorium

2. Masker

3. Sarung tangan

3.11 Pewarnaan BTA

Cara Pewarnaan Ziehl Neelsen


A. Alat dan Bahan :
1) Object glass
2) Carbol fuchsin 0,3%
3) Alkohol asam 3% (Alkohol + konsentrasi HCl 3%)
4) Methylen-blue 0,3%
5) Air
6) Ose
7) Lampu bunsen/spiritus

B. Cara Membuat Sediaan :


1) Bersihkan objek gelas, beri label
2) Sterilkan ose, dinginkan
3) Ambil 1 ose sputum yang kental (hijau kuning) letakkan diatas objek gelas,
ratakan.
4) Sediaan biarkan kering pada suhu kamar.
5) Setelah kering fiksasi denga melewatkkan diatas nyala api sebanyak 3 x,
sediaan siap untuk diwarnai.

C. Cara Pewarnaan ZN :
1) Sediaan dituangi Carbol Fuchsin sampai penuh
2) Panaskan selama 3-5 menit, jangan sampai mendidih
3) Biarkan dingin selama 5 menit, cuci dengan air
4) Dekolorisasi dengan alkohol asam 10-30 detik, cuci dengan air.
5) Tuangi dengan methylen blue selama 20-30 detik, cuci dengan air.
32

Gambar 29.0

Gambar 30.0 Gambar 31.0

3.12 Pemeriksaan Golongan darah


 Prinsip : Golongan darah diindentifikasikan dengan melihat aglutinasi yaitu
penggumpalan sel darah merah akibat reaksi antara antibodi dalam
serum/plasma dengan antigen pada sel darah merah (Gandasoebrata,
2006).
 Alat – alat :
1) Autoclik
2) Lancet
3) Slide
33

 Bahan – bahan :
1) Reagen Anti A
2) Reagen Anti B
3) Kapas alcohol
 Cara kerja
1) Bersihkan daerah jari yang ingin ditusuk dengan kapas alkohol.
2) Darah kapiler diambil dari jari pasien dengan menggunakan autoclik.
3) Darah pertama dibersihkan dan darah selanjutnya digunakan untuk
pemeriksaan.
4) Darah diletakkan pada objek gelas pada bagian kiri dan kanan.
5) Teteskan darah yang kiri dengan reagen Anti A dan darah yang sebelah kanan
diteteskan reagen anti B.
6) Homogenkan.
7) Dilihat adanya aglutinasi pada kedua tetesan tersebut dan dicatat hasilnya.
34

a. Interprestasi Hasil

Keterangan :
 Golongan darah A : terdapat aglutinasi
pada tetesan darah yang diberi reagen
anti A.
 Golongan darah B : terdapat aglutinasi
pada tetesan darah yang diberi reagen
anti B.
 Golongan darah AB : terdapat
aglutinasi pada tetesan kedua darah
tersebut.
 Golongan darah O : tidak ada
Gambar 32.0 aglutinasi pada kedua tetesan darah
tersebut.

3.13 Nilai rujukan hematologi pada anak

Usia Nilai Usia Nilai


1 hari 4.3 – 6.3 bayi - anak basofil 0 – 1
Eritrosit 2 - 6 hari 4.0 – 6.8 Hitung jenis bayi - anak eosinofil 1 - 5
6
10 /uL 14 - 23 hari 3.7 – 6.1 leukosit % Bayi batang 0-8
24 - 37 hari 3.2 – 5.6 Anak batang 3-5
40 - 50 hari 3.1 – 5.1 bayi segmen 17-20
2 - 2,5 bulan 2.8 – 4.8 anak segmen 25-60
3 - 3,5 bulan 3.1 – 4.7 bayi limfosit 20 - 70
5 - 7 bulan 3.2 – 5.2 anak limfosit 25 - 50
8 - 3 tahun 3.6 – 5.2 bayi monosit 1 - 11
anak monosit 1 - 6
5 tahun 3.7 – 5.7
1 hari 33 – 41
MCH 2 – 6 hari 29 – 45
10 tahun 3.8 – 5.8
pg 14 – 37 hari 26 – 38
1 hari 44 – 72 40 – 50 hari 25 – 37
Hematokrit 2 - 6 hari 50 – 82 2 – 2.5 bln 24 – 36
% 14 - 23 hari 42 – 62 3 – 3.5 bln 23 – 36
24 - 37 hari 31 – 59 5 – 10 bln 21 – 33
11 bln - 5
40 - 50 hari 30 – 54 23 – 31
thn
2 - 2,5 bulan 30 – 46 10 thn 22 – 34
35

1 hari 31 – 35
3 - 3,5 bulan 31 – 43 MCHC 2 – 6 hari 24 – 36
5 - 7 bulan 32 – 44 g/dL 14 – 23 hari 26 – 34
8 bulan - 3 24 – 37 hari 25 – 37
35 – 43
tahun 40 hr - 7 bln 26 – 34
5 tahun 31 – 43 8 - 13,5 bln 28 – 32
10 tahun 33 – 45 1,5 - 3 thn 26 – 34
1 hari 15.2 – 23.6 5 - 10 thn 32 – 36
Hemoglobin 2 - 6 hari 150 – 24.6 1 hari 98 - 122
g/dL 14 - 23 hari 12.7 – 18.7 MCV 2 – 6 hari 94 – 150
24 - 37 hari 10.3 – 17.9 fL 14 – 23 hari 84 – 128
40 - 50 hari 9.0 – 16.6 24 – 37 hari 82 – 126
40 – 50 hari 81 – 125
2 - 2,5 bulan 9.2 – 13.6
2 – 2.5 bln 81 – 121
3 – 3.5 bln 77 – 113
3 - 3,5 bulan 9.6 – 12.8
5 – 7 bln 73 – 109
5 - 7 bulan 10.1 – 12.9 8 – 10 bln 74 – 106
8 - 10 bulan 10.5 – 12.9 11 - 13,5 bln 74 – 102
1.5 – 3 thn 73 – 101
11 - 13,5 bulan 10.7 – 13.1
5 thn 72 – 88
1,5 - 3 tahun 10.8 – 12.8 10 thn 69 – 93
5 tahun 10.7 – 14.7 1 hari 3–7
10 tahun 10.8 – 15.6 Retikulosit 3 hari 1–3
12 tahun 11.8 – 15.0 % 7 hari 0–1
15 tahun 12.8 – 16.8 1 bln 0.2 – 2
12 jam 1.5 bln 0.3 – 3.5
Lekosit/uL 1 hari 2 bln 0.4 – 4.8
1 minggu 2.5 bln 0.3 – 4.2
2 minggu 3 bln 0.3 – 3.6
4 minggu >4 bln 0.2 – 2.8
L 217.000 -
2 bulan
Trombosit 497.000
1 - 5 tahun
/uL P 229.000 –
4 – 12 bulan
553.000
36

