Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

DI DINAS KESEHATAN

UPT PUSKESMAS ARCAMANIK

MARET 2020

Disusun Oleh:

Hanisa Jovanka Wiyanti

31171009

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA

BANDUNG

2020
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

UPT PUSKESMAS ARCAMANIK

03-29 FEBRUARI 2020

Laporan ini disusun untuk memenuhi persyaratan mata kuliah PKL Program Studi
Diploma III Universitas Bhakti Kencana

Hanisa Jovanka Wiyanti

31171009

Bandung, Maret 2020

Disetujui oleh:

Preseptor Pembimbing FF-UBK

(Sari Handayani Putri,M.Farm.,Apt) (Eva Kusumahati M.Si.,Apt)


KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum Wr. Wb. Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas
berkat, rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Praktik Kerja
Lapangan (PKL) di Industri Farmasi PT. Bio Farma Bandung, yang berlangsung
tanggal 03 – 29 Februari 2020. Shalawat serta salam tak lupa kami curah
limpahkan kepada junjungan kita yakni Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga,
sahabat dan para pengikutnya yang senantiasa patuh dan taat mengikuti risalah-
Nya.

PKL ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk meraih gelar
Ahli Madya pada Program Diploma Tiga (DIII). Setelah mengikuti PKL
diharapkan penulis dapat memperoleh pengetahuan yang berguna di farmasi
industri. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih atas
pelajaran, bimbingan selama menjalankan PKL di PT.Bio Farma dan segala
bantuan yang telah diberikan hingga selesainya Praktek Kerja Lapangan ini,
kepada:

1. Allah SWT, yang selalu memberikan kesehatan dan kesempatan kepada penulis
selama kegiatan PKL berlangsung.

2. Bapak H.Mulyana, SH., MH.Kes selaku Ketua Yayasan Adhi Guna Kencana

3. Dr. Entris Sutrisno, MH. Kes., Apt. Selaku Rektor Universitas Bhakti Kencana

4. Ibu Ika Kurnia Sukmawati M.Si.,Apt selaku Ketua Program Studi DIII Farmasi
yang telah membantu dan memberikan bimbingan untuk pelaksanaan Praktek
Kerja Lapangan.

5. Ibu Eva Kusumahati M.Si.,Apt selaku pembimbing dari Universitas Bhakti


Kencana yang telah memberikan bimbingan yang sangat bermanfaat selama
Praktek Kerja Lapangan dan penyusunan Laporan ini

6. Ibu Sari Handayani Putri,M.Farm.,Apt selaku pembimbing di UPT


PUSKESMAS ARCAMANIK yang telah membimbing,mengarahkan serta

i
mengawasi mulai dari awal praktek hingga selesainya penyusunan laporan akhir
ini.

7. A Azhar dan Teh Erin yang telah membantu selama Praktek Kerja Lapangan
dalam penyelesaian laporan ini.

8. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu dan bimbingan selama perkuliahan
di Universitas Bhakti Kencana

9. Orangtua tercinta dan keluarga yang selalu mendoakan, mendukung, memberi


nasehat, semangat dan dorongan serta memberikan bantuan baik moril maupun
materil selama kegiatan Praktek Kerja Lapangan.

10. Seluruh rekan - rekan seperjuangan Program Studi Ahli Madya Farmasi
Universitas Bhakti Kencana angkatan 2017.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih banyak terdapat
kekurangan dan kesalahan. Harapan penulis adalah agar semua yang telah
dipaparkan dalam laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
khususnya bagi penulis sendiri demi kemajuan dan perbaikan di masa yang akan
datang. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan balasan yang tidak terhingga
kepada semua pihak atas jasa dan bantuannya. Aamiin.

Bandung, Maret 2020

Penulis

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Dalam sarana kesehatan, farmasi merupakan salah satu faktor penting dalam
menunjang pelayanan kesehatan. Profesi farmasi saat ini telah mengalami
perkembangan yaitu dari orientasi pada obat berubah menjadi orientasi pada pasien
dengan berdasarkan pada asas Pharmaceutical Care, yaitu bentuk pelayanan dan
tanggungjawab langsung profesi farmasi dalam pekerjaan kefarmasian untuk
mencapai tujuan akhir yaitu peningkatan kualitas hidup pasien. Dalam
menyelenggarakan pekerjaan kefarmasian banyak hal-hal yang berkaitan salah
satunya adalah Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan No.75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, Fasilitas
Pelayanan Kesehatan adalah suatu tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan
upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitative
yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/atau masyarakat. Salah satu
bagian dari fasilitas kesehatan itu sendiri adalah

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Puskesmas adalah fasilitas pelayanan


kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan
preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di
wilayah kerjanya.

Karena Puskesmas adalah salah satu bagian dari bidang kefarmasian, maka tentunya
diperlukan tenaga kefarmasian di dalamnya. Sumber daya manusia yang dapat
menjawab kebutuhan era globalisasi ini lah yang dicari. Sumber saya manusia yang
unggul adalah tenaga kerja yang siap pakai dan professional. Pembentukan tenaga
kerja yang siap pakai dan profesional merupakan tanggung jawab baik dunia
pendidikan dan dunia kerja.

Lembaga pendidikan tinggi seperti sekolah tinggi merupakan tempat pertama bagi
calon tenaga kerja untuk dididik dan menimba ilmu sebelum mengembangkannya di
dunia kerja. Untuk itu sebagai mahasiswa yang telah dibekali dengan berbagai
3
macam teori dasar yang diperoleh di bangku kuliah, hendaknya juga dilengkapi
dengan kemampuan untuk dapat mengaplikasikan teori-teori tersebut di dunia kerja
yang sebenarnya.

Untuk mencapai maksud tersebut maka setiap mahasiswa di Program Studi D3


Farmasi Universitas Bhakti Kencana diharuskan untuk mengikuti Praktek Kerja
Lapangan. Praktek Kerja Lapangan, diharapkan dapat memberikan kesempatan
kepada mahasiswa untuk mempersiapkan diri dengan berbagai macam pengalaman
sebelum terjun ke dunia kerja selepas studinya kelak. Dalam Praktek Kerja Lapangan
ini mahasiswa diberi kesempatan untuk praktek di tiga tempat yang berbeda, salah
satunya adalah UPT Puskesmas Arcamanik yang dilaksanakan dari tanggal 3 maret-
28 maret 2020

1.2 Tujuan
a. Meningkatkan pemahaman calon Ahli Madya Farmasitentang peran, fungsi dan
tanggungjawab TTK dalam praktek membantu Apoteker melakukan pekerjaan
kefarmasian di Dinas Kesehatan dan atau pelayanan kefarmasian di Puskesmas.

b. Membekali calon Ahli Madya Farmasi agar memiliki pengetahuan,


keterampilan, sikap perilaku (professionalism) serta wawasan dan pengalaman
nyata (reality) untuk melakukan praktek pekerjaan kefarmasian di Dinas
Kesehatan dan atau Puskesmas.

c. Memberi kesempatan kepada calon Ahli Madya Farmasi untuk melihat praktek
TTK di Dinas Kesehatan dan atau Puskesmas.

d. Memberi gambaran nyata praktek dan pekerjaan kefarmasian di Dinas


Kesehatan dan Puskesmas.

e. Mempersiapkan calon Ahli Madya Farmasi agar memiliki sikapperilaku dan


professionalisme untuk memasuki dunia praktek TTK di Dinas Kesehatan dan
Puskesmas.

f. Memberi kesempatan kepada calon Ahli Madya Farmasi untuk belajar


berkomunikasi dan berinteraksi dengan tenaga kesehatan lain yang bertugas di
Dinas Kesehatan dan Puskesmas.
4
g. Memberikan kesempatan kepada calon Ahli Madya Farmasi untuk belajar
pengalaman praktek TTK di Puskesmas dalam kaitan dengan peran, tugas dan
fungsi TTK dalam bidang kesehatan masyarakat.

1.3 Manfaat
a. Mengetahui, memahami tugas dan tanggung jawab TTK dalam menjalankan
pekerjaan kefarmasian di dinas kesehatan dan puskesmas
b. Mendapatkan pengalaman praktis mengenai pekerjaan kefarmasian di dinas
kesehatan dan puskesmas
c. Meningkatkan rasa percaya diri untuk menjadi TTK yang profesional.

