Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

APOTEK MULIA ABADI


PERIODE 17 JANUARI – 17 FEBRUARI 2022

Disusun Oleh :
NILA NURVITA NIM : 102201026

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
HARAPAN BANGSAJEMBER
TAHUN 2022
LEMBAR PERSETUJUAN
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

APOTEK MULIA ABADI

PERIODE 17 JANUARI – 17 FEBRUARI 2022

Diajukan Oleh :

NILA NURVITA NIM 102201026

Telah disetujui pada tanggal 17 Februari 2022 .untuk diujikan

Pembimbing Lapangan Dosen Pembimbing PKL


Apoteker pembimbing PKL Program Studi Diploma III Farmasi

(Evi Yuana,.S.Farm.Apt.) (apt.Khusnul Khotimah.S.,Farm.)

Ketua Program Studi D-III Farmasi


STIKes Harapan Bangsa Jember

(Istiqomah, M.Sc.)
NIP. 0410731752

ii
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

APOTEK MULIA ABADI

PERIODE 17 JANUARI – 17 FEBRUARI 2022

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar


Ahli Madya Farmasi Dalam Program Studi Diploma III Farmasi
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Harapan Bangsa Jember

Disusun Oleh :

NILA NURVITA NIM : 102201026

Laporan ini telah disetujui oleh :

Pembimbing Lapangan Dosen Pembimbing PKL


Apoteker pembimbing PKL Program Studi Diploma III Farmasi

(Evi Yuana,.S.Farm.Apt.) (apt.Khusnul Khotimah.S.,Farm.)

Ketua Program Studi D-III Farmasi


STIKes Harapan Bangsa Jember

(Istiqomah, M.Sc.)
NIP. 0410731752

iii
LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertandatangan dibawah ini,


Nama Mahasiswa : Nila Nurvita
No. Induk Mahasiswa : 102201026
Adalah mahasiswa Program Studi D-III Farmasi, Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Harapan Bangsa Jember yang melakukan Praktik Kerja Lapangan di
apotek mulia abadi
Menyatakaan dengan sungguh-sungguh dan benar bahwa dalam mengerjakan
Laporan Praktik Kerja Lapangan ini saya :
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkannya.
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau
tanpa ijin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas karya
ini.
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap
untuk dikenai sanksi apapun termasuk pembatalan nilai kerja praktik saya oleh
Program Studi D-III Farmasi STIKes Harapan Bangsa Jember
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Jember,17 Februari 2022

Nila Nurvita

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas rahmat dan karunia yang
telah di limpahkan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Praktik Kerja
Lapangan di apotek mulia abadi.
Dengan diadakannya Praktik Kerja Lapangan yang kami laksanakan ini
banyak hal yang telah kami dapatkan untuk menambah pengetahuan dan
memberikan pengalaman tentang peranan Apoteker di Rumah Sakit dan sebagai
perbandingan antara pengetahuan secara teori yang di dapat di kampus dengan
Praktik yang kami dapatkan di Praktik Kerja Lapangan ini.
Dalam proses penyelesaian laporan ini penulis telah banyak mendapat bimbingan
dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang
setulus-tulusnya kepada :
1. Bapak Apt. Anggara Martha P, S.Farm., M.Farm. selaku pembimbing kampus
2. Ibu Khusnul Khotimah.S.,Farm Apt selaku pembimbing di Apotek Mulia
Abadi Gondanglegi
3. Ibu Evi Yuana,.S.Farm.Apt. selaku pemilik Apotek Mulia Abadi Gondanglegi
4. Karyawan/ Pegawai Apotek Mulia abadi
5. Ibu Istiqomah, M.Sc. selaku Kaprodi D-3 Farmasi STIKES Harapan Bangsa
Jember
6. Dosen-dosen STIKES Harapan Bangsa Jember
7. Serta semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam proses penyusunan laporan ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunanlaporan ini, oleh karena itu kami mohon maaf atas kekurangan kami.
Namun kami tetap berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua,
terutama untuk mahasiswa/mahasiswi yang akan melaksanakan PKL di APOTEK
MULIA ABADI pada masa yang akan datang dan agar dijadikan bekal ilmu
langsung terjun ke dunia kerja pada bidang Farmasi terutama di Apotek/Rumah
Sakit.
Malang, 17 Februari 2022

Nila Nurvita

vi
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................... ii


LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................... iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................ vi
DAFTAR ISI ...................................................................................................... vii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Maksud dan Tujuan ............................................................................. 2
1.3 Manfaat ................................................................................................. 3
1.4 Tempat dan waktu PKL ...................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 4
2.1 Gambaran Umum................................................................................. 4
2.2 Landasan Teori Pengelolaan Perbekalan Farmasi ........................... 9
2.3 Landasan Teori Pelayanan Farmasi Klinik ..................................... 22
BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN PKL ............................................... 26
3.1 Pelaksanaan Kegiatan Pengelolaan Sediaan Farmasi .................... 26
3.2 Pelaksanaan Kegiatan Pelayanan Farmasi Klinik .......................... 27
3.3 Kendala yang dihapadi ...................................................................... 28
3.4 Cara mengatasi kendala .................................................................... 28
BAB IV PENUTUP ........................................................................................... 29
4.1 Kesimpulan ......................................................................................... 29
4.2 Saran .................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 30
LAMPIRAN ....................................................................................................... 31

vii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Usaha mewujudkan kesehatan masyarakat yang optimal perlu


pengadaan tenaga kesehatan melalui pendidikan dan pelatihan yang
dilaksanakan oleh pemerintah, instansi, atau masyarakat. Kesehatan sebagai
salah satu unsur kesejahteraan umum yang harus diwujudkan. Oleh karena
itu, pembangunan kesehatan menyangkut upaya peningkatan kesehatan
(promotif), pencegahan penyakit (preventif), dan pemulihan kesehatan
(rehalibilitatif) harus dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan. Proses mewujudkan pembangunan kesehatan yang
berkualitas perlu dipersiapkan tenaga kesehatan yang memadai.