L 181.000 –
2 tahun
521.000
6 - 10 tahun
P 184.000 –
4 tahun
488.000
L 156.000 –
6 tahun
11 - 15 408.000
tahun P 154.000 –
8 – 12 tahun
442.000
L 140.000 –
14 – 16 tahun
16 - 20 392.000
tahun P 154.000 –
18 tahun
386.000

Dikutip dari buku SI unit tabel konversi sistem satuan SI – Konvemsional dan nilai rujukan dewasa-
anak parameter laboratorium klinik. PDS PATKLIN Jakarta 2004

3.14 Nilai kritis laboratorium

Nilai kritis
Rendah Tinggi
Kimia klinik
Amilase - 200 U/L
Bilirubin total - 20 mg/dL
CK - 3-5 × ULN
CKMB - 5% atau 10ug/L
Creatinin (Kecuali os HD) - 5.0 mg/L
Glukosa < 45 mg/dL 500 mg/dL
Glukosa (Bayi) < 30 mg/dL 300 mg/dL
Troponin I - 1.6 ug/L
Ureum 2mg/dL 80 mg/dL
Hematologi
Leukosit <2000 /uL 30.000/uL
Hemoglobin < 7 g/dL 20 g/dL
37

Trombosit (Dewasa) < 50.000 / uL 1.000.000/uL


Trombosit (Anak) < 20.000 / uL 1.000.000/uL
Protrombin Time - 30 detik / >3× kontrol level high
APTT - 100 detik
Serologi
HIV Non Reaktif Reaktif
Analisa gas darah
Darah arteri :
Ph < 7.20 7.60
pCO₂ < 20 mm Hg 77 mm Hg
pO₂ < 40 mm Hg -
HCO³ < 10 mWq/L 40 mEq/L
O₂ SAT < 70%
Darah vena :
pH < 7.20 7.60
pCO₂ < 20 mm Hg 60 mm Hg
PO₂ < 10 mm Hg -
HCO³ < 10mWq/L 40 mEq/L
O₂ SAT < 40% 85%
Elektrolit
Natrium < 120 mEq/L 160 mEq/L
Kalium < 2.8mEq/L 6.5 mEq/L
Clorida < 70mEq/L 120 mEq/L

3.15 Nilai kritis hasil pemeriksaan laboratorium

No. Kimia Klinik


1 Bilirubin dewasa - ≤ 12 mg/dL
2 Bilirubin neonatus - ≤ 15 mg/dL
3 Kalsium total ≤ 4,4 mg/dL ≤ 13 mg/dL
4 Kalsium ion ≤ 2.0 mg/dL ≤ 7.0 mg/dL
5 Ureum ≤ mg/dL ≤ 160 mg/dL
38

≤ 2.8 mg/dL
6 Kreatinin
≤ 0,4 mg/dL
7 Glukosa ≤ 50 mg/dL ≤ 500 mg/dL
8 Glukosa neonatus ≤ 45 mg/L ≤ 300 mg/dL
9 Albumin ≤ 1.5 g/dL ≤ 15 g/dL
10 Trigliserida - ≤ 1000 mg/dL
Lipase - ≤ 600 IU/L
12 Amilase - ≤ 251 IU/L
13 Magnesium ≤ 1.2 mg/dL ≤ 5.0 mg/dL
14 Fosfor ≤ 1.0 mg/dL -
15 Natrium ≤ 125 mg/dL ≤ 160 mEq/L
16 Kalium ≤ 2.5 mEq/L ≤ 8.0 mEq/L
17 Kalium (≤ 3 bln) ≤ 2,7 mEq/L ≤ 7.6 mEq/L
18 Klorida ≤ 70 mEq/L ≤ 120 mEq/L
19 Laktat - ≤ 4.0 mmol/L
20 Troponin T - ≤ 1.5 ng/mL

Imunologi

1 Procalcitonin - ≤ 10 ng/dL
2 D. Dimer - ≤ 5000 ng/dL

Pasien Hemodialisa

1 Kalsium ≤ 7 mg/dL ≤ 11 mg/dL


2 Glukosa ≤ 70 mg/dL ≤ 300 mg/dL
3 Hemoglobin ≤ 5.0 g/dL ≤ 11 g/dL
4 Hematokrit ≤ 20 -
5 Fosfor ≤ 2.4 mg/dL ≤ 7,5 m/dL
6 Kalium ≤ 30 mEq/L ≤ 60 mEq/L
7 Natrium ≤ 125 mEq/L ≤ 155 mEq/dL
8 Ureum - ≤ 200 mg/dL
9 Creatinin - ≤ 15 mg/dL
39

Mikrobiologi dan Parasit

1 Kultur darah - Positif


2 Kultur cairan tubuh steril - Positif
3 Kultur MRSA - Positif
4 BTA - 3+ (3 Positif)
5 Malaria pada apus darah - Ditemukan

3.16 Phlebotomi

Dalam kegiatan pengumpulan sampel darah dikenal istilah phlebotomi yang berarti
proses mengeluarkan darah. Ada 3 macam cara untuk memperoleh darah yaitu
skinpuncture, venipuncture, dan arteri. Venipuncture adalah cara yang paling umum
dilakukan, oleh karena itu istilah phlebotomis sering dikaitkan dengan pengambilan darah
vena (venipuncture).
Pada pengambilan darah vena, umumnya diambil dari vena mediana cubiti yang
terletak pada sisi lipatan siku. Vena ini terletak di permukaan kulit, cukup besar, dan tidak
dekat dengan syaraf. Apabila tidak memungkinkan, vena cephalica dan vena basilica bisa
menjadi pilihan dalam pengambilan darah vena. Venipuncture pada vena basilica harus
dilakukan dengan hati-hati karena letaknya berdekatan dengan arteri branchialis dan
syaraf mediana. Jika vena basilica dan cephalica tidak dapat digunakan, maka dapat
dilakukan pengambilan darah di vena pergelangan tangan dan vena kaki.
Ada dua cara dalam pengambilan darah vena, yaitu cara manual dan cara vakum. Cara
manual dilakukan dengan menggunakan alat suntik (syringe), sedangkan cara vakum
dengan menggunakan tabung vakum (vacutainer).
40

3.17 Phlebotomi darah vena

Gambar 33.0

Pada pengambilan darah vena (venipuncture), contoh darah umumnya diambil dari
vena median cubital, pada anterior lengan (sisi dalam lipatan siku). Vena ini terletak
dekat dengan permukaan kulit, cukup besar, dan tidak ada pasokan saraf besar.
Apabila tidak memungkinkan, vena chepalica atau vena basilica bisa menjadi pilihan
berikutnya. Venipuncture pada vena basilica harus dilakukan dengan hati-hati karena
letaknya berdekatan dengan arteri brachialis dan syaraf mediana.

Tujuan

 Untuk mendapatkan sampel darah vena yang baik dan memenuhi syarat
untuk dilakukan pemeriksaan.
 Untuk menurunkan resiko kontaminasi dengan darah (infeksi, needle stick
injury) akibat vena punctie bagi petugas maupun penderita.
 Untuk petunjuk bagi setiap petugas yang melakukan pengambilan darah
(phlebotomy)

Lokasi yang tidak diperbolehkan diambil darah adalah :

 Lengan pada sisi mastectomy


 Daerah edema
 Hematoma
 Daerah dimana darah sedang ditransfusikan
 Daerah bekas luka
41

 Daerah dengan cannula, fistula atau cangkokan vascular


 Daerah intra-vena lines Pengambilan darah di daerah ini dapat
menyebabkan darah menjadi lebih encer dan dapat meningkatkan atau
menurunkan kadar zat tertentu.

Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam pengambilan darah vena
adalah :
 Lepas tutup jarum secara perlahan, jangan sampai ujung jarum menyentuh
tutupnya, sebab jarum dapat tumpul
 Pada Vacutainer pemasangan tabung vakum pada holder harus kuat,
dengan cara ibu jari kanan mendorong tabung sedangkan jari telunjuk dan
jari tengah (kanan) tertumpu pada kedua sisi holder, ibu jari tangan kiri
memegang holder dengan sedikit menekan agar holder tidak bergerak
 Pasien yang takut harus ditenangkan dengan memberi penjelasan
mengenai apa yang akan dilakukan, maksud beserta tujuannya
 Vena yang kecil terlihat sebagai garis-garis biru biasanya sukar digunakan
 Untuk vena yang tidak dapat ditentukan karena letaknya yang dalam,
usaha coba-coba dilarang untuk dilakukan
 Pembendungan yang terlalu lama jangan dilakukan karena dapat
mengakibatkan hemokonsentrasi setempat
 Hematome, yaitu keluarnya darah dibawah kulit dalam jaringan pada kulit
disekitar tusukkan akan terlihat berwarna biru, biasanya akan terasa nyeri,
perintahkan pasien untuk mengompresnya dengan air hangat beberapa
menit atau beberapa hari sampai sakitnya hilang.

Ada dua cara dalam pengambilan darah vena, yaitu cara manual dan cara vakum. Cara
manual dilakukan dengan menggunakan alat suntik (syring), sedangkan cara vakum dengan
menggunakan tabung vakum (vacutainer).
42

1. Pengambilan Darah Vena dengan Syring

Gambar 34.0

Pengambilan darah dengan suntikan ini baik dilakukan pada pasien usia lanjut dan pasien
dengan vena yang tidak dapat diandalkan (rapuh atau kecil).
Prosedur :
- Persiapkan alat-alat yang diperlukan :
 Syiring
 Tali pembendung
 Sarung tangan
 Kapas alkohol 70%
 Plester
 Tabung darah

- Tahapan Pengambilan :
 Alat-alat yang diperlukan disiapkan diatas meja.
 Keadaan pasien diperiksa, diusahakan pasien tenang begitu pula petugas
(Phlebotomis).
 Ditentukan vena yang akan ditusuk, pada orang gemuk atau untuk vena
yang tidak terlihat dibantu dengan palpasi
 Daerah vena yang akan ditusuk diperhatikan dengan seksama terhadap
adanya peradangan, dermatitis atau bekas luka, karena mempengaruhi
hasil pemeriksaan.
 Tempat penusukan didesinfeksi dengan Alkohol 70 % dan dibiarkan
kering
43

 Tourniquet dipasang pada lengan atas (bagian proximal lengan) 6 – 7 cm


dari lipatan tangan.
 Tegakkan kulit diatas vena dengan jari-jari tangan kiri supaya vena tidak
bergerak
 Dengan lubang jarum menghadap keatas, kulit ditusuk dengan sudut 45o
– 60o sampai ujung jarum masuk lumen vena yang ditandai dengan
berkurangnya tekanan dan masuknya darah keujung semprit.
 Holder ditarik perlahan-lahan sampai volume darah yang diinginkan.
 Torniquet dilepas, kapas diletakkan diatas jarum dan ditekan sedikit
dengan jari kiri, lalu jarum ditarik.
 Pasien diinstruksikan untuk menekan kapas selama 1 – 2 menit dan
setelah itu bekas luka tusukan diberi plester hansaplast.
 Jarum ditutup lalu dilepaskan dari sempritnya, darah dimasukkan
kedalam botol atau tabung penampung melalui dinding secara perlahan.
Bila menggunakan anticoagulant, segera perlahan-lahan dicampur.

2. Pengambilan Darah Vena Dengan Tabung Vakum

Gambar 35.0

Tabung vakum pertama kali dipasarkan oleh perusahaan AS BD (Becton-Dickinson) di


bawah nama dagang Vacutainer. Jenis tabung ini berupa tabung reaksi yang hampa udara,
terbuat dari kaca atau plastik. Ketika tabung dilekatkan pada jarum, darah akan mengalir
masuk ke dalam tabung dan berhenti mengalir ketika sejumlah volume tertentu telah tercapai.

Jarum yang digunakan terdiri dari dua buah jarum yang dihubungkan oleh sambungan
berulir. Jarum pada sisi anterior digunakan untuk menusuk vena dan jarum pada sisi posterior
44

ditancapkan pada tabung. Jarum posterior diselubungi oleh bahan dari karet sehingga dapat
mencegah darah dari pasien mengalir keluar. Sambungan berulir berfungsi untuk melekatkan
jarum pada sebuah holder dan memudahkan pada saat mendorong tabung menancap pada
jarum posterior.

Keuntungan menggunakan metode pengambilan ini adalah, tak perlu membagi-bagi sampel
darah ke dalam beberapa tabung. Cukup sekali penusukan, dapat digunakan untuk beberapa
tabung secara bergantian sesuai dengan jenis tes yang diperlukan. Untuk keperluan tes biakan
kuman, cara ini juga lebih bagus karena darah pasien langsung dapat mengalir masuk ke
dalam tabung yang berisi media biakan kuman. Jadi, kemungkinan kontaminasi selama
pemindahan sampel pada pengambilan dengan cara manual dapat dihindari.

Kekurangannya sulitnya pengambilan pada orang tua, anak kecil, bayi, atau jika vena tidak
bisa diandalkan (kecil, rapuh), atau jika pasien gemuk. Untuk mengatasi hal ini mungkin bisa
digunakan jarum bersayap (winged needle).

Jarum bersayap atau sering juga dinamakan jarum ―kupu-kupu‖ hampir sama dengan jarum
vakutainer seperti yang disebutkan di atas. Perbedaannya adalah, antara jarum anterior dan
posterior terdapat dua buah sayap plastik pada pangkal jarum anterior dan selang yang
menghubungkan jarum anterior dan posterior. Jika penusukan tepat mengenai vena, darah
akan kelihatan masuk pada selang (flash).

Tahap pengambilan

 Persiapkan alat-alat yang diperlukan : jarum, kapas alkohol 70%, tali


pembendung (turniket), plester, tabung vakum.
 Pasang jarum pada holder, pastikan terpasang erat.
 Lakukan pendekatan pasien dengan tenang dan ramah; usahakan pasien
senyaman mungkin.
 Identifikasi pasien dengan benar sesuai dengan data di lembar permintaan.
 Verifikasi keadaan pasien, misalnya puasa atau konsumsi obat. Catat bila
pasien minum obat tertentu, tidak puasa dsb.
 Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak melakukan
aktifitas.
 Minta pasien mengepalkan tangan.
 Pasang tali pembendung (turniket) kira-kira 10 cm di atas lipat siku.
45

 Pilih bagian vena median cubital atau cephalic. Lakukan perabaan (palpasi)
untuk memastikan posisi vena; vena teraba seperti sebuah pipa kecil, elastis
dan memiliki dinding tebal. Jika vena tidak teraba, lakukan pengurutan dari
arah pergelangan ke siku, atau kompres hangat selama 5 menit daerah lengan.
 Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas alcohol 70% dan
biarkan kering. Kulit yang sudah dibersihkan jangan dipegang lagi.
 Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas. Masukkan
tabung ke dalam holder dan dorong sehingga jarum bagian posterior tertancap
pada tabung, maka darah akan mengalir masuk ke dalam tabung. Tunggu
sampai darah berhenti mengalir. Jika memerlukan beberapa tabung, setelah
tabung pertama terisi, cabut dan ganti dengan tabung kedua, begitu seterusnya.
 Lepas turniket dan minta pasien membuka kepalan tangannya. Volume darah
yang diambil kira-kira 3 kali jumlah serum atau plasma yang diperlukan untuk
pemeriksaan.
 Letakkan kapas di tempat suntikan lalu segera lepaskan/tarik jarum. Tekan
kapas beberapa sat lalu plester selama kira-kira 15 menit. Jangan menarik
jarum sebelum turniket dibuka.

Macam macam warna tabung penampung darah

No Warna tutup Keterangan


Tabung
1 Merah  Tidak terdapat zat Additive
 Tindakan : Darah Beku, dan serum dipisahkan oleh sentrifius
 Digunakan untuk pemeriksaan : Kimia, Imunologi dan
Serologi, Bank Darah (crossmatch)
2 Emas  Tidak terdapat zat Additive
 Tindakan : Pemisah tabung serum (SST) berisi gel di bagian
bawah untuk memisahkan darah dari serum dengan cara
sentrifugasi
 Digunakan untuk pemeriksaan : Kimia, Imunologi dan Serologi
46

3 Hijau terang  Zat Additive : Plasma Separating Tube (PST) dengan heparin
Lithium
 Tindakan : Anticoagulates dengan heparin lithium; Plasma
dipisahkan dengan gel PST di bagian bawah tabung
 Digunakan untuk pemeriksaan : Kimia
4 Ungu  Zat Additive : EDTA
 Tindakan : Bentuk garam kalsium untuk menghilangkan
kalsium
 Digunakan untuk pemeriksaan : Hematologi (CBC) dan Bank
Darah (crossmatch); requires full draw - invert 8 times untuk
mencegah penggumpalan dan pembekuan darah.
5 Biru terang  Zat Additive : Natrium sitrat
 Tindakan : Bentuk garam kalsium untuk menghilangkan
kalsium
 Digunakan untuk pemeriksaan : Tes koagulasi (protime dan
waktu protrombin), full draw required
6 Hijau  Zat Additive : Sodium heparin atau heparin lithium
 Tindakan : Inactivates trombin dan tromboplastin
 Digunakan untuk pemeriksaan : Untuk tingkat lithium,
menggunakan heparin natrium
Untuk level amonia, menggunakan heparin natrium atau lithium
7 Biru tua  Zat Additive : EDTA-
 Tindakan : Tabung ini di design untuk tidak terkontaminasi
oleh logam
 Digunakan untuk pemeriksaan : Untuk Test Trace Elemen
(seng, tembaga, timah, merkuri) dan toksikologi
8 Abu abu  Zat Additive : Sodium fluoride dan kalium oksalat
 Tindakan : Agen Antiglycolytic mempertahankan glukosa
sampai 5 hari
 Digunakan untuk pemeriksaan : Glucoses, requires full draw
(may cause hemolysis if short draw)
9 Kuning  Zat Additive : ACD (acid-citrate-dextrose)
 Tindakan : Complement inactivation
 Digunakan untuk pemeriksaan : HLA tissue typing, paternity
testing, DNA studies
47

10 Kuning –  Zat Additive : Kaldu campuran


hitam  Tindakan : Menjaga kelangsungan hidup mikroorganisme
 Digunakan untuk pemeriksaan : Mikrobiologi - aerob, anaerob,
jamur

11 Hitam  Zat Additive : Natrium sitrat (buffered)


 Tindakan : Forms calcium salts to remove calcium
 Digunakan untuk pemeriksaan : Westergren Sedimentation
Rate; requires full draw
12 Orange  Zat Additive : Trombin
 Tindakan : Untuk memeriksa cepat bekuan darah
 Digunakan untuk pemeriksaan : STAT serum kimia

13 Coklat terang  Zat Additive : Sodium heparin


 Tindakan : Inactivates trombin dan tromboplastin; isinya
hampir tidak ada timbal
 Digunakan untuk pemeriksaan : Serum lead determination
14 Pink  Zat Additive : Kalium EDTA
 Tindakan : Bentuk garam kalsium
 Digunakan untuk pemeriksaan : Immunohematology]

15 Putih  Zat Additive : Kalium EDTA


 Tindakan : Bentuk garam kalsium
 Digunakan untuk pemeriksaan : Molecular/PCR and bDNA
testing
48

3.18 Phlebotomi darah arteri

Gambar 36.0

Pengambilan darah arteri umumnya menggunakan arteri radialis di daerah


pergelangan tangan. Jika tidak memungkinkan dapat dipilih arteri brachialis di daerah
lengan atau arteri femoralis di lipat paha. Pengambilan darah harus dilakukan dengan
hati-hati dan oleh tenaga terlatih.
Sampel darah arteri umumnya digunakan untuk pemeriksaan analisa gas darah.

Prosedur
 Siapkan peralatan sampling di tempat/ruangan dimana akan dilakukan
sampling.
 Pilih bagian arteri radialis.
 Pasang tali pembendung (tourniquet) jika diperlukan.
 Lakukan palpasi (perabaan) dengan jari tangan untuk memastikan
letak arteri.
 Desinfeksi kulit yang akan ditusuk dengan kapas alkohol 70%,
biarkan kering. Kulit yang telah dibersihkan jangan dipegang lagi.
 Tekan bagian arteri yang akan ditusuk dengan dua jari tangan lalu
tusukkan jarum di samping bawah jari telunjuk dengan posisi jarum
tegak atau agak miring. Jika tusukan berhasil darah terlihat memasuki
spuit dan mendorong thorak ke atas.
 Setelah tercapai volume darah yang dikehendaki, lepaskan/tarik jarum
dan segera letakkan kapas pada tempat tusukan lalu tekan kapas kuat-
49

kuat selama ±2 menit. Pasang plester pada bagian ini selama ±15
menit.

3.19 Phlebotomi darah kapiler

Gambar 37.0

Pengambilan darah kapiler atau dikenal dengan istilah skinpuncture yang berarti
proses pengambilan sampel darah dengan tusukan kulit.
 Tempat yang digunakan untuk pengambilan darah kapiler adalah :
 Ujung jari tangan (fingerstick) atau anak daun telinga
 Untukanakkecildanbayidiambil di tumit (heelstick) pada
1/3 bagiantepitelapak kaki atau pada ibu jari kaki.
 Lokasi pengambilan tidak boleh menunjukkan adanya gangguan peredaran,
seperti vasokonstriksi (pucat), vasodilatasi (oleh radang, trauma, dsb),
kongesti atau sianosis setempat.

 Perangkat fingerstick digunakan untuk menusuk kulit pada ujung jari


yang bertujuan mendapatkan spesimen darah dalam jumlah yang sedikit,
kurang dari 0,5ml. Darah yang didapat biasanya digunakan untuk
pengujian glukosa darah,hemoglobin, dan komponen darah lainnya.
Instrument ini dilengkapi dengan lancetkecil bermata pisau atau jarum.
Beberapa perangkat fingerstick dirancang untuk disposable atau sekali
pakai, namun kini ada beberapa yang merancang fingerstick dapat
dipakai ulang atau lebih dari sekali.
50

 Kriteria umum pemilihan bagian kulit untuk pengambilan darah kapiler :


 Hangat
 Berwarna merah jambu
 Bebas dari guratan kasar, luka, memar atau ruam kulit.

 Lokasi pengambilan darah kapiler dengan menggunakan finger stick


dilakukan padaujunga jari ( distal phalanx ) :
 Jari tengah atau jari manis dari tangan yang tidakdominan
 Pengambilan dilakukan di bagian tengah yang berdaging
 Jangan menusuk pada bagian tepi atau terlalu ujung karena rasa nyeri sedikit
berkurang.
 Jangan menusuk paralel dengan guratan sidik jari karena dapat menyebabkan
darah mengalir ke bawah jari dan sulit ditampung.
 Jangan menusuk jari telunjuk karena lebih keras
 Jangan menusuk jari kelingking karena lebih tipis.

 Pengambilan darah kapiler tidak boleh dilakukan pada:


 Daerah bekas luka
 Oedema
 Keradangan
 Dermatitis
 Cyanosis atau pucat.

 Teknik pangambilan darah kapiler.


 Bagian kulit yang akan ditusuk harus didesinfeksi terlebih dahulu dengan
alkohol 70% atau povidine iodine kemudian dikeringkan dengan kapas
yang steril.(Povidone Iodone tidak boleh digunakan pada tes : bilirubin, K,
fosfor,dan asam urat).
 Kulit setempat ditegangkan dengan memijatnya antara dua jari.
 Lakukan penusukan dengan gerakan yang cepat dengan memakai lancet
steril. Tusukan dilakukan dengan arah tegak lurus pada garis sidik jari.
51

 Tetesan darah yang pertama kali keluar dihapus dengan menggunakan


kapas streril dan tetasan beerikutnya baru boleh digunakan untuk
pemeriksaan.

3.20 Langkah pemeriksaan hematologi dengan hematology analyzer automatic

Gambar 38.0

Hematology Analyzer adalah suatu alat yang biasa digunakan oleh seorang analisis
kesehatan untuk mengukur sampel berupa darah. Alat ini biasa digunakan dalam bidang
kesehatan atau kedokteran. Hematology Analyzer mampu membantu mendiagnosis
penyakit yang diderita seorang pasien seperti kanker, diabetes, dll.

Hematology Analyzer digunakan untuk memeriksa darah lengkap dengan cara mengukur
serta menghitung sel darah dengan cara otomatis berdasarkan impedansi aliran listrik atau
berkas cahaya terhadap sel-sel yang dilalui. Hematology Analyzer juga biasa digunakan
untuk pemeriksaan hematologi rutin yang meliputi hitung sel leukosit, hitung jumlah sel
trombosit dan pemeriksaan hemoglobin.

Cara kerja dari hematology analyzer itu sendiri yaitu sampel darah di cuci selama 200
kali lalu dicampur dengan hemolizying kemudian akan dihitung Hemoglobin (HB) dan
White Blood Cell (WBC)nya, kemudian untuk penghitungan Red Blood Cell (RBC) dan
platelet darah akan dicuci selama 200 kali dan kemudian semua data diolah di
mikroprosesor yang kemudian akan ditampilkan dalam monitor atau display.
52

Cara kerja pemeriksaan

1. Homogenkan sample darah EDTA 8 kali dengan membentuk angka 8


2. Setelah homogen masukan tabung kedalam jarum lalu tekan tombol yang
berada tepat dibelakang jarum
1. Tunggu darah disihap oleh jarum
2. Baca hasil lalu print hasil

3.21 Langkah pemeriksaan kimia klinik dengan kimia analyzer automatic

Kimia analyzer automatic

Gambar 39.0

Autoanaliser ini digunakan untuk pemeriksaan kimia klinik, yaitu mengukur kadar
zat-zat yang terkandung dalam darah, contohnya adalah glukosa, asam urat, SGOT,
SGPT, kolesterol, trigliserid, gamma GT, albumin,dsb.