1.4 Waktu dan Tempat PKL


Tempat pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan yaitu bertempat di UPT
PUSKESMAS ARCAMANIK yang beralamat di Jl. Olahraga No. 7 Bandung.
Dilaksanakan pada bulan maret 2020. Waktu Praktek Kerja Lapangan dilaksanakan
pada hari Senin sampai Jum’at pada pukul 07.30-14.30.

5
BAB II
TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI

2.1 Gambaran Umum Dinas Kesehatan Kota Bandung

2.1.1 Sejarah Dinas Kesehatan Kota Bandung

Dinas Kesehatan Kota Bandung adalah salah satu instansi pemerintah


yang sudah ada sejak jaman kependudukan Belanda. Pada tahun 1946 sampai
dengan tahun 1949 Dinas Kesehatan disebut juga “Plaatselijke Heidsdients
Bandung” yang berkantor di Gemeente Bandung. Pimpinannya adalah Dr.Molte
V.Kuhlewein sebagai Ho/Oofd Gouvermentsart Hoofd V.D Plaatselijke
Gezondheids Bandung.

Tahun 1950 Plaatselijke Gezondheids berubah menjadi Jawatan Kesehatan


Kota Besar Bandung. Adapun pejabat yang ditunjuk adalah dr.R Admiral
Suratedja, Kepala Kesehatan Kota Besar Bandung. Wilayahnya berturut-turut
dr.R.Poerwo Soewarjo kemudian dr.R.Sadikun.

Kantor pusat Dinas Kesehatan berkedudukan di Gemeente Bandung atau


Kantor Kotapraja Bandung yang sekarang dikenal sebagai Kantor Pemerintah
Daerah Kotamadya Bandung sampai pertengahan tahun 1990 dan bagian preventif
yang sekarang dikenal sebagai Seksi Pemberantasan Penyakit Menular berkantor
di Jalan Bawean No.1 Bandung.

Pada tahun 1950 Jawatan Kesehatan Kota Besar Bandung terdiri dari 10
balai pengobatan kemudian pada tahun 1972 berkembang menjadi 4 pusat
kesehatan yang terdiri dari : 1 pusat kesehatan masyarakat, 18 balai kesehatan
khusus kemudian 18 balai kesehatan dan anak serta 6 klinik bersalin.

Pada tahun 1960 Kantor Pusat Dinas Kesehatan pindah kejalan Badak
Singa No.10 Bandung, menepati sebagian dari Kantor Penjernihan Air yang
sekarang merupakan Kantor Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) sampai
tanggal 9 Oktober 1965. Pada tanggal 9 Oktober 1965 pindah lagi ke jalan
Supratman No.73 Bandung sampai sekarang.

6
Berdasarkan SK No.50 tahun 1952 tentang pelaksanaannya yaitu
penyerahan sebagai Pemerintah Pusat mengenai kesehatan kepada daerah-daerah
di kota besar atau kecil. Pengelolaan Kepegawaian Dinas Kesehatan secara
berangsur- angsur diserahkan kepada Pemda Kotamadya Dati II Bandung dan
status pegawainya terdiri dari :

1. Pegawai pusat
2. Pegawai pemberantas Penyakit Cacar dan Mata

Dinas Kesehatan Kota Bandung ini didirikan dengan tujuan meningkatkan derajat
kesehatan yaitu melalui :

1. Kegiatan kuratif atau pencegahan pengobatan seperti Puskesmas


2. Kegiatan preventif atau pencegahan terhadap penyakit misalnya mencegah
jangan sampai orang menjadi sakit dan menjaga kebersihan lingkungan dan lain-
lain.

2.1.2 Tugas, Pokok, Fungsi, Visi dan Misi Dinas Kesehatan Kota Bandung

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 tahun


2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, Puskesmas mempunyai tugas dan
fungsi sebagai berikut :

1. Tugas Pokok

Melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan


kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka pendukung terwujudnya
kecamatan sehat.

