Anda di halaman 1dari 71

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL) APOTEK DI

APOTEK KIMIA FARMA HIDAYATULLAH NO. 114


Jalan pangeran Hidayatullahn No.27
(03 JANUARI 2022 s.d 15 JANUARI 2022)

Disusun Oleh :
Cindy Yopitha
(181148201015)
Yawan Arianto
(181148201061)

SAMPUL DALAM

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIRGAHAYU
SAMARINDA
2022

I
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN


APOTEK KIMIA FARMA HIDAYATULLAH
Jl. HIDAYATULLAH No. 27
03 JANUARI – 15 JANUARI 2022

Disusun oleh:
CINDY YOPITHA (181148201015)
YAWAN ARIANTO (181148201061)

Laporan ini telah disetujui oleh :

Preceptor Akademik Preceptor Klinik

(apt. Susana Linden. M. Herb., M. Pharm) (apt. M. Dani Azhari.,S.Farm)

II
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertandatangan di bawah ini ,

Nama : Cindy Yopitha

No. Induk Mahasiswa : 181148201015

Adalah mahasiswa Program Studi S-1 Farmasi STIKES Dirgahayu Samarinda


yang melakukan Praktik Kerja Lapangan di : Kimia Farma Hidayatullah 114
Samarinda.

Menyatakan dengan sungguh-sungguh dan benar bahwa dalam mengerjakan


Laporan Praktik Kerja Lapangan ini saya :

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan


mempertanggungjawabkannya.
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli
atau tanpa ijin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas karya
ini.

Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap
untuk dikenai sanksi apapun termasuk pembatalan nilai kerja praktik saya oleh
STIKES Dirgahayu Samarinda.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Samarinda, 28 Januari 2022

Yang menyatakan,

(Cindy Yopitha)

III
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertandatangan di bawah ini ,

Nama : Yawan Arianto

No. Induk Mahasiswa : 181148201061

Adalah mahasiswa Program Studi S-1 Farmasi STIKES Dirgahayu Samarinda


yang melakukan Praktik Kerja Lapangan di : Kimia Farma Hidayatullah 114
Samarinda.

Menyatakan dengan sungguh-sungguh dan benar bahwa dalam mengerjakan


Laporan Praktik Kerja Lapangan ini saya :

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan


mempertanggungjawabkannya.
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli
atau tanpa ijin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas karya
ini.

Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap
untuk dikenai sanksi apapun termasuk pembatalan nilai kerja praktik saya oleh
STIKES Dirgahayu Samarinda.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Samarinda, 28 Januari 2022

Yang menyatakan,

(Yawan Arianto)

IV
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
karunia-Nya, kami dapat melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Apotek
Kimia Farma Hidayatullah.

Praktik Kerja Lapangan ini berlangsung pada tangga 03 – 15 Januari 2022


di Apotek Kimia Farma Hidayatullah. Pelaksanaan PKL ini bertujuan untuk
memberikan bekal pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman dalam pengelolaan
apotek kepada mahasiswa, agar dapat meningkatkan kemampuan dalam
mengabdikan profesi kepada masyarakat serta untuk memenuhi persyaratan
kelulusan di program studi S1 Farmasi STIKES Dirgahayu Samarinda.

Puji Tuhan praktik kerja lapangan ini dapat dilaksanakan dengan baik dan lancar
tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak pada kesempatan ini penyusun
mengucapkan banyak-banyak terimakasih kepada:

1. Ibu apt. Liniati Geografi, M.Sc selaku Ketua Program Studi S-1 Farmasi
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Dirgahayu Samarinda.
2. Ibu apt. Susana Linden, M. Herb., M. Pharm selaku pembimbing laporan
yang telah memberikan pengarahan dalam menyusun laporan Praktek Kerja
Lapangan.
3. Bapak apt. M. Dani Azhari, S.Farm selaku manajer farmasi Kimia Farma
Hidayatullah dan Pembimbing Praktek Kerja Lapangan di apotek.
4. Ibu apt. Al Akbar Rahmatul Velayati, S.Farm selaku Apoteker Penanggung
jawab di Apotek Sukarno.
5. Ibu apt. Hashifah Desyrahma Putri, S.Farm selaku Apoteker Pendamping
6. Kepada orang tua dan selaku teman-teman yang telah membantu dan
memberikan semangat dalam penyusunan laporan ini.

Samarinda, 28 Januari 2022

Penyusun

V
DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ....................................................................................... I

LEMBAR PENGESAHAN........................................................................ II

LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................... III

LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................... IV

KATA PENGANTAR .................................................................................V

DAFTAR ISI .............................................................................................. VI

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 3


2.1 Apotek .......................................................................................... 3

2.1.1 Pengertian .......................................................................... 3

2.1.2 Tugas dan Fungsi Apotek .................................................. 3

2.1.3 Persyaratan Apotek ............................................................ 3

2.1.4 Sarana dan Prasarana Apotek ............................................ 4

2.1.6 Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek ....................... 5

2.2 Apoteker..................................................................................... 10

2.2.1 Pengertian ........................................................................ 10

2.2.2 Tugas, Kewajiban, dan Kewajiban Apoteker .................. 11

2.2.3. Tenaga Teknis Kefarmasian ........................................... 11

BAB III TINJAUAN TEMPAT PKL ...................................................... 12

BAB IV HASIL KEGIATAN PKL .......................................................... 14


4.1 Profil Apotek.............................................................................. 14

4.1.1 Sejarah Perkembangan dan Denah Apotek ...................... 14

4.1.2 Sarana dan Prasarana Apotek .......................................... 14

4.1.3 Denah Apotek .................................................................. 15

4.1.4 Visi dan Misi Apotek ....................................................... 17

VI
4.1.5 Struktur Organisasi Apotek dan Tugas Pokok................. 17

4.2 Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis


Habis Pakai ...................................................................................... 18

4.2.1 Perencanaan Kebutuhan................................................... 18

4.2.2 Alur Pengadaan ................................................................ 19

4.2.3 Alur Penerimaan .............................................................. 23

4.2.4 Metode Penyimpanan ...................................................... 25

4.2.5 Metode Pemusnahan ........................................................ 26

4.2.6 Alur Pencatatan ................................................................ 27

4.2.7 Metode Pelaporan ............................................................ 28

4.3 Pelayanan Farmasi Klinik .......................................................... 30

4.3.1 Pengkajian Resep ............................................................ 30

4.3.2 Dispensing ....................................................................... 31

4.3.3 Pelayanan Informasi Obat (PIO) ..................................... 31

4.3.5 Mengamati Proses Konseling .......................................... 32

4.3.6 Pemantauan Terapi Obat (PTO) ...................................... 33

BAB V TUGAS KHUSUS......................................................................... 34

BAB VI PENUTUP ................................................................................... 35


6.1 Simpulan .................................................................................... 35

6.2 Saran .......................................................................................... 35

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. VIII

LAMPIRAN ............................................................................................... IX

VII
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Praktik Kerja Lapangan (PKL) awalnya disebut dengan pendidikan sistem
ganda yang mempunyai arti pendidikan dan pelatihan yang dilakukan di sekolah di
praktikan di dunia industri, yang diharapkan akan tercapainya kesesuaian (Minarti
dan Usaman, 2009). Tujuan dari dilakukannya Praktik Kerja Lapangan yaitu agar
mahasiswa dapat memperoleh pengalaman bekerja langsung pada dunia usaha atau
dunia industri sesungguhnya. Proses penyiapan mahasiswa agar mempunyai
kesiapan kerja tidak akan maksimal apabila hanya di lakukan oleh pihak perguruan
tinggi saja, oleh sebab itu di perlukan kerjasama dengan pihak lain untuk
mendukung program Praktik Kerja Lapangan.
Kimia Farma merupakan anak usaha PT. Bio Farma yang berbisnis dibidang
farmasi. Kimia Farma merupakan salah satu pihak yang mendukung adanya Praktik
Kerja Lapangan mahasiswa. Penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan di
Kimia Farma Hidayatullah, Kota Samarinda. Praktik Kerja Lapangan di Kimia
Farma dilaksanakan selama 2 minggu.
1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan (PKL)
1. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mendapatkan
pengalaman kerja yang nyata dan langsung secara terpadu dalam
melaksanakan kegiatan pelayanan kefarmasian.
2. Meningkatkan, memperluas, memantapkan keterampilan, dan
kemampuan manajerial dalam bentuk praktik kefarmasian dan etik.
3. Menumbuh kembangkan sikap yang mampu berkomunikasi, memberikan
informasi dan edukasi sediaan farmasi dan alat kesehatan.
4. Menjalin kerja sama antara perguruan tingi dan instansi dunia kerja.
5. Meningkatkan kualitas pendidikan dan pelatihan calon tenaga
kefarmasian agar berkualitas dan profesional.
1.3 Manfaat Praktek Kerja Lapangan (PKL)
1. Sarana untuk menguji sebagian besar kemampuan mahasiswa yang telah
diberikan selama duduk di bangku kuliah.
2. Menambah wawasan, pengetahuan, dan pengalaman saat di dunia kerja.

