Anda di halaman 1dari 35

PENYEBARAN

MIKROBA
DALAM TUBUH
OLEH :
Agustina Fitri Aryani (114118018)
Renny Yuliastuti (113118020)
TODAY’S TOPICS
PENYEBARAN MIKROBA DALAM TUBUH

2
2

5
2 4
1 PENYEBARAN
FAKTOR MIKROBA 3 LEWAT JALAN LAIN
DALAM PENYEBARAN
PENYEBARAN PENYEBARAN LEWAT DARAH
LANGSUNG PENYEBARAN
LEWAT LIMFATIK
1
N0
IO

PENYEBARAN LANGSUNG
CT
SE
Gambar 1. Penyebaran Langsung
Penyabaran Langsung
beberapa contoh penyebaran mikroba secara langsung :

• infeksi pada saluran pernafasan


• infeksi pada permukaan kulit
• yang berpengaruh pa penyebaran mikroba adalah mukosiliari
1 (dengan perpindahan cairan sekret ke jaringan lainnya),
gravitasi (terutama pada infeksi saluran pernafasan bawah),
4 • kegiatan menggaruk dan menggosok dengan jari-jari tangan
batuk dan bersin (perpindahan cairan sekret ke jaringan • ex. : bakteri Streptokous dan Stapilokokus => im petigo
epitel sehat)
• Bagian tubuh yang lembab dan berkeringat atau disela - sela jari sering
diinfeksi oleh jamur

• infeksi pada saluran pencernaan


2 • perpindahan cairan lambung turut penyebabkan
mikroba. contoh Salmonella dan Shigella
5 • infeksi pada jaringan dan organ dalam :
• infeksi pada jaringan parenkim paru menyebar pada pleura
(pleuritis)
• infeksi apendititis dapat menyebabkan infeksi di peritonium
• infeksi otitis media dapat menyebabkan meningitis,
• infeksi pada uretra, konjungtiva dan vagina
3 • penyebaran infeksi melalui pergerakan mikroba sendiri di
cairan yang menutupi permukaan epitel
6 • abses serebral, dll
2
N0

FAKTOR MIKROBA DALAM


IO

PENYEBARAN
CT
SE
Faktor dalam penyebaran
Faktor-faktor yang berperan dalam penyebaran mikroba antara lain:

• 1
• misalnya Streptokokus invasif memproduksi beberapa enzim seperti nyaluronidase,
enzim berfungsi mencairkan atau menghidrolisis komponen asam hialuronat dari
matriks jaringan ikat

• 2
• Nuklease oleh balteri patogen yang menghancurkan neutrophil extracellular traps yang
merupakan sistem imun dari sel inang untuk meningkatkan virulensinya

• 3
• Proteinase, collagenase, lipase dan enzim-enzim lainnya yang
berfungsi dalam fungsi metabolisme atau asupan nutrisi bakteri
patogen
3
N0

PENYEBARAN LEWAT
IO

LIMFATIK
CT
SE
Penyebaran melalui sistem limfatis
Kelenjar getah bening bersifat sebagai penyaring melalui kerja dari sel-
sel fagosit yang tersebar diantara sinus kelenjar getah bening, dengan
mekanisme :

1Menyaring dan menghancurkan mikroba untuk


menghindarkan penyebaran organisme tersebut
ke dalam jaringan lain, dan darah.
2 3
Jika terjadi infeksi => dilatasi Dalam kondisi normal sel-sel fagosit adalah
pembuluh limfatik => leukosit => mayoritas makrofag yang terdapat di
ekstravasasi => sehingga nodus => sinusoid, tetapi pada kondisi peradangan
bengkak. juga terdapat neutrofil yang dibawa oleh
aliran darah.
• Mikroba dapat menyebar melalui kelenjar limfe

• Pada anak-anak biasanya infeksi Mycobacterium tuberculosis tidak hanya terperangkap di kelenjar getah
bening, tetapi juga menyebar melalui darah ke organ-organ lainnya.
• Virus Epstein-Barr dan virus campak berkembiang biak di kelenjar limfe tanpa menyebabkan kerusakan
pada sel nodus kemudian menyebar ke seluruh tubuh
• Saat kelenjar getah bening mengalir Streptococci sp. Invasif. (atau Rickettsia prowazekii (tifus)
atau Y. pestis (penyakit pes) memiliki kesempatan untuk keluar melalui limfatik eferen untuk
mencapai node berikutnya dan akhirnya ke aliran darah.

• Jika mikroorganisme masuk dalam jumlah besar dari tempat periferal replikasi, efisiensi dari
penyaringan node tidak maksimal sehingga sebagian dapat lewat melalui node limfa.

• Ketika peradangan dan kerusakan jaringan di nodus menjadi lebih parah, aliran limfa berhenti,
fibrin terbentuk dan infeksi dilokalisasi.

• Kadang-kadang nodus yang bengkak menjadi hanya kantong nanah (misalnya dengan
Staphylococci sp. Invasif atau penyakit pes),
• Ada banyak virus (campak, virus polio, HIV) yang memiliki kemampuan untuk bereplikasi dalam
APC daripada dihancurkan setelah fagositosis di kelenjar getah bening. Sel yang terinfeksi
umumnya makrofag atau limfosit, dan progeni virus dibebaskan ke dalam getah bening. Jika sel
yang terinfeksi tidak rusak parah atau akut, diteruskan kebagian tubuh yang jauh

• Bakteri, protozoa harus lebih virulen dan patogen jika mereka menyebar dengan mudah
melalui tubuh dari situs perifer pertumbuhan,

• tetapi banyak virus yang relatif avirulen seperti varicella zoster, rubella dan gondok dengan
sempurna mencapai sistem limfatik.
RINGAKASAN

• Kebanyakan bakteri, jamur, protozoa, virus, dll. Disaring dan diinaktivasi di kelenjar getah
bening.

• Beberapa bakteri dan virus berkembang biak di dalam sel-sel nodus limfe yang kemudian
berfungsi sebagai sumber penyebaran infeksi ke seluruh tubuh.
4
N0
IO

PENYEBARAN LEWAT DARAH


CT
SE
Penyebaran melalui aliran darah

Karakteristik :
Penyebaran paling efektif ke seluruh bagian tubuh (sistemik)
Pada pembuluh darah tepi atau sinusoid dimana aliran darahnya lambat kemungkinan infeksi
dapat menyebar ke jaringan sekitarnya

Infeksi virus sistemik :


Kemampuan virus untuk menginfeksi aliran darah dapat dimediasi oleh sistem limfatik seperti
yang telah dijelaskan di atas atau memasuki dinding subepitel pembuluh darah secara langsung,
berdasarkan tahapannya:
Penyebaran melalui aliran darah
LANJUTAN....

...darah secara langsung, berdasarkan tahapannya:


Viraemia primer :
Kondisi viraemia (virus terdapat di aliran darah) biasanya tanpa tanda atau gejala dan
seringnya baru diketahui adanya viremia karena manifestasi klinis yang timbul setelah
menginvasi target organ yang jauh seperti otak, hati atau otot.
Viraemia sekunder:
Virus yang telah menginfeksi target organ utamanya => masuk aliran darah => menginfeksi
jaringan lainnya. Biasanya gejala yang timbul lebih parah dan keberadaan virus mudah
terdeteksi dalam darah tidak seperti viremia primer
Tahapan viraemia terjadi pada penyakit seperti campak yang sedikit berkembang biak di target
organ (saluran pernapasan) kemudian menyebar melalui aliran darah ke organ lainnya
menimbulkan manifestasi klinis yang tampak (Gambar 5.2)
• PATOGENESIS CAMPAK
Penyebaran melalui aliran darah
LANJUTAN....