2. Fungsi
a. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya, dan
Puskesmas berwenang untuk:
· Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah
kesehatan masyarakat dan analisa kebutuhan pelayanan yang
diperlukan
· Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan

7
· Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan
masyarakat masyarakat dalam bidang kesehatan
· Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap tingkat
perkembangan masyarakat yang bekerjasama dengan sector lain
terkait
· Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan
upaya kesehatan berbasis masyarakat
b. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya:
· Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dasar secara
komprehensif, berkesinambungan dan bermutu
· Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan
upaya promotif dan preventif
· Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang berorientasi
pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat

3. Visi Dinas Kesehatan Kota Bandung

Dengan memperhatikan perkembangan pembangunan kesehatan keinginan,


harapan serta tujuan pembangunan kesehatan di Kota Bandung telah
ditetapkan visi yaitu “Bandung Kota Sehat yang Mandiri”, yang mempunyai
makna, pertama suatu kota yang secara terus menerus berupaya meningkatkan
kualitas lingkungan fisik dan sosial melalui pemberdayaan potensi masyarakat
dengan memaksimalkan seluruh potensi kehidupan baik secara bersama-sama
maupun mandiri sehingga dapat mewujudkan masyarakat yang berprilaku
sehat, hidup di lingkungan yang aman, nyaman dan sehat yang diawali dari
terwujudnya kelurahan sehat dan kecamatan sehat. Kedua, mandiri adalah
masyarakat berupaya berperan serta secara aktif dalam mencegah, melindungi
dan memelihara dirinya. Keluarga, masyarakat dan lingkungan agar terhindar
dari resiko gangguan kesehatan.

4. Misi Dinas Kesehatan Kota Bandung

Untuk merealisasikan visi “Bandung Kota Sehat yang Mandiri”, maka Dinas
Kesehatan Kota Bandung telah menetapkan misi pembangunan kesehatan
8
sebagai berikut :

a. Meningkatkan serta mendorong kesadaran individu, keluarga serta


masyarakat untuk hidup sehat secara mandiri.
b. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau.
c. Mengutamakan profesionalisme dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat.
d. Menggali potensi masyarakat dalam pembangunan kesehatan.

2.2. Pusat Kesehatan Masyarakat

2.2.1 Pengertian Puskesmas

Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah unit


pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja (Permenkes
RI No.74 tahun 2016).

1. Unit Pelaksana Teknis


Sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (UPTD),
Puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional
Dinas Kabupaten/Kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta
ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia.
2. Pembangunan Kesehatan
Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa
Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
optimal.
3. Penanggung jawab Penyelenggaraan
Penangung jawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan
kesehatan di wilayah Kabupaten/Kota adalah Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, sedangkan Puskesmas bertanggung jawab hanya sebagian
upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota sesuai dengan kemampuannya.

9
4. Wilayah Kerja
Secara nasional, standar wilayah kerja Puskesmas adalah satu Kecamatan,
tetapi apabila di satu Kecamatan terdapat lebih dari satu Puskesmas, maka
tanggung jawab wilayah kerja dibagi antar Puskesmas dengan memperhatikan
keutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan atau RW). Masing-masing
Puskesmas tersebut secara operasional bertanggung jawab langsung kepada
Dnias Kesehatan Kabupaten/Kota.

2.2.2 Tugas dan Fungsi Puskesmas

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75


tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, Puskesmas mempunyai
tugas dan fungsi sebagai berikut :

1. Tugas

Melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di


wilayah kerjanya dalam rangka pendukung terwujudnya kecamatan sehat.

2. Fungsi

a. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya, dan


Puskesmas berwenang untuk:
l Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah
kesehatan masyarakat dan analisa kebutuhan pelayanan yang
diperlukan
l Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan
l Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan
pemberdayaan masyarakat masyarakat dalam bidang
kesehatan
l Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap tingkat
perkembangan masyarakat yang bekerjasama dengan sector

10
lain terkait
l Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan
dan upaya kesehatan berbasis masyarakat
l Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya
l Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dasar secara
komprehensif, berkesinambungan dan bermutu
l Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan
upaya promotif dan preventif
l Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang berorientasi
pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

2.2.3 Persyaratan Pendirian Puskesmas

Puskesmas harus didirikan pada setiap kecamatan, dan dalam satu


kecamatan dapat didirikan lebih dari satu Puskesmas berdasarkan
pertimbangankebutuhan pelayanan, jumlah penduduk, dan aksesibilitas.
Pendirian Puskesmas harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1. Lokasi