Seiring dengan pesatnya kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan di


bidang kesehatan, salah satunya adalah bidang obat-obatan dengan semakin
berkembangnya ilmu pengetahuan semakin banyak pula ditemukan obat-obat
baru yang membuat perindustrian farmasi di Indonesia berkembang pesat.
Salah satunya yang bergerak di bidang farmasi adalah apotek.

Berdasarkan peraturan pemerintah No.51 tahun 2009 tentang


kefarmasian (1), apotek merupakan suatu tempat dilakukannya pekerjaan
kefarmasian dan penyaluran perbekalan farmasi kepada masyarakat yang
dipimpin oleh seorang Apoteker yang disebut Apoteker Pengelola Apotek
(APA). Seorang Apoteker harus memiliki wawasan yang luas, keterampilan
yang memadai mengenai pelayanan kefarmasian, manajemen apotek, serta
kemampuan berkomunikasi yang baik sehingga dapat memberikan informasi
yang benar kepada masyarakat luas maupun tenaga kesehatan lainnya.

Untuk itu apotek sebagai sarana yang bergerak di bidang jasa


pelayanan, harus mampu memberikan pelayanan kefarmasian secara tepat
dan bermutu, tidak hanya memfokuskan diri terhadap pengelolaan obat
sebagai komoditas (produk oriented), namun juga harus mengedapankan

1
2

pelayanan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien (patient


oriented).

Apotek merupakan suatu tempat tertentu, tempat dilakukannya


pekerjaan kefarmasian untuk menyalurkan perbekalan farmasi kepada
masyarakat dan tentunya dilakukan oleh seorang farmasis yang professional
yang mempunyai wewenang dibidang kefarmasian melalui keahlian yang
diperolehnya selama pendidikan tinggi di kefarmasian dan diberikan
semacam otoritas dalam berbagai aspek obat atau proses kefarmasian yang
tidak dimiliki oleh tenaga kesehatan lainnya. Farmasi dikelompokan sebagai
profesi yang telah diakui secara universal yang lingkup pekerjaannya meliputi
semua aspek tentang obat, mulai penyediaan bahan baku obat dalam arti luas,
membuat sediaan jadi sampai dengan pelayanan kepada pasien. Salah satu
tenaga farmasis dalam menunjang pelayanan kefarmasian adalah Ahli Madya
Farmasi.

Sebagai seorang Ahli Madya Farmasi tentunya harus membekali diri


dengan pengetahuan dan pengalaman langsung dan ideal untuk mencapai
keberhasilan baik dalam tujuan pendidikkan maupun dalam dunia kerja.

Oleh karena itu, untuk mencapai tersebut dilaksanakan kegiatan


Praktik Kerja Lapangan ( PKL) di Apotek bagi para Mahasiswa/i Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan ( STIKes) Harapan Bangsa Jember dalam rangka
memperoleh pengetahuan yang lebih luas dan mendalam tentang farmasi dan
mempunyai pengalaman yang konkret sehingga Mahasiswa/i mampu
mempersiapkan diri untuk berperan langsung dalam dunia kerja seperti dapat
mengenali situasi dan kondisi yang dialami ditempat kerja, lebih mandiri dan
berani menghadapi berbagai tantangan dalam dunia kerja.

1.2 Maksud dan Tujuan

1. Mengetahui gambaran secara nyata tentang peran dan fungsi Ahli


Madya Farmasi yang di lakukan di apotek.
2. Mengetahui dan memahami pelayanan kefarmasian di apotek mulai dari
penerimaan resep sampai pelayanan resep kepada pasien.
3

3. Mengetahui dan memahami pengolahan obat bebas, bebas terbatas dan


obat keras serta narkotika dan psikotropika di apotek mulai dari
pengadaan sampai pencatatan dan pelaporan.

1.3 Manfaat

1. Menjadi sarana untuk mengasah dan mengembangkan kemampuan serta


keterampilan mahasiswa/i didunia kerja farmasi.
2. Mampu mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dari perkuliahan dan
pengalaman Praktik Kerja Lapangan di dunia kerja farmasi.
3. Menumbuhkan kemampuan soft skill dan sikap professional mahasiswa/i
dalam memasuki dunia kerja farmasi.

1.4 Tempat dan waktu PKL

Kegiatan Prakerin dilaksanakan mulai tanggal 17 Januari 2022


hingga 17 Februari 2022 di Apotek Mulia Abadi yang berada di Jalan
Diponegoro No. 5 Gondanglegi. Adapun jadwal pelaksaan Praktik Kerja
Industri di Apotek Mulia Abadi dibagi dalan dua shift yaitu :

Shift pagi : 07.00 – 14.00


Shift sore : 14.00 – 21.00
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum


2.1.1 Sejarah apotek

Apotek mulia abadi beralamat di Jl. Diponegoro No. 05 RT 15 RW


02 Kec. Gondanglegi Malang atas gagasan dari Ibu Evi Yuana. Awal buka
Apotek Mulia Abadi tanpa SIA/SIPA pada tanggal 19 September 2016,
pada saat itu hanya menjual obat bebas, pempers, pembalut, minuman-
minuman dan multi vitamin. Surat izin apotek dikeluarkan dari dinas
kesehatan pada tanggal 27 januari 2017. Apotek Mulia Abadi mempuyai
tempat yang strategis, karena berada di lingkungan pasar. Selain itu
memiliki layanan yang berbeda dari apotek lain yaitu mempunyai layanan
yang luar biasa dengan mengedepankan ketepatan, kecermatan, kecepatan,
keramah-ramahan dan harga terjangkau kepada seluruh lapisan masyarakat.

2.1.2. Visi dan Misi

1. Visi apotek

• Memberikan obat dengan layanan dan informasi tentang


penggunaanya kepada masyarakat.

2. Misi apotek

• Menjadikan apotek sebagai tempat pelayanan profesi.


• Menjadikan apotek sebagai tempat distribusi obat kepada
masyarakat.
• Menjadikan apotek sebagai tempat usaha yang
berkesinambungan.
• Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan karyawan agar
mampu melaksanakan pelayanan yang profesional

4
5

2.1.3 Struktur Organisasi dan deskripsi tugas

APA sekaligus PSA

Evi Yuana, S.Farm., Apt.

AA

Yayuk Sri Rahayu

Pengadaan ,pembayaran

AA AA

Daniar Rahmatunnisa S.. S.Farm Nila Nurvita

Admin pelaporan sediaan dan Admin pelaporan sediaan dan


penjualan penjualan

OTC/penjualan

Okta Rahmawati

ADMIN
ADMIN
Faizah Fithriyah Amaliy.,
Firlia Mufarofah
S.Tr.Keb
6

Apotek Mulia Abadi dikelola oleh seorang Apoteker pengelola


Apotek (APA) Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai
APA, apoteker dibantu oleh asisten apoteker dan non apoteker.
Susunan pegawai serta tugas dan fungsinya:

a. APA (Apoteker Pengelola Apotek) di Apotek Mulia Abadi


adalah ibu Apt Evi Yuana S. Farm. Sebagai pharmacy
manager, mempunyai tugas yaitu:
a. Menyusun dan meneliti rencana kebutuhan yang di
perlukan untuk menyediakan obat–obatan dan alkes
b. Merencanakan, mengatur, mengkoordinasikan, dan
mengendalikan kegiatan yang ada di lingkungan
apotek

b. Seorang APA dalam melakukan tugasnya dibantu oleh asisten


apoteker, dan diantaranya bertugas untuk:
a. Membantu apoteker dalam kegiatan penyaluran
perbekalan farmasi.
b. Membantu apoteker untuk melayani pasien.
c. Membantu apoteker untuk menyetok obat. Dan dibantu
oleh 6 asisten apoteker:
a) Bu yayuk sri rahayu
b) Daniar rahmatunisa S..,S, Farm
c) Nila Nurvita
d) Firlia Mufararoh
e) Bu Okta rahmawati
f) Faizah Fithriyah Amaliy. , S. Tr. Keb
7

2.1.4 Tata Ruang Apotek

3 7

10

12

13
11

14

16

15
17
8

Keterangan

1 a. Obat – obat OTC 7 Kasir


b. Obat suplemen makanan 8 Produk Kecantikan
c. Obat penurun panas sirup 9 AA memesan obat pada
d. Madu sales
2 Kasir 10 a. Gudang minyak oles
3 a. Alkes b. Gudang krim gosok
b. Madu lambung c. Obat generik
c. Obat herbal d. Salep
d. Obat pencernaan e. Obat generik sirup
e. Obat batuk dewasa 11 a. Gudang obat generik
f. Obat batuk anak b. Gudang obat prekusor,
4 a. Vitamin OOT dan pencernaan
b. Obat prekusor c. Tetes mata dan telinga
c. Gudang alkes dan salep d. Obat konstrasepsi
d. Tetes mata dan 12 Gudang Sirup
gudangobat OOT anak 13 a. Obat paten
e. Gudang obat pencernaan b. Peracikan resep
sirup 14 Gudang Obat Paten
f. Wadah minuman bayi 15 Gudang Snack dan
(DOT) Minuman
5 a. Minyak oles anak dan 16 Lemari Pendingin
dewasa
b. Krim gosok
c. Minyak gosok salep
d. Minuman – minuman
6 a. Body lotion 17 Kamar Mandi
b. Vitamin
c. Pasta & lem gigi
d. Bedak gatal
e. Pempres
9

2.2 Landasan Teori Pengelolaan Perbekalan Farmasi

Pengelolaan persediaan obat-obatan habis pakai harus


dilaksanakan secara terstruktur serta menggunakan proses yang efektif
untuk menjamin kendali mutu dan kendali biaya. Pengelolaan persediaan
obat-obatan di apotek meliputi beberapa tahapan
diantaranya perencanaan,pengadaan, penerimaan, penyimpanan,pemusna
han, pencatatan, dan pelaporan

2.2.1 Perencanaan

Perencanaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan dalam


rangka menyusun daftar kebutuhan obat yang berkaitan dengan
suatu pedoman atas dasar konsep kegiatan yang sistematis dengan
urutan yang logis dalam mencapai sasaran atau tujuan yang telah
ditetapkan. Proses perencanaan terdiri dari perkiraan kebutuhan,
menetapkan sasaran dan menentukan strategi, tanggung jawab dan
sumber yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Perencanaan
dilakukan secara optimal sehingga perbekalan farmasi dapat di
gunakan secara efektif dan efisien.

• Tujuan Perencanaan Obat


Beberapa tujuan perencanaan dalam farmasi adalah untuk
menyusun kebutuhan obat yang tepat dan sesuai kebutuhan untuk
mencegah terjadinya kekurangan atau kelebihan persediaan
farmasi serta meningkatkan penggunaan persedian farmasi secara
efektif dan efisien.

