DISUSUN OLEH:
GOWA
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat ALLH SWT yang telah memberikan
nikmat dan karuniaNya sehingga dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja
Lapangan Rumah Sakit Bhayangkara Makassar. Salam dan shalawat tak lupa kita
haturkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW yang telah
membawa kita dari alam penuh kegelapan menuju ke alam yang penuh
keterangan.
Praktek kerja lapangan (PKL) ini merupakan salah satu Program Studi S1
Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar.
Hijrah Tuljannah
ii
DAFTAR ISI
LAMPIRAN ............................................................................................... vi
A. Sejarah ............................................................................................ 7
B. Visi Dan Misi ................................................................................. 10
C. Lokasi, Sarana dan Prasaran .......................................................... 11
D. Struktur Organisasi ......................................................................... 12
iii
BAB V KESIMPULAN ....................................................................... 27
A. Kesimpulan .................................................................................... 27
B. Saran ............................................................................................... 27
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR LAMPIRAN
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu (Kepmenkes RI
No.1197/Menkes/SK/X/2004).
Salah satu fungsi dari rumah sakit adalah penyelenggaraan pendidikan dan
pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam
pemberian pelayanan kesehatan, penyelenggaraan penelitian dan pengembangan
serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan
kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan dibidang kesehatan
(Permenkes 56 Tahun 2014). Mengingat tidak kalah pentingnya peranan Tenaga
Teknis Kefarmasian dalam menyelenggarakan menejemen perbekalan farmasi di
instalasi farmasi Rumah sakit,maka kesiapan institusi pendidikan dalam
menyediakan sumber daya manusia calon Tenaga Teknis Kefarmasian yang
berkualitas menjadi faktor penentu.Oleh karena itu,Program Studi Farmasi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar bekerja sama dengan beberapa Rumah Sakit yang ada di Kota Makkasar
menyelenggarakan Praktek Kerja Lapangan yang salah satunya adalah Rumah
Sakit Bayangkara yang berlangsung dari tanggal 19 Juli - 02 Agustus
2022.Kegiatan ini memberikan pengalaman kepada calon ahli madya farmasi
untuk mengetahui lebih jauh terkait pengelolaan suatu apotek dan juga sebagai
bentuk pengabdian guna merealisasikan teori yang sudah di dapatkan di bangku
perkuliahan.
B. Tujuan PKL
1. Meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang peran, fungsi , posisi,
dan tanggung jawab tenga kefarmasian dalam pelayanan kesehatan.
2. Membekali mahasiswa agar memiliki wawasan, pengetahuan,
keterampilan, dan pengalaman praktis untuk melakukan pekerjaan
kefarmasian.
3. Memberi kesempatan kepada mahasiswa dalam mrasuki dunia kerja
sebagai tenaga farmasi yang profesional
4. Memberi gambaran nyata tentang permasalahan pekerjaan
kefarmasian.
2
C. Manfaat PKL
1. Mengetahui, memahami tugas, dan tanggung jawab tenaga farmasi.
2. Mendapatkan pengalaman praktis mengenai pekerjaan kefarmasian.
3. Mendapatkan pengetahuan manajemen praktis.
4. Meningkkatkan rasa percaya diri untuk menjadi tenaga farmasis yang
profesional.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
a. Menyelenggarakan kegiatan medis meliputi: pemeriksaan,
pengobatan, dan perawatan penderita sampai taraf spesialistik atau
sub spesialistik.
b. Menyelenggarakan sistem kegiatan pembinaan sarana kedokteran
kepolisian dalam rangka mendukung Polri.
c. Menyelenggarakan kegiatn pengelolaan sumber daya rumah sakit
meliputi sumber daya manusia, sarana dan prasarana, logistik,
pembiayaan sistem, metode serta informasi.
d. Menyelenggarakan pendidikan/pelatihan serta penelitian di bidang
kesehatan dalam rangka pengembangan sumber daya manusia,
prosedur pelayanan dan manajemen Rumah Sakit Bhayangkara
Makassar.
e. Menyelenggarakan kegiatan lain menunjang pelaksanaan tugas
Rumah Sakit Bhayangkara Makassar .
f. Penyelenggaraan fungsi pembinaan materil dan fasilitas kesehatan
Rumah Sakit Bhayangkara Makassar sesuai kebijakan dan sistem
pembinaan logistik Polri.
g. Penyelenggaraan tugas kesehatan dalam rangka pengabdian kepada
masyarakat.
5
Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan kebutuhan.
Pemilihan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai ini
berdasarkan:
6
menjamin ketersediaan, jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang
terjangkau dan sesuai standar mutu. Pengadaan merupakan kegiatan yang
berkesinambungan dimulai dari pemilihan, penentuan jumlah yang
dibutuhkan, penyesuaian antara kebutuhan dan dana, pemilihan metode
pengadaan, pemilihan pemasuk, penentuan spesifikasi kontrak, pemantauan
proses pengadaan, dan pembayaran.
Pengadaan dapat dilakukan melalui pembelian. Untuk Rumah Sakit
pemerintah pembelian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai harus sesuai dengan ketentuan pengadaan barang dan jasa
yang berlaku. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembelian adalah:
a. Kriteria Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai,
yang meliputi kriteria umum dan kriteria mutu Obat.
b. Persyaratan pemasok.
c. Penentuan waktu pengadaan dan kedatangan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.
d. Pemantauan rencana pengadaan sesuai jenis, jumlah dan waktu.
Instalasi Farmasi dapat memproduksi sediaan tertentu apabila:
a. Sediaan Farmasi tidak ada di pasaran;
b. Sediaan Farmasi lebih murah jika diproduksi sendiri;
c. Sediaan Farmasi dengan formula khusus;
d. Sediaan Farmasi dengan kemasan yang lebih kecil/repacking;
e. Sediaan Farmasi untuk penelitian; dan
f. Sediaan Farmasi yang tidak stabil dalam penyimpanan/harus dibuat baru
(recenter paratus).
(PERMENKES No 72 tahun 2016 )
4. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis,
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam
kontrak atau surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Semua
dokumen terkait penerimaan barang harus tersimpan dengan baik
(PERMENKES No 72 tahun 2016).
7
5. Penyimpanan
Setelah barang diterima di Instalasi Farmasi perlu dilakukan
penyimpanan sebelum pendistribusian. Penyimpanan harus dapat menjamin
kualitas dan keamanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai sesuai dengan persyaratan kefarmasian. Persyaratan
kefarmasian yang dimaksud meliputi persyaratan stabilitas dan keamanan,
sanitasi, cahaya, kelembaban, ventilasi, dan penggolongan jenis Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai (PERMENKES No
72 tahun 2016 ).
Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi,
bentuk sediaan, dan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai dan disusun secara alfabetis dengan menerapkan prinsip
First Expired First Out (FEFO) dan First In First Out (FIFO) disertai sistem
informasi manajemen. Penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai yang penampilan dan penamaan yang mirip
(LASA, Look Alike Sound Alike) tidak ditempatkan berdekatan dan harus
diberi penandaan khusus untuk mencegah terjadinya kesalahan
pengambilan Obat. Rumah Sakit harus dapat menyediakan lokasi
penyimpanan obat emergency untuk kondisi gawat darurat. Tempat
penyimpanan harus mudah diakses dan terhindar dari penyalahgunaan dan
pencurian (PERMENKES No 72 tahun 2016).
6. Pendistribusian
Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka
menyalurkan/ menyerahkan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit
pelayanan/ pasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah,
dan ketepatan waktu. Rumah Sakit harus menentukan sistem distribusi
yang dapat menjamin terlaksananya pengawasan dan pengendalian Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di unit pelayanan.
Sistem distribusi di unit pelayanan dapat dilakukan dengan cara:
(PERMENKES No 72 tahun 2016 )
8
7. Pemusnahan
Pemusnahan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara
yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Pemusnahan dilakukan untuk Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai bila:
a. Produk tidak memenuhi persyaratan mutu;
b. Telah kadaluwarsa;
c. Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan
atau kepentingan ilmu pengetahuan; dan/ atau
d. Dicabut izin edarnya.
(PERMENKES No 72 tahun 2016 )
Tahapan pemusnahan terdiri atas:
a. Membuat daftar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai yang akan dimusnahkan;
b. Menyiapkan Berita Acara Pemusnahan;
c. Mengoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada pihak
terkait;
d. Menyiapkan tempat pemusnahan; dan
e. Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan serta
peraturan yang berlaku.
8. Pengendalian
Pengendalian dilakukan terhadap jenis dan jumlah persediaan dan
penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai. Pengendalian penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai dapat dilakukan oleh Instalasi Farmasi harus
bersama dengan Komite/ Tim Farmasi dan Terapi di Rumah Sakit.
(PERMENKES No 72 tahun 2016 )Tujuan pengendalian persediaan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai adalah
untuk:
9
a. Penggunaan Obat sesuai dengan Formularium Rumah Sakit;
b. Penggunaan Obat sesuai dengan diagnosis dan terapi; dan
c. Memastikan persediaan efektif dan efisien atau tidak terjadi kelebihan dan
kekurangan/ kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, dan kehilangan serta
pengembalian pesanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai.
(PERMENKES No 72 tahun 2016 )
Cara untuk mengendalikan persediaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai adalah
a. Melakukan evaluasi persediaan yang jarang digunakan (slow moving);
b. Melakukan evaluasi persediaan yang tidak digunakan dalam waktu tiga
bulan berturut-turut (death stock);
c. Stok opname yang dilakukan secara periodik dan berkala
(PERMENKES No 72 tahun 2016 )
9. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan terhadap kegiatan pengelolaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang meliputi
perencanaan kebutuhan, pengadaan (surat pesanan), penerimaan
(faktur) penyimpanan (kartu stok), pendistribusian, pengendalian
persediaan, pemusnahan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai. (PERMENKES No 72 tahun 2016 )` Pelaporan
dibuat secara periodik yang dilakukan Instalasi Farmasi dalam periode
waktu tertentu (bulanan, triwulanan, semester atau pertahun)
(PERMENKES No 72 tahun 2016 ).
10
sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan
mutu kehidupan pasien. Pelayanan kefarmasian dilakukan oleh tenaga kefarmasin,
berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009
Tentang Pekerjaan Kefarmasian yaitu Tenaga Kefarmasian adalah tenaga yang
melakukan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Apoteker dan Tenaga Teknis
Kefarmasian.
Apoteker menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesian
Nomor 73 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek adalah
sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah
jabatan apoteker. Dalam hal ini apoteker memiliki kewajiban dan tanggung jawab
sebagai tenaga kesehatan dalam UU No. 36 Thun 2014 Pasal 58-60 secara
berurutan:
1. Memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan standar profesi, standar
pelayanan profesi, standar prosedur operasional, dan etika profesi serta
kebutuhan kesehatan penerima pelayanan kesehatan;
2. Memperoleh persetujuan dari penerima pelayanan kesehatan atau
keluaganya atas tindakan yang akan diberikan;
3. Menjaga kerahasiaan kesehatan penerima pelayanan kesehatan;
4. Membuat dan menyimpan catatan dan/atau dokumen tentang pemeriksaan,
asuhan, dan tindakan yang dilakukan;
5. Merujuk penerima pelayanan kesehatan ke tenaga kesehatan lain yang
mempunyai kompetensi dan kewenangan yang sesuai.
6. Tenaga kesehatan yang menjalankan praktik pada fasilitas pelayanan
kesehatan dalam keadaan gawat darurat dan/atau pada bencana untuk
penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan.
7. Tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud pada aya (1) dilarang menolak
penerima pelayanan kesehatan dan/atau dilarang meminta uang muka
terlebih dahulu.
8. Mengabdikan diri sesuai dengan bidang keilmuan yang dimiliki;
9. Meningkatkan kompetensi;
10. Bersikap dan berperilaku sesuai dengan etika profesi;
11
11. Mendahulukan kepentingan masyarakat daripada kepentingan pribadi atau
kelompok; dan
12. Melakukan kendali mutu pelayanan dan kendali biaya dalam
menyelenggarakan upaya kesehatan.
Kewajiban apoteker juga diatur dalam PP 51 Tahun 2009 Pasal 30, 31, 37,
39, 52 adalah sebagai berikut:
12
BAB III
A. Sejarah
Sejarah Singkat Berdirinya RS Bhayangkara Makassar:
1. Berawal dari perintah lisan PANGDAK XVIII SULSELRA BRIGJEN
IMAM SUPOYO kepada kapten polisi dr. ADAM IMAN SANTOSA
pada tanggal 2 November 1965, untuk menempati dan memfungsikan
bekas SEKOLAH POLISI NEGARA DJONGAYA menjadi RUMAH
SAKIT KEPOLISIAN BHAYANGKARA MAKASSAR.
2. Satu bulan kemudian, tepatnya pada tanggal 1 Desember 1965 mulai
difungsikan poliklinik Umum dan bagian Kebidanan. Saat itu juga
Lettu Polisi dr. ZAINAL ARIFIN yang bertugas di poliklinik Poltabes
Makassar mulai aktif di poliklinik Umum dan dr. ABADI
GUNAWAN di bagian kebidanan Rumah Sakit Kepolisian Makassar.
3. Pada tanggal 1 Maret 1966 mulai difungsikan bangsal laki-laki,
bangsal wanita dan bangsal anak-anak.
4. Tanggal 1 januari 1967 bagian rontgen difungsikan Tanggal 2
Nopember 1968 diusulkan pendidikan pendidikan SPK C dengan lama
pendidikan 2 (2) tahun, oleh dr. ADAM IMAM SANTOSA dan
diteruskan oleh Pangdak VIII Brigjen Pol. Johny Anwar kedepartemen
Kesehatan Republik, sehingga bulan juni 1969 pendidikan SPK C
angkatan I dimulai atas ijin Depkes RI.
5. Tanggal 1 Maret 1969 dilakukan renovasi gudang kaporlap SPN
Jongaya menjadi ruang pertemuan personil Rumah Sakit Kepolisian
Bhayangkara.
6. Tanggal 10 Januari 1970 Rumah Sakit Kepolisian Bhayangkara diakui
secara resmi Mabes Polri dengan surat keputusan Kapolri No. Pol. :
B/117/34/SB/1970 yang ditandatangani oleh Wakapolri Inspektur
Jendral Polisi T.A.AZIZ, yang berbunyi sesuai teks aslinya sbb:
13
a. Menarik Surat Saudara tanggal 29 April 1969 No. Pol:
346/Kes/III/69, dengan ini dipermaklumkan, bahwa kami sangat
menghargai usaha tersebut dalam rangka meningkatkan
kesehjateraan, kususnya dalam perawatan kesehatan
anggota/pegawai sipil dan keluarganya, sekaligus merupakan
pengisian dari pada fungsi dan organisasi seksi kesehatan Komdak
XVIII/Sulselra.
b. Mengenai pembinaan selanjutnya dilaksanakan melalui Direktorat
Kesehatan Mabak menurut ketentuan – ketentuan yang berlaku dan
menyesuaikan dengan kemampuan keuangan yang ada.
c. Dengan demikian Rumah Sakit tersebut secara resmi kami
nyatakan menjadi “ Rumah Sakit Kepolisian RI.” Dan merupakan
formasi organik dari seksi Kesehatan Komdak XVIII/Sulselra.
7. Tanggal 10 Desember 1979 SPK C secara resmi ditutup dan diganti
dengan nama SPK Gaya Baru, yang hanya berlangsung selama 2 tahun
yakni 1979-1980, dan pada tahun 1980 SPK Gaya Baru berubah
menjadi SPK dengan masa pendidikan tiga (3) tahun, dan pada tahun
1984 menerima Anggota Polri dari seluruh indonesia untuk dididik
menjadi tenaga kesehetan.
8. Perkembangan Fisik Rumah Sakit Kepolisian Bhayangkara Makassar
dimulai pada tanggal 7 Oktober 1971 dengan diresmikannya ruang
disdokkes dan Rumah Sakit Kepolisian Bhayangkara Makassar oleh
Kapolda SulSel.
9. Pembangunan tahap pertama tahun 1973 yang ditandai dengan
diresmikannya ruang perawatan perwira (paviliun). Tahun 1977
dengan dukungan anggaran dari Menhankam Pangab Jendral M.
Yusuf, dibangunlah sarana pendukung diagnostic dan sarana pelayanan
kesehatan.
10. Pembangunan taha ke kedua tahun 1983 terdiri atas ruang perawatan
anak dua lantai, Ruang Fisioterapi dan Gizi serta Ruang Gawat
Darurat. Tahun 1996 diresmikan Ruang Otopsi dan Mushollah, tahun
14
1997 diresmikan Ruang ICU dan Ruang Operasi, tahun 2000 Rumah
Sakit Kepolisian Bhayangkara Makassar mendapat bantuan lunak dari
Spanyol berupa peralatan kesehatan.
11. Perkembangan pembangunan selanjutnya adalah pembangunan koridor
yang menghubungkan ruang-ruang perawtan maupun poliklinik,
gedung perawatan Garuda dan Kasuari berlantai 2 (dua).
12. Tanggal 1 januari tahun 1999 Gedung Kantin Bhayangkara, Gedun
Primkoppol dan tambahan Masjid Bhayangkara diresmikan oleh
KADISDOKKES POLDA SULSEL LETKOL POL. dr.S BUDI
SISWANTO.
13. Tanggal 10 Oktober 2001 Rumah Sakit Tinggkat II dengan surat
keputusan Kapolri No. Pol : SKEP/1549/X/2001.
14. Untuk menghilangkan kesan bahwa Rumah Sakit Kepolisian
Bhayangkra hanya diperuntukkan bagi Anggota Polri maka
berdasarkan surat keputusan Kapolda Sulsel Irjen Pol. Drs. FIRMAN
GANI, sekaligus meminta restu kepada adik kandung.
15. Tanggal 14 Januari 2009, Depkes RI memberikan Sertifikat Akreditasi
Rumah Sakit Kepolisian Bhayangkara No:YM.01.10/III/125/09
dengan status Akreditasi Penuh Tingkat Dasar yang berlaku tanggal 14
Januari 2009 sampai dengan 14 Januari 2012 kepada Rumah Sakit
Bhayangkara Mappa Oudang sebagai pengakuan bahwa Ruah Sakit
telah memenuhi standar pelayanan yang meliputi: Administrasi
Manajemen, Pelayanan Medis, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan
Keperawatan, dan Rekam Medis. Yang ditandatangani atas nama
Mentri Kesehatan Direktur Jendral Bina Pelayanan Medik FARID W.
HUSAIN.
16. Peresmian gedung IGD pada tanggal 18 maret 2009 oleh KAPOLDA
SULSEL IRJEN POL. Drs. MATHIUS SALEMPANG.
17. Pada tanggal 15 Juli 2009 KETUA UMUM BHAYANGKARI NY.
NANNY BAMBANG HENDARSO meresmikan Renovasi Ruang
Cendrawasih.
15
18. Peresmian Renovasi Ruang Perawatan Cendrawasih B pada tanggal 16
Desember 2009 oleh KAPOLDA SULSEL IRJEN POL. Drs. ADANG
ROCHJANA.
19. Peresmian Renovasi Ruang Intermediate Care Unit, USG, Treadmill
dan Ruang Makan Karyawan oleh KAPOLDA SULSEL IRJEN POL.
Drs. ADANG ROCHJANA tanggal 17 Maret 2010.
20. Tanggal 23 November 2010, Mentri Keuangan RI mengesahkan
Penetapan Rumah Sakit Bhayangkara Tk. II Mappa oudang Makassar
pada Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai instansi
pemerintah yang menerapkan pengelolaan keuangan Badan Layanan
Umum(PK-BLU), dengan surat keputusan Mentri Keuangan No.
440/KMK.05/2010, yang ditandatangani Mentri Keuangan AGUS
D.W. MARTOWARDOJO.
21. Tanggal 8 Juni 2011 Nomenklatur Rumah Sakit Bhayangkara
Makassar dengan kode Kemenkeu 646307.
22. Pada hari Jumat, tanggal 21 Oktober 2011 jam 14.00 wita secara resmi
KAPOLDA SULSEL INSPEKTUR JENDERAL POLISI Drs. H.
JOHNY WAINAL USMAN, MM melakukan meletakkan Batu
pertama dalam rangka dimulainya renovasi ruang : Perawatan dan
Bedah Sentral ICU yang berlantai 3 (tiga).
16
Menjadi Rumah Sakit Bhayangkara terbaik di kawasan Timur
Indonesia dan Jajaran Polri dengan Pelayanan Prima dan mengutamakan
penyembuhan serta terkendali dalam pembiayaan.
2. Misi
a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang prima dengan
meningkatkan kualitas disegala bidang pelayanan kesehatan, termasuk
kegiatan kedokteran kepolian (forensik, pengawasan, kesehatan,
kamtibmas dan DVI) baik kegiatan operasional kepolisian, pembinaan
kemitraan maupun pendidikan dan latihan.
b. Menyelanggarakan pelaksanaan dan perencanaan, pengawasan
transparan dan akuntabel, pengorganisasian, anggaran.
c. Peningkatan kualitas SDM yang profesional, bermoral, dan memiliki
budaya organisasi sebagai pelayanan prima.
d. Mengelola seluruh sumber daya secara efektif, efisien, dan akuntabel
guna mendukung pelaksanaan tugas pembinaan maupun operasional
Polri.
C. Lokasi, Sarana dan Prasarana
1. Lokasi
Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan di Rumah
Sakit Bhayangkara Makassar di Jl. Andi Mappaoudang No. 63. Rumah Sakit
Bhayangkara merupakan salah satu layanan kesehatan miliki milik POLRI
yang ada di kota Makassar yang berbentuk RSU.
2. Sarana dan Prasarana
a. Pelayanan 24 Jam
1) Instalasi Gawat Darurat
2) Radiodiagnostik Imaging & Radiointervenal
3) Instalasi Laboratorium
4) Instalasi farmasi
5) Ambulance
b. Fasilitas Medis
1) Kateterisasi Jantung
17
2) ESWL ( Pomecah Batu Ginjal )
3) Endoskopl Onkologi
4) Penyakit Dalam
5) Gastroenteropatologi
6) Kandungan & Kebidanan
7) Kesehatan Ibu & Anak
8) Jantung & Pombuluh darah
9) Bedah Orthopedi Cedera Olahraga
10) Bedah Orthopedi Hip & Knee
11) Bedah Orthopedi Tulang Belakang
12) Bedah Digestive
13) Bedah Thorak & Kardio Vaskular
14) Bedah Syaraf
15) Bedah Mulut
16) Urologi
17) THT
18) Mata
19) Syaraf
20) Anastesi & Intervensi Nyeri
21) Gigi Anak , Prostodont
22) Konservasi Gigi
23) Psikiatri / Kesehatan Jiwa
24) Paru
c. Layanan Klinik
1) HIV / VCT & TB Dots / TB Mdr
2) Klinik Executive
3) Hemodialisa
4) Kemoterapi
5) Fisioterapi
6) Pemeriksaan Narkoba
7) Konsultasi Gizi
d. Layanan Lainnya
1) ATM center
2) Minimarket
3) Masjid
3. Struktur Organisasi
1. Struktur organisasi Rumkit Bahayangkara Tingakat II Sesuai Perkap
11 Tahun 2011
18
Lampiran 1. Struktur Organisasi RS Bhayangkara Makassar
BAB IV
19
KEGIATAN PKL DAN PEMBAHASAN
3. Breafing
20
4. Meracik obat (puyer)
5 Menyiapkan obat
21
gambar 1. Daftar Elegibilitas Peserta
gambar 2. Resep
1. Administrasi
22
d. Tanda R/
e. Aturan pemakaian obat (Signatura)
f. Tanda tangan penulis resep
g. Nama pasien
h. Umur Pasien
i. Alamat pasien
j. Penandaan khusus (jika resep narkotika atau resep CITO) :
k. Salinan Resep (jika ada)
2. Kajian Farmasetik
3. Kajian klinis
No. Kriteria Keterangan
Ada Tidak Ada
1. Tepat indikasi ✓
2. Tepat dosis ✓
3. Aturan pakai ✓
4. Cara/lama penggunaan ✓
5. Duplikasi ✓
6. Alergi pengobatan/ROTD ✓
23
7. Kompatibilitas ✓
8. Kontraindikasi ✓
9. Indikasi ✓
Pahrmaceutical From:
24
Kajian klinis
Lanzoprazole
Indikasi: lansoprazole adalah ulkus
gaster, ulkus duodenum, dan
gastroesophageal reflux. Penyakit
tersebut merupakan kerusakan saluran
cerna akibat kelebihan sekresi asam
lambung. Lansoprazole juga dapat
dipakai sebagai pengobatan sindrom
Zollinger-Ellison.
Farmakologi: lansoprazole berkaitan
dengan farmakodinamiknya dengan
efektivitas yang sangat baik terutama
pada penyakit yang berhubungan
dengan hipersekresi asam lambung.
Penyerapannya: Secara peroral sangat
baik dan cepat dalam mencapai
konsentrasi plasma optimal obat.
25
Dosis: Dewasa dan anak-anak usia >12
tahun: 30 mg, 1 kali sehari selama 8–
16 minggu. Dosis pemeliharaan: 15
mg per hari. Anak-anak usia 1–12
tahun dengan berat badan (BB) >30
kg: 30 mg, 1 kali sehari selama 8–12
minggu
Simucil
Indikasi: Acetylcysteine adalah
sebagai mukolitik untuk bronkitis,
emfisema, pneumonia dan sistik
fibrosis untuk dewasa dan anak-anak
baik secara inhalasi maupun oral
26
ikatan disulfida pada mukoprotein
dengan cara memisahkan
agregasi molekul glikoprotein inter
dan intra disulfida. Dengan
mendepolimerisasi kompleks
mukoprotein dan asam nukleat yang
berperan dalam viskositas mukus,
maka mukus dapat mudah dikeluarkan
dari saluran napas.
27
obat atau komponen obat tersebut serta
yang pernah mengalami reaksi
anafilaktoid pada pemberian obat
sebelumnya.
Peringatan: Pemberian Acetylcysteine
sebaiknya dilakukan secara hati-hati
kepada pasien yang memiliki riwayat
asma dan bronkospasme serta pasien
dengan riwayat penyakit tukak
lambung. Pemberian Acetylcysteine
sebagai mukolitik untuk pertama kali,
terutama pada pemberian secara
inhalasi, dapat mencairkan secret
bronchial dan meningkatkan
volumenya. Bila pasien tidak dapat
mengeluarkan sekret tersebut dengan
baik, sebaiknya posisikan pasien
dengan berdiri atau duduk tegak, atau
gunakan selang pengisap
(bronchosuction) untuk mengisap
lendir tersebut sehingga dapat
mengurangi risiko retensi sputum.
Untuk ibu hamil dan menyusui
sebaiknya obat diberikan dengan
pengawasan dokter.
Methyl Prednisolon
Indikasi: Methylprednisolone adalah
sebagai antiinflamasi atau
imunosupresan, tatalaksana status
asmatikus, reaksi penolakan pada
28
transplantasi organ, dan kondisi alergi.
Farmakodinamik :Methylprednisolone
menghambat kaskade respon imun
awal dalam respon inflamasi serta
menginisiasi resolusi dari proses
inflamasi tersebut.
Farmakokinetik: Methylprednisolone
bergantung pada jenis sediaan dan cara
pemberian.
Absorpsi: Methylprednisolone oral
diabsorpsi dengan cepat, dalam onset
1-2 jam sudah mencapai puncak, dan
bertahan selama 30-36 jam. Pemberian
secara intramuskular mencapai puncak
dalam 4-8 hari dan bertahan selama 1-
4 minggu. Pemberian intraartikular
mencapai puncak dalam 1 minggu dan
bertahan selama 1-5 minggu.
Metabolisme: Methylprednisolone
dimetabolisme secara ekstensif di liver
menjadi glukuronida inaktif dan
metabolit sulfat.
29
diubah diekskresikan melalui ginjal.
Sebagian kecil diekskresikan dalam
feses. Waktu paruh
methylprednisolone 3-3,5 jam
30
Lembar pharmaceutical care di rumah sakit
Nama Pasien : parida
Alamat Lengkap : -
Diagnosa : Nyeri Post Op Drainage Asites
Terapi Pasien : Riwayat Pengobatan:
Cefixime tab 200 mg: 10 tab, diminum 2 x sehari
Curcuma: 15 tab, diminum 3 x sehari
Resep :
31
Gambar 4. Resep
1. Kajian Administrasi
2. Kajian Farmasetik
32
5. Freakuensi ✓
6. Stabilitas ✓
7. Inkompatibilitas ✓
3. Kajian klinis
No. Kriteria Keterangan
Ada Tidak Ada
1. Tepat indikasi ✓
2. Tepat dosis ✓
3. Aturan pakai ✓
4. Cara/lama penggunaan ✓
5. Duplikasi ✓
6. Alergi pengobatan/ROTD ✓
7. Kompatibilitas ✓
8. Kontraindikasi ✓
9. Indikasi ✓
Pahrmaceutical From:
33
Kajian Farmasetik: Kekuatan obat dapat
Kekuatan obat Curcuma tidak di dilihat pada
cantumkan dalam resep. ketersediaan obat yang
ada berdasarkan
Stabilitas obat tidak dicantumkan. FORNAS.
Kajian klinis
Berdasarkan data pasien, pasien
didiagnosa Nyeri Post Op Drainage
34
Asites dan diberikan terapi cefixime
200 mg dan curcuma. Terapi antibiotik
perlu diberikan untuk mencegah sepsis
pada pasien dengan gejala infeksi
asites. Cefixime merupakan antibiotik
golongan sefalosporin generasi ketiga
yang dapat diberikan untuk asites
(Abula et al. 2004).
Farmakologi:
- Mekanisme keraj cefixime:
dengan menghambat sintesis
dinding sel dengan berikatan
dengan satu atau lebih PBS
(penicilin-binding proteins),
sehingga menghambat proses
trans peptidasi pada sintesis
peptidoglikan di dinding sel.
Hal tersebut dapat
menyebabkan sel mati (Elin,
2013).
- Absorbsi: biovailabilitas 40-
50%
- Distribusi: distribusi secara
luas keseluruh tubuh mencapai
konsentrasi teraupetik di
sebagian besar jaringan dan
cairan tubuh, termasuk
sinovial, prikardial, pleura,,
dan poriteal: empedu, dahak,
dan urin: tulang, miokardium,
kandung empedu, kulit, dan
35
jaringan lunak.
- Eleminasi: di urin.
(Medscape, 2022)
Kontraindikasi cefixime:
hipersensitivitas terhadap sefalosporin,
penisilin, ataupun antibiotik beta-
laktam (Medscape, 2022).
Efek samping: sakit kepala, pusing,
mual, sakit perut atau kembung, diare.
(Medscape, 2022).
Perhatian:
- Aktivitas terhadap anaerob.
- Dosis harus disesuakan pada
insufisiensi ginjal berat (dosis
tinggi dapat menyebabkan
toksisitas SPP).
- Gunakan dengan hati-hati pada
pasien dengan riwayat alergi
penisilin.
- Gunakan dengan hati-hati pada
pasien dengan riwayat penyakit
gastrointestinal.
(Medscape, 2022)
Curcuma
Indikasi: digunakan untuk membantu
memelihara kesehatan fungsi hati dan
membantu memperbaiki nafsu makan.
Kontraindikasi: hipersensitivitas
terhadap kandungan curcuma.
Dosis: 1-2 tablet diminum 3 kali
36
sehari.
Aturan pakai: diberikan sesudah
makan.
Efek samping: mual, diare, perdarahan
pada orang-orang dengan kondisi
kesehatan tertentu (batu ginjal atau
penyakit autoimun).
LEMBAR SOAP
37
Gambar 3. Surat Elegibilitas Peserta
Gambar 4. Resep
38
1. Subjek
Nama Pasien : Arizah zalzah nurdin,
Umur : 21 tahun
Umur : Perum. Pelita Asri Blok A/4, Jenetallasa,
Pallangga, Kab. Gowa
Diagnosa : Systemic Lupus Erythematosus Dan Nyeri Sendi
Riwayat pengobatan:
- Lansoprazole: 5 tab, diminum 1 x sehari
- Simucil: 10 tab, diminum 3 x sehari
- Metil prednisolon 4 mg: 10 tab, diminum 2 x sehari
2. Objek
Suhu : 36⁰C Respirasi : 20 Kesadaran : Compus Mentis
Nadi : 80 GCS : 15
Pemeriksaan Laboratorium:
Tanggal Detail Pemeriksaan (Darah Hasil Nilai Rujukan
Lengkap)
23-07-2022 WBC 6.33 10^3 uL 4.00-10.00
RBC 4.13 10^6 uL 4.00-5.50
HGB 10.5 g/dL 11.0-16.0
HCT 33.8% 37.0-54.0
MCV 81.7 fL 80.00-100.0
MCH 25.4 pg 27.0-34.0
MCHC 31.1 g/dL 32.0-36.0
PLT 235 10^3 uL 150-400
3. Assasment
Pasien mengalami luka pada wajahnya dan diberikan terapi
metilprednisolon. Namun terapi selanjutnya pasien diberikan obat
lansoprazol dan simucyl. Dimana obat lansoprazole diindikasikan untuk
pengobatan tukak lambung dan simucyl diberikan untuk mengencerkan
39
dahak. Dari riwayat pengobatan tersebut, terapi yang diberikan tidak
sesuai dengan keluhan pasien.
Dari subjek diatas pasien diberikan obat lanzoprazole dan
metilprednisolon. Terdapat interaksi obat antara lansoprazole dan
methyprednisolon. methylprednisolon akan meningkatkan kadar atau efek
lansoprazole dengan mempengaruhi metabolisme enzim CYP3A4 di
hati/usus (Medscape, 2022)
4. Plan
Direkomendasikan untuk kembali menghubungi dokter terkait
obat pengencer dahak dan terapi tukak lambung yang diberikan.
Direkomendasikan untuk memberikan obat pereda nyeri untuk
mengatasi nyeri sendi pasien. Menurut Welss (2015), pemberian
paracetamol untuk mengatasi nyeri dapat direkomendasikan
dengan skala nyeri ringan sampai sedang.
Disarankan untuk tidak meminum lansoprazole dan
metilprednisolon diwaktu yang bersamaan untuk mengindari
peningkatan kadar lansoprazole.
Dalam penelitian Iwanto (2011) mengatakan bahwa Strenghening
Dan Aerobic Exercise, Kurangi setres dan makanan yang tinggi
lemak untuk mengurangi nyeri.
40
Gambar 5. Surat Elegibilitas Peserta
Gambar 6. Resep
1. Subjek
Nama Pasien : Parida
Umur : 51 Tahun
Alamat : Abd. Rahim Lipu, Labuang, Banggae Timur, Kab.
Majene
Diagnosa : Nyeri Post Op Drainage Asites
Riwayat Pengobatan:
Cefixime tab 200 mg: 10 tab, diminum 2 x sehari
Curcuma: 15 tab, diminum 3 x sehari
2. Objek
TD : 120/80 Suhu : 36⁰C
Nadi : 80 GCS : 15
Pemeriksaan Labrotorium
41
Tanggal Detail Pemeriksaan (Darah Hasil Nilai Rujukan
Lengkap)
23-07-2022 WBC 9.15 10^3 uL 4.00-10.00
RBC 2.98 10^6 uL 4.00-5.50
HGB 8.9 g/dL 11.0-16.0
HCT 27.2% 37.0-54.0
MCV 91.4 fL 80.00-100.0
MCH 29.9 pg 27.0-34.0
MCHC 32.7 g/dL 32.0-36.0
PLT 75 10^3 uL 150-400
3. Assasment
Curcuma sanbe merupakan obat herbal yang dikemas dalam bentuk
tablet dengan kandungan Eksrtak Temulawak (Curcuma xanthorrhiza
Rhozoma). Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Rhozoma)
mengandung banyak zat kimiawi salah satunya menjaga fungsi hati
(Anand. 2007)
Terapi antibiotik perlu diberikan untuk mencegah sepsis pada
pasien dengan gejala infeksi asites. Cefixime merupakan antibiotik
golongan sefalosporin generasi ketiga yang dapat diberikan untuk asites
(Abula et al. 2004).
Dari Subjek diatas pasien mengalam nyeri, namun tidak diberikan
terapi antinyeri untuk mengatasi nyerinya.
4. Plan
Direkomendasikan untuk memberikan terapi analgesik untuk
meredakan nyeri pasien.
C. Pembahasan
Pada Resep SOAP pertama pasien didiagnosa penyakit Sistemik Lupus
Eritematosus (SLE). Sistemik Lupus Eritematosus (SLE) adalah penyakit
42
infalamsi autoimun kronis dengan manifestasi klinis yang tidak sempit serta
perjalanan penyakit dan prognosis yang beragam. Diagnosis SLE terutama
berdasarkan manfestai klinis dan pemeriksaan laboratorium. Manifestasi klinias
SLE pada tahap awal seperti lemah badan, berat badan turun, demam
berkepanjangan sering membuat diagnosis SLE tidak dapat ditegakkan dan
diagnosis dengan penyakit lain (Tanzilia, 2021).
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan diantaranya tes darah lengkap
untuk menegakkan diagnosis lupus. Pada pasien dengan keluhan rasa letih, nyeri,
dan autoantibodi yang disebabkan oleh SLE namun tanpa keterlibatan organ
mayor, manajemen dapat difokuskan untuk mengurangi keluhan pasien.
Berdasarkan riwayat terapi yang diberikan yaitu metilprednosolon diindikasikan
untuk pengobatan lupus dan peradangan pada sendi yang dialami pasien (Fauci,
2005).
Selain penatalaksanaan obat-obatan pasien perlu diedukasi agar melakukan
beberapa perubahan gaya hidup untuk meminimalisir kekambuhan dan
memperbaiki kualitas hidup diantaranya: hindari aktifitas fisik yang berlebihan;
Hindari perubahan cuaca karena memengaruhi proses inflamasi; Hindari stres dan
trauma fisik; gunakan pakaian yang tertutup dan tabir surya minimal SPV 30
PA+++ minimal 30 menit sebelum keluar rumah; Kontrol dan minum obat secara
teratur.
Penyakit Sirosis Hati dengan Asites merupakan penyakit kronis hati yang
ditandai dengan fibrosis, disorganisasi dari lobus dan arsitektur vaskular, dan
regenerasi modul hepatosit (Marselina, 2014). Asites merupakan manifestasi
kardinal dari penderita Cirroshis Hepatis, yaitu penimbunan cairan serosa dalam
rongga peritoneum (Setiawan, 2011). Timbulnya Asites pada penderita sirosis
ketika liver kehilangan kemampuannya membuat protein albumin, air menumpuk
pada kaki (Edema) dan abdomen (Asites). Faktor utama asites adalah peningkatan
tekanan hidrostatik pada kapiler usus (Marselina, 2014).
Dari riwayat pengobatan, pasien menerima obat Cefixime dan Curcuma.
Curcuma sanbe merupakan obat herbal yang dikemas dalam bentuk tablet dengan
kandungan Eksrtak Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Rhozoma). Rimpang
43
Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Rhozoma) mengandung banyak zat kimiawi
salah satunya menjaga fungsi hati (Anand. 2007).
Terapi antibiotik perlu diberikan untuk mencegah sepsis pada pasien
dengan gejala infeksi asites. Cefixime merupakan antibiotik golongan sefalosporin
generasi ketiga yang dapat diberikan untuk asites (Abula et al. 2004).
Dari Subjek diatas pasien mengalam nyeri, namun tidak diberikan terapi
antinyeri untuk mengatasi nyerinya. Direkomendasikan untuk memberikan terapi
analgesik untuk meredakan nyeri pasien.
44
BAB V
A. Kesimpulan
Praktek Kerja Program Studi Farmasi merupakan media yang
sangat penting bagi mahasiswa S1 farmasi untuk mengenal dan
melaksanakan pekerjaan kefarmasian. Metode serta mekanisme
pelaksanaan PKL pada beberapa lahan PKL yang sistematis akan sangat
membantu mahasiswa dalam memahami peran, fungsi, dan tanggung
jawab sarjana farmasi yang sebagai salah satu tenaga kesehatan.
Rumah Sakit telah memberikan kesempatan yang cukup luas
kepada mahasiswa peserta PKL untuk berinteraksi dengan masyarakat
secara langsung sehingga bermanfaat dalam memberikan gambaran kerja
seorang apoteker di apotek.
Pengelolaan obat yang dilakukan di Rumah Sakit Bhangkara
Makassar sudah sesuai dengan Permenkes RI No.72 tahun 2016 pasal 3
ayat 2 yaitu meliputi perencanaan, pengadaan, penyimpanan,
pendistriusian, pencatatan dan pelaporan.
B. Saran
Ruangan instalasi farmasi Rumah Sakit diperluas lagi untuk
memberi ruang saat pelayanan berlangsung sehingga lebih efektif dalam
bekerja.
45
DAFTAR PUSTAKA
Fauci AS, Kasper DI., Longo DL., Braunwald E., Houser, SI., Jameson JL.,
Harrison’s Principles Of Internal Medicine, 17 Th Ed. USA: Mcgraw-
Hill:2005
Meddy S. 2011. Hubungan Antara Kejadian Asites Pada Cirrosis Hepatis. Vol 7
No. 15.
Welss, B.G. Dipiro, J.T., Scwinghammer, T.L., And Dipiro, C.V. 2015.
Pharmacotherapy Handbook, New York: Mcgraw-Hilleducation
46