Anda di halaman 1dari 66

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DALAM

PENGGUNAAN PRODUK SKIN CARE PEMUTIH WAJAH


PADA PESERTA DIDIK SMA NEGERI 1 PRINGSURAT

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai


Gelar Ahli Madya Farmasi Pada Prodi D III Farmasi
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Magelang

Disusun Oleh:

Rifqi Dwi Pangestuti

NPM : 20.0602.0010

PROGRAM STUDI D III FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
TAHUN 2023

i
HALAMAN PERSETUJUAN

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DALAM PENGGUNAAN


PRODUK SKIN CARE PEMUTIH WAJAH PADA PESERTA DIDIK SMA
NEGERI 1 PRINGSURAT

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun oleh:

Rifqi Dwi Pangestuti


NPM : 20.0602.0010
Telah Memenuhi Persyaratan dan Disetujui Untuk Mengikuti
Uji Karya Tulis Ilmiah
Prodi D III Farmasi Universitas Muhammadiyah Magelang
Oleh :

Pembimbing I Tanggal

(apt. Ratna Wijayatri, M.Sc) 3 Februari 2023


NIDN. 0505128501
Pembimbing II Tanggal

(apt. Puspita Septie Dianita, S.Farm., M.P.H.) 3 Februari 2023


NIDN. 0622048902

ii
HALAMAN PENGESAHAN

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DALAM PENGGUNAAN


PRODUK SKIN CARE PEMUTIH WAJAH PADA PESERTA DIDIK SMA
NEGERI 1 PRINGSURAT

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun oleh:

Rifqi Dwi Pangestuti


NPM : 20.0602.0010

Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji dan Diterima Sebagai


Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Ahli Madya Farmasi
di Prodi D III Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Magelang
Pada Tanggal : 17 Februari 2023

Dewan Penguji,
Penguji I Penguji II Penguji III

(apt. Herma Fanani Agusta, M.Sc.) (apt. Puspita Septie Dianita, M.P.H.) (apt. Ratna Wijayatri, M.Sc.)
NIDN. 0622088504 NIDN. 0622048902 NIDN. 0505128501
Mengetahui,
Dekan, Ka. Prodi D III Farmasi
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Magelang

Dr. Heni Setyowati ER., S.Kep., M.Kes. apt. Widarika Santi Hapsari, M.Sc.
NIDN. 06251127002 NIDN. 0618078401

iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL...................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................3
D. Manfaat Penelitian........................................................................................3
E. Keaslian Penelitian........................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................6
A. Teori Masalah yang diteliti...........................................................................6
B. Kerangka Teori...........................................................................................20
C. Kerangka Konsep........................................................................................21
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................22
A. Desain Penelitian.........................................................................................22
B. Variabel Penelitian......................................................................................22
C. Definisi Operasional...................................................................................22
D. Populasi dan sampel....................................................................................23
E. Lokasi dan Waktu Penelitian......................................................................24
F. Instrumen dan Metode Pengumpulan Data.................................................25
G. Metode Pengolahan dan Analisis Data.......................................................26
H. Jalannya Penelitian......................................................................................28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………….…………..29
A. Hasil Penelitian …………………………………………………………….29
B. Pembahasan ……………………………………………………….……..…30
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………….45

iv
A. Kesimpulan …………………….………………………………….………..45
B. Saran ……………………………………………………………….……….45
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................47
LAMPIRAN...........................................................................................................51

v
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Keaslian Penelitian.....................................................................................4

Tabel 2. Karakteristik Jenis Kelamin ....................................................................29

Tabel 3. Karakteristik Usia ...................................................................................29

Tabel 4. Karakteristik Kelas ..................................................................................30

Tabel 5. Tingkat Pengetahuan Responden ............................................................30

Tabel 6. Tingkat Sikap Responden .......................................................................30

Tabel 7. Item Pernyataan Pengetahuan .................................................................32

Tabel 8. Item Pernyataan Sikap ............................................................................38

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Teori ....................................................................................20

Gambar 2. Kerangka Konsep ................................................................................21

Gambar 3. Pelaksanaan Penelitian ........................................................................28

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian...............................................................................51

Lampiran 2. Data Hasil Kuesioner ........................................................................56

viii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada masa remaja penampilan fisik merupakan hal yang sering
diperhatikan. Di usia mereka lebih mudah terpengaruh pada produk
perawatan wajah, karena mereka sudah mulai memperhatikan terhadap
penampilan wajahnya sendiri yang memiliki tujuan untuk terlihat lebih
menarik dari teman sebayanya dan menarik perhatian lawan jenisnya
(Fadila et al., 2020)
. Banyak remaja yang berusaha menjaga penampilan dengan
keinginan memiliki kulit yang putih, sehingga terbentuknya suatu keinginan
untuk menggunakan produk skin care pemutih wajah. Dampak negatif dapat
timbul dari penggunaan produk yang tidak memenuhi syarat keamanan,
dengan skin care yang mengandung bahan berbahaya. Maraknya produk skin
care pemutih wajah yang muncul di pasaran memicu keinginan untuk
memiliki kulit yang putih agar dianggap menarik. Maka mereka cenderung
menggunakan produk skin care pemutih wajah untuk memutihkan kulit yang
kebanyakan didalamnya mengandung bahan berbahaya. Perilaku tersebut
dapat berisiko dalam mengambil keputusan penggunaan skin care tanpa
mempertimbangkan efek samping yang ditimbulkan (Balqis et al., 2022).
Penggunaan produk pemutih kulit wajah secara terus menerus akan
memberikan dampak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sehingga
kebiasaan menggunakan produk pemutih kulit wajah akan terus langgeng dan
bertahan lama. Padahal belum tentu produk pemutih kulit wajah yang
digunakan adalah produk yang mendapat izin resmi dari pemerintah dan tidak
berbahaya. Pada umumnya, masalah yang ditimbulkan dari efek samping
penggunaan skin care pemutih wajah dipengaruhi oleh dua faktor pokok,
yaitu faktor perilaku dan faktor-faktor di luar perilaku. Faktor perilaku ini
mempunyai pengaruh yang besar terhadap status kesehatan individu maupun
masyarakat. Perilaku merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta
interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk

1
2

pengetahuan, sikap dan tindakan. Selain itu, perilaku juga dapat didefinisikan
sebagai semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati
secara langsung maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar (Susanti, 2013).
Suatu produk skin care dapat memberikan pengaruh positif maupun
pengaruh negatif terhadap kulit wajah, tergantung bahan yang terkandung
dalam suatu produk serta cara pemakaiannya. Dampak atau pengaruh yang
ditimbulkan skin care terhadap kulit ada dua macam yaitu pengaruh positif
dan negatif. Dalam penggunaan skin care tentunya menginginkan pengaruh
positif dan menghindari yang negatif. Penggunaan skin care sebaiknya
dilakukan sesuai dengan kondisi kulit wajah. Sekarang sudah banyak produk
skin care wajah yang sesuai dengan jenis kulit. Perawatan kulit wajah (skin
care) pada umumnya bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan
kesehatan dan fungsi kulit serta meremajakan bentuk luar kulit, yakni agar
kulit wajah terasa nyaman, lembut, bersih, putih, halus, lembab dan bersinar.
Sekarang ini semakin meningkatnya ketertarikan dan daya minat remaja
terhadap penggunaan skin care wajah, hal ini juga harus diimbangi dengan
semakin selektifnya keputusan pembelian dalam memilih produk skin care
yang aman jika digunakan (Nindya Dwiana et al., 2019).
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik melakukan
penelitian yang bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap
peserta didik SMA Negeri 1 Pringsurat dalam penggunaan skin care pemutih
wajah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengetahuan peserta didik SMA Negeri 1 Pringsurat tentang
penggunaan produk skin care pemutih wajah?
2. Bagaimana sikap peserta didik SMA Negeri 1 Pringsurat dalam
menggunakan produk skin care pemutih wajah?
3

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap peserta didik
SMA Negeri 1 Pringsurat dalam penggunaan skin care pemutih wajah.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan peserta didik SMA Negeri 1
Pringsurat tentang penggunaan produk skin care pemutih wajah.
b. Untuk mengetahui sikap peserta didik SMA Negeri 1 Pringsurat
dalam penggunaan skin care pemutih wajah.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat berguna untuk memperluas pemahaman
pembaca serta dapat menjadi dasar penelitian selanjutnya mengenai
gambaran pengetahuan dan sikap dalam penggunaan produk skin care
pemutih wajah.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang penggunaan
skin care pemutih wajah.
b. Bagi responden
Diharapkan dapat memberikan edukasi kepada peserta didik SMA
Negeri 1 Pringsurat agar lebih memahami dan lebih memperhatikan
tentang pentingnya sikap selektif dalam membeli dan menggunakan
produk skin care pemutih wajah.
4

E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan hasil kajian pada penelitian sebelumnya, penelitian tentang
gambaran pengetahuan dan sikap dalam penggunaan produk skin care
pemutih wajah pada peserta didik SMA Negeri 1 Pringsurat belum pernah
dilaksanakan. Namun sebagai bahan pembanding dan referensi, ditemukan
penelitian yang memiliki relevansi yaitu dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Keaslian Penelitian


Penelitian Judul Hasil Perbedaan
(Qemha, Hubungan Pengetahuan kosmetika - Setting
2016) Pengetahuan mahasiswa jurusan tata rias - Responden
Dengan Sikap dan kecantikan Universitas
Pemilihan Negeri Padang berada pada
Kosmetika persentase 82% dengan
Perawatan Kulit kategori tinggi. Sedangkan
Wajah sikap dalam memilih
Mahasiswa kosmetik perawatan kulit
Jurusan Tata wajah mahasiswa Jurusan
Rias dan Tata rias dan kecantikan
Kecantikan Universitas Negeri Padang
Universitas pada persentase 64%
Negeri Padang dengan kategori sikap yang
buruk.
(Fadila et al., Hubungan Pengetahuan kosmetik - Setting
2020) Pengetahuan pada siswa kelas XI SMK - Responden
Kosmetika Negeri 7 Padang berada
Dengan pada skor 74,21% dengan
Pemilihan kategori “sedang”.
Kosmetik Pemilihan kosmetik
Perawatan Kulit perawatan kulit wajah
Wajah Siswa siswa kelas XI Tata
Kelas XI Kecantikan SMK Negeri 7
Jurusan Tata Padang berada pada skor
Kecantikan 84,08% dengan kategori
SMK Negeri 7 “tepat”.
Padang
(Yusriyani et Studi Tingkat Tingkat pengetahuan - Setting
al., 2022) Pengetahuan masyarakat Desa Sanrego, - Responden
Masyarakat Kecamatan Kahu,
Desa Sanrego Kabupaten Bone terhadap
Kecamatan bahaya penggunaan krim
Kahu Kabupaten pemutih termasuk kategori
5

Penelitian Judul Hasil Perbedaan


Bone Terhadap sedang dengan persentase
Bahaya 44,37%.
Penggunaan
Krim Pemutih
(Hilmi et al., Hubungan Sebanyak 290 responden - Setting
2022) Pengetahuan dan memiliki pengetahuan yang - Responden
Sikap terhadap baik dengan persentase
Perilaku sebesar 74,0%, responden
Pemilihan Skin yang memiliki pengetahuan
Care Wajah kurang baik sebanyak 102
melalui Media responden dengan
Sosial pada persentase sebesar 26,0%.
Salah Satu Sedangkan dari 392
Universitas di responden, 230 responden
Karawang Jawa memiliki sikap baik dengan
Barat persentase sebesar 58,7%,
responden yang memiliki
sikap kurang baik sebanyak
162 orang dengan
persentase sebesar 41,3%.
(Balqis et al., Hubungan Sebanyak 194 mahasiswa - Setting
2022) Pengetahuan dan memiliki tingkat - Responden
Sikap Terhadap pengetahuan yang rendah
Keputusan terkait skin care pemutih
Penggunaan wajah yang mengandung
Produk Skin merkuri dengan persentase
Care Pemutih (57,1%) dan responden
Wajah Yang yang memiliki tingkat
Mengandung pengetahuan tinggi
Merkuri Pada sebanyak 146 mahasiswa
Mahasiswa (42,9%). Sedangkan sikap
Universitas mahasiswa terhadap skin
Singaperbangsa care pemutih wajah
Karawang mengandung merkuri
cenderung negatif yang
dibuktikan dengan jumlah
187 mahasiswa (55 %)
yang memiliki sikap
negatif dan mahasiswa
yang memiliki sikap
positif sebanyak 153
mahasiswa (45%).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Masalah yang diteliti


1. Pengetahuan dan Sikap
a. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan pemahaman seorang partisipan terhadap
topik yang diberikan. Pengetahuan adalah suatu kemampuan untuk
menerima, mempertahankan, dan menggunakan informasi, yang
dipengaruhi oleh pengalaman dan keterampilan
(Moudy & Syakurah, 2020)
.
Menurut Notoatmodjo (dalam (Azlika, 2021) ) pengetahuan
mempunyai enam tingkatan, yaitu :
1) Tahu (know) adalah mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Kata kerja untuk mengukur bahwa seseorang tahu
tentang apa yang telah dipelajari adalah menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
2) Memahami (comprehend) adalah suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3) Aplikasi (application) adalah suatu kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada suatu kondisi atau situasi yang
sebenarnya.
4) Analisis (analysis) adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan
materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih
dalam suatu lingkup struktur organisasi tersebut, serta masih ada
keterkaitan antara satu dengan yang lainnya.
5) Sintesis (synthesis) adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian ke dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru.

6
7

6) Evaluasi (evaluation) adalah suatu kemampuan untuk melakukan


justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

b. Sikap
Menurut Merike & Mervi (dalam (Munawar & Supriatna, 2018) )
sikap adalah kecenderungan seseorang untuk merespon suatu stimulus
atau objek dengan cara tertentu atau memberikan penilaian secara positif
atau negatif. Sikap juga diartikan sebagai perasaan, pikiran dan
kecenderungan seseorang yang kurang lebih bersifat permanen mengenai
aspek-aspek tertentu dalam lingkungannya. Sikap berasal dari keyakinan
terhadap suatu perilaku (behavioral beliefs) dan evaluasi seseorang.
Menurut Notoatmodjo (dalam (Azlika, 2021) ) sikap mempunyai
empat tingkatan, antara lain :
1) Menerima (receiving) diartikan bahwa orang (subjek) mau
memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
2) Merespon (responding) adalah memberikan jawaban apabila ditanya,
kemudian mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan
sebagai suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk
menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, akan
terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah yang berarti bahwa
seseorang itu telah menerima ide tersebut.
3) Menghargai (value) artinya mengajak orang lain untuk mengerjakan
atau mendiskusikan suatu masalah yang merupakan suatu indikasi
sikap tingkat tiga.
4) Bertanggung jawab (responsible) adalah sikap dan perilaku
seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang
seharusnya dilakukan, baik terhadap diri sendiri, masyarakat,
lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha
Esa serta harus siap menerima segala resiko yang merupakan sikap
paling tinggi.
8

2. Skin Care
a. Pengertian Skin Care
Perawatan kulit (skin care) adalah prosedur atau langkah-langkah
merawat kulit yang dilakukan dengan menggunakan rangkaian suatu
produk tertentu yang memiliki kandungan bahan dan digunakan sesuai
dengan jenis kulit wajah masing-masing individu (Maarif et al., 2019).
b. Jenis-Jenis Skin Care
Rangkaian skin care yang umumnya digunakan adalah sebagai
berikut:
1) Facial Wash
Facial wash (sabun cuci muka) merupakan salah satu produk
skin care yang digunakan sebagai pembersih wajah serta sarana
untuk mengangkat kulit mati, kotoran, dan sebum. Facial wash ini
juga berperan penting di luar perawatan kulit seperti dalam perbaikan
psikologis dan membantu memberikan rasa peremajaan pada kulit.
Facial wash adalah sediaan yang dapat membersihkan dan
menyegarkan kulit dengan cara menghilangkan kotoran pada kulit
untuk membantu menjaga kondisi fisiologis kulit agar tetap normal
(Diah & Hanifa, 2019).
2) Toner
Toner wajah merupakan sediaan yang biasanya berbentuk
cairan berfungsi untuk menyegarkan kulit wajah dan membersihkan
kotoran, dipakai setelah mencuci wajah dengan sabun pembersih.
Toner memiliki kemampuan menembus kulit sehingga membuat
kulit menjadi lebih halus karena terdapat zat aktif dalam toner yang
dapat mengelupaskan sel-sel kulit mati saat pengaplikasiannya
(Ahda et al., 2022)
.
3) Serum
Dampak yang dapat ditimbulkan akibat radikal bebas terutama
dari paparan UV sinar matahari pada kulit wajah membuat produksi
kolagen menurun, kulit kasar, kusam dan mulai muncul kerutan.
9

Serum merupakan salah satu produk skin care yang digunakan untuk
menangkal radikal bebas pada kulit wajah (Kusumawati et al., 2022).
4) Moisturizer
Moisturizer merupakan salah satu produk skin care yang
digunakan untuk memperbaiki kondisi kulit yang kering. Fungsi
utama dari moisturizer adalah untuk membuat kulit wajah yang
kering menjadi lebih lembab. Akan tetapi moisturizer juga tersedia
untuk kulit wajah yang berminyak, sehingga dapat membuat wajah
lebih kenyal dan cerah, serta terhindar dari kesan wajah kusam.
Menurut Wasitaatmadja (dalam (Saputra et al., 2022) tujuan dari
moisturizer juga untuk mempertahankan struktur dan fungsi kulit
dari berbagai pengaruh seperti udara kering, sinar matahari terik, usia
lanjut, dan berbagai penyakit kulit maupun penyakit di dalam tubuh
yang dapat mempercepat penguapan air sehingga mengakibatkan
kulit menjadi lebih kering. Mekanisme kerja dari moisturizer ini
dengan cara mempertahankan ikatan air di dalam kulit dan
melindungi lipid atau lipoprotein yang terdapat dalam membran sel.
5) Masker Wajah
Pemakaian masker pada wajah bertujuan untuk membersihkan
pori-pori yang tersumbat dan memperbaiki kulit wajah dengan cara
memberikan nutrisi, kelembapan dan mengencangkan kulit.
Pemakaian masker wajah secara rutin dapat membantu pencegahan
penuaan dini, mengurangi garis-garis halus dan keriput pada wajah
(Fujiko et al., 2022).
6) Sunscreen
Sunscreen merupakan suatu produk yang mengandung zat
atau material yang dapat melindungi kulit terhadap radiasi sinar UV.
Sediaan yang mengandung tabir surya biasanya dinyatakan dalam
label dengan kekuatan SPF (Sun Protecting Factor) tertentu. Nilai
SPF berkisar antara 2-60, angka ini menunjukkan seberapa lama
produk tersebut mampu melindungi atau memblok sinar UV yang
10

menyebabkan kulit seperti terbakar. Pengaplikasian sunscreen


sebelum beraktivitas menjadi hal penting untuk mengurangi risiko
terkena paparan sinar matahari (Asmiati et al., 2021)

3. Pemutih Kulit Wajah


a. Pengertian Pemutih Kulit Wajah
Menurut Reiger (dalam (Susanti, 2013) ) pemutih kulit wajah
adalah suatu bahan yang digunakan untuk mencerahkan atau merubah
warna kulit wajah yang tidak diinginkan. Beberapa produk pemutih
wajah mengandung pigmen putih untuk menutupi warna kulit dan para
pengguna merasa kulit wajahnya menjadi lebih putih, padahal
sebenarnya kulit mereka hanya terlihat putih dari luar saja yang
diakibatkan oleh efek pelapisan pigmen putih pada lapisan terluar kulit
dan tidak ada pengurangan pada kadar pigmen kulit yang sebenarnya.
Setiap produk yang mengandung bahan aktif dapat menekan atau
menghambat melamin yang sudah terbentuk, sehingga akan memberikan
warna kulit yang lebih putih dan memberikan efek samping terhadap
kulit, baik efek yang positif maupun negatif.
Setiap bahan yang terkandung dalam suatu produk yang
digunakan sebagai pencerah, pembersih, pewangi dan dapat mengubah
penampilan menjadi lebih menarik atau kulit wajah terlihat lebih putih
dapat dikatakan sebagai pemutih kulit wajah. Setiap produk yang
memiliki kandungan bahan aktif yang terlibat langsung dalam
memutihkan kulit wajah dan memberikan efek yang sangat menarik pada
kulit wajah juga dikatakan sebagai pemutih wajah. Berbagai cara yang
dilakukan untuk memutihkan kulit wajah, dan menggunakan berbagai
macam produk agar keinginan tersebut tercapai. Namun pada
hakikatnya, banyak para pengguna melupakan bahan-bahan yang
terkandung dalam produk pemutih wajah. Bahan-bahan tersebut terlibat
langsung dalam memenuhi keinginan para pengguna agar kulit wajah
mereka terlihat lebih putih dan memukau.
11

Menurut Yasmin (dalam (Susanti, 2013)) pada dasarnya, sebagian


besar pemutih kulit wajah bekerja dengan cara menghambat
pembentukan melamin melalui jalur inhibisi pada enzim tironase dan
bahkan ada bahan yang bersifat toksik terhadap melamin. Kulit wajah
yang terlihat lebih putih ataupun hilangnya bintik-bintik hitam, dapat
diperlihatkan dalam waktu 6 bulan setelah penggunaan. Penggunaan
produk pemutih wajah dapat memicu terjadinya efek samping yang
berupa kulit kemerahan dan iritasi, rasa gatal dan terbakar, pengelupasan
kulit dan dapat merangsang terjadinya kanker kulit.
Faktor-faktor yang menyebabkan efek samping tersebut bisa
terjadi karena bahan-bahan yang digunakan terkadang tidak sesuai
dengan sensitifitas kulit manusia. Ada beragam jenis bahan dengan
tingkat efektifitas yang berbeda-beda di setiap bahan pemutih kulit
wajah. Bahan aktif yang terkandung dalam pemutih kulit wajah dapat
dibedakan sebagai berikut:
1) Hidroquinon
Hidroquinon merupakan salah satu bahan aktif pemutih wajah
yang dapat mengendalikan produksi pigmen yang tidak merata, lebih
tepatnya berfungsi untuk mengurangi atau menghambat
pembentukan melanin kulit. Banyaknya produksi melanin pada kulit
dapat menyebabkan terjadinya hiperpigmentasi. Hidroquinon
digunakan untuk mencerahkan kulit yang kelihatan gelap akibat
bintik, malasma, titik-titik penuaan, dan chloasma. BPOM (2009)
dalam ( (Pradika et al., 2022) ) tentang kosmetik yang mengandung
bahan berbahaya/bahan yang dilarang termasuk hidroquinon, dimana
penggunaan bahan tersebut dalam sediaan kosmetik dapat
membahayakan kesehatan dan dilarang penggunaannya.
Hidroquinon termasuk golongan obat keras yang hanya bisa
digunakan berdasarkan resep dokter. Bahaya pemakaian obat keras
ini tanpa pengawasan dokter dapat menyebabkan iritasi kulit, kulit
memerah dan rasa terbakar serta dapat menyebabkan kelainan pada
12

ginjal, kanker darah dan kanker sel hati. Oleh karena itu, Badan
POM menetapkan ambang batas kandungan hidroquinon di bawah
2%.
2) Monobenzyl Ether Hidroquinon
Menurut James (dalam (Susanti, 2013) ) Monobenzyl Ether
Hidroquinon (MBEH) sama dengan hidroquinon yang termasuk agen
kimia golongan fenol atau ketakol. MBEH hampir selalu
menyebabkan terjadinya depigmentasi irreversible pada kulit. Sisa
dari MBEH telah ditemukan dalam desinfektan, germisida, selotif
dan apron karet. Dalam dermatologi seharusnya digunakan untuk
menghilangkan daerah yang tersisa dari kulit normal pada pasien
untuk vitiligo umum dan sukar disembuhkan. Mekanisme kerja yang
diduga terjadi pada proses pigmentasi kulit oleh MBEH yaitu dengan
menghancurkan melanosit selektif melalui pembentukan radikal
bebas dan menghambat kompetitif sistem enzim tirosinase.
3) Merkuri
Merkuri termasuk logam berat yang berbahaya, dalam
konsentrasi kecil pun dapat bersifat racun. Pemakaian merkuri dapat
menimbulkan berbagai hal, mulai dari perubahan warna kulit, yang
akhirnya dapat menyebabkan bintik hitam, alergi, iritasi kulit,
kerusakan permanen pada susunan saraf, otak, ginjal dan gangguan
perkembangan janin. Bahkan penggunaan merkuri pada paparan
jangka pendek dalam dosis tinggi dapat menyebabkan diare, muntah-
muntah, kerusakan ginjal, dan dapat menyebabkan kanker.
4) Arbutin
Arbutin berasal dari ekstrak tanaman bearberry, yang dulu
sering digunakan oleh bangsa Jepang. Namun daya pemutih arbutin
tidak sebanding dengan hidroquinon, daya pemutih hidroquinon
lebih kuat daripada arbutin. Produk yang mengandung bahan arbutin
dapat dijual bebas tanpa resep dokter. Selain ekstrak bearberry,
arbutin juga ditemukan pada tanaman gandum dan kulit buah pear.
13

Bahan ini berfungsi sebagai pemutih kulit wajah (skin lightening)


yang bekerja dengan cara menghambat aktivitas tirosin untuk
menghambat pembentukan melanin pada kulit. Lantaran arbutin
tidak mampu menghidrolisis hidroquinon bebas, agen selanjutnya
tidak bertanggung jawab terhadap efek inhibitor arbutin pada
melanogenesis. Penghambatan sintesis melanin (kira-kira 39%)
terjadi pada konsentrasi 5x10. Selain bekerja dengan menghambat
tirosin, arbutin juga bekerja dengan cara mengelupas kulit epidermis
(eksfoliasi). Beberapa pabrik melaporkan jika arbutin sebagai obat
depigmentasi yang efektif pada konsentrasi 1%.
5) Asam Azeleat
Asam azeleat (Azelaic acid) cenderung lebih aman digunakan
sebagai pemutih wajah. Cara kerja dari asam azeleat ini dengan
menghambat aktivitas tirosinase. Namun penggunaannya cukup lama
yaitu 6 bulan. Efek samping yang timbul berupa pruritus, eritema,
dan sensasi panas (Nugraheni, 2019).
6) Asam Kojik
Asam kojik (Kojic acid) terutama dalam bentuk ester sangat
berpotensi dengan baik untuk ditambahkan ke dalam suatu sediaan
karena memiliki kestabilan yang tinggi terhadap suhu penyimpanan.
Asam kojik ester berasal dari esterifikasi kojic acid dari asam lemak
minyak sawit yang terbukti aman dan berkhasiat sebagai agen
depigmentasi yang tidak beracun dengan efek penghambatan yang
memuaskan pada pembentukan melanin dan mengurangi aktivitas
tirosinase. Sehingga, disarankan agar senyawa depigmentasi ini
digunakan dalam formulasi kosmetik dan untuk mengobati
hiperpigmentasi seperti krim pemutih. Konsentrasi asam kojik yang
biasa digunakan sebagai bahan pemutih kulit berkisar antara 1-4%.
Kelebihan asam kojik dibandingkan bahan pemutih lainnya adalah
kestabilannya dalam suatu produk. Akan tetapi, berdasarkan hasil
dari sebuah penelitian menyatakan bahwa asam kojik lebih mudah
14

mengiritasi kulit dibandingkan dengan hidroquinon hingga 5 mol/L


(Haerani, 2017).
7) Licorice Extract
Glabiridin (Glycyrrhiza glabra L.) merupakan kandungan
utama dari Licorice extract yang memiliki aktivitas sebagai bahan
pemutih kulit yang dapat menghambat produksi melanin dengan
penghambatan enzim tirosinase. Manfaat pigmentasi dari senyawa
glabridin memiliki kemampuan yang lebih besar apabila
dibandingkan dengan hidroquinon. Mekanisme kerjanya yaitu dapat
menghambat proses melanogenesis dengan menghambat aktivitas
pada enzim tirosinase, menghambat penyebaran melanin dan
biosintesis melanin (Nurlarasati, 2021).
8) Asam Ellagik
James (dalam (Susanti, 2013)) mengatakan bahwa asam ellagik
ditemukan pada tanaman rapsberry, strawberry, dan pomegranate.
Berdasarkan suatu hasil riset laboratorium menyatakan bahwa asam
ellagik dapat memperlambat pertumbuhan tumor-tumor tertentu.
Walaupun hasil riset ini sangat menjanjikan, namun sampai saat ini
terbukti secara medis bahwa bahan ini mampu mencegah dan
mengobati penyakit kanker pada manusia. Selain diperkirakan
mampu melawan kanker, asam ellagik juga berfungsi sebagai
pemutih kulit. Pada tahun 1996 di Jepang, asam ellagik disepakati
sebagai bahan aktif yang dapat mencegah terbentuknya spots dan
freckles setelah luka bakar akibat paparan sinar matahari.
Selain itu juga terdapat beberapa bahan yang tidak diizinkan untuk
digunakan pada produk pemutih kulit wajah. Bahan-bahan tersebut
adalah sebagai berikut :
a) Arsen dan senyawanya.
b) Barium dan senyawanya.
c) Hidroquinon Mono Benzil eter.
d) Perak dan senyawanya.
15

e) Air raksa (Merkuri) dan senyawanya, serta Tiomersal yang


digunakan sebagai pengawet dalam sediaan tata rias.
f) Selenium dan senyawanya, kecuali selenium disulfida maksimum
2% dalam sampo.
g) Salisil Anilida berhalogen.
h) Timbal dan senyawanya, kecuali timbal asetat maksimum 2% dalam
cat rambut.

b. Pemilihan Produk Pemutih Kulit Wajah


Sebagian orang mungkin tidak bisa dipisahkan dari pemakaian
produk pemutih kulit wajah. Hal ini dilakukan dengan alasan untuk
membuat penampilan menjadi lebih menarik. Namun pada sebagian
orang lainnya tidak memperhatikan efek yang akan ditimbulkan setelah
menggunakan produk pemutih kulit wajah yang terlalu berlebihan. Untuk
menghindari terjadinya efek samping yang berlebihan, BPOM RI (dalam
(Sandriana, 2020)) menganjurkan bahwa sebaiknya perlu memperhatikan
beberapa hal berikut ini sebelum melakukan pembelian pemutih kulit
wajah :
1) Kenali jenis kulit dengan tepat
Jenis kulit setiap manusia tidak sama, oleh sebab itu penting
untuk mengetahui jenis kulit terlebih dahulu sebelum memutuskan
untuk membeli produk pemutih kulit yang cocok. Untuk mengetahui
jenis kulit seseorang, kulit harus dibersihkan terlebih dahulu dan
melakukan pemeriksaan yang dilakukan di bawah cahaya yang terang,
bila perlu menggunakan kaca pembesar agar tekstur kulit, besarnya
pori-pori, aliran darah, pigmentasi, dan kelainan lainnya yang terdapat
pada permukaan kulit dapat terlihat dengan jelas. Analisis terhadap
kulit sangat penting dilakukan untuk menentukan apakah terdapat
kelainan atau masalah kulit yang timbul sehingga perlakukan yang
tepat dapat diberikan untuk memperbaikinya.
16

2) Memilih produk pemutih wajah yang mempunyai nomor registrasi


dari Departemen Kesehatan RI
Suatu produk yang tidak memiliki nomor registrasi,
kemungkinan memiliki kandungan bahan yang tidak diizinkan
pemakaiannya atau memiliki kadar yang melebihi ketentuan, sehingga
dapat mengakibatkan timbulnya efek samping yang berbahaya. Hal
yang perlu diperhatikan tersebut misalnya berkaitan dengan
kandungan hidroquinon dan merkuri yang terdapat pada produk
pemutih wajah.
3) Hati-hati dengan produk yang cepat memberikan hasil
Terkadang setiap orang tergiur dengan produk pemutih yang
memberikan hasil secara instan. Hal ini tidak menutup kemungkinan
produk tersebut mengandung zat yang melebihi kadar atau standar
yang sudah ditetapkan oleh Departemen Kesehatan dan
penggunaannya harus dibawah pengawasan dokter.
4) Membeli sesuai kebutuhan
Penggunaan produk pemutih wajah pada tahap pertama
sebaiknya tidak terlalu berlebihan dan pembelian dilakukan secara
bertahap. Lihat hasil yang diberikan oleh suatu produk sebelum
menggunakan secara berkelanjutan. Kecocokan penggunaan pemutih
wajah sangat bergantung pada jenis kulit pemakai, jika kulit tidak
cocok dengan produk maka akan menimbulkan efek samping
misalnya iritasi dan sebagainya.

c. Ciri-Ciri Produk Pemutih Kulit Wajah Berbahaya


Para pengguna produk pemutih wajah yang memiliki bahan
berbahaya akan beresiko sangat besar pada kerusakan lapisan kulit
permanen, kerusakan sistem syaraf bahkan penyakit-penyakit kronis
lainnya seperti kanker, kerusakan otak dan juga gagal ginjal. Untuk
menghindari berbagai macam efek samping dari pemakaian produk
17

pemutih yang berbahaya maka sebaiknya perlu mencermati beberapa


ciri-ciri produk pemutih wajah berbahaya berikut ini :
1) Tidak memiliki izin dari BPOM
BPOM adalah lembaga yang berwenang atas produk obat dan
makanan. Produk yang memiliki sertifikat BPOM pastinya telah
lulus uji klinis sehingga aman jika digunakan. Oleh karena itu
sebaiknya perlu menghindari produk pemutih yang tidak memiliki
nomor BPOM. Lakukan pengecekan pada situs BPOM untuk
memastikan keabsahan produk.
2) Hindari produk dengan warna yang terlalu mencolok
Biasanya produk pemutih yang berbahaya memiliki wama
yang terlalu mencolok. Hal ini diakibatkan adanya pemakaian zat
pewarna berbahaya.
3) Kenali tekstur produk pemutih yang berbahaya
Produk pemutih yang ilegal atau berbahaya biasanya akan
cenderung bertekstur lengket dan terasa kasar saat dipakai.
4) Hindari produk dengan bau yang menyengat
Ketika suatu produk dicium terdapat aroma logam maka
sebaiknya jangan digunakan. Seringkali produsen nakal akan
menyamarkan aroma logam ini dengan pemberian parfum yang
memiliki aroma tajam.
5) Perhatikan efek saat pemakaian
Jika kulit terasa perih, gatal, panas atau memerah maka
sebaiknya hindari karena gejala tersebut merupakan salah satu
indikasi bahwa produk pemutih ini menggunakan bahan yang tidak
bisa ditolerir oleh kulit.
6) Menimbulkan wama kulit yang tidak normal
Jika setelah menggunakan produk pemutih mulai timbul
kemerahan pada kulit ketika terkena sinar matahari maka hentikan
pemakaian. Hal ini adalah pertanda adanya kerusakan pada lapisan
kulit sehingga akan meningkatkan sensitivitas kulit.
18

7) Hasil instan
Jangan pernah mengharapkan hasil yang instan tanpa proses
karena pastinya tidak akan permanen dan juga memiliki berbagai
efek samping. Biasanya, hasil yang instan disebabkan karena adanya
bahan berbahaya pada produk tersebut.
8) Menyebabkan ketergantungan
Produk pemutih berbahaya biasanya akan menimbulkan efek
ketergantungan bagi pemakainya. Saat dipakai, wajah akan tampak
putih tapi begitu pemakaian dihentikan maka wajah akan menggelap.
Hal ini sangat berbahaya karena ketergantungan yang timbul akan
membuat pemakai tanpa sadar menumpuk timbunan racun dalam
jaringan kulit.

d. Reaksi Negatif Pemutih Kulit Wajah


Menurut Tranggono (dalam (Sari, 2021)) terdapat beberapa jenis
reaksi negatif atau kerugian yang ditimbulkan akibat penggunaan produk
pemutih kulit wajah, baik pada kulit maupun pada sistem tubuh lainnya.
Efek negatif tersebut antara lain :
1) Iritasi
Permasalahan ini berhubungan langsung dengan pemakai yang
menggunakan produk pemutih kulit wajah. Iritasi merupakan
dampak secara langsung yang dialami oleh pemakai karena kulit
tidak bisa menerima bahan-bahan aktif yang terdapat dalam pemutih
kulit wajah. Beberapa produk pemutih kulit wajah berdampak
langsung dan dapat menimbulkan iritasi sehingga sudah sewajarnya
untuk perlu memahami jenis kulit sebelum memutuskan
menggunakan pemutih kulit wajah.
2) Alergi
Bahan yang bersifat alergenik dapat menimbulkan alergi pada
sebagian orang setelah penggunaan produk pemutih kulit wajah yang
memiliki kandungan bahan berbahaya. Walaupun pada sebagian
19

orang lainnya tidak mengalami alergi namun perlu diperhatikan


karena alergi terhadap pemutih kulit wajah ini bisa berlangsung
selama bertahun-tahun jika tidak dikonsultasikan dengan dokter. Hal
ini dilakukan agar mendapatkan saran dari dokter produk pemutih
wajah apa yang aman untuk digunakan sesuai dengan jenis kulit.
3) Fotosensitisasi
Bahan yang bersifat photosensitizer seperti zat pewarna dan
pewangi akan berdampak langsung setelah terkena sinar matahari.
Penggunaan bahan ini sangat berhubungan dengan sensitifitas
seorang pemakai jika terkena sinar matahari. Reaksi yang
ditimbulkan akan langsung terasa setelah menggunakan produk
pemutih kulit wajah berbahan ini ketika sudah berjalan atau
beraktivitas di bawah sinar matahari.
4) Jerawat
Ada sebagian pemutih kulit wajah yang dapat menimbulkan
jerawat seperti pada beberapa moisturizer berbahan minyak yang
diaplikasikan untuk kulit kering di iklim dingin yang dapat
menimbulkan jerawat apabila digunakan pada kulit berminyak. Hal
ini dikarenakan produk pemutih kulit wajah tersebut hanya dapat
digunakan pada kondisi iklim dingin saja bukan pada iklim tropis
seperti Indonesia.
5) Intoksikasi
Bahan pemutih kulit wajah yang bersifat toksik dapat
menyebabkan keracunan apabila tercium aroma menyengat, baik
melalui mulut, hidung ataupun lewat penyerapan kulit. Keracunan ini
bisa dialami oleh siapa saja yang tidak sanggup mencium aroma
yang ditimbulkan oleh produk pemutih kulit wajah bersifat toksik
ini.
20

B. Kerangka Teori
Kerangka teori pada penelitian ini sebagai berikut :

Pengetahuan

(Sunardi & Maftukhah, 2015)

1. Pengetahuan
Penggunaan Skin Care
karakteristik produk
2. Pengetahuan manfaat Pemutih Wajah
produk 1. Bahan yang
3. Pengetahuan dampak terkandung
penggunaan produk dalam pemutih
wajah
2. Pemilihan
produk pemutih
wajah
3. Ciri-ciri
pemutih wajah
Sikap
yang berbahaya
Faktor-faktor yang 4. Reaksi negatif
mempengaruhi sikap penggunaan
produk pemutih
(Sunardi & Maftukhah, 2015)
: wajah

1. Faktor budaya
(keinginan)
2. Faktor sosial
(seseorang yang bisa
dijadikan contoh,
seperti keluarga,
teman, dll)
3. Faktor pribadi (usia,
pekerjaan, gaya hidup)

Gambar 1. Kerangka Teori


21

C. Kerangka Konsep
Kerangka konsep pada penelitian ini sebagai berikut :

Penggunaan skin
care pemutih
wajah peserta didik
SMA Negeri 1
Pringsurat

Pengetahuan peserta didik Sikap peserta didik SMA


SMA Negeri 1 Pringsurat Negeri 1 Pringsurat dalam
tentang penggunaan skin penggunaan produk skin
care pemutih wajah care pemutih wajah

Skor ≤ 55% : Pengetahuan kurang baik Skor ≤ 55% : Sikap kurang baik

Skor 56-75 % : Pengetahuan cukup baik Skor 56-75 % : Sikap cukup baik

Skor 76-100% : Pengetahuan baik Skor 76-100% : Sikap baik

Gambar 2. Kerangka Konsep


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang dilakukan
dengan pendekatan secara kuantitatif. Menurut Sugiyono (dalam
(Nova et al., 2021)
) metode deskriptif merupakan metode yang berfungsi untuk
mendeskripsikan atau memberikan gambaran terhadap suatu objek yang
diteliti melalui data atau sampel yang telah terkumpul sebagaimana adanya.
Data kuantitatif merupakan data yang berbentuk angka atau yang dapat
dihitung, karena data penelitian yang berupa angka dan data yang diperoleh
akan dianalisis lebih lanjut. Penelitian ini menggunakan data primer sebagai
sumber data. Data primer diambil langsung dari responden (Sitompul, 2021).
Data kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini merupakan hasil
kuesioner dari responden. Kuesioner tersebut disebar kepada responden
secara online melalui Google Formulir.

B. Variabel Penelitian
Secara teoritis variabel penelitian adalah sebagai atribut seseorang atau
subjek dengan “perubahan” diantaranya seseorang ke orang lain atau dari
objek ke objek lainnya (Ulfa, 2021) . Variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah variabel bebas, yaitu pengetahuan dan sikap dalam
penggunaan skin care pemutih wajah pada peserta didik SMA Negeri 1
Pringsurat.

C. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan suatu istilah untuk memberikan
penjelasan terhadap semua variabel, dengan tujuan memberikan arti atau
menspesifikasikannya (Dewi et al., 2019).
1. Tingkat Pengetahuan
Tingkat pengetahuan yaitu suatu hasil dari pengetahuan mengenai
penggunaan produk skin care pemutih wajah.

22
23

2. Sikap
Sikap yaitu perilaku dalam menggunakan suatu produk skin care
pemutih wajah.
3. Kuesioner
Kuesioner merupakan salah satu instrumen pengumpulan data yang
digunakan untuk mengumpulkan data dalam jumlah yang besar. Dalam hal
ini terdapat 10 pernyataan untuk tingkat pengetahuan dan 10 pernyataan
untuk sikap responden.
4. Responden
Responden adalah orang yang dijadikan subjek penelitian, yaitu
peserta didik SMA Negeri 1 Pringsurat.

D. Populasi dan sampel


1. Populasi
Menurut Sugiyono (dalam (Herawati & Mulyani, 2016) ) populasi
merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang
mempunyai suatu kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Teknik penarikan sampel berdasarkan populasi yaitu non probability
sampling dengan pendekatan purposif dimana pengambilan sampel
dilakukan dengan responden dipilih secara acak sesuai kriteria yang ada.
Penentuan besaran sampel berdasarkan rumus oleh Slovin dengan populasi
seluruh peserta didik SMA Negeri 1 Pringsurat sebanyak 741 berdasarkan
data dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Republik Indonesia Tahun 2023.
2. Sampel
Menurut Sugiyono (dalam (Nurlaila, 2021) ) sampel merupakan
bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.
Pengambilan sampel haruslah representative (mewakili), artinya memiliki
ciri-ciri dari populasi dan dapat mewakili populasi tersebut. Sampel pada
24

penelitian ini yaitu peserta didik SMA Negeri 1 Pringsurat kelas X, XI, dan
XII dengan perhitungan sebagai berikut :

N
n= 2
1+ N e
Keterangan :
n = jumlah sampel yang dicari
N = jumlah populasi
e = margin error yang ditoleransi (10% = 0,1)
Maka,
N
n= 2
1+ N e
741
n=
1+741(0 ,1¿¿ 2)¿
741
n=
1+741(0 ,01)
741
n=
1+7 , 41
741
n=
8 , 41
n=88 , 1 (dibulatkan menjadi 88)
Jadi, jumlah sampel minimal dari 741 populasi adalah 88 orang.
Adapun kriteria responden sebagai berikut :
a. Kriteria Inklusi
i. Menggunakan skin care pemutih wajah
ii. Bersedia menjadi responden
b. Kriteria Ekslusi
i. Tidak menggunakan skin care pemutih wajah

E. Lokasi dan Waktu Penelitian


1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Pringsurat.
25

2. Waktu Penelitian
Pengambilan data pada penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 10-
17 Maret 2023.

F. Instrumen dan Metode Pengumpulan Data


1. Instrumen Penelitian
Instrumen pengumpulan data adalah suatu alat pengumpulan data
yang bersumber dari responden. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan kuesioner berbasis web yaitu Google
Formulir. Kuesioner merupakan salah satu instrumen pengumpulan data
yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam jumlah yang besar
(Pranatawijaya et al., 2019).

2. Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data dalam proses penelitian adalah suatu bentuk
kegiatan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan sesuai dengan
tujuan penelitian (Pranatawijaya et al., 2019) . Pengumpulan data pada
penelitian ini menggunakan instrumen kuesioner berbasis web yaitu
Google Formulir. Dalam hal ini membuat pernyataan pada kuesioner
Google Formulir dengan menggunakan skala Guttman dan skala Likert.
a. Skala Guttman
Parameter ini diukur untuk mengetahui tingkat pengetahuan
responden tentang penggunaan skin care pemutih wajah. Dengan
menggunakan skala Guttman ini dimana nilai tertinggi untuk setiap
pernyataan adalah 1, jumlah pernyataan 10, dan skor tertinggi untuk
semua pernyataan adalah 10. Tiap pernyataan terdapat pilihan
jawaban “benar” dan “salah”. Pernyataan dibagi menjadi dua
kelompok yaitu pernyataan positif dan pernyataan negatif. Penilaian
diberikan dengan skor 0 (nol) dan 1 (satu). Menurut Arikunto (dalam
(Warsi et al., 2022) ) pemberian nilai dilakukan dengan
membandingkan dengan nilai maksimal :
26

Jumlah skor yang diperoleh


Skor = x 100%
Jumlah skor maksimal
Berdasarkan total skor yang diperoleh selanjutnya
pengetahuan dikategorikan atas baik, cukup baik dan kurang baik
dengan definisi :
≤ 55 % : Pengetahuan kurang baik
56 – 75 % : Pengetahuan cukup baik
76 – 100% : Pengetahuan baik
b. Skala Likert
Parameter ini digunakan untuk mengukur sikap responden
dalam menggunakan produk skin care pemutih wajah. Pada
penelitian ini menggunakan skala Likert dengan pernyataan sikap
negatif. Terdapat 4 skala yaitu Sangat Tidak Setuju mendapat skor
(4), Tidak Setuju mendapat skor (3), Setuju mendapat skor (2) dan
Sangat Setuju mendapakan skor (1).
Jumlah pernyataan untuk sikap adalah 10, nilai tertinggi untuk
satu pernyataan adalah 4, maka nilai tertinggi dari seluruh pernyataan
sikap adalah 40. Skoring untuk penarikan kesimpulan ditentukan
dengan membandingkan skor maksimal dengan cara :
Jumlah skor yang diperoleh
Skor = x 100%
Jumlah skor maksimal
Berdasarkan total skor yang diperoleh selanjutnya sikap
dikategorikan atas baik, cukup baik dan kurang baik dengan definisi :
Skor ≤ 55 % : Sikap kurang baik
Skor 56 – 75 % : Sikap cukup baik
Skor 76 – 100% : Sikap baik

G. Metode Pengolahan dan Analisis Data


1. Metode Pengolahan Data
Menurut Notoatmodjo (dalam (Pratiwi et al., 2018) ), pengolahan
data meliputi :
27

a. Editing data
Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan jawaban dari hasil
kuesioner disesuaikan dengan pernyataan, serta dilakukan pengecekan
kelengkapan jawaban.
b. Coding data
Kegiatan pemberian kode-kode pada hasil jawaban responden
untuk mempermudah pengolahan data.
c. Entry data
Hasil jawaban dari setiap responden kemudian dimasukkan ke
dalam Microsoft Excel.
d. Analizing data
Menghitung nilai persentase yang kemudian disusun dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi, selanjutnya dilakukan analisis. Pada
tahap ini dengan melakukan analisis data sebagai dasar dari penarikan
kesimpulan. Hasilnya nanti akan disesuaikan dengan kategori tingkat
pengetahuan dan sikap responden yang baik, cukup baik, maupun
kurang baik dalam penggunaan skin care pemutih wajah.

2. Analisis Data
Analisis data dilakukan terhadap masing-masing variabel dari hasil
kuesioner responden. Hasil isian kuesioner responden akan menghasilkan
persentase setelah dilakukan perhitungan dari tiap variabel. Sehingga
hasil analisanya menjadi deskripsi mengenai hasil data statistik,
kemudian dikategorikan dan dapat ditarik kesimpulan. Selanjutnya
dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang relevansi. Analisa
tersebut guna untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap dalam
penggunaan skin care pemutih wajah pada peserta didik SMA Negeri 1
Pringsurat.
28

H. Jalannya Penelitian
Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut :

Penyusunan Proposal KTI

Pengajuan Izin Penelitian

Pelaksanaan Penelitian

Mengolah dan Menganalisis


Data

Pembahasan

Kesimpulan

Gambar 3. Pelaksanaan Penelitian


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Pringsurat selama 1 minggu
yaitu pada tanggal 10-17 Maret 2023 yang dilaksanakan dengan membagikan
link kuesioner. Jumlah hasil isian data kuesioner responden sebanyak 128.
Hasil kuesioner tersebut sudah memenuhi jumlah sampel minimal yang telah
ditentukan sebelum melakukan pengambilan data yaitu 88. Data diperoleh
dengan menggunakan daftar pernyataan yang telah disusun dalam bentuk
kuesioner berbasis Google Formulir dan dibagikan kepada responden yang
telah memenuhi kriteria tertentu yaitu peserta didik SMA Negeri 1 Pringsurat
baik perempuan maupun laki-laki yang menggunakan skin care pemutih
wajah dan bersedia mengisi pernyataan yang ada pada kuesioner.
1. Karakteristik Responden
Dari hasil penelitian untuk karakteristik responden diperoleh data
mengenai jenis kelamin, usia, dan kelas responden.
a. Jenis Kelamin
Tabel 2. Karakteristik Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Responden Persentase (%)


1 Perempuan 88 68,8%
2 Laki-laki 40 31,3%
Jumlah Total 128 100%
Sumber : Data primer, 2023
b. Usia
Tabel 3. Karakteristik Usia

No Usia (Tahun) Jumlah Responden Persentase (%)


1 15 16 12,5%
2 16 36 28,1%
3 17 52 40,6%
4 18 19 14,8%
5 > 18 5 4%
Jumlah Total 128 100%
Sumber : Data primer, 2023

29
30

c. Kelas
Tabel 4. Karakteristik Kelas

No Kelas Jumlah Responden Persentase (%)


1 X (Sepuluh) 51 39,8%
2 XI (Sebelas) 40 31,3%
3 XII (Dua belas) 37 28,9%
Jumlah Total 128 100%
Sumber : Data primer, 2023

2. Tingkat Pengetahuan
Tabel 5. Tingkat Pengetahuan Responden

Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)


Baik 103 80,47%
Cukup Baik 24 18,75%
Kurang Baik 1 0,78%
Jumlah Total 128 100%
Sumber : Data primer, 2023

Skor yang diperoleh


Skor keseluruhan = x 100%
Skor maksimal
1120
= x 100% = 87,5%
1280

3. Tingkat Sikap
Tabel 6. Tingkat Sikap Responden

Sikap Frekuensi Persentase (%)


Baik 63 49,22%
Cukup Baik 46 35,93%
Kurang Baik 19 14,85%
Jumlah Total 128 100%
Sumber : Data primer, 2023

Skor yang diperoleh


Skor keseluruhan = x 100%
Skor maksimal
3704
= x 100% = 72,34%
5120

B. Pembahasan
Pada penelitian ini akan diketahui bagaimana pengetahuan dan sikap
dalam penggunaan skin care pemutih wajah pada peserta didik SMA Negeri 1
31

Pringsurat, dimana responden sebanyak 128 orang dengan sebaran responden


dipilih secara acak yang memenuhi kriteria inklusi. Karakteristik responden
diperoleh melalui kuesioner Google Formulir yang dibagikan pada peserta
didik di SMA Negeri 1 Pringsurat, adapun aspek karakteristik responden
meliputi jenis kelamin, usia, dan kelas.
1. Karakteristik Responden
Karakteristik responden yang berjumlah 128 orang meliputi jenis
kelamin, usia dan kelas yang diperoleh dari hasil kuesioner Google
Formulir yang disebarkan kepada para peserta didik SMA Negeri 1
Pringsurat. Dari Tabel 2 dapat dilihat distribusi frekuensi kelompok jenis
kelamin responden, responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak
88 orang (68,8%), sedangkan responden yang berjenis kelamin laki-laki
sebanyak 40 orang (31,3%). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
jumlah responden perempuan lebih banyak dibandingkan dengan
responden laki-laki, dan jika dilihat dari data hasil isian kuesioner bahwa
mayoritas jawaban responden perempuan lebih baik dibandingkan laki-
laki. Hal ini dikarenakan perempuan dan laki-laki memiliki perbedaan
perilaku dalam personal hygiene. Perempuan lebih mementingkan
penampilan agar terlihat percaya diri dibanding laki-laki yang terkesan
enggan memperhatikan penampilan. Jenis kelamin mempengaruhi
seseorang dalam menerima nilai atau suatu hal yang baru. Perempuan
mempunyai kemungkinan untuk dapat menerima nilai-nilai baru yang ada,
yaitu terlihat dari responnya yang baik. Biasanya perempuan cenderung
lebih memilih melakukan perawatan kulit wajah untuk menunjang
kesehatan dan penampilan kulit wajahnya, sedangkan laki-laki melakukan
perawatan kulit wajah karena telah sadar bahwa kesehatan dan penampilan
kulit wajah juga perlu bagi laki-laki. Terdapat perbedaan objek minat
antara perempuan dan laki-laki, dimana perempuan lebih menyukai hal
bersifat praktis dan impulsif yang sesuai dengan sifat feminisme
perempuan dibandingkan dengan laki-laki (Hafidhah, 2014) . Motivasi
laki-laki dalam merawat diri diantaranya kebutuhan mendapatkan
32

perhatian (recognition), kebutuhan akan sensasi yang menyenangkan


(sentience), kebutuhan melakukan hal-hal yang menyenangkan,
(playmirth), kebutuhan untuk menjalin hubungan dengan orang lain
(affiliation), ketakutan penolakan (blame avoidance), kebutuhan untuk
melawan penghinaan (counteraction), kebutuhan untuk memenuhi rasa
ingin tahu (cognizance), dan kebutuhan untuk memuaskan kebutuhan
orang lain (nurturance) (Wulansari & Deshilma, 2022).
Distribusi usia responden yang digunakan >15 tahun (usia remaja)
yaitu sebanyak 128 orang (100,0%). Hal tersebut dikarenakan usia remaja
merupakan masa pubertas dan mereka memiliki keinginan untuk terlihat
lebih menarik dengan menggunakan skin care pemutih wajah. Pada usia
remaja lebih mudah tergiur untuk menggunakan produk skin care pemutih
wajah, dikarenakan dapat memutihkan kulit wajah dengan cepat. Mereka
belum mengetahui dampak yang akan terjadi akibat penggunaan pemutih
wajah tersebut. Adanya konsep kecantikan dan ketampanan yang terbentuk
dalam masyarakat membuat para remaja berlomba-lomba melakukan
perawatan wajah agar kulit menjadi putih. Harapan untuk tampil menarik
menyebabkan remaja lebih konsumtif terhadap skin care pemutih wajah
demi memudahkan pergaulan dan mendapatkan pengakuan dari
lingkungan. Keinginan kuat bagi mereka untuk tampil menarik membuat
mereka mengabaikan kesehatan (Herlina & Vestabilivy, 2019).
Distribusi kelas responden, baik kelas X, XI, dan XII dibagi rata
dengan jumlah sampel 88, jumlah kelas X sebanyak 29 orang (32,95%),
kelas XI sebanyak 30 orang (34,1%), dan kelas XII sebanyak 29 orang
(32,95%). Akan tetapi jumlah isian kuesioner sebanyak 128, sehingga
didapat jumlah responden kelas X sebanyak 51 orang (39,8%), kelas XI
sebanyak 40 orang (31,3%), dan kelas XII sebanyak 37 orang (28,9%).
33

2. Tingkat Pengetahuan Tentang Penggunaan Skin Care Pemutih Wajah


Peserta Didik SMA Negeri 1 Pringsurat

Tabel 7. Item Pernyataan Pengetahuan

No Kategori Pernyataan Skor


1 Legalitas dan 1. Mengenali kemasan 97,65%
keamanan produk sediaan dan
skin care pemutih memastikan
penandaan/label
terlihat jelas, serta
memastikan
kadaluarsa merupakan
cara cerdas memilih
skin care pemutih
wajah.
2. Skin care pemutih 88,23%
wajah tetap aman
digunakan walaupun
tidak memiliki nomor Rata-rata
BPOM pada kemasan. 92,94%
2 Kegunaan Skin Care 1. Skin care pemutih 85,93%
Pemutih Wajah wajah digunakan
untuk memudarkan
noda hitam pada
kulit wajah.
2. Penggunaan skin 96,87%
care pemutih wajah
dapat mencerahkan
dan menghaluskan Rata-rata
kulit wajah. 91,4%
3 Kandungan Skin 1. Kandungan skin care 73,43%
Care Pemutih pemutih wajah yang
Wajah aman mengandung
hidroquinon dengan
besar kadar dibawah
2%.
2. Skin care pemutih 82,81%
wajah yang
mengandung merkuri
dapat menyebabkan
kerusakan ginjal,
gangguan susunan
saraf otak bahkan
kanker pada Rata-rata
manusia. 78,12%
34

4 Efek Samping 1. Skin care pemutih 78,9%


Penggunaan Skin wajah yang
Care Pemutih menimbulkan
Wajah kemerahan pada
wajah tetap aman
untuk digunakan.
2. Penggunaan produk 96,09%
skin care pemutih
wajah yang tidak
tepat dapat
menimbulkan kulit Rata-rata
berjerawat. 87,49%
5 Penyimpanan Skin 1. Warna skin care 78,12%
Care Pemutih yang berubah warna
Wajah dan bau menyengat
mengindikasikan
bahwa produk
pemutih wajah
tersebut aman
digunakan.
2. Penyimpanan skin 100%
care pemutih wajah
harus disimpan di
wadah tertutup pada
suhu kamar
terlindung dari Rata-rata
cahaya. 89,06%
Sumber : Data Primer, 2023

Skor tingkat pengetahuan menurut Arikunto (dalam


(Warsi et al., 2022)
) terbagi menjadi 3 (tiga) kategori, yaitu pengetahuan baik (76-
100%), pengetahuan cukup baik (56-75%), dan pengetahuan kurang baik
(≤ 55 %). Berdasarkan Tabel 7 menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan
mengenai legalitas dan keamanan produk skin care pemutih wajah peserta
didik SMA Negeri 1 Pringsurat dengan skor 92,94% termasuk kategori
baik, hal ini menunjukkan bahwa mereka mengetahui jika dalam
pemilihan skin care pemutih wajah perlu memperhatikan label tanggal
kadaluwarsa dan nomor BPOM yang tertera pada kemasan produk. Cara
cerdas dalam melakukan pemilihan skin care yang aman yaitu sebelum
membeli produk skin care periksa terlebih dahulu tanggal kadaluarsa pada
35

produk tersebut. Selain itu juga memilih produk yang mencantumkan


nama dan alamat produsen. Produk skin care yang telah resmi akan selalu
mencantumkan nama dan alamat perusahaan. Hal ini tentu menjadi bentuk
keterbukaan mereka terhadap konsumen. Nama dan alamat perusahaan
berfungsi sebagai bentuk tanggung jawab dari produsen untuk menerima
pertanyaan atau pengaduan secara khusus dari para konsumen. Jika suatu
produk skin care tidak mencantumkan nama dan alamat perusahaan, bisa
jadi produk tersebut illegal (Lidyawati et al., 2022) . Kemudian skin care
yang aman digunakan yaitu produk yang memiliki kode legal dari BPOM
(Badan Pengawas Obat dan Makanan). Jika merujuk pada ketentuan
BPOM tahun 2020, terkait produk kosmetik yang aman beredar di pasaran
harus disertakan label yang meliputi expired date, merek, komposisi, cara
penggunaan, dan nomor registrasi (BPOM RI, 2020).
Sebagian besar peserta didik setuju bahwa tujuan penggunaan skin
care pemutih wajah untuk memudarkan noda hitam, mencerahkan serta
menghaluskan kulit wajah. Kulit putih dan cerah merupakan impian
banyak orang. Perawatan kulit wajah sering dilakukan untuk menjaga dan
memperbaiki kesehatan kulit agar memiliki penampilan yang lebih
menarik. Perawatan kulit wajah yang dapat dilakukan salah satunya
dengan menggunakan skin care pemutih pada wajah. Campuran bahan
kimia yang terkandung dalam skin care pemutih wajah dapat membuat
kulit menjadi lebih putih dan dapat memudarkan ataupun menghilangkan
noda hitam pada kulit wajah (Sepriyani et al., 2021) . Tidak hanya itu,
penggunaan skin care pemutih juga sebagai kebersihan dan perawatan
kulit agar wajah terlihat selalu bersih dan sehat, maka dari itu banyak
produk kecantikan yang dapat membuat kulit tampak cerah (Rini, 2016).
Pengetahuan peserta didik mengenai kandungan skin care pemutih
wajah yang mengandung Hidroquinon penggunaannya dibawah 2%,
memperoleh skor persentase 73,43% dengan kategori cukup baik.
Pengetahuan responden mengenai dampak yang disebabkan oleh skin care
pemutih wajah yang mengandung merkuri menunjukkan tingkat
36

pengetahuan peserta didik dalam kategori baik (82,81%). Hasil penelitian


ini menunjukkan bahwa pengetahuan mereka mengenai bahan-bahan
kimia berbahaya yang terkandung dalam skin care pemutih wajah sudah
baik. Pengetahuan responden mengenai skin care pemutih wajah yang
aman dari bahan kimia berbahaya sudah baik, mungkin dikarenakan
informasi yang mereka terima mengenai skin care pemutih baik dari media
elektronik maupun cetak mengenai kandungan skin care pemutih
berbahaya yang beredar di pasaran bisa mereka pahami dengan baik.
Penggunaan Hidroquinon masih tergolong aman untuk digunakan tetapi
hanya dibolehkan penggunaannya tidak melebihi 2% karena dapat
menyebabkan kanker sebagai akibat terhambatnya pembentukan melamin
yang berfungsi sebagai pelindung kulit dari sinar (BPOM RI, 2018) .
Sedangkan merkuri atau air raksa (Hg) penggunaannya sudah dilarang.
Penggunaan merkuri dalam jangka waktu yang lama akan mengendap di
dalam kulit. Pemakaian selama bertahun-tahun akan menyebabkan kulit
menjadi biru kehitaman dan memicu timbulnya kanker kulit
(Pranoto, 2018)
.
Pengetahuan responden mengenai efek samping penggunaan skin
care pemutih wajah dengan skor persentase 87,49% termasuk kategori
baik. Melakukan perawatan wajah menggunakan produk skin care harus
disesuaikan dengan kondisi kulit wajah. Jika menggunakan produk
perawatan kulit wajah yang tidak sesuai dengan jenis kulit, maka akan
menyebabkan kerusakan pada kulit. Selain itu, kekonsistenan dalam
melakukan perawatan kulit wajah pun menjadi faktor yang penting dalam
melakukan perawatan kulit wajah. Hal yang harus diingat, bahwa setiap
orang memiliki jenis dan karakter kulit yang berbeda antara satu dengan
yang lain, sehingga efek yang timbul akibat penggunaan skin care setiap
orang belum tentu sama (Yuliana et al., 2022) . Efek samping yang
biasanya terjadi dikarenakan kondisi kulit yang tidak sesuai dengan
kandungan dari produk skin care yang digunakan yaitu timbulnya ruam
kemerahan dan berjerawat sebagai bentuk reaksi alergi. Beberapa
37

penelitian menyebutkan bahwa saat pertama kali atau kurang lebih dalam
jangka waktu 1 bulan penggunaan skin care, baik sesuai dengan kondisi
kulit maupun tidak, kulit pada wajah akan menimbulkan ruam kemerahan.
Hal ini sebagai bentuk alergi dengan mengeluarkan toksin dan kotoran
yang menyumbat pori-pori kulit pada wajah. Kebanyakan produk-produk
skin care akan memberikan hasil yang memuaskan pada awal pemakaian,
dan efek samping baru akan terjadi setelah beberapa kali pemakaian
(Rahmawaty, 2020).
Begitu pula dengan pengetahuan responden mengenai
penyimpanan skin care pemutih wajah dengan skor persentase 89,06%
dalam kategori baik. Produk skin care pemutih wajah harus disimpan di
dalam wadah tertutup yang terlindung dari cahaya. Apabila skin care
pemutih tersebut dibuka dari tutup kemasan maka akan terkena udara yang
dapat memberikan kontaminasi bakteri pada sediaan, sehingga
penyimpanan skin care pada tempat tertutup akan mencegah kontaminasi
silang sediaan dengan bakteri. Suhu penyimpanan skin care harus pada
suhu dingin (< 8°C). Skin care pemutih wajah apabila disimpan pada suhu
yang panas akan cepat rusak dan mengalami perubahan warna menjadi
lebih gelap atau kecoklatan (Haerani, 2017).
Berdasarkan Tabel 5 dapat dijelaskan bahwa responden yang
memiliki tingkat pengetahuan baik berjumlah 103 responden (80,47%),
cukup baik berjumlah 24 responden (18,75%), dan kurang baik berjumlah
1 responden (0,78%). Dari hasil perhitungan persentase keseluruhan
tingkat pengetahuan mengenai penggunaan skin care pemutih wajah
dengan skor 87,5% kategori baik. Dari 10 item pernyataan tingkat
pengetahuan, perolehan skor paling sedikit pada item pernyataan mengenai
kandungan bahan hidroquinon dan merkuri. Pada hasil penelitian lain yang
sejalan dengan penelitian ini menyatakan bahwa hanya sedikit responden
yang mengetahui tentang hidroquinon dalam krim pemutih . Hal ini
disebabkan karena kurangnya responden dalam membaca maupun
menonton berita terkait permasalahan yang seringkali muncul pada
38

penggunaan krim pemutih, serta disebabkan juga karena tidak adanya


inisiatif yang dilakukan oleh responden untuk melakukan konsultasi ke
dokter kulit mengenai krim pemutih yang cocok dan aman untuk
digunakan (Yusriyani et al., 2022) . Hasil penelitian lainnya
mengungkapkan bahwa dalam penelitiannya yang dilakukan dengan
mewawancarai 6 orang pengguna produk pemutih wajah banyak diantara
mereka mengetahui dampak buruk dari penggunaan pemutih wajah,
namun efek yang memutihkan wajah lebih membuat mereka tertarik, hal
ini terlihat dari jawaban responden dimana mereka menjawab bahwa
penggunaan merkuri bisa membuat kanker kulit. Hal ini dikarenakan
minimnya pengetahuan responden terhadap produk pemutih wajah yang
aman untuk digunakan, mereka terbujuk dengan penawaran produk
pemutih dengan harga murah serta potongan harga, mendengarkan dan
melihat hasil pada kulit orang lain yang terlihat putih tanpa
memperhatikan pengaruh negatif yang akan ditimbulkan, serta dampak
dari kesehatan kulit wajah mereka (Nevia, 2021).
Menurut Notoadmojo (dalam (Siregar, 2018) ), pada dasarnya
pengetahuan terdiri dari beberapa jumlah fakta dan teori yang
memungkinkan seseorang untuk dapat memecahkan suatu masalah yang
dihadapinya. Pengetahuan tersebut dapat diperoleh baik dari pengalaman
pribadi seseorang secara langsung maupun dari pengalaman orang lain.
Usia mempengaruhi tingkat pengetahuan, umumnya pada anak-anak yang
masih berusia ≤ 12 tahun belum menggunakan produk pemutih wajah
karena mereka belum memperhatikan tentang penampilan. Sedangkan
pada usia remaja sudah mulai memperhatikan masalah penampilan
sehingga banyak yang menggunakan produk pemutih wajah, oleh karena
itu mereka sudah banyak mengetahui tentang produk-produk pemutih
wajah. Tingkat pendidikan juga sangat berkaitan dengan tingkat
pengetahuan tentang pemutih wajah. Misalnya seseorang yang masih di
tingkat Sekolah Dasar (SD) belum mengetahui tentang produk pemutih
wajah. Akan tetapi pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP)
39

sampai Sekolah Menengah Atas (SMA) sudah mengetahui tentang produk-


produk pemutih wajah. Pada usia remaja seperti ini mereka akan
melakukan apa saja yang mereka lihat sehari hari, seperti melihat produk-
produk skin care di televisi, iklan, dll. Sehingga mereka mudah tertarik
dan terpengaruh untuk menggunakan produk skin care pemutih wajah
demi penampilan agar terlihat menarik (Yusriyani et al., 2022).
3. Tingkat Sikap Dalam Penggunaan Skin Care Pemutih Wajah Peserta
Didik SMA Negeri 1 Pringsurat

Tabel 8. Item Pernyataan Sikap

No Kategori Pernyataan Skor


1 Legalitas dan 1. Sebelum saya 81,44%
Keamanan Produk membeli produk skin
Skin Care care pemutih wajah,
Pemutih Wajah saya tidak perlu
memperhatikan
tanggal
kadaluarsanya
terlebih dahulu.
2. Saya akan membeli 81,83%
produk skin care
pemutih wajah yang
tidak terdaftar BPOM
karena mendapatkan
penilaian yang baik Rata-rata
dari banyak orang. 81,63%
2 Tujuan 1. Tujuan penggunaan 43,75%
Penggunaan Skin skin care pemutih
Care Pemutih wajah agar saya
Wajah terlihat lebih cerah
dan bersih.
2. Saya menyukai 65,23%
produk skin care
pemutih wajah yang
memiliki efek
mencerahkan secara Rata-rata
instan. 54,49%
3 Kandungan Skin 1. Sebelum saya 80,85%
Care Pemutih membeli produk skin
Wajah care pemutih wajah,
saya tidak perlu
memperhatikan
40

komposisi bahannya
terlebih dahulu.
2. Saya akan 83,39%
menggunakan produk
skin care pemutih
wajah yang
mengandung merkuri
karena dapat
mencerahkan kulit Rata-rata
dengan cepat. 82,12%
4 Efek Samping 1. Menurut saya, semua 74,60%
Penggunaan Skin produk skin care
Care Pemutih pemutih wajah dapat
Wajah menyebabkan kanker.
2. Jika kulit wajah saya 81,83%
terkena iritasi setelah
menggunakan skin
care pemutih wajah,
saya tetap akan
memakainya yang
penting wajah saya Rata-rata
putih. 78,21%
5 Alasan Pemilihan 1. Saya tertarik 58,20%
Skin Care menggunakan produk
Pemutih Wajah skin care pemutih
wajah setelah melihat
hasilnya pada kulit
orang lain.
2. Saya hanya perlu 72,26%
melihat iklan dalam
mempertimbangkan
pemilihan skin care Rata-rata
pemutih wajah. 65,23%
Sumber : Data Primer, 2023

Skor tingkat sikap menurut Arikunto (dalam (Warsi et al., 2022) )


terbagi menjadi 3 (tiga) kategori, yaitu sikap baik (76-100%), sikap cukup
baik (56-75%), dan sikap kurang baik (≤ 55 %). Berdasarkan Tabel 8
menunjukkan tingkat sikap peserta didik SMA Negeri 1 Pringsurat dalam
pemilihan produk skin care pemutih wajah termasuk kategori baik, dimana
pada penelitian ini menunjukkan bahwa dalam pemilihan skin care
pemutih wajah sebagian besar responden terlebih dahulu memperhatikan
41

label tanggal kadaluwarsa pada kemasan skin care pemutih wajah dan
tidak akan membeli skin care pemutih wajah apabila produk tidak terdaftar
di BPOM, dengan perolehan skor responden sebesar 81,63%. Hal ini
menunjukkan responden menerapkan pengetahuan mereka bahwa dalam
melakukan pemilihan skin care pemutih wajah perlu memperhatikan label
tanggal kadaluwarsa dan nomor BPOM yang tertera pada kemasan produk.
Berdasarkan tujuan penggunaan skin care pemutih wajah
mayoritas responden menggunakan skin care pemutih wajah agar kulit
wajahnya terlihat cerah dan bersih. Banyak responden yang menyukai
produk skin care pemutih wajah yang memiliki efek mencerahkan secara
instan, hal ini dibuktikan pada tingkat sikap responden 54,49% dalam
kategori kurang baik. Menurut Sandriana tahun 2020, bahwa setiap orang
tergiur dengan produk skin care pemutih instan yang memberikan hasil
dengan sangat cepat tanpa memperhatikan bahan yang terkandung dalam
produk tersebut (Sandriana, 2020) . Selain untuk membuat penampilan
menarik, skin care juga penting untuk kesehatan kulit wajah. Sehingga
tujuan penggunaan skin care bukan hanya untuk terlihat cerah dan bersih,
akan tetapi menggunakan produk skin care juga agar kulit tetap sehat
sehingga dapat menunjang kepercayaan diri (Amanda et al., 2023).
Mayoritas responden dalam melakukan pemilihan skin care
pemutih wajah memperhatikan komposisi bahannya terlebih dahulu dan
tidak menggunakan skin care pemutih wajah apabila mengandung
merkuri, dimana hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan rata-rata
perolehan skor responden sebesar 82,12% dalam kategori baik. Hal ini
dapat dikatakan mayoritas responden memiliki kesadaran bahwa tidak
semua bahan yang terkandung dalam produk skin care pemutih itu aman
untuk digunakan.
Adapun sikap responden terhadap efek samping yang ditimbulkan
pada skin care pemutih wajah memperoleh skor 78,21% dengan kategori
baik. Sebagian besar responden menerapkan pengetahuan mereka bahwa
mereka mengetahui akan efek samping yang ditimbulkan pada produk
42

pemutih wajah. Apabila seseorang memiliki pengetahuan yang baik maka


akan diikuti oleh sikap yang baik juga. Pengetahuan responden tersebut
melahirkan sikap kepercayaan dalam memilih skin care pemutih wajah
berdasarkan hal yang diharapkan dan tidak diharapkan dari produk yang
dipilih. Persepsi atau pandangan responden mengenai efek samping dari
produk skin care pemutih wajah yang melahirkan kesadaran, serta
perasaan untuk menggali informasi tentang efek samping dari produk skin
care pemutih wajah (Qemha, 2016).
Pada pernyataan selanjutnya mengenai sikap ketertarikan
responden terhadap produk skin care pemutih wajah setelah melihat
hasilnya pada kulit orang lain, diperoleh sikap responden dalam kategori
cukup baik (58,2%), hal ini menunjukkan bahwa sebagian responden
dalam memilih produk skin care pemutih wajah berdasarkan hasil yang
mereka lihat dari orang lain, padahal kenyataannya jenis kulit tiap orang
berbeda, belum tentu hasil penggunaan skin care pemutih pada orang lain
sama dengan hasil yang diperoleh pada kulit kita (Sandriana, 2020) .
Permasalahan utama ketika menentukan produk skin care yang sesuai
yaitu ketidakmampuan menentukan jenis kulit. Sehingga banyak yang
mengalami kesalahan dalam pembelian produk dan penggunaannya.
Padahal jika seseorang memilih skin care hanya berdasarkan hasil yang
mereka lihat pada orang lain, namun ternyata produk skin care yang tidak
sesuai pada kulit sendiri, maka akan menimbulkan permasalahan baru atau
bahkan bisa memperburuk kondisi kulit (Kusumaningrum, 2021) .
Pernyataan terakhir mengenai sikap responden dalam mempertimbangkan
pemilihan skin care pemutih wajah berdasarkan iklan, responden
memperoleh tingkat sikap dengan kategori cukup baik (72,26%). Hal ini
terjadi karena adanya pengaruh yang signifikan antara keputusan
seseorang dalam menggunakan skin care pemutih wajah dengan iklan
yang beredar di media massa, baik media cetak maupun media elektronik
(Warsi et al., 2022).
43

Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa responden yang memiliki


tingkat sikap baik berjumlah 63 responden (49,22%), cukup baik
berjumlah 46 responden (35,93%), dan kurang baik berjumlah 19
responden (14,85%). Dari hasil perhitungan rata-rata persentase
keseluruhan tingkat sikap dalam penggunaan skin care pemutih wajah
sebesar 72,34% dengan kategori cukup baik. Dari 10 item pernyataan
sikap dalam penggunaan skin care pemutih wajah pada peserta didik SMA
Negeri 1 Pringsurat, pada pernyataan tentang tujuan penggunaan skin care
pemutih wajah memperoleh skor paling sedikit. Banyak responden yang
menggunakan skin care pemutih wajah dengan tujuan agar memperoleh
kulit yang cerah secara instan. Pada hasil penelitian lain mengungkapkan
bahwa sebanyak 187 responden (55%) menggunakan produk skin care
pemutih yang mencerahkan kulit secara instan tanpa memperhatikan
keamanannya, sedangkan sebanyak 153 responden (45%) menggunakan
produk skin care pemutih dengan memperhatikan keamanannya.
Pemahaman yang kurang terkait skin care pemutih wajah akan membuat
seseorang cenderung untuk memiliki sikap negatif atau sikap mendukung
penggunaan skin care pemutih wajah yang memberikan hasil secara instan
tanpa mengetahui keamanan produknya (Balqis et al., 2022) . Remaja
sekarang mulai menganggap bahwa skin care sudah menjadi kebutuhan
utama, adanya perubahan gaya hidup yang menyebabkan produk skin care
sudah menjadi barang kebutuhan yang sulit untuk dilepaskan, karena
banyak orang yang ingin tampil menarik, cara apapun akan dilakukan
demi mendapatkan hasil yang maksimal untuk memenuhi konsep menarik,
makanya banyak orang yang tergiur dengan produk pemutih yang
mencerahkan kulit secara instan tanpa memperhatikan efek buruk yang
ditimbulkan (Yuliana et al., 2022).
Deviana (2009:71) (dalam (Qemha, 2016)) menyatakan bahwa apabila
seseorang memiliki pengetahuan yang baik maka akan diikuti oleh sikap
yang baik pula, namun proses tersebut tidak selalu sama bahkan di dalam
praktik sehari hari terjadi sebaliknya. Berdasarkan analisis data pada
44

penelitian ini dapat terlihat bahwa secara keseluruhan sikap responden


dalam penggunaan skin care pemutih wajah dalam kategori cukup baik,
akan tetapi masih terdapat beberapa permasalahan sikap responden dalam
menggunakan skin care pemutih wajah yang tidak sesuai dengan
pengetahuan yang sudah dipelajari sebelumnya. Adanya kenyataan ini
disebabkan karena terdapat banyak faktor yang menyebabkan seseorang
dalam menggunakan skin care pemutih wajah seperti pada teori yang
dikemukakan oleh Philip Kotler (1996:144) (dalam
(Afiati & Muslimin, 2018)
) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi sikap seseorang untuk
memutuskan dalam pemilihan suatu produk adalah sebagai berikut :
a) Faktor budaya dan kelompok sosial dimana seseorang itu berada
b) Faktor pribadi dengan adanya karakteristik seperti umur, tahap daur
hidup, pekerjaan, kondisi ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan
konsep diri pembeli
c) Faktor psikologis (Pertama, motivasi adalah kebutuhan yang cukup
menekan untuk mengarahkan seseorang mencari cara memuaskan
kebutuhan. Kedua, persepsi merupakan proses yang dilalui oleh
seseorang dalam memilih sesuatu. Ketiga, pembelajaran adalah
perubahan dalam tingkah laku individual yang muncul dari sebuah
pengalaman).

Berdasarkan kajian teori, dapat dipahami bahwa sikap responden


dalam menggunakan skin care pemutih wajah tidak hanya dipengaruhi
oleh pengetahuan saja, namun terdapat banyak faktor yang lebih dominan
seperti faktor budaya dimana responden itu berasal, responden dalam
menggunakan suatu produk skin care pemutih wajah karena melihat atau
meniru orang-orang di sekitarnya yang juga menggunakan produk
tersebut. Faktor pribadi juga mempengaruhi dalam penggunaan skin care
pemutih wajah karena adanya keterkaitan dengan usia, tahap daur hidup,
pekerjaan, kondisi ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep diri
pembeli yang akhirnya melahirkan adanya kebutuhan dan dorongan untuk
45

menggunakan skin care pemutih wajah. Serta faktor psikologis yang


mempengaruhi responden dalam penggunaan skin care pemutih wajah
karena adanya kebutuhan akan produk tersebut sehingga mengabaikan
efek yang ditimbulkan akibat penggunaan produk meskipun berbahaya
tetapi dibutuhkan. Seseorang harus memiliki pertimbangan yang kuat
dalam menggunakan skin care pemutih wajah, tidak hanya terkait dengan
pengetahuannya, akan tetapi seseorang juga harus memiliki sikap memilih
dengan pertimbangan dampak positif maupun negatif dari produk yang
akan dipilih. Adanya keinginan yang dipengaruhi oleh faktor yang tidak
penting harus dapat diatasi dengan pengetahuan yang kuat, tidak hanya
mengutamakan keinginan dan kebutuhan saja, namun lebih kepada
pengetahuan terhadap dampak positif dan negatif dalam penggunaannya.
Dengan demikian sikap responden dalam menggunakan skin care pemutih
wajah harus ditingkatkan dengan cara mengaplikasikan pengetahuan baik
yang sudah dimilikinya (Qemha, 2016).
46

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Tingkat pengetahuan peserta didik SMA Negeri 1 Pringsurat tentang
penggunaan skin care pemutih wajah dalam kategori baik berjumlah 103
responden (80,47%), cukup baik berjumlah 24 responden (18,75%), dan
kurang baik berjumlah 1 responden (0,78%). Berdasarkan hasil
perhitungan rata-rata persentase keseluruhan tingkat pengetahuan
mengenai penggunaan skin care pemutih wajah sebesar 87,5% dengan
kategori baik.
2. Sikap peserta didik SMA Negeri 1 Pringsurat dalam menggunakan skin
care pemutih wajah dalam kategori baik berjumlah 63 responden
(49,22%), cukup baik berjumlah 46 responden (35,93%), dan kurang baik
berjumlah 19 responden (14,85%). Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata
persentase keseluruhan sikap dalam penggunaan skin care pemutih wajah
sebesar 72,34% dengan kategori cukup baik.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan maka dapat diberikan saran kepada pihak-pihak
sebagai berikut :
1. Diharapkan peserta didik SMA Negeri 1 Pringsurat dapat menerapkan
pengetahuan baik yang telah dimiliki dalam penggunaan skin care pemutih
wajah. Dalam menggunakan skin care pemutih wajah tidak hanya
berdasarkan keinginan dan pengaruh lingkungan, akan tetapi lebih kepada
pengetahuan terhadap dampak baik dan buruknya produk yang digunakan.
2. Pada penelitian ini kuesioner tidak disebarkan langsung oleh peneliti yang
menyebabkan hasil jawaban bias, dikarenakan kemungkinan responden
yang mengisi kuesioner terdapat unsur keterpaksaan untuk mengisi,
47

sehingga responden tidak memberikan jawaban sesuai dengan kenyataan


yang ada. Sebaiknya peneliti selanjutnya yang menyebarkan kuesioner
secara tidak langsung juga harus melakukan eksplorasi untuk
mengumpulkan data kualitatif, sehingga tidak hanya terpaku dengan
jawaban dari kuesioner penelitian saja. Akan tetapi peneliti bisa
memanfaatkan data hasil kuesioner penelitian untuk mengamati kebiasaan
atau keseharian responden, hal ini bisa memberikan wawasan yang lebih
banyak.
3. Diharapkan peneliti selanjutnya agar dapat mengembangkan penelitian ini
dengan menambahkan variabel bahwa skin care merupakan personal care
yang dibutuhkan oleh semua gender termasuk laki-laki yang juga harus
memahami penggunaan skin care untuk menunjang kesehatan dan
kebersihan diri.
48

DAFTAR PUSTAKA

Afiati, L., & Muslimin, K. (2018). Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Dalam
Keputusan Pembelian HP Oppo di Kabupaten Pohuwato. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis
Kontemporer, 2(02), 1–25.

Ahda, A., Setyaningsih, D., Rosalia, R., Aziz, S., Lutfiah, S. L., Apriani, V. D., & Yuniarsih, N.
(2022). Aktivitas Antioksidan dan Formulasi Toner Wajah Berbagai Bahan Aktif Alami:
Review Jurnal. Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia, 7(6), 1–13.

Amanda, S. N. S., Ayuni, A., & Sudrajat, A. (2023). Pengaruh Harga dan Celebrity Endorser
Terhadap Keputusan Pembelian Produk Skincare Skintific. Jurnal Ilmiah Wahana
Pendidikan, 9(12), 505–514. https://jurnal.peneliti.net/index.php/JIWP

Asmiati, E., Atmadani, R. N., Damayanti, F. D., & Setiawan, R. A. (2021). Edukasi Pentingnya
Penggunaan Sunscreen pada Kalangan Remaja di SMA Islam Sabilillah Malang. Jurnal
Pengabdian UNDIKMA, 2(2), 189–194. https://doi.org/10.33394/jpu.v2i2.4135

Azlika, Y. (2021). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Dengan Tindakan Penggunaan Produk
Pemutih Wajah Pada Ibu-Ibu di Desa Purwasari Kecamatan Pelepat Ilir.

Balqis, A. Y., Sholih, M. G., & Salman. (2022). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Terhadap
Keputusan Penggunaan Produk Skincare Pemutih Wajah Yang Mengandung Merkuri
Pada Mahasiswa Universitas Singaperbangsa Karawang. Jurnal Ilmiah Wahana
Pendidikan, 8(10), 301–309. https://doi.org/10.5281/zenodo.6820141

BPOM RI. (2018). Kosmetika Mengandung Bahan Berbahaya. Public Warning No. B-
HM.01.01.1.44.11.18.5410.

BPOM RI. (2020). Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 30 Tahun 2020
Tentang PersyaratanTeknis Penandaan Kosmetika (pp. 1–16). BPOM RI.

Dewi, N. L. P. A., Endiana, I. D. M., & Arizona, I. P. E. (2019). Pengaruh Rasio Likuiditas, Rasio
Leverage dan Rasio Profitabilitas Terhadap Financial Distress Pada Perusahaan
Manufaktur. Kumpulan Hasil Riset Mahasiswa Akuntansi (Kharisma), 1(1), 322–333.
https://e-journal.unmas.ac.id/index.php/kharisma/article/view/537

Diah, P. L., & Hanifa, R. (2019). Pengaruh PEG terhadap Stabilitas Fisik Formula Pembersih
yang Mengandung Nanoemulsi Minyak Biji Anggur (Vitis vinifera). In POLTEKKES DEPKES
BANDUNG (Vol. 11, Issue 1).

Fadila, I., Minerva, P., & Astuti, M. (2020). HUBUNGAN PENGETAHUAN KOSMETIKA DENGAN
PEMILIHAN KOSMETIK PERAWATAN KULIT WAJAH SISWA KELAS XI JURUSAN TATA
KECANTIKAN SMK NEGERI 7 PADANG. http://jitrk.ppj.unp.ac.id/index.php/jitrk

Fujiko, M., Siahaan, D. N., Dachi, K., & Julianty, S. M. (2022). EDUKASI PEMBUATAN MASKER
WAJAH DARI KOMBINASI BAHAN ALAMI BAGI SISWA/SISWI SMA IT KHAIRUL IMAM
MEDAN PADA TAHUN 2022 (Vol. 1, Issue 2).
49

Haerani, A. (2017, March 24). Krim Pemutih dan Penyimpanannya. Majalah Farmasetika,
Vol.2 No.2, 1–4. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Hafidhah, Z. (2014). GAMBARAN RESPON SISWA SMP GLOBAL ISLAMIC SCHOOL JAKARTA
TERHADAP PAPARAN IKLAN PASTA GIGI DI MEDIA MASSA TAHUN 2014. 1–94.

Herawati, H., & Mulyani, D. (2016). PENGARUH KUALITAS BAHAN BAKU DAN PROSES
PRODUKSI TERHADAP KUALITAS PRODUK PADA UD. TAHU ROSYDI PUSPAN MARON
PROBOLINGGO. Prosiding Seminar Nasional, 462–482.
https://jurnal.unej.ac.id/index.php/prosiding/article/view/3677

Herlina, H., & Vestabilivy, E. (2019). Pengaruh Pengetahuan dan Penggunaan Kosmetik
Pemutih Terhadap Kulit Wajah Pada Mahasiswi STIKes Persada Husada Indonesia. Jurnal
Persada Husada Indonesia, 6(20), 30–40.
http://jurnal.stikesphi.ac.id/index.php/kesehatan

Hilmi, I., Rianoor, N., & Gatera, V. (2022). Hubungan Pengetahuan dan Sikap terhadap
Perilaku Pemilihan Skincare Wajah melalui Media Sosial pada Salah Satu Universitas di
Karawang Jawa Barat. In Jurnal Farmasi Indonesia (Vol. 19, Issue 2).
http://journals.ums.ac.id/index.php/pharmacon

Kusumaningrum, S. D. (2021). Kajian Pustaka Dalam Penentuan Tipe dan Permasalahan Kulit
Wajah. Jurnal SNATi, 1(1), 17–21.

Kusumawati, A. H., Oktavia, D. N., Wahyudi, D., Sandini, M., Romli, N. R., Gunarti, N. S.,
Maharani, S. N., Sarifah, S., & Dewi, S. Y. (2022). Formulasi Dan Evaluasi Fisik Sediaan
Serum Wajah Ekstrak Beras Merah (Oryza Nivara L.). In Journal of Pharmacopolium (Vol.
5, Issue 2). http://ejurnal.universitas-bth.ac.id/index.php/P3M_JoP

Lidyawati, L., Mardiana, R., Rejeki, D. P., Dita, S. F., Verawati, V., Nurjannah, N., Zarwinda, I.,
Elfariyanti, E., & Nelyza, F. (2022). Penyuluhan tentang Zat Kimia Berbahaya yang
Terkandung di dalam Kosmetik Bagi Kader PKK di Desa Doy Ulee Kareng Banda Aceh.
Jurnal Mitra Pengabdian Farmasi, 2(1), 32–35.
https://ejurnal.akfar-mandiri.ac.id/index.php/abdimas

Maarif, V., Nur, H. M., & Septianisa, T. A. (2019). SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN
PEMILIHAN SKINCARE YANG SESUAI DENGAN JENIS KULIT WAJAH MENGGUNAKAN
LOGIKA FUZZY. Jurnal Sains Dan Manajemen, 7(2), 73–80.

Moudy, J., & Syakurah, R. A. (2020). Pengetahuan terkait Usaha Pencegahan Coronavirus
Disease (COVID-19) di Indonesia. HIGEIA JOURNAL, 4(3), 333–346.
https://doi.org/10.15294/higeia/v4i3/37844

Munawar, A., & Supriatna, N. (2018). PENGARUH SIKAP DAN MOTIVASI TERHADAP MINAT
BERWIRAUSAHA SISWA. Jurnal Kajian Pendidikan Ekonomi Dan Ilmu Ekonomi, 2(1), 14–
23.
50

Nevia, A. (2021). HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DALAM PEMAKAIAN KOSMETIK


PEMUTIH WAJAH DENGAN RESIKO TERJADINYA PENYAKIT KULIT PADA REMAJA PUTRI DI
DESA PASURUAN RT 01 RW 08 LAMPUNG SELATAN TAHUN 2021. 1–89.

Nindya Dwiana, P., Ayuningtyas, N., & Ambarwati, N. S. S. (2019). FAKTOR-FAKTOR


KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM MEMBELI KOSMETIKA PERAWATAN WAJAH. Jurnal
Tata Rias, 9(2), 1–8. https://doi.org/10.21009/9.2.3.2009

Nova, Chotimah, N., & Kholiq, A. (2021). PENGARUH PROMOSI TERHADAP KEPUTUSAN
PEMBELIAN PRODUK KOSMETIK WARDAH PADA KALANGAN MAHASISWI IKIP
MUHAMMADIYAH MAUMERE. Jurnal Ekonomi, Sosial & Humaniora, 3(3), 54–60.

Nugraheni, P. F. (2019). PENGARUH PEMBERIAN KRIM EKSTRAK KURMA AJWA (Phoenix


dactylifera L) TERHADAP LUAS LESI MELASMA MENGGUNAKAN MASI SCORE.

Nurlaila, I. (2021). PENGARUH EKUITAS MEREK DAN KUALITAS PRODUK TERHADAP


KEPUTUSAN PEMBELIAN KOSMETIK WARDAH. EJournal Administrasi Bisnis, 9(2), 114–
127.

Nurlarasati, E. D. (2021). Formulasi Krim Nanopartikel Sediaan Kosmetik Pemutih Kulit yang
Mengandung Ekstrak Biji Alpukat (Persea americana Mill.) dan Ekstrak Akar Manis
(Glycyrrhiza glabra).

Pradika, Y., Seftiwan Pratami, D., & Christiani, T. (2022). EDUKASI CARA MEMILIH KRIM
PEMUTIH DAN KANDUNGAN YANG AMAN UNTUK KULIT WAJAH KEPADA MASYARAKAT.
In Jurnal ABDIMAS KESOSI (Vol. 5, Issue 2).
https://ejournal.stikeskesosi.ac.id/index.php/abdimas

Pranatawijaya, V. H., Widiatry, W., Priskila, R., & Putra, P. B. A. A. (2019). Pengembangan
Aplikasi Kuesioner Survey Berbasis Web Menggunakan Skala Likert dan Guttman. Jurnal
Sains Dan Informatika, 5(2), 128–137. https://doi.org/10.34128/jsi.v5i2.185

Pranoto, A. (2018). Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Minat Beli Konsumen Terhadap
Preferensi Pembelian Antara Produk Kosmetik Ramah Lingkungan dan Konvensional.
Arthavidya Jurnal Ilmiah Ekonomi, 19(2), 133–151. https://doi.org/10.37303/a.v19i2.88

Pratiwi, A. Y., Suryani, D., Sunarji, S., & Hendrawan, A. (2018). KELELAHAN DAN KESEHATAN
KERJA NELAYAN. Jurnal Saintara, 2(2), 27–32.

Qemha, A. (2016). HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP PEMILIHAN KOSMETIKA


PERAWATAN KULIT WAJAH MAHASISWA JURUSAN TATA RIAS DAN KECANTIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG. 1–18.

Rahmawaty, A. (2020). PERAN PERAWATAN KULIT (SKINCARE)YANG DAPAT MERAWAT ATAU


MERUSAK SKIN BARRIER. BIMFI, 7(1), 5–10.

Rini, T. A. (2016). Hubungan Antara Penggunaan Krim Pemutih Wajah Dengan Terjadinya
Telangiektasis Pada Para Model Sanggar Insix di Pontianak. 1–15.
51

Sandriana, I. R. (2020). TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP BAHAYA KRIM


PEMUTIH. 1–13.

Saputra, P. Y. A., Faidah, M., Dwuyanti, S., & Puspitorini, A. (2022). Perbedaan Antara Base
Makeup dan Moisturizer Pada Hasil Tata Rias Wajah Pengantin Tradisional. E-Jurnal,
11(1), 95–103.

Sari, A. I. (2021). RESPON TERHADAP PENGGUNAAN KRIM PENCERAH WAJAH PADA


MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN ANGKATAN 2018.

Sepriyani, H., Sidoretno, W. M., & Elfia, M. (2021). Identifikasi Merkuri pada Urine Pengguna
Krim Malam di Program Studi Kebidanan Universitas Abdurrab. Indonesian Journal
Pharmaceutical Research, 1(2), 48–51. www.jurnal.umsb.ac.id/index.php/IJPR

Siregar, S. D. Br. (2018). PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT


PENGETAHUAN TENTANG MEMBALUT LUKA PADA SISWA DI SMP SWASTA DHARMA
KECAMATAN BERINGIN. Jurnal Keperawatan Flora, 11(2), 43–48.

Sitompul, S. (2021). PENGARUH PENGETAHUAN LABEL HALAL DAN KESADARAN MEREK


TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KOSMETIK MELALUI REKOMENDASI KELOMPOK
SEBAGAI VARIABEL MODERATING. Jurnal Kajian Ekonomi Hukum Syariah, 7(1), 50–64.

Sunardi, S., & Maftukhah, A. (2015). Pengetahuan Konsumen dan Keputusan Menjadi
Nasabah (Kasus BSM Kan.Cab Pembantu BSD Tangerang Selatan). Jurnal Islaminomic,
6(2), 36–51.

Susanti, C. R. (2013). PENGETAHUAN DAN SIKAP MAHASISWI DALAM PEMAKAIAN KOSMETIK


PEMUTIH WAJAH DI FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS TEUKU UMAR.

Ulfa, R. (2021). Variabel Penelitian Dalam Pendidikan. Jurnal Pendidikan Dan Keislaman, 342–
351.

Warsi, N., Stevani, H., Jumain, J., & Setiawati, H. (2022). Perbandingan Tingkat Pengetahuan
dan Sikap Dalam Penggunaan Krim Pemutih Berbahaya Diantara Remaja Putri dan
Wanita Dewasa. Media Farmasi, 18(2), 122. https://doi.org/10.32382/mf.v18i2.3060

Wulansari, R., & Deshilma, D. A. (2022). Analisa Produk Skincare Pria Ditinjau dari Perspektif
Maqoshid Syariah. IJIEB: Indonesian Journal of Islamic Economics and Business, 7(1), 38–
46. http://e-journal.lp2m.uinjambi.ac.id/ojp/index.php/ijoieb

Yuliana, A., Rahmiayani, I., Pebiansyah, A., & Shaleha, R. R. (2022). Sosialisasi dan Edukasi
Penggunaan Skincare Berbahan Alami untuk Perawatan Kulit Wajah di PC PERSISTRI
Tawang Kota Tasikmalaya. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 13(4), 670–674.
http://journal.upgris.ac.id/index.php/e-dimas

Yusriyani, Sukirawati, & Ismawati. (2022). Studi Tingkat Pengetahuan Masyarakat Desa
Sanrego Kecamatan Kahu Kabupaten Bone Terhadap Bahaya Penggunaan Krim Pemutih.
Jurnal Kesehatan Yamasi Makassar, 6(1), 89–97. http://journal.yamasi.ac.id
52

LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian


GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DALAM PENGGUNAAN
PRODUK SKIN CARE PEMUTIH WAJAH PADA PESERTA DIDIK SMA
NEGERI 1 PRINGSURAT
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Perkenalkan saya Rifqi Dwi Pangestuti mahasiswi Universitas Muhammadiyah
Magelang. Saat ini saya sedang melakukan penelitian mengenai "Gambaran
Pengetahuan dan Sikap Dalam Penggunaan Produk Skin Care Pemutih Wajah
Pada Peserta Didik SMA Negeri 1 Pringsurat". Penelitian ini dilakukan dalam
rangka untuk menyelesaikan proposal Karya Tulis Ilmiah saya.
Dalam pengisian kuesioner ini tidak ada resiko yang ditimbulkan. Semua
informasi yang berkaitan dengan identitas diri Anda akan dirahasiakan dan hanya
akan diketahui oleh peneliti. Hasil dari penelitian ini akan dipublikasikan tanpa
adanya informasi apapun mengenai identitas partisipan dan hanya akan digunakan
untuk kepentingan penelitian.
Jika Anda mengalami kendala dalam pengisian kuesioner ini, bisa menghubungi
di kontak WhatsApp 083162530880 atau email Rifqidwipangestutii@gmail.com.
Terima kasih atas perhatian dan bantuannya.
Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

KARAKTERISTIK RESPONDEN
Nama :
Jenis Kelamin :
o Perempuan
o Laki-laki
Usia :
o 15
o 16
o 17
o 18
o > 18
53

Kelas :
o X (Sepuluh)
o XI (Sebelas)
o XII (Dua Belas)

PENGETAHUAN RESPONDEN TENTANG PENGGUNAAN SKIN CARE


PEMUTIH WAJAH

1. Mengenali kemasan sediaan dan memastikan penandaan/label terlihat jelas


serta memastikan tanggal kadaluarsa merupakan cara cerdas memilih skin care
pemutih wajah
o Benar
o Salah
2. Skin care pemutih wajah tetap aman digunakan walaupun tidak memiliki
nomor BPOM pada kemasan
o Benar
o Salah
3. Skin care pemutih digunakan untuk memudarkan noda hitam pada kulit wajah
o Benar
o Salah
4. Penggunaan skin care pemutih dapat mencerahkan dan menghaluskan kulit
wajah
o Benar
o Salah
5. Kandungan skin care pemutih wajah yang aman mengandung hidroquinon
dengan besar kadar dibawah 2%
o Benar
o Salah
54

6. Skin care pemutih wajah yang mengandung merkuri dapat menyebabkan


kerusakan ginjal, gangguan susunan saraf otak bahkan kanker pada manusia
o Benar
o Salah
7. Skin care pemutih yang menimbulkan kemerahan pada wajah tetap aman
untuk digunakan
o Benar
o Salah
8. Penggunaan produk skin care pemutih wajah yang tidak tepat dapat
menimbulkan kulit berjerawat
o Benar
o Salah
9. Warna skin care yang berubah warna dan bau menyengat mengindikasikan
bahwa produk pemutih wajah tersebut aman digunakan
o Benar
o Salah
10. Penyimpanan skin care pemutih wajah harus disimpan di wadah tertutup pada
suhu kamar terlindung dari cahaya
o Benar
o Salah

SIKAP RESPONDEN DALAM PENGGUNAAN SKIN CARE PEMUTIH


WAJAH

Keterangan :
4 = Sangat Tidak Setuju
3 = Tidak Setuju
2 = Setuju
1 = Sangat Setuju
55

1. Sebelum saya membeli produk skin care pemutih wajah, saya tidak perlu
memperhatikan tanggal kadaluarsanya terlebih dahulu
o Sangat Tidak Setuju
o Tidak Setuju
o Setuju
o Sangat Setuju
2. Saya akan membeli produk skin care pemutih wajah yang tidak terdaftar di
BPOM karena mendapatkan penilaian yang baik dari banyak orang
o Sangat Tidak Setuju
o Tidak Setuju
o Setuju
o Sangat Setuju
3. Tujuan penggunaan skin care pemutih wajah agar saya terlihat lebih cerah dan
bersih
o Sangat Tidak Setuju
o Tidak Setuju
o Setuju
o Sangat Setuju
4. Saya menyukai produk skin care pemutih wajah yang memiliki efek
mencerahkan secara instan
o Sangat Tidak Setuju
o Tidak Setuju
o Setuju
o Sangat Setuju
5. Sebelum saya membeli produk skin care pemutih wajah, saya tidak perlu
memperhatikan komposisi bahannya terlebih dahulu
o Sangat Tidak Setuju
o Tidak Setuju
o Setuju
56

o Sangat Setuju
6. Saya akan menggunakan produk skin care pemutih wajah yang mengandung
merkuri karena dapat mencerahkan kulit dengan cepat
o Sangat Tidak Setuju
o Tidak Setuju
o Setuju
o Sangat Setuju
7. Menurut saya, semua produk skin care pemutih wajah dapat menyebabkan
kanker
o Sangat Tidak Setuju
o Tidak Setuju
o Setuju
o Sangat Setuju
8. Jika kulit wajah saya terkena iritasi setelah menggunakan skin care pemutih,
saya tetap akan memakainya yang penting wajah saya putih
o Sangat Tidak Setuju
o Tidak Setuju
o Setuju
o Sangat Setuju
9. Saya tertarik menggunakan produk skin care pemutih wajah setelah melihat
hasilnya pada kulit orang lain
o Sangat Tidak Setuju
o Tidak Setuju
o Setuju
o Sangat Setuju
10. Saya hanya perlu melihat iklan dalam mempertimbangkan pemilihan skin care
pemutih wajah
o Sangat Tidak Setuju
o Tidak Setuju
57

o Setuju
o Sangat Setuju

Lampiran 2. Data Hasil Kuesioner


58

Keterangan : P = Pernyataan pengetahuan


S= Pernyataan sikap

Anda mungkin juga menyukai