HEMATOLOGI LIMFADENITIS
Disusun oleh:
1. Adi Gunawan (17.1289.S)
LIMFADENITIS
1. Pengertian
2. Etiologi
3. Klasifikasi
Kelenjar getah bening yang terinfeksi akan membesar dan biasanya teraba
lunak dan nyeri. Kadang-kadang kulit diatasnya tampak merah dan teraba
hangat.
Adanya tenggorokan yang merah, bercak-bercak putih pada tonsil, bintik-
bintik merah pada langit-langit mengarahkan infeksi oleh bakteri streptokokus.
Adanya selaput pada dinding tenggorok, tonsil, langit-langit yang sulit dilepas
dan bila dilepas berdarah, pembengkakan pada jaringan lunak leher (bull neck)
mengarahkan kepada infeksi oleh bakteri difteri. Faringitis, ruam-ruam dan
pembesaran limpa mengarahkan kepada infeksi epstein barr virus.
Adanya radang pada selaput mata dan bercak koplik mengarahkan kepada
campak. Adanya pucat, bintik-bintik perdarahan (bintik merah yang tidak
hilang dengan penekanan), memar yang tidak jelas penyebabnya, dan
pembesaran hati dan limpa mengarahkan kepada leukemia. Adanya garis
merah tungkai atau lengan mulai dari luka infeksi berjalan sepanjang aliran
pembuluh limfa. Kelenjar getaah bening akan membesar dan biasanya terasa
lunak dan nyeri. Kadang-kadang kulit di atasnya tampak merah dan teraba
hangat
5. Pemeriksaan Penunjang
a.Ultrasonografi (USG)
USG merupakan salah satu teknik yang dapat dipakai untuk mengetahui
ukuran, bentuk, dan gambaran mikronodular.
b. Biopsi
Biopsi dapat dilakukan dengan mengambil sel keluar melalui jarum atau
dengan operasi menghapus satu atau lebih kelenjar getah bening. Sel-sel
atau kelenjar getah bening akan dibawa ke lab dan diuji. Biopsy KGB
memiliki nilai sensitifitas 98 % dan spesifisitas 95 %. Kegagalan untuk
mengecil setelah 4-6 minggu dapat menjadi indikasi untuk dilaksanakan
biopsy KGB. Biopsi dilakukan terutama bila terdapat tanda dan gejala yang
mengarahkan kepada keganasan.
c. Kultur
Kultur (contoh dikirim ke laboratorium dan diletakkan pada kultur medium
yang membiarkan mikroorganisme untuk berkembang) kemungkinan
diperlukan untuk memastikan diagnosa dan untuk mengidentifikasikan
organisme penyebab infeksi.
d. CT Scan
CT Scan adalah mesin x-ray yang menggunakan komputer untuk
mengambil gambar tubuh Anda untuk mengetahui apa yang mungkin
menyebabkan limfadenitis Anda. Sebelum mengambil gambar, Anda
mungkin akan diberi pewarna melalui IV di pembuluh darah Anda agar
dapat melihat gambar dengan jelas. CT Scan dapat mendeteksi pembesaran
KGB servikalis dengan diameter 5 mm atau lebih.
6. Terapi Medis
a. Pengobatan
Pengobatan tergantung dari organisme penyebabnya. Untuk infeksi
bakteri, biasanya diberikan antibiotik per-oral (melalui mulut)
atau intravena (melalui pembuluh darah). Untuk membantu mengurangi
rasa sakit, kelenjar getah bening yang terkena bisa dikompres hangat.
Biasanya jika infeksi telah diobati, kelenjar akan mengecil secara perlahan
dan rasa sakit akan hilang. Kadang-kadang kelenjar yang membesar tetap
keras dan tidak lagi terasa lunak pada perabaan.
b. Pencegahan
Menjaga kesehatan dan kebersihan badan bisa membantu mencegah
terjadinya berbagai infeksi.
7. Patofisiologi
8. PATHWAY
Mikroorganisme asing
Nodus limfatik
Port de’entree
Mikroorganisme masuk
1. Data subjektif
a. Demam berkepanjangan dengan suhu lebih dari 38ᴼC
b. Sering keringat malam.
c. Cepat merasa lelah
d. Badan Lemah
e. Mengeluh nyeri pada benjolan
f. Nafsu makan berkurang
2. Data Obyektif
a. Timbul benjolan yang kenyal mudah digerakkan pada leher, ketiak
atau pangkal paha.
b. Wajah pucat
3. Kebutuhan dasar
a. Aktivitas/istirahat
Gejala :
- Kelelahan, kelemahan atau malaise umum.
- Kehilangan produktifitas dan penurunan toleransi latihan
- Kebutuhan tidur dan istirahat lebih banyak
Tanda :
- Penurunan kekuatan, bahu merosot, jalan lamban dan tanda lain
yang menunjukkan kelelahan
b. Sirkulasi
Gejala :
- Palpitasi, angina/nyeri dada
Tanda :
- Takikardia, disritmia.
- Sianosis wajah dan leher (obstruksi drainase vena karena
pembesaran nodus limfa adalah kejadian yang jarang)
- Ikterus sklera dan ikterik umum sehubungan dengan kerusakan
hati dan obtruksi duktus empedu dan pembesaran nodus
limfa(mungkin tanda lanjut
- Pucat (anemia), diaforesis, keringat malam.
c. Integritas ego
Gejala :
Tanda :
d. Eliminasi
Gejala :
- Perubahan karakteristik urine dan atau feses.
- Riwayat Obstruksi usus, contoh intususepsi, atau sindrom
malabsorbsi (infiltrasi dari nodus limfa retroperitoneal)
Tanda :
- Nyeri tekan pada kuadran kanan atas dan pembesaran pada
palpasi (hepatomegali)
- Nyeri tekan pada kudran kiri atas dan pembesaran pada palpasi
(splenomegali)
- Penurunan haluaran urine urine gelap/pekat, anuria (obstruksi
uretal/ gagal ginjal).
- Disfungsi usus dan kandung kemih (kompresi batang spinal
terjadi lebih lanjut)
e. Makanan/cairan
Gejala :
- Anoreksia/kehilangna nafsu makan
- Disfagia (tekanan pada easofagus)
- Adanya penurunan berat badan yang tak dapat dijelaskan sama
dengan 10% atau lebih dari berat badan dalam 6 bulan
sebelumnya dengan tanpa upaya diet.
Tanda :
- Pembengkakan pada wajah, leher, rahang atau tangan kanan
(sekunder terhadap kompresi venakava superior oleh
pembesaran nodus limfa)
- Ekstremitas : edema ekstremitas bawah sehubungan dengan
obtruksi vena kava inferior dari pembesaran nodus limfa
intraabdominal (non-Hodgkin)
- Asites (obstruksi vena kava inferior sehubungan dengan
pembesaran nodus limfa intraabdominal)
f. Neurosensori
Gejala :
- Nyeri saraf (neuralgia) menunjukkan kompresi akar saraf oleh
pembesaran nodus limfa pada brakial, lumbar, dan pada pleksus
sakral
- Kelemahan otot, parestesia.
Tanda :
- Status mental : letargi, menarik diri, kurang minatumum
terhadap sekitar.
- Paraplegia (kompresi batang spinaldari tubuh vetrebal,
keterlibatan diskus pada kompresiegenerasi, atau kompresi
suplai darah terhadap batang spinal.
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala :
- Nyeri tekan/nyeri pada nodus limfa yang terkena misalnya,
pada sekitar mediastinum, nyeri dada, nyeri punggung
(kompresi vertebra), nyeri tulang umum (keterlibatan tulang
limfomatus).
- Nyeri segera pada area yang terkena setelah minum alkohol.
Tanda
- Fokus pada diri sendiri, perilaku berhati-hati.
h. Pernapasan
Gejala :
- Dispnea pada kerja atau istirahat; nyeri dada.
Tanda :
- Dispnea, takikardia
- Batuk kering non-produktif
- Tanda distres pernapasan, contoh peningkatan frekwensi
pernapasan dan kedaalaman penggunaan otot bantu, stridor,
sianosis.
- Parau/paralisis laringeal (tekanan dari pembesaran nodus pada
saraf laringeal).
i. Keamanan
Gejala :
- Riwayat sering/adanya infeksi (abnormalitasimunitas seluler
pwencetus untuk infeksi virus herpes sistemik, TB,
toksoplasmosis atau infeksi bakterial)
- Riwayat monokleus (resiko tinggi penyakit Hodgkin pada
pasien yang titer tinggi virus Epstein-Barr).
- Riwayat ulkus/perforasi perdarahan gaster.
Pola sabit adalah peningkatan suhu malam hari terakhir sampai
beberapa minggu (demam pel Ebstein) diikuti oleh periode
demam, keringat malam tanpa menggigil.
- Kemerahan/pruritus umum
Tanda :
- Demam menetap tak dapat dijelaskan dan lebih tinggi dari
38oC tanpa gejala infeksi.
- Nodus limfe simetris, tak nyeri,membengkak/membesar (nodus
servikal paling umum terkena, lebih pada sisi kiri daripada
kanan, kemudian nodus aksila dan mediastinal)
- Nodus dapat terasa kenyal dan keras, diskret dan dapat
digerakkan.
- Pembesaran tosil
- Pruritus umum.
- Sebagian area kehilangan pigmentasi melanin (vitiligo)
j. Seksualitas
Gejala :
- Masalah tentang fertilitas/ kehamilan (sementara penyakit tidak
mempengaruhi, tetapi pengobatan mempengaruhi)
- Penurunan libido.
k. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala :
- Faktor resiko keluargaa (lebih tinggi insiden diantara keluarga
pasien
- Hodgkin dari pada populasi umum)
- Pekerjaan terpajan pada herbisida (pekerja kayu/kimia)
-
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi
Diagnosa 1:
Intervensi:
1. Kaji karakteristik nyeri, lokasi, dan durasi.
2. Ajarkan strategi baru untuk meredakan nyeri, distraksi, imajinasi,
relaksasi, dan stimulasi kutan.
3. Kaji faktor lain yang menunjang nyeri, keletihan, dan marah klien.
4. Berikan anelgetik untuk meningkatkan peredaan nyeri optimal
dalam batas resep dokter.
5. Kaji respon perilaku pasien terhadap nyeri.
Rasional:
1. Dasar untuk mengkaji perubahan pada tingkat nyeri dan
mengevaluasi nyeri.
2. Meningkatkan jumlah pilihan dan strategi yang tersedia bagi klien.
3. Memberikan data tentang faktor yang menurunkan kemampuan
klien untuk menoleransi nyeri.
4. Analgetik cenderung lebih efektif ketika diberikan secara dini pada
siklus nyeri.
5. Memberikan siklus informasi tambahan tentang nyeri klien.
Diagnosa 2:
Intervensi:
1. Kaji kulit dengan sering terhadap efek smping kanker.
2. Mandikan dengan menggunakan air hangat dan sabun ringan.
3. Anjurkan pasien untuk menghindari krim kulit apapun kecuali
diizinkzn dokter.
4. Hindari pakaian yang ketat pada area tersebut.
Rasional:
1. Agar PH klien dapat diketahui sehingga dapat diambil tindakan
yang akan dilakukan selnjutnya.
2. Agar melancarkan peredaran darah(vasodilatasi) penggunaan sabun
agar bau badan klien tidak ada.
3. Agar terhindar dari iritasi kulit sehingga tidak mengakibatkan
infeksi kulit.
4. Agar tidak menimbulkan keringat berlebihan sehingga integritas
kulit tidak terjadi.
Diagnosa 3:
Intervensi:
1. Sesuaikan diet sebelum dan sesudah pemberian obat sesuai dengan
kesukaan dan toleransi pasien.
2. Cegah pandangan, bau dan bunyi-bunyi tidak menyenangkan di
lingkungan.
3. Berikan antiemetic, sedative, dan kortikosteroid yang diresepkan.
4. Pastikan hidrasi cairan yang adekuat sebelum, selama, dan sesudah
pemberian obat. Kaji intake dan output cairan.
5. Berikan dukungan kepada klien agar dapat menjaga personal
hygiene dengan baik.
Rasional:
1. Setiap klien berespon secara berbeda terhadap makanan setelah
kemoterapi, makanan kesukaan dapat meredakan mual dan muntah.
2. Sensasi tidak menyenangkan dapat menstimulasi pusat mual dan
muntah.
3. Kombinasi terapi obat berupaya untuk mengurangi mual muntah
melalui kontrol berbagai faktor pencetus.
4. Volume cairan yang adekuat akan mengencerkan kadar obat,
mengurangi stimulasi reseptor muntah.
5. Mengurangi rasa yang tidak menyenangkan.
Diagnosa 4:
Intevensi:
1. Bantu klien untuk mengungkapkan ketakutan, kekhawatiran, dan
pertanyaan tentang penyakit, pengobatan, serta implikasinya di
masa yang akan mendatang.
2. Berikan dukungan partisipasi aktif dari klien dan keluarganya
dalam keputusan perawatan dan pengobatan.
3. Berikan dukungan agar klien dapat membuang perasaan negative.
4. Berikan waktu untuk klien menangis dan mengekspresikan
kesedihannya.
5. Libatkan petugas sesuai dengan yang diinginkan oleh pasien dan
keluarga.
6. Ciptakan situasi yang memungkinkan untuk beralih melewati
proses berduka.
Rasional:
1. Dasar pengetahuan yang akurat dan meningkat akan mengurangi
ansietas dan meluruskan miskonsepsi.
2. Partisipasi aktif akan mempertahankan kemandirian dan kontrol
emosi klien.
3. Hal ini memungkinkan untuk mengekspresikan emosional tanpa
kehilangan harga diri.
4. Perasaan ini diperlukan untuk terjadinya perpisahan dan
kerenggangan.
5. Guna memfasilitasi proses berduka dan perawatan spiritual.
6. Proses berduka beragam. Oleh karena itu, untuk menyelesaikan
proses berduka, keragaman ini harus dibiarkan terjadi.
Diagnosa 5:
Intervensi:
1. Kaji perasaan klien tentang gambaran dan tingkat harga diri.
2. Berikan motivasi untuk keikutsertakan yang kontinu dalam
aktivitas dan pembuatan keputusan.
3. Berikan dukungan pada klien untuk mengungkapkan
kekhawatirannya.
4. Bantu klien dalam perawatan diri ketika keletihan.
Rasional:
1. Setiap klien berespon secara berbeda terhadap kemoterapi.
2. Memberikan motivasi memungkinkan kontrol kontinu terhadap
kejadian dan diri klien.
3. Mengidentifikasi kekhawatiran merupakan satu tahadapan penting
dalam mengatasinya.
4. Kesejahteraan fisik meningkatkan harga diri.
DAFTAR PUSTAKA
http;//medicastore.com/penyakit/195/Limfadenitis