Infeksi bakteri sistemik :


Bakteri yang umumnya tidak menyebabkan infeksi sistemik dapat memasuki darah dalam jumlah
yang sangat kecil dan dalam keadaan normal akan diinaktivasi oleh reticuloendothelial system
(RES).
Bakteremia transien
Tejadi saat kemampuan sistem imun menurun atau jaringan yang rentan terinfeksi sudah
terpapar, misal:
Saat pencabutan gigi, menyikat gigi bahkan sekedar menggigit makanan keras infeksi kelompok
Streptococcus viridans bisa masuk dalam darah dan menginfeksi jantung dengan katup jantung
yang tidak normal atau rusak (endocarditis)
Mikroba yang masuk ke dalam tubuh terlokalisir di hati dan limpa => Fagositosis oleh makrofag
dari sistem reticuloendothelial => Leukosit yang terinfeksi biasanya tetap di dalam organ tersebut.
Perkecualian pada beberapa virus seperti ricketsia yang menetap di sel endotel pembuluh darah
kapiler (Gambar 5.1)
Septicemia

Keberadaan bagian mikroba yang bersifat infeksius di aliran darah, yang disebabkan karena banyaknya jumlah
bakteri

Sumber penyebaran sepsis berdasarkan jaringan terinfeksi :


• Paru-paru, infeksi oleh bakteri seperti pneumococcus, meningococcus, atau Streptococcus pyogenes
• Uterus, infeksi postpartum oleh streptococcal
• Multi Organ, Bacillus anthracis and Salmonella typhi yang menyebar melalui aliran darah kemudian menginfeksi
beberapa jaringan tubuh (Anthrax dan Typhoid)

Mikroorganisme patogen penyebab sepsis :


• Bakteri dan Jamur => Jarang terjadi sepsis karena hanya beberapa yang dapat melewati aliran darah
• Virus => Secara umum penyebaran infeksi melalui aliran darah
Septicemia
LANJUTAN....

• Sepsis akan bermanifestasi apabila toksin (molekul toksik) dilepas selama


proses metabolisme dan perkembangan mereka.
• Bakteri dan fungi akan melepaskan toksin saat bermultiplikasi ekstraseluler
(severe disease)
• Virus akan bereplikasi secara intraseluler dan tidak saat sebagai virion
bebas di aliran darah, secara umum virus tidak memproduksi toksin
(‘silent’ disease cth : hepatitis B carriers or HIV )
5
N0

PENYEBARAN LEWAT JALAN


IO

LAIN
CT
SE
Sistem Retikuloendotelial

virus

darah

Sel kupfer
A) Virus herpes alfa (misalnya, HSV-1, VZV, dan PRV) menginfeksi neuron
pseudounipolar sensorik ganglia PNS. Penyebaran CNS jarang terjadi dan memerlukan
transportasi aksonal anterograde dari virion progeni menuju sumsum tulang belakang

B) RABV dan virus polio menyebar melalui sambungan neuromuskular (NMJs) dari otot
menjadi neuron motorik somatik di sumsum tulang belakang

C) Beberapa virus dapat menginfeksi neuron reseptor di epitel nasal penciuman.


Tersebar ke CNS membutuhkan transportasi aksonal anterograde sepanjang saraf
olfaktori ke otak.

D) Infiltrasi melalui BBB. BBB terdiri dari sel-sel endotelium mikrovaskular otak
(BMVECs) dengan sambungan ketat khusus, membran basement sekitarnya, pericytes,
astrocytes, dan neuron. Leukosit yang terinfeksi dapat melintasi penghalang ini
membawa virus ke parenkim otak

E) Sebagai alternatif, partikel virus dalam aliran darah dapat menginfeksi BMVEC,
mengorbankan BBB.

Cell Host & Microbe 2013 13, 379-393DOI:


(10.1016/j.chom.2013.03.010)
OTOT

• Virus tertentu menginfeksi otot rangka atau jantung setelah


melewati dinding pembuluh darah, terutama virus coxsackie,
cardiovirus dan arbovirus tertentu.
KULIT

• Kulit terlibat dalam banyak infeksi sistemik (Tabel 5.2). Kulit memiliki sel imun
yaitu sel-sel Langerhans, banyak sel mast, dan sel T ada pada dermis. 
• Makula dan papula terbentuk ketika ada peradangan di dermis, dengan atau
tanpa infiltrasi seluler yang signifikan, infeksi umumnya terbatas pada vaskular
atau sekitarnya.
• Respon imun (lihat Bab 8) sering penting dalam lesi. Virus campak, misalnya, lokal
dalam pembuluh darah kulit, tetapi ruam makulopapular tidak muncul kecuali
ada respon imun yang adekuat. Infeksi virus campak dengan sendirinya tidak
merusak sedikit pembuluh darah atau kulit, dan interaksi limfosit atau antigen
virus diperlukan untuk menghasilkan respons inflamasi yang menyebabkan lesi
kulit
Riketsia endotelium pembuluh darah kecil
Endotelium vaskular adalah tempat penting untuk replikasi.
Setelah replikasi di endotel vaskular lumen pembuluh tidak hanya kembali ke
lumen pembuluh tetapi juga dari permukaan eksternal sel endotel ke jaringan
ekstravaskuler. Arbovirus tertentu bereplikasi di otot atau jaringan ekstravaskuler
lainnya dan kemudian dapat mencapai darah setelah melewati sistem limfatik.
Bakteri S. pyogenes melepaskan toksin erythrogenic yang membawa bacteriophage β,
dan toxin memasuki darah, melokalisasi di pembuluh dermal, dan menimbulkan ruam
demam berdarah yang mencolok.
Vesikel dan pustula terbentuk ketika mikroorganisme meninggalkan pembuluh darah
kulit dan mampu menyebar ke lapisan permukaan kulit.
• Virus lokal yang beredar di pembuluh darah dermal, tumbuh melalui endothelium
(varicella zoster) dan menyebar di seluruh jaringan dermal untuk menginfeksi
epidermis dan menyebabkan nekrosis fokal.
• Hanya virus yang mampu menyebar ekstravaskular dan infeksi epidermal yang dapat
menyebabkan vesikula.
JANIN

• Hanya sedikit patogen yang dapat mengalami infeksi pada plasenta dan janin.
• Plasenta menunjukkan lapisan trofoblas , syncytiotrophoblast, yang bersentuhan langsung
dengan darah ibu/ dialiri masuk oleh darah ibu
• Pertama Lokasi implantasi dirahim, sel endotel, sistem imun kontak dengan sel trofoblas
• Kedua darah ibu dan syncytiotrophoblast pelindung
• Contoh
• T. pallidum dan Toxoplasma gondii
• Mikroorganisme dapat merusak janin tanpa menyerang jaringan janin. Jika mikroorganisme
melokalisasi secara luas di pembuluh plasenta dan menyebabkan kerusakan terutama
vaskular tentu saja dapat menyebabkan anoxia janin, kematian dan aborsi.
• CAIRAN CEREBROSPINAL

int
r Po
we
Po
of
er
ow
eP
Th
Rongga pleura dan peritoneum

• Penyebaran mikroorganisme yang cepat dari satu organ visceral ke organ lainnya dapat terjadi
melalui rongga peritoneum atau rongga pleura.
• Masuk ke rongga peritoneum terjadi karena infeksi pada organ perut. Rongga peritoneum
dilapisi oleh makrofag dan mengandung omentum.
• Isi peritoneum mengalir ke limfatik, membuka permukaan diafragma sehingga mikroorganisme
atau racun masuk ke nodus limfa retrosternal di toraks. Jika terjai kebocoran pada rongga
pleura. Respon inflamasi pada peritoneum akhirnya menghasilkan eksudat fibrinous
• Pleuritis terjadi pada sekitar 25% kasus pneumonia pneumokokus.
• SARAF

Th
eP
ow
er
of
Po
we
r Po
int
• Saraf periferal diketahui mengangkut toksin tetanus ke CNS. Jalur yang mungkin
sepanjang saraf termasuk infeksi berurutan sel Schwann, transit sepanjang ruang
jaringan antara serabut saraf, dan mentranspot akson (Gambar 5.5). Rute terakhir
mungkin yang paling penting, terutama banyak infeksi virus.
• Singkatnya, saraf perifer adalah jalur penting untuk penyebaran toksin tetanus dan
virus ke CNS, dan untuk perjalanan virus herpes tertentu antara CNS dan permukaan
tubuh. Virus herpes dan rabies dapat menjelajah ke atas dan ke bawah saraf perifer.
• Rute saraf umumnya tidak digunakan oleh bakteri atau mikroorganisme lainnya.  

int
r Po
we
Po
of
er
ow
eP
Th
That’s all. Thank you! 

Anda mungkin juga menyukai