Anda di halaman 1dari 38

BAB 6

RESPON IMUN TERHADAP


INFEKSI

Disusun oleh;
Siti Rahmawati (114118016)
Khusnul khotimah (114118019)
Garis besar

1. Respon antibody
2. Respon terhadap mediasi T-cell
3. NK cell
4. Makrofag , Neutrofil dan Mast Cell
5. Pelengkap dan pertahanan molekul
6. Kesimpulan
7. Bibliografi
Vertebrata memiliki 2 pertahanan untuk melawan patogen :

1. RESPON IMUN INNATE


Imun bawaan terdiri dari sejumlah faktor humoral dalam darah seperti : sitokin,
kemokin dan komplemen, dari berbagai leukosit termasuk makrofag, neutrophils dan
sel natural killer (NK)
Keuntungan memberi respon yang cepat terhadap pathogen.
Respon pertama kali oleh makrofag dan neutrophil berupa inflamasi.
Neutrofil adalah leukosit pertama di tempat kejadian, kemudian merekrut makrofag
dan protein serum masuk karena pelebaran dinding pembuluh darah. Leukosit
mengatur pertahanan dan mengendalikan infeksi.

2. RESPON IMUN ADAPTIF


Respon adaptif dimediasi oleh limfosit. Kekebalan adaptif melakukan respon imun
spesifik dalam waktu yang lambat ( berhari-hari).
Respons imun adaptif akan meningkat sesudah terpapar oleh suatu bahan pathogen
sel. Limfosit (sel T dan sel B) merupakan komponen dasar yang berperan penting,
mengindikasikan adanya respons imun adaptif.
• Perbedaan penting dari respons imun innate dan adaptif
adalah respons imun adaptif lebih spesifik untuk bahan
patogen/antigen tertentu dan meningkat pada tiap paparan
selanjutnya oleh antigen yang sama. Namun, keduanya
bekerja sama pada beberapa tahapan (misalnya, dengan
melepas faktor stimulus sitokin) untuk merusak antigen
penyerang

• Bila bahan patogen tidak dapat dieliminasi oleh respons imun


innate, penyakit akan menyerang sehingga respons imun
adaptif akan diaktivasi, agar tubuh pulih kembali.
Sel yang berperan pada respon imun adaptif
1. SEL B
•Muncul dari bursa (burung) atau sumsum tulang dan foetal liver (mamalia)
•Respon antibody
•Reseptornya immunoglobulin G(IgM)
•Co-reseptor Igα dan Igβ.
•Reseptor akan berikatan untuk menyambung atau memutus epitope dari struktur 3
dimensi antigen menjadi beberapa bagian.

2. SEL T
•Muncul dari Thymus
•Respon yang di-inisiasi Cell Mediated Immune (CMI)
•Reseptornya α/β (dominan; sel T helper CD4 + dan sel T cytotoksik CD8+ ) dan γ/δ.
•Reseptor hanya akan mengenali peptide linier pendek molekul dari MHC (Major
histocompatibility Complex)
SEL IMUN
SITOKIN DAN KEMOKIN
SITOKIN
Adalah protein kecil yang dilepaskan oleh sel yang memiliki efek spesifik pada
interaksi antar sel
Sitokin adalah nama umum, adapun nama lainnya adalah :
 Lymphokine : sitokin yang diproduksi oleh limfosit
 Monokine : sitokin yang diproduksi oleh monosit
 Kemokin : sitokin dengan aktivitas kemotaktik
 Interleukin : sitokin yang diproduksi oleh leukosit
Sitokin diproduksi oleh beberapa populasi sel, tetapi sel penghasil utama sitokin
adalah leukosit, sel T Helper dan makrofag
Sitokin memiliki efek aktivasi dan lainnya memiliki efek penghambatan respon imun.
KEMOKIN