Lokasi pendirian Puskesmas harus memenuhi persyaratan :

a. Geografis
b. Aksesibilitas untuk jalur transportasi
c. Kontur Tanah
d. Fasilitas Parkir
e. Fasilitas Keamanan
f. Ketersediaan Utilitas Publik
g. Pengelolaan kesehatan lingkungan, dan
h. Kondisi lainnya

2. Bangunan

a. Persyaratan administratif, persyaratan keselamatan dan kesehatan


kerja, serta persyaratan teknis bangunan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan

11
b. Bersifat permanen dan terpisah dengan bangunan lain, dan

12
c. Menyediakan fungsi, keamanan, kenyamanan, perlindungan
keselamatan dan kesehatan serta kemudahan dalam memberi pelayanan
bagi semua orang termasuk kebutuhan khusus, anak-anak dan lanjut
usia.

1) Prasarana
· Sistem penghawaan (ventilasi)
· Sistem pencahayaan
· Sistem sanitasi
· Sistem kelistrikan
· Sistem komunikasi
· Sistem gas medic
· Sistem proteksi petir
· Sistem proteksi kebakaran
· Sistem pengendalian kebisingan
· Sistem transportasi vertical bangunan lebih dari (satu) lantai
· Kendaraan puskesmas keliling, dan
· Kendaraan ambulan.

2) Peralatan Kesehatan
· Standar mutu, keamanan, keselamatan
· Memiliki izin edar sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan, dan
· Diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh institusi penguji dan
pengkalibrasi yang berwenang.

3) Ketenagaan

Sumber daya manusia Puskesmas terdiri atas Tenaga Kesehatan dan


Non Kesehatan. Jenis dan jumlah tenaga kesehatan dan tenaga non
kesehatan dihitung berdasarkan analisis beban kerja, dengan
mempertimbangkan jumlah pelayanan yang diselenggarakan, jumlah
13
penduduk dan persebarannya, karakteristik wilayah kerja, luas wilayah
kerja, ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama
lainnya di wilayah kerja. Jenis tenaga kesehatan terdiri atas :

· Dokter atau dokter layanan primer


· Dokter gigi
· Perawat
· Bidan
· Tenaga kesehatan masyarakat
· Tenaga kesehatan lingkungan
· Ahli teknologi laboratorium medic
· Tenaga gizi, dan
· Tenaga kefarmasian.

4) Kefarmasian dan laboratorium

Pelayanan kefarmasian harus dilakukan oleh Tenaga Kesehatan yang


memiliki kompetensi dan kewenangan untuk melakukan pekerjaan
kefarmasian. Pelayanan Laboratorium di Puskesmas harus memenuhi
kriteria ketenagaan, sarana, prasarana, perlengkapan dan peralatan.

2.2.4 Kategori Puskesmas

1. Kategori Puskesmas berdasarkan karakteristik wilayah kerjanya,


dikategorikan menjadi :
a. Puskesmas kawasan perkotaan, memiliki kriteria sebagai berikut :
l Aktivitas lebih dari 50% penduduknya pada sektor non
agraris, terutama industri, perdagangan dan jasa
l Memiliki fasilitas perkotaan antara lain sekolah radius 2,5 km,
pasar radius 2 km, memiliki rumah sakit radius kurang dari 5
km, bioskop atau hotel
l Lebih dari 90% rumah tangga memiliki listrik, dan atau
l Terdapat akses jalan raya dan transportasi menuju fasilitas
perkotaan.

