Anda di halaman 1dari 294

LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN

UPT PUSKESMAS DTP SAKETI

(STUDI KASUS TUKAK LAMBUNG)

PRAKTEK KERJA LAPANGAN

Disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan

Program Pendidikan Sarjana Farmasi

Oleh :

Laila Hidayah Safira 2048201021

Nazwa Alia Zaelani 2048201028

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SALSABILA SERANG

TAHUN 2023
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

UPT PUSKESMAS DTP SAKETI

Jl. Raya Labuan KM.19, Kadudampit, Saketi, Pandeglang-Banten

Oleh :

Laila Hidayah Safira 2048201021

Nazwa Alia Zaelani 2048201028

Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan Kerja Lapangan S1 Farmasi
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SALSABILA SERANG

Telah diperiksa dan disahkan :

Pada hari : Tanggal :


Apoteker Pembimbing PKL Dosen Pembimbing PKL

apt. Salshabilla Firdaus Nugraha S.Farm Faruk J. Kelutur, S.Si., M.Farm


NIP. 199001252019021003 NIDN. 0412049401

Ketua Program Studi S1 Farmasi

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SALSABILA SERANG

Dr. apt. Sofi Nurmay Stiani, M.Sc

NIDN. 042405860

ii
KATA PENGANTAR

Bisimillahirrahmanirrahim

Alhamdulillahirabbil ‘alamin, segala puji bagi Allah karenaaa berkat-Nya laporan ini dapat
diselesaikan dengan sebaik-baiknya. Semoga laporan ini dapat diterima dengan sebaik-baiknya juga
serta dapat bermanfaat bagi pembaca secara umum.

Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah bersediamembantu
kelancaran penyusunan laporan praktik kerja lapangan ini yang berjudul “TUKAK LAMBUNG
PERIODE 01 AGUSTUS-31 AGUSTUS”

Dengan adanya laporan praktik kerja lapangan ini mudah – mudahan dapat meningkatkan
kualitas serta kemampuan khususnya pada mahasiswa serta bagi universitas pada umumnya. Mohon
maaf apabila dalam proses serta penyusunan laporan ini banyak terdapat kesalahan.

Dalam prosoes penyusunan laporan praktik kerja lapangan ini tentunya penulis menemukan
beberapa kendala serta hambatan-hambatan dalam perjalanannya. Maka dari itu penulis ingin
mengucapkan terma kasih kepada :

1. Fathiyati, S.ST.,M.Kes, selaku Ketua STIKes Salsabila Serang.

2. Dr. apt. Sofi Nurmay., M.Sc selaku Ketua Progran Studi S1 Farmasi STIKes Salsabila
Serang.

3. apt. Salshabilla Firdaus Nugraha S.Farm, selaku Apoteker Pembimbing Praktik Kerja
Lapangan (PKL).

4. Faruk Jayanto Kelutur,M.farm, selaku Dosen Pembimbing Praktik Kerja Lapangan (PKL).

5. Seluruh petugas UPT PUSKESMAS DTP SAKETI atas bantuan dan kerja sama selama
praktik kerja lapangan (PKL).

6. Untuk kedua orang tua kita, atas segala doa, sarana dan dukungan yang telah diberikan
sehingga laporan praktek kerja lapangan (PKL) ini dapat terseleaikan.

7. Teman – teman sejawat STIKes Salsabila Serang.

8. Kepada seluruh pihak yang telah membantu terselesaikannya laporan praktek kerja
lapangan (PKL).

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan Laporan Praktek Kerja Lapangan


ini masih banyak kekurangan serta jauh dari kata sempurna. Karena, keterbatasan waktu

iii
dan kemampuan penulis, oleh karena itu dengan tulus mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sehingga dapat digunakan untuk perbaikan lebih lanjut. Harapan
kami, semoga laporan ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi kami
khususnya serta bagi pembaca pada umumnya.

Pandeglang , 20 Agustus 2023

Penulis

iv
LEMBAR PERSEMBAHAN

“Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah

menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya” (Q.S. At-Talaq : 4)

Kupersembahkan untuk : Almamaterku sebagai wujud terima kasih dan

khidmahku Keluargaku sebagai wujud hormatku

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia, sehat juga
merupakan keadaan dari kondisi fisik yang baik, mental yang baik, dan juga kesejahteraan sosial,
tidak hanya merupakan ketiadaan dari penyakit atau kelemahan (Krisna Triyono and K. Herdiyanto,
2018). Kesehatan merupakan aspek yang penting dalam kehidupan yang dapat merefleksikan tinggi
rendahnya standar hidup yang dimiliki seorang individu. Kesehatan dianggap penting karena dengan
sehat maka memudahkan individu untuk melakukan aktivitas kesehariannya. Jika status kesehatan
tidak terpenuhi maka dapat menyebabkan individu mengalami keluhan kesehatan yang dapat
menimbulkan sakit sehingga akan berdampak pada terganggunya aktifitas (Jennifer and
Saptutyningsih, 2015).

Sakit berhubungan dengan perilaku pencarian obat untuk memperoleh kembali status sehat
yang dapat dilakukan dengan berbagai cara misalnya dengan mencari pengobatan medis ke dokter,
bidan, dan tenaga medis lainnya. Selain dengan pengobatan medis perilaku pencarian pengobatan
terhadap kejadian penyakit dapat juga dilakukan dengan cara pengobatan sendiri yaitu dengan
membeli obat di warung dengan tetap memperhatikan petunjuk pemakaian atau dengan cara
pengobatan tradisional yang masih eksis pada individu dalam rumah tangga (Jennifer and
Saptutyningsih, 2015).

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014, puskesmas
adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan Masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif,
untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Puskemas
merupakan unit pelaksana teknis kesehatan di bawah supervisi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Secara umum, mereka harus memberikan pelayanan preventif, promotif, kuratif sampai dengan
rehabilitatif baik melalui Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) atau Upaya Kesehatan Masyarakat
(UKM). Puskesmas dapat memberikan pelayanan rawat inap selain pelayanan rawat jalan. Untuk
dapat memberikan pelayanan yang baik tentunya selalu diusahakan adanya peningkatan kualitas

6
layanan guna mencapai derajat kesehatan yang optimal bagi seluruh masyarakat (Irmawati, M and
Nurhannis, 2017).

Berbicara tentang puskesmas tentu tidak terlepas dari beberapa peran tenaga kesehatan yang
ada didalamnya termasuk tenaga kefarmasian. Tenaga kefarmasian merupakan tenaga Kesehatan
yang melakukan pelayanan kefarmasian atau pekerjaan kefarmasian, meliputi apoteker dan tenaga
teknis kefarmasian. Beberapa Fungsi dari tenaga kefarmasian yang meliputi pengelolaan obat,
pengendalian mutu sediaan farmasi, pengadaan, perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian, pelayanan obat pada resep, pelayanan informasi obat pada resep, pengembangan obat
jadi dan obat tradisional. Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung
jawab kepada pasien yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi dengan maksud mencapai hasil yang
pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien (Rumengan et al., 2019).

Berdasarkan latar belakang diatas, untuk mewujudkan peran tenaga kefarmasian di salah satu
fasilitas kesehatan, peneliti melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Puskesmas Saketi.

1.2 Tujuan PKL

Tujuan PKL meliputi :

1. Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah didapatkan dengan memberikan kontribusi


pengetahuan pada instansi, secara jelas dan konsisten dengan komitmen yang tinggi.

2. Memahami konsep – konsep non akademis dan teknis dunia kerja.

3. Mendapat pengalaman kerja sebelum memasuki dunia kerja.

4. Mengetahui penyakit “TUKAK LAMBUNG” di Puskesmas Saketi.

5. Di Puskesmas Saketi “TUKAK LAMBUNG”.


1.3 Manfaat PKL
Adanya PKL ini diharapakan dapat mencapai beberapa manfaat, yaitu :
1. Bagi mahasiswa
a. Dapat meningkatkan wawasan keilmuan mahasiswa tentang situasidalam dunia kerja.
b. Meningkatkan kualitas diri.
c. Membuka peluang untuk dipilih menjadi karyawan.
2. Bagi Jurusan
a. Dapat menjadi tolak ukur pencapaian kinerja jurusan khususnya untuk mengevaluasi hasil
pembelajaran oleh instasi tempat PKL.
b. Dapat menjalin kerja sama dengan instansi tempat PKL.
7
3. Bagi Instansi tempat PKL
Dapat menjadi bahan masukan bagi instansi untuk menentukan kebisakan instansi dimasa yang
akan dating berdasarkan hasil pengkajian dan analisisyang dilakukan mahasiswa selama PKL.

1.4 Teknis Praktek Kerja Lapangan


Jam Kerja : 07.00-14.00 WIB
Hari Pelaksanaan : Senin - Sabtu
Lama PKL : 26 hari (Sabtu 01 Agustus 2023 –31 Agustus 2023)
Tempat PKL : UPT Puskesmas DTP Saketi (Jl. Raya Labuan KM. 19, Kec. Saketi,
Kadudampit, Kab. Pandeglang)

Gambar 1.1 Alamat Maps Puskesmas Saketi

8
BAB II

TINJAUAN UMUM

2.1 Pengertian Puskesmas

Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan
tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif di wilayah kerjanya
(PERMENKES RI, 2019). Puskesmas adalah suatu unit pelaksana fungsional yang berfungsi sebagai
pusat pembangunan kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan serta
pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan kegiatan secara
menyeluruh/terpadu yang serta merta berkesinambungan pada suatu masyarakat yang tinggal dalam
suatu daerah atau wilayah tertentu. Suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan
pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat di samping
memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam
bentuk kegiatan pokok (AS Arlan, 2023).

2.2 Tugas Dan Fungsi Puskesmas

Tugas Puskesmas :

Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk

mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. (Permenkes No. 43 Tahun 2019).

Fungsi Puskesmas :

Fungsi puskesmas menurut Permenkes No. 43 Tahun 2019 sebagai berikut :

1. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya.

2. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya.

9
3. Sebagai wahana pendidikan bidang kesehatan, wahana program internsip, dan/atau sebagai
jejaring rumah sakit pendidikan.

2.3 Tujuan Puskesmas

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 43 tahun 2019 Pasal 2, yang
mana Puskesmas bertujuan untuk mewujudkan wilayah kerja Puskesmas yang sehat, dengan
masyarakat yang:

1. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat.

2. Mampu menjangkau Pelayanan Kesehatan bermutu.

3. Hidup dalam lingkungan sehat.

4. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat.

2.4 Persyaratan Puskesmas

Menurut PMK No. 43 Tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, pendirian puskesmas
harus memenuhi persyaratan, meliputi :

1. Puskesmas harus didirikan pada setiap kecamatan.

2. Dalam kondisi tertentu, pada 1 (satu) kecamatan dapat didirikan lebih dari 1 (satu)
Puskesmas.

3. Kondisi tertentu ditetapkan berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan, jumlah


penduduk, dan aksesibilitas.

4. Puskesmas harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, peralatan,


ketenagaan, kefarmasian, dan laboratorium klinik. (KemenKes RI, 2019).

2.5 Pengelolaan Sediaan Farmasi di Puskesmas

Pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai melalui pelayanan kefarmasian di
puskesmas meliputi beberapa kegiatan yaitu : Perencanaan, Pengadaan, Penerimaan, Penyimpanan,
Pendistribusian, Pemusnahan dan penarikan, Pengendalian dan administrasi. Tujuannya adalah untuk
menjamin ketersediaan dan keterjangkauan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai yang efisien,
efektif dan rasional (Wahyuni, Aryzki and

Feteriah, 2021).
10
Pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai di puskesmas merupakan hal yang
sangat penting dan perlu diperhatikan, karena pengelolaan yang tidak sesuai prosedur akan
mengakibatkan pemakaian yang tidak tepat guna, akan banyak terdapat obat kadaluarsa serta tumpang
tindih anggaran (Wahyuni, Aryzki and Feteriah, 2021).

Perencanaan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk menyusun daftar kebutuhan
sediaan farmasi yang berkaitan dengan suatu pedoman atas dasar konsep kegiatan yang sistematis
dengan urutan yang logis dalam rangka mencapai sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan. (Oschar
dan Jauhar, 2016).

Pengadaan atau permintaan obat di Puskesmas dilakukan untuk memperoleh jenis dan jumlah
obat dengan mutu yang tinggi, menjamin tersedianya obat dengan cepat dan tepat waktu (Aripa,
Sudarman and Alimin, 2019).

Penerimaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai adalah suatu kegiatan dalam
menerima Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai dari Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota atau
hasil pengadaan Puskesmas secara mandiri sesuai dengan permintaan yang telah diajukan (Permenkes
RI, 2016).

Penyimpanan merupakan kegiatan pengaturan terhadap sediaan farmasi yang diterima agar
aman, terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan. Proses penyimpanan merupakan proses yang sangat penting pada
kegiatan manajemen obat. Proses penyimpanan yang tidak sesuai, maka akan terjadi kerugian seperti
mutu sediaan farmasi tidak dapat terpelihara (tidak dapat mempertahankan mutu obat dari kerusakan,
rusaknya obat sebelum masa kadaluwarsanya tiba), potensi terjadinya penggunaan yang tidak
bertanggung jawab, tidak terjaganya ketersediaan dan mempersulit pengawasan terhadap inventoris.
Indikator yang dapat digunakan untuk menganalisis proses penyimpanan adalah jumlah obat
kadaluwarsa, stok obat mati dan nilai stok akhir obat (Wahyuni, Aryzki and Feteriah, 2021).

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam hal penyimpanan sediaan obat, antara lain
persyaratan ruang penyimpanan obat, pengaturan penyimpanan obat, kondisi penyimpanan obat, tata
cara penyimpanan obat, dan mutu sediaan obat agar tidak mempengaruhi stabilitas obat dan dapat
menjamin kualitas sediaan obat (Anggraini, 2013).

Kesalahan dalam penyimpanan obat di puskesmas dapat menyebabkan obat menjadi rusak
sehingga menjadikan turunnya kadar/potensi obat sehingga bila dikonsumsi oleh pasien menjadi tidak
efektif dalam terapinya. Kerusakan obat tidak hanya memberikan dampak negatif pada pasien
melainkan pada fasilitas pelayanan kesehatan itu sendiri. Obat kadaluarsa dan obat berisiko
menyebabkan perputaran obat tidak berjalan secara maksimal. Hal ini dapat diminimalisir salah
11
satunya melalui perbaikan pengelolaan sediaan farmasi dalam tahap penyimpanan di puskesmas
(Tuda et al., 2020).

Gudang merupakan tempat pemberhentian sementara barang sebelum dialirkan, dan berfungsi
mendekatkan barang kepeda pemakai sehingga menjamin kelancaran permintaan dan keamanan
persediaan (Afqary, Ishfahani and Mahieu, 2018).

Manfaat Pergudangan yang baik :

a. Terjaganya kualitas dan kuantitas sediaan farmasi.

b. Tertatanya Perbekalan Kesehatan.

c. Peningkatan pelayanan pendistribusian.

d. Tersedianya data dan informasi yang lebih akurat, aktual, dan dapat dipertanggung
jawabkan.

e. Kemudahan dalam pengendalian pengawasan. (Afqary, Ishfahani and Mahieu,2018)

Tata cara penyimpanan obat menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

43 Tahun 2019 :

1. Obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli pabrik. Dalam hal

pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka

harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang

jelas pada wadah baru. Wadah sekurang – kurangnya memuat nama obat,

nomor batch dan tanggal kadarluasa.

2. Semua obat/bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai sehingga

terjamin keamanan dan stabilitasnya.

3. Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan barang

lainya yang menyebabkan kontaminasi.

4. Sistem penyimpanan dilakukan dengan mempertahankan bentuk sediaan dan kelas terapi
obat serta disusun secara alfabetis.(Afqary, Ishfahani and Mahieu, 2018).
12
5. Harus disediakan fasilitas pendingin untuk penyimpanan obat-obatan khusus dan vaksin
dengan suplai listrik yang tidak boleh terputus.

6. Lemari untuk Penyimpanan Narkotika, Psikotropika dan Bahan Obat Berbahaya Lainnya.

7. Lemari dan Rak untuk Menyimpan Obat

8. Box pendingin/cool box (tempat penyimpanan bahan sampel ke lapangan).

9. Box penyimpanan.

Menurut Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan tentang Materi pelatihan
peningkatan pengetahuan dan keterampilan memilih obat bagi Tenaga Kesehatan tahun 2008 cara
penyimpanan obat ialah sebagai berikut :

a. Tablet dan kapsul : Jangan menyimpan tablet atau kapsul ditempat panas dan atau lembab.

b. Sediaan obat cair : jangan disimpan didalam lemari pendingin (freezer) agar tidak beku
kecuali disebutkan pada kemasaan obat.

c. Sediaan obat vagina, ovula, obat-obatan khusus dan vaksin : disimpan dalam lemari es
karena dalam suhu kamar akan mencair.

d. Sediaan Aerosol/Spray : jangan disimpan di tempat yang bersuhu tinggi karena dapat
menyebabkan ledakan.

e. Standar Penyimpanan Alat Kesehatan : Instrumen dapat berkarat akibat dari kondisi
penyimpanan yang kurang baik. Untuk mencegah hal tersebut instrumen harus disimpan di
tempat yang kering dan bebas debu. Perubahan temperatur yang flukuati harus dihindari
untuk mencegah akumulasi embun (air kondensasi) pada permukaan instrumen (Afqary,
Ishfahani and Mahieu, 2018).

Penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang penampilan
dan penamaan yang mirip = LASA (Look Alike Sound Alike) tidak ditempatkan berdekatan dan harus
diberi penandaan khusus untuk mencegah terjadinya kesalahan pengambilan obat (Asyikin, 2018).
Manajemen persediaan obat dilihat dari pengelolaan stok, pengelolaan inventori, pengelolaan
administratif, sistem informasi manajemen obat (Prabowo, Satibi and W Pamudji Gunawan, 2016).

Pengeluaran obat harus menggunakan sistem FEFO (First Expired First Out) dan FIFO (First
In First Out). Prinsip first expired first out (FEFO) dan first in first out (FIFO) dalam penyusunan
obat yaitu obat yang masa kedaluwarsanya lebih awal atau yang diterima lebih awal harus digunakan
lebih awal sebab umumnya obat yang datang lebih awal biasanya juga diproduksi lebih awal dan

13
umurnya relatif lebih tua dan masa kedaluwarsanya mungkin lebih awal (Rukmini and Nantabah,
2014).

Tujuan pendistribusian adalah memenuhi kebutuhan sediaan farmasi dan bahan medis habis
pakai kepada sub unit pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja puskesmas dengan jenis, mutu,
jumlah dan waktu yang tepat (Wahyuni, Aryzki and Feteriah, 2021).

Pemusnahan dilakukan pada sediaan farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai apabila produk
tidak memenuhi mutu, kadaluarsa, ataupun dicabut izin edarnya (Wahyuni, Aryzki and Feteriah,
2021).

Pengendalian sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai merupakan suatu kegiatan untuk
memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang telah
ditetapkan sehingga tidak terjadi kekurangan atau kelebihan obat di Puskesmas (Wahyuni, Aryzki and
Feteriah, 2021).

Administrasi terdiri dari pencatatan dan pelaporan yang bertujuan untuk melakukan
pengendalian dan pengaturan sediaan farmasi dan bahan medis habis 10 pakai di Puskesmas, serta
sumber data untuk pembuatan laporan Puskesmas (Wahyuni, Aryzki and Feteriah,2021).

2.6 Pelayanan Kefarmasian Pukesmas

Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh puskesmas merupakan pelayanan yang menyeluruh
meliputi pelayanan kuratif (pengobatan), preventif (pencegahan), promotif (peningkatan kesehatan)
dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan). Pelayanan kesehatan tersebut ditujukan untuk semua
masyarakat dengan tidak membeda-bedakan golongan umur maupun jenis kelamin, sejak dalam
kandungan sampai tutup usia (Rumengan et al., 2019).

Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah berubah paradigmanya dari orientasi obat kepada
pasien yang mengacu pada asuhan kefarmasian (Pharmaceutical Care). Konsekuensi perubahan
orientasi tersebut, apoteker atau asisten apoteker sebagai tenaga farmasi dituntut untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan dan perilaku agar dapat berinteraksi langsung dengan pasien (Widha,
Pribadi and Dianita, 2015).

Pelayanan kefarmasian meliputi dua kegiatan yaitu yang bersifat manajerial berupa
pengelolaan sediaan farmasi dan kegiatan pelayanan farmasi klinik yang harus didukung oleh sumber
daya manusia, sarana dan peralatan dalam rangka meningkatkan outcome terapi dan meminimalkan
risiko terjadi efek samping obat untuk keselamatan pasien. Kegiatan pengelolaan merupakan suatu
siklus kegiatan yang berkesinambungan dimulai dari perencanaan kebutuhan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pelayanan, dan administrasi yang dibutuhkan bagi
14
kegiatan pelayanan kefarmasian. Pelayanan farmasi klinik merupakan pelayanan langsung yang
diberikan oleh apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome terapi dan
meminimalkan risiko terjadinya efek samping yang meliputi pengkajian dan pelayanan resep,
penelusuran riwayat penggunaan obat, rekonsiliasi obat, Pelayanan Informasi Obat (PIO), konseling,
visite, Pemantauan Terapi Obat (PTO), Monitoring Efek Samping Obat (MESO), Evaluasi
Penggunaan Obat (EPO), dispensing sediaan steril, dan Pemantauan Kadar Obat dalam Darah
(PKOD) (Susyanty et al., 2020).

Evaluasi pada pelayanan kefarmasian di Puskesmas dapat dilakukan berdasarkan pedoman


yang telah dikeluarkan oleh Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Kementerian Kesehatan
RI. Pedoman tersebut mencakup 7 pokok pembahasan antara lain : pelayanan kefarmasian,
pengelolaan sumber daya, pelayanan resep, pelayanan informasi obat, prosedur tetap, administrasi,
serta monitoring dan evaluasi (Norcahyanti, Hakimah and Christianty, 2020).

Salah satu hal yang penting bagi terselenggaranya kegiatan pekerjaan kefarmasian adalah
pengelolaan obat, pelayanan dan penyerahan obat berdasarkan atas resep dokter dilakukan oleh
apoteker. Dalam melakukan pelayanan resep, apoteker dapat dibantu oleh apoteker pendamping dan
tenaga teknis kefarmasian. Pelayanan resep terdiri dari skrining resep, penyiapan obat, dan
penyerahan obat (Prabandari, 2018).

Pelayanan obat dengan resep dokter meliputi skrining resep yang bertujuan untuk
menghindari adanya kekeliruan pada resep seperti ketidaksesuain dosis, interaksi obat,
inkompatibilitas. Skrining resep meliputi skrining administrasi, kesesuaian farmasetik dan
pertimbangan klinis. Pemeriksaan administrasi resep meliputi : nama, SIP, dan alamat dokter; tanggal
penulisan resep; tanda tangan/ paraf dokter penulisan resep; nama, alamat, jenis kelamin, umur, dan
berat badan pasien; cara pemakaian; informasi lainnya. Pemeriksaan kesesuaian farmasetik harus
diketahui dan diperiksa oleh apoteker dibantu juga oleh tenaga teknis kefarmasian meliputi bentuk
sediaan; dosis; potensi; stabilitas; inkompatibilitas; cara pemberian atau aturan pakai; lama
pemberian. Pertimbangan klinis merupakan penyesuaian obat dengan kondisi klinis pasien yang
beraneka ragam meliputi : adanya alergi; efek samping; interaksi obat; medikasi rangkap;
kontraindikasi (Badu, Lolo and Jayanto, 2019). Menurut PP 51 tahun 2009 tentang pekerjaan
kefarmasian pasal 21 ayat 2 Penyerahan dan pelayanan obat berdasarkan resep dokter dilaksanakan
oleh apoteker (KemenKes RI, 2009).

Dalam penyerahan obat apoteker harus memberikan informasi mengenai obat sebelum
menyerahkan obat kepada pasien serta memberikan konseling pada pasien bahkan untuk pasien yang
15
mempunyai penyakit tertentu seperti kardiovaskular, diabetes, TBC, asma, dan penyakit kronis
lainnya harus diberikan konseling yang berkelanjutan. Dimana tujuan konseling adalah mendidik
pasien sehingga pengetahuan pasien terhadap obat akan meningkat dan hal ini mendorong pada
perubahan perilaku (Prabandari, 2018).

Selain itu, pelayanan kefarmasian di Puskesmas juga meliputi ronde atau visite pasien. Ronde
atau visite pasien merupakan kegiatan mengunjungi pasien rawat inap oleh apoteker secara mandiri
atau bersama tenaga kesehatan lainnya. Ronde atau visite pasien dilaksanakan untuk memeriksa obat
pasien, memberikan rekomendasi pemilihan obat, memantau perkembangan pasien saat penggunaan
obat dan berperan aktif dalam pengambilan keputusan pengobatan pasien (Robiyanto, Aspian and
Nurmainah, 2019).

Dalam pelayanan kefarmasian juga terdapat pelayanan residensial (home care) adalah
pelayanan apoteker sebagai care giver dalam pelayanan kefarmasian di rumah pasien, khususnya
untuk kelompok lansia, pasien kardiovaskular, diabetes, tuberkulosis, asma, dan penyakit kronis
lainnya. Untuk kegiatan ini apoteker harus membuat catatan pengobatan pasien (patient medication
record) (Supardi et al., 2012).

2.7 Perundang-undangan dan Peraturan Puskesmas

a. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 51 Tahun 2009


tentang pekerjaan kefarmasian.

b. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan No. 4 Tahun 2018 tentang
pengawasan pengelolaan obat, bahan obat, narkotika, psikotropika, dan

precursor farmasi di fasilitas pelayanan kefarmasian.

c. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 3 Tahun 2015


tentang peredaran, penyimpanan, pemusnahan, dan pelaporan narkotika, psikotropika, dan
prekursor farmasi.
d. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 26 Tahun 2020 tentang standar
pelayanan kefarmasian di Puskesmas.
e. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 43 Tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat.
f. Permenkes No. 7 Tahun 2023 Tentang Pengadaan Vaksin dan Pelaksanaan Vaksinasi dalam
Rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (covid-19).
g. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 18 Tahun 2021 tentang perubahan atas
peraturan Menteri Kesehatan No. 10 Tahun 2021 tentang pelaksanaan vaksinasi dalam rangka

16
penanggulangan pandemic Covid Virus Disease 2019 (Covid-19).

BAB III

TINJAUAN KHUSUS PUSKESMAS SAKETI

3.1 Sejarah dan Visi Misi Puskesmas Saketi

UPT Puskesmas DTP Saketi merupakan satu satu puskesmas yang ada di wilayah kecamatan
yang dapat memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Wilayah kecamatan saketi secara
geografis terletak pada 06°28’16,5” Lintang Selatan dan 106°00’00,0” Bujur Timur dengan luas
daerah 54,13 km2 atau sebesar 19,7% dari luas kabupaten pandeglang jarak ± 19 km dari kabupaten
pandeglang, 48 km dari ibukota provinsi banten dan jarak dari ibu kota negara jakarta berjarak ± 136
km. Berdasarkan data BPS penduduk di kecamatan saketi diketahui sebanyak 46.914 jiwa. Desa
dengan penduduk terbanyak yaitu desa kadudampit sebanyak 5.550 jiwa. Dan desa dengan jumlah
penduduk sedikit yaitu desa wanagiri sebanyak 1.580 jiwa. Dan rata-rata jumlah penduduk laki-laki
lebih banyak dibanding perempuan. Seperti tabel dibawah ini.

Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Di Kecamatan Saketi Tahun 2023

NO DESA/ KELURAHAN JUMLAH PENDUDUK BULAN JULI 2023


L P L+P
1. LANGENSARI 1,532 1,401 2,933
2. MEDALSARI 1,513 1,427 2,940
3. MAJAU 2,133 2,110 4,243
4. SODONG 2,227 2,077 4,304
5. TALAGASARI 1,409 1,368 2,777
6. CIANDUR 1,265 1,246 2,511
7. KADUDAMPIT 3,095 2,710 5,805
8. WANAGIRI 771 730 1,501

17
9. PARIGI 1,791 1,663 3,454
10. MEKARWANGI 1,788 1,432 3,220
11. SAKETI 2,060 1,956 4,016
12. GIRIJAYA 1,289 1,207 2,496
13. SINDANGHAYU 2,440 2,241 4,681
14. SUKALANGU 1,632 1,584 3,216
JUMLAH 24,945 23,152 48,097

Puskesmas Saketi berada di Jl. Raya Labuan KM. 19, Kec. Saketi, Kadudampit, Kab.
Pandeglang. Puskesmas Saketi memiliki wilayah kerja binaan 14 desa dengan jangkauan rata– rata
terdekat 3-4 km dan yang terjauh kurang lebih 7 km dapat dilalui dengan kendaraan roda dua dan
roda empat bahkan ada yang tidak terjangkau oleh roda empat seperti halnya desa talagasari dan desa
parigi semuanya ada di daerah pegunungan. UPT Puskesmas DTP Saketi memiliki ruang rawat inap
dengan 12 tempat tidur, selain itu juga memiliki 2 puskesmas pembantu (PUSTU), 1 Poskesdes, 1
buah Polindes, 4 buah kendaraan operasional

roda empat dan 2 buah kendaraan roda dua untuk kegiatan Puskesling diwilayah kerja puskesmas.

Berikut ini merupakan visi dari Puskesmas Saketi :

Terwujudnya Saketi Sehat melalui Pelayanan Kesehatan yang Berkualitas dan Terjangkau.
Dalam visi tersebut terkandung beberapa unsur yaitu :

a. Unsur Pemberian Pelayanan (Provider) yang dapat mencerminkan kinerja yang optimal
mampu memberi kepuasan kepada pelanggan.

b. Unsur Penerimaan Pelayanan Masyarakat memiliki pemahaman yang jelas tentang


pentingnya hidup sehat.

c. Unsur kerjasama berbagai pihak terkait sehingga tercipta suatu kebersamaan serta arah dan
langkah-langkah dalam pencapaian suatu tujuan.

Berikut merupakan ini misi dari Puskesmas Saketi :

a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat.

b. Menggerakan pembangunan di kecamatan saketi yang berwawasan kesehatan.

c. Mendorong kemandirian masyarakat kecamatan saketi untuk hidup sehat.

18
d. Memelihara dan meningkatkan pelayanan yang bermutu, merata dan terjangkau untuk
seluruh masyarakat kecamatan saketi.

e. Menciptakan lingkungan kerja yang aman, nyaman dan pola kerja yang efektif dan efisien.

f. Menciptakan manajemen puskesmas yang kualitas dengan sistem informasi yang handal.

3.2 Tugas dan Fungsi Struktur Organisasi Puskesmas

Bagan 3.1 Struktur Organisasi UPT Puskesmas DTP Saketi

Tugas dan Fungsi Struktur Organisasi :

1. Kepala Puskesmas, bertanggung jawab atas seluruh penyelenggaraan


kegiatan di Puskesmas, membawahi semua kelompok jabatan seperti Dokter
umum, Dokter gigi, Perawat dan kelompok jabatan lainnya. Selain itu,
kepala puskesmas juga membawahi Kepala Sub. Bagian Tata Usaha.
2. Kepala Sub. Bagian Tata Usaha, memiliki tugas dalam perencanaan dan
pelaksanaan kegiatan administrasi perkantoran Puskesmas. Kepala Tata
Usaha membawahi beberapa kegiatan diantaranya kepegawaian dan
administrasi keuangan.
19
3. Penanggung jawab UKM essensial dan keperawatan kesehatan masyarakat
serta coordinator pelayanan terkait yang membawahi UKM essensial,
pengembangan dan Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat.
Adapun penanggungjawab UKM essensial membawahi : Pelayanan
promosi kesehatan, Pelayanan kesehatan lingkungan, Pelayanan KIA dan
KB, Pelayanan gizi, Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit.
4. Penanggung jawab UKM Pengembangan serta coordinator pelayanan
terkait membawahi upaya pengembangan yang dilakukan Puskesmas,
antara lain : Pelayanan Kesehatan Jiwa, Kesehatan Gigi dan Mulut,
Pelayanan kesehatan olahraga dan Pelayanan kesehatan kerja, Kesehatan
Indra, Kesehatan Lansia, Pelayanan Kesehatan Tradisional, Penyakit tidak
menular, kesehatan matra.
5. Penanggung jawab UKP membawahi Kefarmasian dan Laboratorium, serta
coordinator pelayanan terkait membawahi beberapa kegiatan, seperti:rawat
jalan, UGD, Pelayanan Kefarmasian, Pelayanan Laboratorium, Pelayanan
satu hari, dan pelayanan rawat inap.
6. Penanggung jawab jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring puskesmas
serta koodinator jaringan puskesas dan jejaring puskesmas yang
membawahi: Puskesmas Pembantu dan Puskesmas keliling, Pondok
Bersalin Desa, Pos Kesehatan Desa, Bidan Praktek Mandiri, poayandu.
Sedangkan jejaring puskesmas berupa dewan pertimbangan klinis (DPM)
dan badan pusat statistika (BPS) serta apotek

7. Penanggung jawab mutu yang terdiri dari tim mutu internal yang
membawahi : kooedinator keselamatan pasien, coordinator pengendalian
serta pencegahan penyakit infeksi, coordinator manajemen resiko,
coordinator audit internal, serta admen mutu.
3.2 Tata Ruang Puskesmas

Puskemas Saketi memiliki gedung berlantai dua, dengan lantai 1 berupa :

a. Ruang pendaftaran / ruang tunggu

b. Ruang konsultasi

c. Ruang administrasi

d. Ruang obat dan bahan habis pakai

20
e. Ruang tindakan f. Ruang rawat inap

g. Ruang laboratorium

h. Ruang pojok asi

i. Ruang dapur Sedangkan, untuk lantai dua merupakan ruang kepala puskesmas, ruang tata usaha,
dan aula

3.1 Kegiatan Mahasiswa di Puskesmas

No. Judul Unit Elemen Kompetensi Kriteria untuk kerja Ya Tidak Keterangan

1. Melakukan 1. Membantu 1.1.Mencatat Dilakukan


pencatat an dan Apoteker spesifikasi bentuk, dengan metode
dokume ntasi membuat kekuatan sediaan konsumsi
perencanaan dokumen farmasi dan
pengadaan perencanaan perbekalan
pengadaan kesehatan,
ditetapkan
dalam dokumen
perencanaan

21
22
an 1.2. Mencatat
sediaa Menyalinnya sediaan
n ke farmasi yang
farmas dalamformul akan dipesan
i dan ir usulan pada LPLPO
perbek permintaan
al an barang
keseha 1.3. Menyerahkan Dilakukan
ta n semuadoku pengecekkan
men tersebut di ulang dan
atas kepada ditanda tangan
Apoteker oleh apoteker
untuk kemudian
ditindaklanjuti menyerahkan
surat pesanan
(LPLPO) pada
GFK untuk
ditindaklanjuti
2. 2.1. Menyimpan/ Disimpan
Mengars mengarsipkan dalam maps
ipkan dokumen dokumen
dokumen perencanaan puskesmas
barang berdasarkan
bulan
2.2. Mengarsipkan
Mengarsipka nya dalam
n maps
dokumenusu dokumen
lan puskesmas
permintaan
Barang

23
2. Menga 1. Melakukan 1.1. Dibuat daftar tidak
da kan audit vendoryang dilakukan di
Sediaan terhadapven menyediakan puskesmas
Farmas dor obat yang
i dan sesuai dengan
Perbek Kebutuhan
al an 1.2. Bersama tidak adanya
Keseha Apoteke kualifikasi
ta n r vendor di
Standar puskesmas
kualifika
si
vendor
ditetapkan
1.3. Bersama tidak
Apoteker rating dilakukan
vendor rating vendor
secara di puskesmas
berkala
Ditentukan
2. Membuat 2.1. Proses SOP
transaksi pembelian Pembelian &
pengadaan dankondisi pengadaan
peng
a
daanditetapkan
berda
s arkan
ketentuan/SOP
puskesm
as
Setempa
t

24
2.2. Membantu Membantu
Apotekerdal apoteker
am transaksi dalam
pembelian menulis list
dilakukan obat

25
26
yang dipesan di
LPLPO
2.3. Membantu Contoh, pasien
Apotekerdalam meminta obat
Amlodipin,
karena di
apotek tidak
tersedia maka
diberikanlah
Captropil
dengan alasan
indikasinya
sama yakni
mengobati
tekanan darah
tinggi
3. 3.1. Surat pesanan Melakukan
Mem y pengecekkan
onitor SBBK, lalu
order disimpan
pengada untuk arsip
an Puskesmas
3.2. Jadwal • Tiap 2

kedatanganbar minggu sekali


ang dimonitor (dari Gudang
Farmasi
Kabupaten)
• 3 hari

Skala
pemesanan(d
ari PBF)
3.3. Komplain Komplain
barang yangtidak barang
sesuai ditentukan terja

27
penanganannya di apabila
bersama dengan jumlah
Apoteker barang tidak
sesuai,
Expired
dateterlalu
dekat
3. Melaku 1. Mencatat 1.1. Kebutuhan
k an Kebutuhan Kebutuhan obat droping
pencata obat dicatat di
ta n droping/hibah LPLPO
pengad yang
aa n sudah ditetapkan
sediaan dicatat
farmasi 1.2. Ditata jenis, Kebutuhan
dan kualitas obat droping
perbeka dankuantitas dicatat di
l an sediaan farmasi dan LPLPO
kesehat perbekalan Sesuai
an kesehatan yang dengan jenis,
yang ditawarkan setelah kualitas
bersifat ditetapkanApoteker dan kuantitas
droping sediaan
, hibah farmasi dan
dan perbekalan
produk kesehatan
si 2. 2.1. Proses Belum
Memban pr adanya SOP
tu o Produksi
Apoteker duksidilakukan
sesuai SOP yang
sudah ditetapkan

28
Dalam 2.2. Membantu Contoh :
Produksi menghitung Pengemasan
Obat jumlah bahan yang ulang tablet
diperlukan dalam Guaifenesin di
Produksi hitung
masing-
masing 10
tablet lalu
dimasukkan
kedalam
plastik klip
3. 3.1. Alat yang Alat yang
Mem diperlukan untuk dipersiapkan
bantu produksi untuk
persiapa Dipersiapkan produksi
n seperti
pelaksana gunting,
an plastik klip,
produksi hekter
3.2. Bahan yang Contoh :
diperlukan dalam Tablet
produksi Guaifenesin,
dipersiapkan tablet
Prednison,
bedak salicyl
3.3. Wadah sediaan Menggunaka
yang sudah jadi n plastik klip
dipersiapkan
3.4. Etiket dan Etiket dan
label label tidak
yangdiperlukan perlu
dipersiapkan dipersiapkan
kembali
karena sudah

29
terpasang pada
plastik
klip

3.5. Komplain Pada saat


barang yangtidak kami
melakukan
sesuai ditentukan
kegiatan PKL
penanganannya ada jumlah
bersama dengan Tablet yang
tidak sesuai
Apoteker
pada
pengemasann
ya contohnya
tablet
guefenesin
harusnya 10
tablet pada
masing-
masing
kemasannya
dan pada saat
dilihat ada 1
kemasan yang
isinya 11
tablet,
penangananny
a tablet yang
kelebihan
diambil

30
4. 4.1. Bahan Tidak
Melakuk yang dilakukan
an diperlukan penimbang
produksi ditimbang/diu an
di bawah kur denganalat
ukur
(cair)
pengawasan karenatidak
Apoteker adanya alat
4.2. Yaitu
Dilakukan peracikan
pencampura puyer
n bahan
4.3. Sediaan yang Sediaan yang
sudah sudahjadi
jadidimasukkan ke dimasukkan
dalam wadahnya kedalam
kantong
puyer
dan plastik
klip
4.4. Dilakukan dilakukan
penempelanetiket penempelan
dan label pada label pada
wadah (kemasan) kemasan
5. Mengirim 5.1. Produk obat Produkobat
produk yang sudahjadi (pengemasan
ke dikirim ke ulang)
gudang gudang dilakukan
dan hanya untuk
membuat di unitApotek
dokumenta puskesmas

31
si 5.2. Semua Belum
pekerjaan adanya SOP
didokumentasikan produksi
sesuai dengan SOP sehingga
yang ditentukan pengerjaan
hanya
mengikuti
instruksi
apoteker
4. Melak 1. 1.1. Dilakukan Mengecek
u kan Mengev pengecekankual nama obat
peneri aluasi itas fisik Barang dan kekuatan
m aan barang sediaanserta
sediaa dan jumlahnya,
n perbekala No.
farmas n Batch,dan
i kesehatan expired date

32
1.2. Diperiksa Jikasediaan
kesesuaian farmasi yang
dokumen dipesan
denganbarang sesuai,
yang datang, makaproses
jenis, kekuatan, penerimaan
jumlah dan batas ditindaklanju
tanggal ti. Jika tidak
kadaluarsa sesuai, maka
sediaanfarma
si
dikonfirmasi
padapetugas
GFK, lalu
dicek LPLPO
danSBBK
1.3. Dokumentasi Berdasarka
dalam aspek legal n No.
dan Registrasi
administrasidicoco yang
kkan disesuaikan
dengan
BPOM
2. Membuat 2.1. Bukti Penolakan
bukti penerimaan atau karenaada
penerimaan penolakan barang yang
disahkan dipesantidak
dikirim
2.2. Dokumentasi SOP
penerimaandibuat penerimaan
dan diarsipkan sediaan
menurut SOP farmasi
yang ditentukan

33
3. Membuat 3.1. Dilakukan Surat
surat pembuatansurat pengantar
pengantar pengantar pengiriman
pengiriman pengiriman barangke
ke gudang barang ke gudang gudang
menggunaka
n
surat jalan
3.2. Diterima Tanda bukti
tanda bukti penerimaan
barang
penerimaan
menggunaka
barang dari n Berita
pihak gudang Acara
SerahTerima
Barang
5. Melak 1. Mengecek 1.1. Berdasarkan
u kan barang Dicocokk kesesuaian
penyi yang an barang nama obat
m datang ke sesuai dan kekuatan
panan gudang dengan sediaan serta
sediaa dokumen jumlahnya,
n penerimaan No. Batch,
farmas barang dan expired
i dan date dengan
perbek LPLPO dan
al an SBBK

34
keseha 1.2. Dibuat Tanda
ta n tanda terim
terimabarang a barang
masuk ke menggunaka
gudang n Berita
Acar
a
Serah
Teri
ma Barang
1.3. Semua SOP
peneriman barang penerima
diadministrasikan/ an barang
dicatat sesuai SOP
yang telah
ditentukan
2. 2.1. Berdasarkan
Melak Penempat penyimpana
ukan an barang n yang
penempat berdasarkan sesua
an barang aspek legal dan i. Misalnya
stabilitas oxytosin
sediaan injek
disimpan
di
lemari
pending
in
2.2. Penataan FEFO
sediaan (First
berdasarkan Expired
sistem First
yangdipilih Out), FIFO

35
(FIFO, FEFO, (First In First
Farmakoterapi, Out),dan
bentuk sediaan dll) bentuk
sediaan
3. 3.1. Dibuat kartu Kartu stok
Membuat stock Gudang diterapkan
dokument
asi
6. Mendist 1. Verifikasi 1.1. Dilakukan Jika tanggal
ri barang pengecekantang kadaluarsa
obatsudah
busikan yang harus gal kadaluarsa
dekat
sediaan segera maka
farmasi didistribusik diberi
tanda warna
dan an
merah
perbeka 1.2. Dibuat Barang yang
la n daftar mendekati
kesehat barangyang kadaluarsa
a n dari mendekati diberitanda
gudang tanggal warna merah
Farmasi Kadaluarsa
Puskes 1.3. Dibuat Tidak dibuat
m as laporan laporantetapi
barangyang hanya dicatat
bertumpuk di jumlah obat
apotek yang
kadaluarsa
2. Mencatat 2.1 Dilakukan Barang yang
persediaan identifikasibar fast moving
barang ang yang fast dipisahkan
yangfast moving penyimpana
moving nny a hanya
di unit
apotek
puskesmas

36
37
2.2. Dilakukan Tidak
perhitunganjumlah dilakukan
barang yang fast perhitungan
moving secara jumlah
berkala barang yang
fas
t moving
2.3. Dibuat laporan Tidak dibuat
obat fast Moving laporan
untuk oba
ditindaklanjuti t fast moving
3. Menerima 3.1. Dilakukan Nama
permintaan pengecekankebena PBF,
barang dari ran dokumen surat Tanggal
PBF pesanan pemesanan,
Alamat
PBF,
nama
sediaa
n farmasi
dan
jumlah yang
dipesan,
tanda tangan
apoteker dan
stampel
puskesmas
3.2. Dilakukan Ketersediaan
pengecekanketersed barang
iaan barang dilih
at dari kartu
stok

38
3.3. Disiapkan Barang
barang yan
yangDipesan g dipesan
disiapkan
berdasarkan
surat
permintaan
4. 4.1. Dilakukan SOP
Mendistribusika
n
barang ke pendistribusian Pendistribusia
unit barang ke n barang ke
pemesan unitpemesan unit
berdasarkan SOP puskesmas
yang ditentukan
4.2. Dilakukan
Pelaksanaan pengecekan
pendistribusia kembali
n di Monitor antara surat
permintaan
dengan
berang
yang
suda
h disiapkan
5. Membuat 5.1. Semua SOP
dokumentasi pendistribusian pendistribusia
dicatat sesuai n
SOP
yangDitentukan
5.2. Dilakukan Pencatatan
pencatatan kartu
dikartu stock sto
gudang k gudang

39
7. Mengkal 1. Menghitung 1.1. Dilakukan Ketersediaan
kula jumlah pengecekanketersed barang
si obat iaan barang dilih
biay dalam at dari kartu
a resep stok

40
41
resep yang 1.2. Dihitung Jumlah
obatno akan jumlah oba
n steril diberika bahanobat/obat t diberikan
n berdasarkan resep berdasark
yang bersangkutan an resep
2. 2.1. Dilakukan Tidak adanya
Mengh perhitunganbia biaya resep
itung ya setiap jenis non steril
harga sediaan sehingga
obat obat/perbekalan tidak
Kesehatan dilakukan
perhitungan
biaya
2.2. Dilakukan Tidak adanya
penjumlahanbi biaya resep
aya obat/ non steril
perbekalan sehinnga
Kesehatan tidak
dilakukan
penjumlahan
biaya
3. Menyerahkan 3.1. Diberikan Tidak adanya
hasil keterangantentang biaya resep
kalkulasipada harga obat yang non steril
kasir harus dibayar oleh sehingga
pasien kepada tidak adanya
kasir keterang
an harga
4. Melakukan 4.1. Tidak adanya
pencatatan Dilakukan biaya resep
pencatatanpa non steril
da buku sehingga
penjualan tidak
sesuai SOP dilakukan
pencatatan
42
8. Me 1. Menyiapkan 1.1. Dilakukan Pengecekan
nyia bahan obat/obat pengecekanketersed barang
pka iaan barang dilih
n at dari kartu
kep stok
erlu 1.2. Disiapkan Dilakukan
an bahan obat/obat pengecekan
sedi sesuai obat
aan kekuatannya sesu
non ai dengan
steri
l di
rs
sed
erha
na
resepnya
sebelum
diberikan
kepada
pasien
2. 2.1. Disiapkan Bahan
Menyi bahan pengemas pengema
apkan yang s plastik
pengema diperlukan klip
s 2.2. Label aturan
Disiapkan minum puyer
etiket/label ditulis
pad
a plastik klip

43
2.3. Disiapkan Mortar,
peralatan kertas
yangdigunakan perkamen,
dalam Dispensing sendok,
mesin pres,
kanton
g puyer,
plastik
klip,
etike
t, plastik obat
3. 3.1. Dilakukan Pembuatan
Memban pencampuranbaha puyer
tu n yang sudah sesu
pelaksana dikalkulasi ai dengan
an oleh Apoteker resep
dispensi 3.2. Dimasukkan Puyer
ng obat yangsudah dimasukkan
jadi ke dalam kedalam
Kemasannya kantong
puyer
3.3. Dilakukan Label aturan
pemberianetiket/l minum puyer
abel yang sesuai. ditulis di
plastik klip
4. Melakukan 4.1. Dicatat Pengeluaran
pencatatan pengeluaranba obat dicatat
han obat/obat di kartu stok
yang obat
digunakan
pada
kartustock.

44
9. Menye 1. Verifikasi 1.1 Diperiksa
ra hkan kesesuaian Diamati kembali
obat resep dan kesesuaian kesesuaian
unit obatyang sediaan sediannya
dose/re diberikan yang antara
s ep diberikan rese
individ p dengan
u sediaan obat
dengan
inform yan
as i g
sederh diberikan
an a 1.2 Diamati Diperiksa
kesesuaian kembali
etiketdengan kesesuaian
perintah dalam etiket
resep denga
n
perintah
dalam resep
1.3 Diamati Diperiksa
kesesuaian kembali
labeldengan kesesuai
peraturan an label
perundangan
tentang Obat
2. 2.1 Contoh
Melakuk Dikomunikasikan menanyakan
an pada Apoteker kembali
penyerahan tentang kesesuaian aturan
obat resep dan obat minum
untuk dilakukan oba
penyerahan kepada t

45
pasien resep amlodipin
individu/ perawat kepada
untuk resep unit apteker,
dose seperti
amlodipin
diminum
1X
1 sehari
diminumn
ya malam

46
2.2 Diserahkan Penyerahan
obat kepadayang obat
berwenang denga
pada 2.1 n
memastikan
kembali
identitas
pasien
2.3 Dilakukan Pemberian
informasi informasi
sederhana kepada seperti
penerimaobat atura
n
minum
da
n indikasi
3. 3.1. SOP
Membuat Dilakukan pemberian
dokument pencatatanses Informasi
asi uai Obat
SOP yang berlaku
10. Melaks 1. Verifikasi 1.1. Dipelajari Kertas
a nakan dokumen dokumen yangsudah format
distrib permintaanbara disetujui oleh permintaan
us i ng Apoteker obat dari
sediaan masin
farmas g- masing
i dan ruangan di
perbek cek kembali
al an untuk
keseha pemberian
ta n obat dan

47
untuk jumlahnya
keperl
ua n
floor
stock
1.2. Disiapkan Penyiapan
semua keperluan semua obat
untuk dan
pendistribusian perbekalan
obat/perbekalan kesehatan
kesehatan yang
keruangan dibutuhkan
di
ruang
raw
at
inap, ruang
UGD,
ruan
g VK, dan
rawat
jalan
2. Menyiapkan 2.1. Dihitung Setiap
sediaan setiap jenis jeni
farmasi/ sediaan/barang s sediaan
perbekalan sesuai dihitung
kesehatan permintaan yang sesuai
disetujui dengan
permintaan
yang
disetujui
2.2. Disiapkan Penyiapan
wadah wadah
untukPengiriman untuk
pengiriman

48
seperti
kardus
dan
diangk
ut
menggunak
an troli
3. 3.1. Pendistribusia
Pelaks Pelaksanaan n sediaan
anaan distribusisesu farmasi
distribusi ai waktu yang dan
telah perbekalan
Ditetapkan farmasi
sesuai
dengan
wakt
u yang
ditetapkan
pada
sur
at permintaan

49
3.2. Pengamanan Pengamanan
stabilitas Saat stabilitas
sudah
transportasi dilakukan
ditentukan untuk obat
yan
g
penyimpanan
di
suhu
ruangan
,
untuk obat
yang
di simpan di
suhu dingin
belum
dilakukan
pengamanan
stabilitas
3.3. Distribusi Belum adanya
dilaksanakan SOP distribusi
berdasarkan SOP
yang
ditentukan
4. Membuat 4.1. Semua Belum adanya
dokumentasi pendistribusian SOP
Distribusi,
dicatat sesuai SOP namun
yang Ditentukan pencatatannya
di tulis di
format surat

50
permintaan,
distribusi dan
SBBK
11. Berkom 1. Menerima dan 1.1. Perintah Contoh :
u pasien
nikasi klarifikasi disimak dan meminta
sale
p
denga perintah ditanggapi dengan padahal
n benar di
orang resepnya
tida
k
lain ada perintah
diberikannya
salep
1.2. Dicari kejelasan Mahasiswa
perintahuntuk menanyakan
menjamin permintaan
pemahaman
tugas pasien kepada
apoteker,
kemudian
apoteker
menjelaskan
bahwa untuk
penyakit
gatal-
gatalnya
sudah
ada di resep
oral
seperti CTM
sehingga

51
tidak
perlu
diberikannya
salep
2. Menerima 2.1. Pesan lisan dan Apa yang
dan tertulisditerima dan dijelaskan
meneruskan oleh
pesan ditanggapi apoteker
dengan benar

52
diterima
da
n ditanggapi
2.2. Informasi Informasi
dicatat dan yang di
disampaikan dapat dari
sehingga apoteker
pesannya di
dimengerti sampaikan
kepada
pasie
n
sehingga
pasien
mengerti
3. 3.1. Prosedur Karena
Menunjukk tempat kerja yang terdapat
an mencerminkan beberapa
keterampilan peluang yang sama perbedaan
pribadi diikuti prosedur
yang benar antara
di apotek
dan
puskesmas
3.2. Contoh :
Keterampilan menyapa
pribadiyang pasien dengan
mengesankan ramah
dalam
interaksi
sehari- hari
ditunjukkan

53
4. 4.1. Pertanyaan Contoh :
Memberi yang berkenaan pasien
kan dengan bertanya
informasi keperluanpelang mengenai
yang benar gan dilayani ai
r yang
digunakan
untuk
mencampur
sirup
amoxicillin
apakah
menggunaka
n air panas
apa dingin
4.2. Perincian Tidak dibuat
hal intisari
yangditanyaka terkait
n dibuat pertanyaan
Intisarinya yang
diajukan
pasien
4.3. Informasi Jawaban
yang relevandan yang
memenuhi syarat diberikan
kerahasiaan kepada
diakses dan pasie
diberikan n
berdasarkan
informasi
yang
diberikan

54
4.4. Berdasarkan
Informa informasi
si disusun yang
dan diproleh,
diberikan jik
sehingga mudah a sirup
dipahami orang amoxicillin
lain dicampur
dengan
air
minum
teta
pi tidak panas
dan
tidak
dingi
n seperti es

55
56
4.5. Jika Untuk
pertanyaan pertanyaan
berada pasien
diluar bidang PR
tanggungjawabnya B
nya, maka
diarahkan diarahkan
kepada kepada
petugasyang Apotek
relevan er
4.6. Dokumen Dokumen
tempat disusun
kerjadilengkapi berdasarkan
dengan jelas dan bulan,
cermat sesuai da
dengan prosedur n
Organisasi disimpan
pada arsip
apotek.
12. Melaku 1. Mengenal 1.1. Potensi Dapat
k an dan diri membuat
persiap membuka diidentifikasi rencana
a n diri diri kan kebutuhan
memas denganTepat obat dapat
uk i membuat
dunia lebih
wirausa muda
ha h dalam
merencanak
an bisnis
1.2. Motivasi Adanya
positif motivasi
untukketerbukaa positf untuk
n diidentifikasi menemuk

57
an
keahlian

1.3. Kepribadian Seperti


dikembangkan ke membuka
arah positif usaha kecil
online
2.Mengidentifikasi 2.1. Minimal 8 Belum ada
kan karakteristik pada diri,
karakteristik wirausaha dimiliki karen
wirausaha yang dan dapat a masih
harus dimiliki diuraikan secara pembisnis
lisan serta dapat mula
dibuktikan
3. 3.1. Karena di
Mengide Keterkaitan puskesmas
ntifika sikan kewirausahaa tidak ada
keterkaitan/h n dengan jualbeli
ub ungan profesi/keahl pada
antara ian konsumen,
kewirausaha teridentifikas maka
an dengan i belu
profesi/ m dapat
keahlian mengidentifi
ka
sikan keahlian
3.2. Kemitraan Beum
dengan profesi adan
lain ya gambaran
teridentifikasi mengenai
ha
l ini

58
4. menentukkan 4.1. Peluang Karena
peluang usaha usaha dapat dala
sesuai dengan ditentukan sesuai m usaha
profesi/keahlian dengan diperlukan
yang profesi/keahlian keahlian
disenangi,ada yang disenangi, dan
pasarnya ada pasarnya kenyamanan
dan ada ahlinya danada ahlinya serta pasar
yang tepat

59
13. Memb 1. 1.1. Spesifikasi Dilakukan
u at Perenc bentuk, kekuatan dengan
Renca anaan sediaan farmasi metode
na pengada danperbekalan konsumsi
Pengad an kesehatan sesuai berdasarkan
a an melalui dengan metode catatan
Sediaa pembelia yang sudah LPLPO
n n ditetapkan
Farmas
i dan
Perbek
al an
Kesehat 1.2. Kriteria Berdasark
an seleksi an metode
potensi/kekuata konsumsi
n periode
sediaanfarmasi sebelumn
dan perbekalan ya
kesehatan
ditetapkan
1.3. Kalkulasi Dihitung
kebutuhan sediaan
berdasarkan farmasi dan
konsumsi, perbekalan
ketentuan stok, kesehatan
ratio persediaan, berdasarkan
waktu tunggu, konsumsi,
standar sediaan ketentuan
farmasi dan stok, ratio
perbekalan persediaan
kesehatan dan
ditetapkan wakt
u tunggu

60
1.4. Daftar Dibuat
kebutuhan sediaan menggunak
farmasid an LPLPO
an
perbekal
an
kesehatan dibuat
1.5. Analisis Puskesmas
ABC, Saketi
VENdibuat, tida
disesuaikan k
dengan menerapkan
anggaran analisis
berdasarkanprioritas AB
pembelian C dan VEN
berdasarkan
Analisis
2. 2.1. Tidak
Perenc Formula dilakukan
anaan dievaluasi produksi
pengada dan di
an Ditentukan puskesmas
melalui sehingga
produksi tidak ada
formul
a yang
dievaluasi
2.2. Tidak
Sistem dilakukan
produksi produksi
Ditetapk d
an i puskesmas
sehingga
tidak adanya

61
sistem

62
2.3. Jenis, Tidak
jumlah dilakukan
dan produksi
kualitas di
produksi puskesmas
oba sehingga
t ditetapkan tidak adanya
jenis
,
jumlah
da
n kualitas
produksi
2.4. Kalkulasi Tidak
bahan dilakukan
baku,pengemas, produksi
pengisi, di
berdasarkan puskesmas
kebutuhan sehingga
tidak
memerlukan
bahan
bak
u, pengemas,
dan pengisi
2.5. Produksi Tidak
dikerjakan
berdasarkan dilakukan
SOP produksi
yangDitentuk di
an puskesmas
sehingga
tidak ada
SO
P
produksi

63
3. Pembuatan 3.1. Semua Tidak
dokumentasi pekerjaan dilakukan
didokumentasikan produksi
dalam format yang d
telah i puskesmas
ditentukan(sesuai sehingga
dengan SOP) tidak ada
pendokument
as ian
14. Melaksa 1. Pengadaan 1.1. Kebutuhan Kebutuhan
nakan melalui obat obat
pengada dropping/ dropping/hibah dropping/hib
an hibah dianalisismelipu ah dianalisis
sediaan ti jenis, jumlah, dengan
farmasi kualitas, melihat kartu
dan dokumen dan stok serta
perbekal penanganannya penanganann
an ya jika
kesehata terjadi
n yang penumpukan
bersifat barang
droppin maka
g, hibah dapat
dan mengubah
produksi kembali
RKO
yang
dibuat
untuk
rencan
a kebutuhan
kedepan

64
1.2. Dianalisis Berdasarkan
kesesuaian LPLPO,
kebutuhan obat RK
droping/hibah O
meliputi jenis, dan kartu stok
kualitas dan
kuantitas sediaan
farmasi
danperbekalan

65
66
kesehatan
yang
ditawarkan

1.3. Proses Proses


hibah/droppi dropping
ng dilaksanakan
Dilaksanaka dari gudang
n farmasi
kabupat
en
2. Pengadaan 2.1. Tidak
melalui Sistem dilakukan
Produksi Obat produksi produksi
ditentuka di
n puskesmas
Karena
belu
m asanya
SOP
produksi
2.2. Tidak
Kebutuhan- dilakukan,
kebutuhanmate karena
rial disiapkan belu
sesuai m
Perencanaan adanya
produk
si
2.3. Syarat- Tidak
syarat adany
produksi a persyaratan,
Dipenuhi
karena belum
adanya

67
produk
si
2.4. Proses Tidak
produksi dilakukan
dilaksanakan produksi,
sesuai SOP karena
belu
m adanya
SOP
produksi
2.5. Kontrol Tidak
kualitas sejakdari adan
penyiapan ya
material sampai pengontrolan
produk jadi , karena
tidak
adanya
produk
si
2.6. Proses Hanya
pengemasan pengemasan
dilaksanakan ulang
sesuai SOP yan
g dilakukan
2.7. Proses Tidak
labeling dilakukan
dilaksanakan pelabelan,
sesuai SOP karena
termasuk tida
tanggal k adanya
produksidan produksi
kadaluwarsa

68
3. 3.1. Semua Tidakadanya
Membuat pekerjaan dokumentasi
dokument didokumentasikan , karena
asi sesuai dengan SOP tidak adanya
yang ditentukan produksi

69
15. Melak 1. 1.1. Sistem Dilihat dari
u kan Pemb penerimaan No. Batch,
peneri uatan barang Expired
m aan sistem ditentukan Date, nama
sediaa penerima dan kekuatan
n an sediaan
farmas farmasi,
i dan sert
perbek a jumlah
al an sediaan
keseha farmasi
ta n 1.2. Prosedur Indikator
kerja, kriteriadan penerimaan
indicator barang
penerimaan dilih
maupun at dari No.
penolakan Batch,
barang yang Expired
dibutuhkan Date,
ditentukan nama
dan
kekuatan
sediaan
farmasi,
sert
a jumlah
sediaan
farmasi,
da
n untuk
indikator
penolakan
barang
dilakukan
bila expired

70
date
sediaan
farmasi terlalu
dekat

2. 2.1. Kesesuaian Dilihat dari


Pemeriks penerimaan No. Batch,
aan sediaan farmasi Expired
kesesuai dan perbekalan Date, nama
an kesehatan dan kekuatan
pesanan dengansurat sediaan
pesanan atau farmasi,
dokumen setara sert
dicocokkan a jumlah
sediaan
farmasi
2.2. Jumlah dan Jumlah
kualifikasi da
barang pesanan n kualifikasi
dicocokkan barang
dicocokkan
antara
LPLPO dan
SBBK
2.3. Dokumentasi Dicocokkan
dalam aspek legal antara
dan administrasi LPLPO dan
dicocokkan SBBK

71
3. Membuat 3.1. Bukti Disahkan
bukti penerimaan atau oleh
penerimaan penolakan apoteker
disahkan penanggungj
aw ab
3.2. Dokumentasi Dokumentas
penerimaandibuat i dilakukan
dan diarsipkan akan tetapi
menurut SOP yang untu
ditentukan k SOP
penerimaan
belum tersedia

72
16. Melak 1. Penentuan 1.1. Tempat Penyimpana
u kan standar penyimpanan dan n sistem
penyi penyimpan fasilitasnya FEFO
m an dan ditentukan sesuai (first expired
panan pengaman dengan peraturan first out),
sediaa an yang berlaku FIFO (first in
n firstout)
farmas dan
i dan bentuk
perbek sediaan
al an 1.2. Standar Berdasar SOP
keseha penyimpanan dan penyimpan
ta n pengamanan an obat
ditentukan
1.3. Pengamanan SOP
persediaan pengaman
dilakukan an obat
sesuai dengan
SOP yang
ditentukan
2. 2.1. Menurut
Penem Penempatan SO
patan barang P
barang berdasarkan penyimpana
aspek legal n obat
dan stabilitas
sediaan
2.2. Penataan Penyimpana
sediaan n sistem
berdasarkan FEF
sistem O
yangdipilih (first
(FIFO, FEFO, expire
Farmakoterapi, d first out),
bentuk sediaan, FIFO (first in
abjad dll) firstout) dan

73
bentuk
sediaan

3. 3.1. Semua Dokumentas


Membuat peneriman barang i dilakukan
dokument diadministrasikan/ akan tetapi
asi dicatat sesuai SOP untu
yang telah k SOP
ditentukan
penerimaan
belum
tersedia
17. Melak 1. Penetapan 1.1 Macam- Karena
u kan sistem macam sistem
distrib distribusi distribusiyang distribusi
us i ada dipelajari hanya
sediaa dilakukan ke
n ruangan-
farmas ruangan
i dan yang ada di
perbek puskesmas
al an 1.2. Sistem Sistem
keseha distribusi yang distribusi
ta n sesuai ditentukan ditentuka
berdasarmorbiditas nberdasar
dan kebijakan kansistem
Puskesmas konsumsi
1.3. SOP Tidak
sistem dilakukan,
distribusidib karena
uat,ditetapk belum
dan adanya SOP
disosialisasik
an

74
2. Verifikasi 2.1. Permintaan Dilihat
permintaan yang terlebih
dahulu
masukdievaluasi
sediaan
farmasidan
perbekalan
kesehatan
apa saja yang
dimintadan
berapa
jumlah
yang
dimintan
ya
2.2. Jenis dan Menyiapkan
jumlah sediaan
barang/obat farmasi dan
yang diminta perbekalan
disiapkan kesehatan
yang diminta
3. 3.1. Pelaksanaan
Pelaks Pelaksanaan distribusi
disesuaikan
anaan distribusisesu
dengan
distribusi ai waktu yang waktu pada
telah saat
permintaan
ditetapkan
3.2. Pengamanan
Pengamanan stabilitas
sudah
stabilitas saat
dilakukan
transportasi untuk obat
ditentukan yang
penyimpana
n di suhu
ruangan,
untuk obat
yang di
simpan di
suhu dingin
belum
dilakukan
Pengaman
an

75
stabilitas

3.3. Distribusi Belum


dilaksanakan adanya SOP
berdasarkan SOP Distribusi
yang
ditentukan
3.4. Mengamati
Pelaksanaan kegiatan
distribusidimon distribusi
itor melalui
lembar
permintaan,
pendistribusi
an dan
SBBK
3.5. Tidak
Sistem dilakukan
distribusi evaluasi
dievalua sistem
si distribusi
4.Membu 4.1. Semua Dicatat
at pendistribusian dengan surat
dokument pemesan
dicatat sesuai
asi an antar
SOP yang unit
Ditentukan

76
18. Meranca 1.penetapn 1.1. Analisis Tidak
ng proses system
SWOT dilakukan di
penyerah dispens
ing terhadapsystem puskesmas
an obat
dan alat dispensing
kesehata n terhadap
floor
karakterist
stock,
individua l ik
prescripti Puskesma
on,
s
sentralisa
si dan 1.2. Analisis Tidak
desentrali SWOT dilakukan
sasi SWOT di
terhadapsystem
puskesmas
dispensing
terhadap
sumber daya
Farmasi
1.3. System Proses
dispensing dispensing
ditentukan hanya
dan dengan
ditetapkan menyerahka
n surat
pemesanan
unit dan
barang
Dengan
tanda tangan
penerima
barang di
unit
1.4. Tidak
Sosialisasi dilakukan di
system puskesmas
Dispensing

77
2. 2.1. Perencanaan Tidak dibuat
penetapan kebutuhan sumber perencanaan
system
daya yang di puskesmas
dispensing
diperlukansesuai
system dispensing
yang
ditetapkan
2.2. Persiapan Tidak ada
sumber pelatihan
daya(SDM d
dilatih, fasilitas i puskesmas
dipenuhi, dll)
2.3. Belum
Pelaksanaan adanya SOP
systemdispens
ing
sesuai SOP
2.4. Monitoring Tidak adanya
titik monitoring
kritispelaksanaa di puskesmas
n system
dispensing
2.5. Evaluasi Tidak
efektifitas dilakukan
danefisiensi evaluasi
system dispensing d
i
puskesmas
3. Melakukan 3.1. Dilakukan Dilakukan
verifikasi

78
verifika terhadap pemeriksaan,
si dokumen penyetujuan
dokume
permintaan atau
n
permint penolakan
aan terhadap
barang
dokumen
dari
ruang permintaan
rawat dari
inap
ruangrawat
inap

79
80

3.2. Pemilihan
Ditetapkan kualitas
kualitas oba
obatyang t yang
diberikan diberikan
sesuai sesuai
Permintaan permintaan
dari
ruang
raw
at inap
3.3. Dilakukan Ketersediaan
pengecekan obat
ketersediaan obat yan
yang diminta ke g
gudang diminta di
cek terlebih
dahulu
4. Melakukan 4.1. Ditetapkan Tidak
persiapan sistim distribusi ditetapkan
pendistribus obat sistem
ian obat dari distribusi
gudang ke 4.2. Ditetapkan Pengiriman
ruang rawat pengirimansesuai sediaan
inap waktu farmasi dan
perbekalan
kesehatan di
sesuaikan
dengan
waktu
Pada saat
permintaan
5. 5.1. Ditetapkan SDM yang
Melaksa SDM mengantarka
yangmengantarka n obat ke

80
81
nakan n obat ke ruangan ruangan
pengiriman Apoteker/A
obat A
5.2. Dilakukan Pengamanan
pengamananStabil stabilitas
itas saat sudah
transportasi dilakukan
untuk obat
yang
penyimpana
n di suhu
ruangan,
untuk obat
yang di
simpan di
suhu dingin
belum
dilakukan
pengamanan
stabilitas

81
82
19. Melaku 1. Analisa 1.1. Administra
kan legalitas Kelengkapan si,
klarifika resep atau dan legalitas farmasetik,
si, permintaan resep pertimbang
interpret pasien/masya diperiksasesuai an klinik
asi dan rakat SOP yang
verifika telah
si ditentukan
permint
aan
sediaan
farmasi
dan
perbekal
an
kesehata
n
keluhan
dan
diagnos
a

82
83
2. Penilaian 1.2.Kesesuaian Dilakukan
obat pasien resep dengan evaluasi
terhadap kondisi klinik
klinik
pasien
Dievaluasi

83
84

84
85

1.3. Dilakukan
Kemungkinan evaluasi
adanyainteraksi interaksi
obat, obat
penyalahgunaan obat
dievaluasi
1.4. Masalah Dilakukan
penyakit dan pengidentifik
pengobatan pasien as ian
(sekarang dan riway
yang lewat) at penyakit
diidentifikasi dan
pegobatan
pasien
3.1. Dilakukan
Penyelesaian penyelesaian
masalahobat masalah obat
dirancang apoteker
bersama
dokter
3. 3.2. Masalah Adanya
Perenca obat komunikasi
naan pasien/masyara antar dokter,
kesesuaian kat apoteker,dan
regimen dikomunikasik pasien
terapi obat an kepada
pasien dokter/pasien
3.3. Tindakan Intervensi
intervensiprof antara
esi dilakukan apoteker
dengan
dokter

85
86
4.1. Semua Tindakan
tindakan profesi
profesididokumen didokumenta
tasi sesuai SOP sik an
yang telah melalui
ditentukan rekam medis
sesuai
dengan SOP
kerahasiaan
rekam medis
4. Membuat 1.1. Jumlah, jenis Dosis dan
dokumentasi obat, macam Jumlah obat
sediaan dan dihitung,
dosisdihitung macam
sediaan dan
jenis obat
20. Melak 1. 1.2. Berdasarkan
uk an Menghitu Kesesuaian buku
kalkula ng jumlahdenga regimen
si dosis/jumlah n regimen Obat pasien
biaya obat obat PRB
obat ditentukan
dan 1.3. Konversi Tidak
perbek bobot atau dilakukan,
al an volume, bentuk karena
kesehat sediaan disediakan
a n atas baru,dihitung oleh
dasar Pihak dari
kimia Farma

86
87

permin 1.4. Tidak


ta an Kalkulasi disediakan
dari bahan secara
dokter tambahan dan mandiri
atau kemasan tapihanya
dari Perantara
ruang dari kimia
rawat farma
2.1. Biaya/harga Tidak ada
obat Ditentukan biaya karena
berdasarkan pasien
SOPyang menggunaka
ditentukan n kartu
kesehatan
2. 2.2. Dikalkulasi Tidak
Mengh dan ditawarkan dipungut
itung alternatif obat biaya karena
biaya lainberdasar pasien
kemampuan Menggunak
bayar pasien an kartu
kesehatan
3.1. Jumlah Tidak
biaya di dimintai
Informasikan biaya karena
kepada pasien pasien
Menggunak
an kartu
kesehatan
3. 3.2. Jumlah Tidak
Menginfor biaya memberikan
masi kan disepakatiPasi biaya karena
jumlah biaya en pasien
menggunaka
n kartu
kesehatan

87
88
4.1. Seluruh Di catat
proses melalui
perubahan buku PRB
didokumentasik yang dibawa
an pasien
4. Dokumentasi 4.2. Biaya Tidak
didokumentasi menggunaka
kan sesuai SOP n biaya
yang karena pasien
ditentukan menggunaka
n kartu
kesehatan
21. Melak 1. 1.1. Jumlah Tidak
u kan Menyi dan dosis adanya
dispen apkan obatdihitung dispensing
si ng obat obat
obat berdasarkan
berdas resep luar
ar kan 1.2. Item Dispensing
resep obat yang obat hanya
luar dibutuhkan berdasarkan
disediakan resep dalam
/di ambil
1.3. Hanya
Pengeluaran dilakukan
obat berdasark
didokumenta an resep
sik an dalam
2. 2.1. Obat yang Belum
Melakuka ditimbang/diu adanya SOP
n kur penimbangan
peracikan volumenya,ses dan bukan
uai dengan untuk resep
SOP yang luar
ditentukan

88
89

2.2. Pencampuran Tidak


obat sesuaidengan adanya
SOP yang pencampura
ditentukan n obat
berdasarkan
resep luar
3.1. Obat Tidak
dikemas sesuai adanya
dengan pengemasan
kestabilan, obat
standar praktek berdasarkan
ilmu Resep luar
kefarmasian

3. 4.1. Etiket ditulis Tidak adanya


Melak sesuai SOPyang penulisan
ukan jelas, informatif, etiket
pengemas lengkap berdasark
an telah ditentukan an resep
luar
4. 4.2. Etiket Tidak
Membe ditempelkan adanya
rikan padakemasan obat penempelan
etiket etiket
berdasarkan
resep luar
5.1. Kontrol Tidak
kualitas adanya
dilakukan pengontrolan
disetiap tahap obat
berdasark
an resep
luar

89
90
5. Pemeriksaan 5.2. Kesesuaian Tidak ada
kesesuaian obat obat, SOP
dengan resep etiketdengan
resep diperiksa
sesuai SOP yang
telahditentukan
22.. Meny 1. 1.1. Kesesuaian Sesuai rute
er Melak obat, regimen pemberian
ahkan ukan dan pasien obat
perbek evaluasi dievaluasi
a lan dan 1.2. Dilakukan
farmas analisis Kesesuaian penganalisis
i keluhanpasie an
kepad n
a dengan
pasien indikasi obat
diserta dianalisis
i 1.3. Tidak ada
inform Hambatan hambatan/ke
sulitan
a si komunikasi/i
(pasien
nfo rmasi mengerti
diidentifikasi terhadap
informas
i)
2.1. Obat diserahkan Pemberian
kepada pasien informasi
langsung maupun mengenai
tidaklangsung cara pakai,
disertai pemberian dan indikasi
informasi yang
memadai dan
dibutuhkan pasien
2. 2.2. Pasien Disarankan
Menyer dimotivasi untuk
ahkan obat untukmentaati dilaksanakan
terapi obat yang nya
direncanakan kepatuhan

90
91
obat

91
92

92
93
1.1. Rekam Rekam
farmasi farmasi
(“medication hanya dicatat
record”) dicatat Untuk pasien
dalam format PRB
yang ditentukan
23. Melaku 1. Melakukan 2.1. Semua data, Rekam
k an rekam perhitunganinterven farmasi
pencata farmasi si dan perubahan hanya
ta n yang dicat
semua dilakukan dicatat at
data sesuai SOP yang untuk
yang ditentukan pasie
berhub n PRB
un gan 2. 3.1. Semua data Rekam
dengan Melakuk disimpanpada farmasi
proses an tempat/media hanya
dispens pencatatan yang telah dicat
in g semua data ditentukan at
untuk
pasie
n PRB
3. 3.2. Resep Rekam
Penyim didokumentasikan farmasi
panan menurut ketentuan hanya
dokumen yang berlaku dicat
at
untuk pasien
PRB
24. Mempe 1. 1.1. Ruangan Tidak ada
rs Mempersia disterilkanses produksi
iapkan pkan ruangan uai dengan sediaan
SDM, steril dan alat SOP steril
ruang yang 1.2. Alat Tidak
dan diperlukan yang disiapkan alat
fasilitas diperlukan karen

93
94
untuk Disterilkan a
dispens tidak ada
in g proses
sediaan produksi
steril 1.3. Perlengkapan Tidak
kerja (alat adanya
pelindung produksi
diri)
dipersiapka
n
1.4. Dicek Produk steril
sterilitas tidak ada
ruangan proses
produksi
hanya
Ada proses
penyerahan
2. 2.1. Ditetapkan Tidak ada
Mempersi sistim Sistem yang
apkan danprosedur ditetapkan
prosedur kerja
kerja
3. 3.1. Dilakukan Tidak
Mempersi penetapankualitas adanya
apkan SDM dan kuantitas persiapan
SDM SDM
3.2. Pelatihan Tidak
SDM secara adanya
berkala dilakukan pelatihan
4. Menentukan 4.1. Ditetapkan Tidak ada
Sistim sistim Monitoring monitoring
monitoring 4.2. Tidak ada
danteknik Ditetapkan teknis
pelaksanaanny teknik monitoring
a pelaksanaan
monitoring

94
95

25. Mengkl 1. 1.1. Diteliti Diteiti


a keabsahan keabsahan
rifikasi Melakukan resepDokter resep
, verifikasi dokter
interpr resep dokter 1.2. Diperiksa Tidak
et asi Kelengkapan dilakuk
dan an
verifik
a

95
96

96
97
si resep resep dan
steril legalitasnya
khusus 1.3. Dikonfirmasi
Diperiksa kembali
kesesuaianre kepada
sep dengan pasien
kondisi mengenai
klinik pasien kesesuai
antara
kondisi
klini
k pasien
dengan
resep
yan
g diberikan
1.4. Dianalisa Diinformasi
potensi masalah kan kepada
yang pasie
berhubungandeng n mengenai
an obat efek
samping
pengguna
an obat
2. 2.1. Diperiksa Dikonfirmasi
Melaku kesesuaian resep kembali
kan dengan kondisi kepada
pemeriks klinik pasien pasien
aan mengenai
kerasion kesesuai
alan antara
obat Kondisi
klinik pasien
dengan
Resep yang
diberikan

97
98
2.2. Dianalisa Diinformasi
potensi masalah kan kepada
yang pasien
berhubungandeng mengenai
an obat efek
samping
pengguna
an obat
3. 3.1. Dilakukan Diskusi
Melak klarifikasibila antara
ukan timbul masalah apoteker dan
klarifikasi dokter
dan mengenai
interpreta penyelesaian
si masalah
3.2. Interven
Dilakukannya si
intervensi dilakuk
profesi bila perlu an
26. Mengka 1. Melakukan 1.1. Diteliti jenis Tidak ada
lkulasi verifik obat yangakan Produksi
asi
dispensi dicampur obat steril
kompo
ng obat sisi 1.2. Diperiksa Tidak ada
steril sediaa kualitas pemeriksaan
n
khusus masing- kualitas
masing zat/
pelarut
yang
akan
Digunak
an
2. 2.1. Bahan Tidak
Melaku aktif/pelarut digunak
kan dihitung jumlahnya an
perhitun sesuaidengan resep pelarut
gan dokter

98
99
bahan

99
100

100
101
27. Mela 1. Melakukan 1.1. Disediakan Tidak
kuka pengecekan bahan- bahanyang dilakuk
n bahan, alat yang diperlukan an
disp diperlukan produks
e i
nsin 1.2. Disediakan Tidak
g alat-alat yang disediakan
sedia diperlukan untuk alat
an pencampuran
steril sediaan steril
khus 2. Melakukan 2.1. Dilakukan Tidak
us pembuatan penetapanjumlah dilakukan
dan bahan obat yang penetapa
pencampuran diperlukan sesuai n jumlah
bahan obat/ dosis obat
perubahan 2.2. Dilakukan Tidak ada
bentuk obat pencampuran/pemb pencampura
28. uata n/ n
perubahan bentuk
obat sesuaiSOP
2.3. Obat Tidak
diisikan ke dilakukan
dalamwadah produksi obat
yang tepat dan steril
menjamin
stabilitas
2.4. Diberi label Tidak ada
yang benar, jelas, pelabelan
lengkap dan
informative
Mela 1. Melakukan 1.1. Diamati Tidak
kuka pengecekan homogenitas adanya
n kualitas perubahan
peny sediaan warnadan
e partikel
raha melayan

101
102
n g.
sedia (homoge
an n)
steril
1.2. Tidak ada
diiku
Diamati partikel
ti
penampil asing dan
pem
an tidak rusak
b
Sediaan
erian
infor
masi
2. Melakukan 2.1. Dilakukan Etiket biru
pengecekan pengecekankesesu untuk obat
kesesuaianeti aian etiket luar
ket
3. 3.1. Ditetapkan Wadah yang
Melak alat/wadahpada digunakan
ukan saat transportasi masih
penyerah yang menjamin berupa
an obat keamanan dan kemasan
yang stabilitas sampai dari pabrik
diikuti ke ruang rawat aslinya dan
informas alat yang
i digunakan
untuk
distribusi
hanya troli
3.2. Diserahkan Obat
obat langsung
kepadatenaga diserahkan
kesehatan lain kepada
tenaga
kesehatan
lain

102
103

3.3. Tidak
Diberikan dilakukan,
informasi karena
mengenai, tenag
penggunaa a kesehatan
n yang
menerima
sudah
memahami
mengenai
pengguna
an
obatnya
3.4. Penyimpanan, Tidak
serta hal-hal yang dilakukan
perlu diperhatikan juga,karena
dan diwaspadai tenag
a kesehatan
yang
menerima
sudah
memahami
mengenai
pengguna
an
obatnya
29. Melak 1. Pencatatan 1.1. Riwayat Melalui
u kan riwayat medik kartu stok
pelaya medik pasienditelusuri lengkap
n an dan dicatat dengan
narkot identitas
ik a pasien
kepad 2. Dispensing 2.1. Jenis obat Dicatat di
a obat narkotik dicatat kartu stok

103
104
pasien/ 2.2. Jenis obat dan Mengikut
m dosis Ditentukan i resep
asyara dokter
k at 2.3. Dispensing SOP
obat yang peresepan
diperlukan, psikotropik
sesuai dengan dan narkotik
SOP yang
Ditentukan
2.4. Obat Belum
dikemas adanya SOP
menurutSOP pengemasan
yang
ditentukan
3. 3.1. Etiket ditulis SOP
Pemb sesuai SOP pelabelan
erian yang telah obat
etiket ditentukan
3.2. Etiket Penempelan
ditempelkan
pada
kemasan obat etiket
pad
a kemasan
obat
4. 4.1. Kesesuaian SOP
Penye obat, pelabelan
rahan etiketdengan obat
obat resep diperiksa
sesuai SOP
yang
telah
ditentuk
an

104
105
4.2. Obat Penyerahan
diserahkan kepada obat
pasien disertai kepad
pemberian a pasien
informasi yang disertai
memadai dan pemberian
dibutuhkan pasien informsi
aturan
minum
da
n indikasi

105
106

5. 5.1. Semua Dicatat


Membuat kegiatan dicatat berdasark
dokument Menurut SOP an kartu
asi yang stok
ditentuk
an
30. Melak 1. Mencatat 1.1. Data pasien Tidak
u kan data pasien dibuat dilakukan
pelaya berdasarkan di puskesmas,
n an prioritas, serta tidak
reside terutama pada adanya SOP
n sial pasien lansiadan
(“hom penderita
e penyakit kronis
care”) 1.2. Data tentang Form sudah
kehidupanpasien ada tapi
sehari-hari (apa belum
yang dilaksanakan
dikerjaka
n, makanan
dsb)
2. Mencatat 2.1. Keluhan- Terdapat di
data tentang keluhan form,
penyakit dan pasiendicatat belu
obat pasien m
dilaksanakan
2.2. Data tentang Ada di form
penyakit pasien tapi belum
dan obat-obatan dilaksanakan
yang digunakan
(sekarang dan
yang lewat)

106
107
3. Memberikan 3.1. Pasien Konseling
konseling diberi dilakukan
kepada pasien penjelasanyang tidak di
berkaitan rumah
dengan
Manfaat obat
yang digunakan
3.2. Di dapat di
Penjelasan sarana
tentangkeseha
tan
31. Mela 1. 1.1. Diidentifikasi Ada di
k Melaku data karakteristik rekam medis
ukan kan pasien pasien
penel pengumpul 1.2. Visite belum
u an data Diidentifikasi dilakukan
suran riwayat penyakityang
riway medik terdahulu
at pasien maupun yang
medik sekarang
pasie 1.3. Diidentifikasi Dilihat
n obat pad
yangdigunakan a buku PRB
pasien sekarang,
obat rutin dan
riwayat
alergi
1.4. Dilakukan
Diidentifik oleh
asi harapan Dan puskesmas
yang
tidak
diingink
an pasien
1.5. Dilakukan Buku PRB
pencacatandata

107
108
yang diperoleh

2. Melakukan 2.1. Dianalisis Tidak


verifikasi sumber Informasi dilakukan
sumber data pendukung visitdan
informasi data dan masalah yang evaluasi
berkaitandengan penggunaan
obat pasien obat (SOP)
terkait belum

108
109

109
110
ada)
2.2. Tidak
Dikelompokkan dilakukan
masalahobat evaluasi
pasien baik penggunaan
aktual maupun obat
potensial (SO
P
terkait
belu
m ada)
3. Melakukan 3.1. Dilakukan Tidak
komunikasi/dial kunjungan dilakukan
og langsung keruangan rawat visit(SOP
dengan pasien inap untuk terka
dan tenaga berkomunikasi/di it belum ada)
kesehatan lain alog
dengan pasien
3.2. Dilakukan Tidak
kunjungan dilakukan
keruang rawat visit(SOP
pasien untuk terka
berkomunikasi it belum ada)
professional
dengan tenaga
kesehatan lain
4. 4.1. Tidak
Melakuka Dikelompokan ad
n masalahobat a pencatatan
pencatatan pasien baik yang pengelompo
aktual maupun kka n
potensial masalah obat
4.2. Dilakukan Tidak
pencatatan secara dilakukan
sistematis pencatatan
keseluruhan proses

110
111
penilaian yang
dilakukan dan
mengarsipkan
nya
32. Melakuk 1. Melakukan 1.1. Ada di
an evaluasi Dilakukan buku PRB
interven kesesuaian telaahefektivi
si obat yang tas obat
farmakote diberikan dengan
ra pi dengan kemajuan
penyakit penyembuhan
1.2. Peneliti
Dilakukan tidak
penilaian melakukan
kerasionalan intervensi
obat farmakoterap
i lebih
lanju
t. Hanya
menyesuaika
n pemberian
obat dengan
indikasi
pasien
2. 2.1. Dirancang Diskusi
Mempel intervensiatas dengan
ajari masalah obat dokter jika
ketidaksesuai pasien ada masalah
an obat obat
dengan 2.2. Dipilih Dilakukan
penyakit intervensi diskusi
atau yangpaling sesuai antar
kondisi a
pasien apoteker
da
n dokter

111
112
2.3. Dipilih Berdasar
informasi literature
pendukung yang
lain yang terpercaya
berhubungan
dengan

112
113

113
114
intervens
i
terapeuti
k
2.4. Dilakukan
Dilaksanakan penyesuaian
ny aIntervensi dengan
literature
da
n kasus
3. Merancang dan 3.1. Tidak
menetapkan Ditetapkan ad
monitoring a monitoring,
efektivitas
dan
keamanan
monitoring intervensi hanya
farmakoterapi dilakukan
kondisiona
l
3.2. Melalui
Dipili literatur
h informasi
pendukung
lain yang
berhubung
dengan
Intervens
i
33. Melaku1. Melakukan 1.1. Disusun Tidak
kan verifikasi rekam data dilakukan
telaah medik medikPasien evaluasi
efektivi penggunaan
tas dan obat
keama da
nan n

114
115
penggu monitoring
naan efek samping
obat penggunaan
obat
(MES
O dilakukan
apabila
ada
kasus)
1.2. Dipelajari data- Tidak
data medik yang dilakukan
sudah tersusun, evaluasi
proses pengobatan, penggunaa
dan tujuan terapi n obat
pasien
2. 2.1. Tidak
Mengevalu Dievaluasi dilakukan
asi kerasionalan efektivitasOb evaluasi
obat at efektivitas obat
2.2. Dievaluasi Berdasar
obat kerasionala
yangdiberikan n
pada pasien sudah formulariu
rasional m
puskesmas

115
116

interven
si
terapeut
ik
2.4. Dilakukan
Dilaksanakan penyesuaian
ny dengan
aIntervensi literature
da
n kasus
3. Merancang 3.1. Tidak
dan Ditetapkan ad
menetapkan monitoring a monitoring,
efektivitas
dan
keamanan
monitoring intervensi hanya
farmakoterapi dilakuka
n
kondision
al
3.2. Melal
Dipili ui
h informasi literat
pendukung ur
lain yang
berhubung
dengan
Interven
si

116
117

33. Melak 1. Melakukan 1.1. Disusun Tidak


u kan verifikasi data dilakukan
telaah rekam medik medikPasien evaluasi
efekti penggunaan
vi tas obat
dan da
keama n
nan monitoring
pengg efek samping
u naan penggunaan
obat obat
(MES
O dilakukan
apabila
ada
kasus)
1.2. Dipelajari data- Tidak
data medik yang dilakukan
sudah tersusun, evaluasi
proses pengobatan, pengguna
dan tujuan terapi an obat
pasien
2. 2.1. Tidak
Mengevalu Dievaluasi dilakuk
asi efektivitasO an
kerasionalan bat evaluasi
obat efektivitas
obat
2.2. Dievaluasi Berdasar
obat kerasional
yangdiberikan an
pada pasien formulariu
sudah rasional m
puskesma

117
118

118
119

3. Merancang 3.1. Ditetapkan Tidak


dan jadwal dilakukan
menetapkan monitoring monitoring
monitoring efektivitas dan efek samping
keamanan penggunaan
intervensi obat
farmakoterapi. (MES
O dilakukan
apabila
ada
kasus)
3.2. Dicatat Tidak
kesesuaian hasil ad
terapi dan tujuan a pencatatan
terapi
3.3. Dicatat Tidak
setiap ada
perubahan pencatatan
kecuali
pad
a
pasien rawat
inap
4. 4.1. Dinilai dan Dilakukan
Melaku dibuat jika ada
kan perencanaan masalah obat
penilaian kembali terapi
perkembang obat jika terjadi
an masalah baru
kemajuan
kesehatan
pasien
34. Melaku 1. Melakukan 1.1. Dipersiapkan Tidak ada
ka n ruanganuntuk

119
120

menerima
pasien
konse persiapa Berkonsultasi ruangan
l ing n sarana khusus,
kepad dan konseling
a prasaran d
pasie a i lakukan
n didepan
pelayanan
obat
1.2. Direncanakan Tidak
kunjunganuntuk dilakukan
pasien rawat inap visit (SOP
belu
m tersedia)
1.3. Dijadwalkan Tidak
kapan Pertemuan dilakukan
akan kunjungan
dilaksanakanbaik pada pasien
untuk pasien rawat rawat inap.
inap/rawat jalan Dan tidak ada
jadwal
khusus
untuk
pasien rawat
jalan
1.4. Dikumpulkan Tidak
data rekammedik dilakukan
pasien pengumpulan
data
reka
m medik
pasien

120
121

2. 2.1. Dilakukan Konselor


Mempersi penetapan dilakukan
apkan SDM kualitas tenaga hanya
farmasis yang ole
bertindak h apoteker
sebagai
Konselor

121
3. Menentukan 3.1. Ditetapkan Apabila 122
sistim sistim memungkink
konselingdan konseling an dilakukan
teknik sesuai dengan d
pelaksanaanny kondisi i
a Puskesmas tempat,
jik
a tidak bisa
maka
dilakukan
lewat telpon
3.2. Ditetapkan Sesuai
teknik dengan SOP
Pelaksanaan konseling
4. 4.1. Dilakukan
Melaksana Dilakuk penggalian
kan proses an penggalian riwayat
konseling informasi oba
tentang t pasien
riway
at pengobatan
pasien
4.2. Dipahami Disesuaikan
keluhan dan keluhan
permasalahan pasien
pasien dengan
oba
t
yang di
resepkan
4.3. Diskusi
Diselesaika antara
n petugas
permasalah kefarmasian
an dengan
pasiendeng pasien

122
123
an diskusi

4.4. Diukur Pasien


pemahamanpas diminta
ien mengulang
(wawancara) tata cara
minum obat
yang telah
disampaikan
oleh
petug
as
kefarmasian
4.5. Dibuat Form
dokumentasi seluruh konseling di
kegiatan arsipkan
35. Melaku 1. Melakukan 1.1. Ditetapkan Monitori
k an analisis jenis jenis penyakit ng
therape penyakit yang tertentu yang kondision
ut ic diderita pasien memerlukan al
drug yang monitoring
monito memerlukan 1.2. Direncanakan Tidak ada
ri ng monitoring kunjunganuntuk kunjung
kepada pasien rawat inap an pasien
pasien 1.3. Dijadwalkan Tidak
kapan Pertemuan ad
akan a jadwal
dilaksanakanbaik khusus
untuk
pasien rawat
inap/ rawat
jalan
1.4. Dikumpulkan Untuk
data rekammedik menunja
pasien ng

123
124
monitori
ng
2. 2.1. Tidak
Mempersia Ditetapkan dilakukan
pkan SDM, sistimmonit monitoring
sistim dan or terapi
prosedur obat/kondisio
na l

124
2.2. Dilakukan Belum ada
125
penetapan SOP
kualitas tenaga monitoring
farmasis yang dan
monitor penetapan
perkembangan kualitas
penyakit Pasien
2.3. Dibuat Belum ada
prosedur SOP

Monitoring
3. 3.1. Dibuat Belum ada
Mempersi formulir Form MESO
apkan penilaian
sarana dan permintaan
prasarana monitoring
terapipasien
3.2. Ditetapkan Tidak ada
jadwal dan jadwal
kondisipengamb
ilan Sampel
3.3. Tidak
Ditetapkan dilakukan
kadar monitori
indicator ng terapi
farmakokineti obat
ka.
3.4. Dirancang Belum ada
dan SOP
ditetapkanwaktu
dan
frekuensi
monitori
ng
4. 4.1. Berda
Melak Diinterpretasikan ar
literatu
ukan indikator
r
proses farmakokinetik

125
126
monitori (penetapan
ng rekomendasi
regimen obat)

4.2. Dimonitor Jika terjadi


perubahankondisi perubahan
klinik pasien kondisi
klinik pasien
4.3. Dievaluasi Monitori
hasil Monitoring ng
dan dilakukan kondision
umpan balik al
5. Membuat 5.1. Semua Belum ada
dokumentasi kegiatan pendokument
monitoring as ian
penggunaan obat
dicatat dan
dibuatkan
dokumentasinya
36. Menan 1. 1.1. Tidak
ga ni Melakuka Dipersiapkan adanya
obat n saranayang sarana obat
sitostati persiapan diperlukan Sitostatika di
k a dan puskesmas
obat 1.2. Menetapkan tidak
yang SDM ditetapkan
setara SDM
1.3. Tidak
Dinilai adanya
kelayaka pemakaian
n obat
pemakai sitostatika di
an puskesmas
sitostatik
a

126
2. Melakukan 2.1. Tidak 127
proses Dilakukan dilakukan
dispensing pengoplosano pengoplosan
obat sitostatika bat sitostatika di
puskesmas
2.2. Dilakukan Tidak
pengecekankesesu adanya etiket
aian etiket dan obat
label Sitostatika di
puskesmas
3. 3.1. Ditetapkan Tidak
Melak alat/wadahpada adanya
ukan saat transportasi penyerahan
penyerah yang menjamin obat
an obat keamanan dan sitostatika di
yang stabilitas sampai puskesmas
diikuti ke ruang
informas rawat
i 3.2. Diserahkan Tidak adanya
obat penyaluran
kepadatenaga obat
kesehatan lain. sitostatika
3.3. Diberikan Tidak ada
informasi obat
mengenai, sitostatika
penggunaan,
penyimpanan,
serta hal-
halyang perlu
diperhatikan
dan
diwaspadai
4. 4.1. Dimonitor Tidak adanya
Meng dan dievaluasi Monitor dan
amati Penggunaannn evaluasi
proses ya sitostatikadi

127
128
pemberi puskesmas
an

4.2. Diamati Tidak adanya


proses persediaan
penggunaannya obat
yang menjamin sitostatika di
keselamatan puskesmas
petugas, pasien
dan
kelestarian
lingkungan.
5. Menantisipasi 5.1. Disiapkan cara Tidak ada
kecelaka penanganan jika SOP
an kerja terjadi kecelakaan
sesuai SOP
37. Mel 1. Menetapkan 1.1. Ditentukan Tidak
a obat yang skala prioritas dilakukan,
kuk perlu evaluasi karena
an dievaluasi penggunaanobat belum
eval penggunaann adanya SOP
uasi ya evaluasi
pen pengguna
g an obat
gun 1.2. Disusun Tidak
a an indikator dilakukan
obat kriteriaevaluasi EPO
dan standar
pembanding yang
digunakan
2. Melakukan 2.1. Dikumpulkan Tidak
data
yang
pengumpulan berkaitan Dilakukan di
data dengan puskesmas
penggunaan

128
129
obat

129
130
2.2. Data yang Tidak ada
diperoleh dianalisis EPO
3. 3.1. Dibuat Tidak
Menyimp kesimpulan dilakukan
ulkan dan dan EPO
merekomend rekomendasi
asi kan 3.2. Ditindaklanjuti Tidak ada
hasil evaluasi tindaklanjut
4. 4.1. Semua kegiatan Tidak ada
Membuat dibuatkan dokumentasi
dokument dokumentasi
asi nya
38. Melaku 1. 1.1. Monitoring
ka n Mengump Diterimanya efek samping
monitor ulkan laporan laporanterjadin obat
in g efek tentang efek ya efek dilakukan
samping samping samping obat secara
obat obat kondision
al
1.2. Dikumpulkan Jika terjadi
data medikdan ESO
penunjang
medik
yang
Bersangkut
an
1.3. Dijadwalkan Tidak ada
kapan Pertemuan jadwal
akan khusus
dilaksanakanbaik
untuk
pasien rawat
inap/ rawat
jalan

130
131
2. 2.1. SDM hanya
Mempersia Dilakukan apoteker
pkan SDM, penetapan
sistim dan kualitas tenaga
prosedur farmasis
yangmonitor
efek samping
obat.
2.2. Ditetapkan Tidak ada
sistim Monitor monitor
2.3. Dibuat Tidak ada
prosedur SOP
Monitoring
3. Melakukan 3.1. Dianalisis kerja Tidak ada
proses obat penganalisis
monitoring an
efek samping 3.2. Dimonitor Jika ada
obat perubahankondisi kasus ESO
klinik pasien
3.3. Dipantau efek Monitoring
samping obat yang efek
terjadi maupun yang samping
berpotensi obat tidak
menimbulkan dilakukan
efek samping rutin
4. Mengatasi 4.1. Dilakukan Jika ada,
efek kolaborasi kolaborasi
samping dengan tenaga antara dokter
kesehatan lain dan apoteker
untuk mencegah
mengurangiatau
menghilangkan
efek samping
5. Membuat 5.1. Semua Tidak ada
dokumentasi kegiatan pendokumen
monitoring tas ian

131
132
penggunaan
obatdicatat
dan dibuatkan
dokumentasin
ya.

132
39. Melak 1. 1.1. Pelayanan133
uk an Mempersi Dipersiapkan farmasi obat
pelaya apkan tempatKegiata dilakukan
na n sarana dan n secara
inform prasarana langsung
as i oleh tenaga
obat kefarmasian
di depan
pelayanan
obat/tidak
ada ruangan
khusus
1.2. Disediakan
Dipersiapkan poster media
keperluan informasi
untuk
pengadaan
mediaInforma
si
1.3. Literatur
Disediakannnya untuk
literaturyang informasi
cukup obat
Disediakan
di puskesmas
2. 2.1. Diterima Diskusi
Menyed pertanyaan antara pasien
iakan daripasien dan
pelayanan tenaga
informasi kefarmasi
obat an
2.2. Feedback
Pertanyaan antara pasien
di atas Dan apoteker
Diklarifikasi serta
pemecahan

133
134
masalah
pasien

2.3. Pasien dari


Diklarifikasi segala
kategoriPena gand
nya er dan umur
3. 3.1. Ditelusuri Berdasarkan
Menan dan dipilih literatur
ggapi literatur yang d
pertanyaan relevan untuk i
yang menjawab Puskesma
diterima pertanyaan s berupa
3.2. Dikomunika
Diformulasikan sik an
dan ole
dikomunikasikan h
jawabandengan apoteker yang
jelas sudah dicari
di literatur
4. 4.1. Berdasarkan
Melak Dikumpulkan keterangan
ukan informasi pasien/hasil
penyebara wawancara
n dengan
informasi pasien
kepada 4.2. Disebarkan Diskusi
tim informasi antara
pelayanan tersebut di atas teman
kesehatan kepada tim sejaw
di pelayanan at
Puskesma kesehatan kefarmasian
s Di puskesmas di Puskesmas
4.3. Dilakukan Melalui
penyuluhan dan
promosi kesehatan
media cetak
yang menarik
134
135
lainnya

135
5. 5.1. Dilakukan Tidak
Melaku kunjungan dilakukan,
kan PIO kerumah dimana karena 136
pada pasien Berada belu
pasien m adanya
home care SOP
home care
5.2. Dimonitor dan Tidak ada
dievaluasikegiatan kegiatan
PIO secara berkala home care
5.3. Untuk home
Didokumentasikan care
semuakegiatan tida
PIO secara k dilakukan
sistematis
40 Menentuka 1. 1.1. Dibuat Regulasi
. n Melak kebijakan sistim berdasark
regulasi ukan satu pintu an
sediaan kerjas
ama
farma dengan Formulari
si dan tim umpuskes
perbe kesehata mas
kalan n RS 1.2. Ditetapkan Tidak
keseh dalam kebijakanpenuli ditetapkan
atan mengam san resep sehingga
bil penulisan
kebijaka resep masih
n belum
menggunak
an bahasa
latin
1.3. Dibuat Terdapat
kebijakan pada
pemakaian formulariu
narkotika m

136
137
dan puskesmas
psikotropik
a
2. Membuat 2.1. Dibuat tata Tercantu
rekomendas laksana obat m dalam
i dan formulariu
membantu m
memformul puskesma
asik an s
kebijakan 2.2. Dibuat Kebijakan
yang kebijakan tahap terdapat pada
berkaitan manajemen formularium
dengan sediaan farmasi puskesmas
evaluasi,sele dan perbekalan
ksi kesehatan
penggunaan
obat dan
alkes
3.Mensosialisas 3.1. Dilakukan Sosialisa
ikan sosialisasikebija si
kebijakan kan kepada dilakuka
kepada tenaga n
tenaga kesehatan yang
kesehatan terkait
yang
terkait
4. Membuat 4.1. Berupa
dokumen Dibuat formulariu
kebijakan dokumen m
kebijaka puskesma
n s
41 Menentuk 1. 1.1. Dikumpulkan Semua data
. a n standar Mempersia data obatyang terdapatdi
obat dan pkan isi beredar formularium
standar formulari puskesmas
farmakote um 1.2. Dicari Berdas
r api informasimengena arlitera

137
138
i kualitas obat tur

138
139

139
140

k dan 1.3. Dirancang Tidak ada


Desinf sistem dipuskesm
ek tan seleksiantibiotik, as
antiseptik
dan
desinfektan
2. 2.1. Disiapkan Ada di
Menyed materi Informasi literature
iakan berdasarkan puskesm
materi buktiilmiah as
3. 3.1. Tidak
Mengidentif Digolongkan adanya
ikasi antibiotikterha penggolonga
dampak dap n dampak
resisten dampak
resistensi dan
efektivitas terapi
4. Monitoring, 4.1. Tidak
evaluasi Dimonitor, adanya
dan dan monitor
pelaporan dievaluasi
pelaksanaan
dan dibuat
pelaporannya
44. Penentu 1. Melakukan 1.1. Survey Tidak
an tingkat standar adanya
standar kualifikasi (organisasi apresiasi
apresiasi tnaga profesi dan praktek
praktek farmasi pemerintah) farmasi
farmasi secara dan Aplikasi
umum “Apresiasi
praktek
farmasis”

140
141
2. 2.1. Data Tidak
Melak kualifikasi adany
ukan farmasissecara a data
survey realita kualifikasi
kualifika dikumpulkan
si 2.2. Data Tidak
farmasis yang adanya
di diperoleh penganalisis
puskesm Dianalisis an
as 2.3. Tidak
Ditentukan adanya
standar standar
apresiasi apresiasi
praktek
farmasis di
puskesmas
3. Melakukan 3.1. Dibuat Tidak ada
pencatatan dokumen standar dokumentasi
apresiasi praktek
farmasis
dipuskesmas
45. Penentuan 1. Memperbaharui 1.1. Dianalisis PerMenKes
regulasi No.
dan
karena belum
adanya
produk
si
2.4. Proses Tidak
produksi dilakukan
dilaksanakan produksi,
sesuai SOP karena belum
adanya
SOP
produksi

141
142
2.5. Kontrol Tidak
kualitas sejakdari adanya
penyiapan pengontrolan
material sampai , karena
produk jadi tidak
adanya
produk
si

142
143
2.6. Proses Hanya
pengemasan
pengemasan
Ulang yang
dilaksanakan
dilakukan
sesuai SOP

143
144

144
145
2.7. Proses Tidak
labeling dilakukan
dilaksanakan pelabelan,
sesuai SOP karena tidak
termasuk adanya
tanggal produksi
produksidan
kadaluwarsa
3. 3.1. Semua Tidak
Membuat pekerjaan adanya
dokumen didokumentasikan dokumentasi
tasi sesuai dengan SOP , karena
yang ditentukan tidak
adanya
produk
si
46. Melakuk 1.Pembuata 1.1. Sistem Dilihat dari
an n sistem penerimaan No. Batch,
penerima penerim barang Expired
an aan ditentukan Date, nama
sediaan dan kekuatan
farmasi sediaan
dan farmasi,serta
perbekala jumlah
n sediaan
kesehata farmasi
n 1.2. Prosedur Indikator
kerja, kriteriadan penerimaan
indicator barang
penerimaan dilihat dari
maupun No. Batch,
penolakan Expired
barang yang Date, nama
dibutuhkan dan kekuatan
ditentukan sediaan
farmasi,

145
146
serta jumlah
sediaan
farmasi,dan
untuk
indikator
penolakan
barang
dilakukan
bila expired
date
sediaan
farmasi
terlalu dekat
2. 2.1. Kesesuaian Dilihat dari
Pemerik penerimaan No. Batch,
saan sediaan farmasi Expired
kesesuai dan perbekalan Date, nama
an kesehatan dan kekuatan
pesanan dengansurat sediaan
pesanan atau farmasi,
dokumen setara serta jumlah
dicocokkan sediaan
farmasi
2.2. Jumlah dan Jumlah dan
kualifikasi kualifikasi
barang pesanan barang
dicocokkan dicocokkan
antara
LPLPO dan
SBBK
2.3. Dokumentasi Dicocokkan
dalam aspek legal antara
dan administrasi LPLPO dan
dicocokkan SBBK

146
147

147
148
3. Membuat 3.1. Bukti Disahkan
bukti penerimaan atau oleh
penerimaan penolakan apoteker
disahkan penanggungj
aw ab
3.2. Dokumentasi Dokumentas
penerimaandibuat i dilakukan
dan diarsipkan akan tetapi
menurut SOP yang untuk SOP
ditentukan penerimaan
belum tersedia
47. Melaku 1. Penentuan 1.1. Tempat Penyimpana
ka n standar penyimpanan dan nsistem
penyim penyimpan fasilitasnya FEFO
pa nan an dan ditentukan sesuai (first expired
sediaan pengaman dengan peraturan first out),
farmasi an yang berlaku FIFO (first in
dan firstout)
perbeka Dan
la n bentuk
kesehat sediaan
an 1.2. Standar Berdasar SOP
penyimpanan dan penyimpan
pengamanan an obat
ditentukan
1.3. Pengamanan SOP
persediaan pengaman
dilakukan sesuai an obat
dengan SOP
yang ditentukan
2. 2.1. Menurut
Penem Penempatan SOP
patan barang penyimpana
barang berdasarkan n obat
aspek legal
dan stabilitas

148
149
sediaan

2.2. Penataan Penyimpana


sediaan nsistem
berdasarkan FEFO
sistem (firstexpired
yangdipilih first out),
(FIFO, FEFO, FIFO (first in
Farmakoterapi, firstout) dan
bentuk bentuk
sediaan, sediaan
abjad dll)
3. 3.1. Semua Dokumentas
Membuat peneriman barang i dilakukan
dokument diadministrasikan/ akan tetapi
asi dicatat sesuai SOP untuk SOP
yang telah
ditentukan
penerimaan
belum
tersedia
4 Melaku 1. Penetapan 1.1 Macam- Karena
8 ka n sistem macam sistem
. distribu distribusi distribusiyang distribusi
si ada dipelajari hanya
sediaan dilakukan ke
farmasi ruangan-
dan ruangan
perbeka yang ada di
la puskesmas

149
150

150
151
n 1.2. Sistem Sistem
kesehat distribusi yang distribusi
an sesuai ditentukan ditentuka
berdasarmorbiditas nberdasar
dan kebijakan kan
Puskesmas sistem
konsum
si
1.3. SOP Tidak
sistem dilakukan,
distribusidib karenabelum
uat, adanya SOP
ditetapkan
dan
disosialisasikan
2. Verifikasi 2.1. Permintaan Dilihat
permintaan yang terlebih
masukdievaluasi dahulu
sediaan
farmasi dan
perbekalan
kesehatan
apa saja yang
Diminta dan
berapa
jumlah yang
dimintanya
2.2. Jenis dan Menyiapkan
jumlah sediaan
barang/obat farmasi dan
yang diminta perbekalan
disiapkan kesehatan
yang
diminta

151
152
3. pelaksana 3.1. Pelaksanaan
distribusi Pelaksanaan distribusi
distribusisesu disesuaikan
ai waktu yang dengan
telah waktu
ditetapkan Pada saat
permintaan
3.2. Pengamanan
Pengamanan stabilitas
stabilitas saat sudah
transportasi dilakukan
ditentukan untuk obat
yang
penyimpana
n di suhu
ruangan,
untuk obat
yang di
simpan di
suhu dingin
belum
dilakukan
pengaman
an
stabilitas
3.3. Distribusi Belum
dilaksanakan adanya SOP
berdasarkan SOP Distribusi
yang
ditentukan
3.4. Mengamati
Pelaksanaan kegiatan
distribusi
distribusidimon
melalui
itor lembar
permintaan,
pendistribusi
an dan
152
153
SBBK

153
154

154
155
3.5. Tidak
Sistem dilakukan
distribusi evaluasi
dievalua sistem
si distribusi
4. 4.1. Semua Dicatat
Membuat pendistribusian dengan surat
dokument dicatat sesuai pemesan
asi SOP an antar
yang Ditentukan unit
49. Merancang 1. 1.1. Analisis SWOT Tidak
proses penetap terhadapsystem dilakukan di
an
penyerahan dispensing terhadap puskesmas
sistem
obatdan distribu karakterist
alat si ik
kesehatan
Puskesma
floor
stock, s
individual 1.2. Analisis Tidak
prescripti
SWOT dilakukan
on,
sentralisas terhadapsystem SWOTdi
i dan dispensing puskesmas
desentralis
terhadap sumber
as i
daya Farmasi
1.3. System Proses
dispensing dispensing
ditentukan hanya
dan dengan
ditetapkan menyerahka
n
surat
pemesanan
unit
Dan barang
dengan tanda
tangan
penerima

155
156
barang di unit
1.4. Sosialisasi Tidak
system dilakukan
Dispensing di
puskesmas
2. 2.1. Perencanaan Tidak
Penet dibua
apan t
System kebutuhan sumber perencanaan
Dispensin daya di
g yang puskesmas
diperlukansesuai
system dispensing
yang
ditetapkan
2.2. Persiapan Tidak ada
sumber
daya(SDM dilatih, pelatihan di
fasilitas puskesmas
dipenuhi, dll)
2.3. Pelaksanaan Belum
adanya
systemdispensing SOP
sesuai SOP
2.4. Monitoring titik Tidak adanya
kritispelaksanaan monitoring di
system puskesmas
dispensing
2.5. Evaluasi Tidak
efektifitas dilakukan
danefisiensi
system dispensing evaluasi di
puskesmas
3. Melakukan 3.1. Dilakukan Dilakukan
verifikasi

156
157

157
158
verifikasi terhadap pemeriksaan,
dokumen dokumen penyetujuan
perminta permintaan atau
an barang penolakan
dari ruang terhadap
rawat dokumen
inap permintaan
dari ruang
rawat
inap
3.2. Pemilihan
Ditetapkan kualitas obat
kualitas yang
obatyang diberikan
diberikan sesuai
sesuai permintaan
Permintaan dari
Ruang rawat
inap
3.3. Dilakukan Ketersediaan
pengecekan obat yang
ketersediaan obat diminta di
yang cek terlebih
diminta ke gudang dahulu
4. Melakukan 4.1. Ditetapkan Tidak
persiapan sistim distribusi ditetapkan
pendistribusi obat sistem
an obat dari distribu
gudang ke si
ruang 4.2. Ditetapkan Pengiriman
rawat inap pengirimansesuai sediaan
waktu farmasi dan
perbekalan
kesehatan di
sesuaikan
dengan

158
159
waktu
Pada saat
permintaan

5. 5.1. Ditetapkan SDM yang


Melaksan SDM mengantarka
akan yangmengantarka n obat ke
pengiriman n obat ke ruangan ruangan
obat Apoteker/A
A
5.2. Dilakukan Pengamanan
pengamananStabil stabilitas
itas saat sudah
transportasi dilakukan
untuk obat
yang
penyimpana
n di suhu
ruangan,
untuk obat
yang di
simpan di
suhu dingin
belum
dilakukan
pengaman
an
stabilitas
50. Melaku 1. Analisa 1.1. Administra
ka n legalitas Kelengkapan si,
klarifika resep atau dan legalitas farmasetik,
si permintaan resep pertimbang
, pasien/masy diperiksasesuai an klinik
ara SOP yang
kat telah
ditentukan
159
160

160
161
interpret 2. Penilaian 1.2.Kesesuaian Dilakukan
a si dan obat pasien resep dengan evaluasi
verifika terhadap kondisi klinik
si klinik
permint pasien
aa n Dievaluasi
sediaan
farmasi
dan
perbeka
la
n
kesehatan keluhan/diag
no sa
1.3. Dilakukan
Kemungkinan evaluasi
adanyainteraksi interaksi
obat, obat
penyalahgunaan
obat dievaluasi
1.4. Masalah Dilakukan
penyakit dan pengidentifik
pengobatan pasien as ian riwayat
(sekarang dan penyakit dan
yang lewat) pegobat
diidentifikasi an
pasien
3.1. Dilakukan
Penyelesaian penyelesaian
masalahobat masalah obat
dirancang apoteker
bersama
dokter
3. 3.2. Masalah Adanya
Perenca obat komunikasi
naan pasien/masyara antar dokter,

161
162
kesesuaian kat apoteker,
regimen dikomunikasik da
terapi obat an kepada n pasien
pasien dokter/pasien
3.3. Tindakan Intervensi
intervensiprof antara
esi dilakukan apoteker
dengan
dokter
4.1. Semua Tindakan
tindakan profesi
profesididokumen didokumenta
tasi sesuai SOP sik an
yang telah melalui
ditentukan rekam medis
sesuai
dengan SOP
kerahasiaan
rekam medis
4. Membuat 1.1. Jumlah, Dosis dan
dokumentasi jenis obat, Jumlah obat
macam sediaan dihitung,
dan macam
dosisdihitung sediaan dan
jenis obat
51. Melaku 1. 1.2. Berdasarkan
ka n Menghitu Kesesuaian buku
kalkulas ng jumlahdenga regimen
i biaya dosis/juml n regimen Obat pasien
obat ah obat obat PRB
ditentukan

162
163

dan 1.3. Konversi Tidak


perbeka bobot atau dilakukan,
la n volume, bentuk karena
kesehat sediaan disediakan
an atas baru,dihitung oleh
dasar Pihak dari
permint kimia Farma
aa n dari 1.4. Tidak
dokter Kalkulasi disediakan
atau bahan secara
dari tambahan dan mandiri tapi
ruang kemasan hanya
rawat Perantaram
dari kimia
farma
2.1. Biaya/harga Tidak ada
obat Ditentukan biaya karena
berdasarkan pasien
SOPyang menggunaka
ditentukan n kartu
kesehatan
2. 2.2. Dikalkulasi Tidak
Mengh dan ditawarkan dipungut
itung alternatif obat biaya karena
biaya lainberdasar pasien
kemampuan Menggunak
bayar pasien an kartu
kesehatan
3.1. Jumlah Tidak
biaya di dimintai
Informasikan biaya karena
kepada pasien pasien
Menggunak

163
164
an kartu
kesehatan

3. 3.2. Jumlah Tidak


Menginfo biaya memberikan
rmasi kan disepakatiPasi biaya karena
jumlah en pasien
biaya menggunaka
n
kartu
kesehatan
4.1. Seluruh proses Di catat
perubahan melalui
didokumentasi buku PRB
kan yang dibawa
pasien
4. Dokumentasi 4.2. Biaya Tidak
didokumentasi menggunaka
kan sesuai SOP n biaya
yang karen
ditentukan a pasien
menggunaka
n kartu
kesehatan
52. Melaku 1. 1.1. Jumlah Tidak
ka n Menyi dan dosis adanya
dispensi apkan obatdihitung dispensing
n g obat obat obat
berdasar berdasarkan
k an resep luar
resep 1.2. Item Dispensing
luar obat yang obat hanya
dibutuhkan berdasarkan
disediakan resep dalam
/di ambil

164
165
1.3. Hanya
Pengeluaran dilakukan
obat berdasark
didokumenta an resep
sik an dalam

165
166

166
167
2. 2.1. Obat yang Belum
Melakuka ditimbang/diu adanya SOP
n kur penimbangan
peracikan volumenya,ses dan bukan
uai dengan untuk resep
SOP yang luar
ditentukan
2.2. Pencampuran Tidak
obat sesuaidengan adanya
SOP yang pencampura
ditentukan n obat
berdasark
an resep
luar
3.1. Obat Tidak
dikemas sesuai adanya
dengan pengemasan
kestabilan, obat
standar berdasarkan
praktek
ilmu
kefarmasi
an
resep luar
3. 4.1. Etiket ditulis Tidak adanya
Melak sesuai SOPyang penulisan
ukan jelas, etiket
pengemas informatif, berdasark
an lengkap telah an resep
ditentukan luar
4. 4.2. Etiket Tidak
Membe ditempelkan adanya
rikan padakemasan obat penempelan
etiket etiket
berdasark
an resep

167
168
luar

5.1. Kontrol Tidak


kualitas adanya
dilakukan pengontrolan
disetiap tahap obat
berdasark
an resep
luar
5. 5.2. Kesesuaian Tidak ada
Pemeriksaan obat, SOP
kesesuaian etiketdengan
obat dengan resep diperiksa
resep sesuai SOP yang
telahditentukan
53.. Menyer 1. 1.1. Kesesuaian Sesuai rute
a hkan Melak obat, regimen pemberian
perbeka ukan dan pasien obat
la n evaluasi dievaluasi
farmasi dan 1.2. Dilakukan
kepada analisis Kesesuaian penganalisis
pasien keluhanpasie an
disertai n
informa dengan
si indikasi obat
dianalisis
1.3. Tidak ada
Hambatan hambatan/ke
komunikasi/i sul itan
nfo rmasi (pasien
diidentifikasi mengerti
terhadap
informas
i)

168
169
2.1. Obat diserahkan Pemberian
kepada pasien informasi
langsung maupun mengenai
tidaklangsung cara pakai,
disertai pemberian dan indikasi
informasi yang
memadai
dan dibutuhkan
pasien

169
170

2. 2.2. Pasien Disarankan


Menyer dimotivasi untuk
ahkan obat untukmentaati dilaksanakann
terapi obat yang ya kepatuhan
direncanakan obat
1.1. Rekam Rekam
farmasi farmasi hanya
(“medication dicatat
record”) dicatat untuk
dalam format pasien PRB
yang ditentukan
54. Melakuka 1. Melakukan 2.1. Semua data, Rekam
n rekam perhitunganinterve farmasi hanya
pencatata farmasi nsi dan perubahan dicatat
n semua yang dilakukan Untuk pasien
data yang dicatat sesuai PRB
berhubun SOP yang
g an ditentukan
dengan 2. 3.1. Semua data Rekam
proses Melakuk disimpanpada farmasi hanya
dispensin an tempat/media dicatat
g pencatat yang telah untukpasien
an semua ditentukan PRB
data
3. 3.2. Resep Rekam
Penyim didokumentasikan farmasi hanya
panan menurut ketentuan dicatat
dokumen yang berlaku Untuk pasien
PRB
55. Mempers 1. 1.1. Ruangan Tidak ada
ia Mempersi disterilkanses produksi
pkanSD apkan uai dengan sediaan steril
M, ruang ruangan SOP

170
171
dan steril dan 1.2. Alat Tidak
fasilitas alat yang yang disiapkanalat
untuk diperlukan diperlukan karena tidak
dispensin Disterilkan ada proses
g sediaan produksi
steril 1.3. Perlengkapan Tidak
kerja (alat adanya
pelindung produksi
diri)
dipersiapka
n
1.4. Dicek Produk steril
sterilitas tidak ada proses
ruangan produksi hanya
Ada proses
penyerahan
2. 2.1. Ditetapkan Tidak ada
Mempersi sistim Sistem yang
apkan danprosedur ditetapkan
prosedur kerja
kerja
3. 3.1. Dilakukan Tidak
Mempersi penetapankualitas adanya
apkan SDM dan kuantitas persiapan
SDM SDM
3.2. Pelatihan Tidak
SDM secara adanya
berkala dilakukan pelatihan
4. Menentukan 4.1. Ditetapkan Tidak ada
Sistim sistim Monitoring monitoring
monitoring 4.2. Tidak ada
dan teknik Ditetapkan teknis
pelaksanaan teknik monitoring
nya pelaksanaan
monitoring

171
172

172
173
56. Mengklar 1. Melakukan 1.1. Diteliti Diteiti
if ikasi, verifikasi keabsahan keabsahan
interpret resep dokter resepDokter resep dokter
a si 1.2. Diperiksa Tidak
da kelen dilakuk
n gk an
verifika apan
si resep dan
resepste legalitasnya
ril 1.3. Dikonfirmasi
khusus Diperiksa kembali
kesesuaianr kepada
esep dengan pasien
kondisi mengenai
klinik kesesuai
pasien antara
kondisi klinik
pasien
dengan resep
yang
diberikan
1.4. Dianalisa Diinformasi
potensi masalah kan kepada
yang pasien
berhubunganden mengenai
gan obat efek
samping
pengguna
an obat
2. Melakukan 2.1. Diperiksa Dikonfirmasi
pemeriksaa kesesuaian resep kembali
n dengan kondisi kepada
kerasionala klinik pasien pasien
n obat mengenai
kesesuai
antara

173
174
kondisi
klini
k pasien
dengan
resep
yan
g diberikan
2.2. Dianalisa Diinformasi
potensi masalah kan kepada
yang pasie
berhubunganden n mengenai
gan obat efek
samping
pengguna
an obat
3. Melakukan 3.1. Dilakukan Diskusi
klarifikasi klarifikasibila antara
dan timbul masalah apoteker dan
interpretasi dokter
mengenai
penyelesaian
masalah
3.2. Interven
Dilakukannya si
intervensi dilakuk
profesi bila perlu an
57. Mengka 1. Melakukan 1.1. Diteliti jenis Tidak ada
lk ulasi Verifikas obat yangakan Produksi
dispensi i dicampur obat steril
n g obat komposis 1.2. Diperiksa Tidak ada
steril i sediaan kualitas pemeriksaan
masing-
khusus kualitas
masing zat/
pelarut
yang
akan
Diguna
kan

174
175

175
176
2. 2.1. Bahan Tidak
Melakuk aktif/pelarut digunak
an dihitung jumlahnya an
perhitung sesuaidengan resep pelarut
an bahan dokter
58. Melak 1. Melakukan 1.1. Disediakan Tidak
u kan pengecekan bahan- bahanyang dilakuk
dispen bahan, alat diperlukan an
s ing yang produks
sediaa diperlukan i
n steril 1.2. Disediakan Tidak
khusu alat-alat yang disediakan alat
s diperlukan untuk
pencampuran
sediaan
steril
2. Melakukan 2.1. Dilakukan Tidak
pembuatan penetapanjumlah dilakukan
dan bahan obat yang penetapa
pencampura diperlukan sesuai n jumlah
n bahan dosis obat
obat/ 2.2. Dilakukan Tidak ada
59. perubahan pencampuran/pemb pencampura
bentuk obat uata n/ n
perubahan bentuk
obat
sesuaiSOP
2.3. Obat Tidak
diisikan ke dilakukan
dalamwadah produksi obat
yang steril
tepat dan
menjamin
stabilitas
2.4. Diberi label Tidak ada
yang pelabelan

176
177
benar, jelas, lengkap
dan informative
Melak 1. Melakukan 1.1. Diamati Tidak adanya
u kan pengecekan homogenitas perubahan
penyer kualitas warna dan
a han sediaan partikel
sediaa melayan
n steril g.
diikuti (homoge
pembe n)
r ian 1.2. Tidak ada
inform Diamati partikel
a penampil asing dan
si an tidak rusak
Sediaan
2. 2.1. Dilakukan Etiket biru
Melak pengecekankesesu untuk obat
ukan aian etiket luar
pengecek
an
kesesuaian
etiket
3. 3.1. Ditetapkan Wadah yang
Melak alat/wadahpada digunakan
ukan saat transportasi masih berupa
penyerah yang menjamin Kemasan
an obat keamanan dan dari pabrik
yang stabilitas sampai aslinya dan
diikuti ke ruang rawat alat yang
informas digunakan
i untuk
distribusi
hanya troli

177
178

178
179
3.2. Diserahkan Obat langsung
obat diserahkan
kepadatenaga kepada tenaga
kesehatan lain kesehatan lain
3.3. Tidak
Diberikan dilakukan,
informasi karena tenaga
mengenai, kesehatan
penggunaa yang
n menerima
sudah
memahami
mengenai
penggunaan
obatnya
3.4. Penyimpanan, Tidak
serta hal-hal yang dilakukan
perlu diperhatikan juga,karena
dan diwaspadai tenaga
kesehatan
yang
menerima
sudah
memahami
mengenai
penggunaan
obatnya
60. Melaku 1. Pencatatan 1.1. Riwayat Melalui kartu
ka n riwayat medik stok lengkap
pelayan medik pasienditelusuri dengan
an dan dicatat identitas
narkotik pasien
a 2. Dispensing 2.1. Jenis obat Dicatat di
kepada obat narkotik dicatat kartu stok
pasien/ma 2.2. Jenis obat dan Mengikut
s yarak dosis Ditentukan i resep

179
180
at dokter
2.3. Dispensing SOP peresepan
obat yang psikotropik
diperlukan, dan narkotik
sesuai dengan
SOP yang
Ditentukan
2.4. Obat Belum
dikemas adanyaSOP
menurutSOP pengemasan
yang
ditentukan
3. 3.1. Etiket ditulis SOP
Pemb sesuai SOP pelabelan
erian yang telah obat
etiket ditentukan
3.2. Etiket Penempelan
ditempelkan pada
kemasan obat etiket
pad
a kemasan
obat
4. 4.1. Kesesuaian SOP
Penye obat, pelabelanobat
rahan etiketdengan
obat resep diperiksa
sesuai SOP
yang
telah
ditentuk
an

180
181

4.2. Obat Penyerahan


diserahkan kepada obat
pasien disertai kepad
pemberian a pasien
informasi yang disertai
memadai dan pemberian
dibutuhkan pasien informsi
aturan
minum
da
n indikasi
5. 5.1. Semua Dicatat
Membuat kegiatan dicatat berdasark
dokument Menurut SOP an kartu
asi yang stok
ditentuk
an
61. Melak 1. Mencatat 1.1. Data pasien Tidak
uk an data pasien dibuat dilakukan
pelaya berdasarkan di puskesmas,
na n prioritas, serta tidak
residen terutama pada adanya SOP
si al pasien lansiadan
(“hom penderita
e penyakit kronis
care”) 1.2. Data tentang Form sudah
kehidupanpasien ada tapi belum
sehari-hari (apa dilaksanakan
yang
dikerjaka
n, makanan
dsb)

181
182
2. Mencatat 2.1. Keluhan- Terdapat di
data keluhan form,belum
tentang pasiendicatat dilaksanakan
penyakit 2.2. Data tentang Ada di form
dan obat penyakit pasien tapi belum
pasien dan obat-obatan dilaksanakan
yang digunakan
(sekarang dan
yang lewat)
3. 3.1. Pasien diberi Konseling
Member penjelasanyang dilakukan
ikan berkaitan dengan tidakdi rumah
konseling Manfaat obat
kepada yang digunakan
pasien 3.2. Di dapat
Penjelasan di sarana
tentangkeseha
tan
62. Melak 1. 1.1. Diidentifikasi Ada di
uk an Melaku data karakteristik rekam medis
penelu kan pasien pasien
su ran pengumpul 1.2. Visite belum
riwayat an data Diidentifikasi dilakukan
medik riwayat penyakityang
pasien medik terdahulu
pasien maupun yang
sekarang
1.3. Diidentifikasi Dilihat pada
obat buku PRB
yangdigunakan
pasien sekarang,
obat rutin dan
riwayat
alergi
1.4. Dilakukan
Diidentifik oleh

182
183
asi harapan Dan puskesmas
yang
tidak
diingink
an pasien
1.5. Dilakukan Buku PRB
Pencacatan data
yang di peroleh

183
184

2. Melakukan 2.1. Dianalisis Tidak


verifikasi sumber Informasi dilakukan
sumber data pendukung visitdan
informasi dan masalah yang evaluasi
data berkaitandengan penggunaan
obat pasien obat(SOP
terkait belum
ada)

2.2. Tidak
Dikelompokkan dilakukan
masalahobat evaluasi
pasien baik penggunaan
aktual maupun obat (SOP
potensial Terkait
belum ada)
3. Melakukan 3.1. Dilakukan Tidak
komunikasi/d kunjungan dilakukan
ial og keruangan rawat visit(SOP
langsung inap untuk terkait belum
dengan berkomunikasi/di ada)
pasien dan alog
tenaga dengan pasien
kesehatan 3.2. Dilakukan Tidak
lain kunjungan dilakukan
keruang rawat visit(SOP
pasien untuk terkait belum
berkomunikasi ada)
professional
dengan tenaga
kesehatan lain

184
185
4. 4.1. Tidak ada
Melakuka Dikelompokan pencatatan
n masalahobat pengelompo
pencatatan pasien baik yang kka n
aktual maupun masalah obat
potensial
4.2. Dilakukan Tidak
pencatatan secara dilakukan
sistematis pencatatan
keseluruhan proses
penilaian yang
dilakukan dan
mengarsipkan
nya
63. Melakuka 1. Melakukan 1.1. Ada di
n evaluasi Dilakukan bukuPRB
intervensi kesesuaian telaahefektivi
farmakotera obat yang tas obat
pi diberikan dengan
dengan kemajuan
penyakit penyembuhan
1.2. Peneliti tidak
Dilakukan melakukan
penilaian intervensi
kerasionalan farmakoterap
obat i lebih lanjut.
Hanya
menyesuaika
n pemberian
obat
dengan
indikasi
pasien
2. mempelajari 2.1. Dirancang Diskusi dengan
ketidak
sukaan obat intervensiatas dokter jika
dengan
masalah obat ada masalah

185
186
pasien obat

186
187

penyakit 2.2. Dipilih Dilakukan


atau intervensi diskusi antara
kondisi yangpaling sesuai apoteker dan
pasien dokter
2.3. Dipilih Berdasar
informasi literature
pendukung yangterpercaya
lain yang
berhubungan
dengan
intervensi
terapeutik
2.4. Dilakukan
Dilaksanakan penyesuaian
ny dengan
aIntervensi literature dan
kasus
3. Merancang 3.1. Tidak ada
dan Ditetapkan monitoring,
menetapkan monitoring
efektivitas
dan
keamanan
monitoring intervensi hanya
farmakoterapi dilakuka
n
kondision
al
3.2. Melal
Dipili uiliter
h informasi atur
pendukung
lain yang
berhubung

187
188
dengan
Interven
si

64. Melaku 1. Melakukan 1.1. Disusun Tidak


k an verifikasi data dilakukan
telaah rekam medik medikPasien evaluasi
efektivi penggunaan
ta s dan obat
keaman dan monitoring
an efek samping
penggu penggunaan
n aan obat (MESO
obat dilakukan
apabila
ad
a kasus)
1.2. Dipelajari data- Tidak
data medik yang dilakukan
sudah tersusun, evaluasi
proses pengobatan, pengguna
dan tujuan terapi an obat
pasien
2. 2.1. Tidak
Mengeval Dievaluasi dilakuk
uasi efektivitasO an
kerasional bat evaluasi
an obat efektivitas obat
2.2. Dievaluasi Berdasar
obat kerasional
yangdiberikan an
pada pasien formulariu
sudah rasional m
puskesma
s

188
189

189
190
3. Merancang 3.1. Ditetapkan Tidak
dan jadwal dilakukan
menetapkan monitoring monitoring
monitoring efektivitas dan efek samping
keamanan penggunaan
intervensi obat(MESO
farmakoterapi. dilakukan
apabila ada
kasus)
3.2. Dicatat Tidak ada
kesesuaian hasil pencatatan
terapi dan tujuan
terapi
3.3. Dicatat Tidak ada
setiap pencatatan
perubahan kecuali pada
pasien rawat
inap
4. 4.1. Dinilai dan Dilakukan
Melaku dibuat jik
kan perencanaan a ada masalah
penilaian kembali terapi obat
perkembang obat jika terjadi
an masalah baru
kemajuan
kesehatan
pasien
65. Melakuka 1. Melakukan 1.1. Dipersiapkan Tidak ada
n ruanganuntuk
menerima
pasien
konsel persiapa Berkonsultasi ruangan
in g n sarana khusus,
kepada dan konseling
pasien prasaran di lakukan
a didepan

190
191
pelayanan
obat

1.2. Direncanakan Tidak


kunjunganuntuk dilakukan
pasien rawat inap visit
(SOP
belum
tersedia)
1.3. Dijadwalkan Tidak
kapan Pertemuan dilakukan
akan kunjungan
dilaksanakanbaik pada pasien
untuk pasien rawat rawatinap.
inap/rawat jalan Dan tidakada
Jadwal khusus
untuk
pasienrawat jalan
1.4. Dikumpulkan Tidak
data rekammedik dilakukan
pasien pengumpula
n data rekam
medik
pasien
2. 2.1. Dilakukan Konselor
Mempersi penetapan dilakukan
apkan SDM kualitas tenaga hanya oleh
farmasis yang apoteker
bertindak
sebagai
Konselor

191
192

192
193
3. Menentukan 3.1. Ditetapkan Apabila
sistim sistim memungkinkan
konseling dan konseling dilakukan di
teknik sesuai dengan tempat, jikatidak
pelaksanaan kondisi bisa
nya Puskesmas makadilakukan
lewat telpon
3.2. Ditetapkan Sesuai dengan
teknik SOP
Pelaksanaan konseling
4. 4.1. Dilakukan
Melaksa Dilakuk penggalian
nakan an penggalian riwayat obat
proses informasi pasien
konseling tentang
riway
at pengobatan
pasien
4.2. Dipahami Disesuaikan
keluhan dan keluhan
permasalahan pasiendengan
pasien obat yang di
resepkan
4.3. Diskusi
Diselesaika antarapetugas
n kefarmasian
permasalah dengan pasien
an
pasiendeng
an diskusi
4.4. Diukur Pasien diminta
pemahamanpas mengulang tata
ien cara minum
(wawancara) obat yang telah
disampaikan
oleh

193
194
petug
as
kefarmasian
4.5. Dibuat Form
dokumentasi seluruh konseling di
kegiatan arsipkan
66. Melakuk 1. Melakukan 1.1. Ditetapkan Monitori
an analisis jenis penyakit ng
therapeut jenis tertentu yang kondision
ic drug penyakit memerlukan al
monitori yang monitoring
ng diderita 1.2. Direncanakan Tidakada
kepada pasien yang kunjunganuntuk kunjung
pasien memerluka pasien rawat inap an pasien
n 1.3. Dijadwalkan Tidak ada
monitoring kapan Pertemuan jadwal
akan khusus
dilaksanakanbaik
untuk
pasien rawat
inap/ rawat
jalan
1.4. Dikumpulkan Untuk
data rekammedik menunja
pasien ng
monitori
ng
2. 2.1. Tidak
Mempersi Ditetapkan dilakukan
apkan SDM, sistimmonit monitoring
sistim dan or terapi
prosedur obat/kondisio
na
l

194
195

2.2. Dilakukan Belum ada SOP


penetapan kualitas monitoring dan
tenaga farmasis penetapan
yang kualitas
monitor
perkembangan
penyakit Pasien
2.3. Dibuat Belum ada SOP
prosedur
Monitoring
3. 3.1. Dibuat Belum ada Form
Mempersi formulir MESO
apkan sarana penilaian
dan permintaan
prasarana monitoring
terapipasien
3.2. Ditetapkan Tidak ada
jadwal dan jadwal
kondisipengamb
ilan Sampel
3.3. Tidak
Ditetapkan dilakukan
kadar monitoring
indicator terapi obat
farmakokineti
ka.
3.4. Dirancang Belum ada SOP
dan
ditetapkanwaktu
dan
frekuensi
monitori
ng

195
196
4. 4.1. Berdas
Melak Diinterpretasikan ar
ukan indikator literatu
proses farmakokinetik r
monitori (penetapan
ng rekomendasi
regimen obat)
4.2. Dimonitor Jika terjadi
perubahankondisi perubahan kondisi
klinik pasien klinik pasien
4.3. Dievaluasi Monitori
hasil Monitoring ngkondisi
dan dilakukan onal
umpan balik
5. Membuat 5.1. Semua Belum ada
dokumentasi kegiatan pendokumentasian
monitoring
penggunaan obat
dicatat dan
dibuatkan
dokumentasinya
67. Menang 1. 1.1. Tidak
an i obat Melakuka Dipersiapkan adanya
sitostati n saranayang sarana obat
ka dan persiapan diperlukan Sitostatika di
obat puskesmas
yang 1.2. Menetapkan tidak
setara SDM ditetapkan
SDM
1.3. Tidak
Dinilai adanya
kelayaka pemakaian
n obat
pemakai sitostatika di
an puskesmas
sitostatik

196
197
a

197
198

2. Melakukan 2.1. Tidak


proses Dilakukan dilakukan
dispensing pengoplosano pengoplosan
obat bat sitostatika di puskesmas
sitostatika 2.2. Dilakukan Tidak
pengecekankesesu adanyaetiket
aian etiket dan Obat sitostatika di
label puskesmas
3. 3.1. Ditetapkan Tidak adanya
Melak alat/wadahpada penyerahan
ukan saat transportasi obat
penyerah yang menjamin sitostatikadi
an obat keamanan dan puskesmas
yang stabilitas sampai
diikuti ke ruang
informas rawat
i 3.2. Diserahkan Tidak adanya
obat penyaluran
kepadatenaga obat
kesehatan lain. sitostatika
3.3. Diberikan Tidak ada
informasi obat
mengenai, sitostatika
penggunaan,
penyimpanan,
serta hal-
halyang perlu
diperhatikan
dan
diwaspadai

198
199
4. 4.1. Dimonitor Tidak adanya
Meng dan dievaluasi monitor dan
amati Penggunaannn evaluasi
proses ya sitostatika di
pemberi puskesmas
an 4.2. Diamati Tidak adanya
proses persediaan obat
penggunaannya Sitostatika di
yang menjamin puskesmas
keselamatan
petugas, pasien
dan kelestarian
lingkungan.
5. Menantisipasi 5.1. Disiapkan cara Tidak ada SOP
kecelaka penanganan jika
an kerja terjadi kecelakaan
sesuai SOP
68. Mela 1. Menetapkan 1.1. Ditentukan Tidak dilakukan,
k obat yang skala prioritas karena belum
ukan perlu evaluasi adanya SOP
evalu dievaluasi penggunaanobat evaluasi
a si penggunaann penggunaan obat
peng ya 1.2. Disusun Tidak
g indikator dilakukan
unaa kriteriaevaluasi EPO
n dan standar
obat pembanding yang
digunakan
2. Melakukan 2.1. Dikumpulkan Tidak
data yang
pengumpula berkaitan Dilakukan di
n data dengan puskesmas
penggunaan
obat

199
200

2.2. Data yang Tidak ada EPO


diperoleh dianalisis
3. 3.1. Dibuat Tidak
Menyimp kesimpulan dilakukan
ulkan dan dan EPO
merekomend rekomendasi
asi kan 3.2. Ditindaklanjuti Tidak ada
hasil evaluasi tindaklanjut
4. 4.1. Semua kegiatan Tidak ada
Membuat dibuatkan dokumentasi
dokument dokumentasi
asi nya
69. Melaku 1. 1.1. Monitoring efek
ka n Mengump Diterimanya sampingobat
monitor ulkan laporan laporanterjadin dilakukan
in g efek tentang efek ya efek secara
samping samping samping obat kondision
obat obat al
1.2. Dikumpulkan Jika terjadi ESO
data medikdan
penunjang
medik
yang
Bersangkut
an
1.3. Dijadwalkan Tidak ada
kapan Pertemuan jadwal
akan khusus
dilaksanakanbaik
untuk
pasien rawat
inap/ rawat
jalan

200
201
2. 2.1. SDM hanya
Mempersi Dilakukan apoteker
apkan SDM, penetapan
sistim dan kualitas tenaga
prosedur farmasis
yangmonitor
efek samping
obat.
2.2. Ditetapkan Tidak ada
sistim Monitor monitor
2.3. Dibuat Tidak ada SOP
prosedur
Monitoring
3. Melakukan 3.1. Dianalisis kerja Tidak
proses obat ad
monitoring a
efek samping penganalisis
obat an
3.2. Dimonitor Jika ada kasus
perubahankondisi ESO
klinik pasien
3.3. Dipantau efek Monitoring
samping obat yang efek Samping
terjadi maupun yang obat tidak
berpotensi dilakukan
menimbulkan rutin
efek samping
4. Mengatasi 4.1. Dilakukan Jika ada,
efek kolaborasi kolaborasi
samping dengan tenaga antara
kesehatan lain dokterdan
untuk mencegah apoteker
mengurangiatau
menghilangkan
efek samping

201
202
5. Membuat 5.1. Semua Tidak ada
dokumentasi kegiatan pendokumenta
monitoring sian
penggunaan
obatdicatat
dan dibuatkan
dokumentasin
ya.

202
203

70. Melak 1. 1.1. Pelayanan farmasi


uk an Mempersi Dipersiapkan obat
pelaya apkan sarana tempatKegiata dilakukan
na n dan n secara
inform prasarana langsungoleh
as i tenaga
obat kefarmasian
didepan
pelayanan
obat/tidak
ada ruangan
khusus
1.2. Disediakan
Dipersiapkan poster media
keperluan informasi
untuk
pengadaan
mediaInforma
si
1.3. Literatur
Disediakannnya untuk
literaturyang informasi obat
cukup Disediakan
di puskesmas
2. 2.1. Diterima Diskusi
Menyed pertanyaan antarapasien
iakan daripasien Dan tenaga
pelayanan kefarmasian
informasi 2.2. Feedback
obat Pertanyaan antara pasien
di atas Dan apotekerserta

203
204
Diklarifikasi pemecahan
masalah pasien

2.3. Pasien dari


Diklarifikasi Segala gander
kategoriPena dan umur
nya
3. 3.1. Ditelusuri Berdasarkan
Menan dan dipilih literatur di
ggapi literatur yang Puskesmas
pertanyaan relevan untuk berupa
yang menjawab
diterima pertanyaan
3.2. Dikomunikasik an
Diformulasikan oleh
dan apoteker
dikomunikasikan yang
jawabandengan sudah dicari
jelas di literatur
4. 4.1. Berdasarkan
Melak Dikumpulkan keterangan
ukan informasi pasien/hasil
penyebara wawancara
n dengan pasien
informasi 4.2. Disebarkan Diskusi antara
kepada informasi teman sejawat
tim tersebut di atas kefarmasian di
pelayanan kepada tim Puskesmas
kesehatan pelayanan
di kesehatan
Puskesma Di puskesmas
s 4.3. Dilakukan Melalui
promosi kesehatan penyuluhan dan
yang menarik Media cetak
lainnya

204
205

205
206
5. Melakukan 5.1. Dilakukan Tidak
PIO pada kunjungan dilakukan,
pasien home kerumah dimana karena belum
care pasien Berada adanya SOP
home care
5.2. Dimonitor dan Tidak ada
dievaluasikegiatan kegiatan
PIO secara berkala homecare
5.3. Untuk home
Didokumentasikan Care tidak
semuakegiatan dilakukan
PIO secara
sistematis
71. Menentuk 1. 1.1. Dibuat Regulasi
an Melakuk kebijakan sistim berdasark
regula an satu pintu an
si kerjasam
sediaa a
n
farm dengan Formulari
a si tim um
dan kesehatan puskesma
perb RS dalam s
e mengambi 1.2. Ditetapkan Tidak
kala l kebijakan kebijakanpenuli ditetapkan
n san resep sehingga
kese penulisan
h resepmasih
atan belum
menggunaka
n bahasa
latin
1.3. Dibuat Terdapat
kebijakan pada
pemakaian formulariu
narkotika m

206
207
dan puskesmas
psikotropik
a
2. Membuat 2.1. Dibuat tata Tercantum
rekomendasi laksana obat dalam
dan formularium
membantu puskesmas
memformulas 2.2. Dibuat Kebijakan terdapat
ik an kebijakan tahap pada
kebijakan manajemen formularium
yang sediaan farmasi puskesmas
berkaitan dan perbekalan
dengan kesehatan
evaluasi,
seleksi
penggunaan
obat dan alkes
3.Mensosialisasik 3.1. Dilakukan Sosialisa
an kebijakan sosialisasikebija si
kepada kan kepada dilakuka
tenaga tenaga n
kesehatan kesehatan yang
yang terkait terkait
4. Membuat 4.1. Berupa
dokumen Dibuat formulariu
kebijakan dokumen m
kebijaka puskesmas
n
72. Menentu 1. 1.1. Dikumpulkan Semua data
ka n Mempersi data obatyang Terdapat di
standar apkan isi beredar formularium
obat dan formularium puskesmas
standar 1.2. Dicari Berdas
farmakot informasi ar
er api mengenai kualitas literatu
obat r

207
208

1.3. Terdapat
Disediakannnya perpustakaan
literaturyang kecil untuk
cukup literature
puskesm
as
2. 2.1. Dibuat Formulari
Mera formularium. um dibuat
ncang 2.2. Dibuat Standar
format standar farmakoterap
formulariu farmakoter i
m dan isi ap diformulariu
i m puskesmas
2.3. Ada di
Ditentukan formularium
standar puskesmas
penggunaan
antibiotik,
antiseptik
dan
desinfektan.
3. 3.1. Dilakukan Evaluasi
Melakuk evaluasi dilakukan
an revisi 3.2. Ditetapkan Revisi
terus rencana formulariumsela
menerus revisiformularium lu
sesuai dengan
perkembangan obat
yang ada
dilakukan
73. Menen 1. Melakukan 1.1. Dianalisis peta Mahasiswa
tu kan penilaian titik kritis area selama PKL
sterilis area di berdasarkan tingkat dipuskesmas
as i Puskesmas suci hama yang belum pernah
Puskes yang perlu seharusnya melihat proses

208
209
m as disterilkan sterilisasi di
puskesmas

1.2. Dipersiapkan Tidak


keperluan untuk dilakuka
menilai tingkat n
kuman puskesm
as
1.3. Tidak
Disediakannya dilakuk
literaturyang an
cukup
2. 2.1. Mahasiswa selama
Menyed Dirancang PKL Belum pernah
iakan sistim prosedurker melihat proses
sterilasi ja sterilisasi sterilisasidi
puskesmas
2.2. Dirancang Tdak ada
evaluasi evaluasi
pelaksanaan
sterilisasi
74 Menentu 1. 1.1. Tercantum
. ka n Melak Dirancang pada
kebijaka ukan sistem formularium
n pola penilaian pengendalia puskesmas
penggun kuman n antibiotik,
aa n yang antiseptik
antibioti resisten dan
k, desinfektan
antisepti 1.2. Dipersiapkan Tidak
k dan keperluanuntuk dilakuk
menilai an
sensitivitas
kuman

209
Desinfek 1.3. Dirancang Tidak ada
ta n sistem di
seleksiantibiotik, puskesmas
antiseptik
dan
desinfektan
2. 2.1. Disiapkan Ada di
Menyed materi Informasi literature
iakan berdasarkan puskesm
materi buktiilmiah as
3. 3.1. Tidak
Mengidentif Digolongkan adanya
ikasi antibiotikterha penggolonga
dampak dap n dampak
resisten dampak
resistensi dan
efektivitas terapi
4. Monitoring, 4.1. Tidak
evaluasi Dimonitor, adanya
dan dan monitor
pelaporan dievaluasi
pelaksanaan
dan dibuat
pelaporannya
75 Penentu 1. Melakukan 1.1. Survey Tidak adanya
. an tingkat standar apresiasi
standar kualifikasi (organisasi praktek
apresiasi tnaga profesi dan farmasi
praktek farmasi pemerintah)
farmasi secara dan Aplikasi
umum “Apresiasi
praktek
farmasis”
2. 2.1. Data Tidak
Melak kualifikasi adanya data
210
ukan farmasissecara kualifikasi
survey realita
kualifika dikumpulkan
si 2.2. Data Tidak
farmasis yang adanya
di diperoleh penganalisis
puskesm Dianalisis an
as 2.3. Ditentukan Tidak
standar apresiasi adanya
praktek standar
farmasis di apresiasi
puskesmas
3. Melakukan 3.1. Dibuat Tidak ada
pencatatan dokumen standar dokumentasi
apresiasi praktek
farmasis
dipuskesmas

3.4.1 Teori USG ( Urgency,Seriousness dan Growt)

Metode Urgency, Seriousness, Growth (USG) adalah salah satu alat

untuk menyusun urutan prioritas isu yang harus diselesaikan. Caranya dengan

menentukan tingkat urgensi, keseriusan, dan perkembangan isu dengan

menentukan skala nilai 1 – 5 atau 1 – 10. Adapun keterangan skala penilaian

metode USG sebagai berikut:

Skala Penilaian
1 Sangat kecil
2 Kecil
3 Sedang
4 Besar
5 Sangat Besar

211
Metode USG merupakan salah satu cara menetapkan urutan prioritas

masalah dengan mempertimbangkan tiga komponen sebagai berikut :

a. Urgency

Seberapa mendesak isu tersebut harus dibahas dikaitkan dengan waktu

yang tersedia serta seberapa keras tekanan waktu tersebut untuk

memecahkan masalah yang menyebabkan isu tersebut.

b. Seriousness

Seberapa serius isu tersebut perlu dibahas dikaitkan dengan akibat yang

timbul dengan penundaan pemecahan masalah yang menimbulkan isu

tersebut atau akibat yang menimbulkan masalah-masalah lain jika masalah

penyebab isu tidak dipecahkan. Perlu dimengerti bahwa dalam keadaan

yang sama, suatu masalah yang dapat menimbulkan masalahlain adalah

lebih serius bila dibandingkan dengan suatu masalah lain yang berdiri

sendiri.

c. Growth

Kemungkinan-kemungkinan isu tersebut menjadi berkembang dan

penyebab isu masalah akan semakin memburuk jika dibiarkan.

Metode USG merupakan salah satu cara menetapkan urutan prioritas

masalah dengan metode teknik scoring. Proses untuk metode USG

dilaksanakan dengan memperhatikan urgensi dari masalah, keseriusan

masalah yang dihadapi, serta kemungkinan bekembangnya masalah tersebut

semakin besar. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagaiberikut: Urgensy atau

urgensi, yaitu dilihat dari tersedianya waktu, mendesak atau tidak masalah

tersebut diselesaikan Seriousness atau tingkat keseriusan dari masalah,

yakni dengan melihat dampak masalah tersebut terhadap produktifitas kerja,

212
pengaruh terhadap keberhasilan, membahayakan system atau tidak, Growth

atau tingkat perkembangan masalah yakni apakah masalah tersebut

berkembang sedemikian rupa sehingga sulit untuk dicegah Penggunaan

metode USG dalam penentuan prioriotas masalah dilaksanakan apabila

pihak perencana telah siap mengatasi masalah yang ada, serta hal yang

sangat dipertingkan adalah aspek yang ada dimasyarakat dan aspek dari

masalah itu sendiri.

Langkah-langkah USG :

A. Persiapan

1. Persiapan Gugus Tugas

a. Pimpinan USG

b. Petugas pencatat flipchart

c. Petugas scoring dan ranking

d. Persiapan peralatan atau sarana

B. Data

C. Proses Dinamika Kelompok

No Penyakit Urgency Seriousness Growth Total


1. Batuk 3 2 3 8
2. Sakit kepala 1 2 3 6
3. Demam yg sebab tak di ketahui 2 2 3 7

4. Diabetes melitus ytt 3 4 4 11


5. Tukak lambung 4 4 5 13
6. Infeksi salur nafas atas akut ytt 3 4 3 10
7. Hipertensi esensial (primer) 3 3 3 9
8. Artitis lainnya 2 3 2 8
9. Demam tifoid dan paratifoid 2 3 2 8
10. Diare dan gastroenteritis 2 2 1 5
11. Tuber kulosis paru klinis (suspek scabies) 4 4 4 12
12. Dermatitis lainnya 2 2 2 6
13. Konjungtifitis 3 3 3 9
14. Penyakit saluran nafas atas lainnya 2 3 2 7
15. Asma 2 4 2 8
213
16. Batuk rejan 2 3 3 8
17. Parisela / cacar air 3 3 3 9
18. Infeksi saluran nafas bawah akut 2 3 3 8
19. Pneumonia ytt 2 2 2 6

3.5 Study Kasus Tukak Lambung

3.5.1 Tukak Lambung

Tukak lambung adalah peradangan pada lambung yang terjadi karena adanya luka terbuka
atau ulkus pada lapisan dinding lambung. Normalnya, lambung memiliki dinding pelindung yang
dilapisi oleh lendir tebal untuk melindungi jaringan dinding dari kuatnya efek cairan asam
lambung.

Peptic ulcer atau tukak lambung adalah luka atau ulkus pada lambung yang menyebabkan
penderitanya mengalami keluhan seperti perut kembung, nyeri ulu hati, dan mual. Luka ulkus ini
juga disertai peradangan pada lapisan dinding lambung, tepatnya di area sekitar ulkus.

Menurut WHO, angka kejadian tukak lambung di Indonesia adalah 40,8% dengan angka kejadian
di beberapa wilayah di Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 274,396 kasus dari 238,452,952
jiwa penduduk. Tukak lambung merupakan salah satu penyakit dari 10 penyakit terbanyak di
rumah sakit dengan jumlah kasus 33.154 (4,9%) .

3.5.2 Gelaja umum Tukak Lambung


Gejala utama yang dirasakan jika mengalami tukak lambung adalah nyeri atau perih pada perut.
Rasa sekitar ersebut muncul karena terjadinya iritasi akibat asam lambung yang membasahi luka.
Gejala ini biasanya berupa rasa nyeri yang:

• Menyebar ke leher, pusar, hingga punggung.


• Muncul pada malam hari.
• Terasa makin parah saat perut kosong.
• Umumnya bekurang untuk sementara jika makin atau mengonsumsi obat penurunan asalm
lambung
• Hingga lalu kambuh beberapa hari atau minggu kemudian.

Disamping nyeri pada perut, ada beberapa gejala lain yang mungkin dialami, di antaranya nyeri
ulu hati, tidak nafsu makan, mual, serta gangguan pencernaan.

Diagnosisi tukak lambung. Ada beberapa pemeriksaan yang bisa membantu dokter
mendiagnosisi masalah kesehatan ini, antara lain:
214
• Endoskopi. Pemeriksaan ini dilakukan dengan memasukan tabung fleksibel tipis melalui
kerongkongan ke dalam perut. Endoskopi dilengkapi dengan kamera kecil, sehingga
dokter bisa melihat tukak atau tidak.
• Biospi. Selama endoskopi, dokter bisa mengambil sampel jika jaringan kecil untuk di uji
di labolatorium. Biospi harus dilakukan bila di temukan tukak lambung
• Tes napas C14. Ini untuk memeriksa keberadaan Hilicobacter pylori, bakteri yang
mengubah urea menjadi karbondioksida. Tes napas C14 dilakukan dengan cara menelan
sejumlah karbon radioaktif (C14) dan menguji udara yang di hembuskan dari paru- paru.
Periksaan non-radioaktif ini bisa di gunakan untuk anak-anak dan wanita hamil.

3.5.3 Gejala Klinis


Umumnya tanda gejala pasien tukak lambung bergejala dispepsia. Dispepsia
merupakan gejala penyakit pencernaan yang menimbulkan ketidaknyamanan diperut seperti
nyeri ulu hati, sendawa, mual, muntah, kembung, nyeri seperti terbakar, serta rasa penuh di ulu
hati setelah makan dan cepat merasakan kenyang. Tanda dan gejala tukak lambung yaitu nyeri.
Gejala tukak lambung nyeri muncul 30-90 menit setelah makan, pada tukak duodenum nyeri
muncul 2-3 jam setelah makan. Mengkonsumsi snack yang terus menerus dimakan selang waktu
yang singkat, pilih snack yang tidak mengiritasi, hal ini dapat mengurangi nyeri. Penggunaan
obat anti nyaeri umumnya rasa sakit akan berkurang dalam 10 hari, namun proses tukak
mengalami pemulihan dan sembuh bisa berlangsung selama 1-2 bulan. Gejala dari tukak peptik
yang paling sering adalah nyeri abnormal umumnya digambarkan nyeri serasa terbakar dan
merupakan rasa tidak nyaman tidak jelas dan membingungkan, perut merasakan penuh atau
kadang muncul gejala kram. Rasa nyeri pada malam hari yang dapat membangunkan pasien dari
tidur terutama antara jam 12 pagi dan jam 3 pagi. Kembung, bersendawa dan mulas, sering
muncul menyertai nyeri selain itu mual, muntah dan anoreksia lebih sering terjadi pada tukak
peptik daripada tukak duodenum. Nyeri epigastrium seperti rasa digerogoti, panas terbakar, atau
pegal, bertambah berat pada malam hari dan 1 hingga 3 jam sesudah makan. Terjadi gejala
nausea, vomitus, kembung, sering bersendawa dan penurunan berat badan, komplikasinya
meliputi anemia, pendarahan, perforasi, dan obstruksi Pendarahan mungkin tidak terlihat seperti
melena (keadaan yang diakibatkan oleh perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) atau
haematesis (muntah darah), tetapi perforasi bisa dirasakan seperti rasa sakit yang tiba-tiba, tajam,
dan parah dimulai dari ulu hati lalu menyebar cepat ke seluruh perut.

215
3.5.4 Etiologi Dan Penuralan Tukak Lambung
Penyakit Helicobacter pylori adalah penyebab utama tukak lambung, pertama kali
diidentifikasi oleh dua ilmuwan asal Australia di tahun 1982. Helicobacter pylori adalah bakteri
tahan asam bacilus, mikrofilik, flagella dan bakteri berbentuk spiral. Helicobacter pylori adalah
bakteri gram negatif yang ada didalam mukosa lambung, lalu berkembang menjadi gastritis dan
berpotensi menjadi penyakit tukak peptik dan kanker lambung. Ada berbagai jenis ulkus yang
paling umum adalah ulkus peptikum yaitu tampaknya terlihat akibat kerusakan pada lapisan perut
dan ulkus duodenum yang dikaitkan dengan sekresi asal yang berlebihan oleh lambung. Perforasi
ulkus duodenum dapat terjadi pada kondisi pasien seperti duodenal iskemia, duodenal
diverticula, penyakit menular dan pada kondisi autoimun seperti penyakit chron (radang usus),
scledorma (penyakit gangguan imun pada jaringan ikat, sehingga mengakibatkan jaringan
tersebut tebal dan keras) dan abdominal vasculitis.
Non Steroid Anti Inflammatory Drug (NSAID) digunakan untuk anti nyeri sendi dan anti
inflamasi. Non Steroid Anti Inflammatory Drug contohnya aspirin, indometasin menyebabkan
efek samping di gaster atau lambung. Apabila 19 dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama
menyebabkan tukak lambung.

3.5.5 Patofisiologi Tukak Lambung


Tukak gaster/lambung menyebabkan abnormalitas patofisiologi dan faktor genetik
lingkungan. Peningkatan sekresi asam lambung dapat terjadi dengan tukak dodenum, tetapi
pasien dengan tukak peptik biasanya memiliki tingkat sekresi asam yang normal atau sedikit.
NSAID non selektif (termasuk aspirin) dapat mengakibatkan rusaknya mukosa gaster dengan dua
mekanisme yaitu pertama mengiritasi pada mukosa secara topikal khususnya epitel lambung, dan
yang kedua menghambat secara sistemik sintesis prostaglandin mukosa endogen.
Peningkatan pengeluaran HCl menyebabkan munculnya luka atau tukak. Kebanyakan
manusia menderita tukak lambung dibagian awal duodenum, jumlah sekresi HCl lebih tinggi dari
normal. Walaupun produksi HCl meningkat setengah dari produksi biasanya, hal ni mungkin
disebabkan infeksi bakteri, pada penelitian laboratorik terhadap hewan coba, ditambah bukti
adanya stimulus berlebihan pengeluaran HCl oleh saraf pada manusia yang menderita ulkus
peptikum mengarah kepada pengeluaran cairan gaster yang berlebihan untuk alasan apa saja
(sebagai contoh, pada gangguan fisik) yang sering merupakan penyebab utama ulkus
peptikum31. Mekanisme pertahanan dan perbaikan mukosa normal termasuk lendir dan sekresi
bikarbonat, pertahanan sel epitel intrinsik, dan aliran darah mukosa. Pemeliharaan integritas dan
perbaikan mukosa dimediasi oleh produksi prostaglandin endogen. Sel parietal mengeluarkan
HCl, pepsinogen dikeluarkan oleh zinogen kemudian oleh HCl dirubah menjadi pepsin. Fungsi
216
pepsin adalah memecah protein dengan Ph < 4 (agresif pada mukosa gaster). HCl dan pepsin
diketahui termasuk dalam faktor agresif. Ketika histamin terangsang lalu mengeluarkan banyak
HCl itu menimbulkan dilatasi serta meningkatnya permeabilitas kapiler, dapat menyebabkan
rusaknya mukosa gaster, tukak akut atau kronik, dan ulkus gaster.
Infeksi Helicobacter pylori menyebabkan peradangan pada mukosa lambung semua orang
yang terinfeksi, tetapi hanya sebagian kecil yang menderita maag atau kanker lambung. Cedera
mukosa dihasilkan oleh enzim pengurai bakteri (urease, lipase, dan protease), kepatuhan, dan
faktor virulensi Helicobacter pylori. Helicobacter pylori menginduksi peradangan lambung
dengan mengubah peradangan respon inang dan merusak sel-sel epitel. Bakteri ini mampu
bertahan di suasana asam di lambung, lalu menyebabkan penekanan pada mukosa lambung dan
Helicobacter pylori bermukim dalam gaster. Penggunaan obat kortikosteroid tidak meningkatkan
resiko terjadi tukak atau komplikasi, tetapi resiko dapat berlipat ganda jika penggunaan
kortikosteroid dan NSAID dikonsumsi secara bersamaan. Kartikosterois dan NSAID dikonsumsi
secara bersamaan. Tukak kemudian besarnya resikonya sebanding dengan jumlah rokok yang
dikonsumsi atau dihisap per hari. Secara psikologis stres belum terbukti dapat menyebabkan
tukak peptik tetapi pasien tukak bisa bertambah buruk keadaannya jika dipengaruhi oleh
kehidupan sekitar yang penuh dengan tekanan.
3.5.6 Diangnosa Penyakit Tukak Lambung
Penyakit tukak lambung dapat didiagnosa menggunakan endoskopi atau dengan contrast
radiographyun barium untuk melihat lubang ulkus. Bila pasien dengan usia muda terdiagnosis
tukak lambung dan tidak ditemukan gejala yang mengkhawatirkan, dapat dipastikan
penyebabnya ialah infeksi Helicobacter pylori, tetapi untuk pasien diatas usia 50 tahun endoskopi
sangat berguna untuk menentukan penyebab ulkus lambung. Tanda-tanda yang mengarah ke
keganasan penyakit atau komplikasi usus yakni Hb turun, status nutrisi jelek, muntah darah dan
berak darah. Selain dengan endokopi nfeksi Helicobacter pylori dapat didiagnosis dengan deteksi
urease, breath urease test dan stool test untuk mendeteksi antigen yang spesifik. Tes hematokrit,
hemaglobin dan feses guaiac dilakukan untuk mendeteksi ketika terjadi pendarahan. Untuk
diagnosis infeksi Helicobacter pylori dapat melakukan tes endoskopi atau non endoskopi (urea
breath test), deteksi antibodi serologis dan antigen tinja. Urea breath test (UBT) adalah metode
non endoskopik yang lebih digunakan untuk membunuh Helicobacter pylori tetapi harus ditunda
setidaknya 4 minggu setelah selesai melakukan perawatan untuk menghindari adanya tekanan
bakteri setelah dimusnahkan. Pada diagnosis tukak lambung tergantung kondisi yang tergambar
pada luka ulkus pada radiografi gastrointestinal atas sering disebut endoskopi. Endoskopi dipilih
untuk menggantikan radiografi karena hasilnya memberikan hasil yang lebih akurat dan
memungkinkan gambaran langsung dari ulkus.
217
3.5.7 Pengobatan Tukak Lambung
Tukak lambung adalah penyakit yang dapat diobati. Namun, pengobatannya harus disesuaikan
dengan penyebab terbentuknya luka. Berikut berbagai obat yang umum digunakan untuk
mengobati penyakit ini.
1. Antibiotik
Tukak lambung adalah penyakit yang dapat diobati. Namun, pengobatannya harus
disesuaikan dengan penyebab terbentuknya luka. Berikut berbagai obat yang umum
digunakan untuk mengobati penyakit ini.
• Amoxicillin
• Clarithromycin
• Metronidazole
• Tinidazole
• Tetracycline
• Levofloxacin
2. Obat inhibitor pompa proton (PPI)
Obat ini diminum untuk mengurangi produksi asam lambung dengan menghalangi sel-
sel lapisan lambung yang menghasilkan asam. Contoh obat PPI yang biasanya
diresepkan untuk meredakan gejala tukak lambung antara lain:
• Omeprazole
• Lansoprazole
• Rabeprazole
• Esomeprazole
• Pantoprazole
3. Obat penetral asam lambung
Selain obat PPI, Anda juga bisa menggunakan obat penetralisir asam lambung, yani
antasida. Obat ini dapat menghilangkan rasa nyeri di perut dengan cepat. Namun, pada
beberapa kasus dapat menyebabkan sembelit atau diare.
4. Obat H2 Bloker
Obat ini sama fungsinya dengan obat PPI, yakni mengurangi produksi asam. Dengan
mengurangi asam lambung, gejala tukak lambung akan cepat membaik. Obat ini
tersedia baik dengan atau tanpa resep dokter, seperti:
• Ranitidine
• Famotidine

218
• Cimetidine
• Nizatidine
5. Pengobatan Lanjutan
Umumnya obat-obatan di atas berhasil dalam menyembuhkan luka pada lapisan
lambung. Namun jika kondisi tidak juga membaik, dokter akan merekomendasikan
endoskopi untuk melihat kemungkinan penyebab lain dari gejala yang dirasakan.
Luka pada lambung yang tidak sembuh dengan pengobatan ini disebut dengan ulkus
refraktori. Kemungkinan besar kondisi ini terjadi karena berbagai alasan, seperti:
tidak minum obat tukak lambung sesuai dengan petunjuk dokter,
bakteri penyebab infeksi sudah resisten terhadap antibiotik, atau

tetap merokok atau menggunakan obat NSAID.

Pengobatan dari ulkus refraktor ini berfokus dengan mengurangi berbagai faktor yang
mengganggu pemulihan, bersamaan dengan antibiotik lain yang lebih kuat melawan
infeksi bakteri.
6. Pengobatan dirumah
Gaya hidup sehat adalah kunci untuk mencegah tukak lambung muncul. Berikut adalah
gaya hidup dan cara rumahan mengobati luka di lambung yang dapat membantu Anda
mengatasi gejalanya.
• Hindari penyebab asam lambung naik dengan cara mengelola stres, makan
teratur, dan makan makanan sehat dan bergizi.

• Untuk mencegah bakteri dan infeksi bakteri, cuci tangan Anda secara teratur.
Pastikan untuk membersihkan dan memasak makanan sampai matang.

• Untuk mencegah tukak lambung yang disebabkan oleh obat NSAID, coba batasi
penggunaan obat ini.

• Jika Anda perlu minum obat NSAID, ikuti dan pakai dosis sesuai yang
dianjurkan dokter

• Hindari minum alkohol dan merokok.

3.5.8 Pencegahan Tukak Lambung

Ada beberapa langkah pencegahan tukak lambung yang bisa dilakukan, caranya antara lain:

• Tukak lambung bisa terjadi akibat infeksi bakteri Helicobacter pylor, sehingga
kamu wajib menjaga kebersihan diri dengan cara rutin cuci tangan, terutama
sebelum makan setelah dari toilet.

219
• Penting juga untuk mencuci bahan makanan dan memasaknya hingga benar-
benar matang.

• Hindari mengkonsumsi minuman beralkohol.

• Pastikan air yang diminum adalah air bersih dan sudah dimasak.

• Batasi penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS).

• Perbanyak makan sayur, buah, dan biji-bijian.

• Usahakan untuk berhenti merokok.

• Kelola stres dengan baik.

3.5.9 Pemeriksaan Penunjang

1. Memantau gejala fisik yang muncul, terutama gejala maag dan nyeri ulu hati. Kemudian,
dokter akan memeriksa dengan stetoskop untuk mendengarkan suara di dalam perut.
Selanjutnya, area perut akan di tekan untuk mendeteksi nyeri di lokasi tertentu.

2. Endoskopi, setelah pemeriksaan fisik, tes selanjutnya bisa di lakukan adalah endoskopi. Pada
pemeriksaan endeskopi doker akan memasukan selang kecil melalui kerongkongan. Di ujung
selang terdapat kamera kecil yang berguna untuk melihat kondisi didalam lambung. Dokter
akan mengambil sampel jaringan lambung untuk diperiksa di laboratorium.

3. Pemeriksaam laboratorium. Tes ini dilakukan setekah endoskopi. Setelah dokter menemukan
luka dilambung melalui endoskopi, tahap selanjutnya ada;ah pemeriksaan keberdaaan bakteri
H. Pylori menggunakan urea breath test. Jenis tes ini dilakukan dengan menggunakan
embusan udara pernapasan atau pemeriksaan sampel darah dan feses.

4. Rontgen, biasanya digunakan untuk membantu mendapatkan gambaran saluran penceranaan


yang lebih jelas. Sebelum melakukan pemeriksaan ini, dokter akan meminta untuk meminum
cairan terlebih dahulu sehingga hasil foto rontgen terlihat lebih jelas.

3.5.10 Penatalaksanaan Tukak Lambung

1. Farmakologis
Tujuan pengobatan tukak peptik adalah meringankan sakit, menyembuhkan, mencegah
kekambuhan dan mengurangi komplikasi yang berhubungan dengan tukak peptik. Pada pasien
yang positif Helicobacter pylori dan tukak yang aktif, pengobatan bertujuan untuk memberantas
penyebab dan menyembuhkan penyakit. Melakukan pemantauan pada pasien dengan gejala sakit
tukak, efek samping obat yang potensial dan timbulnya interaksi obat. Rasa sakit tukak biasanya

220
hilang dalam beberapa hari ketika penggunaan NSAID dihentikan, lalu terapi anti tukak dimulai.
Pasien dengan tukak peptik tanpa komplikasi biasanya tidak ada gejala setelah diberikan terapi
anti tukak yang direkomendasikan dari regimen:
a. Antasida
Antasida biasanya mengandung aluminium atau magnesium seringkali dapat
meredakan gejala pada ulkus, dispepsia, maag, dan pada refluks gastro
esofagus non-erosif, kadang juga dapat mengobati dispepsia fungsional tetapi
manfaatnya masih belum pasti. Antasida paling baik diberikan saat gejala
muncul, biasanya selang waktu antara makan dan tidur 4 kali atau lebih
pemberian dalam sehari. Dosis tambahan mungkin diperlukan hingga satu jam
sekali. Dosis konvensional pada magnesium cair misalnya 12 10ml, 3 atau 4
kali sehari mampu meningkatkan penyembuhan ulkus dibandingkan dengan
obat antisekretori kurang baik. Sediaan cair lebih efektif daripada sediaan
tablet.
b. Antagonis Reseptor H2
Tukak lambung dan duodenum disembuhkan dengan antagonis reseptor H2
dengan mengurangi HCl yang keluar, dengan cara memblokade reseptor
histamin. Juga dapat digunakan untuk meringankan gejala penyakit refluks
gastro esofagus. Antagonis reseptor H2 tidak digunakan untuk mengobati
sindrom Zollinger Ellison tetapi menggunakan PPI karena lebih efektif.
Perawatan pemeliharaan dengan dosis rendah untuk mencegah tukak lambung,
juga pada pasien yang positif Helicobacter pylori. Pada pasien dewasa,
antagonis reseptor H2 digunakan untuk pengobatan dispepsia dan pada
dispepsia tanpa gejala. Untuk pengobatan jangka pendek tukak duodenal aktif,
dosis sekali sehari yang diberikan pada waktu malam hari menjelang tidur di
duga efektif. Penyembuhan dapat terjadi pada pemberian cimetidine 800mg,
ranitidine 300mg, famotidine 450mg, atau nizatidine 300mg sekali sehari
selama delapan minggu. Karena eliminasi obat tersebut oleh ginjal maka
dosisnya harus dikurangi pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal. Terapi
pemeliharaan pada pasien yang sudah sembuh dari tukak duodenal dapat juga
dilakukan dengan memberikan dosis sekali sehari; cimetidine 400mg,
ranitidine 150mg, famotidine 20mg atau nizatidine 150mg efektif dalam
mengurangi kekambuhan. Pada pasien tukak gaster jinak (tumor) yang aktif,
pemberian obat antagonis reseptor H2 dapat menurunkan gejala dan membantu
proses penyembuhan. Dosis yang digunakan sama dengan yang diberikan pada
221
tukak duodenal.
1) Cimetidine 800mg
Merupakan obat yang digunakan untuk mengatasi beberapa kondisi akibat
produksi asam lambung yang berlebihan seperti sakit maag, tukak
lambung, ulkus duodenum, sindrom Zollinger-Ellison, dan refluks
asam lambung atau GERD.
2) Ranitidin 300mg
tukak lambung dan tukak duodenum, refluks esofagitis, dispepsia episodik
kronis, tukak akibat AINS, tukak duodenum karena H.pylori, sindrom
Zollinger-Ellison, kondisi lain dimana pengurangan asam lambung
akan bermanfaat.
3) Famotidine 20mg
Famotidine adalah obat yang berguna mengatasi bisul pada perut dan usus,
serta mencegah gangguan tersebut untuk kambuh.
4) Nizatidine 150mg
Nizatidine bekerja dengan cara menghambat reseptor H2 pada dinding
lambung, sehingga mengurangi pengeluaran asam lambung. Cara kerja
ini akan meredakan keluhan nyeri ulu hati, rasa panas di dada, mual,
muntah, atau perut kembung.

c. Proton Pump Inhibitor


Obat – obat ini mengurangi sekresi asam (yang normal dan dibuat) dengan
jalan menghambat enzim H+/K+-ATPase secara selektif dalam sel-sel parietal.
Kerjanya panjang akibat kumulasi di sel-sel tersebut. Kadar penghambatan
asam tergantung dari dosis dan pada umumnya lebih kuat daripada perintangan
oleh H2-blockers (Hoan Tjay dan Rahardja, 2002).
Kemudian perawatan endoskopi untuk pendarahan tukak peptik yang parah,
diberikan PPI intravena dalam dosis tingi yang dapat mengurangi resiko
pendarahan pada operasi. Selain itu, PPI dapat digunakan untuk pengobatan
dispepsia dan penyakit refluks gastro esofagus (BNF, 2017).

d. Sukralfat
(Allumunium sukrosa sulfat basis, Ulsanic) dapat membentuk suatu kompleks
protein pada permukaan tukak, yang melindunginya terhadap HCL, pepsin,

222
dan empedu. Kompleks ini bertahan 6 jam disekitar tukak. Disamping itu, zat
ini juga menetralkan asam, menahan kerja pepsin, dan mengabsorbsi asam
empedu. Resorbsinya ringan efek sampingnya obstipasi, mulut kering, dan
erythema (Hoan Tjay dan Rahardja, 2002).
Sukralfat adalah obat pelindung mukosa yang dapat bekerja dengan cara
mengikat faktor pertumbuhan, yaitu EGF (Epidermal Growth Factor),
menambah sintesis dari prostaglandin, merangsang sekresi mukus dan
bikarbonat, menaikkan mekanisme pertahanan serta perbaikan mukosa (Longo
dan Anthony, 2014). Sukralfat bertindak dengan cara melindungi mukosa dari
asam pepsin tukak lambung dan duodenum (BNF, 2017).
e. Analog Prostaglandin
Misoprostol adalah analog prostaglandin sintesis yang memiliki sifat anti
sekretori dan sebagai pelindung. Selain dapat menyembuhkan tukak lambung
dan duodenum juga dapat bertindak sebagai stimulan uterus yang kuat (BNF,
2017). Misoprostol dikontraindikasikan untuk ibu hamil atau yang sedang
merencanakan kehamilan karena dapat meningkatkan kontraksi uterus serta
dapat mengakibatkan keguguran (Lacy et al, 2010).

f. Bismuth subsalisilat
Sering digunakan untuk pengobatan atau pencegahan diare memiliki khasiat
sebagai anti sekretori, anti inflamasi dan anti bakteri. Bismuth subsalisilat
mengandung banyak komponen yang dapat mempengaruhi penyerapan cairan
elektrolit di usus, mengurangi radang usus dan membunuh organisme
penyebab diare (Dipiro et al., 2017). Selain itu bismuth subsalisilat memliki
fungsi dapat melindungi tukak dari asam lambung, pepsin dan empedu dengan
membentuk lapisan dasar diulkus (Truter, 2009)
3.5.11 Kegiatan Manajemen Operasional Kefarmasian Puskesmas

Manajemen operasional adalah kegiatan yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan
jasa dengan mengubah input menjadi output (Lavari, 2016). Menurut Subagyo (Dalam Rusdiana,
2019) manajemen operasional adalah sebuah penerapan ilmu manajemen untuk mengatur kegiatan
produksi agar dilakukan secara efektif dan efisien.

Jam Kerja Apotek : 08.00-12.00

Kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker Puskesmas Saketi meliputi :

223
a. Pengkajian resep, penyerahan obat, dan pemberian informasi obat.

b. Pelayanan Informasi Obat (PIO)

c. Konseling

d. Pemantauan dan pelaporan efek samping obat (ESO).

224
3.5.12 Kegiatan Teknis Kefarmasian di Puskesmas

Menurut (Suci, Saibi and Dasuki, 2018) kegiatan teknis kefarmasian yakni melakukan
pelayanan farmasi klinis, tugas seorang apoteker adalah sebagai berikut : Pengkajian resep;
dispensing; Pelayanan Informasi Obat (PIO); konseling; pelayanan kefarmasian dirumah laporan
(home pharmacy care); Pemantauan Terapi Obat (PTO); dan Monitoring Efek Samping Obat
(MESO).

Kegiatan teknis kefarmasian yang dilakukan oleh Puskesmas Saketi hanya berupa Pelayanan
Informasi Obat, Konseling, Monitoring Efek Samping Obat (MESO), Pelayanan obat dengan resep
reguler, Pelayanan obat dengan resep prolanis, serta Pelayanan obat dengan resep Narkotik dan
Psikotropik.

Dalam pelayanan informasi obat, Puskesmas Saketi telah melakukan dengan maksimal
menggunakan format dokumentasi PIO yang sesuai dengan standar pelayanan kefarmasian di
Puskesmas yang terdapat pada PMK No. 30 Tahun 2014. Namun untuk pendokumentasian masih
kurang dilakukan karena masih terdapatnya PIO yang dilakukan tanpa adanya pendokumentasian.
Hal ini diduga terjadi karena terbatasnya kertas format PIO atau karena keterbatasan apoteker dalam
melakukan pencatatan PIO. Solusi yang disarankan kepada sarana adalah perbanyakan format kertas
PIO serta adanya peningkatan kompetensi apoteker.

Kegiatan konseling di Puskesmas Saketi telah dilakukan secara optimal, baik berupa kegiatan
ataupun pendokumentasian. Namun untuk ruangan konseling di Puskesmas Saketi belum tersedia.
Selain itu juga untuk format kertas konseling yang terdapat pada Puskesmas Saketi sudah sesuai
dengan Standar Pelayananan Kefarmasian di Apotek (PMK No. 73 Tahun 2016). Maka dari itu, solusi
yang disarankan kepada sarana adalahmenyediakan ruangan khusus konseling serta alat peraga yang
melengkapi konseling tersebut.

Untuk Monitoring Efek Samping Obat (MESO) di Puskesmas Saketi telah dilakukan secara
kondisional, dalam arti jika terjadi adanya kasus efek samping yang tidak diinginkan maka MESO
dilakukan. Kemudian di Puskesmas Saketi juga belum disediakan format kertas MESO meskipun
SOP sudah tersedia. Maka dari itu, solusi yang disarankan kepada sarana adalah lebih disiplin kembali
dalam melakukan kegiatan MESO serta penyediaan kertas format MESO.

Sedangkan, untuk pelayanan resep dokter pada bagian pengkajian resep belum dilakukan
secara optimal, namun format pengkajian resep berupa kelengkapan penulisan resep, farmasetis, serta
farmasi klinik sudah tersedia pada bagian kanan resep. Hal ini terjadi karena Apoteker di Puskesmas
Saketi hanya terdapat 1 orang sedangkan untuk pegawai pada bidang farmasi sangatlah minim.
Terlihat masih adanya profesi lain yang bekerja di Apotek bukan pada bidangnya sehingga proses
225
pengkajian resep tidak berjalan secara administrasi. Maka dari itu, solusi yang disarankan kepada
sarana adalah lebih mendisiplinkan dokumentasi pengkajian resep serta dilakukan pelatihan-pelatihan
khusus kepada pegawai selain tenaga teknis kefarmasian sehingga dapat memahami pekerjaan
kefarmasian.

Untuk pelayanan home pharmacy care belum dilaksanakan oleh Puskesmas Saketi
dikarenakan belum terdapatnya SOP home pharmacy care. Namun dalam hal format kertas kegiatan
home pharmacy care sudah tersedia dan sudah sesuai dengan PMK No. 72 Tahun 2016 tentang standar
pelayanan kefarmasian di Apotek. Namun pada format Puskesmas Saketi tidak dicantumkan nomor
telepon. Selain itu, terdapat penambahan format tanggal lahir, nama dokter, riwayat penyakit, riwayat
alergi, dan nomor RM pada format home pharmacy care di Puskesmas Saketi. Maka dari itu, solusi
yang disarankan kepada sarana adalah membuat SOP nya terlebih dahulu untuk standar pelaksanaan
home pharmacy care.

Untuk Pemantauan Terapi Obat (PTO) dan Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) yang
dilaksanakan dengan visite pasien rawat inap belum dilakukan oleh Puskesmas Saketi karena belum
adanya SOP yang memadai. Maka dari itu, solusi yang disarankan kepada sarana adalah membuat
SOPnya terlebih dahulu untuk standar pelaksanaan kegiatan tersebut serta perlu adanya kesadaran
yang tinggi dalam pelaksanaannya.

3.5.12.1 Administrasi di Puskesmas

Dalam proses kerja, Puskesmas pasti melakukan pencatatanpencatatan seperti pendaftaran


pasien, daftar obat, laporan jumlah pasien per bulan, dan lainnya (Sari Mayang and Saputra, 2020).
Sistem Informasi Administrasi kesehatan merupakan hal yang sangat penting untuk segera diterapkan.
Hal ini mengingat semakin kompleksnya permasalahan yang ada dalam data medis pasien maupun
data-data administrasi lainnya, dengan demikian apabila menggunakan sistem informasi akan
mempermudah dalam mengolah dan memproses data-data yang begitu banyak (Wardana, Purnama
and Effiyaldi, 2021). Dalam hal ini, Puskesmas Saketi telah melakukan sistem administrasi via
software seperti excel berupa penginputan data resep pasien dan word berupa permintaan obat secara
khusus serta melalui sebuah aplikasi (P-Care BPJS). Selain itu proses administrasi dilakukan juga
menggunakan kertas karcis. Untuk pencatatan medis sebagian besar sudah terdapat di P-Care, tetapi
untuk rekam terapi tidak termasuk didalamnya. Pencatatan rekam terapi dilakukan secara manual.
Untuk pengeluaran obat harian dan bulanan (stock opnime) Puskesmas Saketi dicatat menggunakan
kartu stok yang berbeda.

226
3.5.12.2 Pengadaan dan Pengelolaan Perbekalan Farmasi

Perencanaan yang dilakukan oleh Puskesmas Saketi adalah dengan metode konsumsi

yang dilihat pada periode sebelumnya. Namun pada pemilihan metode konsumsi

membuat Puskesmas Saketi sering terjadi kekosongan obat. Hal ini terjadi karena pola

penyakit di wilayah Saketi sering mengalami perubahan. Maka dari itu, solusi yang

disarankan kepada sarana adalah menggunakan metode perencanaan kombinasi antara

metode konsumsi danepidemiologi.

Bagan 3.2 Alur Pemesanan Obat & BMHP UPT Puskesmas DTPSaket

LPLPO dari Puskesmas Saketi


diberikan kepada Gudang Farmasi
Kabupaten/Dinas Kesehatan
Kabupaten

Seksi Gudang Farmasi Kabupaten


Pandeglang Diteliti Dari Segi :
a. Jumlah kunjungan
b. Rasio Pemakaian Obat
c. Pemakaian Obat di
Puskesmas
d. Sisa obat di Gudang
FarmasiKabupaten/Dinas
Kesehatan Kabupaten
Pandeglang
e. Persediaan obat di Gudang
Farmasi Kabupaten/Dinas
Kesehatan Kabupaten
Pandeglang
f. Pengisian kolom pemberian

227
Petugas Gudang Farmasi
Kabupaten Pandeglang lalu :
a. Dibuat SBBK
b. Obat dihitung, diteliti, dan
dicekbersama
c. SBBK ditandatangani oleh
Bendahara dan disetujui
oleh kasir farmasi

Obat masuk ke Gudang Puskesmas


Saketi

Pengadaan barang di Puskesmas Saketi dilakukan dengan dua macam yakni pengadaan
dropping melalui DinKes Kabupaten danpengadaan mandiri melalui Pedagang Besar Farmasi
(PBF). Pada pengadaan melalui Dinas Kesehatan Kabupaten, Puskesmas Saketi memberikan
Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) kepada Gudang Farmasi
Kabupaten. Kemudian barang dikirimkan sesuai dengan kebutuhan Puskesmas dan yang
tersedia di Gudang Farmasi Kabupaten bersamaan dengan penyerahan Surat Bukti Barang
Keluar (SBBK) dan Berita Acara Serah Terima. Sedangkan pada pengadaan mandiri,
Puskesmas Saketi memberikan surat pesanan kepada PBF kemudian PBF mengirimkan barang
yang diminta disertai dengan faktur atau surat jalan. Dalam hal format LPLPO yang digunakan
olehPuskesmas Saketi, sudah sesuai dengan persyaratan LPLPO yang terdapat pada PMK No.
31 Tahun 2019 tentang sistem informasi puskesmas, hanya terdapat penambahan harga pada
LPLPO Puskesmas Saketi, penambahan ini dilakukan sesuai dengan kebutuhan masing-masing
Puskesmas. Dengan adanya data harga di LPLPO Puskesmas Saketi mempermudah Puskesmas
Saketi jika sewaktu-waktu menerapkan sistem pengadaan ABC. Untuk format SBBK belum
sesuai dengan persyaratan format SBBKpada PMK No. 75 tahun 2016 tentang penyelenggaraan
uji mutu obat pada instalasi farmasi pemerintah. Maka solusi yang dapat disarankan kepada
sarana adalah membuat ulang format SBBK yang sesuai dengan persyaratan yang ada.
Pengiriman sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dilakukan
melalui pengadaan dropping dari Gudang Farmasi Kabupaten Pandeglang 7 hari setelah
dilakukannya pemesanan. Sedangkanuntuk pengadaan mandiri, Puskesmas Saketi melakukan
pemesanan kepada PBF,dengan waktu kedatangan barang 3 hari setelah pemesanan.

228
Penerimaan sediaan farmasi di Puskesmas Saketi dilakukan dengan dua cara yakni
pengambilan barang secara langsung ke Gudang Farmasi Kabupaten atau Gudang Farmasi
Kabupaten dan PBF yang mengirim langsung ke Puskesmas Saketi. Sediaan farmasi yang
datang dicek terlebihdahulu dalam beberapa hal seperti keadaan fisik, nama dan jenis sediaan
farmasi, jumlah, no.batch, serta expired date tiap barang. Karena terlalu banyaknya jumlah
barang, maka pengecekan hanya dilakukan satu sampel saja pada tiap nama dan jenis sediaan
farmasi. Hal ini dapat dilakukan agardapat mengefisiensikan waktu.
Untuk kegiatan penyimpanan di gudang farmasi Puskesmas Saketi menggunakan sistem alfabetis
sesuai dengan nama yang tertera pada surat SBBK saat pertama kali barang datang serta
dikelompokkan berdasarkanbentuk sediaannya dengan penyusunan sediaan farmasi menggunakan
sistem FIFO (First In First Out) serta pengeluaran sediaan farmasimenggunakan system FEFO
(First Expired First Out). Barang yangmudah terbakar dan berbahaya atau B3 diletakkan pada
lemari khusus,serta penyimpanan injeksi disimpan pada lemari yang terpisah dengan obatyang lain.
Beberapa injeksi yang memang penyimpanannya harus padasuhu rendah disimpan pada lemari
es khusus penyimpanan obat. Digudang farmasi juga terdapat monitoring suhu ruangan. Selain itu
digudang farmasi juga terdapat wilayah penanda khusus untuk obat expireddiletakkan pada area
kosong menggunakan lakban berwarna mencolok, halini sudah sesuai dengan persyaratan yang ada.
Banyaknya sediaan farmasi yang sudah kadaluarsa diakibatkan dari penerimaan barang yang
memiliki masa kadaluarsa terlalu dekat dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang, namun masih
tetap diterima oleh Puskesmas Saketi. Selain itu, kekurangan dari penyimpanan gudang farmasi
Puskesmas Saketi yaknibelum adanya area karantina bagi sediaan farmasi yang baru datang, maka
dari itu disarankan pada sarana untuk membuat area karantina di gudang farmasi Puskesmas untuk
mencegah kontaminasi silang. Ada jugabeberapa penyimpanan yang masih belum sesuai standar,
yakni menurut (Depkes RI, 2002) menyebutkan bahwa obat tidak boleh langsung berhubungan
dengan lantai, harus diatas pallet atau papan, namun di gudang farmasi Puskesmas Saketi masih
ditemukan sediaan cairan seperti infus yang masih berhubungan langsung dengan lantai. Maka dari
itudisarankan kepada sarana untuk menyediakan pallet atau papan yang tingginya minimal 10 cm dari
lantai guna penyimpanan obat. Untuk penyimpanan obat LASA/high alert menggunakan daftar obat
LASA dan penandaan high alert pada tiap ujung rak LASA/high alert serta dipisahkandari obat yang
lain dan tidak saling berdekatan. Menurut penyimpanan hight alert ini sudah sesuai dengan standar
penyimpanan LASA (Devi, 2019). Untuk penyimpanan narkotik dan psikotropik, Menurut (Mardiati,
Kurniawan and Meydina, 2018) mengatakan bahwa persyaratan penyimpanan narkotik dan
psikotropik yaitu ruangan yang mempunyaisatu pintu dengan 2 buah kunci yang berbeda, hal ini
sudah diterapkanoleh Puskesmas Saketi. Namun dalam hal ruangan seharusnya diletakkan di dalam
229
ruang khusus di sudut ruangan dan diletakkan di tempat yang aman serta tidak terlihat umum, tata
letak lemari narkotik dan psikotropik di Gudang Farmasi Puskesmas Saketi justru diletakkan di
ruangan yang sama dengan sediaan farmasi yang lainnya dan sangat mudah dilihat oleh umum sepeti
tenaga kesehatan yang lainnya. Untuk kunci lemari khusus dikuasai oleh apoteker, kemudian untuk
lemarinya terbuat dari bahan yangkuat, tidak mudah dipindahkan dan mempunyai 2 buah kunci yang
berbeda, hal ini diterapkan oleh Gudang Farmasi Puskesmas Saketi. Maka dari itu solusi yang
disarankan kepada sarana adalah untuk menyediakan ruangan khusus serta lemari narkotik dan
psikotropik yang sesuai dengan cara penyimpanannya.

Kegiatan penyimpanan sediaan farmasi di Apotek Puskesmas Saketi menggunakan


sistem alfabetis dengan kombinasi fast moving dan slow moving serta dikelompokkan
berdasarkan bentuk sediaannya dengan penyusunan sediaan farmasi menggunakan sistem FIFO
(First In First Out)serta pengeluaran sediaan farmasi menggunakan sistem FEFO (First Expired
First Out). Menurut (Devi, 2019) untuk penyimpanan hight alert dipisahkan dengan obat lain
serta terdapat penandaan hight alert pada sisi obat, pada penyimpanan hight alert di apotek
Puskesmas Saketi sudah sesuai dengan persyaratan yang ada. Sedangkan untuk penyimpanan
obat narkotik dan psikotropik di Apotek belum sesuai dengan standar penyimpanan narkotik
dan psikotropik seperti halnya dengan penyimpanan narkotik dan psikotropik di gudang
farmasi Puskesmas Saketi, namun untuk lemari narkotik dan psikotropik di Apotek mempunyai
2 pintu dengan masing-masing pintu mempunyai 1 buah kunci yang berbeda, dengan lemari
yang mudah dipindahkan. Hal ini sangat belum sesuai dengan persyaratan yang ada. Maka dari
itu solusi yang disarankan kepada sarana adalah menyediakan ruangan khusus serta lemari
narkotik dan psikotropik di Apotek (Mardiati, Kurniawan and Meydina, 2018).
Kemudian untuk penyimpanan sediaan farmasi di ruang UGD, rawat inap, dan VK
masih belum sesuai aturan penyimpanan (tidak menggunakan sistem alfabetis, farmakoterapi,
dan FEFO/FIFO) selain itu juga di ruang UGD disediakan troli emergency akan tetapi tidak
dipakai semestinya. Hal ini terjadi disebabkan jumlah karyawan yang kurang memadai sesuai
bidangnya. Maka dari itu, solusi yang disarankan kepada sarana adalah menempatkan petugas
farmasi di tiap ruangan atau melatih petugas yang ada dalam hal pekerjaan kefarmasian.
Pendistibusian yang dilakukan oleh Puskesmas Saketi meliputi pendistribusian ke
posyandu, puskesmas pembantu, pos kesehatan desadan pondok bersalin desa serta ke unit
pelayanan UGD, VK, rawat inap,dan apotek. Alur permintaan obat dari sub unit diawali dengan
penyerahanformulir LPLPO sub unit yang diisi dan di tanda tangani olehpenanggung jawab
sub unit kepada puskesmas induk. Apoteker melakukanpengecekan terhadap permintaan obat
dari sub unit dan pemberian obatmenyesuaikan dengan kebutuhan serta penyediaan obat di

230
gudang farmasi.

Pemusnahan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai dilakukan apabila
terdapat obat yang sudah kadaluarsa ataupun sudahtidak memenuhi persyaratan mutu. Dalam
hal ini, Puskesmas Saketimelakukan pemusnahan dengan cara memisahkan obat dengan bahan
medis. Dimana Penanganan limbah medis habis pakai dilakukan dengankerja sama bersama
PT. Wahana Alam Hijau, sampah medis dibungkuspada plastic berwarna kuning, sampah
injeksi dengan safety bok, untuk alat TBC disterilkan terlebih dahulu. Penganggaran
dilakukan olehpuskesmas Saketi dan dibayarkan kepada pihak ketiga (PT. Wahana AlamHijau)
setelah menganggkut limbah medis habis pakai dan Obat yang sudah kadaluarsa (expired).
Gambar 3.1 Pembuangan Sampah injeksi Puskesmas Saketi

Puskesmas Saketi melakukan proses pengendalian dengan cara tidak mengutamakan


obat JKN serta lebih mengutamakan pengeluaran obat generic. Selain itu dilakukan pula
pembagian obat seperti pada obat yang berdosis ½ tablet pada obat dexamethasone dan
amoxicillin diberikanhanya 5 tablet, obat paracetamol dan chlorpheniramine maleat diberikan
4 tablet. Sedangkan untuk dosis selain dari ½ tablet khusus untuk obat antacid dan vitamin B
Complex diberikan 8 tablet, paracetamol, chlorpheniramine maleat, molagit dan acetylsistein
diberikan 6 tablet, piroxicam 5 tablet, serta pembagian bedak tabur salicyl 1 wadah menjadi 4
plastik klip. Puskesmas Saketi juga dalam menunjang pengendalian tidak mengizinkan petugas
puskesmas untuk mengambil sembarang obat tanpa adanya resep dokter.

Evaluasi yang dilakukan oleh Puskesmas Saketi berupa evaluasi kesesuaian penulisan
resep dengan formularium Puskesmas serta evaluasi penggunaan resep rasional. Sedangkan
laporan yang dilakukan oleh Puskesmas Saketi hanya berupa laporan Narkotik dan Psikotropik.
3.4.1 Kegiatan Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
3.4.3.1 Pengkajian Resep

231
Peraturan Menteri Kesehatan No. 72 Tahun 2016, BAB I pasal 1 (4) menyebutkan bahwa
“resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada apoteker, baik dalam bentuk
paper maupun electronik untuk menyediakan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang
berlaku” (Pangestuti, Harwien and Purnawiranita, 2020).

Kegiatan skrining resep yang dilakukan tenaga kefarmasian untuk mencegah terjadinya
keselahan pengobatan (Medication error) (DepkesRI, 2008). Kesalahan pengobatan adalah kejadian
yang merugikan pasien akibat pemakaian obat selama dalam penanganan tenaga kesehatan yang
sebetulnya dapat dicegah (Jaelani and Hindratni, 2017). Kesalahan peresepan dalam hal penulisan
resep meliputi resep yang tidak dapat dibaca, penulisan singkatan yang ambigu atau memiliki dwi
makna, kurangnya penulisan informasi yang penting misalnya tanggal peresepan, dosis, rute,
frekuensi pemberian obat.

Untuk menghindari kesalahan pengobatan, Apoteker dapat berperan nyata dalam pencegahan
terjadinya kesalahan pengobatan di Puskesmas melalui kolaborasi dengan dokter dan pasien. Hal
yang dapat dilakukan antara lain (Depkes RI, 2019) :

a. Identifikasi pasien minimal dengan dua identitas, misalnya nama dan nomor rekam medik/
nomor resep

b. Apoteker tidak boleh membuat asumsi pada saat melakukan interpretasi resep dokter.
Untuk mengklarifikasi ketidaktepatan atau ketidakjelasan resep, singkatan, hubungi dokter
penulis resep.

c. Dapatkan informasi mengenai pasien sebagai petunjuk penting dalam pengambilan


keputusan pemberian obat, seperti :

1) Data demografi (umur, berat badan, jenis kelamin) dandataklinis (alergi, diagnosis dan
hamil/menyusui). Contohnya, Apoteker perlu mengetahui tinggi dan berat badan
pasien yang menerima obat-obat dengan indeks terapi sempit untuk keperluan
perhitungan dosis.
2) Hasil pemeriksaan pasien (fungsi organ, hasil laboratorium, tandatanda vital dan
parameter lainnya). Contohnya, Apoteker harus mengetahui data laboratorium yang
penting, terutama untuk obatobat yang memerlukan penyesuaian dosis dosis (seperti
pada penurunan fungsi ginjal).
d. Apoteker harus membuat riwayat/catatan pengobatan pasien.

232
e. Strategi lain untuk mencegah kesalahan obat dapat dilakukan dengan penggunaan
otomatisasi (automatic stop order), sistem komputerisasi (eprescribing) dan pencatatan
pengobatan pasien seperti sudah disebutkan diatas.

f. Permintaan obat secara lisan hanya dapat dilayani dalam keadaan emergensi dan itupun
harus dilakukan konfirmasi ulang untuk memastikan obat yang diminta benar, dengan
mengeja nama obat serta memastikan dosisnya. Informasi obat yang penting harus
diberikan kepada petugas yang meminta/menerima obat tersebut. Petugas yang menerima
permintaan harus menulis dengan jelas instruksi lisan setelah mendapat konfirmasi
(Jaelani and Hindratni, 2017).

Dalam alur pelayanan resep, apoteker wajib melakukan pengkajian resep sesuai dengan
Peraturan Menteri Kesehatan No. 73 Tahun 2016, yang meliputi pengkajian admninstratif, kesesuaian
farmasetis, dankesesuian klinis untuk menjamin legalitas suatu resep danmeminimalkan kesalahan
pengobatan. Resep harus ditulis dengan jelasuntuk menghindari salah persepsi antara penulis dengan
pembaca resep, kegagalan komunikasi dan salah interpretasi antara dokter dengan apoteker
merupakan salah satu faktor kesalahan medikasi (medication error) yang berakibat fatal bagi pasien
(Putri, 2020).

Dalam penulisan, resep biasanya terdiri dari 6 bagian, yaitu :

a. Inscriptio : Nama dokter, no. SIP, alamat/telepon/HP/kota/tempat, tanggal penulisan resep.


Untuk obat narkotika hanya berlaku untuk satu kota provinsi. Sebagai identitas dokter
penulis resep. Format inscriptio suatu resep dari rumah sakit sedikit berbeda dengan resep
pada praktik pribadi.

b. Invocatio : permintaan tertulis dokter dalam singkatan latin “R/ = resipe” artinya ambilah
atau berikanlah, sebagai kata pembuka komunikasi dengan apoteker di apotek.

c. Prescriptio/ Ordonatio : nama obat dan jumlah serta bentuk sediaanyang diinginkan.

d. Signatura : yaitu tanda cara pakai, regimen dosis pemberian, rute dan interval waktu
pemberian harus jelas untuk keamanan penggunaan obat dan keberhasilan terapi.

e. Subscriptio : yaitu tanda tangan/ paraf dokter penulis resep berguna sebagai legalitas dan
keabsahan resep tersebut.

f. Pro (diperuntukkan) : dicantumkan nama dan umur pasien. Teristimewa untuk obat
narkotika juga harus dicantumkan alamat pasien (untuk pelaporan ke Dinkes setempat)
(Putri, 2020).

233
Kajian administratif resep meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin dan berat badan,
nama dokter, nomor surat izin praktik (No.SIP), alamat, nomor telepon, paraf dokter, dan
tanggal penulisan resep. Kajian farmasetis resep meliputi bentuk sediaan, kekuatan sediaan,
stabilitas dan kompatibilitas dan kajian klinis resep meliputi ketepatan indikasi, ketepatan dosis
obat, aturan penggunaan obat, cara penggunaan obat, lama penggunaan obat,
duplikasi/polifarmasi, reaksi obat yang tidak diinginkan, kontraindikasi dan interaksi obat
(Febrianti, Ardiningtyas and Asadina, 2018).

Aturan dasar mengenai penulisan resep telah disebutkan pada Kementerian Kesehatan
No.280/MENKES/SK/V/1981 yang menyatakan bahwa resep harus memuat :
a. Nama, alamat dan nomor izin praktek dokter, dokter gigi ataudokter hewan.
b. Tanggal penulisan resep.
c. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep.
d. Setelah tanda R/ harus ditulis nama setiap obat atau komposisiobat.
e. Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep, sesuai denganperaturan perundang-
undangan yang berlaku.
f. Tanda seru dan paraf dokter untuk resep yang mengandung obat yang jumlah
melebihi dosis maksimal.
g. Nama pasien, umur dan alamat pasien.
h. Jenis hewan dan nama serta alamat pemiliknya untuk resep dokter hewan.
i. Untuk penderita yang memerlukan pengobatan segera, dokter dapatmemberi tanda “
segera”, “ cito”, “ statim” atau “ urgent “ pada bagian atas kanan resep.
j. Pada resep yang tidak dapat diulang, resep asli diberi tanda “ n.i”, “ne iteratur”, atau “
tidak boleh diulang “(Putri, 2020).
Metode skrining resep pada Puskesmas Saketi sudah ada dimulai dari administrasi,
farmasetis, dan klinis yang terdapat pada bagian kanan resep namun belum dilaksanakan secara
maksimal. Hal ini terjadi karena kurangnya tenaga kefarmasian di Puskesmas Saketi. Pada
penulisan resep juga tidak menerapkan bahasa latin serta terdapat banyak bagian skrining tidak
diisi oleh penulis resep, hal inidisebabkan karena penulisan resep di Puskesmas Saketi bukan
hanya dokter akan tetapi bidan dan perawat pun ikut menuliskan resep. Maka dari itu, solusi
yang disarankan kepada sarana adalah berupa penambahan pegawai teknis kefarmasian dan
dokter atau melatih para pegawai untuk memahami pekerjaan kefarmasian.
Adapun alur pelayanan pasien rawat jalan di Puskesmas Saketi diawali pendaftaran
untuk menentukan pasien prolanis (Program Pengelolaan Penyakit Kronis) atau regular, dengan
biaya yangdikeluarkan oleh pasien regular (umum) berjumlah Rp. 6000,- danpasien prolanis
234
tidak dipungut biaya. Setelah pendaftaran, pasien akan mengantri sesuai dengan nomor antrian
dan sesuai dengan ruang pemeriksaan (poli umum, poli gigi, KIA). Pasien akan dipanggil sesuai
nomor antrian dengan pemanggilan nama, alamat, dan ruang pemeriksaan. Kemudian dokter
akan memeriksa pasien, mendiagnosa penyakit pasien serta menuliskan resep. Selanjutnya
pasien mengantri pengambilan obat di apotek dan dipanggil sesuai dengan penyerahan resep
lebih awal. Sedangkan pelayanan pasien rawat inap dilakukan dengan penulisan resep oleh
dokter diruang rawat inap kemudian pasien mengantri 32 mengambil obat di apotek bersama
dengan pasien rawat jalan dan akan dipanggil sesuai dengan penyerahan resep paling awal. Pada
resep pasien rawat inap tercantumkan kalimat pasien rawat inap. Hal ini dilakukan guna
pemberian informasi tambahan yakni pada penyerahan obatnya, pasien diminta untuk
memberikan obat yangsudah diambil di apotek ke perawat. Obat tersebut akan ditindaklanjuti
oleh perawat ruangan tempat rawat inap. Untuk alur pelayanan resep di apotek dijelaskan pada
bagan berikut ini.
Bagan 3.3 Alur Pelayanan Resep Reguler (umum) dan Prolanis UPT Puskesmas
DTP Saketi

Menerima resep dari pasien

Resep diberi nomor sesuai


antrian pasien

Melakukan skrining pada resep Jika resep tidak jelas

Menghubungi apoteker dan


Jika resep sudah lengkap
apoteker akan mengkonfirmasi
kepada Dokter

Melakukan Pemberian Etiket


Obat diperiksa kembali,
Nama dan Jenisnya

235
Memanggil pasien serta Obat diserahkan Kepada Petugas
Penyerahan Obat disertai Pengecekan Resep (double check)
dengan PIO Kepada Pasien

Melakukan proses Administrasi


dan Dokumentasi

Untuk alur pelayanan resep narkotika dan psikotropika Puskesmas Saketi sama seperti
halnya alur pelayanan resep regular dan prolanis,hanya saja pada pelayanan resep ini lebih hati-
hati dalam melakukan skrining serta penyiapan obatnya. Selain itu, kartu stok obat narkotik dan
psikotropik harus selalu diisi saat obat dikeluarkan menggunakan nama pasien, umur dan alamat
pasien.

Pada kegiatan pemberian informasi obat, pasien diberitahu informasi obat meliputi indikasi
obat dan aturan pakai. Tanpa dijelaskan lebih rinci mengenai nama obat, cara penyimpanan, dan
efek samping obat.

3.5.12.2 Pelayanan Informasi Obat ( PIO)

Mutu pelayanan kesehatan yang berhubungan dengan kepuasanpasien dapat mempengaruhi


derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, karena pasien yang merasa puas akan mematuhi
pengobatan dan mau datang berobat kembali, salah satunya adalah tentang informasi obat.
Pelayanan informasi obat merupakan suatu kegiatan untuk memberi pelayanan informasi obat yang
akurat dan objektif dalam hubungannya dengan perawatan pasien, pelayanan informasi obat sangat
penting dalam upaya menunjang budaya pengelolaan dan penggunaan obat secara rasional
(Djamal and Safitri, 2020).

Pelayanan informasi obat dapat berupa penyediaan, pengelolaan, penyajian dan pengawasan
informasi obat dan keputusan profesional. Informasi tentang obat yang dibutuhkan pasien yaitu :
nama obat (merk dagang) dan kegunaannya, cara penggunaan obat tersebut (obat luar atau obat
dalam) beserta aturan pemakaian meliputi dosis dan jadwal penggunaan obat, petunjuk khusus
tentang cara penyediaan obat, hal-hal yang mungkin timbul selama penggunaan obat, pantangan-
pantangan selama penggunaan obat, cara penyimpanan obat yang benar dan tindakan yang harus
segera diambil jika terjadi kesalahan dosis (Djamal and Safitri, 2020).

Untuk pelayanan informasi obat di Puskesmas Saketi sudah dilaksanakan secara maksimal
namun dalam hal dokumentasinya masih kurang. Banyaknya PIO yang tidak dilakukan
pendokumentasian disebakan oleh kurangnya ketersediaan kertas format PIO dan kurangnya
236
kesadaran apoteker dalam mendokumentasikannya. Untuk format kertas PIO sudah sesuai dengan
PMK No. 30 tahun 2014 tentang standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas. Solusi yang
disarankan kepada sarana adalah perbanyakan format kertas PIO serta adanya peningkatan
kompetensi apoteker.

3.5.12.3 Konseling
Konseling merupakan suatu proses identifikasi dan penyelesaian masalah atau memberikan
pengetahuan terkait penggunaan obat kepada pasien maupun keluarga pasien. Konseling juga
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan kepatuhan pasien. Pasien yang kurang pengetahuan
terhadap obat dan penyakit yang diderita cenderung kurang patuh dengan pengobatan yang mereka
terima. Kehadiran Apoteker dalam memberikan konseling terutama pada awal pengobatan pasien
sangat berpengaruh terhadap kepatuhan pasien (Robiyanto, Aspian and Nurmainah, 2019). Untuk
mengawali konseling, Apoteker menggunakan three prime questions. Apabila tingkat kepatuhan
pasien dinilai rendah, perlu dilanjutkan dengan metode Health Belief Model. Apoteker harus
melakukan verifikasi bahwa pasien atau keluarga pasien sudah memahami obat yang digunakan
(Anggreini and Wirasuta I Made Agus Gelgel, 2021).
Menurut PERMENKES RI (2016), terdapat beberapa kriteriapasien/keluarga pasien
yang perlu diberi konseling, anatara lain :
1. Pasien kondisi khusus (pediatric, geriatric, gangguan fungsi hati dan/atau
ginjal, ibu hamil dan menyusui).
2. Pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (misalnya : TB, DM,
AIDS, epilepsi).
3. Pasien yang mengunakan obat dengan instruksi khusus (pengunaan
kortikosteroid dengan tappering down/off).
4. Pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi sempit (digoksin,fenitoin,
teofilin).
5. Pasien dengan polifarmasi ; pasien menerima beberapa obat untuk indikasi
penyakit yang sama. Dalam kelompok ini juga termasuk pemberian lebih dari
satu obat untuk penyakit yang diketahui dapat disembuhkan dengan satu jenis
obat.
6. Pasien dengan tingkat kepatuhan rendah. (Anggreini and Wirasuta I Made Agus

237
Gelgel, 2021).
Kemudian dalam PERMENKES RI (2016) juga sudah diatur tahapan dalam
memberikan konseling kepada pasien/keluarga pasien, yaitu sebagai berikut:
1. Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien.
2. Menilai pemahaman pasien tentang penggunaan obat melalui three prime
questions, yaitu :
a. Apa yang disampaikan dokter tentang obat anda?
b. Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang cara pemakaian obat anda?
c. Apa yang di jelaskan oleh dokter tentang hasil yang diharapkan setelah
anda menerima terapi obat tersebut?
3. Menggali informasi lebih lanjut dengan memberi kesempatan kepadapasien
untuk mengeksplorasi masalah penggunaan obat.
4. Memberikan penjelasan kepada pasien untuk menyelesaikan masalah
penggunaan obat.
5. Melakuan verifikasi akhir untuk memastikan pemahaman pasien.(Anggreini
and Wirasuta I Made Agus Gelgel, 2021).
Setelah melakukan konseling, apoteker dapat mendokumentasikan konseling dengan
meminta tanda tangan pasien sebagai bukti bahwa pasien memahami informasi yang
diberikan dalam konseling. Bukti tersebut dapat berupa formulir yang diisi oleh
pasien/keluarga pasien yang mendapatkan konseling dari apoteker yang bersangkutan
(Anggreini and Wirasuta I Made Agus Gelgel, 2021).

Kegiatan konseling di Puskesmas Saketi telah dilakukan secaraoptimal, baik berupa


kegiatan ataupun pendokumentasian. Namun untuk ruangan konseling di Puskesmas Saketi
belum tersedia. Selain itu juga untuk format kertas konseling yang terdapat pada Puskesmas
Saketi sudah sesuai dengan Standar Pelayananan Kefarmasian di Apotek (PMK No. 35 Tahun
2014). Maka dari itu, solusi yang disarankan kepada sarana adalah menyediakan ruangan
khusus konseling serta alat peraga yang melengkapi konseling tersebut.

238
3.6 Kegiatan Mahasiswa di Puskesmas
Pada bagian ini membahas mengenai kegiatan yang dilakukan selamaPraktek Kerja Lapangan
(PKL) yang dilaksanakan di UPT PuskesmasDTP Saketi selama 30 hari kegiatan tersebut terdiri dari:
3.6.1 Penyuluhan Kepada Pasien
Pada gelombang 2, penyuluhan dilakukan pada hari senin, 31 Agustus 2023 di depan Ruang
Pelayanan Pasien. Penyuluhan yang dilakukan membahas tentang gizi seimbang untuk remaja,
kegiatan ini bertujuan agar pasien mengetahui cara mengatasi gizi seimbang remaja.
Berikut informasi yang akan disampaikan pada saat penyuluhan :
a. Pengertian Gizi Seimbang Remaja
b. Faktor-Faktor Gizi Seimbang Remaja
c. Klasifikasinya
d. Proses Terjadinya
e. Akibatnya
f. Serta Pencegahannya

Gambar 3.2 Penyuluhan dan Alat Peraga Gelombang 2

239
3.6.2 Kegiatan Pemenuhan Tugas Puskesmas

Pada Gelombang 1, ditugaskan untuk melakukan skrining 1 hari 1 resep setiap hari
dengan total 22 resep yang terdiri dari 17 resep racikan dan 5 resep biasa.

Kegiatan di Gudang Obat


Kegiatan yang dilakukan di gudang obat yaitu menuliskan permintaan obat dalam
bentuk lembar permintaan obat dan menyiapkan obat yang diminta dari unit-unit yang ada di
puskesmas seperti Ruang Perawatan, UGD, Ruang Bersalin dan Apotek. Surat Permintaan yang
telah di terima di cek kembali oleh Apoteker untuk pemberian obatnya sesuai dengan stok yang
ada di gudang obat, disiapkan lalu didistribusikan tidak lupa untuk mengecek kembali apakah
obat sudah sesuai dengan yangdiminta khawatir pada saat pendistribusian berlangsung ada obat
yangjatuh tanpa kita sadari, dan meminta tanda tangan dari pihak penerima barang. Selain itu
kegiatan yang dilakukan di gudang farmasi puskesmas juga menerima obat yang datang dari
gudang farmasi kabupaten dengan mengecek kesesuaian sediaan farmasi, alat kesehatan dan
bahan medis habis pakai yang diterima dengan surat bukti barang keluar dari Gudang Farmasi
Kabupaten serta menyimpan obat-obatan tersebut sesuai dengan alfabetis dan sesuai dengan
bentuk sediaannya serta menyimpan sediaan yang mudah terbakar pada lemari khusus, mengisi
kartu stok yang ada di gudang, membantu apoteker mengarsipakan dokumen tentang obat,
memberikan label sediaan farmasi yang expired datenya mendekati dan yang masih lama.

Gambar 3.5 Penerimaan Barang dari Gudang Farmasi Kabupaten

Gambar 3.6 Pendistribusian Sediaan Farmasi dan BMHP

240
Gambar 3.8 Pengisian Kartu Stok

4.Pelayanan Resep

Resep yang datang ke apotek di skrining terlebih dahulu lalu disiapkan obat-obatan yang
diminta sesuai dalam resep, jika ada obat yang harus diracik maka di racik sesuai dengan
permintaannya, obat yang telah siap diberikan kepada pasien dan diberikan informasi tentang
bagaimana cara penggunaan, aturan pakai, indikasi atau kegunaan dari setiap obat yang diberikan.

Obat-obatan yang perlu diracik seperti obat untuk balita yang belum bisa meminum tablet dapat
diracik sesuai yang diminta dalam resep biasanya pulveres dibuat dalam 9 atau 10 bungkus terdiri
dari beberapa obat yang digerus sesuai dengan indikasi penyakitnya.

241
Gambar 3.7 Proses Meracik Obat

242
Gambar 3.8 Pengemasan Ulang Obat

Gambar 3.9 Penyiapan Resep

Gambar 3.10 Penyerahan Obat dan Pemberian Informasi Obat

243
5. Penyimpanan Obat di Apotek

Penyimpanan obat di Apotek sesuai dengan yang sudah tertera disana disiapkan untuk
obat-obatan fast moving dan slow moving, dan obat- obatan narkotika psikotropika
ditempatkan dalam tempat yang berbedaada lemari khusus untuk obat tersebut tidak boleh
dicampurkan denganobat yang lainnya harus dalam keadaan terpisah.

Gambar 3.11 Penyimpanan Obat di Apotek

6. Stock Opname Obat

Dilakukan stok opname pada akhir bulan yaitu pada tanggal 31 Maret 2023, meliputi
pencatatan obat yang tersisa pada tempat obat dihitung dan dicatat lalu dilaporkan kepada
apoteker lalu diarsipkan.

Gambar 3.12 Pengisian Stock Opname Obat

244
7. Presentasi Laporan

Laporan yang telah dibuat lalu di presentasikan pada hari senin 31 Agustus 2023
melalui tatap muka (offline) dan di hadirkan langsung oleh Apoteker Pembimbing PKL,
yang membahas tentang keseluruhan dari isi laporan, dievaluasi apa saja yang perlu
ditambahkan atau yang sekiranya tidak harus ada dalam laporan tersebut.

Gambar 3.13 Presentasi Laporan

245
8. Penginputan Data LPLPO

Pada Gelombang 2, mendapatkan kesempatan dalam membantu Apoteker dalam


menginput data LPLPO Puskesmas Saketi.

Gambar 3.14 Penginputan Data LPLPO

9. Mencap Dokumen SBBK

Pada gelombang 2, mendapatkan kesempatan Apoteker dalammencap dokumen


SBBK Puskesmas Saketi.

Gambar 3.15 Pengecapan Dokumen SBBK

246
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tukak lambung (piptic ulcer)


Tukak lambung adalah peradangan pada lambung yang terjadi karena adanya luka
terbuka atau ulkus pada lapisan dinding lambung. Normalnya, lambung memiliki dinding
pelindung yang dilapisi oleh lendir tebal untuk melindungi jaringan dinding dari kuatnya
efek cairan asam lambung.

Peptic ulcer atau tukak lambung adalah luka atau ulkus pada lambung yang
menyebabkan penderitanya mengalami keluhan seperti perut kembung, nyeri ulu hati, dan
mual. Luka ulkus ini juga disertai peradangan pada lapisan dinding lambung, tepatnya di
area sekitar ulkus.

247
Menurut WHO, angka kejadian tukak lambung di Indonesia adalah 40,8% dengan angka
kejadian di beberapa wilayah di Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 274,396 kasus
dari 238,452,952 jiwa penduduk. Tukak lambung merupakan salah satu penyakit dari 10
penyakit terbanyak di rumah sakit dengan jumlah kasus 33.154 (4,9%).

4.2 Gelaja Umum Tukak Lambung


Gejala utama yang dirasakan jika mengalami tukak lambung adalah nyeri atau perih pada
perut. Rasa sekitar ersebut muncul karena terjadinya iritasi akibat asam lambung yang
membasahi luka. Gejala ini biasanya berupa rasa nyeri yang:

• Menyebar ke leher, pusar, hingga punggung.


• Muncul pada malam hari.
• Terasa makin parah saat perut kosong.
• Umumnya bekurang untuk sementara jika makin atau mengonsumsi obat penurunan
asalm lambung
• Hingga lalu kambuh beberapa hari atau minggu kemudian.

Disamping nyeri pada perut, ada beberapa gejala lain yang mungkin dialami, di
antaranya nyeri ulu hati, tidak nafsu makan, mual, serta gangguan pencernaan.
Diagnosisi tukak lambung. Ada beberapa pemeriksaan yang bisa membantu dokter
mendiagnosisi masalah kesehatan ini, antara lain:

• Endoskopi. Pemeriksaan ini dilakukan dengan memasukan tabung fleksibel tipis


melalui kerongkongan ke dalam perut. Endoskopi dilengkapi dengan kamera kecil,
sehingga dokter bisa melihat tukak atau tidak.
• Biospi. Selama endoskopi, dokter bisa mengambil sampel jika jaringan kecil untuk
di uji di labolatorium. Biospi harus dilakukan bila di temukan tukak lambung
• Tes napas C14. Ini untuk memeriksa keberadaan Hilicobacter pylori, bakteri yang
mengubah urea menjadi karbondioksida. Tes napas C14 dilakukan dengan cara
menelan sejumlah karbon radioaktif (C14) dan menguji udara yang di hembuskan
dari paru- paru. Periksaan non-radioaktif ini bisa di gunakan untuk anak-anak dan
wanita hamil.

4.3 Gejala Klinis

248
Umumnya tanda gejala pasien tukak lambung bergejala dispepsia. Dispepsia merupakan
gejala penyakit pencernaan yang menimbulkan ketidaknyamanan diperut seperti nyeri ulu
hati, sendawa, mual, muntah, kembung, nyeri seperti terbakar, serta rasa penuh di ulu hati
setelah makan dan cepat merasakan kenyang. Tanda dan gejala tukak lambung yaitu nyeri.
Gejala tukak lambung nyeri muncul 30-90 menit setelah makan, pada tukak duodenum nyeri
muncul 2-3 jam setelah makan. Mengkonsumsi snack yang terus menerus dimakan selang
waktu yang singkat, pilih snack yang tidak mengiritasi, hal ini dapat mengurangi nyeri.

Penggunaan obat anti nyaeri umumnya rasa sakit akan berkurang dalam 10 hari, namun
proses tukak mengalami pemulihan dan sembuh bisa berlangsung selama 1-2 bulan. Gejala
dari tukak peptik yang paling sering adalah nyeri abnormal umumnya digambarkan nyeri
serasa terbakar dan merupakan rasa tidak nyaman tidak jelas dan membingungkan, perut
merasakan penuh atau kadang muncul gejala kram. Rasa nyeri pada malam hari yang dapat
membangunkan pasien dari tidur terutama antara jam 12 pagi dan jam 3 pagi. Kembung,
bersendawa dan mulas, sering muncul menyertai nyeri selain itu mual, muntah dan anoreksia
lebih sering terjadi pada tukak peptik daripada tukak duodenum. Nyeri epigastrium seperti
rasa digerogoti, panas terbakar, atau pegal, bertambah berat pada malam hari dan 1 hingga 3
jam sesudah makan.

Terjadi gejala nausea, vomitus, kembung, sering bersendawa dan penurunan berat badan,
komplikasinya meliputi anemia, pendarahan, perforasi, dan obstruksi Pendarahan mungkin
tidak terlihat seperti melena (keadaan yang diakibatkan oleh perdarahan saluran cerna bagian
atas (SCBA) atau haematesis (muntah darah), tetapi perforasi bisa dirasakan seperti rasa sakit
yang tiba-tiba, tajam, dan parah dimulai dari ulu hati lalu menyebar cepat ke seluruh perut.

4.4 Etiologi

Penyakit Helicobacter pylori adalah penyebab utama tukak lambung, pertama kali
diidentifikasi oleh dua ilmuwan asal Australia di tahun 1982. Helicobacter pylori adalah
bakteri tahan asam bacilus, mikrofilik, flagella dan bakteri berbentuk spiral. Helicobacter
pylori adalah bakteri gram negatif yang ada didalam mukosa lambung, lalu berkembang
menjadi gastritis dan berpotensi menjadi penyakit tukak peptik dan kanker lambung. Ada
berbagai jenis ulkus yang paling umum adalah ulkus peptikum yaitu tampaknya terlihat akibat
kerusakan pada lapisan perut dan ulkus duodenum yang dikaitkan dengan sekresi asal yang

249
berlebihan oleh lambung. Perforasi ulkus duodenum dapat terjadi pada kondisi pasien seperti
duodenal iskemia, duodenal diverticula, penyakit menular dan pada kondisi autoimun seperti
penyakit chron (radang usus), scledorma (penyakit gangguan imun pada jaringan ikat,
sehingga mengakibatkan jaringan tersebut tebal dan keras) dan abdominal vasculitis.

Non Steroid Anti Inflammatory Drug (NSAID) digunakan untuk anti nyeri sendi dan anti
inflamasi. Non Steroid Anti Inflammatory Drug contohnya aspirin, indometasin menyebabkan
efek samping di gaster atau lambung. Apabila 19 dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama
menyebabkan tukak lambung.

4.5 Patofisiologi

Tukak gaster/lambung menyebabkan abnormalitas patofisiologi dan faktor genetik


lingkungan. Peningkatan sekresi asam lambung dapat terjadi dengan tukak dodenum, tetapi
pasien dengan tukak peptik biasanya memiliki tingkat sekresi asam yang normal atau sedikit.
NSAID non selektif (termasuk aspirin) dapat mengakibatkan rusaknya mukosa gaster dengan
dua mekanisme yaitu pertama mengiritasi pada mukosa secara topikal khususnya epitel
lambung, dan yang kedua menghambat secara sistemik sintesis prostaglandin mukosa
endogen.

Peningkatan pengeluaran HCl menyebabkan munculnya luka atau tukak. Kebanyakan


manusia menderita tukak lambung dibagian awal duodenum, jumlah sekresi HCl lebih tinggi
dari normal. Walaupun produksi HCl meningkat setengah dari produksi biasanya, hal ni
mungkin disebabkan infeksi bakteri, pada penelitian laboratorik terhadap hewan coba,
ditambah bukti adanya stimulus berlebihan pengeluaran HCl oleh saraf pada manusia yang
menderita ulkus peptikum mengarah kepada pengeluaran cairan gaster yang berlebihan untuk
alasan apa saja (sebagai contoh, pada gangguan fisik) yang sering merupakan penyebab utama
ulkus peptikum. Mekanisme pertahanan dan perbaikan mukosa normal termasuk lendir dan
sekresi bikarbonat, pertahanan sel epitel intrinsik, dan aliran darah mukosa. Pemeliharaan
integritas dan perbaikan mukosa dimediasi oleh produksi prostaglandin endogen. Sel parietal
mengeluarkan HCl, pepsinogen dikeluarkan oleh zinogen kemudian oleh HCl dirubah
menjadi pepsin. Fungsi pepsin adalah memecah protein dengan Ph < 4 (agresif pada mukosa
gaster). HCl dan pepsin diketahui termasuk dalam faktor agresif. Ketika histamin terangsang
lalu mengeluarkan banyak HCl itu menimbulkan dilatasi serta meningkatnya permeabilitas
kapiler, dapat menyebabkan rusaknya mukosa gaster, tukak akut atau kronik, dan ulkus gaster.

250
Infeksi Helicobacter pylori menyebabkan peradangan pada mukosa lambung semua orang
yang terinfeksi, tetapi hanya sebagian kecil yang menderita maag atau kanker lambung.
Cedera mukosa dihasilkan oleh enzim pengurai bakteri (urease, lipase, dan protease),
kepatuhan, dan faktor virulensi Helicobacter pylori. Helicobacter pylori menginduksi
peradangan lambung dengan mengubah peradangan respon inang dan merusak sel-sel epitel.
Bakteri ini mampu bertahan di suasana asam di lambung, lalu menyebabkan penekanan pada
mukosa lambung dan Helicobacter pylori bermukim dalam gaster. Penggunaan obat
kortikosteroid tidak meningkatkan resiko terjadi tukak atau komplikasi, tetapi resiko dapat
berlipat ganda jika penggunaan kortikosteroid dan NSAID dikonsumsi secara bersamaan.
Kartikosterois dan NSAID dikonsumsi secara bersamaan. Tukak kemudian besarnya
resikonya sebanding dengan jumlah rokok yang dikonsumsi atau dihisap per hari. Secara
psikologis stres belum terbukti dapat menyebabkan tukak peptik tetapi pasien tukak bisa
bertambah buruk keadaannya jika dipengaruhi oleh kehidupan sekitar yang penuh dengan
tekanan.

4.6 Diagnosis penyakit Tukak Lambung

Penyakit tukak lambung dapat didiagnosa menggunakan endoskopi atau dengan contrast
radiographyun barium untuk melihat lubang ulkus. Bila pasien dengan usia muda terdiagnosis
tukak lambung dan tidak ditemukan gejala yang mengkhawatirkan, dapat dipastikan
penyebabnya ialah infeksi Helicobacter pylori, tetapi untuk pasien diatas usia 50 tahun
endoskopi sangat berguna untuk menentukan penyebab ulkus lambung. Tanda-tanda yang
mengarah ke keganasan penyakit atau komplikasi usus yakni Hb turun, status nutrisi jelek,
muntah darah dan berak darah. Selain dengan endokopi nfeksi Helicobacter pylori dapat
didiagnosis dengan deteksi urease, breath urease test dan stool test untuk mendeteksi antigen
yang spesifik. Tes hematokrit, hemaglobin dan feses guaiac dilakukan untuk mendeteksi
ketika terjadi pendarahan. Untuk diagnosis infeksi Helicobacter pylori dapat melakukan tes
endoskopi atau non endoskopi (urea breath test), deteksi antibodi serologis dan antigen tinja.
Urea breath test (UBT) adalah metode non endoskopik yang lebih digunakan untuk
membunuh Helicobacter pylori tetapi harus ditunda setidaknya 4 minggu setelah selesai
melakukan perawatan untuk menghindari adanya tekanan bakteri setelah dimusnahkan.

Pada diagnosis tukak lambung tergantung kondisi yang tergambar pada luka ulkus pada
radiografi gastrointestinal atas sering disebut endoskopi. Endoskopi dipilih untuk

251
menggantikan radiografi karena hasilnya memberikan hasil yang lebih akurat dan
memungkinkan gambaran langsung dari ulkus.

RIWAYAT
(nyeri perut epigastrium, nyeri
postprandial, penurunan berat
badan, mual, muntah, riwayat
penggunaan NSAID)

Pasien <60th tanpa gejala Pasien lain. Pasien


dengan pravalensi H. Pylori >60th dengan gejala
>20%

Endoskopi dengan
Lakukan uji dan bioskopi ulkus
terapi H. pylori

Gambar 1. Diagnosa dan penatalaksanaan tukak lambung.

4.7 Penatalaksanaan Tukak Lambung

1. Farmakologis
Tujuan pengobatan tukak peptik adalah meringankan sakit, menyembuhkan,
mencegah kekambuhan dan mengurangi komplikasi yang berhubungan dengan tukak
peptik. Pada pasien yang positif Helicobacter pylori dan tukak yang aktif, pengobatan
bertujuan untuk memberantas penyebab dan menyembuhkan penyakit. Melakukan
pemantauan pada pasien dengan gejala sakit tukak, efek samping obat yang potensial dan
timbulnya interaksi obat. Rasa sakit tukak biasanya hilang dalam beberapa hari ketika
penggunaan NSAID dihentikan, lalu terapi anti tukak dimulai. Pasien dengan tukak peptik
tanpa komplikasi biasanya tidak ada gejala setelah diberikan terapi anti tukak yang
direkomendasikan dari regimen:
a. Antasida
Antasida biasanya mengandung aluminium atau magnesium seringkali dapat meredakan
gejala pada ulkus, dispepsia, maag, dan pada refluks gastro esofagus non-erosif, kadang juga

252
dapat mengobati dispepsia fungsional tetapi manfaatnya masih belum pasti. Antasida paling
baik diberikan saat gejala muncul, biasanya selang waktu antara makan dan tidur 4 kali atau
lebih pemberian dalam sehari. Dosis tambahan mungkin diperlukan hingga satu jam sekali.
Dosis konvensional pada magnesium cair misalnya 12 10ml, 3 atau 4 kali sehari mampu
meningkatkan penyembuhan ulkus dibandingkan dengan obat antisekretori kurang baik.
Sediaan cair lebih efektif daripada sediaan tablet.

b. Antagonis Reseptor H2
Tukak lambung dan duodenum disembuhkan dengan antagonis reseptor H2 dengan
mengurangi HCl yang keluar, dengan cara memblokade reseptor histamin. Juga dapat
digunakan untuk meringankan gejala penyakit refluks gastro esofagus. Antagonis reseptor H2
tidak digunakan untuk mengobati sindrom Zollinger Ellison tetapi menggunakan PPI karena
lebih efektif. Perawatan pemeliharaan dengan dosis rendah untuk mencegah tukak lambung,
juga pada pasien yang positif Helicobacter pylori. Pada pasien dewasa, antagonis reseptor H2
digunakan untuk pengobatan dispepsia dan pada dispepsia tanpa gejala. Untuk pengobatan
jangka pendek tukak duodenal aktif, dosis sekali sehari yang diberikan pada waktu malam
hari menjelang tidur di duga efektif. Penyembuhan dapat terjadi pada pemberian cimetidine
800mg, ranitidine 300mg, famotidine 450mg, atau nizatidine 300mg sekali sehari selama
delapan minggu. Karena eliminasi obat tersebut oleh ginjal maka dosisnya harus dikurangi
pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal. Terapi pemeliharaan pada pasien yang sudah
sembuh dari tukak duodenal dapat juga dilakukan dengan memberikan dosis sekali sehari;
cimetidine 400mg, ranitidine 150mg, famotidine 20mg atau nizatidine 150mg efektif dalam
mengurangi kekambuhan. Pada pasien tukak gaster jinak (tumor) yang aktif, pemberian obat
antagonis reseptor H2 dapat menurunkan gejala dan membantu proses penyembuhan. Dosis
yang digunakan sama dengan yang diberikan pada tukak duodenal.

1. Cimetidine 800mg
Merupakan obat yang digunakan untuk mengatasi beberapa kondisi akibat produksi asam
lambung yang berlebihan seperti sakit maag, tukak lambung, ulkus duodenum, sindrom
Zollinger-Ellison, dan refluks asam lambung atau GERD.

2. Ranitidin 300mg
Tukak lambung dan tukak duodenum, refluks esofagitis, dispepsia episodik kronis, tukak
akibat AINS, tukak duodenum karena H.pylori, sindrom Zollinger-Ellison, kondisi lain
dimana pengurangan asam lambung akan bermanfaat.

253
3. Famotidine 20mg
Famotidine adalah obat yang berguna mengatasi bisul pada perut dan usus, serta mencegah
gangguan tersebut untuk kambuh.

4. Nizatidine 150mg
Nizatidine bekerja dengan cara menghambat reseptor H2 pada dinding lambung, sehingga
mengurangi pengeluaran asam lambung. Cara kerja ini akan meredakan keluhan nyeri ulu
hati, rasa panas di dada, mual, muntah, atau perut kembung.

c. Proton Pump Inhibitor


Obat – obat ini mengurangi sekresi asam (yang normal dan dibuat) dengan jalan
menghambat enzim H+/K+-ATPase secara selektif dalam sel-sel parietal. Kerjanya panjang
akibat kumulasi di sel-sel tersebut. Kadar penghambatan asam tergantung dari dosis dan pada
umumnya lebih kuat daripada perintangan oleh H2-blockers (Hoan Tjay dan Rahardja, 2002).

Kemudian perawatan endoskopi untuk pendarahan tukak peptik yang parah, diberikan PPI
intravena dalam dosis tingi yang dapat mengurangi resiko pendarahan pada operasi. Selain
itu, PPI dapat digunakan untuk pengobatan dispepsia dan penyakit refluks gastro esofagus
(BNF, 2017).

d. Sukralfat
(Allumunium sukrosa sulfat basis, Ulsanic) dapat membentuk suatu kompleks protein
pada permukaan tukak, yang melindunginya terhadap HCL, pepsin, dan empedu. Kompleks
ini bertahan 6 jam disekitar tukak. Disamping itu, zat ini juga menetralkan asam, menahan
kerja pepsin, dan mengabsorbsi asam empedu. Resorbsinya ringan efek sampingnya obstipasi,
mulut kering, dan erythema (Hoan Tjay dan Rahardja, 2002).

Sukralfat adalah obat pelindung mukosa yang dapat bekerja dengan cara mengikat faktor
pertumbuhan, yaitu EGF (Epidermal Growth Factor), menambah sintesis dari prostaglandin,
merangsang sekresi mukus dan bikarbonat, menaikkan mekanisme pertahanan serta perbaikan
mukosa (Longo dan Anthony, 2014). Sukralfat bertindak dengan cara melindungi mukosa dari
asam pepsin tukak lambung dan duodenum (BNF, 2017).

254
e. Analog Prostaglandin
Misoprostol adalah analog prostaglandin sintesis yang memiliki sifat anti sekretori dan
sebagai pelindung. Selain dapat menyembuhkan tukak lambung dan duodenum juga dapat
bertindak sebagai stimulan uterus yang kuat (BNF, 2017). Misoprostol dikontraindikasikan
untuk ibu hamil atau yang sedang merencanakan kehamilan karena dapat meningkatkan
kontraksi uterus serta dapat mengakibatkan keguguran (Lacy et al, 2010).

f. Bismuth subsalisilat
Sering digunakan untuk pengobatan atau pencegahan diare memiliki khasiat sebagai anti
sekretori, anti inflamasi dan anti bakteri. Bismuth subsalisilat mengandung banyak komponen
yang dapat mempengaruhi penyerapan cairan elektrolit di usus, mengurangi radang usus dan
membunuh organisme penyebab diare (Dipiro et al., 2017). Selain itu bismuth subsalisilat
memliki fungsi dapat melindungi tukak dari asam lambung, pepsin dan empedu dengan
membentuk lapisan dasar diulkus (Truter, 2009).

2. Non Farmakologi
Pasien tukak peptik harus menghindari cemas, stress, merokok serta konsumsi obat NSAID
yang berkepanjangan diantaranya aspirin. Meskipun tidak perlu melakukan diet khusus tetapi
pasien wajib mencegah makanan dan minuman yang mengakibatkan dispepsia atau bisa
memperburuk gejala tukak (contoh makanan pedas, mengandung kafein, dan alkohol).
Operasi elektif (tindakan bedah dilakukan pada pasien apabila kondisinya baik, bukan pasien
gawat dan darurat) ini jarang dilakukan tetapi operasi darurat dapat dilakukan jika terjadi
pendarahan, perforasi atau obstruksi. (Dipiro et al., 2017)

4.1 Resep Tukak Lambung


4.1.1 Deskripsi obat Antasida Doen
No KATEGORI KETERANGAN
1. Indikasi Obat sakit maag untuk mengurangi nyeri
lambung yang disebabkan oleh
kelebihan asam lambung, gastritis, ulkus
gastritis dan ulkus duodenal dengan
gejala seperti mual dan perih.
2. Kontraindikasi Disfungsi ginjal berat, hipersensitif,
obstruksi saluran pencernaan, dan pasien
yang sangat lemah.
3. Dosis Dewasa : 1-2 tablet, 3-4 kali per hari.
Anak (6-12 tahun) : 0.5-1 tablet, 3-4 kali
per hari.
4. Efek samping Nyeri perut, konstipasi, diare, mual,
255
muntah, dan pada penggunaan jangka
panjang dapat terjadi hiperfosfatemia
dan hipermagnesimia
5. Interaksi obat Antasida yang dikonsumsi bersamaan
dengan obat pseudoefedrin dan levodopa
akan penyerapan obat-obat tersebut,
sehingga meningkatkan risiko kejadian
toksisitas dan efek samping.

4.1.2 Deskripsi obat Ranitidine


No KATEGORI KETERANGAN
1. Indikasi Tukak lambung dan tukak duodenum,
refluks esofagitis, dispepsia episodik
kronis, tukak akibat AINS, tukak
duodenum karena H.pylori, sindrom
Zollinger-Ellison, kondisi lain dimana
pengurangan asam lambung
2. Kontraindikasi Riwayat porfiria akut.
3. Dosis Ulserasi NSAID: 150 mg (1 tab) 2 kali
sehari atau 300 mg (2 tab) sebelum tidur
selama 8 minggu Dispepsia: 150 mg (1
tab) dalam 2 dosis selama 6 minggu
Refluks gastro-esofagus: 150 mg (1 tab)
2 kali sehari atau 300 mg (2 tab) sebelum
tidur selama 8-12 minggu Ulkus
duodenum (H.Pylori): 150 mg (1 tab)
dalam 2 dosis terbagi atau 300 mg (2 tab)
sebelum tidur diberikan dengan
amoksisilin dan metronidazol selama 2
minggu. Ulkus lambung dan duodenum
jinak: Dewasa dan anak > 12 tahun: 150
mg (1 tab) 2 kali sehari atau 300 mg (2
tab) sebelum tidur selama 4 minggu
Anak 3-11 tahun: 4-8 mg/kg setiap hari
dalam 2 dosis terbagi maks.300 mg
selama 4-8 minggu
4. Efek samping Pemakaian obat umumnya memiliki efek
samping tertentu dan sesuai dengan
masing-masing individu. Jika terjadi
efek samping yang berlebih dan
berbahaya, harap konsultasikan kepada
tenaga medis. Efek samping yang
mungkin terjadi dalam penggunaan obat
adalah: Sakit kepala, konstipasi, diare,
mual, rasa tidak nyaman/nyeri perut,
256
pusing.
5. Interaksi obat Ranitidin dapat berinteraksi
dengan warfarin, procainamide,
triazolam, midazolam, dan sukralfat.
Ranitidin dapat meningkatkan serum
konsentrasi antikoagulan koumarin,
seperti warfarin, dan menyebabkan
abnormalitas waktu protrombin.
Ranitidin dapat mengurangi ekskresi dan
meningkatkan kadar plasma
procainamide.

4.1.3 Deskripsi obat Domperidon


No KATEGORI KETERANGAN
1. Indikasi Mual & muntah akut serta dispepsia
fungsional. Pada anak diindikasikan
untuk mual & muntah yang disebabkan
kemoterapi & radioterapi untuk kanker
2. Kontraindikasi Tumor hipofisis pelepas prolaktin
(prolaktinoma), perpanjangan interval
QTc yang ada, gangguan elektrolit yang
signifikan (misalnya hipokalemia,
hipomagnesemia, hiperkalemia),
penyakit jantung yang mendasari
(misalnya CHF), perdarahan
gastrointestinal, obstruksi mekanis atau
perforasi. Gangguan hati sedang sampai
berat. Penggunaan bersamaan dengan
obat pemanjang QT, dan inhibitor
CYP3A4 yang poten, mis. ketoconazole,
makrolida (misalnya eritromisin),
inhibitor protease, atau nefazodone.
3. Dosis Dewasa: 10 mg, 3 kali sehari. Maks: 30
mg setiap hari. Durasi perawatan
maksimal: 7 hari. Gunakan dosis efektif
terendah untuk durasi sesingkat
mungkin. Anak: Anak umur <12 tahun
<35 kg: 0,25 mg/kg diberikan hingga 3
kali sehari. Maks: 0,75 mg/kg setiap
hari. Anak umur 12 tahun 35 kg: Sama
seperti dosis dewasa.
4. Efek samping Pemakaian obat umumnya memiliki efek
samping tertentu dan sesuai dengan

257
masing-masing individu. Jika terjadi
efek samping yang berlebih dan
berbahaya, harap konsultasikan kepada
tenaga medis. Efek samping yang
mungkin terjadi dalam penggunaan obat
adalah: Signifikan: Peningkatan kadar
prolaktin, reaksi hipersensitivitas
(misalnya anafilaksis, angioedema).
Jarang, efek samping neurologis atau
ekstrapiramidal (pada anak-anak).
Gangguan mata: Krisis okulogirik.
Gangguan gastrointestinal: Mulut
kering, diare, kram usus sementara.
Gangguan umum dan kondisi situs
admin: Asthenia. Gangguan sistem
kekebalan: Urtikaria. Pemeriksaan
penunjang: LFT abnormal. Gangguan
sistem saraf: Sakit kepala, migrain,
pusing, kejang-kejang.
5. Interaksi obat • Penurunan kadar domperidone
dalam darah jika digunakan
bersama antasida atau penurun
asam lambung,
seperti omeprazole atau
ranitidine
• Penurunan efektivitas dari
domperidone jika digunakan
bersama dengan agen
antikolinergik,
seperti dextromethorphan atau
diphenhydramine
• Peningkatan risiko
terjadinya aritmia atau henti
jantung mendadak jika
digunakan dengan
clarithromycin, ketoconazole,
amiodarone, haloperidol,
erythromycin, atau cisapride

Konsumsi domperidone
dengan grapefruit atau olahannya dapat
meningkatkan risiko terjadinya efek
samping dari domperidone. Oleh sebab
itu, hindari konsumsi grapefruit selama
Anda mengonsumsi obat ini.

4.1.4 Deskripsi obat paracetamol

258
No KATEGORI KETERANGAN
1. Indikasi Obat ini digunakan untuk meredakan nyeri
ringan hingga sedang seperti sakit kepala,
sakit gigi, nyeri otot, serta menurunkan
demam.
2. Kontraindikasi Parasetamol jangan diberikan kepada
penderita hipersensitif/alergi terhadap
Paracetamol. Penderita gangguan fungsi
hati berat.
3. Dosis Dewasa: 1-2 kaplet, 3-4 kali per hari.
Penggunaan maximum 8 kaplet per hari.
Anak 7-12 tahun : 0.5 - 1 kaplet, 3-4 kali
per hari. Penggunaan maximum 4 kaplet
per hari.
4. Efek samping Pemakaian obat umumnya memiliki efek
samping tertentu dan sesuai dengan
masing-masing individu. Jika terjadi efek
samping yang berlebih dan berbahaya,
harap konsultasikan kepada tenaga medis.
Efek samping yang mungkin terjadi dalam
penggunaan obat adalah: - Penggunaan
untuk jangka waktu lama dan dosis besar
dapat menyebabkan kerusakan fungsi hati. -
Reaksi hipersensitifitas/ alergi.
5. Interaksi obat • Penurunan penyerapan
paracetamol jika digunakan
dengan cholestyramine
• Peningkatan risiko terjadinya
efek samping paracetamol jika
dikonsumsi bersama
metoclopramide, domperidone,
probenecid, atau isoniazid
• Peningkatan risiko terjadinya
perdarahan jika digunakan
dengan warfarin, terutama pada
penggunaan paracetamol dalam
jangka panjang
• Peningkatan risiko terjadinya
kerusakan hati jika digunakan
dengan obat
golongan barbiturat, seperti
phenobarbital
• Penurunan efektivitas
obat lamotrigine dalam
mencegah kejang
• Peningkatan kadar
chloramphenicol atau busulfan
di dalam darah sehingga
meningkatkan risiko terjadinya
efek samping

259
Selain itu, penggunaan paracetamol
bersamaan dengan konsumsi minuman
beralkohol bisa meningkatkan risiko
terjadinya kerusakan hati.

4.1.5 Deskripsi obat B COMPLEK

NnnNo KATEGORI KETERANGAN


1. Indikasi Membantu memenuhi kebutuhan
vitamin B kompleks
2. Kontraindikasi Hipersensitif
3. Dosis 3 kali sehari 1 tablet
4. Efek samping Pemakaian obat umumnya memiliki
efek samping tertentu dan sesuai dengan
masing-masing individu. Jika terjadi
efek samping yang berlebih dan
berbahaya, harap konsultasikan kepada
tenaga medis.
5. Interaksi obat interaksi dari masing-masing
kandungan dalam vitamin B kompleks
terhadap penggunaan bersamaan
dengan obat-obatan lain atau
pemeriksaan laboratorium dapat
terjadi.[8,14]

Vitamin B1

Penggunaan vitamin B1 dalam dosis


tinggi dapat menyebabkan hasil negatif
palsu pada pemeriksaan laboratorium
asam urat, dengan metode
phosphotungstate dan pemeriksaan
urobilinogen dengan reagen Ehrlich.

260
4.2 Kajian Resep Tukak Lambung

4.2.1 Kajian Administrasi Resep 1

No Kriteria Ada Tidak Keterangan


1. Nama Dokter √ Dr. Lukman
2. SIP Dokter √ -
3. Alamat Dokter √ Jl. Raya Labuan KM. 19,
Kadudampit, Saketi,
Pandeglang – Banten
4. Tanggal penulisan 20-08-2023
resep
5. Tanda tangan √ -
dokter
6. Nama pasien √ Endah
7. Alamat pasien √ Kd. Dampit
8. Umur pasien √ 15 Tahun
9. Berat badan √ -
10. Nama obat √ Antasida, paracetamol,
domperidon.
11. Potensi pasien √ Antasida 200mg, paracetamol
500mg, domperidon 150mg.
12. Dosis √ -
13. Jumblah yang di √ -
minta
14. Jenis kelamin √ Perempuan
15. Frekuensi √ -
kegunaan
16. Petunjuk √ -
penggunaan lain
4.2.2 Kajian Farmasetik Resep 1
No Kriteria Tertulis Seharusnya Keterangan
1. Bentuk sediaan - Antasida tablet/ Didalam penulisan
sirup. resep perlu di
Paracetamol berikan keterangan
tablet bntuk sediaan
Domperidon
tablet
2. Cara penggunaan Antasida : 3 dd 1 Antasida : s3ddt 1 Tidak tertera bahasa
Paracetamol: 3 dd a.c latin dalam resep
1 Paracetamol:
Domperidon: 3 dd s3ddt 1 p.c
1 Donperidom:
s3ddt 1 a.c
3. Lama penggunaan - Antasida : 2 hari. Tidak tertera dalam
Paracetamol : 2 resep. Namun dapat
hari di hitung dengan
Donperidom: jumlah tablet dibagi
3hari dengan durasi
pemakaian obat
perhari

No Kriteria Ada Tidak Cara mengatasi


1. Stabilitas √ -
2. Komtabilitas √ -
farmasetik

4.2.3 Kajian Klinis Resep 1


No Kriteria Ada Tidak Cara mengatasi
1. Ada indikasi tidak √ -
ada obat
2. Ada obat tidak ada √ -
indikasi
3. Over dosis √ -
4. Under dosis √ -
5. Interaksi obat √ -
6. Duplikasi √ -
7. Obat pilihan tidak √ -
tepat
8. Alergi obat √ -
9. Efek samping obat √ Obat antasida yang memiliki
efek samping mual, oleh karena
itu di berikan domperidon.
10. Kontra indikasi √ -
Dari tabel kajian administrasi diatas, terdapat beberapa ketidaklengkapan meliputi, SIP dokter,
berat badan pasien, potensi obat, dosis, serta petunjuk penggunaan lain. Pada tabel kajian
farmasetik juga terdapat beberapa yang tidak tercantum pada resep seperti bentuk sediaan dan
lama penggunaan. Untuk cara penggunaan sudah tertera pada resep, namun belum sesuai
dengan tata cara penulisan resep yang seharusnya menggunakan bahasa latin. Hal ini terjadi
karena resep ditulis oleh perawat atau bidan, sehingga kurangnya wawasan mengenai penulisan
resep menggunakan bahasa latin. Stabilitas obat terjaga sampai pada tangan pasien, yakni
dengan melihat tidak adanya obat yang rusak, tidak ada perubahan warna pada obat ataupun
kadaluarsa serta tidak adanya ketercampuran antar obat, karena resep bukanlah resep racikan.
Sedangkan untuk kajian klinis, tidak mendapati adanya masalah klinis, seperti dosis yang sudah
sesuai dimana dosis yang digunakan.

4.2 Kajian Resep Tukak Lambung

4.2.4 Resep 2

No Kriteria Ada Tidak Keterangan


1. Nama Dokter √ Dr. Katirini
2. SIP Dokter √ -
3. Alamat Dokter √ Jl. Raya Labuan KM.
19, Kadudampit,
Saketi, Pandeglang –
Banten
4. Tanggal penulisan √ 10-8-2023
resep
5. Tanda tangan dokter √ -
6. Nama pasien √ Yuyun
7. Alamat pasien √ Saketi
8. Umur pasien √ 28 tahun
9. Berat badan √ -
10. Nama obat √ Antasida
sirup,ranitidine,
paracetamol, B
complek
11. Potensi obat √ Antasida sirup,
ranitidine 150mg,
paracetamol 500mg, B
COMPLEK 100mg.
12. Dosis √ -
13. Jumlah yang diminta √ -
14. Jenis kelamin √ Perempuan
15. Frekuensi kegunaan √ -
16. Petunjuk penggunaan √ -
lain

4.2.5 Kajian Farmasetik Resep 2


NO Kriteria Tertulis Seharusnya Keterangan
1. Bentuk sediaan Tertulis - -
2. Cara penggunaan Antasida syrup : Antasida syr : Tertulis bahasa latin
S3dd2C S3dd2C a.c
Paracetamol: 3 dd Paracetamol:
1 s3ddt 1 p.c
Ranitidine: 2 dd 1 RANITIDINE :
B complek 3dd1 s3ddt 1 a.c
B COMPLEK
S3ddt 1 p.c
3. Lama penggunaan - Antasida syrup : Tidak tertera dalam
3hari setalajh di resep. Namun dapat
buka di hitung dengan
Paracetamol: 3 jumlah tablet dibagi
hari dengan durasi
Ranitidine 3 hari pemakaian obat
B complek 2 hari perhari

No Kriteria Ada Tidak Cara mengatasi


1. Stabilitas √ -
2. Komtabilitas √ -
farmasetik
4.2.6 Kajian Klinis Resep 2
No Kriteria Ada Tidak Cara mengatasi
1. Ada indikasi tidak √ -
ada obat
2. Ada obat tidak ada √ -
indikasi
3. Over dosis √ -
4. Under dosis √ -
5. Interaksi obat √ -
6. Duplikasi √ Antasida dan ranitidine sama-
sama membantu mengurangi
nyeri lambung
7. Obat pilihan tidak √ -
tepat
8. Alergi obat √ -
9. Efek samping obat √ Diare, sembelit, perut keram
10. Kontra indikasi √ -

Dari tabel kajian administrasi diatas, terdapat beberapa ketidaklengkapan meliputi, SIP dokter,
berat badan pasien, potensi obat, dosis, serta petunjuk penggunaan lain. Pada tabel kajian
farmasetik juga terdapat beberapa yang tidak tercantum pada resep seperti bentuk sediaan dan
lama penggunaan. Untuk cara penggunaan sudah tertera pada resep, Stabilitas obat terjaga
sampai pada tangan pasien, yakni dengan melihat tidak adanya obat yang rusak, tidak ada
perubahan warna pada obat ataupun kadaluarsa serta tidak adanya ketercampuran antar obat,
karena resep bukanlah resep racikan. Sedangkan untuk kajian klinis, tidak mendapati adanya
masalah klinis. Seperti dosis yang sudah sesuai dimana dosis yang digunakan pasien dewasa
pada obat Antasida syr 3x2 sendok makan sehari 15ml sebelum makan. Dan ranitidine 2x1
(sehari 2 kali 1 tablet) sebelum makan.
4.2 Kajian Resep Tukak Lambung
4.2.7 Resep 3

No Kriteria Ada Tidak Keterangan


1. Nama Dokter √ Dr. Iin
2. SIP Dokter √ -
3. Alamat Dokter √ Jl. Raya Labuan KM. 19,
Kadudampit, Saketi,
Pandeglang – Banten
4. Tanggal penulisan √ 12-8-2023
resep
5. Tanda tangan √ -
dokter
6. Nama pasien √ Samsudin
7. Alamat pasien √ Ranap
8. Umur pasien √ 68 tahun
9. Berat badan √ -
10. Nama obat √ Amoxicillin,
paracetamol,
acetylcysteine, antasida
11. Potensi obat √ Amoxicillin 500mg,
paracetamol 500mg,
acetylcysteine 200mg,
antasida doen
12. Dosis √ -
13. Jumlah yang √ -
diminta
14. Jenis kelamin √ Laki-laki
15. Frekuensi √ -
kegunaan
16. Petunjuk √ -
penggunaan lain

4.2.8 Kajian Farmasetik Resep 3


NO Kriteria Tertulis Seharusnya Keterangan
1. Bentuk sediaan Tertulis - -
2. Cara penggunaan Amoxicillin : 3 dd Amoxicillin : Tertulis bahasa latin
1 s3ddt 1 p.c
Paracetamol: 3 dd Paracetamol:
1 s3ddt 1 p.c
Acetylcysteine: 3 Acetylcysteine:
dd 1 s3ddt 1 p.c
Antasida : 3 dd 1 Antasida : s3ddt 1
a.c
3. Lama penggunaan - Amoxicillin: 3 Tidak tertera dalam
hari resep. Namun dapat
Paracetamol: 3 di hitung dengan
hari jumlah tablet dibagi
Acetylcysteine : 3 dengan durasi
hari pemakaian obat
Antasida : 2 hari perhari

No Kriteria Ada Tidak Cara mengatasi


1. Stabilitas √ -
2. Komtabilitas √ -
farmasetik

4.2.9 Kajian Klinis Resep 3


No Kriteria Ada Tidak Cara mengatasi
11. Ada indikasi tidak √ -
ada obat
12. Ada obat tidak ada √ -
indikasi
13. Over dosis √ -
14. Under dosis √ -
15. Interaksi obat √ -
16. Duplikasi √ -
17. Obat pilihan tidak √ -
tepat
18. Alergi obat √ -
19. Efek samping obat √ Nyeri perut yang muncul
berkaitan dengan infeksi
bakteri
20. Kontra indikasi √ -
Dari tabel kajian administrasi diatas, terdapat beberapa ketidaklengkapan meliputi, SIP dokter,
berat badan pasien, potensi obat, dosis, serta petunjuk penggunaan lain. Pada tabel kajian
farmasetik juga terdapat beberapa yang tidak tercantum pada resep seperti bentuk sediaan dan
lama penggunaan. Untuk cara penggunaan sudah tertera pada resep, Stabilitas obat terjaga
sampai pada tangan pasien, yakni dengan melihat tidak adanya obat yang rusak, tidak ada
perubahan warna pada obat ataupun kadaluarsa serta tidak adanya ketercampuran antar obat,
karena resep bukanlah resep racikan. Sedangkan untuk kajian klinis, tidak mendapati adanya
masalah klinis. Seperti dosis yang sudah sesuai dimana dosis yang digunakan pasien dewasa
pada obat Antasida 3x1 (sehari 2 1 tablet) sebelum makan.
4.2 Kajian Resep Tukak Lambung
4.2.10 Resep 4

No Kriteria Ada Tidak Keterangan


1. Nama Dokter √ Dr. Kartirini
2. SIP Dokter √ -
3. Alamat Dokter √ Jl. Raya Labuan KM. 19,
Kadudampit, Saketi,
Pandeglang – Banten
4. Tanggal penulisan √ 19-8-2023
resep
5. Tanda tangan √ -
dokter
6. Nama pasien √ Enok
7. Alamat pasien √ Kd bera
8. Umur pasien √ 33 tahun
9. Berat badan √ -
10. Nama obat √ Antasida, ranitidine,
asam mefenamat, vitamin
B1
11. Potensi obat √ Antasida doen, ranitidine
150mg, asam mefenamat
500mg, vitamin B1 50mg
12. Dosis √ -
13. Jumlah yang √ -
diminta
14. Jenis kelamin √ Perempuan
15. Frekuensi √ -
kegunaan
16. Petunjuk √ -
penggunaan lain

4.2.11 Kajian Farmasetik Resep 4


NO Kriteria Tertulis Seharusnya Keterangan
1. Bentuk sediaan Tertulis - -
2. Cara penggunaan Antasida : 3 dd 1 Antasida : s3ddt 1 Tertulis bahasa latin
Ranitidine : 3 dd a.c
1 Ranitidine : s3ddt
Asam mefenamat 1 a.c
: 3 dd 1 Asam mefenamat
Vitamin B1 : 3 dd : s3ddt 1
1 Vitamin B1 :
s3ddt 1
3. Lama penggunaan - Antasida : 2 hari Tidak tertera dalam
Ranitidine : 2 hari resep. Namun dapat
Asam di hitung dengan
Mefenamat : 3 jumlah tablet dibagi
hari dengan durasi
Vitamin B1 : 3 pemakaian obat
hari perhari

No Kriteria Ada Tidak Cara mengatasi


1. Stabilitas √ -
2. Komtabilitas √ -
farmasetik
4.2.12 Kajian Klinis Resep 4
No Kriteria Ada Tidak Cara mengatasi
1. Ada indikasi tidak √ -
ada obat
2. Ada obat tidak ada √ -
indikasi
3. Over dosis √ -
4. Under dosis √ -
5. Interaksi obat √ -
6. Duplikasi √ Antasida dan ranitidine sama-
sama membantu mengurangi
nyeri lambung
7. Obat pilihan tidak √ -
tepat
8. Alergi obat √ -
9. Efek samping obat √ Diare, sembelit, perut keram
10. Kontra indikasi √ -

Dari tabel kajian administrasi diatas, terdapat beberapa ketidaklengkapan meliputi, SIP dokter,
berat badan pasien, potensi obat, dosis, serta petunjuk penggunaan lain. Pada tabel kajian
farmasetik juga terdapat beberapa yang tidak tercantum pada resep seperti bentuk sediaan dan
lama penggunaan. Untuk cara penggunaan sudah tertera pada resep, Stabilitas obat terjaga
sampai pada tangan pasien, yakni dengan melihat tidak adanya obat yang rusak, tidak ada
perubahan warna pada obat ataupun kadaluarsa serta tidak adanya ketercampuran antar obat,
karena resep bukanlah resep racikan. Sedangkan untuk kajian klinis, tidak mendapati adanya
masalah klinis. Seperti dosis yang sudah sesuai dimana dosis yang digunakan pasien dewasa
pada obat Antasida 3x1 (sehari 3 kali 1 tablet) sebelum makan. Dan ranitidine 2x1 (sehari 2
kali 1 tablet) sebelum makan.
LAMPIRAN-LAMPIRAN

NO NAMA OBAT GAMBAR


1. Amoxicillin Syr

2. Allopurinol

3. Captopril

4. Betahistine
5. Furosemide

6. Miniaspi

7. Asam Mefenamat
8. Isosorbide

9. Nivedipine

10. Aciclovir

11. Clopidogrel
12. Oralit

13. Molagit

14. Simvastin
15. Asam folat

16. Antasida Doen

17. Paracetamol
18. Meftormin HCI

19. Solpenox

20. Aciclover
21. Phenol Glycerol

22. Oxytetracycline

23. Gentamicin sulfate


24. Hydrocorsiton

25. Miconazole

26. Betamethasone
27. Ketoconazole

28. Salep 2-4

29. Antasida Syr

30. Zinc Syr


31. Paracetamol Syr

32. Vitamin B6

33. Tablet Tambah Darah (FE)


34. Dexamethasone

35. Prednisone

36. Acetylcysteine
37. Molexflu

38. Cetirizine

39. Vitamin A Palmiate 100.000 IU


40. Vitamin A Palmiate 200.000 IU

41. Sodium Bicarbonate

42. Albendazole

43. Ciprofloxacin
44. Domperidone

45. Clindamycin

46. Simvastatin
47. Salbutamol 4mg

48. Chlorphenamine Maleate (CTM)

49. Amlodipine
50. Vitamin B Complex

51. Ketoconazole

52. Cotrimoxazole
53. Gentamicin

54. Detamethasone Sodium

55. Ampicillin Sodium


56. Ondansetron

57. Ranitidine Injection

58. Pehacain

59. Aminophylline
60. Etiket

61. Wadah Kedaluwarsa Obat


BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah kami melakukan Praktik Lapangan Kerja (PKL) pada Puskesmas Saketi, maka
dapat ditarik kesimpulan ialah :

1. Agar Mahasiswa dapat mengenali dunia kerja melalui kegiatan harian mahasiswa
yang diberikan oleh kampus dengan beberapa kegiatan kefarmasian yang sudah
dilakukan di Puskesmas Saketi.

2. Selama melaksanakan kegiatan PKL di Puskesmas saketi Mahasiswa dituntut untuk


lebih disiplin waktu, lebih cepat tanggap, lebih bersikap mandiri dan lebih bertanggung
jawab dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh pembimbing lapangan PKL agar
mahasiswa dapat meningkatkan sikap professional yang diperlukan mahasiswa untuk
memasuki dunia kerja.

3. Dengan terdapatnya beberapa problem yang mungkin ada, maka mahasiswa mencari
solusinya dan menyelesaikannya dengan kreativitasnya sendiri.

4. Dalam hal peluasan wawasan dan pandangan mahasiswa didapatkan bahwa


pekerjaan farmasi tidak dapat berjalan sendirian, namun perlu adanya koordinasi yang
baik dengan dokter untuk meningkatkan kualitas hidup pasien serta mengantisipas
adanya kesalahan dalam pemberian obat.

5.2 Saran
Berdasarkan kerja lapangan yang telah kami lakukan di Puskesmas Saketi maka kami
mengharapkan :

1. Puskesmas Saketi agar dapat mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan


kepada masyarakat yang telah dicapai selama ini.

2. Pada saat penyerahan obat sebaiknya lebih ditekankan pada pemberian informasi
obat yang lebih jelas dan lengkap.

3. Untuk kegiatan pelayanan kefarmasian yang masih belum dilaksanakan atau dalam
pelaksanaannya masih belum optimal dan masih belum berjalan seperti Home
pharmaceutical care.
Daftar pustaka

Subekti, Tri, and Muhana Sofiati Utami. "Metode relaksasi untuk menurunkan stres dan
keluhan tukak lambung pada penderita tukak lambung kronis." Jurnal Psikologi 38.2
(2011): 147-163.

Subekti, T., & Utami, M. S. (2011). Metode relaksasi untuk menurunkan stres dan
keluhan tukak lambung pada penderita tukak lambung kronis. Jurnal Psikologi, 38(2),
147-163

SUBEKTI, Tri; UTAMI, Muhana Sofiati. Metode relaksasi untuk menurunkan stres dan
keluhan tukak lambung pada penderita tukak lambung kronis. Jurnal Psikologi, 2011,
38.2: 147–163.

Avunduk, C. 2008. Manual of Gastroenterology: Diagnosis and Therapy 4th Edition.


156–164. Boston: Tufts University Medical School.

Ayantunde, A. A. 2014. Current Opinions in Bleeding Peptic Ulcer Disease. Department


of Surgery, Southend University Hospital, UK, 4(January), 1–10.

Berardi, R. R., & Welage, L. S. 2008. Peptic Ulcer Disease. In J. T. Dipiro, R. L. Tabert,
G. C. Yee, G. R. Matzke, B. G. Wells, & L. M. Posey (Eds.), Pharmacotheraphy A
Pathopshyologic Approach (7th ed., 569–578). New York: Mc. Graw Hill.
http://doi.org/10.1036/007147899X

British National Formulary 58. 2009. Gastrointestinal System. 37-48. London: BMJ
Group and RPS Publishing.

Dowling, T. C. 2008. Quantification of Renal Function. In J. T. Dipiro, R. L. Tabert, G.


C. Yee, G. R. Matzke, B. G. Wells, & L. M. Posey (Eds.), Pharmacotheraphy A
Pathopshyologic Approach (7th ed., 744–747). New York: Mc. Graw Hill.
http://doi.org/10.1036/007147899X

Hadi, S. 2013. Gastroenterologi (204–206). Bandung: PT Alumni.

Huang, J., Yunfei, C., Cun, L., Lucheng, W. & Fe, G. 2010. Effect of histamine-2-
receptor antagonists versus sucralfate on stress ulcer prophylaxis in mechanically
ventilated patients: a meta-analysis of 10 randomized controlled trials. Department of
Colorectal and Anal Surgery, First Affiliated Hospital, Guangxi Medical University,
China, 14(5), 1–9.
Kawai, T., Shinichi, T., Hidekazu, S., Hitoshi, S., Akihito, N., Daisuke, A., et al. 2014.
Changes in the first line Helicobacter pylori eradication rates using the triple therapy–
a multicenter study in the Tokyo metropolitan area (Tokyo Helicobacter pylori study
group). Journal of Gastroenterology and Hepatology, 29(April), 29–32

Lacy, C. F., Lora, L. A., Morton, P. G. & Leonard, L. L., 2010. Drug Information
Handbook 19th Edition. 876–1432. Ohio: Lexi Comp

Lee, S. P., In-Kyung, S., Jeong, H. K., Sun-Young, L., Hyung, S. P. & Chan, S. S. 2015.
The Effect of Emotional Stress and Depression on the Prevalence of Digestive Diseases.
Journal of Neurogastroenterology and Motility, 1(March), 1–10.

Li, L. F., Chan, R. L. Y., Lu, L., Shen, J., Zhang, L., Wu, W. K. K., et al. 2014. Cigarette
smoking and gastrointestinal diseases: The causal relationship and underlying
molecular mechanisms (Review). International Journal Of Molecular Medicine,
34(April), 372–380. http://doi.org/10.3892/ijmm.2014.1786

Lockrey, G., & Lim, L. 2011. Peptic Ulcer Disease in Older People. Journal of
Pharmacy Practice and Research, 41(1), 58–61.

Neal, M. J. 2007. At a Glance Farmakologi Medis (Edisi kelima, 30–31). diterjemahkan


oleh Surapsari, J. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Priyanto, A., & Lestari, S. 2009. Endoskopi Gastroenterologi (77–79). Jakarta: Salemba
Medika.

Putri, D. P. W. 2010. Evaluasi Penggunaan Obat Tukak Peptik pada Pasien Tukak Peptik
(Peptic Ulcer Disease) di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Moewardi Surakarta Tahun
2008. Skripsi. Fakultas Farmasi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Rani, A. A., & Fauzi, A. 2006. Infeksi Helicobacter pylori dan Penyakit Gastro-
duodenal. In A. W. Sudoyo, B. Setiyohadi, I. Alwi, M. S. K., & S. Setiati (Eds.), Ilmu
Penyakit Dalam Jilid I (IV, 329–331). Jakarta: FKUI.

Sanusi, I. A. 2011. Tukak Lambung. In A. A. Rani, M. S. K., & A. F. Syam (Eds.), Buku
Ajar Gastroenterologi (328–345). Jakarta: Interna Publishing.

Selak, V., Elley, C. R., Wells, S., Rodgers, A., Sharpe, N. Aspirin for Primary
Prevention: Yes or No?. 2010. Auckland: J Primary Health Care. 2 (2): 92-99.
Subramanian, A. 2009. Drug Facts And Comparisons. (S. L. Schweain, Ed.) (Pocket
Edi). 837-862. Vancouver: Wolters Kluwer Health.

Sweetman, S., C. 2009. Martindale The Complete Drug Reference 36th Edition. (1692-
1693). London: Pharmaceutical Press.

Tarigan, P. 2006. Tukak Gaster. In A. W. Sudoyo, B. Setiyohadi, I. Alwi, M. S. K., & S.


Setiati (Eds.), Ilmu Penyakit Dalam Jilid I (IV, 338–341). Jakarta: FKUI.

Truter, I. 2009. Peptic ulcer disease. SA Pharmaceutical Journal, (February), 10–15.

Underwood, J. E. C. 2000. Patologi. diterjemahkan oleh Sarjadi. 436–437. Jakarta:


EGC.

Vella, V. 2005. Drug-Induced Peptic Ulcer Disease. Journal of the Malta College of
Pharmacy Practice, 10 (Summer), 15-19.

Wang, J., Kehu, Y., Bin, M., Jinhui, T., Yali, L., Zhenggang, B., et al. 2009. Intravenous
pantoprazole as an adjuvant therapy following successful endoscopic treatment for
peptic ulcer bleeding. Can J Gastroenterol, 23 (4)(April), 287–299.
DOA KAFARATUL MAJELIS

ََ َ ‫ ِل َ تْنأ َُ ك ُِر ْفغتْسأ َ وب ُتأو كْي ِل إ‬، ‫ ُمه الل َُ ِكدْم ِحبو َْ د ْهشأ َ نأ َ ل َ ه ِل‬، ‫ك ان حْ بُس‬

Artinya: Mahasuci Engkau ya Allah dan Dengan memuji kepada-Mu saya


bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Saya memohon ampun dan
bertaubat hanya kepada-Mu.

Anda mungkin juga menyukai