Jenis sitokin yang menginduksi proses kemotaksis


Fungsi :
Aktivasi dan migrasi leukosit
Gambar 6.3
Tabel 6.1. Sitokin Terlibat dalam Tanggapan terhadap Infeksi Mikroba
Sitokin Sumber Aksi
IL-1 Makrofag, Monosit, sel B Co-stimulator sel-T. Aktifkan Makrofag.
IL-2 Sel Th1 Menginduksi proliferasi sel T dan mengaktifkan sel NK.
Produksi antibodi
IL-3 Sel Th diaktifkan, sel Mast, Pertumbuhan dan diferensiasi sel-sel precursor di
NK sel, eosinophil, endotelium sumsum tulang
IL-4 Sel Th2. Sel mast, makrofag Proliferasi sel B dan diferensiasi.
IL-5 Sel Th2. Sel mast; eosinofil Menginduksi diferensiasi sel B dan mengaktifkan
eosinofil
IL-6 Makrofag, sel Th2, sel B, astrosit, B- dan sel T pertumbuhan dan differensiasi
endotelium
IL-7 Sumsum tulang dan thymus Differensiasi dan proliferasi sel progenitor limfoid,
stromal sel B,T, dan kelangsungan hidup sel NK, pengembangan ,
dan homoestasis
IL-8 Makrofag, limfosit, epitel sel, sel Kemotaksis neutrofil
endotel
IL-9 Sel Th2 Merangsang sel mast
Sitokin Sumber Aksi
IL-10 Monosit ; Sel Th2; CD8+ sel T, sel mast, Mengaktifkan sel B, menghambat produksi
makrofag, sel B sitokin Th1
IL-12 Sel B; sel T, makrofag; sel dendritic Mengaktifkan sel NK dan mengarahkan sel T
CD4+ ke respon Th1
IL-13 Sel Th2 teraktifasi, sel mast , NK sel Menginduksi proliferasi sel B, menghambat sel
Th1 dan produksi sitokin inflamasi makrofag
IL-17 Sel Th17 Meningkatkan sitokin inflamasi
IL-18 Makrofag Meningkatkan aktivitas sel NK
IL-21 Sel Th17 (sel Th lainnya menghasilkan tingkat Aktifasi dan proliferasi CD8+ sel T, NK
yang lebih rendah)sel NK sitotoksinitas, proliferasi sel –B ( didorong
CD40) beralih isotipe, diferensiasisel T17
IL-23 Makrofag, sel dendritic Pengembangan sel Th17; Mengaktifkan sel NK,
Menginduksi peradangan.
IFN-gama Limfosit Mengaktifkan sebagian besar sel limfoid
TNF-alfa Makrofag, sel NK,sel CD4 + Aktivasi makrofag, Menginduksi peradangan
demam
TNF-beta Limfosit Aktifasi makrofag, Menginduksi peradangan
dan demam
TGF-beta Makrofag Menurunkan regulasi sitokin proinflamasi
Gambar 6.1 struktur molekul IgG
Keterangan
Setiap immunoglobulin tersusun atas rantai ringan dan rantai berat.
Rantai ringan dan rantai berat dihubungkan dengan ikatan disulfida
sehingga setiap rantai berat berikatan dengan rantai ringan dan dua
rantai berat saling berikatan satu sama lain.
Setiap rantai ringan dan berat dibagi lagi menjadi daerah Variabel dan
daerah Konstan.
Asam amino pada daerah variable baik dari rantai ringan maupun
berat secara Bersama-sama membentuk V antibody yang mempunyai
kemampuan mengikat antingen spesifik (warna kuning).
Daerah konstan dari rantai ringan dan berat akan membentuk bagian
konstan antibody (warna orange).
Antigen yang diinternalisasi dan diproses melalui jalur eksogen dan
disajikan dalam hubungan dengan molekul MHC kelas II untuk diaktifkan
sel T-helper. -Sel T bantuan disediakan melalui aktivasi CD40 dan / atau
reseptor sitokin pada sel B, misalnya IL-4 reseptor ( Gambar 6.1 ). B sel
maka:
1. Membagi berulang kali, membentuk tiruan dari sel dengan reaktivitas
yang sama (ekspansi klonal), beberapa di antaranya tetap setelah respon
berakhir, sel-sel memori;
2. Membedakan, mengembangkan bertabur ER dengan ribosom, dalam
persiapan untuk protein sintesis dan ekspor;
3. mensintesis antibodi spesifik. Sel yang memproduksi antibodi
sepenuhnya dibedakan adalah dewasa plasma sel. Setiap clone dari sel-
sel membentuk molekul imunoglobulin dari kelas yang sama dan
spesifisitas antigenik yang sama.
Respon Antibodi
Jenis Imunoglobulin

