DOSEN PEMBIMBING :
DISUSUN OLEH :
INDRI SEPTIA
NIM : 1802177
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat dan kasih sayang-Nya lah sehingga kami dapat menyusun Makalah dengan
judul “Askep mastoiditis” sebagai salah satu tugas untuk memenuhi syarat perkuliahan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik ditinjau dari
segi isi maupun penulisannya. Karena itu bimbingan dan arahan untuk kesempurnaan makalah
ini masih sangat diperlukan dari berbagai pihak.
Kami menyadari pula bahwa makalah ini selesai tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak, baik materil maupun moril. Untuk itu kepada semua pihak yang telah memberikan
bimbingan dan bantuan, kami menyampaikan ucapan terima kasih pada dosen terutam teman-
teman yang telah membantu dengan informasi dan dukungan moril. Semoga amal kalian dapat
diterima oleh Tuhan Yang Maha Esa. Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
Dari catatan medis di salah satu rumah sakit di Jakarta Pusat sepanjang Januari 2004 sampai
Desember 2005 didapatkan 95 pasien dengan mastoiditis akut. Hanya pasien yang belum
mendapatkan pengobatan baik topikal ataupun sistemik sekurangnya 5 hari terakhir yang
dilakukan dalam penelitian. Angka kejadian mastoiditis rata-rata 27 tahun termuda 5 tahun dan
tertua 70 tahun terbanyak antara 21-30 tahun (36,8%) terhadap kesamaan distribusi gender dalam
penelitian ini (laki-laki 53,7% dan wanita 46,3%).(anonim, 2008)
Mastoiditis dapat terjadi pada pasien-pasien imunosupresi atau mereka yang menelantarkan otitis
media akut yang dideritanya. Penyakit ini agaknya berkaitan dengan virulensi dari organisme
penyebab yang hampir sama dengan penyebab otitis media akut. Bila tidak segera tertangani
akan terjadi komplikasi serius seperti meningitis dan abses otot.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menjelaskan tentang konsep dan asuhan keperawatan yang harus diberikan kepada klien dengan
mastoiditis.
1. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu memberikan pengkajian pada pasien mastoiditis
2. Mahasiswa mampu memberikan diagnosa pada pasien mastoiditis
3. Mahasiswa mampu memberikan intervensi pada pasien mastoiditis
4. Mahasiswa mampu memberikan implementasi pada pasien mastoiditis
5. Mahasiswa mampu memberikan evaluasi pada pasien mastoiditis
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Indra pendengar merupakan salah satu alat pancaindra untuk mendengar.anatomi telinga terdiri
dari telinga bagian luar,tengah dan dalam.
Aurikula (daum telinga),menampung gelombang suara yang datang dari luar masuk ke dalam
telinga.
Membran tympani Antara telinga luar dan telinga tengah terdapat selaput gendang telinga yang
disebut membran timpani.
Kavum timpani,rongga di dalam tulang temporalis yang di dalam nya terdapat tiga buah tulang
pendengaran yaitu maleus,inkus dan stapes yang melekat pada bagian dalam membran
timpani.bagian dalam tulang stapesmembuka pada fenestra ovalis.
Antrum timpani meruoakan rongga tidak teratur yang agak luas,terletak di bagian bawah
samping dari kavum timpani. Antrum timpani dilapisi oleh mukosa,merupakan lanjutan dari
lapisan mukosa,merupakan lanjutan dari lapisan mukosa kavum timpani.rongga ini berhubungan
dengan beberapa rongga kecil yang disebut sellula mastoid yangterdapat dibelakang bawah
antrum,di dalam tulang temporalis.
Tuba auditiva eustaki,saluran tulang rawan yang panjangnya ±3,7 cm berjalan miring kebawah
agak kedepan,dilapisi oleh lapisan mukosa.
Telinga bagian dalam terletak pada bagian tulang keras pilorus temporalis,terdapat reseptor
pendengaran dan alat pendengar ini disebut labirin.
Labirintus osseous,serangkaian saluran bawah di kelilingi oleh cairan yang dinamakan perilimfe.
Proses mendengar ditimbulkan oleh getaran atmosfer yang dikenal sebagai gelombang suara
yang kecepatan dan volumenya berbeda-beda. Gelombang suara bergerak melalui rongga telinga
luar(auris eksterna)yang menyebabkan membran timpani bergetar.getaran-getaran tersebut
diteruskan menuju inkus dan stapes melalui maleus yang terkait pada membran itu. Karena
getaran yang timbul pada setiap tulang itu sendiri, maka tulang akan memperbesar getaran yang
kemudian disalurkan ke fenestra vestibuler menuju perilimfe.getaran perilimfe dialihkan melalui
membran menuju endolimfe dalam saluran koklea dan rangsangan mencapai ujung-ujung akhir
saraf dalam organ korti selanjutnya dihantarkan menuju otak.
B. Definisi
Mastoiditis merupakan peradangan tulang mastoid, biasanya berasal dari kavum timpani.
Perluasan infeksi telinga bagian tengah yang berulang ulang dapat menyebabkan timbulnya
perubahan pada mastoid berupa penebalan mukosa dan terkumpulnya eksudat. Lama kelamaan
terjadi peradangan tulang (osteitis) dan pengumpulan eksudat/nanah yang makin banyak,yang
akhirnya mencari jalan keluar. Daerah yang lemah biasanya terletak di belakang telinga,
menyebabkan abses superiosteum ( Sumber, tahun)
C. Etiologi
1. Menyebarnya infeksi dari telinga bagian tengah, infeksi dan nanah mengumpul di sel-sel
udara mastoid
2. Mastoiditis dapat terjadi 2-3 minggu setelah otitis media akut
1. Klien imunosupresi atau orang yang menelantarkan otitis media akut yang dideritanya
2. Berkaitan dengan virulensi dari organisme penyebab otitis media akut yaitu
streptococcus pnemonieae.
Bakteri penyebab lain ialah Streptococcus hemolytikus (60%), Pneumococcus (30 %),
staphylococcus albus, Streptococcus viridians, H. Influenza
Menurut George (1997: 106) manifestasi klinis pada penderita mastoiditis antara lain:
E. Patofisiologi
Bila mastoiditis ini terus berlanjut maka akumulasi eksudat dan nanah semakin meningkat,
kemudian dapat menimbulkan edema dan ulserasi dibeberapa tempat. Akibat selanjutnya eksudat
dan nanah menekan pembuluh darah dan penekanan ini menyebabkan nekrosis dan granulasi
ruang abses. Tulang bagian dalam juga bisa mengalami peradangan (osteitis). Peningkatan
akumulasi eksudat di telinga bagian dalam. Eksudat bercampur nanah mencoba mencari jalan
keluar. Komplikasi selanjutnya abses subperiosteum.
E. Penatalaksanaan
a. Terapi
Harus segera dilakukan, dan pemberian antibiotik secara IV dan per oral dalam dosis besar,
karena organisme penyebabnya mungkin Streptococcus β-hemoliticus atau Pneumococcus. H
.influenza. Tetapi harus juga sesuai dengan hasil test kultur dan hasil resistensi.
b. Pembedahan
Tindakan pembedahan untuk membuang jaringan yang terinfeksi diperlukan jika tidak ada
respon terhadap pengobatan antibiotik selama beberapa hari. Mastoidektomy radikal/total yang
sederhana atau yang dimodifikasi dengan tympanoplasty dilaksanakan untuk memu-lihkan
ossicles dan membran timpani sebagai suatu usaha untuk memulihkan pendengaran. Seluruh
jaringan yang terinfeksi harus dibuang sehingga infeksi tidak menyebar ke bagian yang lain.
Beberapa komplikasi dapat timbul bila bahan yang terinfeksi belum dibuang semuanya atau
ketika ada kontaminasi dari struktu/bagian lain diluar mastoid dan telinga te-ngah. Komplikasi
mastoiditis meliputi kerusakan di abducens dan syaraf-syaraf kranial wajah (syaraf-syaraf kranial
VI dan VII), menurunnya kemampuan klien untuk melihat ke arah sam-ping/lateral (syaraf
kranial VI) dan menyebabkan mulut mencong, seolah-olah ke samping (syaraf kranial VII).
Komplikasi-komplikasi lain meliputi vertigo, meningitis, abses otak, otitis media purulen yang
kronis dan luka infeksi.
c. Mastoidektomi
1. Mastoidektomi Sederhana
Masteidoktomi sederhana adalah tindakan membuka kortek mastoid dari arah permukaan
luarnya, membuang jaringan patologis seperti pembusukan tulang atau jaringan lunak,
menemukan antrum dan membuka aditus ad-antrum bila tersumbat. Masteidoktomi simple yang
lengkap harus membuang seluruh sel-sel mastoid termasuk yang di sudut sino-dura, sel mastoid
di tegmen mastoid, dan sampai seluruh sel-sel mastoid di mastoid tip. Pada mastoidektomi
simple untuk OMSK, jarang sekali dibutuhkan mastoidektomi simple lengkap, cukup hanya
membuang jaringan patologik dan membuka aditus ad antrum bila tersumbat, sedangkan sel
pneumatisasi mastoid yang masih utuh tidak perlu dibuang.
Dibedakan menjadi :
Operasi pada jaringan lunak tergantung pendekatan yang akan dipakai, apakah enaural atau
retroartikuler.
Mastoidektomi simple adalah tindakan membuang seluruh sel-sel mastoid dengan tetap
memperetahankan keutuhan tulang dinding belakang liang telinga.
Mastoidektomi Superfisial
Patokan pada tahap ini adalah dinding belakang liang telinga, linea temporalis, spina Henle,
segitiga Mc.Ewen, prosesus mastoid.pada tahap ini mata bor yang dipakai adalah mata bor yang
paling besar. Sebelum pengeboran, permukaan tulang diirigasi lebih dahulu agar serbuk tulang
tidak bertebangan. Irigasi juga berguna untuk meredam panas yang ditimbulkan gesekan mata
bor dengan tulang.
Mastoidektomi dalam
Antrum Mastoid
Antrum mastoid adalah ruang di rongga mastoid yang harus dituju pada setiap mastoidektomi
karena ruangan ini berhubungan langsung dengan aditus ad antrum yang menghubungkan rongga
mastoid dengan kavum timpani. Dengan melanjutkan pengeboran langsung di belakang liang
telinga dengan menjaga dinding liang telinga tetap utuh tetapi tipis, juga dengan melakukan
pengeboran di rongga mastoid bertepatan dengan tegmen mastoid, maka di sebelah dalam
segitiga imajiner Mc.Ewen akan ditemukan antrum mastoid.
Aditus ad Antrum
Aditus ad antrum dapat ditemukan dengan menyusuri bagian anterior-superior pertemuan
dinding belakang liang telinga dengan tegmen mastoid.
Fosa Indikus
Fosa indikus paling mudah dicapai dengan mengebor bagian tulang prosesus zigomatikus yang
menutupi antrum.
Timpanoplasti dinding runtuh (canal wall down tympanoplasty, modified radical mastoidectomy,
open method tympanoplasty) adalah modifikasi dari mastoidektomi radilkal. Mastoidektomi
radikal yang klasik adalah tindakan membuang seluruh sel-sel mastoid di rongga mastoid,
meruntuhkan dinding belakang liang telinga, pembersihan seluruh sel mastoid yang mempunyai
drainage ke kavum timpani, yaitu pembersihan total sel-sel mastoid di sudut sino-dura, di daerah
segitiga Trautman. Mukosa kavum timpani juga dibuang seluruhnya, muara tuba eustachius
ditutup dengan tandur jaringan lunak. Maksud tindakan ini adalah untuk membuang seluruh
jaringan patologis dan meninggalkan kavitas operasi yang kering. Mukosa sel-sel mastoid atau
kavum timpani yang tertinggal akan meninggalkan kavitas operasi yang basah yang rentan
terhadap peradangan.
Pada timpanoplasti dinding runtuh, seperti pada mastoidektomi radikal, maka diusahakan
pembersihan total sel-sel mastoid. Bedanya adalah mukosa kavum timpani dan sisa tulang-tulang
pendengaran dipertahankan setelah proses patologis dibersihkan sebersih-bersihnya. Tuba
eustachius tetap dipertahankan, bahkan dibersihkan agar terbuka bila tertutup jaringan patologis.
Kemudian kavitas operasi ditutup dengan fasila m.temporalis baik berupa tandur (free fascia
graft) ataupun sebagai jabir fasia m.temporalis. Dilakukan juga rekonstruksi tulang-tulang
pendengaran.
Rendaman antiseptik gauze (An Antiseptic-Soaked Gauze), seperti Iodoform gauze (Nuga-uze),
dibalut didalam kanal auditori. Apabila dilakukan insisi postauricular atau endaural, dressing luar
ditempatkan diatas tempat operasi. Dressing dijaga/dipertahankan kebersih-an dan
kekeringannya. Perawat menggunakan teknik steril ketika mengganti dressing. Klien tetap dalam
posisi datar dengan telinga diatas, pertahankan sedikitnya selama 12 jam post operasi. Terapi
antibiotik profilaksis digunakan untuk mencegah kekambuhan. Umumnya klien melaporkan
mengalami kemajuan setelah balutan pada kanal dilepaskan. Sampai saat itu, perawat
menggunakan teknik komunikasi khusus karena adanya gangguan pendengaran pada klien dan
melakukan percakapan langsung pada telinga yang tidak terganggu. Perawat melatih klien
mengenai perawatan post operasi
BAB III
ASKEP TEORITIS
I. Pengkajian
1. Keluhan utama
Biasanya diawali adanya otitis media akut setelah 2-3 minggu tanpa penanganan yang baik
nanah dan infeksi menyebar ke sel udara mastoid. Dapat muncul atau keluar cairan yang berbau
dari telinga, timbul nyeri di telinga dan demam hilang timbul.
1. Pemeriksaan fisik
1. Suhu tubuh meningkat, denyut nadi meningkat (takikardi)
2. Kemerahan pada kompleks mastoid
3. Keluarnya cairan baik bening maupun berupa lendir dari telinga tengah ke
auditory canal
4. Matinya jaringan keras (tulang, tulang rawan)
5. Adanya abses (kumpulan jaringan mati dan nanah)
6. Proses peradangan yang tetap melebar ke bagian dan organ lain
7. Riwayat infeksi pada telinga tengah sebelumnya
8. Pemeriksaan Penunjang
9. Laboratorium
Spesimen dari sel mastoid diperoleh selama operasi dan myringotomy cairan. Specimen tersebut
harus dikirim untuk kultur kedua bakteri aerobik dan anaerobic, Gram staining, dan asam-cepat
staining.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri sehubungan dengan proses peradangan
2. Gangguan sensori / presepsi sehubungan dengan kerusakan pada telinga tengah
3. Intoleransi aktifitas sehubungan dengan nyeri
4. Ansietas sehubungan dengan kurangnya pengetahuan mengenai pengobatan dan pencegahan
kekambuhan
5. Isolasi sosial sehubungan dengan penurunan pendengaran
6. Resiko tinggi trauma sehubungan dengan gangguan presepsi pendengaran
7. Kurangnya pengetahuan mengenai pengobatan dan pencegahan kekambuhan
INTERVENSI KEPERAWATAN
Memberikan rasa nyaman
KESIMPULAN
I. KESIMPULAN
Mastoiditis dapat terjadi pada pasien-pasien imunosupresi atau mereka yang menelantarkan otitis
media akut yang dideritanya. Penyakit ini agaknya berkaitan dengan virulensi dari organisme
penyebab yang hampir sama dengan penyebab otitis media akut. Bila tidak segera tertangani
akan terjadi komplikasi serius seperti meningitis dan abses otot.
Mastoiditis merupakan peradangan tulang mastoid, biasanya berasal dari kavum timpani.
Perluasan infeksi telinga bagian tengah yang berulang ulang dapat menyebabkan timbulnya
perubahan pada mastoid berupa penebalan mukosa dan terkumpulnya eksudat. Lama kelamaan
terjadi peradangan tulang (osteitis) dan pengumpulan eksudat/nanah yang makin banyak,yang
akhirnya mencari jalan keluar. Daerah yang lemah biasanya terletak di belakang telinga,
menyebabkan abses superiosteum ( Sumber, tahun)
1. Menyebarnya infeksi dari telinga bagian tengah, infeksi dan nanah mengumpul di sel-sel
udara mastoid
2. Mastoiditis dapat terjadi 2-3 minggu setelah otitis media akut
1. Klien imunosupresi atau orang yang menelantarkan otitis media akut yang dideritanya
2. Berkaitan dengan virulensi dari organisme penyebab otitis media akut yaitu
streptococcus pnemonieae.
Bakteri penyebab lain ialah Streptococcus hemolytikus (60%), Pneumococcus (30 %),
staphylococcus albus, Streptococcus viridians, H. Influenza
DAFTAR PUSTAKA
Wilkinson, J. M 2007, Buku Ajar Diagnose Keperawatan Dengan Intervensi NIC dan Criteria
Hasil. NOC. Jakarta: EGC