Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH SISTEM IMUN DAN

HEMATOLOGI LIMFADENITIS

Dosen pembimbing:Trina Kurniawati, M.Kep.

Disusun oleh:
1. Adi Gunawan (17.1289.S)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN SEKOLAH


TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMADIYAH
PEKAJANGAN PEKALONGAN 2018/2019
TINJAUAN TEORI

LIMFADENITIS

1. Pengertian

Limfadenitis adalah peradangan akut pembuluh limfa, bbiasanya timbul


dari fokus infeksi diekstraminan, dan organisme yang menyebabkan infeksi
adalah streptococcus hemoliticus.

(Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah vol 2).

Limfadenitis adalah peradangan pada satu atau beberapa kelenjar getah


bening.

Limfadenitis adalah peradangan kelenjar getah bening (kelenjar limfe)


regional dari lesi primer akibat adanya infeksi dari bagian tubuh yang lain.
Peradangan tersebut akan menimbulkan hiperplasia kelenjar getah bening
hingga terasa membesar secara klinik. Penyebab infeksi berasal dari organisme
yaitu bakteri, virus, protozoa, riketsia, atau jamur.

2. Etiologi

Limfadenitis bisa disebabkan oleh infeksi dari berbagai, yaitu bakteri,


virus, protozoa, riketsia, atau jamur. Secara khusus infeksi menyebar ke
kelenjar getah bening dari infeksi kulit, telinga, hidung atau mata.

Streptokokus dan bakteri staphylococcal adalah penyebab paling umum


dari limfadenitis, meskipun virus, protozoa, rickettsiae, jamur, dan basil TB
juga dapat menginfeksi kelenjar getah bening. Streptokokus dan bakteri
penyebab adalah pagar staphylococcal limfadenitis Umum, meskipun virus,
protozoa, rickettsiae, jamur, dan TBC juga dapat menginfeksi kelenjar getah
bening
Penyakit yang melibatkan kelenjar getah bening di seluruh tubuh termasuk
mononucleosis, infeksi sitomegalovirus, toksoplasmosis, dan brucellosis.
Gejala awal limfadenitis adalah pembengkakan kelenjar yang disebabkan oleh
penumpukan cairan jaringan dan peningkatan jumlah sel darah putih akibat
respon tubuh terhadap infeksi. Kehilangan nafsu makan, vehicles keringat, nadi
cepat, dan kelemahan.

3. Klasifikasi

Limfadenitis dibagin menjadi dua macam yaitu:

1. Limfadenitis Nonspesifik Akut

Limfadenitis ini bentuknya terbatas pada sekelompok


kelenjar getah bening yang mendrainase suatu fokus infeksi, atau
mungkin generalisata apabila terrjadi infeksi bakteri atau virus
sistemik. Secara histologis, tampak pusat germinativum besar yang
memperlihatkan banyak gambaran mitotik. Apabila keadaan ini
disebabkan oleh organisme piogenik, disekitar folikel dan di dalam
sinus limfoid ditemukan infiltrat neutrofilik. Pada infeksi yang parah,
pusat germinativum mengalami nekrosis sehingga terbentuk abses.
Apabila infeksi terkendali, kelenjar getah bening akan kembali tampak
normal atau terjadi pembentukan jaringan parut apabila dekstruktif.

2. Limfadenitis Nonspesifik Kronik


Menimbulkan tiga pola, bergantung pada agen penyebabnya:
hiperplasia folikel, hiperplasia limfoid parakorteks, atau histiositosis
sinus. Hiperplasia folikel berkaitan dengan infeksi atau proses proses
peradangan yang mengaktifkan sel B. Sel B dalam berbagai tahap
diferensiasi berkumpul di dalam pusat germinativum besar yang bulat
atau oblong (folikel sekunder). Hiperplasia limfoid parakorteks
ditandai dengan perubahan reaktif di dalam regio sel T kelenjar getah
bening. Sel T parafolikel mengalami proliferasi dan transformasi
menjadi imunoblas yang mungkin menyebabkan lenyapnya folikel
germinativum.
4. Tanda dan gejala

Kelenjar getah bening yang terinfeksi akan membesar dan biasanya teraba
lunak dan nyeri. Kadang-kadang kulit diatasnya tampak merah dan teraba
hangat.
Adanya tenggorokan yang merah, bercak-bercak putih pada tonsil, bintik-
bintik merah pada langit-langit mengarahkan infeksi oleh bakteri streptokokus.
Adanya selaput pada dinding tenggorok, tonsil, langit-langit yang sulit dilepas
dan bila dilepas berdarah, pembengkakan pada jaringan lunak leher (bull neck)
mengarahkan kepada infeksi oleh bakteri difteri. Faringitis, ruam-ruam dan
pembesaran limpa mengarahkan kepada infeksi epstein barr virus.
Adanya radang pada selaput mata dan bercak koplik mengarahkan kepada
campak. Adanya pucat, bintik-bintik perdarahan (bintik merah yang tidak
hilang dengan penekanan), memar yang tidak jelas penyebabnya, dan
pembesaran hati dan limpa mengarahkan kepada leukemia. Adanya garis
merah tungkai atau lengan mulai dari luka infeksi berjalan sepanjang aliran
pembuluh limfa. Kelenjar getaah bening akan membesar dan biasanya terasa
lunak dan nyeri. Kadang-kadang kulit di atasnya tampak merah dan teraba
hangat

5. Pemeriksaan Penunjang

a.Ultrasonografi (USG)

USG merupakan salah satu teknik yang dapat dipakai untuk mengetahui
ukuran, bentuk, dan gambaran mikronodular.

b. Biopsi
Biopsi dapat dilakukan dengan mengambil sel keluar melalui jarum atau
dengan operasi menghapus satu atau lebih kelenjar getah bening. Sel-sel
atau kelenjar getah bening akan dibawa ke lab dan diuji. Biopsy KGB
memiliki nilai sensitifitas 98 % dan spesifisitas 95 %. Kegagalan untuk
mengecil setelah 4-6 minggu dapat menjadi indikasi untuk dilaksanakan
biopsy KGB. Biopsi dilakukan terutama bila terdapat tanda dan gejala yang
mengarahkan kepada keganasan.

c. Kultur
Kultur (contoh dikirim ke laboratorium dan diletakkan pada kultur medium
yang membiarkan mikroorganisme untuk berkembang) kemungkinan
diperlukan untuk memastikan diagnosa dan untuk mengidentifikasikan
organisme penyebab infeksi.

d. CT Scan
CT Scan adalah mesin x-ray yang menggunakan komputer untuk
mengambil gambar tubuh Anda untuk mengetahui apa yang mungkin
menyebabkan limfadenitis Anda. Sebelum mengambil gambar, Anda
mungkin akan diberi pewarna melalui IV di pembuluh darah Anda agar
dapat melihat gambar dengan jelas. CT Scan dapat mendeteksi pembesaran
KGB servikalis dengan diameter 5 mm atau lebih.

e. Magnetic Resonance Imaging (MRI)


Magnetic resonance imaging (MRI) digunakan untuk melihat dalam tubuh
Anda. Dokter dapat menggunakan gambar ini untuk mencari penyebab
limfadenitis.

6. Terapi Medis

a. Pengobatan
Pengobatan tergantung dari organisme penyebabnya. Untuk infeksi
bakteri, biasanya diberikan antibiotik per-oral (melalui mulut)
atau intravena (melalui pembuluh darah). Untuk membantu mengurangi
rasa sakit, kelenjar getah bening yang terkena bisa dikompres hangat.
Biasanya jika infeksi telah diobati, kelenjar akan mengecil secara perlahan
dan rasa sakit akan hilang. Kadang-kadang kelenjar yang membesar tetap
keras dan tidak lagi terasa lunak pada perabaan.

b. Pencegahan
Menjaga kesehatan dan kebersihan badan bisa membantu mencegah
terjadinya berbagai infeksi.

7. Patofisiologi

Kelenjar getah bening adalah sebuah jaringan berbentuk oval di dalam


tubuh yang bertindak sebagai penghasil dan penyaring cairan yang disebut
sebagai getah bening (limfosit). Getah bening ini berffungsi dalam pengeluaran
sel-sel mati dan paling utama adalah sebagai alat pertahanan terhadap infeksi.
Sebenarnya kelenjar getah bening merupakan sel-sel kecil. Akan tetapi,
karena dibungkus oleh selubung kapsul, sel-sel tersebut membentuk bulatan-
bulatan kecil. Bagian terbesar dari kelenjar getah bening biasanya disebutt
limfa.
Ketika ada beberapa faktor (yaitu infeksi dari berbagai organisme seperti:
bakteri, virus, hinggagetah bening, maka kelenjar getah bening akan menyaring
mikoorganisme yang masuk dan membentuk immunoglobulin sebagai
pertahanan tubuh, namun ketika kelenjar getah bening tidak mampu menyaring
semua mikoorganisme yang menginfeksi maka mikoorganisme tersebut akan
meninfeksi kelenjar getah bening sehingga menyebabkan inflamasi atau
peradangan pada kelenjar getah bening.
Ketiika terjadi proses inflamasi pada kelenjar getah bening maka akan
timbul tumor, rubor, kolor, dolor, dan fungsiolesa pada kelenjar getah bening.
Tumor adalah pembesaran pada kelenjar getah bening yang menyebabkan
jaringan di atasnya akan muncul benjolan, serta pembesaran tersebut menekan
sel-sel saraf sehingga menimbulkan nyeri atau dolor, sedangkan rubor dan
kolor sendiri menyebabkan jaringan di atasnya (kulit) akan tampak kemerahan
teraba hangat. Proses inflamasi ini menyebabkan fungsi kelenjar getah bening
sendiri yakni sebagai system pertahanan tubuh, sehinapatgga ketika terjadi
fungsiolesa terdapat kemungkinan terjadinya infeksi lain atau penyebaran
infeksi oleh mikoorganisme yang sebelumnya telah meninfeksi.

8. PATHWAY

Mikroorganisme asing

Nodus limfatik

Port de’entree

Mikroorganisme masuk

Nodus limfe tak mampu


membantu imunoglobulin
Inflamasi(rubor,tumor,kalor,do
lor,fungsiolesa)

Penurunan limfa Penekanan perifer


(nodus limfatik tidak
dapat berfungsi
Mikroorganisme Nyeri
masuk ke aliran
darah
Asuhan Keperawatan
Resiko penyebaran
infeksi
1. Pengkajian

Gejala pada Limfadenitis secara fisik dapat timbul benjolan yang


kenyal, terasa nyeri, mudah digerakkan (pada leher, ketiak atau pangkal paha).
Pembesaran kelenjar tadi dapat dimulai dengan gejala penurunan berat badan,
demam, keringat malam. Hal ini dapat segera dicurigai sebagai Limfadenitis.
Namun tidak semua benjolan yang terjadi di sistem limfatik merupakan
Limfadenitis. Bisa saja benjolan tersebut hasil perlawanan kelenjar limfe
dengan sejenis virus atau mungkin tuberculosis limfa.
Pada pengkajian data yang dapat ditemukan pada pasien limfadenitis antara
lain :

1. Data subjektif
a. Demam berkepanjangan dengan suhu lebih dari 38ᴼC
b. Sering keringat malam.
c. Cepat merasa lelah
d. Badan Lemah
e. Mengeluh nyeri pada benjolan
f. Nafsu makan berkurang
2. Data Obyektif
a. Timbul benjolan yang kenyal mudah digerakkan pada leher, ketiak
atau pangkal paha.
b. Wajah pucat

3. Kebutuhan dasar
a. Aktivitas/istirahat

Gejala :
- Kelelahan, kelemahan atau malaise umum.
- Kehilangan produktifitas dan penurunan toleransi latihan
- Kebutuhan tidur dan istirahat lebih banyak

Tanda :
- Penurunan kekuatan, bahu merosot, jalan lamban dan tanda lain
yang menunjukkan kelelahan

b. Sirkulasi
Gejala :
- Palpitasi, angina/nyeri dada

Tanda :
- Takikardia, disritmia.
- Sianosis wajah dan leher (obstruksi drainase vena karena
pembesaran nodus limfa adalah kejadian yang jarang)
- Ikterus sklera dan ikterik umum sehubungan dengan kerusakan
hati dan obtruksi duktus empedu dan pembesaran nodus
limfa(mungkin tanda lanjut
- Pucat (anemia), diaforesis, keringat malam.
c. Integritas ego
Gejala :

- Faktor stress, misalnya sekolah, pekerjaan, keluarga


- Takut/ansietas sehubungan dengan diagnosis dan kemungkinan
takut mati
- Takut sehubungan dengan tes diagnostik dan modalitas
pengobatan (kemoterapi dan terapi radiasi)
- Masalah finansial : biaya rumah sakit, pengobatan mahal, takut
kehilangan pekerjaan sehubungan dengan kehilangan waktu
kerja.
- Status hubungan : takut dan ansietas sehubungan menjadi orang
yang tergantung pada keluarga.

Tanda :

- Berbagai perilaku, misalnya marah, menarik diri, pasif

d. Eliminasi
Gejala :
- Perubahan karakteristik urine dan atau feses.
- Riwayat Obstruksi usus, contoh intususepsi, atau sindrom
malabsorbsi (infiltrasi dari nodus limfa retroperitoneal)

Tanda :
- Nyeri tekan pada kuadran kanan atas dan pembesaran pada
palpasi (hepatomegali)
- Nyeri tekan pada kudran kiri atas dan pembesaran pada palpasi
(splenomegali)
- Penurunan haluaran urine urine gelap/pekat, anuria (obstruksi
uretal/ gagal ginjal).
- Disfungsi usus dan kandung kemih (kompresi batang spinal
terjadi lebih lanjut)
e. Makanan/cairan
Gejala :
- Anoreksia/kehilangna nafsu makan
- Disfagia (tekanan pada easofagus)
- Adanya penurunan berat badan yang tak dapat dijelaskan sama
dengan 10% atau lebih dari berat badan dalam 6 bulan
sebelumnya dengan tanpa upaya diet.

Tanda :
- Pembengkakan pada wajah, leher, rahang atau tangan kanan
(sekunder terhadap kompresi venakava superior oleh
pembesaran nodus limfa)
- Ekstremitas : edema ekstremitas bawah sehubungan dengan
obtruksi vena kava inferior dari pembesaran nodus limfa
intraabdominal (non-Hodgkin)
- Asites (obstruksi vena kava inferior sehubungan dengan
pembesaran nodus limfa intraabdominal)

f. Neurosensori
Gejala :
- Nyeri saraf (neuralgia) menunjukkan kompresi akar saraf oleh
pembesaran nodus limfa pada brakial, lumbar, dan pada pleksus
sakral
- Kelemahan otot, parestesia.

Tanda :
- Status mental : letargi, menarik diri, kurang minatumum
terhadap sekitar.
- Paraplegia (kompresi batang spinaldari tubuh vetrebal,
keterlibatan diskus pada kompresiegenerasi, atau kompresi
suplai darah terhadap batang spinal.

g. Nyeri/kenyamanan
Gejala :
- Nyeri tekan/nyeri pada nodus limfa yang terkena misalnya,
pada sekitar mediastinum, nyeri dada, nyeri punggung
(kompresi vertebra), nyeri tulang umum (keterlibatan tulang
limfomatus).
- Nyeri segera pada area yang terkena setelah minum alkohol.
Tanda
- Fokus pada diri sendiri, perilaku berhati-hati.

h. Pernapasan
Gejala :
- Dispnea pada kerja atau istirahat; nyeri dada.