1. IgG
Struktur imunoglobulin empat rantai dasar dalam bentuk
Y, dalam jumlah besar IgG ada didalam darah, sedangkan
dalam jumlah kecil ada di getah bening, cairan peritonial,
cinovial dan cerebrospinal. IgG dapat melewati plasenta
pada primate termasuk manusia tetapi tidak pada hewan
pengerat, sapi, domba,atau babi. Konsentrasi dalam
jaringan akan meningkat segera setelah ada peradangan.
2. IgM
Serum IgM adalah polimer dari lima subunit, masing-masing dengan struktur
empat rantai dasar tetapi dengan rantai berat yang berbeda (μ), dan memiliki
berat molekul sekitar 900.000. IgM terbentuk pada awal respon imun.  antibodi
IgM yang terbentuk awal digantikan oleh antibodi IgG dan IgM spesifik hanya
terdeteksi selama infeksi dan untuk sementara waktu setelah pemulihan.
Kehadiran antibodi IgM ke antigen menunjukkan adanya infeksi baru atau infeksi
terus-menerus.
Virus campak kadang berlanjut di otak anak bukannya hilangkan dari tubuh
setelah infeksi virus menyebabkan penyakit fatal yang disebut subacute
sclerosing encephalitis. Onset penyakit mungkin 5-10 tahun setelah infeksi
campak asli tetapi antibodi IgM terhadap campak masih ada karena infeksi
lanjutan.
Wanita hamil dengan penyakit seperti rubella akan memiliki antibodi IgM, jika
penyakit itu memang rubella, janin manusia merespon infeksi dengan membentuk
antibodi IgM dan kehadiran antibodi IgM yang meningkat pada darah tali pusar
3. IgA
IgA adalah imunoglobulin utama pada permukaan mukosa dan
susu (terutama colostrum). IgA memiliki berat molekul sekitar
385.000.
Antibodi IgA penting dalam resistansi terhadap infeksi pada
permukaan mukosa tubuh, khususnya saluran pernafasan,
usus, dan urogenital. Infeksi permukaan ini cenderung dicegah
oleh vaksin yang menginduksi antibodi IgA sekretorik bukan
antibodi IgG atau IgM. Namun, sebagian besar pasien dengan
defisiensi IgA selektif tidak menunjukkan kerentanan terhadap
infeksi permukaan mukosa, karena ada peningkatan
konsentrasi IgG dan IgM antibodi dalam tubuh.
4. IgE
IgE adalah imunoglobulin dengan jumlah 0,002% dari total
serum imunoglobulin, dan diproduksi oleh sel-sel plasma di
bawah pernapasan dan intestinal epithelia.
IgE memiliki kemampuan untuk melekat pada sel mast dan
termasuk antibodi reagenik yang terlibat dalam reaksi
anafilaksis. Ketika antigen bereaksi dengan antibodi IgE
melekat pada sel mast, mediator peradangan (serotonin,
histamin, dll) dilepaskan. Jadi, jika mikroorganisme, terlepas dari
antibodi IgA sekretorik, menginfeksi permukaan epitelium,
komponen plasma dan leukosit akan difokuskan secepatnya ke
daerah inflamasi.
5. IgD
Antibodi IgD terdapat pada permukaan limfosit B,
namun, sel B yang mensekresi IgD pada pernafasan
atas manusia terlibat dalam respons untuk bakteri
yang menginfeksi saluran pernapasan. Basofil IgD
'lengan' yang disekresikan dan sel-sel lain dari sistem
kekebalan tubuh bawaan, merangsang pelepasan
mediator proinflamasi
AKSI PROTEKSI ANTIBODI

