NIM 20442381008
BANDUNG
2023
2
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN
DISUSUN OLEH :
NIM 20.44238.1008
Pembimbing I Pembimbing II
LEMBAR PENGESAHAN
Yang menyatakan,
Materai 10.000
(CHEPY MAULANA)
4
KATA PENGANTAR
CHEPY MAULANA
6
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN UMUM
2.1.5 Formularium
50
Pemantauan dan evaluasi Formularium Rumah Sakit dilakukan terhadap
kepatuhan penggunaan Fornas dan kepatuhan penggunaan Formularium
Rumah Sakit. Indikator pada Akreditasi Rumah Sakit terkait formularium
adalah tersedianya regulasi organisasi yang menyusun Formularium
Rumah Sakit, pemantauan terhadap penggunaan obat baru pada
formularium, pemantauan kepatuhan terhadap formularium baik dari
persediaan maupun penggunaannya, serta adanya reviu formularium
secara berkala.
52
1. Kepala IFRS adalah Apoteker yang bertanggung jawab secara
keseluruhan terhadap semua aspek penyelenggaraan pelayanan
kefarmasian dan pengelolaan sediaan farmasi dan pengelolaan
perbekalan kesehatan di rumah sakit.
2. Panitia Farmasi dan Terapi adalah salah satu bagian yang tidak
terpisahkan dari IFRS sehingga tidak mempunyai jalur
fungsional terhadap IFRS melainkan jalur koordinasi dan
bertanggung jawab kepada pimpinan rumah sakit. Tugas PFT
adalah melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelayanan
dan pengelolaan sediaan farmasi dan pengelolaan perbekalan
kesehatan di rumah sakit. Panitia ini terdiri unsur tenaga
kesehatan profesional (Dokter, Dokter Gigi, Apoteker, Ners)
sehingga kredibilitas dan akuntabilitas terhadap monitoring dan
evaluasi pelayanan dan pengelolaan sediaan farmasi dan
pengelolaan perbekalan kesehatan dapat dipertanggungjawabkan.
3. Farmasi Klinik membidangi aspek yang menyangkut asuhan
kefarmasian terutama pemantauan terapi obat. Bidang ini
membawahi konseling pasien, pelayanan informasi obat dan
evaluasi penggunaan obat baik pasien di ruangan maupun pasien
ambulatory.
4. Logistik mempunyai tugas dalam hal menyiapkan dan memantau
perlengkapan perbekalan kesehatan, perencanaan dan pengadaan,
53
sistem penyimpanan di gudang, dan produksi obat dalam
kapasitas rumah sakit nonsteril dan aseptik.
5. Distribusi mempunyai tugas bertanggung jawab terhadap alur
distribusi sediaan farmasi dan pengelolaan perbekalan kesehatan
(obat, bahan baku obat, alat kesehatan dan gas medis) kepada
pasien rawat jalan, IRD, ICU/ICCU, kamar operasi, bangsal atau
ruangan.
6. Diklat mempunyai tugas dalam memfasilitasi tenaga pendidikan
kesehatan dan nonkesehatan yang akan melaksanakan praktek
kerja sebagai tuntutan kurikulum dan melaksanakan pelatihan.
7. Pendidikan dan pelatihan adalah suatu proses atau upaya
peningkatan pengetahuan dan pemahaman di bidang kefarmasian
atau bidang yang berkaitan dengan kefarmasian secara
kesinambungan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan
dan kemampuan di bidang kefarmasian.
8. Pendidikan dan Pelatihan merupakan kegiatan pengembangan
sumber daya manusia Instalasi Farmasi Rumah Sakit untuk
meningkatkan potensi dan produktivitasnya secara optimal, serta
melakukan pendidikan dan pelatihan bagi calon tenaga farmasi
untuk mendapatkan wawasan, pengetahuan dan keterampilan di
bidang farmasi rumah sakit.
9. Litbang mempunyai tugas memfasilitasi penelitian dan
pengabdian pada masyarakat.
10. Penelitian yang dilakukan di rumah sakit yaitu: Penelitian
farmasetik, termasuk pengembangan dan menguji bentuk sediaan
baru. Formulasi, metode pemberian (konsumsi) dan sistem
pelepasan obat dalam tubuh Drug Released System.
11. Berperan dalam penelitian klinis yang diadakan oleh praktisi
klinis, terutama dalam karakterisasi terapetik, evaluasi,
pembandingan hasil Outcomes dari terapi obat dan regimen
pengobatan.
54
12. Penelitian dan pengembangan pelayanan kesehatan, termasuk
penelitian perilaku dan sosioekonomi seperti penelitian tentang
biaya keuntungan cost-benefit dalam pelayanan farmasi.
13. Penelitian operasional operation research seperti studi waktu,
gerakan, dan evaluasi program dan pelayanan farmasi yang baru
dan yang ada sekarang.
14. Pengembangan Instalasi Farmasi Rumah Sakit di rumah sakit
pemerintah kelas A dan B (terutama rumah sakit pendidikan) dan
rumah sakit swasta sekelas, agar mulai meningkatkan mutu
perbekalan farmasi dan obat-obatan yang diproduksi serta
mengembangkan dan melaksanakan praktek farmasi klinik.