14
b. Puskesmas kawasan terpencil dan sangat terpencil, memiliki kriteria
sebagai berikut :
l Berada di wilayah yang sulit dijangkau atau rawan bencana,
pulau kecil, gugus pulau, atau pesisir
l Akses transportasi umum rutin 1 kali dalam 1 minggu, jarak
tempuh pulang pergi dari ibukota kabupaten memerlukan
waktu lebih dari 6 jam, dan transportasi yang ada sewaktu-
waktu dapat terhalang iklim atau cuaca, dan
l Kesulitan pemenuhan bahan pokok dan kondisi keamanan
yang tidak stabil.

c. Puskesmas kawasan terpencil dan sangat terpencil, memiliki kriteria


sebagai berikut :
l Berada di wilayah yang sulit dijangkau atau rawan bencana,
pulau kecil, gugus pulau, atau pesisir
l Akses transportasi umum rutin 1 kali dalam 1 minggu, jarak
tempuh pulang pergi dari ibukota kabupaten memerlukan
waktu lebih dari 6 jam, dan transportasi yang ada sewaktu-
waktu dapat terhalang iklim atau cuaca, dan
l Kesulitan pemenuhan bahan pokok dan kondisi keamanan
yang tidak stabil.

2. Kategori Puskesmas berdasarkan kemampuan penyelenggaraan,


dikategorikan menjadi :
a. Puskesmas Non Rawat Inap, adalah Puskesmas yang tidak
menyelenggarakan pelayanan rawat inap, kecuali pertolongan
persalinan normal
b. Puskesmas Rawat Inap, adalah Puskesmas yang diberi tambahan
sumber daya untuk menyelenggarakan pelayanan rawat inap,
sesuai pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan.

15
2.2.5 Pengelolaan Obat

Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan


salah satu kegiatan pelayanan kefarmasian, yang dimulai dari perencanaan,
permintaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian,
pencatatan dan pelaporan serta pemantauan dan evaluasi. Tujuannya
adalah untuk menjamin kelangsungan ketersediaan dan keterjangkauan
Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang efisien, efektif dan
rasional, meningkatkan kompetensi/kemampuan tenaga kefarmasian,
mewujudkan system informasi mamajemen, dan melaksanakan
pengendalian mutu pelayanan.

Kepala Ruang Farmasi di Puskesmas mempunyai tugas dan tanggung


jawab untuk menjamin terlaksananya pengelolaan Sediaan Farmasi dan
Bahan Medis Habis Pakai yang baik (Permenkes no.24 tahun 2016)
tentang standar pelayanan kefarmasian di puskesmas). Kegiatan
pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi :

1. Perencanaan

Perencanaan merupakan proses kegiatan seleksi Sediaan Farmasi dan


Bahan Medis Habis Pakai untuk menentukan jenis dan jumlah Sediaan
Farmasi dalam rangka pemenuhan kebutuhan Puskesmas.

Tujuan perencanaan adalah untuk mendapatkan :

1) Perkiraan jenis dan jumlah Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai yang mendekati kebutuhan.

2) Meningkatkan penggunaan obat secara rasional.

3) Meningkatkan efisiensi penggunaan obat.

Perencanaan kebutuhan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai di


Puskesmas setiap periode dilaksanakan oleh Ruang Farmasi di Puskesmas.

16
Proses seleksi Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan
dengan mempertimbangkan pola penyakit, pola konsumsi Sediaan Farmasi
periode sebelumnya, data mutasi Sediaan Farmasi, dan rencana
pengembangan. Proses seleksi Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai juga harus mengacu pada Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN)
dan Formularium Nasional. Proses seleksi ini harus melibatkan tenaga
kesehatan yang ada di Puskesmas seperti dokter, dokter gigi, bidan, dan
perawat, serta pengelola program yang berkaitan dengan pengobatan.
Proses perencanaan kebutuhan Sediaan Farmasi per tahun dilakukan
secara berjenjang (bottom-up). Puskesmas diminta menyediakan data
pemakaian obat dengan menggunakan Laporan Pemakaian dan Lembar
Permintaan Obat (LPLPO).

2. Permintaan

Tujuan permintaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai adalah
memenuhi kebutuhan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai di
Puskesmas, sesuai dengan perencanaan kebutuhan yang telah dibuat.
Permintaan diajukan kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan kebijakan
pemerintah daerah setempat.