1
3. Memperdalam dan mengasah keterampilan mahasiswa untuk siap terju
langsung di masyarakat.
1.4 Waktu dan Tempat PKL
Tempat : Apotek Kimia Farma Hidayatullah
Alamat : Jln. Hidayatullah No.27
Waktu : Pagi : 08.00 WITA – 15.00 WITA
Sore : 12.00 WITA – 22.00 WITA

Minggu 1 : Shift Pagi Cindy


Tanggal 3 – 8 Januari
Shift Sore Yawan
2022
Minggu 2 :
Senin 10/1/22 Shift Pagi Cindy
Shift Sore Yawan
Selasa 11/1/22 Shift Pagi Yawan
Shift Sore Cindy
Rabu 12/1/22 Shift Pagi Cindy
Shift Sore Yawan
Kamis 13/1/22 Shift Pagi Yawan
Shift Sore Cindy
Jumat 14/1/22 Shift Pagi Cindy
Shift Sore Yawan
Sabtu 15/1/22 Shift Pagi Yawan
Shift Sore Cindy

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Apotek
2.1.1 Pengertian
Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik
kefarmasian oleh Apoteker. Apotek harus dikelola oleh seorang apoteker yang
profesional, berlokasi di daerah yang mudah dikenali oleh masyarakat dan
terdapat papan petunjuk yang tertulis kata “apotek”. Apotek harus mudah
diakses oleh masyarakat untuk memperoleh obat termasuk informasi obat dan
konseling (Supardi dkk., 2020).
2.1.2 Tugas dan Fungsi Apotek
Berdasarkan PP No. 51 tahun 2009, tugas dan fungsi apotek adalah :
a. Tempat pengabdian profesi seorang Apoteker yang telah mengucapkan
sumpah jabatan Apoteker.
b. Sarana yang digunakan untuk melakukan Pekerjaan Kefarmasian oleh
tenaga kefarmasian.
c. Sarana yang digunakan untuk memproduksi dan mendistribusi sediaan
farmasi antara lain obat, bahan baku obat, obat tradisional, dan
kosmetika.
d. Sarana pembuatan, pengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengamanan,
pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluran obat,
pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi
obat, serta pengembangan oat, bahan obar dan obat tradisional.
2.1.3 Persyaratan Apotek
Suatu apotek baru dapat beroperasi setelah mendapat Surat Izin Apotek
(SIA). Surat Izin Apotek (SIA) adalah surat yang diberikan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia kepada Apoteker atau Apoteker yang bekerja sama dengan
pemilik sarana apotek untuk menyelenggarakan pelayanan apotek disuatu
tempat tertentu. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1332/MENKES/SK/X/2002, disebutkan bahwa persyaratan-persyaratan
apotek adalah:

3
a. Untuk mendapat izin apotek, apoteker atau apoteker yang bekerja sama
dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan
tempat, perlengkapan termasuk sediaan farmasi dan perbekalan farmasi
yang lain yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain.
b. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan pelayanan
komoditi yang lain di luar sediaan farmasi.
c. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi yang lain diluar
sediaan farmasi.
2.1.4 Sarana dan Prasarana Apotek
Peraturan Menteri Kesehatan No. 9 Tahun 2017 tentang Apotek Pasal 7
menyebutkan bahwa bangunan apotek paling sedikit memiliki sarana ruang
yang berfungsi sebagai penerimaan resep, pelayanan resep dan peracikan,
penyerahan sediaan farmasi dan alat kesehatan, konseling, penyimpanan
sediaan farmasi dan alat kesehatan, dan arsip. Pada Pasal 8 disebutkan bahwa
prasarana apotek paling sedikit terdiri atas instalasi air bersih, instalasi listrik,
sistem tata udara, dan sistem proteksi kebakaran. Apotek juga wajib memasang
papan nama apotek yang terdiri atas nama apotek, nomor SIA, dan alamat serta
papan nama praktik Apoteker yang memuat paling sedikit informasi nama
Apoteker, nomor SIPA, dan jadwal praktik Apoteker.
2.1.5 Syarat Surat Izin Apotek (SIA)
Persyaratan SIA menurut Peraturan Mentri Kesehatan, 2017 :
1. Setiap pendirian Apotek wajib memiliki izin dari Menteri.
2. Menteri melimpahkan kewenangan pemberian izin kepada Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota.
3. Izin sebagaimana dimaksud berupa SIA.
4. SIA berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang selama memenuhi
persyaratan.
5. Untuk memperoleh SIA, Apoteker harus mengajukan
permohonan tertulis kepada Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota dengan menggunakan Formulir.
6. Permohonan harus ditandatangani oleh Apoteker disertai dengan
kelengkapan dokumen administratif meliputi:

4
a. Fotokopi STRA dengan menunjukan STRA asli
b. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP)
c. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak Apoteker
d. Fotokopi peta lokasi dan denah bangunan
e. Daftar prasarana, sarana, dan peralatan.
7. Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak
menerima permohonan dan dinyatakan telah memenuhi kelengkapan
dokumen administratif, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menugaskan
tim pemeriksa untuk melakukan pemeriksaan setempat terhadap kesiapan
Apotek dengan menggunakan Formulir.
8. Dalam hal pemerintah daerah menerbitkan SIA, maka penerbitannya
bersama dengan penerbitan SIPA untuk Apoteker pemegang SIA.
9. Masa berlaku SIA mengikuti masa berlaku SIPA.
2.1.6 Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek
Pelayanan kefarmasian yang baik adalah pelayanan yang berorientasi
langsung dalam proses penggunaan obat, bertujuan menjamin keamanan,
efektifitas dan kerasionalan penggunaan obat dengan menerapkan ilmu
pengetahuan dan fungsi dalam perawatan pasien (Supardi dkk, 2020). Tuntutan
pasien dan masyarakat akan mutu pelayanan kefarmasian mengharuskan
adanya perubahan paradigma pelayanan dari paradigma lama yang berorientasi
pada produk obat, menjadi paradigma baru yang berorientasi pada pasien.
Standar pelayanan kefarmasian menurut PERMENKES no.73 tahun 2016
mempunyai 4 parameter:
a. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai.
Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai dilakukan sesuai undang-undang yang berlaku meliputi:
1. Perencanaan
Dalam membuat perencanaan perlu memperhatikan pola penyakit,
pola konsumsi, budaya dan kemampuan masyarakat.
2. Pengadaan
Untuk menjamin kualitas pelayanan maka pengadaan sediaan farmasi,

5
alat kesehatan dan bahan medis habis pakai harus melalui jalur resmi.
3. Penerimaan
Untuk menjamin kesesuaian maka kegiatan penerimaan harus
memperhatikan kesesuaian yang tertera dalam surat pesanan dengan
kondisi fisik yang diterima.
4. Penyimpanan
a) Obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli pabrik kecuali
jika harus dipindahkan ke wadah lain maka wadah baru harus
memuat informasi obat.
b) Semua obat/bahan obat harus disimpan pada kondisi sesuai.
c) Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk menyimpan
barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi.
d) Penyimpanan dilakukan secara alfabetis dengan memperhatikan
bentuk sediaan dan kelas terapi obat.
e) Pengeluaran obat memakai sistem FIFO (first In First Out) dan
FEFO (First Expired First Out).
5. Pemusnahan dan penarikan
a) Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai jenis dan
bentuk sediaan.
b) Resep yang telah disimpan melebihi 5 tahun dapat dimusnahkan
oleh apoteker dengan disaksikan oleh petugas lain di apotek.
c) Pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi dan bahan medis
habis pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan
dengan cara yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
d) Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi
standar/ketentuan peraturan perundang-undangan dilakukan oleh
pemilik izin edar.
e) Penarikan alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dilakukan
terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh menteri.
6. Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah

6
persediaan sesuai kebutuhan pelayanan untuk menghindari terjadinya
kelebihan, kekurangan, kekosongan, kerusakan kadaluwarsa,
kehilangan da pengembalian pesanan.
7. Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan sediaan farmasi,
alat kesehatan dan bahan medis habis pakai meliputi pengadaan,
penyimpanan, penyerahan dan pencatatan lainnya sesuai kebutuhan.
Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan eksternal. Pelaporan
penggunaan narkotika dan psikotropika wajib dilakukan setiap bulan.
Laporan penggunaan obat narkotika dan psikotropika di lakukan
melalui online SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotika dan
Psikotropika). Asisten apoteker setiap bulannya melakukan
penginputan data penggunaan narkotika dan psikotropika melalui
SIPNAP lalu setelah data telah terinput data tersebut di import (paling
lama sebelum tanggal 10 pada bulan berikutnya). Laporan meliputi
laporan pemakaian narkotika dan psikotropika untuk bulan
bersangkutan (meliputi nomor urut, nama bahan/sediaan, satuan,
persediaan awal bulan), password dan username didapatkan setelah
melakukan registrasi pada DINKES setempat.
b. Pelayanan Farmasi Klinik
Pelayanan farmasi klinik merupakan pelayanan langsung yang
diberikan oleh apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkan
outcome terapi dan meminimalkan risiko terjadinya efek samping.
Efek samping yang akan terjadi dapat dicegah melalui pengkajian dan
pelayanan resep, pelayanan informasi obat (PIO), home care,
pemantauan terapi obat (PTO), monitoring efek samping obat
(MESO), dan konseling termasuk untuk swamedikasi dan pencatatan
obat yang digunakan pada PMR (patien medication record). Kegiatan
farmasi klinik di apotek meliputi:
1. Pengkajian dan pelayanan resep
Kegiatan pengkajian resep meliputi administrasi, kesesuaian
farmasetik dan pertimbangan klinis.