Tanda :
- Dispnea, takikardia
- Batuk kering non-produktif
- Tanda distres pernapasan, contoh peningkatan frekwensi
pernapasan dan kedaalaman penggunaan otot bantu, stridor,
sianosis.
- Parau/paralisis laringeal (tekanan dari pembesaran nodus pada
saraf laringeal).
i. Keamanan
Gejala :
- Riwayat sering/adanya infeksi (abnormalitasimunitas seluler
pwencetus untuk infeksi virus herpes sistemik, TB,
toksoplasmosis atau infeksi bakterial)
- Riwayat monokleus (resiko tinggi penyakit Hodgkin pada
pasien yang titer tinggi virus Epstein-Barr).
- Riwayat ulkus/perforasi perdarahan gaster.
Pola sabit adalah peningkatan suhu malam hari terakhir sampai
beberapa minggu (demam pel Ebstein) diikuti oleh periode
demam, keringat malam tanpa menggigil.
- Kemerahan/pruritus umum

Tanda :
- Demam menetap tak dapat dijelaskan dan lebih tinggi dari
38oC tanpa gejala infeksi.
- Nodus limfe simetris, tak nyeri,membengkak/membesar (nodus
servikal paling umum terkena, lebih pada sisi kiri daripada
kanan, kemudian nodus aksila dan mediastinal)
- Nodus dapat terasa kenyal dan keras, diskret dan dapat
digerakkan.
- Pembesaran tosil
- Pruritus umum.
- Sebagian area kehilangan pigmentasi melanin (vitiligo)

j. Seksualitas
Gejala :
- Masalah tentang fertilitas/ kehamilan (sementara penyakit tidak
mempengaruhi, tetapi pengobatan mempengaruhi)
- Penurunan libido.

k. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala :
- Faktor resiko keluargaa (lebih tinggi insiden diantara keluarga
pasien
- Hodgkin dari pada populasi umum)
- Pekerjaan terpajan pada herbisida (pekerja kayu/kimia)
-
2. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan pembesaran kelenjar getah bening


sekunder akibat terinfeksi.
2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya inflamasi.
3. Gangguan nutrisi kurang dari tubuh berhubungan dengan disfagia.
4. Berduka yang berhubungan dengan kehilangan, kemungkinan karena
perubahan peran dan fungsi diri.
5. Gangguan gambaran diri yang berhubungan dengan perubahan
penampilan, peran, dan fungsi.

3. Intervensi
Diagnosa 1:
Intervensi:
1. Kaji karakteristik nyeri, lokasi, dan durasi.
2. Ajarkan strategi baru untuk meredakan nyeri, distraksi, imajinasi,
relaksasi, dan stimulasi kutan.
3. Kaji faktor lain yang menunjang nyeri, keletihan, dan marah klien.
4. Berikan anelgetik untuk meningkatkan peredaan nyeri optimal
dalam batas resep dokter.
5. Kaji respon perilaku pasien terhadap nyeri.

Rasional:
1. Dasar untuk mengkaji perubahan pada tingkat nyeri dan
mengevaluasi nyeri.
2. Meningkatkan jumlah pilihan dan strategi yang tersedia bagi klien.
3. Memberikan data tentang faktor yang menurunkan kemampuan
klien untuk menoleransi nyeri.
4. Analgetik cenderung lebih efektif ketika diberikan secara dini pada
siklus nyeri.
5. Memberikan siklus informasi tambahan tentang nyeri klien.

Diagnosa 2:
Intervensi:
1. Kaji kulit dengan sering terhadap efek smping kanker.
2. Mandikan dengan menggunakan air hangat dan sabun ringan.
3. Anjurkan pasien untuk menghindari krim kulit apapun kecuali
diizinkzn dokter.
4. Hindari pakaian yang ketat pada area tersebut.

Rasional:
1. Agar PH klien dapat diketahui sehingga dapat diambil tindakan
yang akan dilakukan selnjutnya.
2. Agar melancarkan peredaran darah(vasodilatasi) penggunaan sabun
agar bau badan klien tidak ada.
3. Agar terhindar dari iritasi kulit sehingga tidak mengakibatkan
infeksi kulit.
4. Agar tidak menimbulkan keringat berlebihan sehingga integritas
kulit tidak terjadi.

Diagnosa 3:
Intervensi:
1. Sesuaikan diet sebelum dan sesudah pemberian obat sesuai dengan
kesukaan dan toleransi pasien.
2. Cegah pandangan, bau dan bunyi-bunyi tidak menyenangkan di
lingkungan.
3. Berikan antiemetic, sedative, dan kortikosteroid yang diresepkan.
4. Pastikan hidrasi cairan yang adekuat sebelum, selama, dan sesudah
pemberian obat. Kaji intake dan output cairan.
5. Berikan dukungan kepada klien agar dapat menjaga personal
hygiene dengan baik.

Rasional:
1. Setiap klien berespon secara berbeda terhadap makanan setelah
kemoterapi, makanan kesukaan dapat meredakan mual dan muntah.
2. Sensasi tidak menyenangkan dapat menstimulasi pusat mual dan
muntah.
3. Kombinasi terapi obat berupaya untuk mengurangi mual muntah
melalui kontrol berbagai faktor pencetus.
4. Volume cairan yang adekuat akan mengencerkan kadar obat,
mengurangi stimulasi reseptor muntah.
5. Mengurangi rasa yang tidak menyenangkan.

Diagnosa 4:
Intevensi:
1. Bantu klien untuk mengungkapkan ketakutan, kekhawatiran, dan
pertanyaan tentang penyakit, pengobatan, serta implikasinya di
masa yang akan mendatang.
2. Berikan dukungan partisipasi aktif dari klien dan keluarganya
dalam keputusan perawatan dan pengobatan.
3. Berikan dukungan agar klien dapat membuang perasaan negative.
4. Berikan waktu untuk klien menangis dan mengekspresikan
kesedihannya.
5. Libatkan petugas sesuai dengan yang diinginkan oleh pasien dan
keluarga.
6. Ciptakan situasi yang memungkinkan untuk beralih melewati
proses berduka.

Rasional:
1. Dasar pengetahuan yang akurat dan meningkat akan mengurangi
ansietas dan meluruskan miskonsepsi.
2. Partisipasi aktif akan mempertahankan kemandirian dan kontrol
emosi klien.
3. Hal ini memungkinkan untuk mengekspresikan emosional tanpa
kehilangan harga diri.
4. Perasaan ini diperlukan untuk terjadinya perpisahan dan
kerenggangan.
5. Guna memfasilitasi proses berduka dan perawatan spiritual.
6. Proses berduka beragam. Oleh karena itu, untuk menyelesaikan
proses berduka, keragaman ini harus dibiarkan terjadi.

Diagnosa 5:
Intervensi:
1. Kaji perasaan klien tentang gambaran dan tingkat harga diri.
2. Berikan motivasi untuk keikutsertakan yang kontinu dalam
aktivitas dan pembuatan keputusan.
3. Berikan dukungan pada klien untuk mengungkapkan
kekhawatirannya.
4. Bantu klien dalam perawatan diri ketika keletihan.

Rasional:
1. Setiap klien berespon secara berbeda terhadap kemoterapi.
2. Memberikan motivasi memungkinkan kontrol kontinu terhadap
kejadian dan diri klien.
3. Mengidentifikasi kekhawatiran merupakan satu tahadapan penting
dalam mengatasinya.
4. Kesejahteraan fisik meningkatkan harga diri.

DAFTAR PUSTAKA

Suddarth,& Brunner.2002,Buku Ajar KEPERAWATAN


MEDIKAL BEDAH,Jakarta : EGC

Marilyna.E Doengoes,2000.Rencana Asuhan Keperawatan.Edisi


3.Jakarta: EGC

http;//medicastore.com/penyakit/195/Limfadenitis

Wim,de jong.2005.Buku Ajar Ilmu Bedah.ed.2.Jakarta: EGC

Hasan Rusepno dkk.2005.Buku Kuliah Ilmu Kesehatan


Anak.Jakarta.Informadika

Anda mungkin juga menyukai