• Proses perencanaan persediaan obat meliputi:

1. Tahap pemilihan obat


Obat dipilih berdasarkan jenis dan memperhatikan
pola penyakit, pola konsumsi, pola budaya, serta pola
kemampuan masyarakat.
10

2. Tahap komplikasi pemakaian obat


Komplikasi pemakaian obat adalah rekapitulasi data
pemakain Obat di unit pelayanan kesehatan yang bersumber
dari Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat
(LPLPO).
Kelebihan persediaan farmasi serta meningkatkan
penggunaan persediaan farmasi secara efektif dan efisien.
• Proses perencanaan persediaan obat meliputi:

1. Tahap pemilihan obat


Obat dipilih berdasarkan jenis dan memperhatikan
pola penyakit, pola konsumsi, pola budaya, serta pola
kemampuan masyarakat.
2. Tahap kompilasi pemakaian obat
Kompilasi pemakaian obat adalah rekapitulasi data
pemakaian obat di unit pelayanan kesehatan yang bersumber
dari Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat
(LPLPO).
3. Tahap perhitungan kebutuhan obat
Perhitungan kebutuhan obat dilakukan dengan
menggunakan metode komsumsi dengan melakukan analisis
trend pemakaian obat tiga tahun sebelumnya atau lebih, serta
menggunakan metode morbiditas yakni perhitungan
kebutuhan obat berdasarkan pola penyakit.
4. Tahap proyeksi kebutuhan
Perhitungan kebutuhan obat yang dilakukan secara
komprehensif dengan mempertimbangkan data pemakaian
obat dan jumlah sisa stok pada periode yang masih berjalan.

2.2.2 Pengadaan

Pengadaan barang merupakan suatu kegiatan yang


dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pembeli.
11

Pengadaan barang dilakukan setiap hari dengan cara order ke PBF


melalui salesman berdasarkan barang yang tercatat pada buku habis
(defecta).

Sebelum melakukan kegiatan pengadaan barang, dengan


memperhatikan hal-hal berikut:

1. Buku habis (buku defecta)


2. Rencana anggaran belanja (anggaran pembelian)
3. Pemilihan PBF yang sesuai yaitu dengan pertimbangan:
a. Pelayanan yang baik dan kecepatan pengiriman
b. Ketersediaan barang (lengkap/tidak /kuantitas dan
kualitas barang)
c. Rutinitas PBF datang ke apotek
d. Adanya program yang menguntungkan (diskon dan
bonus)
e. Harga barang
f. Prosedur PBF (jangka waktu pembayaran yang relatif
lebih panjang)
g. Lokasi PBF

• Pengadaan barang dapat dilakukan dengan cara:

a. COD (Cash on Delivery)


Adalah pembayaran berdasarkan pemesanan barang dan
dibayar tunai.
b. Kredit
Adalah pembayaran yang di lakukan secara kredit dengan
jangka waktu 1-2 bulan setelah pembelian.
c. Konsinyasi
Konsinyasi biasanya dilakukan untuk produk baru yang
belum atau jarang dijual di apotek. Dalam konsinyasi, PBF
menitipkan barang di apotek, pembayaran baru dilakukan
apabila barang titipan tersebut telah terjual.
12

• Pembelian dilakukan dengan 3 (tiga) cara yaitu:

a. Pembelian berencana
merencanakan pembelian berdasarkan penjualan per minggu
atau per bulan. Keuntungan apotek dapat mengetahui obat-
obat yang bersifat fast moving dan slow moving sehingga
memudahkan dalam pengadaan. Metode ini biasanya di
gunakan untuk apotek yang telah berjalan. Cara ini biasa
digunakan untuk membeli barang yang sukar diperoleh
karena PBF berada di luar kota.

b. Pembelian spekulatif
Pembelian dilakukan dalam jumlah yang lebih besar dari
kebutuhan dengan harapan akan ada kenaikan harga dalam
waktu dekat atau adanya diskon atau bonus. Pengadaan
secara spekulatif ini hendaknya harus diperhitungkan sesuai
dengan kebutuhan sehinggan tidak terjadi penumpukan yang
dapat menyebabkan kerugian.

c. Pembelian dalam jumlah terbatas


Pembelian dilakukan sesuai dengan kebutuhan dalam jangka
pendek atau pembelian dilakukan jika barang habis atau
menipis. Biasanya di gunakan pada apotek yang baru buka
atau memiliki modal yang terbatas. Pemesanan barang ( obat–
obat) biasanya melalui dua jalur yaitu melalui Pedagang besar
farmasi (PBF) dan langsung ke pabrik. Pada umumnya apotek
lebih suka memesan kepada PBF daripada pemesanan
langsung ke pabrik. Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk
pemesanan pada PBF yaitu PBF dapat memberikan harga
murah dengan kualitas baik, waktu pengiriman barang tepat,
kemungkinan adanya potongan atau bonusn jangka waktu
kredit yang cukup.
13

Tahapan pemesanan barang apotek:

a. APA membuat surat pesanan kepda PBF menggunakan surat


pesanan rangkap tiga (dua rangkap untuk PBF dan satu rangkap
untuk apotek). Surat pesanan obat dan perbekalan kesehatan di
bidang farmasi lainya harus ditandangtangani oleh Apoteker
Pengelola Apotek dengan mencantumkan nama dan nomor surat
izin pengelola apotek.
b. Surat pesanan dapat melalui sales atau telepon.

2.2.3 Penerimaan

Penerimaan adalah suatu kegiatan dalam menerima


perbekalan farmasi yang diserahkan dari unit-unit pengelola yang
lebih tinggi ( PBF) kepada unit pengelola dibawahnya apotek.
Tahapan penerimaan barang di apotek:

a. PBF akan mengirimkan barang yang di pesan disertai dengan


faktur pengiriman barang rangkap empat.
b. Barang yang datang kemudian dicocokan dengan item yang
tertulis pada faktur, diperiksa nama sediaan, jumlah, dosis,
expiredate, dan kondisi sediaan.
c. Faktur kemudian ditangani oleh APA atau AA dengan
mencantumkan nama dan nomor SIK
d. Tiga lembar faktur dikembalikan ke PBF dan satu lembar untuk
apotek.

Jika barang datang tidak sesuai dengan surat pesanan (SP)


atau ada kerusakan fisik maka bagian pembelian akan melakukan
retur barang tersebut ke PBF yang bersangkutan untuk di tukar
dengan barang yang sesuai. Barang tersebut diretur karena:

a. Tidak cocok dengan yang di pesan


b. kemasan rusak
c. Mendekati Expire date atau sudah masuk Expire date
14

2.2.4 Penyimpanan

Obat atau barang yang sudah dibeli tidak semuanya langsung


dijual, untuk itu perlu disimpan dalam gudang tujuanya agar aman
(tidak hilang), tidak mudah rusak, dan mudah terawat.

Gudang harus memenuhi beberapa ketentuan antara lain:


1. Merupakan ruang tersendiri dalam kompleks apotek
2. Cukup aman, kuat, dan dikunci dengan baik
3. Tidak terkena sinar matahari langsung
4. Tersedia rak yang cukup baik
5. Dilengkapi dengan alat pemadam kebakaran kering dan berair

Tujuan penyimpanan barang adalah:


1. Untuk menjaga persediaan agar tidak hilang atau rusak agar
persedian agar tidak hilang atau rusak
2. Untuk menjaga stabilitas obat
3. Memudahkan pengawasan jumlah persediaan, khususnya
obat-obat yang mempuyai waktu kadaluarsa
4. Memudahkan dan mempercepat pelayanan
5. Menjaga kemungkinan keterlambatan pemesanan

Penyimpanan dan penyusunan obat harus di perhatikan dan


diatur sebaik-baiknya, hal ini untuk memudahkan bagian gudang
dalam pengotrolan dan pengawasan.

Penyimpanan perbekalan farmasi di apotek dapat di golongkan


berdasarkan:
1. Disusun berdasarkan alphabetis
Obat-obat yang tersedia disusun berdasarkan alphabet dari
huruf A-Z
2. Berdasarkan kriteria antara barang regular dan akses
Barang regular dan barang akses penempatanya dipisah untuk
memudahkan dalam pengambilan obat sehingga tidak terjadi
15

kesalahan pengambilan antara barang regular dan akses.


3. Berdasarkan golongan obat
Obat disimpan berdasarkan penggolongan obat. Obat yang ada
di Apotek telah ditetapkan oleh pemerintah menjadi beberapa
golongan. Hal ini dimaksudkan agar dapat mempermudah
APA dalam memperoleh, menyimpan dan menyerahkannya,
sehinggan penggunaan menjadi tepat. Adapun
penggolongannya :

1. OTC (Over The Counter)


Menurut Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas
Terbatas, pelayanan OTC (Over The Counter) dapat dibagi
menjadi 2 golongan, yaitu:

a. Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang dapat dijual bebas kepada
umum tanpa resep dokter, tidak termasuk dalam daftar
narkotika, psikotropika, obat keras, ataupun obat bebas
terbatas dan sudah terdaftar di DepKes RI. Contoh:
Minyak kayu putih, obat batuk hitam, obat batuk putih,
tablet parsetamol, tablet vitamin C, B Kompleks,
vitamin E dan lain-lain. Penandaan obat bebas diatur
berdasarkan SK Menkes RI Nomor 2380/A/SK/1983
tentang tanda 13 khusus untuk obat bebas dan obat
bebas terbatas. Tanda khusus untuk obat bebas yaitu
lingkaran bulat warna hijau dengan garis tepi berwarna
hitam

Gambar Logo obat bebas


16

b. Obat Bebas Terbatas


Obat bebas terbatas adalah obat keras yang dapat
diserahkan kepada pemakainya tanpa resep dokter.
Obat keras terbatas adalah obat yang masuk dalam
daftar W singkatan dari “Waarschuwing“ artinya
peringatan. Maksudnya obat yang pada penjualannya
disertai dengan peringatan. Berdasarkan Keputusan
Menteri Kesehatan RI No.2380/A/SK/VI/1983 tanda
khusus untuk obat bebas terbatas berupa lingkaran
berwarna biru dengan garis tepi berwarna hitam

Gambar Logo obat bebas terbatas

c. Jamu merupakan bahan obat alam yang sediaannya


masih berupa simplisia sederhana, seperti irisan
rimpang, daun atau akar kering. Khasiat dan
keamanannya terbukti setelah secara empiris
berdasarkan pengalaman turun temurun.

Gambar logo jamu

d. Obat Herbal Terstandar (OHT)


Jamu dapat dinaikkan kelasnya menjadi herbal
terstandar dengan syarat bentuk sediaanya berupa
ekstrak dengan bahan dan proses pembuatan yang
terstandarisasi. Disamping itu herbal terstandar harus
melewati uji praklinis seperti uji toksisitas (keamanan),
17

kisaran dosis, farmakodinamik (kemanfaatan) dan


teratogenik (keamanan terhadap janin)

Gambar logo obat herbal terstandar

e. Fitofarmaka
Pengertian fitofarmaka merupakan status tertinggi dari
bahan alami sebagai obat. Sebuah herbal terstandar
dapat dinaikkan kelasnya menjadi fitofarmaka setelah
melalui uji klinis pada manusia. Dari uji itulah dapat
diketahui kesamaan efek pada hewan 15 coba dan
manusia

Gambar logo fitofarmaka

f. Obat Generik
Obat generik adalah obat dengan nama resmi
international non proprietary names (INN) yang
ditetapkan dalam Farmakope Indonesia atau buku
standar lainnya untuk zat berkhasiat yang
dikandungnya. Obat generik bermerek atau bernama
dagang adalah obat generik dengan nama dagang yang
menggunakan nama milik produsen obat yang
bersangkutan.
18

Gambar logo obat generik

g. Obat keras daftar G


Obat keras atau obat daftar G menurut bahasa Belanda
“G” singkatan dari “Gevaarlijk” artinya berbahaya,
maksudnya obat dalam golongan ini berbahaya jika
pemakaiannya tidak berdasarkan resep dokter.
Tanda khusus Obat keras daftar G 16 adalah lingkaran
bulat berwarna merah dengan garis tepi berwarna
hitam dengan huruf K yang menyentuh garis tepi

Gambar logo obat keras

h. Narkotika dan psikotropika


Merupakan zat atau obat yang berasal dari tumbuhan
atau bukan tumbuhan baik sintetis ataupun semi
sintetis yang bisa menyebabkan penurunan perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurang sampai
menghilangkan rasa nyeri, dan bisa menimbulkan
ketergantungan.
Narkotika dibagi menjadi tiga golongan, antara lain:
a) Narkotika Golongan I : Narkotika yang paling
berbahaya Karena daya adiktifnya paling tinggi
Golongan ini digunakan unutk penelitian dan
ilmu pengetahuan. Contohnya adalah heroin,
ganja, kokain, morfin, dan opium.
19

b) Narkotika Golongan II : Narkotika yang


memiliki daya adiktif kuat, tetapi bermanfaat
untuk pengobatan dan penelitian Contohnya
adalah benzetidin, petidin dan betametadol
c) Narkotika Golongan III Narkotika yang
memiliki daya adiktif yang ringan, tetapi
bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian.
Contohnya adalah kodein dan turunannya.

i. Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat, alamiah ataupun
sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif
dengan pengaruh selektif pada susunan sarat pusat
yang mengakibatkan perubahan khas pada aktivitas
mental dan perilaku. Psikotropika dapat digolongkan
menjadi empat golongan, antara lain:
a) Golongan I : Psikotropika dengan daya adiktif
yang paling kuat, belum diketahui manfaat
untuk mengobati dan sedang diteliti
manfaatnya Contohnya LSD, MDMA, STP.
dan ekstasi.
b) Golongan II : Psikotropika dengan daya ndikuf
kuat dan juga berguna untuk pengobatan serta
penelitian.
c) Golongan III : Psikotropika dengan daya
adiktif sedang dan juga bermanfaat untuk
pengobatan & penelitian. Contohnya adalah,
flunitrazepam, dan buprenorfin
d) Golongan IV: Pukotropika yang mempunyai
daya adiktif ringan dan juga bermanfaat untuk
pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah
nitrazepam (BK, modadon, dumolid) dan
diazepam.
20

4. Berdasarkan FIFO (first in First Out) dan FEFO (First Expired


firts out)
• FIFO (Firts In first Out) yaitu obat-obat yang pertama
masuk berarti yang pertama keluar.
• FEFO (First Expired First Out) yaitu obat-obat yang
kadaluarsanya lebih cepat, maka yang pertama keluar.

5. Berdasarkan efek farmakologis


6. Berdasarkan bentuk sediaan
a. Sediaan padat
Untuk obat disimpan di etalase toko bagian depan. Untuk
obat keras di simpan di rak-rak tertentu. Untuk obat
narkotika dan psikotropika disimpan dilemari khusus dan
terkunci. Dari semua golongan obat disusun secara
alfabetis dan menggunakan metode FIFO dan FEFO
b. Sediaan Suppositoria
Sediaan Suppositoria disimpan dilemari pendingin
c. Sediaan cair
Disimpan di rak khusus sediaan cair (sirup) dan
berdasarkan alfabetis
d. Sediaan Tetes
Disimpan pada rak khusus sediaan tetes (tetes mata,hidung
dan telingan) disusun secara alfabetis
e. Sediaan Salep
Disimpan pada rak khusus sediaan salep dan disusun
berdasarkan alfabetis
f. Sediaan Injeksi
Disimpan di rak khusus sediaan injeksi.

Penyimpanan Psikotropika
a. Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat.
b. Harus mempuyai kunci yang kuat.
c. Lemari dibagi dua masing-masing dengan kunci yang
21

berlainan, bagian pertama dipergunakan untuk meyimpan


morfin, petidin, dan garam-garamnya, serta persediaan
narkotika, bagian kedua dipergunakan untuk menyimpan
narkotika lainya dipakai sehari-hari.
d. Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari ukuran kurang
dari 40 x 80 x 100 cm, maka lemari tersebut harus dibaut
pada tembok atau lantai.
Penyimpanan Narkotika
Obat-obat yang termasuk golongan narkotik di
apotek disimpan pada lemari khusus yang terbuat dari kayu
( atau bahan yang lain yang kokoh dan kuat) yang ditempel
pada dinding, memiliki 2 kunci yang berbeda, terdiri dari 2
pintu, satu untuk pemakaian sehari hari seperti kodein, dan
satu lagi berisi pethidin, morfin dan garam garamnya.
Lemari tersebut terletak di tempat yang tidak diketahui oleh
umum, tetapi dapat diawasi langsung oleh Asisten Apoteker
yang bertugas dan penanggung jawab narkotika.

2.2.5 Pemusnahan

Obat yang kedaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai


dengan jenis dan bentuk sediaan. Pemusnahan juga dapat dilakukan
terhadap resep obat yang telah disimpan melebihi jangka waktu lima
tahun.

2.2.6 Pencatatan dan Pelaporan

1. Pencatatan
Proses pengadaan barang dilakukan dengan pemesanan
terlebih dahulu, dengan cara pengecekan pada barang yang
telah atau hampir habis. Pengecekan dilakukan setiap hari oleh
asisten apoteker. Barang yang telah atau hampir habis dicatat
pada buku defecta dan dipindahkan ke surat Pesanan (SP) yang
kemudian dipesankan ke PBF
22

2. Pelaporan
Penerima barang terlebih dahulu dilakukan pengecekan,
apakah sesuai dengan yang dipesankan atau tidak. Dicek pula
kondisi fisik dan expired date. Setelah itu, faktur
ditandatangani oleh orang yang menerima barang disertai
nama jelas, cap/stempel apotek. Dalam pembayaran faktur,
ada yang dibayar secara tunai dan ada juga yang dibayar batas
waktu yang telah ditentukan.

2.3 Landasan Teori Pelayanan Farmasi Klinik

Pelayanan farmasi klinik merupakan pelayanan langsung yang


diberikan Apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome
terapi dan meminimalkan risiko terjadinya efek samping karena obat,
untuk tujuan keselamatan pasien (patient safety) sehingga kualitas hidup
pasien (quality of life) terjamin. (Permenkes 72 Tahun 2016).

Berdasarkan permenkes no 72 Tahun 2016 tentang standar


pelayanan kefarmasian di Apotek, Pelayanan farmasi klinik yang
dilakukan meliputi:

1. Pengkajian dan pelayanan resep


Pengkajian dan pelayanan resep merupakan suatu rangkaian kegiatan
yang meliputi penerimaan, pemeriksaan ketersediaan, pengkajian
resep, penyiapan sediaan farmasi, alat kesehatan, termasuk peracikan
obat dan penyerahan disertai pemberian informasi. Pengkajian dan
pelayanan resep dilakukan untuk semua resep yang masuk tanpa
kriteria pasien.
2. Dispensing
Dispensing bertujuan untuk menyiapkan, menyerahkan dan
memberikan informasi obat yang akan diserahkan kepada pasien.
Dispensing dilaksanakan setelah kajian administratif, farmasetik dan
klinik memenuhi syarat
23

3. Pelayanan Informasi Obat (PIO)


Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan yang dilakukan
oleh apoteker dalam penyediaan dan pemberian informasi mengenai
obat yang tidak memihak, dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti
terbaik dalam segala aspek penggunaan obat kepada profesi kesehatan
lain, pasien atau masyarakat. Informasi mengenai sediaan farmasi dan
BMHP. Informasi mengenai Obat termasuk Obat Resep, Obat bebas
dan herbal. Informasi meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi
khusus, rute dan metoda pemberian, farmakokinetik, farmakologi,
terapeutik dan alternatif, efikasi, keamanan penggunaan pada ibu
hamil dan menyusui, efek samping, interaksi, stabilitas, ketersediaan,
harga, sifat fisika atau kimia dari Obat dan lain-lain.
4. Konseling
Konseling Obat merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan
pasien/keluarga untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman,
kesadaran dan kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam
penggunaan obat dan menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien
5. Pelayanan Kefarmasian di Rumah (Home Pharmacy Care)
Apoteker dapat melakukan kunjungan pasien dan atau pendampingan
pasien untuk pelayanan kefarmasian di rumah dengan persetujuan
pasien atau keluarga terutama bagi pasien khusus yg membutuhkan
perhatian lebih. Pelayanan dilakukan oleh apoteker yang kompeten,
memberikan pelayanan untuk meningkatkan kesembuhan dan
kesehatan serta pencegahan komplikasi, bersifat rahasia dan
persetujuan pasien, melakukan telaah atas penatalaksanaan terapi,
memelihara hubungan dengan tim kesehatan.
6. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan proses yang memastikan
bahwa seorang pasien mendapatkan terapi Obat yang efektif dan
terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek
samping.
24

7. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)


Monitoring Efek Samping Obat (MESO) merupakan kegiatan
pemantauan setiap respon terhadap obat yang merugikan atau tidak
diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada
manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau
memodifikasi fungsi fisiologis.
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN PKL

3.1 Pelaksanaan Kegiatan Pengelolaan Sediaan Farmasi


3.1.1 Perencanaan
Perencanaan sediaan farmasi dan perbekalan farmasi ini di
akukan oleh Asisten Apoteker di Apotek Mulia Abadi.Salah satu
dokumen perencanaan yang digunakan yaitu buku catatan obat yang
sudah habis atau yang akan habis yang di sebut dengan buku defekta.

3.1.2 Pengadaan
Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasian maka dalam
melakukan pengadaan sedian farmasi harus melalui jalur resmi dan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Menejemen pengadaan di Apotek Mulia Abadi adalah dengan
menggunakan surat pesanan obat yang resmi sesuai dengan
penggolongan obatnya.

3.1.3 Penerimaan
Penerimaan yang dilakuakan setiap barang datang dengan
melakukan pengecekan obat dan jumlah obat yang di pesan melalui
Pedagang Besar Farmasi sesuai dengan surat pesanan dan juga
menandatangani faktur dari PBF tersebut.

3.1.3 Penyimpanan
Penyimpanan obat di Apotek Mulia Abadi menggunakan metode:
1. FIFO ( First In First Out) yaitu barang yang masuk pertama dan
yang di keluarkan pertama.
2. FEFO ( First Expired First Out ) yaitu barang yang mempunyai
tanggal kadaluwarsa dekat itu yang pertama di keluarkan.
3. Farmakologi, yang juga berfungsi jika ada pasien yang akan
membeli obat apabila terjadi kekosongan obat maka untuk
mempermudah menyarankan obat/merk yang lain tetapi dengan

26
27

komposisi dan khasiat yang sama.


4. Alfabetis, yang berfungsi untuk memudahkan dalam pencarian
obat yang di butuhkan.
5. Bentuk sedian, pada obat OTC (Obat bebas dan obat Bebas
terbatas) di simpan pada etalase yang paling depan, Obat keras di
simpan pada rak di dalam agar tidak di lihat oleh pasien karena
obat keras hanya dapat di peroleh dengan menggunakan resep
dokter, untuk sediaan suppositoria di simpan pada lemari
pendingin.

3.1.4 Pendistribusian
Distribusi adalah kegiatan pemindahan atau penyaluran
barang dari suatu tempat ketempat yang lain. Pada Apotek Mulia
Abadi distribusi obat bebas dan obat bebas terbatas langsung kepada
pasien sedangkan untuk obat keras harus melalui resep dari dokter
tersebut.

3.1.5 Pemusnahan
Obat yang kedaluwarsa atau rusak di apotek mulia abadi
dimusnahkan sesuai dengan jenis dan bentuk sediaan. Pemusnahan
juga dapat dilakukan terhadap resep obat yang telah disimpan
melebihi jangka waktu lima tahun

3.1.6 Pengendalian
Pengendalian diApotek Mulia Abadi menggunakan kartu stok.

3.2 Pelaksanaan Kegiatan Pelayanan Farmasi Klinik


Kegiatan pelayanan farmasi diApotek Mulia abadi dilakukan
dengan tahapan:

1. Skrining Resep

a. Melakukan pemeriksaan kelengkapan resep yaitu: Nama, SIP dan


alamat dokter, tanggal penulisan resep, tanda tangan atau paraf
dokter penulis resep, nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat
28

badan pasien.
b. Melakukan pemeriksaan kesesuaian farmasetik yaitu: bentuk
sediaan, dosis, frekuensi, potensi, stabilitas, ketidaksesuaian, cara
dan lama pemberian.
c. Melakukan pertimbangan klinis yaitu: adanya alergi, efek samping,
interaksi, kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain). Jika
ada keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada
dokter penulis resep dengan memberikan pertimbangan dan
alternatif seperlunya bila perlu menggunakan persetujuan setelah
pemberitahuan.

2. Penyiapan Obat
a. Meracik obat sesuai resep
b. Menulis Etiket (Etiket harus jelas dan dapat dibaca)
c. Melakukan pengecekan ulang obat oleh AA
d. Melakukan KIE pada pasien
e. Pelayanan Resep di Apotek Mulia Abadi

3.3 Kendala yang dihapadi


masalah tentang kehabisan stok barang

3.4 Cara mengatasi kendala


Cara mengatasinya : Pengendalian stok obat-obatan dilakukan
menggunakan kartu stok yang memuat nama obat, tanggal kedaluwarsa,
jumlah pemasukan, jumlah pengeluaran, dan sisa persediaan. Pengendalian
ini bertujuan untuk mempertahankan jenis dan jumlah persediaan sesuai
pelayanan agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan stok
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan selama Praktik kerja industri di Apotek
Mulia Abadai dapat disimpulkan bahwa:
1. Apotek merupakan suatu saran yang memiliki peranan penting dalam
pelayanan kefarmasian serta tanggung jawab moral dan etika profesi.
2. Lokasi Apotek Mulia Abadi yang berada di JL. Diponegoro No 5
Gondanglegi,
3. Cukup strategis karena berada dipinggir jalan raya yang berdekatan
dengan pemukiman penduduk, pertokoan, dan banyak dilalui oleh
kendaraan umum sehingga mudah dijangkau oleh masyarakat.
4. Penyimpanan obat di Apotek Mulia Abadi diatur secara alfabetis
sehingga memudahkan petugas untuk mengambilkan obat.
5. Dalam segi pengemasan obat seperti puyer di Apotek Mulia Abadi saat
ini masih menggunakan cara manual belum menggunakan alat modern.

4.2 Saran
1. Saran Bagi DU/DI
Untuk meningkatkan pelayanan, sebaiknya Apotek Mulia Abadi
menambah sediaan perbekalan farmasi dan meningkatkan sarana dan
prasarana sehingga mampu memberikan pelayanan yang optimal
2. Saran Bagi Sekolah
Untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menghadapi Prakerin,
sebaiknya pihak sekolah menambah waktu belajar untuk siswa dan siswi,
terutama untuk mata pelajaran kejuruan.
3. Saran Bagi Siswa
a. Untuk siswa yang melalukan kegiatan Prakerin di Apotik, harus
memahami semua tugas dan fungsi seorang farmasi dengan baik.
b. Siswa Prakerin harus memahami bagaimana cara melayani obat
dengan baik

29
DAFTAR PUSTAKA

Dinkes. (2017). Pengertian apotek. Form http://lamongankab.go.iddinkes.diankses


Pada tanggal 15 februaari 2021.
Peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia tentang Apotek nomor 9. (2017)
Form pelayanan.jakarta.go.id.diakes pada tanggal 15 Februari 2021.
Sudut hukum pengertian apotek. (n.d).diakses pada tanggal 15 Februari 2021.
Pada tanggal 15 Februari 2021.
Aespesoft (2015). hal-hal tentang apotek, permenkes no 9. Form
Aespesoft. com. Diakses pada tanggal 15 Februari 2021

30
LAMPIRAN

Etiket Obat Luar Etiket Obat Dalam

Surat pesanan Prekusor Surat Pesanan OTC

Contoh Resep Copy Resep

31
Lemari Obat OTC Lemari Stok Obat Prekusor

Lemari Obat prekusor Lemari sirup Keras

Lemari Alkes Lemari Injeksi

32
Lemari Vitamin Lemari stok obat generik

Lemari Kosmetika Sediaan di Kulkas

33

Anda mungkin juga menyukai