Anda di halaman 1dari 13

TUGAS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

“ASUHAN KEPERAWATAN MASTOIDITIS”

DOSEN PEMBIMBING :

HARMAWATI, S.KP, M.KEP

DISUSUN OLEH :

INDRI SEPTIA

NIM : 1802177

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES SYEDZA SAINTIKA PADANG

TAHUN AJARAN 2019/2020


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat dan kasih sayang-Nya lah sehingga kami dapat menyusun Makalah dengan
judul “Askep mastoiditis” sebagai salah satu tugas untuk memenuhi syarat perkuliahan.
            Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik ditinjau dari
segi isi maupun penulisannya. Karena itu bimbingan dan arahan untuk kesempurnaan makalah
ini masih sangat diperlukan dari berbagai pihak.
            Kami  menyadari pula bahwa makalah ini selesai tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak, baik materil maupun moril. Untuk itu kepada semua pihak yang telah memberikan
bimbingan dan bantuan, kami menyampaikan ucapan terima kasih pada dosen terutam teman-
teman yang telah membantu dengan informasi dan dukungan moril.  Semoga amal kalian  dapat
diterima oleh Tuhan Yang Maha Esa. Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

Padang, April 2020

Penulis

 
BAB 1

PENDAHULUAN

A.       Latar BELAKANG

Dari catatan medis di salah satu rumah sakit di Jakarta Pusat sepanjang Januari 2004 sampai
Desember 2005 didapatkan 95 pasien dengan mastoiditis akut. Hanya pasien yang belum
mendapatkan pengobatan baik topikal ataupun sistemik sekurangnya 5 hari terakhir yang
dilakukan dalam penelitian. Angka kejadian mastoiditis rata-rata 27 tahun termuda 5 tahun dan
tertua 70 tahun terbanyak antara 21-30 tahun (36,8%) terhadap kesamaan distribusi gender dalam
penelitian ini (laki-laki 53,7% dan wanita 46,3%).(anonim, 2008)

Mastoiditis dapat terjadi pada pasien-pasien imunosupresi atau mereka yang menelantarkan otitis
media akut yang dideritanya. Penyakit ini agaknya berkaitan dengan virulensi dari organisme
penyebab yang hampir sama dengan penyebab otitis media akut. Bila tidak segera tertangani
akan terjadi komplikasi serius seperti meningitis dan abses otot.

Kelompok mencoba memaparkan tentang konsep mastoiditis beserta asuhan keperawatannya


dengan harapan dapat berguna bagi mahasiswa maupun praktisi kesehatan sebagai salah satu
sumber referensi.

B.   Tujuan

1. Tujuan Umum

Menjelaskan tentang konsep dan asuhan keperawatan yang harus diberikan kepada klien dengan
mastoiditis.

1. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu memberikan pengkajian pada pasien mastoiditis
2. Mahasiswa mampu memberikan diagnosa pada pasien mastoiditis
3. Mahasiswa mampu memberikan intervensi pada pasien mastoiditis
4. Mahasiswa mampu memberikan implementasi pada pasien mastoiditis
5. Mahasiswa mampu memberikan evaluasi pada pasien mastoiditis

 
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A.      ANATOMI FISIOLOGI

Indra pendengar merupakan salah satu alat pancaindra untuk mendengar.anatomi telinga terdiri
dari telinga bagian luar,tengah dan dalam.

1. Telinga bagian luar

Aurikula (daum telinga),menampung gelombang suara yang datang dari luar masuk ke dalam
telinga.

Meatus akustikus eksterna(liang telinga), saluran penghubung aurikula dengan membran


timpani,panjang nya ±2,5 cm, terdiri dari tulang rawan dan tulang keras. Saluran ini mengandung
rambut,kelenjer sebasea,dan kelenjer keringat,khususnya menghasilkan sekret-sekret berbentuk
serum.

Membran tympani Antara telinga luar dan telinga tengah terdapat selaput gendang telinga yang
disebut membran timpani.

1. Telinga bagian tengah

Kavum timpani,rongga di dalam tulang temporalis yang di dalam nya terdapat tiga buah tulang
pendengaran yaitu maleus,inkus dan stapes yang melekat pada bagian dalam membran
timpani.bagian dalam tulang stapesmembuka pada fenestra ovalis.

Antrum timpani meruoakan rongga tidak teratur yang agak luas,terletak di bagian bawah
samping dari kavum timpani. Antrum timpani dilapisi oleh mukosa,merupakan lanjutan dari
lapisan mukosa,merupakan lanjutan dari lapisan mukosa kavum timpani.rongga ini berhubungan
dengan beberapa rongga kecil yang disebut sellula mastoid yangterdapat dibelakang bawah
antrum,di dalam tulang temporalis.

Tuba auditiva eustaki,saluran tulang rawan yang panjangnya ±3,7 cm berjalan miring kebawah
agak kedepan,dilapisi oleh lapisan mukosa.

1. Telinga bagian dalam

Telinga bagian dalam terletak pada bagian tulang keras pilorus temporalis,terdapat reseptor
pendengaran dan alat pendengar ini disebut labirin.

Labirintus osseous,serangkaian saluran bawah di kelilingi oleh cairan yang dinamakan perilimfe.

Proses mendengar ditimbulkan oleh getaran atmosfer yang dikenal sebagai gelombang suara
yang kecepatan dan volumenya berbeda-beda. Gelombang suara bergerak melalui rongga telinga
luar(auris eksterna)yang menyebabkan membran timpani bergetar.getaran-getaran tersebut
diteruskan menuju inkus dan stapes melalui maleus yang terkait pada membran itu. Karena
getaran yang timbul pada setiap tulang itu sendiri, maka tulang akan memperbesar getaran yang
kemudian disalurkan ke fenestra vestibuler menuju perilimfe.getaran perilimfe dialihkan melalui
membran menuju endolimfe dalam saluran koklea dan rangsangan mencapai ujung-ujung akhir
saraf dalam organ korti selanjutnya dihantarkan menuju otak.

B.        Definisi

Mastoiditis merupakan peradangan tulang mastoid, biasanya berasal dari kavum timpani.
Perluasan infeksi telinga bagian tengah yang berulang ulang dapat menyebabkan timbulnya
perubahan pada mastoid berupa penebalan mukosa dan terkumpulnya eksudat. Lama kelamaan
terjadi peradangan tulang (osteitis) dan pengumpulan eksudat/nanah yang makin banyak,yang
akhirnya mencari jalan keluar. Daerah yang lemah biasanya terletak di belakang telinga,
menyebabkan abses superiosteum ( Sumber, tahun)

C.     Etiologi

Menurut Reeves (2001: 19) etiologi mastoiditis adalah:

1. Menyebarnya infeksi dari telinga bagian tengah, infeksi dan nanah mengumpul di sel-sel
udara mastoid
2. Mastoiditis dapat terjadi 2-3 minggu setelah otitis media akut

Menurut George (1997: 106) etiologi mastoiditis antara lain:

1. Klien imunosupresi atau orang yang menelantarkan otitis media akut yang dideritanya
2. Berkaitan dengan virulensi dari organisme penyebab otitis media akut  yaitu
streptococcus pnemonieae.

Bakteri penyebab lain  ialah Streptococcus hemolytikus (60%), Pneumococcus (30 %),
staphylococcus albus, Streptococcus  viridians, H. Influenza

D.         Manifestasi Klinis

Menurut George (1997: 106) manifestasi klinis pada penderita mastoiditis antara lain:

1. Demam biasanya hilang dan timbul.


2. Nyeri cenderung menetap dan berdenyut, terletak di sekitar dan di dalam telinga, dan
mengalami nyeri tekan pada mastoid.
3. Gangguan pendengaran sampai dengan kehilangan pendengaran.
4. Membran timpani menonjol berisi kulit yang telah rusak dan bahas sebaseus (lemak).
5. Dinding posterior kanalis menggantung.
6. Pembengkakan postaurikula.
7. Temuan radiologis yaitu adanya apasifikasi pada sel-sel udara mastoid oleh cairan dan
hilangnya trabukulasi normal sel-sel tersebut.
8. Keluarnya cairan yang melimpah melalui liang telinga dan berbau.

E.     Patofisiologi

Mastoiditis umumnya disebabkan oleh Infeksi oleh streptococcus (60%), pneumococcus


(30%), staphylococcus aureus/albus, s. viridians, H. influezae. Bakteri ini menyerang telinga
bagian luar kemudian menjalar ke cavum tympani. Cavum tympani mengalami peradangan. 
Eksudat mulai terakumulasi. Kemudian infeksi menjalar ke tulang mastoid, mastoid menjadi
meradang. Peradangan mastoid ini bisa menjadi 4 macam yaitu jenis I yaitu mastoiditis disertai
nanah dan jaringan granulasi, jenis II mastoiditis dan kolesteatom, mastoiditis campuran
(campuran jenis 1 dan 2), Mastoiditis yang sklerotik .

Bila mastoiditis ini terus berlanjut maka akumulasi eksudat dan nanah semakin meningkat,
kemudian dapat menimbulkan edema dan ulserasi dibeberapa tempat. Akibat selanjutnya eksudat
dan nanah menekan pembuluh darah dan penekanan ini menyebabkan nekrosis dan granulasi
ruang abses. Tulang bagian dalam juga bisa mengalami peradangan (osteitis).  Peningkatan
akumulasi eksudat di telinga bagian dalam. Eksudat bercampur nanah mencoba mencari jalan
keluar. Komplikasi selanjutnya  abses subperiosteum.

E.   Penatalaksanaan

a. Terapi

Harus segera dilakukan, dan pemberian antibiotik secara IV dan per oral dalam dosis besar,
karena organisme penyebabnya mungkin Streptococcus β-hemoliticus atau Pneumococcus. H
.influenza. Tetapi harus juga sesuai  dengan hasil test kultur dan hasil resistensi.

b. Pembedahan 

Tindakan pembedahan untuk membuang jaringan yang terinfeksi diperlukan jika tidak ada
respon terhadap pengobatan antibiotik selama beberapa hari. Mastoidektomy radikal/total yang
sederhana atau yang dimodifikasi dengan tympanoplasty dilaksanakan untuk memu-lihkan
ossicles dan membran timpani sebagai suatu usaha untuk memulihkan pendengaran. Seluruh
jaringan yang terinfeksi harus dibuang sehingga infeksi tidak menyebar ke bagian yang lain. 

Beberapa komplikasi dapat timbul bila bahan yang terinfeksi belum dibuang semuanya atau
ketika ada kontaminasi dari struktu/bagian lain diluar mastoid dan telinga te-ngah. Komplikasi
mastoiditis meliputi kerusakan di abducens dan syaraf-syaraf kranial wajah (syaraf-syaraf kranial
VI dan VII), menurunnya kemampuan klien untuk melihat ke arah sam-ping/lateral (syaraf
kranial VI) dan menyebabkan mulut mencong, seolah-olah ke samping (syaraf kranial VII).
Komplikasi-komplikasi lain meliputi vertigo, meningitis, abses otak, otitis media purulen yang
kronis dan luka infeksi.
c. Mastoidektomi

1. Mastoidektomi Sederhana

Masteidoktomi sederhana adalah tindakan membuka kortek mastoid dari arah permukaan
luarnya, membuang jaringan patologis seperti pembusukan tulang atau jaringan lunak,
menemukan antrum dan membuka aditus ad-antrum bila tersumbat. Masteidoktomi simple yang
lengkap harus membuang seluruh sel-sel mastoid termasuk yang di sudut sino-dura, sel mastoid
di tegmen mastoid, dan sampai seluruh sel-sel mastoid di mastoid tip. Pada mastoidektomi
simple untuk OMSK, jarang sekali dibutuhkan  mastoidektomi simple lengkap, cukup hanya
membuang jaringan patologik dan membuka aditus ad antrum bila tersumbat, sedangkan sel
pneumatisasi mastoid yang masih utuh tidak perlu dibuang.

Dibedakan menjadi :

1. Operasi  pada jaringan lunak

Operasi pada jaringan lunak tergantung pendekatan yang akan dipakai, apakah enaural atau
retroartikuler.

1. Operasi pada bagian tulang

Mastoidektomi simple adalah tindakan membuang seluruh sel-sel mastoid dengan tetap
memperetahankan keutuhan tulang dinding belakang liang telinga.

 Mastoidektomi Superfisial

Patokan pada tahap ini adalah dinding belakang liang telinga, linea temporalis, spina Henle,
segitiga Mc.Ewen, prosesus mastoid.pada tahap ini mata bor yang dipakai adalah mata bor yang
paling besar. Sebelum pengeboran, permukaan tulang diirigasi lebih dahulu agar serbuk tulang
tidak bertebangan. Irigasi juga berguna untuk meredam panas yang ditimbulkan gesekan mata
bor dengan tulang.

 Mastoidektomi dalam

Antrum Mastoid

Antrum mastoid adalah ruang di rongga mastoid yang harus dituju pada setiap mastoidektomi
karena ruangan ini berhubungan langsung dengan aditus ad antrum yang menghubungkan rongga
mastoid dengan kavum timpani. Dengan melanjutkan pengeboran langsung di belakang liang
telinga dengan menjaga dinding liang telinga tetap utuh tetapi tipis, juga dengan melakukan
pengeboran di rongga mastoid bertepatan dengan tegmen mastoid, maka di sebelah dalam
segitiga imajiner Mc.Ewen akan ditemukan antrum mastoid.

Aditus ad Antrum
Aditus ad antrum dapat ditemukan dengan menyusuri bagian anterior-superior pertemuan
dinding belakang liang telinga dengan tegmen mastoid.

Fosa Indikus

Fosa indikus paling mudah dicapai dengan mengebor bagian tulang prosesus zigomatikus yang
menutupi antrum.

1. Mastoidektomi Radikal dan Timpanoplasti dinding runtuh

Timpanoplasti dinding runtuh (canal wall down tympanoplasty, modified radical mastoidectomy,
open method tympanoplasty) adalah modifikasi dari mastoidektomi radilkal. Mastoidektomi
radikal yang klasik adalah tindakan membuang seluruh sel-sel mastoid di rongga mastoid,
meruntuhkan dinding belakang liang telinga, pembersihan seluruh sel mastoid yang mempunyai
drainage ke kavum timpani, yaitu pembersihan total sel-sel mastoid di sudut sino-dura, di daerah
segitiga Trautman. Mukosa kavum timpani juga dibuang seluruhnya, muara tuba eustachius
ditutup dengan tandur jaringan lunak. Maksud tindakan ini adalah untuk membuang seluruh
jaringan patologis dan meninggalkan kavitas operasi yang kering. Mukosa sel-sel mastoid atau
kavum timpani yang tertinggal akan meninggalkan kavitas operasi yang basah yang rentan
terhadap peradangan.

Pada timpanoplasti dinding runtuh, seperti pada mastoidektomi radikal, maka diusahakan
pembersihan total sel-sel mastoid. Bedanya adalah mukosa kavum timpani dan sisa tulang-tulang
pendengaran dipertahankan setelah proses patologis dibersihkan sebersih-bersihnya. Tuba
eustachius tetap dipertahankan, bahkan dibersihkan agar terbuka bila tertutup jaringan patologis.
Kemudian kavitas operasi ditutup dengan fasila m.temporalis baik berupa tandur (free fascia
graft) ataupun sebagai jabir fasia m.temporalis. Dilakukan juga rekonstruksi tulang-tulang
pendengaran.   

d. Perawatan Post Operasi

Rendaman antiseptik gauze (An Antiseptic-Soaked Gauze), seperti Iodoform gauze (Nuga-uze),
dibalut didalam kanal auditori. Apabila dilakukan insisi postauricular atau endaural, dressing luar
ditempatkan diatas tempat operasi. Dressing dijaga/dipertahankan kebersih-an dan
kekeringannya. Perawat menggunakan teknik steril ketika mengganti dressing. Klien tetap dalam
posisi datar dengan telinga diatas, pertahankan sedikitnya selama 12 jam post operasi. Terapi
antibiotik profilaksis digunakan untuk mencegah kekambuhan. Umumnya klien melaporkan
mengalami kemajuan setelah balutan pada kanal dilepaskan. Sampai saat itu, perawat
menggunakan teknik komunikasi khusus karena adanya gangguan pendengaran pada klien dan
melakukan percakapan langsung pada telinga yang tidak terganggu. Perawat melatih klien
mengenai perawatan post operasi 
BAB III

ASKEP TEORITIS

I.              Pengkajian

1. Keluhan utama

Rasa nyeri di telinga.

1. Riwayat kesehatan sekarang

Biasanya diawali adanya otitis media akut setelah 2-3 minggu tanpa penanganan yang baik
nanah dan infeksi menyebar ke sel udara mastoid. Dapat muncul atau keluar cairan yang berbau
dari telinga, timbul nyeri di telinga dan demam hilang timbul.

1. Riwayat kesehatan dahulu

Adanya otitis media kronik karena adanya episode berulang.

1. Pemeriksaan fisik
1. Suhu tubuh meningkat, denyut nadi meningkat (takikardi)
2. Kemerahan pada kompleks mastoid
3. Keluarnya cairan baik bening maupun berupa lendir dari telinga tengah ke
auditory canal
4. Matinya jaringan keras (tulang, tulang rawan)
5. Adanya abses (kumpulan jaringan mati dan nanah)
6. Proses peradangan yang tetap melebar ke bagian dan organ lain
7. Riwayat infeksi pada telinga tengah sebelumnya
8. Pemeriksaan Penunjang
9. Laboratorium

Spesimen dari sel mastoid diperoleh selama operasi dan myringotomy cairan. Specimen tersebut 
harus dikirim untuk kultur  kedua bakteri aerobik dan anaerobic, Gram staining, dan asam-cepat
staining.

1. CT Scan dan MRI

Untuk mengetahui perubahan pada sel udara mastoid

1. Tympanocentesis dan myringotomy Myringotomy mungkin awalnya dilakukan, diikuti


dengan terapi antibiotik.
2. Culturing cairan telinga tengah sebelum antimicrobial therapy adalah keharusan.
Keluhan yang spesifik :
-          Adanya nyeri dan rasa penuh di belakang telinga
-          Otorea terus menerus selama lebih dari 6 minggu
-          Febris / Subfebris
-          Pendengaran berkurang
Pemeriksaan :
-          Daun telinga terdorong kedepan lateral bawah, sulkus retroaurikuler menghilang
(infiltrat/Abses Retroaurikula).
-          Nyeri tekanan pada planum mastoid.
-          Pada otoskopi tampak :
  Dinding belakang atas MAE menurun (“Sagging”)
  Perforasi membran timpani
  “Reservoir sigh”
  Sekret mukopurulen
Pemeriksaan tambahan :
  Pada X foto mastoid Schuller tampak kerusakan sel – sel mastoid (Rongga Empiema)
  Limphadonitis retroauricularis
  Athoroma yang mengalami infokasi

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Nyeri sehubungan dengan proses peradangan
2.      Gangguan sensori / presepsi sehubungan dengan kerusakan pada telinga tengah
3.      Intoleransi aktifitas sehubungan dengan nyeri
4.      Ansietas sehubungan dengan kurangnya pengetahuan mengenai pengobatan dan pencegahan
kekambuhan
5.      Isolasi sosial sehubungan dengan penurunan pendengaran
6.      Resiko tinggi trauma sehubungan dengan gangguan presepsi pendengaran
7.      Kurangnya pengetahuan mengenai pengobatan dan pencegahan kekambuhan
INTERVENSI KEPERAWATAN
Memberikan rasa nyaman

1. Mengurangi rasa nyreri

  Beri aspirin/analgesik sesuai instruki


  Kompres dingin di sekitar area telinga
  Atur posisi
  Beri sedatif sesuai indikasi
Mencegah penyebaran infeksi
  Ganti balutan tiap hari sesuai keadaan
  Observasi tanda – tanda infeksi lokal
  Ajarkan klien tentang pengobatan
  Amati penyebaran infeksi pada otak :
Tanda vital, menggigil, kaku kuduk.
Monitor gangguan sesori
  Catat status pendengaran
  Ingatkan klien bahwa vertigo dan nausea dapat terjadi setelah radikal mastoidectomi karena
gangguan telinga dalam. Berikan tindakan pengamanan.
  Perhatikan droping wajah unilateral atau mati rasa karena perlukaan (injuri) saraf wajah.
H.E
  Ajarkan klien mengganti balutan dan menggunakan antibiotik secara kontinu sesuai aturan
  Beritahu komplikasi yang mungkin terjadi dan bagaimana melaporkannya
  Tekankan hal – hal yang penting yang perlu di follow up,evaluasi pendengaran
Terapi medik
  Antibiotik dan tetes telinga : Steroid
  Pengeluaran debris dan drainase pus untuk melindungi jaringan dari kerusakan : miringotomy
Interfensi bedah
  Indikasi jika terdapat chaolesteatoma
  Indikasi jika terjadi nyeri, vertigo,paralise wajah, kaku kuduk, (gejala awal meningitis atau obses
otak)
  Tipe prosedur
  Simpel mastoid decstomi
BAB IV

KESIMPULAN

I.          KESIMPULAN

Mastoiditis dapat terjadi pada pasien-pasien imunosupresi atau mereka yang menelantarkan otitis
media akut yang dideritanya. Penyakit ini agaknya berkaitan dengan virulensi dari organisme
penyebab yang hampir sama dengan penyebab otitis media akut. Bila tidak segera tertangani
akan terjadi komplikasi serius seperti meningitis dan abses otot.

Mastoiditis merupakan peradangan tulang mastoid, biasanya berasal dari kavum timpani.
Perluasan infeksi telinga bagian tengah yang berulang ulang dapat menyebabkan timbulnya
perubahan pada mastoid berupa penebalan mukosa dan terkumpulnya eksudat. Lama kelamaan
terjadi peradangan tulang (osteitis) dan pengumpulan eksudat/nanah yang makin banyak,yang
akhirnya mencari jalan keluar. Daerah yang lemah biasanya terletak di belakang telinga,
menyebabkan abses superiosteum ( Sumber, tahun)

Menurut Reeves (2001: 19) etiologi mastoiditis adalah:

1. Menyebarnya infeksi dari telinga bagian tengah, infeksi dan nanah mengumpul di sel-sel
udara mastoid
2. Mastoiditis dapat terjadi 2-3 minggu setelah otitis media akut

Menurut George (1997: 106) etiologi mastoiditis antara lain:

1. Klien imunosupresi atau orang yang menelantarkan otitis media akut yang dideritanya
2. Berkaitan dengan virulensi dari organisme penyebab otitis media akut  yaitu
streptococcus pnemonieae.

Bakteri penyebab lain  ialah Streptococcus hemolytikus (60%), Pneumococcus (30 %),
staphylococcus albus, Streptococcus  viridians, H. Influenza

 
DAFTAR PUSTAKA

Adams, G. L, 1997, Boies Buku Ajar Penyakit THT, Jakarta EGC

Candra, S. P. 2006, Ringkasan Patologi Anatomi, Jakarta : EGC

Wilkinson, J. M 2007, Buku Ajar Diagnose Keperawatan Dengan Intervensi NIC dan Criteria
Hasil. NOC. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai