DI DINAS KESEHATAN
MARET 2020
Disusun Oleh:
31171009
BANDUNG
2020
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan ini disusun untuk memenuhi persyaratan mata kuliah PKL Program Studi
Diploma III Universitas Bhakti Kencana
31171009
Disetujui oleh:
Assalamu‟alaikum Wr. Wb. Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas
berkat, rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Praktik Kerja
Lapangan (PKL) di Industri Farmasi PT. Bio Farma Bandung, yang berlangsung
tanggal 03 – 29 Februari 2020. Shalawat serta salam tak lupa kami curah
limpahkan kepada junjungan kita yakni Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga,
sahabat dan para pengikutnya yang senantiasa patuh dan taat mengikuti risalah-
Nya.
PKL ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk meraih gelar
Ahli Madya pada Program Diploma Tiga (DIII). Setelah mengikuti PKL
diharapkan penulis dapat memperoleh pengetahuan yang berguna di farmasi
industri. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih atas
pelajaran, bimbingan selama menjalankan PKL di PT.Bio Farma dan segala
bantuan yang telah diberikan hingga selesainya Praktek Kerja Lapangan ini,
kepada:
1. Allah SWT, yang selalu memberikan kesehatan dan kesempatan kepada penulis
selama kegiatan PKL berlangsung.
2. Bapak H.Mulyana, SH., MH.Kes selaku Ketua Yayasan Adhi Guna Kencana
3. Dr. Entris Sutrisno, MH. Kes., Apt. Selaku Rektor Universitas Bhakti Kencana
4. Ibu Ika Kurnia Sukmawati M.Si.,Apt selaku Ketua Program Studi DIII Farmasi
yang telah membantu dan memberikan bimbingan untuk pelaksanaan Praktek
Kerja Lapangan.
i
mengawasi mulai dari awal praktek hingga selesainya penyusunan laporan akhir
ini.
7. A Azhar dan Teh Erin yang telah membantu selama Praktek Kerja Lapangan
dalam penyelesaian laporan ini.
8. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu dan bimbingan selama perkuliahan
di Universitas Bhakti Kencana
10. Seluruh rekan - rekan seperjuangan Program Studi Ahli Madya Farmasi
Universitas Bhakti Kencana angkatan 2017.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih banyak terdapat
kekurangan dan kesalahan. Harapan penulis adalah agar semua yang telah
dipaparkan dalam laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
khususnya bagi penulis sendiri demi kemajuan dan perbaikan di masa yang akan
datang. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan balasan yang tidak terhingga
kepada semua pihak atas jasa dan bantuannya. Aamiin.
Penulis
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Karena Puskesmas adalah salah satu bagian dari bidang kefarmasian, maka tentunya
diperlukan tenaga kefarmasian di dalamnya. Sumber daya manusia yang dapat
menjawab kebutuhan era globalisasi ini lah yang dicari. Sumber saya manusia yang
unggul adalah tenaga kerja yang siap pakai dan professional. Pembentukan tenaga
kerja yang siap pakai dan profesional merupakan tanggung jawab baik dunia
pendidikan dan dunia kerja.
Lembaga pendidikan tinggi seperti sekolah tinggi merupakan tempat pertama bagi
calon tenaga kerja untuk dididik dan menimba ilmu sebelum mengembangkannya di
dunia kerja. Untuk itu sebagai mahasiswa yang telah dibekali dengan berbagai
3
macam teori dasar yang diperoleh di bangku kuliah, hendaknya juga dilengkapi
dengan kemampuan untuk dapat mengaplikasikan teori-teori tersebut di dunia kerja
yang sebenarnya.
1.2 Tujuan
a. Meningkatkan pemahaman calon Ahli Madya Farmasitentang peran, fungsi dan
tanggungjawab TTK dalam praktek membantu Apoteker melakukan pekerjaan
kefarmasian di Dinas Kesehatan dan atau pelayanan kefarmasian di Puskesmas.
c. Memberi kesempatan kepada calon Ahli Madya Farmasi untuk melihat praktek
TTK di Dinas Kesehatan dan atau Puskesmas.
1.3 Manfaat
a. Mengetahui, memahami tugas dan tanggung jawab TTK dalam menjalankan
pekerjaan kefarmasian di dinas kesehatan dan puskesmas
b. Mendapatkan pengalaman praktis mengenai pekerjaan kefarmasian di dinas
kesehatan dan puskesmas
c. Meningkatkan rasa percaya diri untuk menjadi TTK yang profesional.
5
BAB II
TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI
Pada tahun 1950 Jawatan Kesehatan Kota Besar Bandung terdiri dari 10
balai pengobatan kemudian pada tahun 1972 berkembang menjadi 4 pusat
kesehatan yang terdiri dari : 1 pusat kesehatan masyarakat, 18 balai kesehatan
khusus kemudian 18 balai kesehatan dan anak serta 6 klinik bersalin.
Pada tahun 1960 Kantor Pusat Dinas Kesehatan pindah kejalan Badak
Singa No.10 Bandung, menepati sebagian dari Kantor Penjernihan Air yang
sekarang merupakan Kantor Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) sampai
tanggal 9 Oktober 1965. Pada tanggal 9 Oktober 1965 pindah lagi ke jalan
Supratman No.73 Bandung sampai sekarang.
6
Berdasarkan SK No.50 tahun 1952 tentang pelaksanaannya yaitu
penyerahan sebagai Pemerintah Pusat mengenai kesehatan kepada daerah-daerah
di kota besar atau kecil. Pengelolaan Kepegawaian Dinas Kesehatan secara
berangsur- angsur diserahkan kepada Pemda Kotamadya Dati II Bandung dan
status pegawainya terdiri dari :
1. Pegawai pusat
2. Pegawai pemberantas Penyakit Cacar dan Mata
Dinas Kesehatan Kota Bandung ini didirikan dengan tujuan meningkatkan derajat
kesehatan yaitu melalui :
2.1.2 Tugas, Pokok, Fungsi, Visi dan Misi Dinas Kesehatan Kota Bandung
1. Tugas Pokok
2. Fungsi
a. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya, dan
Puskesmas berwenang untuk:
· Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah
kesehatan masyarakat dan analisa kebutuhan pelayanan yang
diperlukan
· Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan
7
· Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan
masyarakat masyarakat dalam bidang kesehatan
· Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap tingkat
perkembangan masyarakat yang bekerjasama dengan sector lain
terkait
· Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan
upaya kesehatan berbasis masyarakat
b. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya:
· Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dasar secara
komprehensif, berkesinambungan dan bermutu
· Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan
upaya promotif dan preventif
· Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang berorientasi
pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
Untuk merealisasikan visi “Bandung Kota Sehat yang Mandiri”, maka Dinas
Kesehatan Kota Bandung telah menetapkan misi pembangunan kesehatan
8
sebagai berikut :
9
4. Wilayah Kerja
Secara nasional, standar wilayah kerja Puskesmas adalah satu Kecamatan,
tetapi apabila di satu Kecamatan terdapat lebih dari satu Puskesmas, maka
tanggung jawab wilayah kerja dibagi antar Puskesmas dengan memperhatikan
keutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan atau RW). Masing-masing
Puskesmas tersebut secara operasional bertanggung jawab langsung kepada
Dnias Kesehatan Kabupaten/Kota.
1. Tugas
2. Fungsi
10
lain terkait
l Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan
dan upaya kesehatan berbasis masyarakat
l Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya
l Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dasar secara
komprehensif, berkesinambungan dan bermutu
l Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan
upaya promotif dan preventif
l Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang berorientasi
pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
1. Lokasi
a. Geografis
b. Aksesibilitas untuk jalur transportasi
c. Kontur Tanah
d. Fasilitas Parkir
e. Fasilitas Keamanan
f. Ketersediaan Utilitas Publik
g. Pengelolaan kesehatan lingkungan, dan
h. Kondisi lainnya
2. Bangunan
11
b. Bersifat permanen dan terpisah dengan bangunan lain, dan
12
c. Menyediakan fungsi, keamanan, kenyamanan, perlindungan
keselamatan dan kesehatan serta kemudahan dalam memberi pelayanan
bagi semua orang termasuk kebutuhan khusus, anak-anak dan lanjut
usia.
1) Prasarana
· Sistem penghawaan (ventilasi)
· Sistem pencahayaan
· Sistem sanitasi
· Sistem kelistrikan
· Sistem komunikasi
· Sistem gas medic
· Sistem proteksi petir
· Sistem proteksi kebakaran
· Sistem pengendalian kebisingan
· Sistem transportasi vertical bangunan lebih dari (satu) lantai
· Kendaraan puskesmas keliling, dan
· Kendaraan ambulan.
2) Peralatan Kesehatan
· Standar mutu, keamanan, keselamatan
· Memiliki izin edar sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan, dan
· Diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh institusi penguji dan
pengkalibrasi yang berwenang.
3) Ketenagaan
14
b. Puskesmas kawasan terpencil dan sangat terpencil, memiliki kriteria
sebagai berikut :
l Berada di wilayah yang sulit dijangkau atau rawan bencana,
pulau kecil, gugus pulau, atau pesisir
l Akses transportasi umum rutin 1 kali dalam 1 minggu, jarak
tempuh pulang pergi dari ibukota kabupaten memerlukan
waktu lebih dari 6 jam, dan transportasi yang ada sewaktu-
waktu dapat terhalang iklim atau cuaca, dan
l Kesulitan pemenuhan bahan pokok dan kondisi keamanan
yang tidak stabil.
15
2.2.5 Pengelolaan Obat
1. Perencanaan
1) Perkiraan jenis dan jumlah Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai yang mendekati kebutuhan.
16
Proses seleksi Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan
dengan mempertimbangkan pola penyakit, pola konsumsi Sediaan Farmasi
periode sebelumnya, data mutasi Sediaan Farmasi, dan rencana
pengembangan. Proses seleksi Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai juga harus mengacu pada Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN)
dan Formularium Nasional. Proses seleksi ini harus melibatkan tenaga
kesehatan yang ada di Puskesmas seperti dokter, dokter gigi, bidan, dan
perawat, serta pengelola program yang berkaitan dengan pengobatan.
Proses perencanaan kebutuhan Sediaan Farmasi per tahun dilakukan
secara berjenjang (bottom-up). Puskesmas diminta menyediakan data
pemakaian obat dengan menggunakan Laporan Pemakaian dan Lembar
Permintaan Obat (LPLPO).
2. Permintaan
Tujuan permintaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai adalah
memenuhi kebutuhan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai di
Puskesmas, sesuai dengan perencanaan kebutuhan yang telah dibuat.
Permintaan diajukan kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan kebijakan
pemerintah daerah setempat.
3. Penerimaan
Penerimaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai adalah suatu
kegiatan dalam menerima Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
dari Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota atau hasil pengadaan Puskesmas
secara mandiri sesuai dengan permintaan yang telah diajukan. Tujuannya
adalah agar Sediaan Farmasi yang diterima sesuai dengan kebutuhan
berdasarkan permintaan yang diajukan oleh Puskesmas, dan memenuhi
persyaratan keamanan, khasiat, dan mutu
17
Tenaga Kefarmasian dalam kegiatan pengelolaan bertanggung jawab atas
ketertiban penyimpanan, pemindahan, pemeliharaan dan penggunaan.
Obat dan Bahan Medis Habis Pakai berikut kelengkapan catatan yang
menyertainya. Tenaga Kefarmasiannya wajib melakukan pengecekan
terhadap Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang diserahkan,
mencakup jumlah kemasan/peti, jenis dan jumlah Sediaan Farmasi, bentuk
Sediaan Farmasi sesua idengan isi dokumen LPLPO, ditandatangani oleh
Tenaga Kefarmasian, dan diketahui oleh Kepala Puskesmas. Bila tidak
memenuhi syarat, maka Tenaga Kefarmasian dapat mengajukan keberatan.
Masa kedaluwarsa minimal dari Sediaan Farmasi yang diterima
disesuaikan dengan periode pengelolaan di Puskesmas ditambah satu
bulan
4. Penyimpanan
5. Pendistribusian
18
Pendistribusian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
merupakan kegiatan pengeluaran dan penyerahan Sediaan Farmasi dan
Bahan Medis Habis Pakai secara merata dan teratur untuk memenuhi
kebutuhan sub unit/satelit farmasi Puskesmas dan jaringannya.
Penarikan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan terhadap produk yang izin
edarnya dicabut oleh Menteri. Pemusnahan dilakukan untuk Sediaan
Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai bila :
19
a. Produk tidak memenuhi persyaratan mutu
b. Telah kadaluwarsa
c. Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan
kesehatan atau kepentingan ilmu pengetahuan, dan/atau
d. Dicabut izin edarnya.
a. Membuat daftar Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang
akan dimusnahkan
b. Menyiapkan Berita Acara Pemusnahan
c. Mengoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada
pihak terkait
d. Menyiapkan tempat pemusnahan dan
e. Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan
serta peraturan yang berlaku.
7. Pengendalian
Pengendalian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai adalah suatu
kegiatan untuk memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai
dengan strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi
kelebihan dan kekurangan/kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan
dasar.
Tujuannya adalah agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan obat di unit
pelayanan kesehatan dasar. Pengendalian Sediaan Farmasi terdiri dari :
a. Pengendalian persediaan
b. Pengendalian pengawasan dan
c. Penanganan Sediaan Farmasi hilang, rusak, dan kadaluwarsa.
20
8. Administrasi
21
2.2.6 Pengawasan dan pengaturan
1. Pengawasan
Pengawasan dibedakan atas dua macam yakni pengawasan internal dan eksternal.
Pengawasan internal dilakukan secara melekat oleh atasan langsung. Pengawasan
eksternal dilakukan oleh masyarakat, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota serta berbagai
institusi pemerintah terkait. Pengawasan mencakup aspek administratif, keuangan dan
teknis pelayanan. Apabila pada pengawasan ditemukan adanya penyimpangan, baik
terhadap rencana, standar, peraturan perundang-undangan maupun berbagai kewajiban
yang berlaku, perlu dilakukan pembinaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. Pengaturan
Ada tiga fungsi manajemen puskesmas yang dikenal yakni perencanaan, pelaksanaan,
dan pengendalian, serta pengawasan dan pertanggungjawaban. Semua fungsi
manajemen tersebut harus dilaksanakan secara terkait dan berkesinambungan.
1. Pengertian
22
a. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.
23
24