15. Pimpinan dan Tenaga Farmasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit
harus berjuang, bekerja keras dan berkomunikasi efektif dengan
semua pihak agar pengembangan fungsi Instalasi Farmasi Rumah
Sakit yang baru itu dapat diterima oleh pimpinan dan staf medik
rumah sakit.
1. Pemilihan
56
Medis Habis Pakai sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk
menjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat
waktu dan efisien.
Perencanaan dilakukan untuk menghindari kekosongan Obat
dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan
dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan antara lain
konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan
epidemiologi dan disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.
Pedoman perencanaan harus mempertimbangkan:
a. anggaran yang tersedia;
b. penetapan prioritas;
c. sisa persediaan;
d. data pemakaian periode yang lalu;
e. waktu tunggu pemesanan; dan
f. rencana pengembangan.
3. Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk
merealisasikan perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang efektif
harus menjamin ketersediaan, jumlah, dan waktu yang tepat
dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar mutu. Pengadaan
merupakan kegiatan yang berkesinambungan dimulai dari
pemilihan, penentuan jumlah yang dibutuhkan, penyesuaian antara
kebutuhan dan dana, pemilihan metode pengadaan, pemilihan
pemasok, penentuan spesifikasi kontrak, pemantauan proses
pengadaan, dan pembayaran.
Untuk memastikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai sesuai dengan mutu dan spesifikasi yang
dipersyaratkan maka jika proses pengadaan dilaksanakan oleh
bagian lain di luar Instalasi Farmasi harus melibatkan tenaga
kefarmasian.
57
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai antara
lain:
a. bahan baku Obat harus disertai Sertifikat Analisa;
b. bahan berbahaya harus menyertakan Material Safety Data
Sheet (MSDS);
c. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai harus mempunyai Nomor Izin Edar; dan
d. expired date minimal 2 (dua) tahun kecuali untuk Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
tertentu (vaksin, reagensia, dan lain-lain).
4. Penerimaan
5. Penyimpanan
6. Pendistribusian
58
Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka
menyalurkan/menyerahkan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada
unit pelayanan/pasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas,
jenis, jumlah, dan ketepatan waktu. Rumah Sakit harus
menentukan sistem distribusi yang dapat menjamin terlaksananya
pengawasan dan pengendalian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai di unit pelayanan.
7. Pemusnahan
Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai yang tidak dapat digunakan, harus
dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku
Pemusnahan dilakukan untuk Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai bila:
a. a.produk tidak memenuhi persyaratan mutu;
b. telah kadaluwarsa;
c. tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam
pelayanan kesehatan atau kepentingan ilmu pengetahuan;
dan
d. dicabut izin edarnya.
Tahapan pemusnahan Obat terdiri dari:
60
a. membuat daftar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai yang akan dimusnahkan;
b. menyiapkan Berita Acara Pemusnahan;
c. mengoordinasikan jadwal,metodedantempatpemusnahan
kepada pihak terkait;
d. menyiapkan tempat pemusnahan; dan
e. melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan
bentuk sediaan serta peraturan yang berlaku.
BAB III
RS Dustira mempunyai falsafah , yaitu visi tanpa aksi hanya mimpi, aksi
tanpa visi buang waktu, dan visi dengan aksi bangun perubahan. Sementara
61
itu, motto RS Dustira adalah TeRPESoNA, yang merupakan singkatan dari
Tertib, Ramah, Profesional, Empatik, Solid, Nyaman dan Aman.
Status akreditasi yang dimiliki oleh rumah sakit Dustira tahun 2021 adalah
berstatus Akreditasi Paripurna dengan nomor akreditasi:
KARS-SERT/44/IX/2022 LULUS TINGKAT PARIPURNA RS TK II
03.05.01 DUSTIRA Jl. Dr. Dustira No.1 Cimahi (berlaku 5 September
2022 sampai dengan 21 Agustus 2026). Akreditasi paripurna adalah
pencapaian rumah sakit dengan nilai lebih dari 80% berdasarkan point
penilaian oleh KARS. Akreditasi paripurna tercapai karena adanya
komitmen tinggi dari pimpinan dan seluruh pemegang kebijakan rumah
sakit untuk mencapai mutu pelayanan yang sesuai dengan visi dan misi
yang telah dirumuskan oleh Rumah Sakit Dustira.
62
pasien gawat darurat. Pelayanan untuk penderita rawat jalan dilakukan oleh
poliklinik-poliklinik spesialis dan subspesialis yang ada di rumah sakit.
63
3. Menyelenggarakan pendidikan, penelitian, latihan
pengembangan guna menunjang pendidikan.
c. Motto Rumah Sakit
TeRPESoNa, yaitu: Tertib, Ramah, Professional, Empati, Solid,
Nyaman dan Aman.
Falsafah yang diterapkan di rumah sakit ini adalah “visi tanpa aksi hanya
mimpi, aksi tanpa visi buang waktu, visi dengan aksi bangun perubahan”.
64
Dustira terdiri dari lima lokasi, yaitu depo rawat jalan, depo rawat
inap, depo OK, depo IGD dan gudang.
65
menyusun kebutuhan perbekalan farmasi Rumah Sakit TK II
03.05.01 Dustira. Data yang telah lengkap akan diserahkan
kepada Kepala Sub instal Dalfar untuk disetujui dan
diagendakan ke dalam buku dan menyerahkan form kepada
Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit TK II 03.05.01
Dustira.
3.2.2.2. Pengadaan
66
Berlakunya sistem asuransi kesehatan nasional atau yang
dikenal dengan BPJS menjadikan sistem pengadaan di
Rumah Sakit TK II 03.05.01 Dustira berubah. Sebelumnya
untuk pengadaan obat dan alkes salah satu pihak yang
menunjang adalah direktorat kesehatan angkatan darat dan
pada saat ini pengadaan mengikuti alur sistem pengadaan
obat dan alkes di BPJS. Selain itu, pengadaan juga masih
ditunjang dari pengadaan swadaya dan produksi sediaan
farmasi. Produksi sediaan farmasi yang dilakukan adalah
pembuatan gentian violet, hydrogen peroksida, rivanol dan
handrub.Pembelian obat dan perbekalan farmasi dilakukan
ketika persediaan stok obat dan perbekalan farmasi telah
mencapai stok minimal yang ditentukan di masing-masing
depo pelayanan. Pembelian dapat dilakukan secara cash
maupun kredit sesuai perjanjian dan kesepakatan antara
PBF dengan pihak rumah sakit.
3.2.2.3. Penerimaan
3.2.2.4. Penyimpanan
67
Sistem penyimpanan perbekalan farmasi
dilakukan secara terpisah dan alfabetis sesuai dengan
bentuk sediaan dan sifat dari perbekalan farmasi tesebut.
Obat golongan narkotika dan psikotropika disimpan dalam
lemari khusus yang terkunci, dan pengeluaran setiap obat
ditulis dalam buku catatan khusus pengeluaran oabt
narkotika dan psikotropika. Obat yang tidak stabil pada
suhu kamar disimpan dalam lemari pendingin yang telah
disesuaikan dengan suhu stabilitas obat. Sedangkan, obat
yang tidak stabil terhadap cahaya disimpan di tempat yang
terlindung dari cahaya.
3.2.2.5. Gudang
3.2.2.6. Pendistribusian
1. Pendistribusian sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
berdasarkan resep perorangan untuk pasien rawat jalan
dan rawat inap melalui instalasi farmasi.
70
2. Pendistribusian sediaan
famasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
berdasarkan resep perorangan yang disiapkan dalam unit
dosis tunggal atau ganda, untuk penggunaan satu kali
dosis per pasien. Sistem unit dosis ini digunakan untuk
pasien rawat inap.
71
Distribusi sediaan farmasi di bagian depo rawat jalan
berdasarkan sistem distribusi resep individual secara
resep elektronik. Order resep dilakukan secara elektronik
oleh dokter di masing-masing poliklinik. Kemudian obat
yang sesuai dengan peresepan akan langsung diserahkan
kepada pasien dengan penjelasan mengenai cara
penggunaan obat.
72
tepat segera konfirmasikan dengan petugas terkait/
dokter penulis resep. Bila dokter sulit dihubungi, datang
langsung ke poliklinik dimana dokter tersebut praktek.
f. Lakukan pengambilan dan pengisian obat tulis nama
jelas dan tanda tangan petugas yang mengisi obat.
Lakukan restitusi untuk semua resep obat pasien dinas
yang tidak tersedia dan tidak bisa diganti dengan obat
lainnya baik itu yang masuk formularium, non
formularium, e-katalog maupun non e-katalog.
g. Untuk pasien rawat jalan non kronis,obat diberikan
sesuai resep. Untuk pasien rawat jalan kronis resep
diberikan maksimal 30 hari. Untuk vitamin diberikan
untuk 7 hari.
73
Perawat ruangan akan menginput resep ke depo farmasi
rawat inap kemudian resep di print oleh bagian
administrasi farmasi kemudian obat yang telah disiapkan
sesuai dengan resep akan diberikan dalam bentuk
penggunaan satu kali (sistem UDD). Hal ini bertujuan
untuk memantau kepatuhan pasien dalam meminum obat,
dengan sistem ini dapat mempermudah untuk melihat
apakah pasien sudah meminum obat yang diberikan.
Karena kepatuhan pasien dalam meminum obat, dengan
sistem ini dapat mempermudah untuk melihat apakah
pasien merupakan salah satu parameter yang menunjukkan
tercapainya tujuan terapi.
BAB IV
Untuk pasien rawat inap yang akan pulang, resep dibawa oleh
keluarga/pasien itu sendiri ke depo farmasi rawat inap dan diserahkan
kepada petugas farmasi rawat inap, lalu dilakukan pengkajian resep
76
dan pengentrian, lalu dilakukan pengisian obat setelah obat siap
kemudian diberikan kepada pasien serta dilengkapi dengan edukasi
dan informasi obat yang jelas, dan petugas akan menanyakan data
pasien, nomor telepon, alamat, umur, ruang perawatan pasien.
78