Prinsip dari alat ini adalah melakukan prosedur pemeriksaan kimia klinik secara
otomatis mulai dari pemipetan sampel, penambahan reagen, inkubasi, serta pembacaan
serapan cahayanya. Kelebihan autoanaliser adalah bahwa tahapan analitik dapat
dilakukan dengan cepat dan bisa digunakan untuk memeriksa sampel dengan jumlah
banyak secara bersamaan.
53

Pengoprasian alat :

1. Klik F8 ( Request Sample )


2. Isi nomor Sample ( Sample ID )
3. Isi nama Pasien
4. Pilih parameter pemeriksaan ( Glu, CH, TG, dll )
5. Klik F9 ( Sample Handling )
6. 2x Klik Pos ( Position )
7. Klik F3 ( Start Measure )
8. Jika reagent habis, maka isi reagent tersebut secukupnya dan confirm all

Centrifuge

Gambar 40.0 Gambar 41.0

Cara kerja alat :

1. Persiapkan larutan yang akan dimurnikan atau dipisahkan

2. Sambungkan centrifuge pada aliran arus listrik

3. Nyalakan centrifuge

4. Masukan larutan ke dalam gelas tabung centrifuge. Larutan yang


dimasukkan pada setiap tabung haruslah sama ukurannya

5. Masukkan tiap tabung ke dalam lubang centrifuge. Untuk meletakkan


gelas tabung berisi larutan yang akan dimurnikan, tabung harus
diletakkan secara bersilang berlawanan.
54

6. Tutup kembali penutup centrifuge

7. Set atau atur waktu yang diperlukan dan tentukan pula kecepatan
rotasi putaran (Rpm) yang diinginkan

8. Tekan tombol start untuk memulai memurnikan larutan

9. Setelah pemurnian selesai, centrifuge akan terbuka sendiri dan


Sample dapat dikeluarkan dari centrifuge

3.22 Pemeriksaan imunologi di laboratorium RSKO

1. Cara Pemeriksaan HBsAg

 Prinsip :
Adanya pengikatan antara antigen HBsAG dan antibody anti-HBs pada daerah test line.
Selanjutnya, antibody akan berkaitan dengan colloidal gold-labeled conjugate kompleks yang
terbentuk akan bergerak pada membrane nitroselulosa
 Tujuan :
Unyuk mendeteksi adanya antigen yang terdapat pada permukaan Virus Hepatitis B (VHB)
didalam serum penderita
 Alat : Strip HBsAg
 Bahan : Serum
 Cara kerja :
1. ambilah serum yang sudah diputar pada sentrifuge
2. buka kemasan strip HBsAg. kemudian masukan serum sebanyak 100 mikron pada sumur
sample.
 interprestasi hasil :
a. bila terdapat pita merah / pink pada garis control menandakan reagen masih baik dan
pemeriksaan valis
b. apabila hanya ada pita merah pada garis c, ini menandakan bahwa didalam serum pasien
tersebut tidak terdapat anti-HBS(negatif) dan tidak memiliki indikasi hepatitis B
c. apabila terdapat pita merah pada garis control dan test, ini menandakan didalam serum
pasien tersebut terdapat anti HBS(positif) dan memiliki indikasi hepatitis B
55

2. Cara pemeriksaan widal

 Prinsip :
Adanya antibido salmonella thypi dan salmonella parathypi dalam serum
sample akan bereaksi dengan antigen yang terdapat dalam reagent widal
dengan adanya aglutinasi
 Tujuan :
Untuk mengetahui adanya antibody salmonella thypi dan salmonella
parathypi A,B,C
 Metode : aglutinasi lateks
 Alat :
1.Tabung reaksi
2.Spuit
3.Kapas alkohol
4.Slide
5.Rotator
6.Sentrifuge
7.Pipet tetes
 Bahan :
1. sampel serum
2. NaCl
 Reagen :
1. antigen O, AO, BO, CO
2. antigen H, AH, BH, CH
 Cara Kerja
A. Kualitatif :
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Dipipet serum sebanyak 20 ul dan diletakkan pada slide test.
3. Ditambahkan 1 tetes antigen pada slide tersebut.
4. Kemudian rotator ―slide‖ selama 1 menit.
5. Perhatikan adanya reaksi aglutinasi dalam 1 menit.
6. Reaksi positif bila terjadi aglutinasi dalam 1 menit.
B. Semi Kuantitatif :
56

1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.


2. Dipipiet masing-masing serum 80 ul, 40 ul, 20 ul, 10 ul dan 5 ul dan
diletakkan pada ―slide test‖.
3. Ditambahkan masing-masing 1 tetes suspensi antigen (misalnya H
antigen dari S. typhi) yang sebelumnya telah dikocok terlebih dahulu
disamping tetesan serum, kemudian diaduk dengan memakai batang
pengaduk (tusuk gigi/lidi) selama beberapa detik.
4. Goyangkan ―slide‖ selama 1 menit dan perhatikan adanya reaksi
aglutinasi dalam 1 menit.
5. Perhatikan adanya reaksi aglutinasi yang terjadi.
6. Serum 80 ul, 40 ul, 20 ul, 10 ul, dan 5 ul setelah penambahan 1 tetes
antigen sesuai dengan pengenceran sebanyak 20, 40, 80, 10 dan 320
kali.
7. Titer antibodi dilaporkan sesuai dengan pengenceran tertinggi yang
masih menunjukkan aglutinasi.
 Interprestasi hasil :
(-) negatif, jika tidak terjadi aglutinasi
(+) positif, jika terjadi aglutinasi
57

3. Pemeriksaan HIV

 Tujuan :

Untuk Mengetahui Adanya Human Imuno DefisiensiVirus pada Serum

 Prinsip :

mendeteksi antibody pada serum/plasma atau whole blood yang berikatan


pada antigen pada strip

 Metode : Immunokromatografi / rapid tes

 Alat

1.Pipet tetes
2. Sentrifuse
3. Rak tabung
4. Tabung k3
5. Darah lengkap (serum/plasma,whole blood)
6. Reagen HIV/Buffer HIV
 Bahan
1. Sampel
2. Strip HIV
 Prosedur kerja
1. Sediakan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Sampel yg berupa serum yang telah di sentrifuse,diletakan di rak
tabung dan disiapkan tabung dengan pipet tetesnya
3. Diteteskan serum sebanyak 2 tetes kedalam lubang sampel kemudian
lanjutkan meneteskan 2 tetes buffer
4. Dibaca hasil antara 10-15 menit setelah meneteskan sampel
5. Pembacaan dilakukan tidak boleh lebih dari 15 menit karena dapat
menimbulkan positive palsu
 Interprestasi hasil :
 Positif : Terbentuk dua atau tiga garis berwarna , satu pada zona garis
test 1 atau 2 dan satu pada zona garis control. Hal ini berarti pada serum
terdapat antibody HIV.
58

 Negatif : Terbentuk satu garis warna pada zona garis control saja, ini
berarti pada serum dan plasma dan darah tidak ada antibody
HIV.Invalid/Test gagal : Jika tidak timbul garis warna zona Control
maka tes di nyatakan gagal, ulagi test dengan alat yang baru
3.23 Pemeriksaan hemostasis
Hemostasis adalah mekanisme untuk menghentikan dan mencegah
perdarahan. Bilamana terdapat luka pada pembuluh darah, segara akan terjadi
vasokonstriksi pembuluh darah sehingga aliran darah ke pembuluh darah yang
terluka berkurang. Kemudian trombosit akan berkumpul dan melekat pada bagian
pembuluh darah yang terluka untuk membentuk sumbat trombosit. Faktor
pembekuan darah yang diaktifkan akan membentuk benang-benang fibrin yang akan
membuat sumbat trombosit menjadi non permeabel sehingga perdarahan dapat
dihentikan.

Jadi dalam proses hemosatasis terjadi 3 reaksi yaitu reaksi vascular berupa
vasokontriksi pembuluh darah, reaksi selular yaitu pembentukan sumbat trombosit,
dan reaksi biokimiawi yaitu pembentukan fibrin. Faktor-faktor yang memegang
peranan dalam proses hemostasis adalah pembuluh darah, trombosit, dan faktor
pembekuan darah. Selain itu faktor lain yang juga mempengaruhi hemostasis adalah
faktor ekstravascular, yaitu jaringan ikat disekitar pembuluh darah dan keadaan otot.

Pemeriksaan Activated Partial Thromboplastin Test (APTT)


 Tujuan Pemeriksaan :
Untuk mencari adanya kekurangan faktor-faktor pembekuan pada jalan
intrinsik, yaitu meliputi F XII, F XI, F X, F IX, F VIII, F V, F II, dan F I.
 Prinsip Pemeriksaan:
APTT test adalah test waktu pembekuan plasma setelah penambahan reagen
APTT. Dengan diikuti oleh waktu aktivasi yang dilakukan dengan
penambahan kalsium klorida. Defisiensi = 40% Faktor VIII, IX, XI, dan XII
akan menghasilkan APTT yang memanjang. Heparin yang diberikan dan anti
trombin III juga akan memberikan hasil APTT yang memanjang.
59

 Alat-alat:
1. Tabung reaksi
2. Ose
3. Waterbath
4. Stopwatch
5. Mikropipet 100ml
6. Centrifuge
 Bahan:
1. CaCl2 0,025 M
2. Reagen APTT (dari Biopool)
3. Natrium Sitrat 3,8%
 Cara Kerja:
1. Hangatlah terlebih dahulu APTT-P pada suhu 370C campur sampai
homogen.
2. Hangatkan terlebih dahulu 0,1 ml plasma test pada suhu 370C selama 2
menit.
3. Tambahkan cepat dengan 0,1 ml APTT-P yang telah dihangatkan ke
plasma dan atur waktunya.
4. Inkubasi tepat 5 menit pada suhu 370C.
5. Tambahkan 0,1 ml 0,025 M Calsium Chlorida hangatkan pada duhu
370C.
6. Catat waktu pada saat terjadi pembekuan benang fibrin.
7. Lakukan pemeriksaan ganda
8. Laporkan hasil sebagai APTT time dalam detik.
 Nilai normal : 20-35 detik

Pemeriksaan Prothombin Time (PT)

 Metode : one-step method


 Prinsip :
Prinsip test ini merupakan rekalsifikasi plasma dengan
penambahanthromboplastin. Pemeriksaan in vitro menunjukan kegunaan dari
sistim pembekuandarah jalur eksterinsik.
60

 Tujuan :
Pemeriksaan ini dipakai untuk menguji faktor extrinsic. Sebagai
tissuthromboplastin dipakai aceton dehydrated rabbit brain.Test ini digunakan
untuk menguji extrinsic pathway. Jadi diperlukan faktor VII, faktor V, faktor
X, faktor II serta faktor I yang normal, sedangkan tissue thromboplastin tidak
perlu normal.
 Cara kerja :
1. Campur satu vial reagen tromboplastin (Simplastin®Excel S) dengan
Satu vial pelarut, goyang (putar-putar) dengan kuat untuk menjamin
rehidrasi lengkap. Dan sebelum digunakan harus dicampur dengan
baik hingga homogen.
2. Hangatkan sejumlah volume reagen thromboplastin pada 37 derajat
Celcius.
3. Beri label tabung test (sampel dan kontrol), dan masukan 0.1 ml
sampel ataukontrol kedalam tabung yang sesuai.
4. Inkubasi masing-masing tabung ( sampel dan kontrol) pada 37 oC
selama 3 –10 menit.
5. Tambahkan 0.2 larutan reagen thromboplastin hangat kedalam
tabung yangberisi plasma diatas dan secara bersamaan jalankan
stopwatch.
6. Tabung digoyang dan perhatikan terbentuknya bekuan, saat
terbentuknyabekuan stopwatch dihentikan dan catat waktu ( dalam
detik).
 Nilai normal : 11-13,5 detik

Pemeriksaan Cloting Time (CT)

 Alat dan Bahan :


1. Tabung reaksi d= 7-8 mm/tabung beku
2. Stopwatch
3. Spuit
4. Kapas alcohol 70%.
61

 Prinsip :
Diambil darah vena dan dimasukkan kedalam tabung reaksi, kemudian
dibiarkan membeku. Selang waktu dari saat pengambilan darah sampai saat
darah membeku dicatat sebagai masa pembekuan.
 Prosedur :
1. Sediakan tabung beku pada rak
2. Tangan diluruskan dan tidak boleh bengkok dan lengan dikepalkan.
3. Tangan pasien dibersihkan dengan kapas alcohol 70 %
4. Ambil darah vena. Tuangkan sebanyak 1 µl darah ke dalam tabung beku
(segera jalankan stopwatch pada saat darah tampak dalam jarum dan
lakukan dengan cepat).
5. Setelah 3 menit, mulailah mengamati tabung
o Angkat keluar tabung secara tegak lurus lalu miringkan
o Perhatikan darah, masih bergerak atau diam
o Lakukan hal ini pada setiap tabung selang waktu 30 detik sampai
terlihat darah dalam tabung tidak lagi bergerak (sudah membeku)
6. Catat hasil pengamatan.
 Nilai Normal : 6-14 menit

Pemeriksaan Bleeding Time (BT)

 Metode : Duke
 Alat : Hemolet/Lanset, Stop watch, Kapas/Tissu,dan Alkohol 70%,
 Prinsip :
Dibuat luka standar pada daun telinga dan dicatat lama waktu
pendarahan. Bleeding Time dilakukan untuk menilai factor-faktor
hemostatis yang letakknya extravaskuler dimana keadaan dinding kapiler
dan jumlah trombosit juga berpengaruh.
 Prosedur
1. Cuping telinga dibersihkan dengan kapas alkohol
2. Tusuk dengan hemolet/lanset (sedalam 2 mm), hitung waktu bersamaan
dengan keluarnya darah dari kulit
62

3. Sentuhlah darah yang menetes dengan kapas/tissu. Selanjutnya selang 30


detik sentuhkan kertas saring/tissu pada darah yang menetes. Hati-hati
jangan sampai terkena kulit.
4. Pada saat tidak ada lagi darah yang menetes, hentikan menghitung
5. Catat masa pendarahan, yaitu masa dari saat keluarnya darah sampai
berhentinya pendarahan
 Nilai Normal : 1-6 menit.

3.24 Respond time Laboratorium


Respond time adalah waktu tunggu dari mulai pasien administrasi hingga
pengeluaran hasil, setiap tahap harus dilakukan sesuai dengan SOP yang berlaku,
terdiri dari :
1. Registrasi
Pengecekan data-data kelengkapan pasien. Jika Pasien unum buatkan kwitansi
harga yang sesuai dengan pemeriksaan permintaan dokter.
2. Pengambilan sample
Blanko pasien dibawa ke ruang sampling, panggil pasien untuk memasuki
ruangan sampling, lalu analis melakukan pengambilan sample lakukan dengan
komunikasi dengan ramah agar pasien tenang. Sebelum pengambilan sample
pastikan terlebih dahulu bahwa nama, unur, dan jenis pemeriksaan benar, sesuai
permintaan dokter.
3. Pengerjaan sample
Sample yang sudah diambil dibawa kedalam ruang pemeriksaan, lakukan
pemeriksaan yang sesuai dengan permintaan dokter. Ruang pemeriksaan terdiri
dari pemeriksaan Hematologi, Kimia darah, Urinalisa, MIkrobiologi, Feaces,
Serologi.

Setelah hasil pemeriksaan selesai salin hasil ke dalam buku arsip laboratorium,
penyalinan hasil dilakukan sebagai arsip laboratorium apabila hasil yang sudah
diberikan kepada pasien hilang
4. Tanda tangan penanggung jawab
5. Stempel
6. Berikan hasil kepada pasien
63

3.25 URINALISA
 Jenis sedimen dalam urin

Eritrosit Lekosit

Gambar 42.0 Gambar 43.0

Sel Epitel Crystal Cholesterol

Gambar 44.0 Gambar 45.0

Cystin Amorf

Gambar 46.0 Gambar 47.0


64

Asam Urat Triple Phospat

Gambar 48.0 Gambar 49.0

Ca. Oxalat Bilirubin

Gambar 50.0 Gambar 51.0

Tyrosin Silinder Erirosit

Gambar 52.0 Gambar 53.0

Silinder Leukosit Silinder Hialin

Gambar 54.0 Gambar 55.0


65

Silinder Granula Bakteri

Gambar 56.0 Gambar 57.0

Parasit Sperma

Gambar 58.0 Gambar 59.0

 Alat – alat Urinalisa

1. Combur

Gambar 60.0
66

2. Centrifuge urin

Gambar 61.0

3. Mikroskop khusus urin

Gambar 62.0
BAB IV
PENUTUPAN

4.1. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Rumah Sakit Marinir Cilandak merupakan rumah sakit militer Kops
Marinir TNI-AL golongan II B yang terakreditasi dengan DEPKES RI yang
terletak di wilayah Jakarta selatan dengan Motto ―Keselamatan Pasien adalah
Prioritas Kami― berusaha memberikan pelayanan keshatan yang terbaik untuk
TNI POLRI dan keluarganya, serta masyarakat umum yang membutuhkan.
Laboratorium RSMC melayani pemeriksaan Darah Rutin, pemeriksaan
Darah Lengkap, pemeriksaan Urin Lengkap, pemeriksaan Faeces,
pemeriksaan HBsAg, pemeriksaan Golongan Darah, pemeriksaan Widal,
pemeriksaan BTA, pemeriksaan HCG, pemeriksaan Tubex TF, pemeriksaan
Malaria, pemeriksaan SAD, pemerksaan Kimia Darah, dsbg.
Laboratorium RSMC bekerja sama dengan PARAHITA dan
WESTERINDO untuk pemeriksaan yang tidak ada di laboratorium RSMC
seperti pemeriksaan Patologi Klinik
Dengan dilaksanakannya Praktik Kerja Lapangan ini, kami dapat
mengetahui gambaran bagaimana melayani masyarakat dengan keahlian yang
kami punya sebagai Analis. Dengan ilmu yang diberikan dari para
pembimbing pula dapat menambah wawasan bagi kami.

B. SARAN
Laboratorium di susun tata lebih rapih sesuai dengan peraturan rumah sakit type II
B.

67
68

DAFTAR PUSTAKA

1. (http://analis-kesehatan-yogyakarta.blogspot.co.id/2013/12/mekanisme-
phlebotomy.html)
2. https://dediirawandi.files.wordpress.com/2014/08/sop-pengambilan-darah-
vena.pdf
3. http://labkesehatan.blogspot.co.id/2009/12/phlebotomy.html
4. http://praktekanalislab.blogspot.co.id/2013/05/pengambilan-darah-vena.html
5. http://handvy.blogspot.co.id/2011/04/pengambilan-darah-vena-dengan-
tabung.html
6. http://imadanalis.blogspot.co.id/2012/03/macam-macam-tabung-
phlebotomi.html
7. http://weareanalyst.blogspot.co.id/2013/06/pengambilan-darah-kapiler.html
8. http://iyayaciemy.blogspot.co.id/2016/01/cara-pewarnaan-gram.html
9. http://mediblock.blogspot.co.id/2012/10/pratktikum-mikrobiologi-1-
pewarnaan.html
10. http://www.atlm.web.id/2013/04/pembuatan-dan-pewarnaan-sediaan-
apus.html
11. http://sharing-analiskesehatan.blogspot.co.id/2013/06/pemeriksaan-golongan-
darah.html
12. https://www.google.com/search?q=gambar+bakteri+BTA&client=opera&hs
=hYw&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwi6vbCV-
JzVAhXMpI8KHTojAHoQ_AUICigB&biw=1366&bih=658#imgrc=uFT0nkM
_jFeCoM(https://id.m.wikipedia.org/wiki/Malaria).
13. http://ndarujati7.blogspot.com/2014/05/cara-mengitung-kepadatan-parasit-
malaria.html?m=1.
14. http://medicalmagical.blogspot.co.id/2013/04/pemeriksaan-jamur-mycologi.html
15. http://cekdaftar.blogspot.com/2014/08/prosedur-cara-cek-gula-darah-sendiri.html

Anda mungkin juga menyukai