1.Fagositosis dan memakan mikroorganisme melalui peran


sebagai antibody cytophilic atau opsonin
2.Berkombinasi dengan permukaan mikroorganisme sehingga
mencegah pelekatan ke sel atau permukaan mukosa yang rentan.
3.Menetralkan efek toxin mikroba atau impedin pada sel molekul
4.Melalui kombinasi dengan mikroba/ antigen akan mengaktifkan
system komplemen, menginduksi respon inflammatory dan
membawa fagosit baru dan serum antibody lebih banyak ke
tempat infeksi.
5.Mengaktifasi komplemen selanjutnya dan menyebabkan lisis
mikroorganisme (ex: vibrio cholera,etc)
6.Memungkin leukosit (monosit, neutrophil, NK sel) membunuh
sel host yang terinfeksi .
7.Aglutinasi mikroorganisme  mengurangi jumlah unit yang
terinfeksi  dengan mikroorganisme yang lebih kecil akan mudah
difagositosis.
8.Berikatan dengan permukaan motil mikroorganisme  mudah
difagositosis.
9.Berkombinasi dengan ektraselular mikroorganisme shgg
menghambat metabolisme atau pertumbuhannya (ex: malaria,
mycoplasma).
Gambar 6.2 respon imun terhadap infeksi
Respon imun terhadap infeksi

Ketika infeksi masuk untuk pertama kalinya akan ada


beberapa sel T(diperkirakan 1 dari 100.000 CTL) untuk
yang mengenali antigen virus dan meresponnya. Dalam 4
hari berikutnya jumlah ini meningkat menjadi 1 dari 50 CTL
reaktif menjadi antigen viral
Respon imun terhadap infeksi yang dimediasi Sel T
Sel T hanya dapat mengenali peptide linier pendek yang berikatan
dengan kompleks MHC.
Ada 2 jenis MHC:
 Kelas MHC 1 : Mengambil antigen secara endogen
berhubungan dengan peptide endogen yang berasal dari
sitoplasma, menyajikan antigen intrasel TCR pada sel T CD8+,
dan sel NK.
 MHC 2 : Mengambil antigen secara eksogen
disajikan oleh sel penyaji antigen khusus APC, ( Antigen
Precenting Cell), seperti sel makrofag, sel B, dan sel dendritik
• Peran sentral pada semua tipe respons imun dilakukan oleh
CD4+ sel T-helper. CD4+ sel T-helper yang terstimulasi
oleh antigen, berdiferensiasi menjadi turunan CD4+ sel T-
helper, yaitu sel TH1 dan TH2.

• Sitokin yang dilepaskan oleh sel TH1 membantu


respons imun selular dengan meningkatkan populasi sel
T-sitotoksik CD8+ dan aktivasi makrofag yang merupakan
faktor yang berperan dalam respons imun innate/non-
spesi!k. Pembentukan sitokin oleh makrofag juga
mengaktivasi proliferasi dan diferensiasi sel T-helper
Respon imun yang dimediasi sel T

Proses Respon Imun yang dimediasi sel T Helper :


 Setelah berada di lokasi infeksi, sel T akan bertemu makrofag &
neutrofil.
 Makrofag menstimulus sel T CD41 setelah interaksi dengan MHC
kelas II
 Pelepasan berbagai sitokin dengan aktivitas antimikroba.
 Jaringan yang terinfeksi mengerahkan monosit dari darah
 Aktifitas oleh IFN-γ yang dilepaskan oleh sel T teraktivasi terutama sel
T CD41
 Jaringan membengkak.
Respon imun yang dimediasi sel T

Proses Respon Imun yang dimediasi sel T Sitotoksik :


 Memasuki tempat infeksi dan meniru molekul MHC Kelas I melalui
TCR
 Aktivasi sel T dan pelepasan IFN-γ
 Terjadi proses sitotoksik : membunuh sel yang terinfeksi dengan
menginduksi apoptosis
Fase efektor :
Terjadi penurunan jumlah sel efektor yang dikonversi ke sel T memori.
Tujuan dari memori imunologi adalah menyediakan sekelompok sel yang
mampu merespon pathogen secara cepat pada paparan berulang.
Perbedaan antara infeksi permukaan tubuh dan infeksi sistemik.
Keterangan gambar 6.4
 Respon antibodi IgA sekretori berumur pendek dibandingkan dengan respon
serum IgG.
 Dengan demikian, resistensi terhadap infeksi pernapasan cenderung berumur
pendek. Misalnya yang umum Infeksi ulang virus dingin atau influenza sering
berarti infeksi dengan strain antigen yang berbeda dari virus, tapi kembali
infeksi virus respiratory syncytial atau dengan strain yang sama dari virus
parainfluenza.
 Re-infeksi saluran pernapasan atau permukaan mukosa lainnya lebih
cenderung menyebabkan tanda-tanda penyakit, karena masa inkubasi pendek.

 Setelah infeksi ulang dengan virus pernapasan bisa ada penyakit klinis dalam
satu atau dua hari, sebelum respon imun telah didorong dan dapat
mengendalikan infeksi. Hal ini berbeda dengan infeksi ulang seperti campak
atau tifus, yang adalah infeksi umum, dan masa inkubasi yang panjang
memberikan kesempatan yang luas untuk respon kekebalan tubuh untuk
Makrofag, Neutrofil, Mast Cell
Makrofag Neutrofil Mast cell
Ada di berbagai jaringan Terutama berada di darah Terletak di berbagai
jaringan
Fungsi fagositasi dengan Aksi terkait antibody dan Peringatan awal terkait
atau tanpa adanya respon komplemen adanya pathogen
imun

Aksi terkait Antibodi dan T Mampu merespon mediator


cell terkait bakteri, virus,
parasite

Respon cepat dengan


pelepasan mediator
proinflammatory di granul
sitoplasma (histamin,
protease) dan sitokin.
Natural Killer (NK)

 Merupakan bagian innate limfoid cells (ILC) first line


melawan berbagai pathogen.
 Seperti neutrophil dan makrofag, langsung
bergerak cepat ke tempat infeksi membatasi
penyebaran infeksi dengan cara membunuh sel yang
terinfeksi virus atau melalui pembentukan sitokin.
 NK cells juga reseptor yang memiliki afinitas rendah
terhadap IgG.
KOMPLEMEN

 Terdapat dalam serum


 Merupakan rangkaian protein yang saling berkaitan
 Fungsi sebagai mediasi dan memperkuat respon imun
• Proses aktivasi system komplemen :
 Paparan rantai karbohidrat yang ada pada permukaan
mikroorganisme yang tidak ada pada sel manusia
 Paparan antibody yang diproduksi spesifik untuk zat asing
tertentu oleh system imun adaptif
Gambar 6.6
Ada 4 fungsi antimikroba utama, masing-masing yang ditingkatkan ketika kedua jalur klasik dan alternative yang
terlibat ( Gambar 6.6 )

1. Peradangan diinduksi di lokasi reaksi antibodi dengan mikroba atau antigen mikroba
berfokus leukosit dan faktor plasma ke situs ini.
2. Faktor-faktor kemotaktik menarik neutrofil ke situs.
3. Komponen C3b terikat kompleks menempel pada reseptor C3b pada fagosit dan
demikian bertindak sebagai opsonin, mempromosikan fagositosis mikroba dan antigen
mikroba.
4. Di mana antibodi telah bereaksi dengan permukaan mikroorganisme tertentu (Gram-
negative basil, virus menyelimuti, dll) atau dengan sel yang terinfeksi virus, komponen
pelengkap kemudian diaktifkan untuk membentuk kompleks serangan membran. pori-
pori kecil, 9 10 nm diameter, muncul di dinding basil Gram-negatif, misalnya, dan
lisozim (hadir dalam serum) melengkapi efek destruktif. Sel yang terinfeksi dengan
pemula virus dan bantalan antigen virus pada permukaan mereka (lihat Gambar 9.2)
dapat dihancurkan oleh komplemen setelah reaksi dengan antibodi spesifik, bahkan
pada tahap awal dalam proses infeksi.
Kesimpulan
Jenis respon imun ada 2, yaitu :
 Respon imun innate
 Respon imun adaptif

Respon imun innate :


Sudah ada dalam darah
Respon lebih cepat
Respon imun adaptif
Respon imun yang dipelajari
Respon imun lebih lama di paparan pertama, dan lebih cepat di paparan
berulang
• Makrofag , neutrophil, sel NK dan komplemen memainkan
bagian penting sebagai efektor dan penguat reaksi dalam
jaringan.
• Reakasi imun secara khusus dipicu oleh sel T dan B
berdasarkan kemampuan mereka untuk mengenali
antigen dengan cara yang sangat spesifik.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai