Disusun Oleh :
FAKULTAS FARMASI
2023
Lembar Pengesahan
(Jl. Mendut Raya No.21, Bencongan Indah, Kec. Klp. Dua, Kabupaten
Tangerang, Banten)Disusun Oleh :
Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan kerja lapangan
i
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena
berkat dan rahmat dan kasih-nya penyusun dapat menyelesaikan Laporan Praktik
Kerja Lapangan di Apotik Puri Bakti tepat pada waktunya. Laporan ini disusun
berdasarkan hasil pengamatan dan pengumpulan data selama mahasiswa
melakukan kegiatan Praktik Kerja Lapangan di Apotik Puri Bakti.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUATAKA
iii
BAB III
BAB IV
BAB V
PENUTUP
iv
DAFTAR SINGKATAN
SO Stok Opname
v
DAFTAR LAMPIRAN
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
dapat diterima, wajar, efektif, efisien, menyeluruh, terpadu, berkelanjutan,
bermutu, dan berkesinambungan (Azwar, 1996).
1.2 Tujuan
a. Meningkatkan dan memperluas wawasan, pengalaman, dan
keterampilan yang dapat digunakan untuk bersaing dalam dunia kerja.
b. Mendapat gambaran mengenai kondisi sebenarnya dalam dunia kerja
dibidang kefarmasian.
c. Menumbuhkan sikap disiplin, tanggung jawab, dan profesionalitas agar
siap bersaing dalam dunia kerja.
1.3 Waktu Pelaksanaan PKL
Waktu pelaksanaan PKL D3 Farmasi adalah 24 hari dimulai dari tanggal 31
Juli – 28 Agustus 2023.
Shift Pagi dari jam 07.30 – 15.30
Shift Middle dari jam 11.00 – 19.00
Shift Siang dari jam 13.00 – 21.00
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.1.1 Apotek
2.1.2 Apoteker
Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah Lulus sebagai apoteker dan telah
mengucapkan sumpah jabatan apoteker. (Permenkes No. 35 Tahun 2014 tentang
Standar pelayanan kefarmasian di Apotek). Apoteker adalah seseorang yang
mempunyai keahlian dan kewenangan dibidang kefarmasian, baik di apotek, rumah
sakit, industri, pendidikan, dan bidang lainnya yang masih berkaitan dengan bidang
kefarmasian (Lalu dan Baiq, 2022)
3
Keberadaaan apoteker di apotek tidak hanya terkait dengan permasalahan
obat, namun apoteker dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan
perilaku agar dapat menjalankan profesi secara professional dan berinteraksi
langsung dengan pasien, termasuk untuk pemberian informasi obat dan konseling
kepada pasien yang membutuhkan. Apoteker harus juga memahami dan menyadari
kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan (medication error),
mengidentifikasi, mencegah, mengatasi masalah farmakoekonomi, dan farmasi
sosial (sociopharmacoeconomy). Hal ini bila dikaitkan dengan standar pelayanan
kefarmasian di apotek menjadikan peranan apoteker di apotek sangatlah penting
(Permenkes RI, 2014).
4
1. Narkotika Golongan I
2. Narkotika Golongan II
Sama seperti halnya golongan II, golongan III juga dapat digunakan dalam
pengobatan dengan syarat-syarat yang sama. Golongan ini memiliki resiko
ketergantungan lebih kecil daripada golongan diatasnya. Contoh: Kodein,
Buprenorfin
5
Sesuai dengan Permenkes No.3 Tahun 2015 tentang peredaran, penyiapan,
pemusnahan, dan pelaporan narkotika, psikotropika, dan prekusor farmasi dan
peraturan kepala badan pom tentang pedoman teknis cara distribusi obat yang baik,
maka setiap sumber daya manusia di apotek wajib mengetahui dan menjalankan
aturan terkait psikotropika dengan baik dan benar. Bila pengetahuannya baik, maka
diharapkan semua apotek sudah menjalankan peraturan dan perundang-undangan
tersebut dengan benar. Pada beberapa kasus dijumpai bahwa masih banyak praktik
yang tidak benar terutama dalam pelayanan di apotek (Fiya Dinda Syafitri &
Yuliawati, 2021).
Pasal 1
Pasal 2
Pasal 3
6
Pasal 4
Fasilitas Kefarmasian
a. Apotek
b. Instalasi farmasi rumah sakit
c. Puskesmas
d. Klinik
e. Toko Obat
f. Praktek bersama.
Pasal 20
Pasal 21
7
pada sarana pelayanan kesehatan dasar yang diberi wewenang untuk
meracik dan menyerahkan obat kepada pasien. Standar Prosedur
Operasional yaitu prosedur tertulis berupa petunjuk operasional tentang
Pekerjaan Kefarmasian.
Pasal 23
Pasal 24
Pasal 51
8
2.3.2 Menurut UU No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan:
Pasal 108
9
ukur yang dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian, dalam
menyelenggarakan pelayanan kefarmasian (Mayang Aditya Ayuning Siwi, 2020).
10
D. Konseling
Konseling merupakan proses interaktif antara apoteker dengan
pasien/keluarga untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran
dan kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam penggunaan obat
dan menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien. Untuk mengawali
konseling, apoteker menggunakan three prime questions. Apabila tingkat
kepatuhan pasien dinilai rendah, perlu dilanjutkan dengan metode Health
Belief Model. Apoteker harus melakukan verifikasi bahwa pasien atau
keluarga pasien sudah memahami obat yang digunakan.
E. Pelayanan Kefarmasian di Rumah (home pharmacy care)
Apoteker sebagai pemberi layanan diharapkan juga dapat
melakukan pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah,
khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit
kronis lainnya.
F. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien
mendapatkan terapi obat yang efektif dan terjangkau dengan
memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek samping.
G. Monitoring Efek Samping Obat ( MESO)
Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang
merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang
digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau
memodifikasi fungsi fisiologis.
(PERMENKES, 2016).
11
BAB III
Apotek Puri Bakti didirikan pada tanggal 9 Oktober 1995 oleh Apoteker Dra.
Erniati. Apt yang sekaligus menjadi pemilik Apotek Puri Bakti. Apotek Puri Bakti
di buka di JI. Mendut Raya No.21, Bencongan Indah, Kec. Klp. Dua Kabupaten
Tangerang, Banten 15810.
Apotek Puri Bakti didirikan pada bulan Oktober tahun 1995. Saat itu, daerah
Perumnas terdapat apotek pertama yang didirikan, namun tidak bertahan lama. Hal
ini yang membuat pemilik Apotek Puri Bakti, Apt. Dra. Erniati, tergugah untuk
mendirikan apotek. Setelah 5 (lima) tahun setelah didirikan, Apotek Puri Bakti
masih minim pembeli dikarenakan akses jalan menuju apotek belum sebagus saat
ini. Beberapa tahun setelahnya, apotek ini mulai dikenal banyak masyarakat sekitar.
Setelah pembangunan jalan, Apotek Puri Bakti semakin ramai dikunjungi pembeli
hingga saat ini.
Apotek Puri Bakti terletak di Jl. Mendut Raya No.21, Bencongan Indah, Kec.
Klp. Dua, Kabupaten Tangerang, Banten 15810. Lokasi Apotek sangat strategis dan
mudah diakses karena banyak dilewati oleh banyak kendaraan. Daerah sekitar
Apotek Puri Bakti merupakan daerah yang cukup ramai dimana lokasinya dekat
dengan Kawasan Rumah Sakit Siloam, perumahan dan perkampungan. Apotek Puri
Bakti mempunyai tempat parkir yang cukup luas dapat menampung kendaraan roda
dua maupun roda empat dan di khususkan untuk pelanggan apotek dan karyawan
Apotek Puri Bakti.
13
Apotek Puri Bakti memiliki bangunan yang cukup luas yang terdiri dari satu
lantai. Berikut pembagian tata ruang apotek:
14
BAB IV
4.1 Hasil
1. Adminisitrasi
Kegiatan administrasi yang mahasiswa lakukan di apotek Puri Bakti
meliputi:
a. Perencanaan
b. Pengadaan barang
c. Penerimaan barang
d. Penyimpanan barang
e. Pengarsipan dokumen
2. Pelayanan
Kegiatan pelayanan yang mahasiswa lakukan di apotek Puri Bakti
meliputi:
a. Pelayanan obat non-resep
b. Pelayanan obat resep
c. Pelayanan obat melalui media sosial (Whatsapp)
4.2 Pembahasan
19
sampai 28 agustus 2023, di apotek Puri Bakti dengan jumlah 4 mahasiswa,
melakukan 3x pergantian shift sebagai berikut:
A. Teknis pelaksanaan
20
c. Pengadaan dilakukan dengan menulis surat pesanan terkait obat
yang ingin dipesan dan diserahkan kepada pihak PBF.
3. Penerimaan sediaan dan perbekalan farmasi
a. Barang datang biasanya pada hari pemesanan dan paling lambat 1
hari setelah pemesanan, barang datang akan disertai dengan faktur
pembelian.
b. Diperiksa kesesuaian antara faktur dan barang datang dari
distributor seperti: jumlah barang, kemasan dan kekuatan sediaan,
tanggal kadaluarsa dan nomor batch.
c. Diisi form checklist dan buku barang datang dan surat pesanan
jika telah sesuai antara faktur dan barang.
d. Faktur asli dan surat pesanan asli akan diberikan kembali kepada
distributor, untuk copy faktur dan copy surat pesanan akan di
simpan di apotek Puri Bakti.
e. Dilakukan input faktur kedalam sistem pembelian yang ada di
apotek Puri Bakti (nama obat, jumlah obat, kekuatan dan kemasan
sediaan dll) dengan itu maka stok obat akan terisi otomatis, hal ini
dilakukan sebelum penyimpanan obat agar tidak terjadi penjualan
obat secara manual/tanpa struk ke pasien.
4. Penyimpanan sediaan farmasi dan perbekalan farmasi.
a. Penyimpanan dilakukan berdasarkan golongan obat keras, obat
bebas, obat bebas terbatas, dan alat kesehatan.
b. Penyimpanan obat berdasarkan golongan obat keras disimpan di
ruangan penyimpanan belakang berdasarkan bentuk sediaan,
kemudian disusun sesuai abjad dan penyimpanan secara FIFO
(first in first out) obat yang terlebih dahulu datang akan
dikeluarkan terlebih dahulu, dan FEFO (first expired first out) atau
obat yang tanggal expired nya lebih dahulu akan dikeluarkan guna
mengurangi penumpukan obat dan kerugian.
c. Penyimpanan obat berdasarkan golongan obat bebas dan obat
bebas terbatas disimpan dirak / etalase ruangan depan berdasarkan
bentuk sediaan, kemudian disusun sesuai abjad dan penyimpanan
21
secara FIFO (first in first out) obat yang terlebih dahulu datang
akan dikeluarkan terlebih dahulu, dan FEFO (first expired first
out) atau obat yang tanggal expired nya lebih dahulu akan
dikeluarkan guna mengurangi penumpukan obat dan kerugian.
d. Untuk obat – obat yang mendekati tanggal kadaluarsa dilkukan
penyimpanan ditempat khusus guna memaksimalkan penjualan
dan meminimalisir kerugian.
5. Pelayanan obat non-resep
a. Mahasiswa melakukan pelayanan penyerahan obat non resep dan
memberikan PIO (pelayanan informasi obat) kepada pasien dengan
bahasa yang sopan dan mudah dimengerti.
b. Mahasiswa melakukan swamedikasi kepada pasien jika pertanyaan
pasien masih bisa dipertanggung jawabkan.
c. Mengarahkan pasien kepada apoteker atau asisten apoteker yang
bertanggung jawab jika pertanyaan berada di luar kemampuan
mahasiswa.
d. Melakukan transaksi pembelian pada sistem pembelian di apotek
Puri Bakti yang dilakukan oleh karyawan yang bertugas, dan
menyerahkan obat kepada pasien atau pembeli.
6. Pelayanan Resep
a. Dilakukan penerimaan resep dan melakukan skrining resep.
b. Dilakukan perhitungan dosis atau jumlah obat pada resep yang
telah di skrining
c. Menyiapkan obat berdasarkan dosis dan jumlah obat yang telah
dihitung.
d. Melakukan peracikan dan pengemasan obat pada resep dengan
standar yanng berlaku.
e. Melakukan pemberian etiket pada resep yang telah selesai dibuat.
f. Menyerahkan obat resep kepada pasien atau yang bersangkutan
dengan PIO (pelayanan informasi obat) yang baik dan mudah
dimengerti.
22
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukannya Praktik Kerja Lapangan (PKL) pada Apotek Puri
Bakti mulai dari tanggal 31 Juli sampai 29 Agustus 2023. Maka dapat ditarik
kesimpulan adalah :
1. Perencanaan dilakukan setiap seminggu 2 kali dilakukan oleh apoteker
dilakukan dengan sistem forcasting yang terdapat pada aplikasi dan
dikombinasikan dengan metode VEN dan Pola penyakit yang
digunakan oleh apotek Puri Bakti.
2. Pengadaan dilakukan oleh apoteker penenggung jawab apotek Puri
Bakti atau pemilik apotek, pengadaan dilakukan ke PBF resmi dan
dilakukan melalui aplikasi PBF, Via Whatsapp atau melalui sales yang
berkunjung langsung ke apotek, dan Pengadaan dilakukan dengan
menulis surat pesanan terkait obat yang ingin dipesan dan diserahkan
kepada pihak PBF.
3. Penerimaan Barang datang biasanya pada hari pemesanan dan paling
lambat 1 hari setelah pemesanan, barang datang akan disertai dengan
faktur pembelian, diperiksa kesesuaian antara faktur dan barang datang
dari distributor lalu iisi form checklist dan buku barang datang dan surat
pesanan jika telah sesuai antara faktur dan barang setelah itu dilakukan
input faktur kedalam sistem pembelian yang ada di apotek Puri Bakti.
4. Penyimpanan dilakukan berdasarkan golongan obat keras, obat bebas,
obat bebas terbatas, dan alat kesehatan. Penyimpanan obat berdasarkan
golongan obat keras disimpan di ruangan penyimpanan belakang dan
obat bebas/bebas terbatas disimpan dirak / etalase ruangan depan
berdasarkan bentuk sediaan, kemudian disusun sesuai abjad dan
penyimpanan secara FIFO (first in first out) obat yang terlebih dahulu
datang akan dikeluarkan terlebih dahulu, dan FEFO (first expired first
23
out) atau obat yang tanggal expired nya lebih dahulu akan dikeluarkan
guna mengurangi penumpukan obat dan kerugian.
5. Pelayanan non resep mahasiswa melakukan pelayanan penyerahan obat
non resep dan memberikan PIO (pelayanan informasi obat) jika
pertanyaan berada di luar kemampuan mahasiswa kemudian
mengarahkan pasien kepada apoteker atau asisten apoteker yang
bertanggung jawab.
6. Pelayanan resep dilakukan penerimaan dan melakukan skrining resep
setelah itu dilakukan perhitungan dosis atau jumlah obat dan
menyiapkan obat berdasarkan dosis dan jumlah obat yang telah
dihitung lalu melakukan peracikan dan pengemasan obat serta
pemberian etiket pada resep.
5.1 Saran
Pengelolaan sistem manajemen serta pelayanan obat resep dan non
resep telah dilakukan dengan sangat baik, kerja sama antar karyawan di
apotek Puri Bakti juga terjalin dengan sangat baik masing-masing
karyawan melakukan pekerjaannya dengan profesional. Dengan itu kami
mengharapkan kepada apotek Puri Bakti untuk terus bisa mempertahankan
dan meningkatkan mutu pelayanan kepada pasien.
24
DAFTAR PUSTAKA
Azwar. Azrul. (1996). Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Sinar Harapan.
Apriska, dkk. (2022). Efek Psikotropika dan Narkotika terhadap Kesehatan Mental.
Jurnal Ilmu Keperawatan, 10(1), 1-10.
Harmita Boky, S., Iriani, M., & Wati, S. (2021). Kendala dalam pelaksanaan
standar pelayanan kefarmasian di apotek di Kabupaten Sorong. Jurnal
Manajemen dan Pelayanan Farmasi, 11(3), 267–275.
doi:10.22435/jmpf.v11i3.1144
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1479/narkotika-dan-psikotropika ( Di
akses pada 15 oktober 2023)
Lalu, M., & Baiq, I. (2022). Apoteker: Peran dan Fungsinya dalam Pelayanan
Kesehatan. Yogyakarta: Deepublish.
20
Mukaddas, Alwiah, dkk. 2018. Apotek Pendidikan Tadulako: Implementasi
Pharmaceutical Care Secara Professional pada Lingkup Farmasi
Komunitas. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 24(4), 865-869.
21
22
23