7
2. Dispensing
Dispensing terdiri dari penyiapan, penyerahan dan pemberian
infromasi obat.
3. Pelayanan Informasi Obat
Pelayanan informasi obat atau PIO merupakan kegiatan yang
dilakukan oleh apoteker dalam pemberian informasi mengenai obat
kepada profesi kesehatan lain pasien atau masyarakat.
4. Konseling
Konseling adalah proses interaktif antara apoteker dengan
pasien/keluarga pasien untuk meningkatkan kepatuhan, kesadaran,
pengetahuan dan pemahaman sehingga terjadi perubahan perilaku
dalam menggunakan obat dan menyelesaikan masalah pasien.
5. Pelayanan kefarmasian di rumah (home pharmacy care) Apoteker
diharapkan dapat memberikan layanan kunjungan rumah
khususnya untuk lansia dan pasien dengan pengobatan kronis.
6. Pemantauan terapi obat (PTO)
Proses pemastian bahwa pasien mendapatkan terapi obat yang
efektif dan terjangkau.
7. Monitoring efek samping obat (MESO)
Kegiatan pemantauan setiap respon obat pada dosis normal yang
merugikan atau tidak diharap. Menurut Badan Pengawas Obat dan
Makanan, (2019) Apabila didapatkan Efek Samping obat yang
tidak diharapkan, maka dilaporkan kepada penanggungjawab
pelaporan ESO di rumah sakit atau dilaporkan secara langsung ke
Pusat Farmakovigilans/MESO Nasional BPOM melalui :
b. Pelaporan secara online melalui subsite e-meso :
- Kunjungi https://e-meso.pom.go.id
- Klik ADR online (petunjuk pengisian tersedia pada halaman
website tersebut)
b. Formulir Pelaporan ESO :
- Formulir dapat diunduh di https://e-meso.pom.go.id
- Lalu laporan dikirimkan kepada :

8
Badan Pengawas Obat dan Makanan
Jl. Percetakan Negara No.23 Jakarta 10560 Gedung F Timur
Lantai 5 Telp. (021) 4244691 ext 107.
c. Sumber Daya Kefarmasian
1. Sumber Daya Manusia :
Apoteker harus memenuhi kriteria:
a. Persyaratan administrasi.
b. Menggunakan atribut praktik.
c. Wajib mengikuti pendidikan berkelanjutan.
d. Apoteker harus mampu mengidentifikasi kebutuhan akan
pengembangan diri.
e. Harus memahami dan melaksanakan serta patuh terhadap
peraturan.
2. Sarana dan Prasarana
Sarana-prasarana yang diperlukan untuk menunjang pelayanan
kefarmasian di apotek meliputi:
a. Ruang penerimaan resep
b. Ruang pelayanan resep dan peracikan
c. Ruang penyerahan obat
d. Ruang konseling
e. Ruang penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan
medis habis pakai
f. Ruang arsip
d. Evaluasi Mutu Pelayanan Kefarmasian
Menurut Mashuda, (2011) evaluasi mutu di apotek dilakukan terhadap:
1. Mutu manajerial
a) Metode evaluasi
(1) Audit : Alat untuk menilai, mengevaluasi, menyempurnakan
pelayanan kefarmasian secara sistematis.
(2) Review : Tinjauan terhadap pelaksanaan pelayanan tanpa
dibandingkan dengan standar.
(3) Observasi : Observasi dilakukan dengan monitoring terhadap

9
seluruh proses pengelolaan. Observasi terhadap penyimpanan
obat, proses transaksi, dan ketertiban dokumentasi.
b) Indikator evaluasi mutu
(1) Kesesuaian proses terhadap standar operasional kerja
(2) Efektifitas dan efisiensi
2. Mutu pelayanan farmasi klinik
a) Metode evaluasi mutu
(1) Audit : Dilakukan oleh apoteker berdasarkan hasil monitoring
terhadap proses dan hasil pelayanan farmasi klinik.
(2) Review : Dilakukan oleh apoteker berdasarkan hasil monitoring
terhadap pelayanan farmasi klinik dan seluruh sumber daya
yang digunakan.
(3) Survei : Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan
dilakukan oleh apoteker berdasarkan hasil monitoring
terhadap mutu pelayanan dengan menggunakan
angket/kuesioner.
(4) Observasi : Pengamatan langsung aktivitas atau proses dengan
menggunakan cek list atau perekaman yang dilakukan oleh
apoteker.
b) Indikator evaluasi mutu
(1) Pelayanan farmasi klinik diusahakan zero deffect dari
medication error.
(2) Standar prosedur operasional
(3) Lama waktu pelayanan resep.
(4) Keluaran pelayanan kefarmasian secara klinik.
2.2 Apoteker
2.2.1 Pengertian
Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan
telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker (PERMENKES, 2016). Apoteker
pengelola Apotek (APA) adalah apoteker yang telah diberi surat izin apotek
(SIA). Surat Tanda Regisrasi Apoteker, yang disingkat STRA adalah bukti
tertulis yang diberikan oleh Menteri kepada Apoteker yang telah diregisrasi.

10
Surat Izin Praktik Apoteker, yang disingkat SIPA merupakan surat izin
yang diberikan kepada apoteker untuk dapat melaksanakan praktik
kefarmasian pada fasilitas pelayanan Kefarmasian. Surat Izin Kerja Apoteker,
yang disebut SIKA adalah surat izin praktik yang diberikan kepada Apoteker
untuk dapat melaksanakan perkerjaan kefarmasian pada fasilitas produksi dan
fasilitas distribusi atau penyaluran.
2.2.2 Tugas, Kewajiban, dan Kewajiban Apoteker
Tugas, kewajiban dan wewenang seorang apoteker adalah sebagai
berikut :
a. Memimpin semua kegiatan apotek, antara lain mengelola kegiatan
kefarmasian serta membina karyawan yang menjadi bawahan apotek;
b. Secara aktif berusaha sesuai bidang tugasnya untuk meningkatkan dan
mengembangkan hasil usaha apotek;
c. Mengatur dan mengawasi penyimpanan serta kelengkapan terutama diruang
peracikan; dan
d. Membina serta memberi petunjuk teknis farmasi kepada bawahannya
terutama dalam memberikan informasi kepada pasien.
2.2.3. Tenaga Teknis Kefarmasian
Berdasarkan Permenkes No. 889 tahun 2009 Tenaga Teknis Kefarmasian
adalah tenaga yang membantu Apoteker dalam menjalankan pekerjaan
kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis
Farmasi dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker.

11
BAB III
TINJAUAN TEMPAT PKL
Kimia Farma adalah perusahaan industri farmasi pertama di Indonesia yang
didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda tahun 1817. Nama perusahaan ini pada
awalnya adalah NV Chemicalien Handle Rathkamp & Co. Berdasarkan
kebijaksanaan nasionalisasi atas eks perusahaan Belanda di masa awal
kemerdekaan, pada tahun 1958, Pemerintah Republik Indonesia melakukan
peleburan sejumlah perusahaan farmasi menjadi PNF (Perusahaan Negara Farmasi)
Bhinneka Kimia Farma. Kemudian pada tanggal 16 Agustus 1971, bentuk badan
hukum PNF diubah menjadi Perseroan Terbatas, sehingga nama perusahaan
berubah menjadi PT Kimia Farma (Persero).
Pada tanggal 4 Juli 2001, PT. Kimia Farma (Persero) kembali mengubah
statusnya menjadi perusahaan publik, PT. Kimia Farma (Persero) Tbk, dalam
penulisan berikutnya disebut Perseroan. Bersamaan dengan perubahan tersebut,
Perseroan telah dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya
(sekarang kedua bursa telah merger dan kini bernama Bursa Efek Indonesia).
Berbekal pengalaman selama puluhan tahun, Perseroan telah berkembang menjadi
perusahaan dengan pelayanan kesehatan terintegrasi di Indonesia. Perseroan kian
diperhitungkan kiprahnya dalam pengembangan dan pembangunan bangsa,
khususnya pembangunan kesehatan masyarakat Indonesia.
Berdasarkan persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia dengan Surat Keputusannya Nomor AHU-0017895.AH.01.02
Tahun 2020 tanggal 28 Februari 2020 dan Surat Nomor AHU-AH.01.03-0115053
tanggal 28 Februari serta tertuang dalam Akta isalah RUPSLB Nomor 18 tanggal
18 September 2019, terjadi perubahan nama perusahaan yang semula PT Kimia
Farma (Persero) Tbk menjadi PT Kimia Farma Tbk, efektif per tanggal 28 Februari
2020.
Apotek Kimia Farma Hidayatullah terletak di Jl. Pangeran Hidayatullah
No.27 adalah salah satu outlet Kimia Farma yang ada di Kota Samarinda. Profil
dari Apotek Kimia Farma Hidayatullah, yaitu:
a. Nama Apotek : Apotek Kimia Farma Hidaytullah 114
b. Apoteker Penanggungjawab : apt. Al Akbar Rahmatul Velayati, S.Farm

12
c. Kepemilikan : Perjanjian Sewa Menyewa
d. Alamat : Jl. Pangeran Hidayatullah Samarinda No.27
e. Nomor Telepon :0813-4710-6516
Jenis layanan yang ada di apotek Kimia Farma Hidayullah 114 :
1. Layanan Resep Tunai
2. Layanan Resep Kredit (BPJS Kapitas, BPJS PRB, Inhealth)
3. Layanan Swalayan Farmasi
4. Layanan Swamedikasi
5. Alat Kesehatan
6. Praktik Dokter Umum
7. Praktik Dokter Spesialis

Manajer Farmasi
apt. M. Dani Azhari, S.Farm

Apoteker Pendamping
Apoteker Penanggung Jawab
apt. Hashifah Desyrahma Putri,
apt. Al Akbar Rahmatul Velayati,
S.Farm
S.Farm

Asisten Apoteker

Ibu Yanti Ibu Yani Bapak Ibu Bapak Bapak


Wildan Andani Ken Dian

Struktur Organisasi Apotek Kimia Farma Hidayatullah

13
BAB IV
HASIL KEGIATAN PKL
4.1 Profil Apotek
4.1.1 Sejarah Perkembangan dan Denah Apotek
Kimia Farma adalah perusahaan industri farmasi yang merupakan
bagian dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pertama di Indonesia
yang di dirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1817. Pada
awalnya nama perusahaan ini adalah NV Chemicalien Handle Rathkamp
& Co. Berdasarkan kebijaksanaan nasionalisasi pada tahun 1958,
Pemerintah Indonesia melakukan peleburan sejumlah perusahaan
farmasi menjadi PNF (Perusahaan Negara Farmasi) Bhineka Kimia
Farma. Pada tanggal 16 Agustus 1971, bentuk badan hukum PNF diubah
menjadi Perseroan Terbatas (PT) sehingga nama perusahaan berubah
menjadi PT. Kimia Farma (Persero).
4.1.2 Sarana dan Prasarana Apotek
Apotek Kimia Farma Hidayatullah 114 terletak di jalan
P.Hidayatullah No.27, Kota Samarinda, Kalimantan Timur. Apotek
Kimia Farma Hidayatullah 114 merupakan salah satu outlet yang di
bawahi oleh Business Manager (BM) yang terletak di jalan KH. Abul
Hasan No.53. Lokasi apotek Kimia Farma Hidayatullah 114 sangat
strategis karena terletak di tepi jalan dengan lalu lintas yang cukup ramai
sehingga mudah untuk di jangkau oleh masyarakat. Apotek Kimia Farma
Hidayatullah 114 beroperasi selama 24 jam yang terdiri dari 3 shift yaitu
pagi dari pukul 08.00-15.00 WITA, shift sore 15.00-22.00 WITA, dan
shift malam 22.00-08.00 WITA. Apotek Kimia Farma Hidayatullah 114
bekerjasama dengan 5 dokter praktek yaitu praktek dokter umum, dokter
spesialis kandungan, dokter spesialis kulit dan kelamin, dokter gigi dan
dokter spesialis kejiwaan. Apotek Kimia Farma Hidayatullah 114 turut
melayani pasien peserta BPJS. Kimia Farma Hidayatullah 114 juga
melayani pemeriksaan swab antigen dan swab PCR. Apotek Kimia
Farma Hidayatullah 114 ditunjang dengan tata ruang yang bagus dan rapi
dan di desain sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

14
4.1.3 Denah Apotek

4.1 Denah Apotek Lantai 1

4.2 Denah zoom out di dalam Apotek

15
4.3 Denah Apotek Lantai 2
a. Swalayan Farmasi terletak satu lantai dengan ruang pemeriksaan
kesehatan. Barang yang terdapat pada bagian swalayan adalah
obat OTC (Over The Counter) yaitu obat yang dapat dibeli tanpa
resep dan pasien dapat memilih obat yang dibutuhkan secara
langsung. Produk OTC disusun berdasarkan kegunaan barang
tersebut (produk kosmetik, vitamin dan suplemen makanan,
produk oral dan topikal, produk susu, perlengkapan bayi dan alat
kesehatan). Penyusunan barang sesuai fungsi produk bertujuan
untuk memudahkan pasien pelanggan dalam memilihobat yang
diinginkan. Terdapat juga SPG (Sales Promotion Girl) yang dapat
membantu pelayanan dalam memilih serta mendapatkan
informasi mengenai produk-produk yang ada di area swalayan.
b. Loket pelayanan Resep, Pembayaran dan penyerahan Obat berada
pada satu counter. Pada loket pembayaran terdapat komputer POS
(Point Of Sales) yang dapat digunakan untuk mengetahui harga
obat, riwayat transaksi, layanan resep dan cek stok obat online.
Loket pelayanan resep digunakan untuk menerima resep dan
penyimpanan obat non-racikan, sedangkan untuk obat yang
diracik, dikerjakan diruang peracikan di bagian belakang.
c. Lemari obat yang digunakan berbahan kayu. Lemari obat

16
narkotika dan psikotropika terletak diatas dan menempel pada
dinding serta tidak dapat dilihat oleh pasien dan dikunci. Obat
yang memerlukan penyimpanan pada tempat dingin seperti injeksi
dan suppositoria diletakkan pada lemari pendingin dengan suhu 2-
8oC.
d. Ruang tunggu untuk pasien saat menunggu dokter atau menunggu
resep terletak di depan ruang praktik dokter.
4.1.4 Visi dan Misi Apotek
Visi :
Menjadi perusahaan Healthcare pilihan utama yang terintegrasi dan
menghasilkan nilai yang berkesinambungan.
Misi :
1. Melakukan aktivitas usaha di bidang-bidang industri kimia dan
farmasi, perdagangan dan jaringan distribusi, ritel farmasi dan layanan
kesehatan serta optimalisasi aset.
2. Mengelola perusahaan secara Good Corporate Governance dan
operational excellence didukung oleh Sumber Daya Manusia (SDM)
profesional.
3. Memberikan nilai tambah dan manfaat bagi seluruh stakehold
4.1.5 Struktur Organisasi Apotek dan Tugas Pokok
Apotek Kimia Farma Hidayatullah 114 memiliki manajer farmasi
dengan nama Bapak apt. M. Dani Azhari Zaen, S.Farm. Apoteker
penanggung jawab di Apotek Kimia Farma Hidayatullah 114 adalah Ibu
apt. Al Akbar Rahmatul Velayati, S.Farm. Selain itu Apotek Kimia
Farma Hidayatullah 114 juga memiliki apoteker pendamping dengan
nama Ibu apt. Hashifah Desyrahma Putri., S.Farm dan di bantu oleh 6
Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK).

17
4.2 Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai
4.2.1 Perencanaan Kebutuhan
Perencanaan pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan, serta bahan
medis habis pakai perlu diperhatikan pola penyakit, pola konsumsi,
budaya dan kemampuan masyarakat (BPOM, 2008):
a. Metode Epidemiologi
Metode perencanaan yang didasarkan pada penyakit yang paling sering
muncul di masyarakat. Jumlah kebutuhan obat yang digunakan untuk
beban kesakitan, yaitu didasarkan pada penyakit yang ada di
masyarakat.
b. Metode Konsumsi
Metode konsumsi adalah suatu metode perencanaan obat berdasarkan
pada kebutuhan real obat pada periode lalu dengan penyesuaian dan
koreksi berdasarkan pada penggunaan obat tahun sebelumnya.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan ialah:
1. Memastikan beberapa kondisi dapat diasumsikan pola pengobatan
periode yang lalu baik atau rasional, apakah data stock, distribusi,
penggunaan obat lengkap dan akurat, apakah banyak terjadi
kecelakaan (obat rusak, tumpah, expired date) serta kehilangan obat,
apakah jenis obat yang digunakan sama.
2. Melakukan estimasi jumlah kunjungan total untuk periode yang akan
datang dengan menghitung kunjungan baik pasien rawat inap
maupun rawat jalan periode yang lalu untuk melakukan estimasi
periode yang akan datang dengan memperhatikan perubahan
populasi daerah, cakupan pelayanan, perubahan cakupan pelayanan.
Pola morbilitas, kecenderungan insidensi, penambahan fasilitas
pelayanan.
3. Perhitungan dilakukan dengan cara menentukan pemakaian tiap
jenis obat dan alat kesehatan dalam periode lalu, serta koreksi hasil
pemakaian tiap jenis obat dalam periode lalu terhadap kecelakaan
dan kehilangan, kemudian mengevaluasi terhadap langkah
sebelumnya (hasil pemakaian tiap jenis obat dalam periode lalu

18
terhadap kecelakaan dan kehilangan) terhadap stock out (stok
kosong, sehingga perlu pengadaan), lalu lakukan penyesuaian
terhadap kesepakatan langkah-langkah dengan memperhitungkan
kebutuhan periode yang akan datang untuk tiap jenis obat.
c. Metode gabungan
Metode ini untuk menutupi kelemahan kedua metode konsumsi dan
epidemiologi, jadi metode gabungan ini merupakan gabungan dari
metode konsumsi dengan epidemiologi.
Sistem perencanaan di Apotek Kimia Farma Hidayatullah 114
menggunakan metode konsumsi dan epidemiologi. Metode konsumsi
didasarkan pada data pemakaian atau konsumsi pada periode
sebelumnya, sedangkan pada metode epidemiologi berdasarkan pada
penyakit atau keadaan yang sedang terjadi. Apotek Kimia Farma
Hidayatullah 114 juga menggunakan buku khusus defecta yaitu
merupakan buku yang digunakan untuk mencatat barang atau obat yang
stoknya sedikit atau habis untuk dipesan. Ketika stok obat di Apotek
Kimia Farma Hidayatullah 114 menipis atau habis maka TTK yang
bertanggung jawab akan mencatatnya di buku defecta.
4.2.2 Alur Pengadaan
Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasian maka pengadaan
sediaan Farmasi harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
a. Narkotika :
Untuk narkotika obat hanya dapat di pesan pada Kimia Farma
dengan menggunakan surat pesanan tersendiri yang terdiri dari 4
lembar (1 lembar berwarna putih dan 3 berwarna hijau). Pemesanan
sediaan narkotika menggunakan Surat Pesanan Narkotik yang
ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA).
Pemesanan dilakukan ke PT. Kimia Farma Trade and Distribution
(satu satunya PBF narkotika yang legal di Indonesia) dengan
membuat surat pesanan khusus narkotika rangkap empat. Satu
lembar Surat Pesanan Asli dan dua lembar salinan Surat Pesanan

19
diserahkan kepada Pedagang Besar Farmasi yang bersangkutan
sedangkan satu lembar salinan Surat Pesanan sebagai arsip di
apotek, satu surat pesanan hanya boleh memuat pemesanan satu
jenis obat (item) narkotika.
b. Psikotropika
Pemesanan psikotropika dengan surat pemesanan rangkap 2,
diperbolehkan lebih dari 1 item obat dalam satu surat pesanan,
boleh memesan ke berbagai PBF. Surat pemesanan untuk
psikotropika terdiri dari 1 lembar berwarna putih, 2 lembar
berwarna biru dan 1 lembar berwarna merah.
c. Obat Prekursor
Obat-obat yang mengandung prekusor maka menggunakan surat
pemesanan khusus untuk obat-obatan prekursor (BPOM, 2008).
Pengadaan obat yang mengandung prekursor harus berdasarkan
surat pesanan (SP). Surat pesanan harus memuat sebagai berikut :
1. Surat pesanan harus ditandatangani oleh Apoteker
penanggung jawab maupun Apoteker pendamping dengan
mencantumkan nama lengkap dan SIPA, nomor tanggal SP
dan kejelasan identitas pemesan.
2. Mencantumkan nama dan alamat industri Farmasi/ Pedagang
Besar Farmasi (PBF) serta tujuan pemesanan.
3. Mencantumkan nama obat mengandung prekursor Farmasi,
jumlah, bentuk dan kekuatan sediaan, isi dan jenis kemasan.
4. Diberi nomor urut tercetak dan tanggal dengan penulisan yang
jelas atau cara lain yang dapat tertelusur. Khusus untuk
pemesanan obat yang mengandung prekursor farmasi dibuat
terpisah dari surat pesanan obat lainnya dan jumlah pesanan
ditulis dalam bentuk angka dan huruf.
d. Obat bebas, bebas terbatas, dan keras
Surat pesanan regular bisa diisi dengan beberapa jenis obat yang
akan dipesan asalkan PBF nya masih sama, artinya beberapa obat
tersebut dipesan dan dibeli di PBF yang sama. Apabila terpaksa

20
membeli di dua PBF atau lebih maka surat pesanan nya harus
dibuat berbeda. Satu SP Reguler untuk 1 PBF. Surat Pesanan
Reguler dibuat minimal rangkap 2, dengan menggunakan form
yang bisa tembus tulisan ataupun dengan menggunakan bantuan
kertas karbon.
e. Obat-obat tertentu
Surat pesanan ini untuk memesan Obat Obat Tertentu (OOT). Surat
pesanan Obat-Obat Tertentu (OOT) dibuat sekurang-kurangnya
tiga rangkap.
Metode-metode dalam pengadaan perbekalan Farmasi antara lain
(BPOM, 2008) :
1. Pembelian secara tender (oleh panitia pembelian barang Farmasi).
2. Pembelian secara langsung dari pabrik/ distributor/ pedagang besar
Farmasi (PBF) maupun rekanan. Pemilihan PBF yang sesuai yaitu
dengan pertimbangan :
a. Pelayanan yang baik dan kecepatan pengiriman
b. Ketersediaan barang (lengkap/tidak/kualitas dan kuantitas barang).
c. Rutinitas PBF datang ke Apotek.
d. Adanya program yang menguntungkan (diskon dan bonus).
e. Harga barang.
f. Prosedur PBF (jangka waktu pembayaran yang relatif lebih
panjang).
g. Lokasi PBF.
h. Sumbangan/droping/hibah.
i. E-Catalogue
3. Konsinyasi
Pengadaan dengan cara konsinyasi yaitu pemilik barang menitipkan
barang kepada Apotek. Apotek hanya membayar barang yang terjual,
sedangkan sisanya dapat dikembalikan atau diperpanjang masa
konsinyasinya. Cara seperti ini biasanya dilakukan pada produk baru.
Berdasarkan cara pembayaran yang dilakukan, maka pengadaan barang
dapat dikelompokkan menjadi pengadaan secara tunai (Cash On Delivery)

21
pembayaran dilakukan secara langsung dan pengadaan secara kredit,
pembayaran dilakukan setelah faktur jatuh tempo. Sistem pengadaan yang
dilakukan di Apotek Kimia Farma Hidayatullah 114 diadakan secara
grouping dimana terpusat oleh bagian BM (Business Manager) yang
kemudian disalurkan ke outlet-outlet Kimia Farma lainya. Pengadaan
dibagi menjadi 4 macam, yaitu sistem Min-max, permintaan manual,
permintaan Cito dan permintaan mendesak.
a. Sistem Min-max adalah pengadaan berdasarkan perhitungan sistem
Kimia Farma yang dilakukan oleh bagian pengadaan di Business
Manager (BM).
b. Permintaan Manual adalah pengadaan berdasarkan catatan dari buku
defect.
c. Permintaan Cito digunakan untuk barang-barang yang diperlukan
cepat, biasanya dilakukan untuk pengadaan obat karena permintaan
pasien dimana obat tersebut tidak tersedia di Kimia Farma lain.
d. Permintaan Mendesak adalah pembelian yang dilakukan langsung
antar outlet Kimia Farma, dengan adanya sistem ini maka kebutuhan
pasien akan obat dapat dipenuhi oleh Apotek Kimia Farma
Hidayatullah 114, keuntungan lainnya yaitu stok obat tertentu tidak
menumpuk hanya pada satu Apotek Kimia Farma saja, sehingga
perputaran obat lebih cepat dan mencegah adanya obat-obat yang telah
kedaluwarsa mengingat perputaran obat di Apotek Kimia Farma lain
tidak sama.
Pengadaan di Apotek Kimia Farma Hidayatullah 114 dilakukan
oleh pengadaan BM Samarinda menggunakan sistem Min-max secara
online. Bagian pengadaan BM Samarinda mengirimkan data barang yang
harus dipesan berdasarkan Min-max ke Apotek. BM melakukan
pemesanan ke PBF dengan memuat Surat Pesanan (SP) untuk Apotek.
Khusus untuk SP obat Narkotika, Psikotropika, OOT (Obat-obat
Tertentu) dan prekursor dibuat oleh pihak Apotek sendiri dan
ditandatangani oleh APA dan dikirimkan ke BM, kemudian pihak PBF

22
langsung datang ke BM untuk mengambil SP yang sudah disiapkan atau
Apotek langsung menghubungi sales PBF dan SP nya diambil di Apotek.
Surat Pesanan untuk golongan narkotika terdiri dari empat rangkap
dan dalam satu SP hanya diperbolehkan satu item obat, untuk golongan
Psikotropika SP terdiri dari tiga rangkap dan dalam satu surat boleh
mencantumkan beberapa item Psikotropika. Apotek Kimia Farma juga
melakukan spreading barang otomatis untuk perputaran barang agar
tidak ada penumpukan karena kelebihan stok dan barang pasif (Death
Stock), yang didaftarkan merupakan barang pareto.
4.2.3 Alur Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera
dalam surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Setiap
pengiriman sediaan farmasi yang dipesan disertai faktur rangkap empat
(2 lembar untuk PBF, 1 lembar untuk penagihan dan 1 lembar untuk
Apotek) dan SP yang ditandatangani oleh APA. Barang yang datang
dicocokkan dengan SP, bila sesuai akan ditandatangani oleh APA atau
AA disertai dengan nomor surat ijin kerja dan diberikan stempel apotek
sebagai bukti sediaan farmasi telah diterima dan bila tidak sesuai segera
dikembalikan ke PBF pengirim. Untuk obat dengan tanggal kadaluwarsa
dibuat perjanjian pengembalian obat ke PBF yang bersangkutan dengan
batas waktu sesuai perjanjian. Saat penerimaan obat mengandung
prekursor Farmasi, harus dilakukan pemeriksaan kesesuaian antara fisik
obat dengan Faktur Penjualan atau Surat Pengiriman Barang (SPB) yang
meliputi :
a. Nama apotek pemesan dipastikan apakah sudah sesuai
b. Kebenaran nama produsen, nama prekursor Farmasi atau obat uang
mengandung prekursor Farmasi, jumlah, bentuk dan kekuatan
sediaan, isi dan jenis kemasan.
c. Nomor batch dan tanggal kedaluwarsa.
d. Apabila kondisi kemasan termasuk segel dan penandaan rusak,
terlepas, terbuka dan tidak sesuai dengan SP, maka obat tersebut

23
harus dikembalikan kepada pengirim disertai dengan bukti retur atau
surat pengembalian dan salinan faktur penjualan (BPOM, 2008).
Setelah dilakukan pemeriksaan, Apoteker penanggung jawab atau
tenaga teknis kefarmasian wajib menandatangani faktur penjualan atau
Surat Pengiriman Barang (SPB) dengan mencantumkan nama lengkap,
nomor SIPA/SIPTTK dan stempel Apotek.

Barang datang
dari PBF
Cek barang
Simpan obat
dengan surat
sesuai dengan
pesanan apotek
ketentuan
dan faktur

Simpan faktur Cek kondisi


sesuai tanggal barang dan
dan PBF tanggal ED

Cek faktur pada Memberikan


buku penerimaan tanda tangan dan
barang stampel

menghitung
harga obat

4.4 Skema penerimaan barang di apotek


Sistem penerimaan di Apotek Kimia Farma Hidayatullah 114 yaitu
mulai barang datang kemudian Apoteker atau TTK memastikan nama
tujuan apotek apakah sudah benar untuk Kimia Farma Hidayatullah 114,
kemudian melakukan pencekan untuk nama produsen, mencek nama
obat, kekuataan sediaan obat, kesesuaian jumlah, kondisi fisik barang,
expired date (ED), dan No. Batch yang disesuaikan dengan Laporan
Pemakaian Lembar Permintaan Obat (LPLPO) dan faktur untuk barang

24
JKN cek kondisi retur Apoteker atau TTK menandatangani faktur
kemudian disimpan.
Untuk penerimaan obat golongan narkotika dan psikotropika dari PBF
harus diterima oleh APA atau dilakukan dengan sepengetahuan APA.
Apoteker akan menandatangani faktur tersebut setelah sebelumnya
dilakukan pencocokan dengan surat pesanan. Pada saat diterima
dilakukan pemeriksaan yang meliputi jenis dan jumlah narkotika yang
dipesan.
4.2.4 Metode Penyimpanan
Sistem penyimpanan perbekalan Farmasi di Apotek Kimia Farma
Hidayatullah 114 berdasarkan:
a. Efek Farmakologi
Penyimpanan berdasarkan efek farmakologi di Apotek Kimia
Farma Hidayatullah 114 meliputi obat-obat Antibiotik,
Analgetik, Obat Untuk Saluran Cerna, Vitamin, Antihipertensi
dan Kolesterol, Antihistamin, Antidiabetes, Hormon dan Obat
untuk Saluran Kemih.
b. Alfabetis
Obat-obat yang disimpan di Apotek Kimia Farma Hidayatullah
114 juga disusun berdasarkan alfabetis untuk mempermudah
dalam pencarian.
c. Stabilitas Obat
Penyimpanan obat berdasarkan stabilitas obat di Apotek Kimia
Farma Hidayatullah 114 di bagi menjadi dua yaitu penyimpanan
pada suhu ruang (15-30o C) dan pada suhu dingin (2-8o C).
Contoh produk yang harus disimpan pada suhu dingin yaitu
insulin, suppositoria dan ovula.
d. Golongan Obat
Obat-obat OTC, kosmetik, alat kesehatan dan suplemen disimpan
di area swalayan. Sedangkan obat keras generik di simpan di rak
terpisah dengan obat keras branded. Obat-obat Narkotika dan

25
Psikotropika disimpan dalam lemari khusus yang terbuat dari
kayu menempel di dinding.
e. Bentuk Sediaan
Penyimpanan berdasarkan bentuk sediaan dilakukan dengan
membedakan rak penyimpanan dan pengelompokan perbekalan
Farmasi yang sejenis. Contohnya membedakan penyimpanan
sediaan injeksi, sediaan tablet atau kapsul dan sediaan sirup serta
sediaan semisolid. Untuk sediaan sirup dikumpulkan sama
dengan bentuk sediaannya seperti Amoxicilin dry sirup,
Parasetamol, Antibiotik suspensi dan lain- lain. Hal ini juga
berlaku untuk semua bentuk sediaan yang lain.
f. Obat Khusus Obat-obat yang disimpan secara khusus yaitu obat
untuk pasien BPJS/PRB, obat untuk dokter kapitasi, obat generik
dan obat merek dagang
g. Penyimpanan secara FIFO (First In First Out) adalah
penyimpanan berdasarkan barng yang pertama masuk akan
diletakkan paling depan sehingga akan didistribusikan lebih
dahulu, sedangkan FEFO (First Expired First Out) adalah
penyimpanan barang berdasarkan tanggal kadaluwarsa
perbekalan Farmasi, barang yang tanggal kadaluwarsanya paling
mendekati akan diletakkan di depan dari pada barang yang
tanggal kadaluwarsanya masih lama.
4.2.5 Metode Pemusnahan
Pengelolaan Obat Rusak, Kadaluwarsa, Pemusnahan Obat dan Resep.
Penanganan obat rusak atau kadaluwarsa harus dimusnahkan sesuai
dengan bentuk jenis dan sediaan. Pemusnahan obat kadaluwarsa atau
rusak yang mengandung Narkotik atau Psikotropika dilakukan oleh
Apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota.
Prosedur pemusnahan narkotika dilakukan sebagai berikut :
1. APA membuat dan menandatangani surat permohonan pemusnahan
narkotika yang berisi jenis dan jumlah narkotika yang rusak atau
tidak memenuhi syarat.

26
2. Surat permohonan yang telah ditandatangani oleh APA dikirimkan
ke Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan. Balai Besar Pengawas
Obat dan Makanan akan menetapkan waktu dan tempat
pemusnahan.
3. Kemudian dibentuk panitia pemusnahan yang terdiri dari APA,
Asisten Apoteker, Petugas Balai POM, dan Kepala Suku Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.
4. Bila pemusnahan narkotika telah dilaksanakan, dibuat Berita Acara
Pemusnahan yang berisi :
a. Hari, tanggal, bulan, tahun dan tempat dilakukannya
pemusnahan
b. Nama, jenis dan jumlah narkotika yang dimusnahkan
c. Cara pemusnahan
d. Petugas yang melakukan pemusnahan
e. Nama dan tanda tangan Apoteker Pengelola Apotek Berita acara
tersebut dibuat dengan tembusan :
- Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
- Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan DKI
Jakarta.
- Arsip apotek.
Apotek Kimia Farma Hidayatullah 114 belum pernah melakukan
proses pemusnahan, hal ini dikarenakan Apotek Kimia Farma
Hidayatullah 114 selalu mengecek ED suatu barang, apabila waktu ED
barang sudah mendekati, maka Apotek Kimia Farma Hidayatullah 114
akan mengembalikan barang kepada distributor.
4.2.6 Alur Pencatatan
Pencatatan dilakukan setiap proses pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) meliputi pengadaan
(surat pesanan, faktur), penyimpanan (kartu stok), Penyerahan (nota atau
struk penjualan) dan pencatatan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan
(Permenkes, No. 73 tahun 2016).

27
Pencatatan dilakukan setiap hari meliputi pencatatan data pasien,
pembuatan kuitansi dan salinan resep dilakukan setiap hari dengan tujuan
untuk memonitor semua kegiatan di Apotek Kimia Farma Hidayatullah
114 agar dapat berjalan dengan baik dan dapat dipertanggung jawabkan
serta dapat memberikan bukti data mengenai jumlah barang, jenis
barang, waktu pengeluaran dan seluruh rangkaian proses pendistribusian
barang.
4.2.7 Metode Pelaporan
Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan eksternal. Pelaporan
internal merupakan pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan
manajemen Apotek, meliputi keuangan, barang dan laporan lainnya.
Pelaporan eksternal merupakan pelaporan yang dibuat untuk memenuhi
kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,
meliputi pelaporan narkotika, psikotropika dan pelaporan lainnya
(Permenkes, No. 73 tahun 2016).
Pelaporan dilakukan setiap hari. Pelaporan harus dilakukan pada
setiap rangkaian kegiatan, dengan tujuan untuk memonitor semua
kegiatan di Apotek Kimia Farma Hidayatullah 114 agar dapat berjalan
dengan baik dan dapat dipertanggung jawabkan. Kegiatan tersebut
memberikan data mengenai jumlah barang, jenis barang, waktu
pengeluaran dan seluruh rangkaian proses pendistribusian barang.
Pelaporan di Apotek Kimia Farma Hidayatullah 114 dibagi menjadi
tiga yaitu:
1. Laporan Harian, yaitu meliputi Laporan Ikhtisar Penjualan Harian
(LIPH) yang dilampiri dengan Bukti Setoran Kasir (BSK), Laporan
pendapatan harian Apotek yang dilakukan saat pergantian shift
(Pendapatan waktu pagi, sore dan malam) dan pengeluaran Apotek
setiap harinya.
2. Laporan mingguan meliputi Surat Pesanan Barang (SPB) dan
laporan kualitas stok Apotek.

28
3. Laporan Bulanan meliputi laporan hasil penjualan produk Kimia
Farma dan Produk promo, pembelian, stok opname laporan laba-rugi
dan laporan penolakan resep.
4. Pelaporan narkotik dan psikotropika dilakukan sebulan sekali,
dibuat 4 rangkap untuk Dinas Kesehatan Kota Samarinda dengan
Tembusan Dinas Kesehatan Kota Provinsi Kalimantan Timur, Balai
POM Kalimantan Timur dan untuk arsip Apotek. Pelaporan narkotik
dan psikotropik juga dapat dilakukan secara online melalui situs
SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotik dan Psikotropik) Sebelum
tanggal 10. Isi laporan narkotika atau Psikotropika adalah :
a. Nama obat, bentuk sediaan, kekuatan sediaan, satuan.
b. Jumlah stok awal, jumlah pemasukan dari PBF dan sarana.
c. Jumlah Pengeluaran obat untuk resep, sarana dan pemusnahan
jumlah stok akhir.

29
4.3 Pelayanan Farmasi Klinik
4.3.1 Pengkajian Resep

4.3 Resep dari dokter Kimia Farma


Analisis Resep : Pada resep diatas dalam aspek administratif dapat
ditemukan nama pasien, umur pasien,nomor BPJS pasien, dan alamat
pasien. Tetapi tidak ditemukan adanya paraf dari dokter. Pada aspek
farmasetis ditemukan kekuataan sediaan obat, hal ini dikarenakan obat
yang diresepkan merupakan obat generik dan hanya memiliki 1 kekuataan
sediaan. Pada aspek klinis dapat di lihat bahwa pemberian lansoprazole di
gunakan untuk mengobati lambung dan di minum 2x sehari pagi dan
malam setengah jam sebelum makan. Obat kedua yang diresepkan adalah
domeperidone yang digunakan untuk mengatasi mual dan muntah, dan di
minum setiap 3x sehari setengah jam sebelum makan. Obat ketiga yang
diberikan adalah Paracetamol yang digunakan untuk mengobati nyeri dan
demam, dan diminum sebanyak 3x sehari sesudah makan.

30
4.3.2 Dispensing
Dispensing terdiri dari penyiapan, penyerahan, dan pemberian
informasi obat. Setelah melakukan pengkajian resep, maka dilakukan
dispensing seperti menghitung jumlah kebutuhan obat sesuai dengan
resep yang diberikan. Mengambil obat yang dibutuhkan pada rak
penyimpanan dengan memperhatikan nama obat, tanggal kadaluwarsa
dan keadaan fisik obat. Berhubung di apotek Kimia Farma Hidayatullah
114 memiliki dokter umum dan banyak pasien anak yang berdatangan
untuk berobat, maka peracikan obat menjadi bentuk puyer sering
dilakukan. Sebelum dilakukan percikan maka dilakukan perhitungan
dosis terlebih dahulu, lalu mengambil obat yang dibutuhkan sesuai
dengan jumlah yang telah dihitung, kemudian meminta persetujuan dari
apoteker, apabila apoteker menyetujui maka selanjutnya boleh
melakukan peracikan obat dan diawasi oleh apoteker maupun TTK.
Setelah obat sudah selesai di siapkan, maka dilakukan penulisan
etiket dan tidak lupa juga menambahkan indikasi obat pada etiket, agar
ketika pasien di rumah, pasien tetap mengingat indikasi dari obat yang
diberikan. Sebelum menyerahkan obat kepada apoteker maupun TTK,
pastikan dilakukan pengecekan obat apakah sudah sesuai dengan resep
dan apakah indikasi yang dituliskan sudah sesuai. Jika semua telah sesuai
maka letakkan obat dan resep di meja tempat apoteker melakukan
Pelayanan Informasi Obat.
4.3.3 Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan Informasi Obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
Apoteker dalam pemberian informasi mengenai obat, dievaluasi dengan
kritis dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek penggunaan obat
kepada profesi kesehatan lain, pasien atau masyarakat. Pada apotek
Kimia Farma Hidayatullah 114 Pelayanan Informasi Obat selalu
dilakukan setiap ada pasien yang ingin membeli obat resep maupun
membeli obat tanpa resep. Pelayanan ini dilakukan oleh apoteker maupun
TTK yang bertugas. Pelayanan Informasi Obat juga dilakukan melalui
via telepon, dan kepada mahasiswa yang sedang melaksanakan PKL.

31
Mahasiswa PKL diberi kesempatan untuk melaksanakan Pelayanan
Informasi Obat kepada pasien yang ingin mengambil obat resep dengan
di dampingi apoteker, hal ini membantu mahasiswa PKL dalam
memperdalam ilmu komunikasi kepada pasien.
4.3.4 Pelayanan Kefarmasian Di Rumah (Home Pharmacy Care)
Apoteker sebagai pemberi layanan diharapkan juga dapat melakukan
Pelayanan Kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya
untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis
lainnya. Jenis Pelayanan Kefarmasian di rumah yang dapat dilakukan
oleh Apoteker, meliputi :
1. Penilaian/pencarian (assessment) masalah yang berhubungan
dengan pengobatan.
2. Identifikasi kepatuhan pasien.
3. Pendampingan pengelolaan obat dan/atau alat kesehatan di rumah,
misalnya cara pemakaian obat asma, penyimpanan insulin.
4. Konsultasi masalah obat atau kesehatan secara umum.
5. Monitoring pelaksanaan, efektifitas dan keamanan penggunaan
Obat berdasarkan catatan pengobatan pasien.
6. Dokumentasi pelaksanaan Pelayanan Kefarmasian di rumah
dengan menggunakan Formulir 8 sebagaimana terlampir.
Kimia Farma Hidayatullah 114 tidak melakukan home pharmacy
care kepada pasien, tetapi melakukan pemantauan kepada pasien melalui
telepon maupun pesan teks. Pasien juga dapat datang langsung untuk
bertemu dengan apoteker.
4.3.5 Mengamati Proses Konseling
Konseling merupakan proses interaktif antara apoteker dengan
pasien ataupun keluarga untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman,
kesadaran dan kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam
penggunaan obat dan menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien. Pada
apotek Kimia Farma Hidayatullah 114, konseling dapat dilakukan secara
langsung maupun melalui via telepon. Apoteker Kimia Farma
Hidayatullah 114 juga melayani konseling melalui telepon, dan apoteker

32
Kimia Farma Hidayatullah 114 menjelaskan dengan terperinci dan
sopan.
4.3.6 Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Pemantauan Terapi Obat merupakan proses yang memastikan
bahwa seorang pasien mendapatkan terapi obat yang efektif dan
terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek
samping. Pada apotek Kimia Farma Hidayatullah 114 PTO biasanya
dilakukan untuk pasien anak-anak, lanjut usia, ibu hamil, dan ibu
menyusui. Hal ini dikarenakan kriteria pasien yang disebutkan lebih
rentan mengalami akibat yang fatal apabila adanya kesalahan dalam obat
yang di berikan.

33
BAB V
TUGAS KHUSUS
Ketika seorang pasien membeli obat yang tidak dimiliki oleh Kimia Farma
Hidayatullah 114, maka Kimia Farma Hidayatullah 114 akan melakukan
pemeriksaan ketersediaan barang yang di cari di apotek Kimia Farma Samarinda
lainnya. Apabila di Kimia Farma Samarinda lainnya memiliki obat atau barang
tersebut, maka karyawan di apotek Kimia Farma Hidayatullah 114 akan mengambil
obat atau barang tersebut. Tugas Khusus yang diberikan kepada mahasiswa PKL
adalah memahami cara pemeriksaan barang di apotek Kimia Farma Samarinda
lainnya serta melakukan pengambilan obat di apotek Kimia Farma lainnya untuk
memenuhi kebutuhan pasien.
Kimia Farma Hidayatullah 114 juga memberikan tugas khusus kepada
mahasiswa PKL untuk melakukan perhitungan dosis dan melakukan percikan puyer
dan kapsul, pada hal ini tetap di dampingi oleh apoteker ataupun TTK. Kimia Farma
dikenal dengan apotek yang ramah, sopan, dan lengkap. Oleh sebab itu, setiap
mahasiswa PKL diberikan tugas khusus dalam menyambut pengunjung dengan
sapa dan salam. Mahasiswa PKL berada di swalayan apotek dan melakukan sapa
dan salam ketika ada pengujung yang ingin mencari obat ataupun barang.

34
BAB VI
PENUTUP
6.1 Simpulan
Setelah kami melakukan Praktik Lapangan Kerja (PKL) pada
Apotek Kimia Farma Pangeran Hidayatullah samarinda mulai dari tanggal
03 Januari - 15 januari 2022. Maka dapat ditarik kesimpulan ialah :
1. Pengelolaan sistem manajemen Apotek Kimia Farma Pangeran
Hidayatullah telah berjalan dengan baik, dan kerja sama antar karyawan
juga berjalan dengan baik, dimana masing-masing memiliki job
description yang dilakukan dengan sikap professional.
2. Apotek Kimia Farma Pangeran Hidayatullah telah melakukan usaha
sesuai dengan Peraturan Pemerintah yang berlaku.
3. Apoteker, Asisten Apoteker, serta Tenaga Teknis Kefarmasian telah
menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik sebagai bagian pada
pelayanan resep, pengelolaan obat-obatan dan perbekalan kefarmasian
pada apotek.
4. Sistem Pengelolaan obat telah memenuhi standar yaitu dengan sistem
FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired First Out).
5. Penjualan sediaan pada Pengelolaan sistem manajemen Apotek Kimia
Farma Pangeran Hidayatullah dibantu dengan sistem komputerisasi yaitu
melalui POS.
6. Mempertahankan kebersihan yang sudah terjaga di Apotek Kimia Farma
Hidayatullah.
6.2 Saran
Pengelolaan sistem manajemen Apotek Kimia Farma Pangeran
Hidayatullah telah berjalan dengan baik, dan kerja sama antar karyawan juga
berjalan dengan baik, dimana masing-masing memiliki job description yang
dilakukan dengan sikap professional. Diharapkan kepada Apotek Kimia
Farma Pangeran Hidayatullah dapat mempertahankan dan meningkatkan
mutu pelayanan kepada masyarakat yang telah dicapai selama ini dan lebih
meningkatkan hubungan kerja sama antar sesama. Kemudian, pada saat
penyerahan obat sebaiknya lebih ditekankan pada pemberian konseling
atau pharmaceutical care kepada pasien.

35
DAFTAR PUSTAKA
BPOM. 2008. Informatorium Obat Nasional Indonesia, Badan Pengawas Obatdan
Makanan Republik Indonesia, Jakarta.
Depkes RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 73 Tahun
2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia; Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 2011. Peraturan Menteri Kesehatan RI
No.889/Menkes/Per/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Tenaga
Kefarmasian, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Kemenkes RI .2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 73 Tahun 2016 tentang standar pelayanan kefarmasan di
apotek. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Keputusan Menteri Kesehatan RI. 2002. Tentang Ketentuan dan Tata Cara
Pemberian Izin Apotek. Kepmenkes Nomor 1332/MENKES/SK/X/2002.
Mashuda, A. 2011. Pedoman Cara Pelayanan Kefarmasian Yang Baik.
Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Nomor 9 Tahun 2017
Tentang Apotek. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Supardi, S., Yuniar, Y., & Sari, I. D. 2020. Pelaksanaan Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek di Beberapa Kota Indonesia. Jurnal Penelitian Dan
Pengembangan Pelayanan Kesehatan, 3(3), 152–159.

VIII
LAMPIRAN
Formulir Agenda Harian Kegiatan PKL (Lampiran 4)
Cindy Yopitha (181148201015)
No Keterangan Kegiatan

Hari ke-1
1 (Senin, 3 Januari
2022) shift pagi.

Hari ke-2
2 (Selasa, 4 Januari
2022) shift pagi.

IX
Hari ke-3
3 (Rabu, 5 Januari
2022) shift pagi.

Hari ke-4
4 (Kamis, 6 Januari
2022) shift pagi.

X
Hari ke-5
5 (Jumat, 7 Januari
2022) shift pagi.

Hari ke-6
6 (Sabtu, 8 Januari
2022) shift pagi.

XI
Hari ke-7
7 (Senin, 10 Januari
2022) shift pagi.

Hari ke-8
8 (Selasa, 11 Januari
2022) shift sore.

XII
Hari ke-9
9 (Rabu, 12 Januari
2022) shift pagi.

Hari ke-10
10 (Kamis, 13 Januari
2022) shift sore.

XIII
Hari ke-11
11 (Jumat, 14 Januari
2022) shift pagi.

Hari ke-12
12 (Sabtu, 15 Januari
2022) shift sore

XIV
Yawan Arianto (181148201061)
No Keterangan Kegiatan

Hari ke-1
1 (Senin, 3 Januari
2022) shift sore.

Hari ke-2
2 (Selasa, 4 Januari
2022) shift sore.

XV
Hari ke-3
3 (Rabu, 5 Januari
2022) shift sore.

Hari ke-4
4 (Kamis, 6 Januari
2022) shift sore.

XVI
Hari ke-5
5 (Jumat, 7 Januari
2022) shift sore.

Hari ke-6
6 (Sabtu, 8 Januari
2022) shift sore.

XVII
Hari ke-7
7 (Senin, 10 Januari
2022) shift sore.

Hari ke-8
8 (Selasa, 11 Januari
2022) shift pagi.

XVIII
Hari ke-9
9 (Rabu, 12 Januari
2022) shift sore.

Hari ke-10
10 (Kamis, 13 Januari
2022) shift pagi.

XIX
Hari ke-11
11 (Jumat, 14 Januari
2022) shift sore.

Hari ke-12
12 (Sabtu, 15 Januari
2022) shift pagi.

XX
Formulir Penilaian Pembimbing Tempat PKL (Lampiran 5)
Cindy Yopitha (181148201015)
No Keterangan Kegiatan

Nilai yang diberikan


oleh Preceptor
Apotek Kimia
1 Farma Hidayatullah
kepada Cindy
Yopitha adalah
sebesar 78,75.

Yawan Arianto (181148201061)


No Keterangan Kegiatan

Nilai yang diberikan


oleh Preceptor
Apotek Kimia
1 Farma Hidayatullah
kepada Yawan
Arianto adalah
sebesar 78,75.

XXI
Lembar Bimbingan Pembimbing Tempat PKL (Lampiran 8)
Cindy Yopitha (181148201015)
No Keterangan Kegiatan

Bimbingan
dilakukan dengan
preceptor klinik
yang membahas
1 tentang alur
pemusnahan obat
yang dilakukan oleh
Kimia Farma
Hidayatullah.

Yawan Arianto (181148201061)


No Keterangan Kegiatan

Bimbingan
dilakukan dengan
preceptor klinik
yang membahas
1 tentang alur
pemusnahan obat
yang dilakukan oleh
Kimia Farma
Hidayatullah.

XXII
Denah Lokasi Kimia Farma Hidayatullah

XXIII
Gambar Bangunan Kimia Farma Hidayatullah

XXIV
Contoh Resep yang Berada di Tempat PKL
No Keterangan Dokumentasi

Contoh
resep dari
apotek
1
Kimia
Farma
Hidayatulah

XXV
Apograph RS
No Keterangan Dokumentasi

Contoh
1
Copy resep

XXVI
Contoh Etiket yang Berada di Tempat PKL
No Keterangan Dokumentasi

Contoh etiket obat


untuk bentuk
1
sediaan tablet,
kapsul, puyer,dll.

Contoh etiket obat


2
untuk sediaan sirup

Contoh etiket untuk


3
sediaan topikal

XXVII
Kartu Stok Obat
No Keterangan Dokumentasi

Contoh kartu
1
stok

XXVIII
Surat Pemesanan Obat Bebas, Obat Bebas Terbatas, dan Obat Keras
No Keterangan Dokumentasi

Contoh
Surat
Pemesanan
obat bebas,
bebas
terbatas,
dan obat
keras
1 dibuat
minimal 2
rangkap. 1
lembar
untuk PBF
dan 1
lembar
untuk arsip
apotek.

XXIX
Surat Pemesanan Obat Prekursor
N Keterangan Dokumentasi
o

Contoh
surat
pemesanan
obat yang
mengandun
g prekursor
farmasi
terdiri dari 2
1
rangkap.
Dimana 1
lembar
untuk PBF,
dan 1
lembar
untuk arsip
apotek.

XXX
Surat Pemesanan Obat-obat Tertentu (OOT)
No Keterangan Dokumentasi

Contoh
surat
pemesanan
obat-obat
tertentu.
Surat
1
pemesanan
OOT
dibuat
sekurang-
kurangnya
3 rangkap.

XXXI
Surat Pemesanan Obat Narkotika/Psikotropika
No Keterangan Dokumentasi
Contoh surat
pemesanan
obat
narkotika
terdiri dari 4
rangkap. 1
lembar surat
pesanan asli,
1 2 lembar
salinan surat
pesanan
diserahkan
kepada PBF,
dan 1 lembar
disimpan
untuk arsip
apotek.

2.

XXXII
3

Contoh surat
pemesanan
obat
psikotropika
terdiri dari 3
rangkap. 1
lembar surat
pesanan asli,
4 1 lembar
salinan surat
pesanan
diserahkan
kepada PBF,
dan 1 lembar
disimpan
untuk arsip
apotek.

XXXIII
5

XXXIV
Faktur Penerimaan Obat
No Keterangan Dokumentasi

Contoh
Faktur
1
Penerimaan
Obat

XXXV
Surat Mutasi dan Permintaan Barang
No Keterangan Dokumentasi

Contoh
Surat
Mutasi
1
(Surat
Pesanan
Mendesak)

XXXVI

Anda mungkin juga menyukai