3. Penerimaan

Penerimaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai adalah suatu
kegiatan dalam menerima Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
dari Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota atau hasil pengadaan Puskesmas
secara mandiri sesuai dengan permintaan yang telah diajukan. Tujuannya
adalah agar Sediaan Farmasi yang diterima sesuai dengan kebutuhan
berdasarkan permintaan yang diajukan oleh Puskesmas, dan memenuhi
persyaratan keamanan, khasiat, dan mutu

17
Tenaga Kefarmasian dalam kegiatan pengelolaan bertanggung jawab atas
ketertiban penyimpanan, pemindahan, pemeliharaan dan penggunaan.
Obat dan Bahan Medis Habis Pakai berikut kelengkapan catatan yang
menyertainya. Tenaga Kefarmasiannya wajib melakukan pengecekan
terhadap Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang diserahkan,
mencakup jumlah kemasan/peti, jenis dan jumlah Sediaan Farmasi, bentuk
Sediaan Farmasi sesua idengan isi dokumen LPLPO, ditandatangani oleh
Tenaga Kefarmasian, dan diketahui oleh Kepala Puskesmas. Bila tidak
memenuhi syarat, maka Tenaga Kefarmasian dapat mengajukan keberatan.
Masa kedaluwarsa minimal dari Sediaan Farmasi yang diterima
disesuaikan dengan periode pengelolaan di Puskesmas ditambah satu
bulan

4. Penyimpanan

Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan


suatu kegiatan pengaturan terhadap Sediaan Farmasi yang diterima agar
aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan
mutunya tetap terjamin, sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.

Tujuannya Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai dengan


mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

a. Bentuk dan jenis sediaan


b. Kondisi yang dipersyaratkan dalam penandaan di kemasan Sediaan
Farmasi, seperti suhu penyimpanan, cahaya, dan kelembaban
c. Mudah atau tidaknya meledak/terbakar
d. Narkotika dan psikotropika disimpan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan dan
e. Tempat penyimpanan Sediaan Farmasi tidak dipergunakan
untuk penyimpanan barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi.

5. Pendistribusian
18
Pendistribusian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
merupakan kegiatan pengeluaran dan penyerahan Sediaan Farmasi dan
Bahan Medis Habis Pakai secara merata dan teratur untuk memenuhi
kebutuhan sub unit/satelit farmasi Puskesmas dan jaringannya.

Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan Sediaan Farmasi sub unit


pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas dengan jenis,
mutu, jumlah dan waktu yang tepat. Sub-sub unit di Puskesmas dan
jaringannya antara lain :

a. Sub unit pelayanan di dalam lingkungan Puskesmas


b. Puskesmas Pembantu
c. Puskesmas Keliling
d. Posyandu dan
e. Polindes]
Pendistribusian ke sub unit (ruang rawat inap, UGD, dan lain-lain)
dilakukan dengan cara pemberian obat sesuai resep yang diterima (floor
stock), pemberian obat per sekali minum (dispensing dosis unit) atau
kombinasi, sedangkan pendistribusian ke jaringan Puskesmas dilakukan
dengan cara penyerahan obat sesuai dengan kebutuhan (floor stock).

6. Pemusnahan dan Penarikan

Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis


Pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi standar/ketentuan


peraturan perundang-undangan dilakukan oleh pemilik izin edar
berdasarkan perintah penarikan oleh BPOM (mandatory recall) atau
berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary recall)
dengan tetap memberikan laporan kepada Kepala BPOM.

Penarikan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan terhadap produk yang izin
edarnya dicabut oleh Menteri. Pemusnahan dilakukan untuk Sediaan
Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai bila :

19
a. Produk tidak memenuhi persyaratan mutu
b. Telah kadaluwarsa
c. Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan
kesehatan atau kepentingan ilmu pengetahuan, dan/atau
d. Dicabut izin edarnya.

Tahapan pemusnahan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai


terdiri dari :

a. Membuat daftar Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang
akan dimusnahkan
b. Menyiapkan Berita Acara Pemusnahan
c. Mengoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada
pihak terkait
d. Menyiapkan tempat pemusnahan dan
e. Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan
serta peraturan yang berlaku.

7. Pengendalian

Pengendalian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai adalah suatu
kegiatan untuk memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai
dengan strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi
kelebihan dan kekurangan/kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan
dasar.

Tujuannya adalah agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan obat di unit
pelayanan kesehatan dasar. Pengendalian Sediaan Farmasi terdiri dari :

a. Pengendalian persediaan
b. Pengendalian pengawasan dan
c. Penanganan Sediaan Farmasi hilang, rusak, dan kadaluwarsa.

20
8. Administrasi

Administrasi meliputi pencatatan dan pelaporan terhadap seluruh


rangkaian kegiatan dalam pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis
Habis Pakai, baik Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang
diterima, disimpan, didistribusikan dan digunakan di Puskesmas atau unit
pelayanan lainnya.

Tujuan pencatatan dan pelaporan adalah :

a. Bukti bahwa pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis


Pakai telah dilakukan
b. Sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian dan
c. Sumber data untuk pembuatan laporan.

9. Pemantauan dan Evaluasi

Pemantauan dan evaluasi pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis


Habis Pakai dilakukan secara periodic dengan tujuan untuk :

a. Mengendalikan dan menghindari terjadinya kesalahan dalam


pengelolaan Sediaan Farmaasi dan Bahan Medis Habis Pakai sehingga
dapat menjaga kualitas maupun pemerataan pelayanan
b. Memperbaiki secara terus menerus pengelolaan Sediaan Farmasi dan
Bahan Medis Habis Pakai dan
c. Memberikan penilaian terhadap capaian kinerja pengelolaan.

Setiap kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis


Pakai, harus dilaksanakan sesuai prosedur operasional. Standar Prosedur
Operasional (SPO) ditetapkan oleh Kepala Puskesmas.

21
2.2.6 Pengawasan dan pengaturan

Pengaturan dan pengawasan adalah proses memperoleh kepastian atas


kesesuaian penyelenggaraan dan pencapaian tujuan puskesmas terhadap
rencana dan peraturan perundang-undangan serta berbagai kewajiban yang
berlaku. Untuk terselenggaranya pengawasan dan pengaturan dilakukan
kegiatan sebagai berikut :

1. Pengawasan

Pengawasan dibedakan atas dua macam yakni pengawasan internal dan eksternal.
Pengawasan internal dilakukan secara melekat oleh atasan langsung. Pengawasan
eksternal dilakukan oleh masyarakat, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota serta berbagai
institusi pemerintah terkait. Pengawasan mencakup aspek administratif, keuangan dan
teknis pelayanan. Apabila pada pengawasan ditemukan adanya penyimpangan, baik
terhadap rencana, standar, peraturan perundang-undangan maupun berbagai kewajiban
yang berlaku, perlu dilakukan pembinaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

2. Pengaturan

Untuk penyelenggarakan berbagai upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan


masyarakat yang sesuai dengan asas penyelenggaraan puskesmas, perlu ditunjang oleh
mamajemen puskesmas yang baik. Manajemen puskesmas adalah rangkaian kegiatan
yang bekerja secara sistematis untuk menghasilkan puskesmas yang efektif dan efisien.
Rangkaian kegiatan sistematis yang dilaksanakan oleh puskesmas membentuk fungsi-
fungsi mamajemen.

Ada tiga fungsi manajemen puskesmas yang dikenal yakni perencanaan, pelaksanaan,
dan pengendalian, serta pengawasan dan pertanggungjawaban. Semua fungsi
manajemen tersebut harus dilaksanakan secara terkait dan berkesinambungan.

2.2.7 Regulasi Kefarmasian

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No.74 Tahun 2016 Tentang


Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas.

1. Pengertian
22
a. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.

b. Standar Pelayanan Kefarmasian adalah tolak ukur yang


dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam
menyelenggarakan pelayanan kefarmasian.

c. Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan


bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan Sediaan
Farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan mutu kehidupan pasien.

d. Sediaan Farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan


kosmetika.

e. Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi


yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki system
fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis,
pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan
kontrasepsi untuk manusia.

2. Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas

Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas meliputi standar :

a. Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai,


meliputi : Perencanaankebutuhan, permintaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencatatan, pelaporan
dan pengarsipan, pemantauan dan evaluasi pengelolaan.

b. Pelayanan Farmasi Klinik, meliputi : pengkajian resep, penyerahan


obat dan pemberian informasi obat, Pelayanan Informasi Obat
(PIO), konseling, ronde/visite pasien (khusus Puskesmas rawat
inap), pemantauan dan pelaporan efek samping obat, pemantauan
terapi obat, dan evaluasi penggunaan obat

23
24

Anda mungkin juga menyukai