Anda di halaman 1dari 109

LAPORAN PRAKTEK KERJA

PROFESI APOTEKER DI PUSKESMAS


JETIS YOGYAKARTA
Tanggal 19 Juli – 31 Juli 2020

DISUSUN OLEH :

Indriati Purwaningsih, S.Farm (2008062120)

Rizqi Tri Hapsari, S.Farm (2008062116)

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan Laporan
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Puskesmas Jetis Kota Yogyakarta.
Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker
pada Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan.
Pada penulisan laporan ini, penulis mendapat arahan, bantuan, dan bimbingan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu,penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada
:

1. Prof. Dr. apt. Dyah Aryani Perwitasari, M.Si., Ph.D. selaku dekan Fakultas
Farmasi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.
2. Dr. apt.rer.nat. Endang Darmawan, M.Si. selaku ketua program studi Profesi
Apoteker Universitas Ahmad Dahlan.
3. apt. Faridah Broroh, M.Sc. selaku Dosen Pembimbing selama program
Praktik Kerja Profesi Apoteker Fakultas Universitas Ahmad Dahlan.
4. apt.Yunilistianingsih.,S.Farm. selaku pembimbing Praktek Kerja Profesi
Apoteker di Puskesmas Jetis yang telah banyak memberikan arahan dan
masukan juga bimbingan selama pelaksanaan dan penyusunan laporan PKPA
5. Seluruh staf dan karyawan Puskesmas Jetis, yang telah memberikan bantuan
dan bimbingannya selama pelaksanaan PKPA.
6. Seluruh dosen pengajar dan karyawan Fakultas Farmasi Universitas Ahmad
Dahlan Yogyakarta.
7. Keluarga besar dan teman teman PSPA 41 yang telah memberikan dukungan
doa serta saran selama kegiatan PKPA berlangsung.
8. Semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan Praktek Kerja Profesi
Apoteker yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.

Kami selaku penulis meminta maaf bila ada kalimat yang kurang
berkenan, semoga tulisan kami dapat memberikan manfaat. Akhir kata, penulis
sangat mengharapkan saran dan masukan yang terkait dengan tulisan kami demi
tercapainya kesempurnaan dalam penyusunan laporan ini, karena tidak ada
kesempurnaan melainkan hanya milik Allah SWT. Sekian dari kami terimakasih.

Yogyakatya, 23 Agustus 2021

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL...................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................vi
DAFTAR SINGKATAN.......................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Tujuan PKPA..................................................................................................2
BAB II TINJAUAN UMUM PUSKESMAS...........................................................3
A. Sejarah Singkat...............................................................................................3
B. Misi dan Visi Puskesmas................................................................................3
C. Kegiatan di Puskesmas...................................................................................4
1. Organisasi Puskesmas..................................................................................4
2. Pengolahan Obat dan Perbekalan Kesehatan di Puskesmas.........................5
3. Pelayanan Farmasi Klinis di Puskesmas....................................................11
4. Program Promosi Kesehatan Masyarakat..................................................18
5. IPE (Interprofesional Education)...............................................................18
BAB III HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN........................................20
A. Organisasi Puskesmas...................................................................................20
B. Pengelolaan Obat dan perbekalan Kesehatan di Puskesmas........................23
C. Pelayanan Farmasi Klinis di Puskesmas......................................................29
D. Program Promosi Kesehatan Mayarakat......................................................39
E. IPE (Interpersonal Education)......................................................................39
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................41
A. Kesimpulan...................................................................................................41
B. Saran.............................................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................42
LAMPIRAN...........................................................................................................43

iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Tenaga kerja di Puskemas Jetis Yogyakarta............................................21
Tabel 2. Jadwal pelayanan normal Puskesmas Jetis..............................................30
Tabel 3. Jadwal Pelayanan Puskesmas Jetis Dimasa Pandemi..............................30

iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Struktur Organisasi Puskesmas Jetis....................................................20
Gambar 2. Struktur Tim Akreditasi Puskesmas Jetis.............................................22
Gambar 3. Rak Obat di ruang pelayanan dan Gudang penyimpanan....................26
Gambar 4. Lemari Narkotika Psikotropika............................................................27
Gambar 5. Contoh etiket yang ada di Puskesmas Jetis..........................................34

v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Formular Skrining Resep...................................................................44
Lampiran 2. Form Lembar LPLPO........................................................................45
Lampiran 3. Formulir Rencana Kebutuhan Obat...................................................46
Lampiran 4. Faktur Pembelian Obat......................................................................47
Lampiran 5. Lembar Monitoring Pasien TBC.......................................................48
Lampiran 6. Buku Stok BMHP..............................................................................49
Lampiran 7. Kegiatan Vaksinasi Covid 19............................................................50
Lampiran 8. Formulir Monitoring Efek Samping Obat.........................................51
Lampiran 10. Leaflet Promkes “Covid-19”...........................................................53
Lampiran 11. Logbook Harian Kegiatan Puskesmas.............................................54

vi
DAFTAR SINGKATAN
BHMP : Bahan Medis Habis Pakai
BON :-
DIKTI : Pendidikan tinggi
IPE : Interprofessional Education
KIA-KB : Kesehatan Ibu dan Anak – Keluarga Berencana
KIE : Komunikasi, Informasi dan Edukasi
LPLPO : Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat
MESO : monitoring efek samping obat
PKPA : Praktek Kerja Profesi Apoteker
PIO : Pelayanan Informasi Obat
POR : penggunaan obat rasional
PTO : pemantauan terapi obat
Puskesmas : Pusat Kesehatan Masyarakat
SIMPUS : Sistem Informasi Puskesmas
WHO : World Health Organization

vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut PMK no 43 tahun 2019 Puskesmas atau singkatan dari Pusat
Kesehatan Masyarakat adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan
preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
di wilayah kerjanya. Puskesmas sebagai Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah
suatu tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan
kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan
oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/atau masyarakat. Pelayanan Kesehatan
yang diberikan Puskemas adalah upaya yang diberikan kepada masyarakat,
mencakup perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, pencatatan, pelaporan, dan
dituangkan dalam suatu sistem.

Standar pelayanan kefarmasian adalah tolok ukur yang dipergunakan


sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan
kefarmasian. Standar pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Meliputi standar:
pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Media Habis Pakai serta pelayanan
farmasi klinik (Permenkes Nomor 74, 2016). Pengelolaan sediaan farmasi dan
bahan medis habis pakai meliputi perencanaan, penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian, pengendalian, pencatatan dan pelaporan, serta monitoring dan
evaluasi. Pelayanan farmasi klinis meliputi pengkajian resep, penyerahan obat,
PIO, konseling, visite, MESO, PTO, dan evaluasi penggunaan obat.

Untuk mengetahu peran dan fungsi farmasi dalam melakukan pelayanan di


puskesmas, maka PKPA atau Praktik Kerja Kefarmasian ini perlu dilakukan untuk
membuat mahasiswa dapat meningkatkan wawasan, pengetahuan, mampu
memberikan pengalaman bekerja dan gambaran tugas dan tanggungjawan seorang
apoteker saat bekerja di puskesmas. Program pendidikan Apoteker Fakultas
Farmasi Universitas Ahmad Dahlan bekerja sama dengan Puskesmas Jetis untuk

1
memberikan kesempatan bagi calon apoteker untuk menimba pengalaman dan
memperluas pengetahuan tentang puskesmas melalui program Praktek Kerja
Profesi Apoteker untuk periode pertama yang dilaksanakan dari tanggal 19 juli
sampai 31 juli 2021.

B. Tujuan PKPA
Tujuan pelaksanaan PKPA di Puskesmas Jetis yaitu untuk
Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan praktis mahasiswa calon
Apoteker dalam menjalankan profesinya dengan penuh amanah di
Puskesmas, antara lain sebagai berikut :
1. Mendidik dan melatih mahasiswa calon Apoteker agar lebih
kompeten di dunia kerja.
2. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan praktis mahasiswa
calon Apoteker dalam menjalankan profesinya dengan penuh
amanah di bidang Puskesmas
3. Menjalin kerjasama dan komunikasi Puskesmas dalam bidang
pendidikan dan pelatihan.

2
BAB II
TINJAUAN UMUM PUSKESMAS
A. Sejarah Singkat
Puskemas Jetis berada di bawah naungan Dinas Kesehatan
Pemertintahan Kota Yogyakarta. Puskesmas Jetis yang beralamat di Jl.
Pangeran Diponegoro No.91, Bumijo, Kec. Jetis, Kota Yogyakarta, Daerah
Istimewa Yogyakarta 55231, dengan luas wilayah kerja di Kecamatan Jetis
yang memiliki luas wilayah 156,00 Ha mencakup 3 kelurahan yaitu Kelurahan
Bumiijo, Cokrodiningratan dan Gowongan.
Puskesmas Jetis memiliki batas wilayah kerja yang meliputi di sebelah
utara dan barat berbatasan di Kecamatan Tegalrejo, di sebelah selatan di
Kecamatan Gedongrengen, sebelah timur di Kecamatan Gondokusuman. Batas
wilayah ini menjadi penanda wilayah binaan dari Puskesmas Jetis.
Dari masing masing 3 kelurahan yang menjadi kelurahan binaan
Puskesmas Jetis memiliki tingkat kepadatan penduduk yang bervariasi, dimana
untuk Kelurahan Bumiijo memiliki kepadatan penduduk sekitar 17.743 km²,
untuk Kelurahan Gowongan kepadatan penduduk mencapai 17.608 jiwa km²
dan di Kelurahan Cokrodiningratan memiliki kepadatan penduduk yang relative
lebih rendah di banding dengan dua kelurahan sebelumnya yaitu berkisar pada
13.537 jiwa km².

B. Misi dan Visi Puskesmas


1. Visi Puskesmas Jetis

Puskesmas Jetis dalam melaksanakan fungsinya mempunyai Visi


sebagai berikut yaitu “Menjadi Puskesmas Yang Mampu Memenuhi
Kebutuhan dan Harapan Pelanggan/Masyarakat di Bidang Kesehatan”
2. Misi Puskesmas Jetis

Untuk mewujudkan visi tersebut, Puskesmas Jetis memiliki misi sebagai


berikut:

a. Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau


bagi seluruh lapisan masyarakat

3
b. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat serta
meningkatkan peran serta dalam upaya kesehatan baik promitif,
preventif dan kuratif
c. Mengembangkan kerjasama dengan unsur-unsur terkait dibidang
kesehatan wilayah
C. Kegiatan di Puskesmas
1. Organisasi Puskesmas
Organisasi Puskesmas disusun oleh dinas kesehatan kabupaten/
kota berdasarkan kategori upaya kesehatan dan beban kerja Puskesmas.
Organisasi Puskesmas paling sedikit terdiri atas (Depkes, 2014) :
a) Kepala Puskesmas;
b) Kepala sub bagian tata usaha;
c) Penanggung jawab UKM dan Keperawatan Kesehatan Masyarakat;
d) Penanggung jawab UKP, kefarmasian dan Laboraturium dan ;
e) Penanggung jawab jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring
fasilitas pelayanan kesehatan
Dalam upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan Kesehatan di
puskesmas dibentuklah tim akreditasi. Di puskesmas jetis memiliki
organisasi tersendiri yang mengurusi tentang kebutuhan akreditasi
Puskesmas. Akreditasi Puskesmas adalah pengakuan terhadap Puskesmas
yang diberikan oleh lembaga independen penyelenggara akreditasi yang
ditetapkan oleh Menteri setelah dinilai bahwa Puskesmas telah memenuhi
standar pelayanan Puskesmas yang telah ditetapkan oleh Menteri untuk
meningkatkan mutu pelayanan Puskesmas secara berkesinambungan.
Berdasarkan PMK no 46 tahun 2015 tentang akreditasi
puskesmas, tim akreditasi dibagi menjadi 3 kelompok kerja (POKJA)
dengan 9 bab yang berbeda. Masing masing Pokja terdiri dari :
‾ POKJA 1 (Administrasi dan Manajemen)
‾ Penanggungjawab
‾ Koor. Bab 1 (Perencanaan, Pelaksanaan dan Kegiatan Evaluasi)
‾ Koor. Bab 2 (Kepegawaian, Kredensial, dsb)
‾ Koor. Bab 3 (Mutu)

4
‾ POKJA 2 (Upaya Kesehatan Masyarakat)
‾ Penanggungjawab
‾ Koor. Bab 4 (Perencanaan Kegiatan)
‾ Koor. Bab 5 (Pelaksanaan Kegiatan)
‾ Koor. Bab 6 (Evaluasi)

‾ POKJA 3 (Upaya Kesehatan Perorangan)


‾ Penanggungjawab
‾ Koor. Bab 7 (Pelayanan medis)
‾ Koor. Bab 8 (Penunjang medis)
‾ Koor. Bab 9 (Keselamatan pasien)

2. Pengolahan Obat dan Perbekalan Kesehatan di Puskesmas


Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)
merupakan salah satu kegiatan pelayanan kefarmasian, yang dimulai dari
perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
pengendalian, pencatatan dan pelaporan serta pemantauan dan evaluasi.
Tujuannya adalah untuk menjamin kelangsungan ketersediaan dan
keterjangkauan Sediaan Farmasi dan BMHP yang efisien, efektif dan rasional,
meningkatkan kompetensi/kemampuan tenaga kefarmasian, mewujudkan
sistem informasi manajemen, dan melaksanakan pengendalian mutu
pelayanan. Kepala Ruang Farmasi di Puskesmas mempunyai tugas dan
tanggung jawab untuk menjamin terlaksananya pengelolaan Sediaan Farmasi
dan BMHP yang baik. Kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan
Medis Habis Pakai meliputi:
a. Perencanaan kebutuhan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai
Perencanaan merupakan proses kegiatan seleksi sediaan farmasi
dan bahan Medis Habis Pakai untuk menentukan jenis dan jumlah Sediaan
Farmasi dalam rangka pemenuhan kebutuhan Puskesmas. Tujuan
perencanaan adalah untuk mendapatkan:

- Perkiraan jenis dan jumlah Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis

5
Pakai yang mendekati kebutuhan;
- Meningkatkan penggunaan Obat secara rasional; dan
- Meningkatkan efisiensi penggunaan Obat.
Perencanaan kebutuhan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai di Puskesmas setiap periode dilaksanakan oleh Ruang Farmasi di
Puskesmas. Proses seleksi Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
dilakukan dengan mempertimbangkan pola penyakit, pola konsumsi
Sediaan Farmasi periode sebelumnya, data mutasi Sediaan Farmasi, dan
rencana pengembangan. Proses seleksi Sediaan Farmasi dan Bahan Medis
Habis Pakai juga harus mengacu pada Daftar Obat Esensial Nasional
(DOEN) dan Formularium Nasional.

Proses seleksi ini harus melibatkan tenaga kesehatan yang ada di


Puskesmas seperti dokter, dokter gigi, bidan, dan perawat, serta pengelola
program yang berkaitan dengan pengobatan. Proses perencanaan
kebutuhan Sediaan Farmasi per tahun dilakukan secara berjenjang (bottom-
up). Puskesmas diminta menyediakan data pemakaian Obat dengan
menggunakan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO).

Selanjutnya Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota akan melakukan


kompilasi dan analisa terhadap kebutuhan Sediaan Farmasi Puskesmas di
wilayah kerjanya, menyesuaikan pada anggaran yang tersedia dan
memperhitungkan waktu kekosongan Obat, buffer stock, serta menghindari
stok berlebih.
b. Permintaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
Tujuan permintaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
adalah memenuhi kebutuhan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai di Puskesmas, sesuai dengan perencanaan kebutuhan yang telah
dibuat. Permintaan diajukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan kebijakan
pemerintah daerah setempat.
c. Penerimaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai

6
Penerimaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai adalah
suatu kegiatan dalam menerima Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai dari Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota atau hasil pengadaan
Puskesmas secara mandiri sesuai dengan permintaan yang telah diajukan.

Tujuannya adalah agar Sediaan Farmasi yang diterima sesuai


dengan kebutuhan berdasarkan permintaan yang diajukan oleh Puskesmas,
dan memenuhi persyaratan keamanan, khasiat, dan mutu. Tenaga
Kefarmasian dalam kegiatan pengelolaan bertanggung jawab atas
ketertiban penyimpanan, pemindahan, pemeliharaan dan penggunaan Obat
dan Bahan Medis Habis Pakai berikut kelengkapan catatan yang
menyertainya.

Tenaga Kefarmasian wajib melakukan pengecekan terhadap


Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang diserahkan,
mencakup jumlah kemasan/peti, jenis dan jumlah Sediaan Farmasi, bentuk
Sediaan Farmasi sesuai dengan isi dokumen LPLPO, ditandatangani oleh
Tenaga Kefarmasian, dan diketahui oleh Kepala Puskesmas. Bila tidak
memenuhi syarat, maka Tenaga Kefarmasian dapat mengajukan keberatan.
Masa kedaluwarsa minimal dari Sediaan Farmasi yang diterima
disesuaikan dengan periode pengelolaan di Puskesmas ditambah satu
bulan.
d. Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
merupakan suatu kegiatan pengaturan terhadap Sediaan Farmasi yang
diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun
kimia dan mutunya tetap terjamin, sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan. Tujuannya adalah agar mutu Sediaan Farmasi yang tersedia di
puskesmas dapat dipertahankan sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan.Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
- Bentuk dan jenis sediaan;
- Kondisi yang dipersyaratkan dalam penandaan di kemasan Sediaan
7
Farmasi, seperti suhu penyimpanan, cahaya, dan kelembaban;

8
- Mudah atau tidaknya meledak/terbakar;
- Narkotika dan psikotropika disimpan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan; dan
- Tempat penyimpanan Sediaan Farmasi tidak dipergunakan
untuk penyimpanan barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi.
e. Pendistribusian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
Pendistribusian sediaan farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
merupakan kegiatan pengeluaran dan penyerahan Sediaan Farmasi dan
Bahan Medis Habis Pakai secara merata dan teratur untuk memenuhi
kebutuhan sub unit farmasi Puskesmas dan jaringannya. Tujuannya adalah
untuk memenuhi kebutuhan Sediaan Farmasi sub unit pelayanan kesehatan
yang ada di wilayah kerja Puskesmas dengan jenis, mutu, jumlah dan
waktu yang tepat. Sub-sub unit di Puskesmas dan jaringannya antara lain:
(1) Sub unit pelayanan kesehatan di dalam lingkungan Puskesmas;
(2) Puskesmas Pembantu;
(3) Puskesmas Keliling;
(4) Posyandu; dan
(5) Polindes.
Pendistribusian ke sub unit (ruang rawat inap, UGD, dan lain-lain)
dilakukan dengan cara pemberian obat sesuai resep yang diterima (floor
stock), pemberian obat per sekali minum (dispensing dosis unit) atau
kombinasi, sedangkan pendistribusian ke jaringan Puskesmas dilakukan
dengan cara penyerahan obat sesuai dengan kebutuhan (floor stock).
f. Pemusnahan dan penarikan
Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, dan Bahan Medis
Habis Pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara
yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Penarikan
sediaan farmasi yang tidak memenuhi standar/ketentuan peraturan
perundang-undangan dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan
perintah penarikan oleh BPOM (mandatory recall) atau berdasarkan
inisiasi sukarela

9
oleh pemilik izin edar (voluntary recall) dengan tetap memberikan laporan
kepada Kepala BPOM.

Penarikan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan terhadap produk


yang izin edarnya dicabut oleh Menteri. Pemusnahan dilakukan untuk
Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai bila:
(1) Produk tidak memenuhi persyaratan mutu;
(2) Telah kadaluwarsa;
(3) Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan
kesehatan atau kepentingan ilmu pengetahuan; dan/atau
(4) Dicabut izin edarnya.
Tahapan pemusnahan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
terdiri
dari:
(1) Membuat daftar Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang
akan dimusnahkan;
(2) Menyiapkan Berita Acara Pemusnahan;
(3) Mengoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada
pihak terkait;
(4) Menyiapkan tempat pemusnahan; dan
(5) Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk
sediaan serta peraturan yang berlaku.

g. Pengendalian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai


Pengendalian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
adalah suatu kegiatan untuk memastikan tercapainya sasaran yang
diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang telah ditetapkan
sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan/kekosongan obat di unit
pelayanan kesehatan dasar. Tujuannya adalah agar tidak terjadi kelebihan
dan kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan dasar. Pengendalian
Sediaan Farmasi terdiri dari:
(1) Pengendalian persediaan;

1
(2) Pengendalian penggunaan; dan
(3) Penanganan Sediaan Farmasi hilang, rusak, dan kadaluwarsa.
h. Administrasi
Administrasi meliputi pencatatan dan pelaporan terhadap seluruh
rangkaian kegiatan dalam pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis
Habis Pakai, baik Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang
diterima, disimpan, didistribusikan dan digunakan di Puskesmas atau unit
pelayanan lainnya. Tujuan pencatatan dan pelaporan adalah:
(1) Bukti bahwa pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai telah dilakukan;
(2) Sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian; dan
(3) Sumber data untuk pembuatan laporan.
i) Pemantauan dan Evaluasi Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan
Medis Habis Pakai
Pemantauan dan evaluasi pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis
Habis Pakai dilakukan secara periodik dengan tujuan untuk:

(1) Mengendalikan dan menghindari terjadinya kesalahan dalam


pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
sehingga dapat menjaga kualitas maupun pemerataan pelayanan;
(2) Memperbaiki secara terus-menerus pengelolaan Sediaan Farmasi dan
Bahan Medis Habis Pakai; dan
(3) Memberikan penilaian terhadap capaian kinerja pengelolaan.
Setiap kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis
Habis Pakai, harus dilaksanakan sesuai standar prosedur operasional.
Standar Prosedur Operasional (SPO) ditetapkan oleh Kepala Puskesmas.

1
3. Pelayanan Farmasi Klinis di Puskesmas
Pelayanan farmasi klinik merupakan bagian dari Pelayanan
Kefarmasian yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan
dengan obat dan Bahan Medis Habis Pakai dengan maksud mencapai hasil
yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Pelayanan farmasi
klinik bertujuan untuk:
a) Meningkatkan mutu dan memperluas cakupan Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas.
b) Memberikan Pelayanan Kefarmasian yang dapat menjamin
efektivitas, keamanan dan efisiensi obat dan Bahan Medis Habis
Pakai.
c) Meningkatkan kerjasama dengan profesi kesehatan lain dan
kepatuhan pasien yang terkait dalam Pelayanan Kefarmasian.
d) Melaksanakan kebijakan obat di Puskesmas dalam rangka
meningkatkan penggunaan obat secara rasional.
Pelayanan farmasi klinik pada puskesmas meliputi:
a) Pengkajian dan pelayanan Resep
b) Pelayanan Informasi Obat (PIO)
c) Konseling
d) Visite Pasien (khusus Puskesmas rawat inap)
e) Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
f) Pemantauan Terapi Obat (PTO)
g) Evaluasi Penggunaan Obat
(1) Pengkajian dan pelayanan Resep
Kegiatan pengkajian resep dimulai dari seleksi persyaratan
administrasi, persyaratan farmasetik dan persyaratan klinis baik untuk pasien
rawat inap maupun rawat jalan. Persyaratan administrasi meliputi:
(a)Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien.
(b)Nama, dan paraf dokter.
(c) Tanggal resep.
(d)Ruangan/unit asal resep.

1
Persyaratan farmasetik meliputi:
(a) Bentuk dan kekuatan sediaan.
(b)Dosis dan jumlah obat.
(c) Stabilitas dan ketersediaan.
(d)Aturan dan cara penggunaan.
(e) Inkompatibilitas(ketidakcampuranobat)

Persyaratan klinis meliputi:


(a) Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat.
(b)Duplikasi pengobatan.
(c) Alergi, interaksi dan efek samping obat.
(d)Kontra indikasi.
(e) Efek adiktif.
Kegiatan penyerahan (dispensing) dan pemberian informasi obat
merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap menyiapkan/meracik
obat, memberikan label/etiket, menyerahan sediaan farmasi dengan informasi
yang memadai disertai pendokumentasian. Tujuan:
(a) Pasien memperoleh obat sesuai dengan kebutuhan klinis/pengobatan.
(b)Pasien memahami tujuan pengobatan dan mematuhi intruksi pengobatan.
(2) Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh apoteker untuk
memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini kepada dokter,
apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien. Tujuan:
a) Menyediakan informasi mengenai obat kepada tenaga kesehatan lain di
lingkungan puskesmas, pasien dan masyarakat.

b) Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan


dengan obat (contoh: kebijakan permintaan obat oleh jaringan dengan
mempertimbangkan stabilitas, harus memiliki alat penyimpanan yang
memadai).
c) Menunjang penggunaan obat yang rasional. Kegiatan:
d) Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara pro aktif

1
dan pasif.
e) Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui
telepon, surat atau tatap muka.
f) Membuat buletin, leaflet, label obat, poster, majalah dinding dan lain-lain.
g) Melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap,
serta masyarakat.
h) Melakukan pendidikan dan/atau pelatihan bagi tenaga kefarmasian dan
tenaga kesehatan lainnya terkait dengan obat dan Bahan Medis Habis
Pakai.
i) Mengoordinasikan penelitian terkait obat dan kegiatan
Pelayanan Kefarmasian.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan:
(a) Sumber informasi obat.
(b) Tempat.
(c) Tenaga.
(d) Perlengkapan.
(3) Konseling
Merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan penyelesaian
masalah pasien yang berkaitan dengan penggunaan obat pasien rawat jalan
dan rawat inap, serta keluarga pasien. Tujuan dilakukannya konseling adalah
memberikan pemahaman yang benar mengenai obat kepada pasien/keluarga
pasien antara lain tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara dan lama
penggunaan obat, efek samping, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan dan
penggunaan obat. Kegiatan:
a) Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien.
b) Menanyakan hal-hal yang menyangkut obat yang dikatakan oleh dokter
kepada pasien dengan metode pertanyaan terbuka (open-ended question),
misalnya apa yang dikatakan dokter mengenai obat, bagaimana cara
pemakaian, apa efek yang diharapkan dari obat tersebut, dan lain-lain.
c) Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara penggunaan obat
d) Verifikasi akhir, yaitu mengecek pemahaman pasien, mengidentifikasi
dan menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan cara penggunaan
obat untuk mengoptimalkan tujuan terapi.
1
Faktor yang perlu diperhatikan:
(a) Kriteria pasien:
(i) Pasien rujukan dokter.
(ii) Pasien dengan penyakit kronis.
(iii) Pasien dengan obat yang berindeks terapetik sempit dan poli farmasi.
(iv) Pasien geriatrik.
(v) Pasien pediatrik.
(vi) Pasien pulang sesuai dengan kriteria di atas.
(b) Sarana dan
prasarana:
(a) Ruangan khusus.
(b) Kartu pasien/catatan konseling.
Setelah dilakukan konseling, pasien yang memiliki kemungkinan
mendapat risiko masalah terkait obat misalnya komorbiditas, lanjut usia,
lingkungan sosial, karateristik obat, kompleksitas pengobatan, kompleksitas
penggunaan obat, kebingungan atau kurangnya pengetahuan dan keterampilan
tentang bagaimana menggunakan obat dan/atau alat kesehatan perlu dilakukan
pelayanan kefarmasian di rumah (Home Pharmacy Care) yang bertujuan
tercapainya keberhasilan terapi obat.
(4) Visite Pasien
Merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan
secara mandiri atau bersama tim profesi kesehatan lainnya terdiri dari dokter,
perawat, ahli gizi, dan lain-lain. Tujuan:
a) Memeriksa obat pasien.
b) Memberikan rekomendasi kepada dokter dalam pemilihan obat dengan
mempertimbangkan diagnosis dan kondisi klinis pasien.
c) Memantau perkembangan klinis pasien yang terkait dengan penggunaan
obat.
d) Berperan aktif dalam pengambilan keputusan tim profesi kesehatan
dalam terapi pasien.
Kegiatan yang dilakukan meliputi persiapan, pelaksanaan, pembuatan
dokumentasi dan rekomendasi.

1
Kegiatan visite mandiri:
(a) Untuk Pasien Baru
(i) Apoteker memperkenalkan diri dan menerangkan tujuan dari
kunjungan.
(ii) Memberikan informasi mengenai sistem pelayanan farmasi dan
jadwal pemberian obat.
(iii) Menanyakan obat yang sedang digunakan atau dibawa dari
rumah, mencatat jenisnya dan melihat instruksi dokter pada
catatan pengobatan pasien.
(iv) Mengkaji terapi obat lama dan baru untuk memperkirakan
masalah terkait obat yang mungkin terjadi.
(b) Untuk pasien lama dengan instruksi baru
- Menjelaskan indikasi dan cara penggunaan obat baru.
- Mengajukan pertanyaan apakah ada keluhan setelah pemberian obat.
(c) Untuk semua pasien
- Memberikan keterangan pada catatan pengobatan pasien.
- Membuat catatan mengenai permasalahan dan penyelesaian
masalah dalam satu buku yang akan digunakan dalam setiap
kunjungan.
Kegiatan visite bersama tim:
a) Melakukan persiapan yang dibutuhkan seperti memeriksa catatan
pegobatan pasien dan menyiapkan pustaka penunjang.
b) Mengamati dan mencatat komunikasi dokter dengan pasien dan/atau
keluarga pasien terutama tentang obat.
c) Menjawab pertanyaan dokter tentang obat.
d) Mencatat semua instruksi atau perubahan instruksi pengobatan, seperti
obat yang dihentikan, obat baru, perubahan dosis dan lain- lain.

Hal-hal yang perlu diperhatikan:


(a) Memahami cara berkomunikasi yang efektif.
(b) Memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan pasien dan tim.
(c) Memahami teknik edukasi.
(d) Mencatat perkembangan pasien.

1
Pasien rawat inap yang telah pulang ke rumah ada kemungkinan
terputusnya kelanjutan terapi dan kurangnya kepatuhan penggunaan Obat.
Untuk itu, perlu juga dilakukan pelayanan kefarmasian di rumah (Home
Pharmacy Care) agar terwujud komitmen, keterlibatan, dan kemandirian
pasien dalam penggunaan obat sehingga tercapai keberhasilan terapi obat.
(5) Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang
merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang
digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau
memodifikasi fungsi fisiologis.
Tujuan:
(a) Menemukan efek samping obat sedini mungkin terutama yang berat,
tidak dikenal dan frekuensinya jarang.
(b) Menentukan frekuensi dan insidensi efek samping obat yang sudah
sangat dikenal atau yang baru saja ditemukan.

Kegiatan:
(a) Menganalisis laporan efek samping obat.
(b) Mengidentifikasi obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi
mengalami efek samping obat.
(c) Mengisi formulir Monitoring Efek Samping Obat (MESO).
(d) Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat
Nasional.

Faktor yang perlu diperhatikan:


(a) Kerja sama dengan tim kesehatan lain.
(b) Ketersediaan formulir Monitoring Efek Samping Obat.
(6) Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien
mendapatkan terapi obat yang efektif, terjangkau dengan memaksimalkan
efikasi dan meminimalkan efek samping.
Tujuan:

1
(a) Mendeteksi masalah yang terkait dengan obat.
(b) Memberikan rekomendasi penyelesaian masalah yang terkait dengan
obat.

Kriteria pasien:
a) Anak-anak dan lanjut usia, ibu hamil dan menyusui.
b) Menerima obat lebih dari 5 (lima) jenis.
c) Adanya multidiagnosis.
d) Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati.
e) Menerima obat dengan indeks terapi sempit.
f) Menerima obat yang sering diketahui menyebabkan reaksi obat yang
merugikan.
Kegiatan:
(a) Memilih pasien yang memenuhi kriteria.
(b) Membuat catatan awal.
(c) Memperkenalkan diri pada pasien.
(d) Memberikan penjelasan pada pasien.
(e) Mengambil data yang dibutuhkan.
(f) Melakukan evaluasi.
(g) Memberikan rekomendasi.
(7) Evaluasi Penggunaan Obat
Merupakan kegiatan untuk mengevaluasi penggunaan obat secara terstruktur
dan berkesinambungan untuk menjamin obat yang digunakan sesuai indikasi,
efektif, aman dan terjangkau (rasional).
Tujuan:
(a) Mendapatkan gambaran pola penggunaan obat pada kasus tertentu.
(b) Melakukan evaluasi secara berkala untuk penggunaan obat tertentu.
Setiap kegiatan pelayanan farmasi klinik, harus dilaksanakan sesuai
standar prosedur operasional. Standar Prosedur Operasional (SPO) ditetapkan
oleh Kepala Puskesmas. SPO tersebut diletakkan di tempat yang mudah dilihat.
Contoh standar prosedur operasional sebagaimana terlampir (Permenkes No.
74, 2016).

1
4. Program Promosi Kesehatan Masyarakat
Promosi kesehatan puskesmas adalah upaya untuk melaksanakan
pemberdayaan kepada masyarakat untuk mencegah penyakit dan
meningkatkan kesehatan setiap individu, keluarga serta lingkungannya secara
mandiri dan mengembangkan upaya kesehatan bersumber masyarakat.
Strategi dasar utama promosi kesehatan adalah melalui pemberdayaan, bina
suasana, advokasi serta dijiwai semangat kemitraan.
Promosi kesehatan melalui pemberdayaan dapat dilakukan terhadap
individu, keluarga dan masyarakat. Metode promosi kesehatan melalui
pemberdayaan individu dan keluarga dapat dilakukan dengan dialog,
demonstrasi, konseling dan bimbingan. Media yang digunakan dapat berupa
lembar balik, leaflet atau poster. Promosi kesehatan melalui pemberdayaan
masyarakat dapat dilakukan pada saat kegiatan UKBM (Upaya Kesehatan
Berbasis Masyarakat) seperti posyandu, polindes, Bina Keluarga Balita, Pos
Obat Desa, Pos Kesehatan Desa, Kadarzi, Poslansia, Saka Bakti Husada, dan
lain-lain.
5. IPE (Interprofesional Education)
IPE (Interprofesional Education) merupakan praktik kolaborasi antara
dua atau lebih profesi kesehatan yang saling mempelajari peran masing-masing
profesi kesehatan dan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kolaborasi
dan kualitas pelayanan kesehatan (WHO, 2010).
Interprofessional Education melibatkan pendidik dan peserta didik
yang berasal dari 2 atau lebih profesi kesehatan yang berbeda dan bersama-
sama menciptakan lingkungan belajar yang kolaboratif untuk mengembangkan
pengetahuan, keterampilan dan sikap profesional dalam bekerja (Banks and
Janke, 1998). Pada strategi belajar ini diperlukan pendidik yang dapat berbagi
ilmu untuk menghubungkan interaksi antar profesi sehingga diharapkan terjadi
koneksi interaktif antar siswa yang berbeda profesi (Freeth et al, 2005).
Pengembangan model IPE yang ideal harus dimulai dengan persamaan
paradigma bahwa IPE hanyalah langkah awal dari tujuan utama dalam upaya
meningkatkan pelayanan kesehatan, Selama ini penerapan IPE masih tidak

1
konsisten, untuk itu harus dibuat sebuah komitmen sehingga pembelajaran
interprofesional dapat diterapkan. Kegiatan IPE dilakukan untuk meningkatkan
kualitas pelayanan dengan memperhatikan upaya promotive, preventif,
kuratif,rehabilitative, dan jenis pelayanan yang lainnya. Kegiatan
Interprofesional Education (IPE) meliputi:
‾ Promkes
‾ IPE dengan tenaga kesehatan Puskesmas yang lain
‾ Ronde/Visite pasien (khusus Puskesmas Rawat Inap

2
BAB III
HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN
A. Organisasi Puskesmas
Mengacu kepada PMK no 43 tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat, disana diatur tentang organisasi puskesmas pada pasal 34 terdiri
Kepala Puskesmas, Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Penanggung Jawab UKM
Dan Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Penanggung Jawab UKP,
Kefarmasian dan Laboratorium, dan Penanggungjawab Jaringan Pelayanan
Puskesmas dan Jejaring Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
Pada puskesmas Jetis sudah menerapkan susunan organisasi yang sesuai
dengan PMK no 75 tahun 2014. Susunan organisasi di puskesmas jetis yaitu
sebagai berikut :

Gambar 1. Struktur Organisasi Puskesmas Jetis

1. Sumber Daya Manusia (SDM)


Data sumber daya manusia yang Menyusun berjalannya pelayanan
Kesehatan di puskesmas Jetis terdiri dari :

2
Tabel 1. Tenaga kerja di Puskemas Jetis Yogyakarta
Tenaga Kesehatan Jumlah Tenaga Kesehatan Jumlah
Dokter umum 7 Kepala puskesmas 1
Dokter Gigi 2 Ka sub bag TU 1
Bidan 13 Adm. Kearsipan 1
Perawat 7 Adm. Kepegawaian 1
Perawat Gigi 3 Adm. Barang 2
Apoteker 2 Adm. Pendaftaran 5
Tenaga Teknis 3 Bendahara 2
Kefarmasian
Pranata Laborat 3 Pelaksana SAK 1
Perekam medis 2 Verifikator keuangan 2
Nutrisionis 2 Penyusun data dan 1
informasi
sanitarian 1 Binatu 2
Kesehatan 1 Pengemudi 3
masyarakat
Epidemiologi 1 Juru masak 2
Kesehatan
Surveilans Kelurahan 3 Petugas kebersihan 3
Jaga keamanan 3 Pemegang buku 1

2. Tim Akreditasi Puskesmas


Dalam upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan Kesehatan
pada puskesmas, menurut PMK no 46 tahun 2015 maka harus
dilakukan akreditasi puskesmas setiap 3 tahun sekali. Akreditasi
pelayanan Kesehatan pada puskesmas menilai tiga kelompok
pelayanan dan ada 9 bab peniliannya. Susunan tim akreditasi yang
berada di puskesmas jetis antara lain:
‾ POKJA 1 (Administrasi dan Manajemen)
‾ Penanggungjawab : Lina Sulistyanti (Ka. TU)
‾ Koor. Bab 1
(Perencanaan, Pelaksanaan dan Kegiatan Evaluasi) : Yunilistianingsih.,
S.Farm.,Apt.

2
‾ Koor. Bab 2 (Kepegawaian, Kredensial, dsb) : Lina Sulistiani, SKM
‾ Koor. Bab 3 (Mutu) : Herdita Ika D.P,Amd,Keb

‾ POKJA 2 (Upaya Kesehatan Masyarakat)


‾ Penanggungjawab : drg. Ipak
‾ Koor. Bab 4 (Perencanaan Kegiatan) : dr. Ida
‾ Koor. Bab 5 (Pelaksanaan Kegiatan) : drg. Ipak
‾ Koor. Bab 6 (Evaluasi) : Sri Supraptiningsih

‾ POKJA 3 (Upaya Kesehatan Perorangan)
‾ Penanggungjawab : dr. Noval
‾ Koor. Bab 7 (Pelayanan medis) : dr. Dian Permata sari
‾ Koor. Bab 8 (Penunjang medis) : RR. Aprile K.S, Amd.AK
‾ Koor. Bab 9 (Keselamatan pasien) : dr. M.Izza Naufal Fikri

Gambar 2. Struktur Tim Akreditasi Puskesmas Jetis


Pada Permenkes Terbaru tentang akreditasi puskesmas terdapat
pergantian isi Pokja yang tadinya ada 9 bab berubah menjadi 5 bab. Akreditasi
puskesmas seharusnya dilakukan tiap 3 tahun sekali. Namun karena masa
peralihan dan belum ada pengesahan untuk peraturan yang baru, maka
Puskesmas Jetis masih menggunakan peraturan yang lama namun juga sudah
mulai mengerjakan untuk peraturan yang baru.
Kegiatan Tim Manajemen Mutu Puskesmas Jetis antara lain untuk
menetapkan indikator mutu, penerapan SOP, penerapan tata nilai, audit
internal

2
evaluasi terhadap temuan saat audit internal dan rencana tindak lanjut untuk
meningkatkan kinerja, memonitoring indikator mutu, melakukan rapat tinjauan
manajemen terhadap Langkah yang diambil guna meningkatkan mutu
Puskesmas.
Inti dari akreditasi pelayanan puskesmas ada di Bab 3,6 dan 9, karena
jika ada rencana perbaikan mutu, rencana startegis, evaluasi yang baik dan
keselamatan pasien maka tujuan akreditasi akan tercapai. Puskesmas akan
memililiki akreditasi pelayanan puskesmas yang paling baik bila status saat
akreditasinya mencapai Paripurna.

B. Pengelolaan Obat dan perbekalan Kesehatan di Puskesmas


Apoteker di Puskesmas Jetis mempunyai beberapa tugas salah satu
diantaranya melakukan pengelolaan obat dan pelayanan obat. Pengelolaan
Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai adalah satu kegiatan
pelayanan kefarmasian yang dimulai dari perencanaan, permintaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencatatan dan
pelaporan serta pemantauan dan evaluasi.
Tujuan adanya pengelolaan untuk menjamin kelangsungan
ketersediaan dan keterjangkauan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai
yang efisien, efektif dan rasional, meningkatkan kompetensi/kemampuan
tenaga kefarmasian, mewujudkan sistem informasi manajemen, dan
melaksanakan pengendalian mutu pelayanan. Sedangkan pelayanan
kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan tujuan untuk
mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah obat dan masalah
yang berhubungan dengan kesehatan. Kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi
dan Bahan Medis Habis Pakai di Puskesmas Jetis meliputi :
Perencanaan Sediaan Farmasi Dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)
Perencanaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai dibuat oleh
Apoteker penanggungjawab di Puskesmas Jetis berdasarkan hasil koordinasi
dengan Dokter tiap poli, Bidan, serta tim medis lainnya yang ada di Puskesmas
Jetis. Perencanaan obat di Puskesmas Jetis menggunakan dua metode yaitu

2
konsumsi dan epidmiologi. Metode konsumsi merupakan metode perencanaan
yang didasarkan atas analisa data konsumsi perbekalan farmasi pada tahun
sebelumnya.
Metode ini digunakan untuk kasus-kasus umum yang ada di Puskesmas
Jetis. Sedangkan metode epidemologi merupakan metode perencanaan
berdasarkan data kunjungan, frekuensi penyakit dan standar pengobatan yang
ada. Perencanaan tahunan obat dan bahan medis habis pakai di puskesmas
dilakukan berjenjang. Dokumen pada perencanaan tiga tahunan dijadikan
Rencana Kebutuhan Obat (RKO).
Tujuannya sebaga dasar perencanaan pengadaan obat kabupaten oleh
Dinas kesehatan sebagai contoh RKO tahun 2019 dignakan sebagai dasar
digunakan sebagai dasar perencaan pada tahun 2021. Pembuatan RKO di
Puskesmas Jetis menggunakan metode konsumsi yaitu perhitungan yang
digunakan berdasarkan jumlah obat yang digunakan periode sebelumnya
dengan menggunakan rumus :
((Pemakaian rata-rata x 12 bulan )+ Buffer stock + Lead time)- Sisa stock)
Dikarenakn dalam pengadan obat tidak mudah maka hasil dari perhitungan di
tambahkan 10-20% untuk mencegah kekurangan stok selama pengadaan.
Permintaan Sediaan Farmasi Dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)
Permintaan serta pengadaan sediaan farmasi dan bahan medis habis
pakai di Puskemas Jetis dibuat setiap 1 bulan sekali dengan cara membuat
LPLPO (Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat) yang disesuaikan
dengan usulan perencanaan yang terverifikasi oleh Dinas Kesehatan. Hal ini
bertujuan agar instalasi farmasi di Puskesmas tidak kehabisan stok dan
mempercepat proses pengadaan sediaan.
Pengadaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai di Puskesmas
dapat menggunakan dua cara yaitu permintaan obat ke Dinas kesehatan dengan
mengunakan surat LPLPO dan pengadaan dengan pembelian secara langsung
melalui apotek/PBF dengan dokumen resmi berupa resep/ Surat pesanan (SP)
jika obat yang dibutuhkan tidak tersedia di Dinas Kesehatan.
Apabila pada saat pelayanan di puskesmas terdapat peningkatan jumlah

2
penggunaan atau kejadian luar biasa (KLB) seperti gempa bumi, bencana alam
dan lain-lain. dan persediaan obat digudang habis maka dapat melakukan
permintaan kembali diluar LPLPO pada Dinas Kesehatan dengan melampirkan
surat BON. Surat bon dibuat dengan cara mengajukan permohonan permintaan
obat yang ditujukan kepada dinas kesehatan kabupaten kota. Didalamnya
terlampir nama, jumlah dan jenis obat yang dibutuhkan puskesmas dan
ditandatangani oleh kepala puskesmas dan apoteker penanggung jawab di
puskesmas.
Penerimaan Sediaan Farmasi Dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)
Penerimaan sediaan famasi dan bahan medis habis pakai yang datang
ke Puskesmas Jetis akan diperiksa kelengkapannya oleh apoteker meliputi
nama dan potensi, tanggal kadaluarsa, jumlah dan kondisi fisiknya dan
menyesuaikan kecocokan barang dengan faktur dan LPLPO, kemudian di
tandatangani oleh apoteker dan diketahui oleh Kepala Pusksmas.
Apabila tidak memenuhi syarat maka puskesmas dapat mengajukan
keberatan. Pemeriksaan kelengkapan tersebut akan di dokumentasikan pada
kartu stok masing-masing sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai.
Tujuannya adalah untuk mendapatkan informasi tentang jenis obat, jumlah obat
yang terpakai, dan sisa obat yang ada di gudang farmasi dan Hasil pengisian
katru stok dapat digunakan sebagai dasar untuk perencanaan pengadaan dan
pembuatan LPLPO
Penyimpanan Sediaan Farmasi Dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)
Penyimpanan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai di
Puskesmas Jetis dilakukan di gudang farmasi yang letaknya berada di ruang
yang sama dengan poli farmasi Puskesmas. Tujuan penyimpanan adalah agar
mutu sediaan farmasi yang tersedia di Puskesmas dapat dipertahankan sesuai
dengan persyaratan yang ditetapkan (Depkes RI, 2016).
Gudang farmasi Puskesmas Jetis dilengkapi dengan Air
Conditioner(AC) untuk menjaga stabilitas suhu ruang penyimpanan sehingga
mutu dari obat – obat tersebut dapat terjaga dengan baik dan terhindar dari
sinar matahari langsung. Suhu penyimpanan ruang tersebut di atur pada suhu ±
250C.

2
Selain itu, gudang farmasi Puskesmas Jetis juga dilengkapi dengan kulkas
untuk menyimpan sediaan obat yang perlu disimpan pada suhu dingin atau
beku seperti suppositoria. Sistem penyimpanan sediaan farmasi dan bahan
medis habis pakai menggunakan metode kombinasi dari alfabetis , bentuk
sediaan, berdasarkan suhu penyimpanan FEFO (First Expired First Out) dan
FIFO (First In First Out).

Gambar 3. Rako bat di ruang pelayanan dan Gudang penyimpanan


Penyimpanan obat - obat khusus seperti vaksin, suppositoria, obat
psikotropika dan obat anti tuberkulosis (OAT) disimpan terpisah sesuai dengan
persyaratan. Rak penyimpanan supposioria dan ATS d bagan dalam lemari es
pada suhu 2 - 8oC dipantau dan di kelola oleh bidan pengelola vaksin dibawah
pengawasan apoteker. Obat psikotropika disimpan dilemari khusus 2 pintu dengan
kunci yang terbuat dari bahan yang kuat, tidak mudah dipindahkan dan
mempunyai dua kunci yang berbeda. Kunci pertama lemari di pegang oleh
Apoteker Puskesmas dan kunci kedua dipegang oleh kepala puskesmas. Kunci
lemari di pegang oleh Apoteker Puskesmas. Selanjutnya obat anti tuberkolusis
(OAT) yang merupakan Fixed Dose Combination untuk pasien TBC sehingga
disimpan terpisah dengan pelabelan nama pasien pada setiap kotaknya.

2
Gambar 4. Lemari Narkotika Psikotropika
Pendistribusian Sediaan Farmasi Dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)
Puskesmas Jetis menerapkan sistem distribusi floor stock, individual
prescribing dan UDD (Unit Dose Dispensing). Floor stock yaitu persediaan obat
di ruangan seperti IGD, ruang rawat inap, ruang bersalin dan ruang pelayanan.
Sistem distribusi Individual prescribing lebih banyak diterapkan pada pasien
rawat jalan yaitu resep obat yang diberikan oleh dokter kepada pasien untuk
ditebus di pelayanan farmasi(obat).
Unit Dose Dispensing sistem distribusi ini diterapkan pada pasien rawat
inap dengan cara diserahkan kepada pasien dalam dosis sekali minum atau dosis
terbagi untuk pemakaian 24 jam. Penyerahan dilakukan oleh penyerahan obat
dilaksanakan oleh bidan/perawat yang sedang bertugas diruang rawat inap yang
telah diberi pelatihan oleh Apoteker.
Pemusnahan Dan Penarikan Sediaan Farmasi Dan Bahan Medis Habis Pakai
(BMHP)
Pemusnahan sediaan farmasi dilakukan apabila produk tidak memenuhi
persyaratan mutu seperti obat kadaluarsa, obat rusak, dan obat yang dicabut izin
edarnya. Kegiatan pemusnahan di puskesmas Jetis dilakukan hanya sampai tahap
membuat formulir daftar sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai yang akan
dimusnahkan, obat tersebut dikumpulkan sementara digudang farmasi selama

2
menunggu pemberitahuan dari Dinas kesehatan kabupaten untuk dikumpulkan ke
dinas kesehatan setempat.
Pengendalian Sediaan Farmasi Dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)
Pengendalian sediaan farmasi dilakukan dengan mengontrol dan mengecek
setiap barang pada kurun waktu tertentu, tujuan dilakukan untuk mengetahui
apakah ada barang yang hilang, rusak dan kedaluarsa. Kegiatan yang dilakukan
untuk mendukung tujuan tersebut bisa dilakukan bersamaan saat melakukan stok
opname bulanan atau tiap enam bulan sekali. Bila ditemukan sediaan farmasi yang
kadaluarsa, hilang atau rusak maka hal yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Sediaan farmasi yang rusak/kadaluwarsa
untuk sediaan farmasi yang rusak/kadaluwarsa dipisahkan dengan yang
belum memasuki waktu kadaluwarsa kemudian dicatat dalam dokumen obat
kadaluwarsa dan rusak. Pencegahan stok kadaluwarsa dilakukan dengan
mencatat tanggal kadaluwarsa dengan tulisan jelas dan besar di kemasan obat.
Pada Puskesmas Jetis dilakukan penempelan label tanggal kedaluarsa pada
kotak tiap obat, upaya ini dilakukan untuk menjaga agar sediaan farmasi yang
diberikan kepada pasien tetap aman jauh sebelum tanggal kadaluwarsa.
Untuk sediaan obat yang waktu kadaluwarsanya kurang dari tiga bulan
dapat sounding atau memberitahukan kepada dokter puskesmas agar stok
habiskan dengan cara menyarankan dokter untuk meresepkan obat tersebut.,
namun dengan syarat bila obat tersebut adalah obat yang fast moving atau
yang sering dikonsumsi oleh pasien.
Alternatif lain dapat menawarkan kepada puskesmas lain yang lebih
membutuhkan agar stok segera digunakan. Pencegahan kerusakan dilakukan
dengan mengkondisikan gudang penyimpanan sesuai persyaratan gudang
penyimpanan. Untuk obat yang telah melewati masa kadaluwarsa bisa
dikumpulkan untuk kemudiaan dibuatkan berita acara pemusnahan yang akan
dilakukan oleh Dinkes Kesehatan setempat.
Sediaan farmasi dan BMHP yang dalam keadaan rusak, dilihat dahulu
tingkat kerusakannya memperngaruhi mutu obat atau tidak. Bila itu kerusakan
minor atau tidak mempengaruhi mutu khasiat obat contohnya seperti sediaan

2
situp yang box kemasan sekundernya rusak atau penyok maka masih bisa
diberikan tanpa menggunakan box kemasan sekundernya. Namun bila kondisi
rusak yang major yang sudah membahayakan keselamatan bila diberikan pada
pasien seperti vaksin yang saat penyimpanan suhunya tidak terjaga dalam
kurun waktu yang lama. Maka sebaiknya disingkirkan dikumpulkan dan
dibuatkan berita acara pemusnahan pada Dinkes Kabupaten, atau bila itu
BMHP yang dibeli melalui distributor bisa melakukan return barang.
b. Sediaan farmasi yang hilang
Pada Puskesmas Jetis upaya untuk mengontrol penanganan sediaan
farmasi dan BMHP yang hilang dilakukan dengan selalu membuat catatan
barang keluar masuk. Hal ini dimaksud untuk menjadi bukti tertulis bila
nantinya ada kesalahan jumlah stok yang tersedia dengan yang seharusnya
ada.
Namun bila terjadi kejadian kehilangan sediaan farmasi dan BMHP
maka penanganan yang dilakukan yaitu apabila terjadi kehilangan maka
dilaporkan kepada Kepala Puskesmas untuk dibuat berita acara selanjutnya
dilaporkan kepada pihak yang berwajib untuk di tindak lanjuti. Penanganan
kehilangan sedian farmasi dan BMHP dapat dicegah dengan mengunci gudang
dan mengecek secara berkala kesesuaian stok.

Pencatatan Pelaporan, Pengarsipan Sediaan Farmasi Dan Bahan Medis


Habis Pakai (BMHP)
Kegiatan pencatatan Pelaporan, Pengarsipan meliputi pelaporan Rencana
Kebutuhan obat setiap tahun (RKO), pencataan LPLPO setiap bulan, dan
pelayanan informasi (PIO) setiap bulan pelaporan obat rasional (POR) setiap
bulan sesuai indikator (tabel), pelaporan rata-rata item obat per resep setiap bulan.
Puskesmas Jetis melakukan pengarsipan dengan kartu stok gudang, buku
distribusi, pemakaian psikotropika, pencatatan obat kadaluwarsa pemakaian obat
dan Jumlah resep.

C. Pelayanan Farmasi Klinis di Puskesmas


Pelayanan yang diberikan oleh Puskesmas Jetis terbilang lengkap
dimana meliputi klinik bersaling 24 jam, poli umum, gigi, lansia,

3
laboratorium (EKG,

3
USG), klinik konsultasi psikologi, KB, dan imunisasi. Jam operasional
pelayanan Puskesmas Jetis adalah bebagai berikut :
Tabel 2. Jadwal pelayanan normal Puskesmas Jetis
No Hari Pagi Sore
Jam Jam Jam Jam
pendaftaran Pelayanan pendaftaran Pelayanan
1 Senin s.d 07.30-11.00 08.00-14.30 14.00-17.00 14.00-19.00
Kamis
2 Jum’at 07.30-09.30 08.00-13.00 14.00-17.00 14.00-19.00

3 Sabtu 07.30-10.00 08.00-13.00 14.00-17.00 14.00-19.00

4 Minggu 08.00-10.00 08.00-12.00 - -


5 Senin s.d Rawat Inap Persalinan 24 jam
Minggu
Saat ini Puskesmas Jetis sedang melakukan renovasi perbaikan
gedung oleh karena itu pelayanan kesehatan Puskesmas Jetis di bagi
menjadi 2, yaitu pelayanan KIA dan PPGM (Pelayanan Perawatan Gigi dan
Mulut) di tempatkan di Puskesmas Induk yang ada di Jl. Pangeran
Diponegoro No.91, Bumijo, Kec. Jetis, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa
Yogyakarta 55231.
Sedangkan pelayanan lansia dan penyakit infeksius dan non
infeksius di pindahkan ke puskesmas sementara yang beralamat di Bumiijo.
Pada masa pandemi seperti ini jam pelayanan puskesmas jetis mengalami
perubahan. Jadwal pelayanan Puskemas Jetis dimasa pandemic Covid-19
mengalami perubahan jam operasional pelayanan, yaitu :
Tabel 3. Jadwal Pelayanan Puskesmas Jetis Dimasa Pandemi
No Hari Pagi
Jam Jam
pendaftaran Pelayanan
1 Senin s.d Kamis 07.30-10.30 08.00-14.30
2 Jum’at 07.30-09.30 08.00-11.30
3 Sabtu 07.30-10.00 08.00-13.00
4 Senin s.d. Minggu Rawat Inap Persalinan 24 jam
Jenis pelayanan Kesehatan yang ada di Puskesmas Jetis adalah :
a. Pelayanan Umun, KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) dan Lansia
‾ Pelayanan Umun, Anak dan Lansia
‾ Pemeriksaan ibu hamil (ANC Terpadu / Ante Natal Care Terpadu)

3
‾ Pemeriksaan Bayi/ balita sehat (imunisasi BCG, IPV dan Pentavalen,
MR, Pemeruksaan Tumbuh Kembang)
‾ Pemeriksaan KB (IUD, Implant, Suntik, Pil, Kondom dan
pemeriksaan IVA, IMS) sesuai dengan jadwal kontrol
‾ Pemeriksaan dan imunisasi calon pengantin dan suntik TT
‾ Tindik bayi (0-9 bulan)
b. Pelayanan pemeriksaan Gigi dan Mulut
c. Pelayanan Gawat Darurat
d. Pelayanan Rawat Inap persalinan
e. Pelayanan kefarmasian dan laboratorium
f. Pelayanan klinis konsultasi
‾ Konsultasi Gizi
‾ Konsultasi Psikologi Klinis
‾ Konsultasi Sanitasi
‾ Konsultasi ASI
g. Pelayanan Khusus Remaja, pemeriksaan siswa/calon pekerja/pekerja,
Buta warna, surat keterangan sakit dan pemeriksaan kesehatan calon
jamaah Haji.
h. Pelayanan Tindakan Medis : EKG, Perawatan & Jahit Luka, Tindik,
Oksigenasi, Nebulizer, minor surgery
3. UKM Essensial dan Perkesmas
‾ Pelayanan Promosi Kesehatan
‾ Pelayanan KIA-KB
‾ Pelayanan Gizi
‾ Kesehatan Lingkungsn
‾ Pencegahan dan pengendalian penyakit
4. UKM Pengembangan
‾ Kesehatan Jiwa
‾ Kesehatan Olahraga
‾ Kesehatan Gizi Masyarakat
‾ Kesehatan Remaja

3
‾ Kesehatan Lansia
Dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan di Puskesmas Jetis melakukan beberapa
program inovasi di antaranya :
1. KELAMBU (Kelasmya Kaum Ibu)
Kelambu merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang
melibatkan kader pendamping ibu hamil dan ibu menyusui di wilayah
Cokrokusuman. Tujuan dari kegiatan kelambu ini adalah
‾ Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan kader ibu hamil tentang
kesehatan Ibu Hamil secara menyeluruh
‾ Meningkatkan kemauan ibu hamil untuk pemeliharaan kesehatan secara
mandiri
‾ Meningkatnya dukungan dan peran aktif para pemangku kebijakan /
wilayah dalam upaya meningkatkan kualitas kesehatan Ibu Hamil, Bayi,
Balita
2. SING SABAR (Skrining Sadurunge Babaran)
Kegiatan ini dilakukan untuk ibu hamil terutama di trisemester 3
kehamilan (mulai kehamilan 36 minggu) ke Puskesmas Jetis. Tujuan
dilakukan kegiatan ini adalah :
‾ Utk mengetahui apakah pemeriksaan yg diperlukan selama kehamilan
sudah lengkap
‾ Apakah ibu hamil tsb layak / dapat bersalin di Puskesmas Jetis
‾ Utk mengetahui apakah ibu hamil tsb perlu dirujuk ke Faskes yg lebih
tinggi
‾ Utk mengetahui apakah syarat adiministrasi yg diperlukan utk jaminan
biaya, penerbitan surat ket.lahir, akte kelahiran, KIA, C1 baru, dll sudah
lengkap
‾ Utk mendapatkan konseling / tanya jawab seputar persiapan persalinan
3. Pokjanal Posyandu
4. LIPSTIK CETAR di Farmasi
Merupakan singkatan dari Lengkap Informasi Penggunaan Obat di
Kemasan, Cetak Label Secara Elektronik. Merupakan kegiatan yang

3
dilakukan untuk menambah pengetahuan tentang obat agar pasien bisa
dengan mudah minum obat. Kegiatan ini dilakukan dengan menempelkan
stiker label atau etiket obat. Keuntungan meminimalisir adanya kerusakan
terhadap obat, penulisan etiket obat lebih jelas.
Selain kegiatan pelayanan kesehatan yang sudah dijelaskan diatas, berikut alur
pelayanan kefarmasian di puskesmas Jetis :
1. Pelayanan Kefarmasian Rawat Jalan :
Pelayanan kefarmasian rawat jalan di Puskesmas Jetis meliputi
pelayanan resep, pelayanan informasi obat dan pelayanan konseling.
Pelayanan resep terdiri dari penerimaan resep, skrining resep, penyiapan dan
peracikan obat, penyerahan dan pemberian informasi obat.
a. Pengkajian dan Pelayanan Resep

1) Penerimaan Resep
Sistem peresepan yang ada di Puskesmas Jetis sudah menggunakan
sistem komputer, dimana semua sudah bisa saling terhubung oleh sistem
antara dokter, perawat maupun apoteker. Penerimaan resep di Puskesmas
Jetis dilakukan oleh apoteker/tenaga teknis kefarmasian. Kemudian
dilakukan skrining resep dengan memeriksa kelengkapan resep meliputi
persyaratan administrasi meliputi tanggal resep, nama pasien, tujuan
periksa (ruangan/unit asal resep), umur dan berat badan.
Persyaratan farmasetik meliputi kesesuaian obat, bentuk dan
kekuatan sediaan, dosis, jumlah obat, aturan dan cara penggunaan.
Persyaratan klinis meliputi ketepatan indikasi, dosis dan waktu
penggunaan obat, duplikasi pengobatan, interaksi, alergi, efek samping
obat, serta kontra indikasi.

2) Penyiapan Obat
Penyiapan obat dilakukan sesuai dengan permintaan pada resep
baik racikan maupun non racikan. Pada Puskesmas Jetis penyiapan obat
di ruang racik puskesmas sudah di kemas dalam kantung kantung
obat,

3
sehingga memudahkan proses penyiapan obat. Kemudian obat yang
sudah disiapkan dimasukkan diberi etiket.
Salah satu permasalahan dalam penyiapan obat yaitu adanya obat
diresepkan oleh dokter tidak tersedia di gudang obat Puskesmas. Hal ini
mengakibatkan adanya penggantian obat dalam peresepan. Penyelesaian
masalah ini dilakukan dengan cara mengkomunikasikan dan meminta
persetujuan dari dokter atas pergantian obat tersebut.

3) Pengemasan dan Penandaan


Pengemasan obat di Puskesmas Jetis dilakukan sesuai dengan
bentuk sediaan. Obat dalam bentuk sediaan tablet dan kapsul dikemas
dalam wadah plastik sedangkan bentuk sediaan puyer dikemas dengan
kertas khusus puyer. Setelah obat dikemas kemudian dilabel dengan
etiket. Pada Puskemas Jetis etiket sudah menggunakan etiket cetak
elektronik, sehingga tidak usah lagi menggunakan etiket tulis tangan.
Hal ini selain untuk memudahkan penempelan etiket juga
memperkecil kesalahan administasi dan penyiapan obat. Format tulisan
etiket terdiri dari tanggal resep, nama pasien, nama obat, aturan pakai,
khasiat obat dan bentuk sediaan. Etiket putih digunakan untuk obat
penggunaan oral, sedangkan etiket biru digunakan untuk obat pemakaian
luar.

Gambar 5. Contoh etiket yang ada di Puskesmas Jetis

3
4) Penyerahan Obat
Sebelum obat diserahkan, apoteker/asisten apoteker selalu
memastikan kembali kesesuaian obat yang akan diserahkan dengan resep
dokter (double checking). Penyerahan obat di puskesmas Jetis dibagi
menjadi dua tempat penyerahan yaitu penyerahan obat untuk resep non
infeksius biasa di tandai dengan penomoran resep 1, sedangkan untuk
resep dengan penomoran 2 diserahkan pada bagain penyerahan untuk
resep obat infeksius.
Setelah pengecekan sesuai, pasien dipanggil kemudian
memastikan identitas pasien seperti nama, jenis kelamin, umur dan
alamat pasien yang bertujuan agar tidak terjadi kesalahan dalam
penyerahan obat kepada pasien, selanjutnya melakukan penyampaian
informasi terkait obat seperti nama obat, indikasi, aturan pemakaian, cara
pemakaian, lama pemakaian dan penyimpanan serta terapi non
farmakologi. Selama proses penyerahan obat di puskesmas jetis selalu
menerapkan protokol Kesehatan pencegahan Covid-19.
2. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan Informasi Obat (PIO) di Puskesmas dilakukan pada saat
penyerahan obat ke pasien. Penyampaian informasi menggunakan bahasa
yang sopan dan ramah serta menggunakan istilah yang mudah dimengerti
oleh pasien. Informasi yang harus diberikan kepada pasien diantaranya
nama obat, indikasi, aturan pemakaian, cara pemakaian, lama pemakaian,
efek samping obat, interaksi obat, kontraindikasi, dan terapi non
farmakologi.
Pelayanan Informasi Obat (PIO) di Puskesmas Jetis dilakukan
secara aktif dan pasif, dimana pelayanan bersifat aktif apabila apoteker
memberikan informasi obat dengan tidak menunggu pertanyaan melainkan
secara aktif memberikan informasi obat, misalnya penerbitan buletin,
brosur, leaflet. Kegiatan pelayanan informasi yang bersifat aktif lainnya
adalah dengan melakukan Kegiatan Promosi Kesehatan/Penyuluhan.
Sedangkan pelayanan bersifat pasif apabila apoteker memberikan
informasi obat sebagai jawaban atas pertanyaan yang diterima.

3
3. Pelayanan Konseling
Pelayanan konseling di Puskesmas dilakukan pada saat penyerahan
obat. Tahap-tahap konseling yang dilakukan yaitu:

a. Memperkenalkandiridanmemintawaktu untuk konseling.


b. Menanyakandan mencatat data lengkap pasien
c. Menanyakan keluhan pasien, dan riwayat penggunaan obat,
d. Menanyakanapakahresep baruatau resep ulangan, jika resep ulangan
maka dilakukan show and tell.

e. Jika resep ulangan, maka Apoteker menanyakan three prime questions


berkaitan dengan obat yang didapat pasien yakni:
1) Apa yang disampaikan dokter tentang obat yang diberikan?
2) Bagaimanacara penggunaan obat yang disampaikan dokter?
3) Harapanapa yang disampaikan dokter setelah meminum obat?
f. Menjelaskan kepada pasien tentang nama obat, dosis obat, indikasi
obat, aturan pakai minum obat, lama pemakaian obat, efek samping,
kontraindikasi, interaksiobat, cara penyimpanan obat dan terapi non
farmakologi yang mendukung Agar tidak ada informasi yang terlewat
maka pasien diminta untuk mengulang kembali apa saja yang sudah
dijelaskan Apoteker
g. Menanyakan kembali apakah ada informasi yang belum jelas tentang
obat yang akan pasien gunakan.
h. Memberikan nomor hp Apoteker kepada pasien jika sewaktu- waktu
pasien kurang jelas dapat menghubungi apoteker.
i. Mengucapkan terimakasih, semoga lekas
Adapun kegiatan konseling diberikan pada pasien dengan penyakit
kronis dengan penggunaan obat jangka panjang, pasien geriatrik maupun
pediatrik. pasien dengan pemberian obat indeks terapi sempit, dan pasien
yang mendapatkan polifarmasi serta pasien yang mendapatkan obat
dengan intruksi khusus.

3
4. Pemantauan terapi obat (PTO)
Di puskesmas Jetis tidak melakukan pemantauan terapi obat untuk
pasien rawat inap. Hal ini dikarenakan pasien yang menjalani rawat inap
merupakan pasien bersalin dimana pasien dalam kondisi sehat dan masa
rawat inap rata-rata tidak lebih dari 2 hari. sehingga PTO hanya dilakukan
pada pasien- pasien TB, AIDS, jiwa dan pasien dengan penyakit
degeneratif.

Pada hari rabu ada jadwal pengambilan obat untuk pasien TB, saat
penyerahan obat inilah juga dilakukan pemantauan terhadap kondisi
pasien, kepatuhan dan kemungkinan terjadinya efek samping. Karena
dimasa pandemi Covid 19, Puskesmas Jetis Bersama dengan apparat desa
dan pemerintah ikut memantau juga keadaan pasien yang positif terpapar
Covid 19 di desa binaan puskesmas, dengan melakukan pemantau
online via whatshap grup.

5. Evaluasi penggunaan obat (EPO)

Evaluasi penggunaan obat merupakan kegiaan untuk mengevaluasi


penggunaan obat secara terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin
obat yang digunakan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau (rasional).
Tujuan evaluasi penggunaan obat yaitu untuk mendapatkan gambaran pola
penggunaan obat pada kasus tertentu dan melakukan evaluasi secara berkala
untuk penggunaan obat.

Salah satu kegiatan EPO yang dilakukan dipuskesmas yaitu terkait


evaluasi POR (Penggunaan Obat Rasional). POR merupakan program
kementrian kesehatan yang ditujukan kepada puskesmas untuk memantau
penggunaan obat yang rasional di wilayah kerjanya. Penggunaan obat
rasional adalah apabila pasien menerima pengobatan sesuai dengan
kebutuhan kinisnya, dalam dosis yang sesuai dengan kebutuhan, dalam
periode waktu yang sesuai dan dengan biaya yang terjangkau oleh dirinya
dan kebanyakan masyarakat. Kementrian kesehatan memerintahkan untuk
memantau 3 penyakit murni yang berpotensi terjadi penggunaan obat yang
tidak rasional diantaranya ISPA non pneumonia, diare non spesifik,
3
myalgia.

4
Indikator yang dipantau dari 3 penyakit tersebut yaitu persentase
penggunaan antibiotik terhadap pengobatan penyakit ISPA non pneumonia
(JOO), persentase penggunaan antibiotik terhadap penyakit diare non
spesifik (AO9), dan persentase penggunaan injeksi terhadap pengobatan
penyakit myalgia (M791). Batas toleransi yang diberikan oleh WHO untuk
persepan penyakit ISPA non spesifik yang menggunakan antibiotik sebesar
<20%, untuk peresepan pada diare non spesifik yang menggunakan
antibiotik sebesar <8%, dan untuk peresepan penyakit myalgia yang
menggunakan injeksi sebesar <1%. Namun untuk saat ini, pemantauan
tentang injeksi myalgia sudah tidak dilakukan karena kasusnya yang jarang
sehingga myalgia tidak lagi sebagai indikator POR.

Kegiatan POR di puskesmas Jetis dilakukan dengan melakukan


sampling pada penggunaan obat resep dengan diagnosis JOO,AO9 dan
M791. Sampel pasien diambil dari resep, 1 pasien per hari untuk setiap
diagnosis dan minimal 25 pasien dari tiap diagnosis per bulan dihitung 25
hari kerja. Apabila hari tersebut tidak ada pasien dengan diagnosis tersebut
maka diisi dengan pasien hari berikutya.

Bila pasien dengan diagnosis tersebut lebih dari 1,diambil pasien


dengan urutan pertama. Data dari sampel yang dikumpulkan kemudian
dianalisis sesuai indikator untuk selanjutnya dikirimkan ke dinas kesehatan
kabupaten/kota. Hasil analisis kemudian direkap dan dilaporkan ke
kementrian kesehatan RI.

6. Visite
Visite merupakan kegiatan kunjungan kepada pasien rawat inap
yang dilakukan secara mandiri atau bersama tim profesi kesehatan lainnya.
Tujuan dilakukannya visite yaitu memeriksa obat pasien, memberikan
rekomendasi kepada dokter dalam pemilihan obat dengan
mempertimbangkan diagnosis dan kondisi klinis pasien, memantau
perkembangan klinis pasien yang terkait dengan penggunaan obat dan

4
berperan aktif dalam pengambilan keputusan tim profesi kesehatan dalam
terapi pasien.
Adapun kegiatan visite mandiri yang dilakukan apoteker di
Puskesmas Jetis kami baru memiliki kesempatan untuk mengikuti visite
pada tanggal 24 Agustus 2021 yang dilakukan kepada pasien pasca bersalin.
Visite tersebut dilakukan dengan cara visite mandiri tanpa dokter, sehingga
apoteker memeriksa obat yang diterima pasien pasca melahirkan tersebut
serta meninjau rekam medik pasien untuk mengetahui obat-obat apa saja
yang diterima selama proses melahirkan dan pasca melahirkan, hal tersebut
dilakukan agar dapat mengetahui dan follow up terkait penggunaan obat
yang rasional serta untuk mencegah terjadinya reaksi alergi obat.

D. Program Promosi Kesehatan Mayarakat


Promosi kesehatan dipuskesmas merupakan tanggung jawab
bersama antara petugas, pengunjung maupun masyarakat. Petugas
puskesmas diharapkan menjadi teladan perilaku sehat dimasyarakat dan
melahirkan gerakan pemberdayaan masyarakat. Sedang para pengunjung
puskesmas yaitu para pasien dan keluarganya dapat menerapkan perilaku
sehat juga aktif menjadi penggerak atau kader kesehatan dimasyarakat.
Program Promosi Kesehatan dilaksanakan Bersama dengan
pertemuan rutin kader jiwa, promosi Kesehatan dengan mengusung tema
tentang covid-19 pelaksanaan dilakukan pada tanggal 14 Agustus 2021,
promosi Kesehatan yang dilakukan dengan menggunakan media presentasi
power point dan pembagian leafleat mengenai edukasi tentang Covid-19
dan macam macam vaksin. Sasaran dari promosi Kesehatan ini adalah
kader kader jiwa yang hadir pada promkes, diharapkan perwakilan kader
kader tersebut akan membawa informasi mengenai edukasi covid 19 ke
lingkungannya masing masing.
E. IPE (Interpersonal Education)
Interprofessional Education melibatkan 2 orang atau lebih dengan
profesi kesehatan yang berbeda dan bersama-sama saling berinteraksi
untuk

4
meningkatkan pelayanan kesehatan. Kegiatan IPE di puskesmas jetis salah
satunya adalah dalam kegiatan posyandu dimana dalam kegiatan tersebut
melibatkan berbagai bidang Kesehatan seperti perawat, bidan, alhi gizi dan
farmasis. Ada juga kegiatan vaksinasi masal untuk vaksin covid 19,
didalam kegiatan ini juga dapat memfasilitasi berjalannya proses IPE
dengan terjalin kerja sama antara perawat, dokter dan farmasi.

4
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan

1. Mahasiwa mendapat pengalaman praktis mengenai peran dan tugas


seorang apoteker di Pelayanan Puskemas diantaranya pelayanan
kefarmasian rawat jalan dan rawat inap (pasien bersalin); pengkajian dan
pelayanan resep; PIO; pelayanan konseling dan homevisit; pemantauan dan
pelaporan ESO; dan evaluasi penggunaan obat yang rasional.

2. Mahasiswa menjadi menambah pengetahuan mengenai kegiatan profesi


kefarmasian di Puskesmas Jetis adalah pengelolaan obat, alkes, dan BMHP
seperti perencanaan dan permintaan, penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian obat, pengendalian obat, pencatatan dan pelaporan,
monitoring dan evaluasi pengelolaan obat.
3. Mahasiswa mampu menerapkan komunikasi atar tenaga medis yang ada di
Puskemas Jetis mengenai masalah yang muncul selama melakukan PKPA.

B. Saran

1. Diperpanjangnya waktu atau durasi PKPA di Puskesmas sehingga ilmu


dan pengalaman yang diperoleh oleh mahasiswa profesi lebih optimal dan
kegiatan pembelajaran di puskesmas dapat dimaksimalkan.

2. Diharapkan agar kerja sama antara Puskesmas Jetis dengan Fakultas


Farmasi Universitas Ahmad Dahlan dapat tetap berlanjut sebagai tempat
PKPA Puskesmas bagi calon Apoteker lainnya.

4
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, 2016, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74


tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas,
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Depkes RI 2015, Peraturan Menteri Kesehatan republik Indonesia Nomor 46
tahun 2015 tentang akreditasi puskesmas, klinik pratama, tempat praktik
mandiri dokter, dan tempat praktik mandiri dokter gigi, Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Depkes RI, 2019, Peraturan Menteri Kesehatan republik Indonesia Nomor 43
tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta
Depkes RI, 2016. Peraturan Menteri Kesehatan republik Indonesia Nomor 74
tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Freeth, D,. Hammick, M,. Reeves, S,. Koppel, I,. Barr, H., 2005, Effective
Interprofessional Education: Development, Delivery & Evaluation,
Oxford, UK: Blackwell.
World Health Organization. Departement of Human Resources for Health.
Framework for Action on Interprofessional Education and Collaborative
Practice, 2010.

4
LAMPIRAN

4
Lampiran 1. Formular Skrining Resep

4
Lampiran 2. Form Lembar LPLPO

4
Lampiran 3. Formulir Rencana Kebutuhan Obat

4
Lampiran 4. Faktur Pembelian Obat

5
Lampiran 5. Lembar Monitoring Pasien TBC

5
Lampiran 6. Buku Stok BMHP

5
Lampiran 7. Kegiatan Vaksinasi Covid 19

5
Lampiran 8. Formulir Monitoring Efek Samping Obat

5
Lampiran 9. Kegiatan Promkes

5
Lampiran 10. Leaflet Promkes “Covid-19”

5
Lapiran 11. Logbook Harian Kegiatan Puskesmas
LOGBOOK PUSKEMAS

Nama : Rizqi Tri Hapsari


No. Mhs 2008062116
Tahun Akademik : 2020/2021
Angkatan PSPA 41
Alamat Asal : Purwosari rt 03/ rw 07 Ciklapa Kedungreja Cilacap.
Jawa Tengah
Lokasi PKPA : Yogjakarta
Puskesmas : Jetis
Periode PKPA : Periode 1 (19 – 31 Juli 2021)

5
REALISASI KEGIATAN HARIAN PKPA MAHASISWA

Petunjuk Pengisian Lembar Kegiatan Harian PKPA mahasiswa


1. Mahasiswa wajib mengisi lembar kerja harian dan menuliskan semua kegiatan setiap hari
2. Semua kegiatan dimintakan tanda tangan preceptor

Materi Uraian kegiatan Hari/Tanggal Paraf


(Hasil Diskusi atau Praktek) Realisasi Preceptor
a. Aspek Legal  PMK No. 46 ttg Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, 30 juli 2021
Puskesmas Tempat Praktik Mandiri Dokter dan Dokter Gigi (diskusi
(Peraturan  PMK No. 75 ttg Puskesmas melalui Gmeet
dengan Bu
Perundangan  Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Yuni)
di
Puskesmas)
b. Akreditasi Akreditasi puskesmas Jetis dilakukan tiap 5 sekali. Puskesmas 30 juli 2021
Puskesmas Jetis Menyusun tim akreditasi sesuai dengan peraturan (diskusi
akreditasi 2015 dimana terdiri dari POKJA 9 BAB, berikut melalui
Gmeet dengan
adalah susunan Tim akreditasi Puskesmas Jetis.
Bu Yuni)

5
Pada Permenkes Terbaru tentang akreditasi puskesmas
terdapat pergantian isi Pokja yang tadinya ada 9 bab berubah
menjadi 5 bab. Akreditasi puskesmas seharusnya dilakukan tiap
3 tahun sekali. Namun karena masa peralihan dan belum ada
pengesahan untuk peraturan yang baru, maka Puskesmas Jetis
masih menggunakan peraturan yang lama namun juga sudah
mulai mengerjakan untuk peraturan yang baru.

c. Struktur Struktur organisasi puskesmas jetis 30 juli 2021


Organisasi (diskusi
dan SDM melalui
Gmeet dengan
(sumber daya
Bu Yuni)
manusia) di
Puskesmas

SDM yang dimiliki Puskesmas Jetis antara lain:

5
Struktur organisasi pada Puskesmas Jetis adalah sebagai
berikut:

d. Peran dan - melakukan perencanaan pengadaan obat dan BMHP Kamis/ 22 juli
Fungsi - mengelola dan mengatur keluar masuknya obat 2021
Apoteker di - melakukan pelayanan obat (Diskusi
Bersama Mba
Puskesmas - saat menangani pasien covid apoteker berperan untuk
Anggit)
menyiapkan obat yang digunakan untuk pasien yang isoman

e. Kebijakan - Pengadaan obat dan BMHP : pengadaannya dilakukan harus 31 juli 2021
Pengelolaan lewat e-katalog. Namun ada beberapa keadaan hal tersebut (Diskusi
obat dan tidak bisa dilakukan, seperti saat barang yang diminta tidak dengan mba
Yusnia)
Bahan Medis ada co : underpet (perlak yg dibutuhkan utk ibu melahirkan)
Habis pakai oleh poli ranap, pembalut dll. Kemudian pengadaan bisa
secara offline melalui BPF dengan melakukan surveio harga

6
(BHMP) di terlebih dahulu (biasanya dengan mengecek satu persatu BPF
Puskesmas untuk menanyakan kesesuaain biaya) bila barang dengan
harga sudah sampai kesepakatan. Dibuatlah permintaan.
- Permintaan yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan.
Kebutuhan ini dilihat dari buku defecta (buku habis) yang
mencatat :
 Kebutuhan BMHP yg stok nya menipis
 Sisa stok
 Kebutuhan bulanan
 Daftar PBF yang menyediakan BMHP
Kemudiaan pihak Farmasi membuat surat permintaan ke PBF.
Pembayaran dilakukan oleh bendahara Puskesmas karena harus
ada SPJ yang bisa dipertanggungjawabkan.
Ada beberapa barang yang tidak tersedia di BPF maka akan
dipenuhi dengan pembelian langsung (co: beli di mirota) bila
beli langsung secara cash harus <500.000 dan dilengkapi
dengan pembubuhan cap took tempat pembelian barang
tersebut.
f. Pengendalian Keguatan manajemen mutu puskesmas jetis :
Mutu  Penetapan indikator mutu
Pelayanan  Penerapan tata nilai
Kefarmasian  Audit internal (evaluasi terhadap temuan, dan
rencana tindak lanjut untuk meningkatkan kinerja)
 Membuat SOP

6
 Monitoring indikator mutu
 Melakukan rapat tinjauan manajemen mutu

g. Perencanaan ‾ Perencanaan : Menggunakan LPLPO yang disusun Rabu/21


dan berdasarkan pemakaian/ permintaan obat harian yang juli 2021
permintaan diperoleh dari hasil rekapitulasi SIMPUS setiap akhir (Diskusi
obat pelayanan. Laporan LPLPO disusun secara tahunan. Bersama
Mba
Anggit)
‾ Permintaan : setelah tersusun LPLPO kemudian akan
dikirim ke dinkes kab/kota melalui surat permintaan obat,
surat ini biasanya rangkap 2 (untuk arsip puskes dan yang
dikirim ke dinkes) 29 juli
Kemudian dari dinkes akan ditindak lanjuti permintaan 2021
tersebut dengan mengacu pada permintaan obat tahun lalu. (diskusi
LPLPO ada dua macam (LPLPO umum : untuk obat umum dengan
dan LPLOP covid: obat dan vaksin yang digunakan untuk Bu Bidan
Yuni
menangani covid 19).
mengenai
Berdasarkan LPLPO tersebut kemudian dinkes akan pengadaan
dijadwalkan jumlah permintaan obat selama perbulan. Bila vaksin
ada beberapa obat tambahan yang diluar jumlah yang covid 19)
ditetapkan oleh dinkes maka puskesmas bisa meminta
Kembali menggunakan surat BON kedinkes kab/kota dan
menggunakan SP bila ingin membeli BMHP.

6
h. Penerimaan, Rabu/21
penyimpanan, ‾ Penerimaan : pada saat obat datang dari dinkes ada surat juli 2021
dan distribusi berita acara serah teriman obat, kemudian Bersama (Diskusi
Bersama
obat di pegawai dinkes dan puskesmas dilakukan pengecekan obat
Mba
Puskesmas datang dan lembar LPLPO agar sesuai dengan jumlah yang Anggit)
diinginkan. Hal yang perlu di periksa Ketika obat datang :
-jumlah fisiknya sama dengan permintaan
- ED
- Keadaan barang fisiknya
- Kesesuaian barang yang datang dengan yang di lembar
permintaan

Kemudian bila barang sudah sesuai maka apoteker


menandatangi surat berita acara serah terima tersebut.
Namun bila ada obat yang tidak sesuai bisa langsung di
kembalikan.
Bila ingin mengembalikan barang yang tidak sesuai
keinginan (missal memiliki ED yang singkat) bisa
digunakan surat Return
‾ Penyimpanan : penyimpanan obat di puskesmas jetis
menggunakan system alfabetis, berbedaan bentuk sediaan,
dengan memperhatikan penempatan obat lasa dan high alert

6
‾ Distribusi obat : untuk pasien isoman covid dari pihak
puskesmas jetis menyiapkan paket obat isoman untuk ketiga
wilayah binaan puskesmas jetis. Untuk pengambilan
obatnya dilakukan oleh perangkat desa, saudara atau
surfiler yang tidak kontak erat dengan pasien positif.

i. Pengendalian Pengendalian obat dan pencatatan dilakukan dalam


obat, kartu stok, saat mengambil obat atau ada obat masuk di tulis ke
pencatatan dalam kartu stok. Di puskesmas jetis saat mengambil obat dari
dan pelaporan Gudang maka akan di tulis ke dalam 2 buku, yang pertama
buku putih dan kartu stok yang berada tidak jauh dari letak obat
itu disimpan. Setiap akhir bulan ditanggal 24 akan dilakukan
stoke opname yaitu untuk menghitung jumlah obat yang masih
tersisa di puskesmas, data ini kemudian mejadi salah satu
sumber untuk
perencanaan permintaan obat kepada dinkes.
j. Monitoring Kegiatan monitoring dan evaluasi pengelololaan obat di
dan puskesmas dilakukan salah satunya dengan melakukan kegiatan
evaluasi stok opname dan pencatatan pada kartu stok. Hal ini untuk
pengelolaan memantau ketersediaan barang obat fisik dengan yang tertulis
obat pada pelaporan.
k. Pelayanan Tgl 26 juli
kefarmasian 2021
rawat jalan

6
dan rawat Sudah di berikan tugas oleh preceptor
inap (minimal
2 per
mahasiswa)
(form
penyerahan
obat
terlampir)
l. Pengkajian Tgl 21 juli
dan 2021
pelayanan Sudah di berikan tugas oleh preceptor
resep
(minimal 2
per
mahasiswa)
(form
skrining resep
terlampir)
m. Pelayanan Pelayanan PIO yang dilakukan di puskesmas jetis.dilakukan 22 juli
informasi Bersama dengan pelayanan dan pemberian obat dengan 2021
obat (PIO) memberikan informasi tambahan pada pasien yang sekiranya (Diskusi
Bersama
dapat membantu terapi dari pasien. Informasi yang diberikan
Mba
kepada pasien selama PKPA di puskesmas jetis adalah: Anggit)
 Nama obat dan potensi

6
 Indikasi obat
 Cara minum obat (sesudah/sebelum makan,
dikunyah/dilarutkan, pagi/malam hari)
 Efek amping obat (missal : cetirizine efek sampingnya
mengantuk sehingga diminum pada malam hari setelah
selesai aktifitas)

n. Pelayanan Pelayanan konseling yang ada di puskesmas jetis dilakukan 22 juli


konseling Bersama dengan pelayanan dan penyerahan obat ke pasien, hal 2021
dan/atau ini dilakukan untuk tujuan memberikan pemahaman yang lebih (Diskusi
Bersama
home care bagi pasien saat hendak minum obat, yang nantinya dapat
Mba
memudahkan pasien untuk meminum obat. Anggit)
Pelayanan homecare : saat ini, dimasa pandemic puskesmas
jetis tidak mengadakan homecare. Namun ada program yang
dilakukan yaitu PISPK program ini dilakukan Bersama anggota
nakes yang lain dengan mengunjungi rumah pasien dan
memantau penggunaan obat secara langsung yang berada pada
Kawasan atau daerah huniannya.

6
a. Pemantauan Pelaporan MESO di puskesmas jetis di tulis pada buku khusus 23 juli 2021
dan pelaporanuntuk mencatat adanya ESO obat yang terjadi pada pasien. (Diskusi
Efek Samping Biasanya obat yang beberapa kali dilaporkan memiliki eso pada Bersama Mba
Anggit)
Obat (ESO) pasien di puskesmas jetis adalah amlodipine, captopril, dan
obat obatan TB.
Alur pemantauan meso dilakukan saat penyerahan obat, dimana
apoteker menanyakan adanya keluhan lain yang dirasakan
pasien setelah mengkonsumsi obat atau tidak.
Pelaporan : pelaporan meso dilakukan setiap ada kejadian
dilaporkannya ke pada BPOM dengan mengisi beberapa berkas
pelaporan yang ada di website MESO BPOM dengan
menghitung jumlah nilai Naranjo, kemudian bisa dikirim
melalui website khusus meso di BPOM via email dan dikirim
melalui pos dengan membuat laporan MESO pada lembar
kuning.
b. Pemantauan Pemantauan terapi obat yang dilakukan dengan menanyakan
terapi obat kepada pasien ada keluhan lain yang dirasakan, TD kemarin
(PTO) sebelum diperiksa dan saat diperiksa hari ini.

c. Evaluasi POR (evaluasi penggunaan obat yang rasional) ditandai dengan 30 juli 2021
penggunaan indicator kinerja peresepan obat rasional. Ada 4 indikator yang (Diskusi
obat rasional digunakan untuk evaluasi POR yaitu: Bersama Mba
Anggit)
- Penggunaan % AB ISPA non pneumonia

6
- Penggunaan % AB diare non spesifik
- Penggunaan % injeksi pada myalgia (namun pd puskesmas
jetis sudah jarang yang diobati dengan injeksi)
- Rerata jumlah item obat/resep
Dari keempat indicator tersebut, data diperoleh dari jumlah
pemakaian obat sehari hari dalam sebulan. Jumlah sampel yg
dibutuhkan adalah 25 sampel resep yang mengandung
indicator tersebut dengan diagnosis tunggal. Di ambil 25 resep
karena di asumsikan bahwa 1 bulan ada 25 hari waktu kerja di
puskesmas, sehingga diasumsikan satu resep dalam satu hari.
Cara menghitung indicator POR :
- Penggunaan antibiotika pada ISPA non pneumonia 100-a ×
(100/80)
a = persentase penggunaan antibiotika pada ISPA non
pneumonia Jika a ≤ 20%, maka persentase capaian indikator
100 %
- Penggunaan antibiotika pada Diare non spesifik 100-b ×
(100/92)
b = persentase penggunaan antibiotika pada Diare non
spesifik Jika b ≤ 8%, maka persentase capaian indikator 100
%
- Penggunaan injeksi pada Myalgia
100-c × (100/99)
c = persentase penggunaan injeksi pada Myalgia Jika c ≤ 1%,
maka persentase capaian indikator 100 %

6
- Rerata Item Obat yang diresepkan
- 100-d × 4 /1,4
d = (𝑟𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑖𝑡𝑒𝑚 𝑜𝑏𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑟 𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑟𝑒𝑠𝑒𝑝/4) x 100 %
Jika rerata item obat yang diresepkan ≤ 2,6, maka persentase
capaian indikator 100 %
Jika rerata item obat yang diresepkan ≥ 4, maka persentase
capaian indikator 0%

Kesimpulan :
Capaian POR akan lebih baik bila penggunaan % AB semakin
kecil. Begitu pula dengan rerata obat dlm resep semakin sedikit
obat yg digunakan maka capaian rereata resep akan semakin
besar. Dan resep dianggap semkain rasional. Begitu juga
kebalikannya.
Promosi 16
Promosi Kesehatan yang dilakukan pada tanggal 16 agustus
Kesehatan Agustus
2021 bersamaan dengan pertemuan kader jiwa dalam acara
a. Posyandu 2021
Kesehatan jiwa. Promkes yang kami bawakan mengenai
b. Poslansia vaksinasi covid 19. Media yang kami gunakan untuk
c. Promkes Obat melakukan promkes yaitu berupa ppt, video youtube tentang
Tradisional isolasi mandiri, dan leaflet bertemakan sama tentang vaksinasi
covid. Acara dilakukan sekitar jam 09.30 dihadiri oleh para
kader jiwa berjumlah 16 kader.
(Form PromKes
Terlampir) Berikut dokumentasi pelaksanaan promkes :

6
Interprofessional 24
Visite pasien
Education Agustus
a. Promkes Pasien rawat inap di puskesmas jetis merupakan pasien dari 2021
b. IPE dengan instalasi KIA yaitu pasien yang akan melahirkan. Apoteker
tenaga visit ke bangsal pasien rawat inap untuk monitoring kondisi
kesehatan pasien dan memastikan kepatuhan pasien minum obat yang di
Puskesmas berikan. Apoteker melihat rekam medis pasien seperti : status
yang lain pasien (diagnose), data objektif (suhu, tekanan darah), data
c. Ronde/Visite lab, Riwayat penyakit, Riwayat obat-obat yang diminum, dan
pasien mencatat keluhan yang dialami pasien.
(khusus
Puskesmas
Rawat Inap)

7
FORM 1
PENYERAHAN OBAT KEPADA PASIEN
Pasien 1
Nama Pasien Ny. YM
Jenis Kelamin Wanita
Alamat Cokrodiningratan JT 2/30 rt 16 rw 04
Tanggal Penyerahan 31 juli 2021
Nama Dokter Dr Adila
Diagnosa Hipertensi

Obat yang diserahkan :


No Nama Obat Dosis Aturan Durasi Aturan lain
Pakai
1. Amlodipin 5 mg 1 x sehari 30 hari Diminum
1 tablet pada malam
hari
2. Thiamin(Vit B1) 50 mg 1 x sehari 15 hari Diminum
1 tablet pada pagi
hari

Monitoring Obat yang perlu untuk disampaikan:


Monitoring Efek Terapi Monitoring Efek Samping
Monitoring Parameter Monitoring Parameter
Tekanan darah 140/90 mmHg Kaki bengkak Udem pada kaki
pasien (Udem) pasien
(Amlodipin)
Pola makan Kurangi
makanan yg
mengandung
garam

7
FORM 1
PENYERAHAN OBAT KEPADA PASIEN
Pasien 2
Nama Pasien Nn. AA
Jenis Kelamin Perempuan
Alamat Cokrodiningratan JT 2/136 rt15 rw 04
Tanggal Penyerahan 31 juli 2021
Nama Dokter Dr. Diah
Diagnosa Sudah 5 hari tidak bisa tidur pusing nyeri ulu hati,
mual muntah pasien memiliki Riwayat hipertensi

Obat yang diserahkan :


No Nama Obat Dosis Aturan Durasi Aturan lain
Pakai
1. Ranitidine 150 mg 2 x sehari 5 hari Diminum
setelah
makan
2. Amlodipine 10 mg 1 x sehari 30 hari Diminum
malam hari
setelah mkn
3. Domperidone 10 mg 3 x sehari 3 hari Diminum
jika
mual/muntah
4. Paracetamol 500 mg 3x sehari 3 hari Diminum
jika demam

Monitoring Obat yang perlu untuk disampaikan:


Monitoring Efek Terapi Monitoring Efek Samping
Monitoring Parameter Monitoring Parameter
Amlodipine 140/90 mmHg Kaki bengkak Udem pada kaki
Tekanan darah (Udem) pasien
(Amlodipin)
Paracetamol Suhu tubuh Nilai SGOT Bila nilai SGOT
Demam normal 36 Co
SGPT > 40 dan SGPT
> 53

7
FORM 2
SKRINING RESEP
Pasien 1
Nama Pasien Ny. YM
Jenis Kelamin Wanita
Alamat Cokrodiningratan JT 2/30 rt 16 rw 04
Tanggal Penyerahan 31 juli 2021
Nama Dokter Dr Adila
Isi Resep
(Hipertensi)

Skrining Administrasi
Kriteria Ada Tidak Ada Tidak
Nama Dokter  Umur Pasien 
SIP  Jenis 
Kelamin
Alamat Dokter  Berat badan 
Tgl Resep  Nama Obat 
TTD dokter  Potensi 
Nama Pasien  Dosis 
Alamat Pasien  Jumlah Obat 

Skrining Farmasetis
Kriteria Sesuai Tidak Pengatasan
Bentuk Sediaan 
Cara penggunaan 
Lama Penggunaan 
Potensi 
Frekuensi 

7
Waktu Pemberian  Saat penyerahan pasien di
obat berikan tetang waktu pemberian
obat,
Amlodipine digunakan pada
malam hari setelah makan
Thiamin bisa digunakan pada
pagi hari setelah sarapan.

Skrining Klinis
Kriteria Ada Tidak Pengatasan
Ada Indikasi tidak
ada obat

Ada obat tidak ada 


indikasi
Pemilihan obat 
tidak tepat
Overdose 
Underdose 
Interaksi Obat 
Duplikasi 
Alergi Obat 
Efek samping obat 

7
FORM 2
SKRINING RESEP
Pasien 2
Nama Pasien Nn. AA
Jenis Kelamin Perempuan
Alamat Cokrodiningratan JT 2/136 rt15 rw 04
Tanggal Resep 31 juli 2021
Nama Dokter Dr. Diah
Isi Resep
(Dermatitis,
faringitis Nyeri
tenggorokan )

Skrining Administrasi
Kriteria Ada Tidak Ada Tidak
Nama Dokter  Umur Pasien 
SIP  Jenis Kelamin 
Alamat Dokter  Berat badan 
Tgl Resep  Nama Obat 
TTD dokter  Potensi 
Nama Pasien  Dosis 
Alamat Pasien  Jumlah Obat 

Skrining Farmasetis
Kriteria Sesuai Tidak Pengatasan
Bentuk Sediaan 
Cara penggunaan 
Lama Penggunaan 

7
Potensi 
Frekuensi 
Waktu Pemberian  - Penggunaan Amocixilin
obat diminum sampai habis (karena
antibiotik)
- Pemakaian Asam mefenamat
dam Dexametason digunakan
saat sakit saja. Bila sudah
tidak nyeri bisa dihentikan.
- Nisagon Cream digunakan
tipis tipis dioleskan pada
bagian yang memar. Untuk
pemakaian luar.

Skrining Klinis
Kriteria Ada Tidak Pengatasan
Ada Indikasi 
tidak ada obat
Ada obat tidak 
ada indikasi
Pemilihan obat 
tidak tepat
Overdose 
Underdose 
Interaksi Obat 
Duplikasi 
Alergi Obat 
Efek samping 
obat

7
FORM 3
PROMOSI KESEHATAN

Nama Lokasi : acara dengan kader Kesehatan jiwa TTD TTD


DPA PRECEP
T
Survey Rencana Promosi Kesehatan 13
Promkes dilakukan bersaamaan dengan acara yang agustus
selenggarakan pertemuan rutin kader jiwa. Target 2021
promosi Kesehatan ibu ibu dan bapak kader jiwa,
dengan rentang usia 35-56 tahun.

Permasalahan Pada Lokasi 13


Dimasyarakat khususnya dilingkup warga dengan agustus
usia >35 th perlu dilakukan Kembali promkes 2021
tentang vaksinasi covid 19, karena masih banyak
masyarakat yang belum memahami tentang vaksin
covid 19 dan informs terbaru mengenai vaksin covid
19 seperti tentang efeksamping, kehalalan, dan kapan
harus dilakukan vaksin Kembali jika orang tersebut
sebelumnya terkena covid 19.
Penentuan Prioritas Masalah 13
Yang menjadi prioritas masalah dalam kegiatan agustus
promkes ini adalah : 2021
1. Memberikan informasi tentang definisi vaksin
dan macam macam vaksin yang digunakan di
Indonesia
2. Efek samping vaksin
3. Kehalalan vaksin covid 19
4. Alur pelayanan vaksinasi di pelayanan
masyarakat
Target Promosi Kesehatan 16
Kader Kesehatan jiwa sebagai wakil masyarakat agustus
yang mewakili umur 35- 65 th. 2021

Metode Promosi Kesehatan 16


Metode yang digunakan yaitu pertemuan secara luring agustus
(offline) langsung dalam pertemuan kader kesehatan 2021
jiwa

7
Media Promosi Kesehatan 16
Media yang digunakan ada 3 yaitu: agustus
Ppt tentang vaksinsi covid 19 2021
Video youtube yang diputar mengenai covid 19,
isolasi mandiri
Leaflet yang dibagikan kepada kader dengan tema
mengenal vaksinasi covid 19
Pelaksanaan Promosi Kesehatan 16
agustus
Promosi Kesehatan yang dilakukan pada tanggal 16
agustus 2021 bersamaan dengan pertemuan kader 2021
jiwa dalam acara Kesehatan jiwa. Promkes yang
kami bawakan mengenai vaksinasi covid 19. Media
yang kami gunakan untuk melakukan promkes yaitu
berupa ppt, video youtube tentang isolasi mandiri,
dan leaflet bertemakan sama tentang vaksinasi covid.
Acara dilakukan sekitar jam 09.30 dihadiri oleh para
kader jiwa berjumlah 16 kader.
Berikut dokumentasi sesi foto saat pelaksanaan
promkes :

Evaluasi Pelaksanaan Promosi Kesehatan 16


Evaluasi yang dilakukan, mengingat para kader yang agustus
memiliki kesibukan masing masing, diharapkan 2021
waktu presentasi lebih dipersingkat. Kemudian untuk
mengabadikan jumlah kader seharusnya dibuat daftar
absen tersendiri sebagai arsip.

7
LOGBOOK PUSKESMAS
Nama : Indriati Purwaningsih
No. Mhs 2008062120
Tahun Akademik : 2021/2022
Angkatan PSPA 41
Alamat Asal : Kav. Linggarjati jl. Makrik II no.100 rt 003/003 kel.
Mustika Sari kec. Mustikajaya, kota Bekasi 17167
Lokasi PKPA
Puskesmas : Puskesmas Jetis
Periode PKPA : Periode 1 (19 – 31 Juli 2021)

7
REALISASI KEGIATAN HARIAN PKPA MAHASISWA

Petunjuk Pengisian Lembar Kegiatan Harian PKPA mahasiswa


3. Mahasiswa wajib mengisi lembar kerja harian dan menuliskan semua kegiatan setiap hari
4. Semua kegiatan dimintakan tanda tangan preceptor

Materi Uraian kegiatan Hari/Tanggal Paraf


(Hasil Diskusi atau Praktek) Realisasi Preceptor
o. Aspek Legal Menurut Peraturan Menteri Kesehatan no 75 th 2014,
Puskesmas aspek legal puskesmas meliputi persyaratan lokasi,
(Peraturan bangunan, prasarana, peralatan kesehatan,
ketenagaan, kefarmasian dan laboratorium.
Perundangan di
Puskesmas harus didirikan pada setiap kecamatan
Puskesmas) minimal satu puskesmas kecuali keadaan khusus.
Lokasi pendirian puskesmas harus memenuhu
persyaratan: geografis, jalur transportasi, kontur
tanah, fasilitas parkir, fasilitas keamanan,
ketersediaan fasilitas public, pengelolaan Kesehatan
lingkungan dan lain-lain.
Puskesmas juga harus memenuhi prasarana yaitu,
system ventilasi, pencahayaan, sanitasi, kelistrikan,
komunikasi dan lain-lain.
Peralatan Kesehatan di puskesmas juga harus
memenuhi persyaratan: standar mutu, keamanan dan
keselamatan; memiliki izin edar sesuai ketentuan
perundang- undangan; diuji dan kalibrasi secara
berkala.

8
Sumber daya manusia di puskesmas terdiri dari
tenaga Kesehatan dan tenaga non Kesehatan. Tenaga
Kesehatan sebagai mana dimaksud paling sedikit
terdiri atas; dokter, dokter gigi, perawat, bidan,
tenaga Kesehatan masyarakat, tenaga Kesehatan
lingkungan, ahli teknologi laboraturium, tenaga gizi
dan tenaga kefarmasian. Sedangkan tenaga non
Kesehatan yang dimaksud adalah semua yang
mendukung kegiatan ketatausahaan, administrasi
keuangan, system informasi, dan kegiatan
operasional lainnya.
p. Akreditasi Akreditasi puskesmas Jetis dilakukan tiap 5 sekali.
Puskesmas Puskesmas Jetis Menyusun tim akreditasi sesuai
dengan peraturan akreditasi 2015 dimana terdiri dari
POKJA 9 BAB, berikut adalah susunan Tim
akreditasi Puskesmas Jetis.

q. Struktur Organisasi SDM yang dimiliki Puskesmas Jetis antara lain:


dan SDM (sumber

8
daya manusia) di
Puskesmas

Struktur organisasi pada Puskesmas Jetis adalah


sebagai berikut:

8
r. Peran dan Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Fungsi Apoteker Indonesia no. 74 th 2016 ruang lingkup apoteker yang
di Puskesmas bekerja di puskesmas ada 2 yaitu kegiatan manajerial
dan kegiatan pelayanan farmasi klinis. Kegiatan
manajerial di puskesmas yang dilakukan oleh
apoteker meliputi : perencanaan, permintaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
pengendalian, pencatatan, pelaporan, pemantauan dan
evaluasi.
Kegiatan pelayanan farmasi klinis berkaitan dengan
obat dan bahan medis habis pakai yang bertujuan
untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Pelayanan farmasi klinis meliputi : pengkajian dan
pelayanan resep, pelayanan informasi obat, konseling,
visite pasien, monitoring efek samping obat,
pemantauan terapi obat, evaluasi penggunaan obat.
s. Kebijakan Pengelolaan bahan medis habis pakai di puskesmas Sabtu, 31 juli
Pengelolaan obat jetis sedikit berbeda dengan pengelolaan obat di 2021
dan Bahan puskesmas. Awal pemesanan bahan medis habis
Medis Habis pakai dilakukan dengan memesan di katalog secara
pakai (BHMP) di online, diklik apa saja BMHP yang sudah mau habis
Puskesmas di puskesmas. Setelah pemesanan, barang akan
dibayar melalui bendahara puskesmas dengan cara
transfer.
Untuk pembayaran setiap kegiatan pembelian di

8
katalog melalui bendahara dan diketahui oleh kepala
puskesmas.
Untuk penerimaan dan penyimpanan sama dengan
obat-obat lai, dicek jumlah barang, fisik barang,
kadaluarsa barang, dan harga sesuai atau tidak.
Untuk BMHP, bisa dilakukan pembelian langsung ke
PBF. Permintaan disesuaikan dengan catatan pada
buku defecta. Buku defecta berisi nama barang yang
akan habis, sisa stok, nama PBF. Jumlah order
disesuaikan dengan jumlah sisa stok dan kebutuhan
puskesmas. Pemesanan BMHP dilakukan dengan
menulis surat pesanan yang ditujukan kepada PBF.
Kemudian dikirim ke PBF dan akan dikirim fraktur
yang akan dicocockan dengan barang.

t. Pengendalian Mutu Pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan untuk


Pelayanan encegah terjadinya masalah terkait obat atau
Kefarmasian mencegah terjadinya kesalahan pengobatan
(medication error). Kegiatan pengendalian mutu
pelayanan kefarmasian meliputi:
a. Perencanaan
Pada perencanaan kegiatan yang dilakukan
meliputi Menyusun rencana kerja dan cara

8
monitoring dan evaluasi untuk peningkatan
mutu serta standar
b. Pelaksanaan
Monitoring dan evaluasi capaian pelaksanaan
rencana kerja, memberikan feedback terhadap
hasil capaian
c. Tindakan hasil monitoring dan evaluasi
Melakukan perbaikan atas kualitas pelayanan
sesuai standar, meningkatkan kualitas
pelayanan jika capaian belum memuaskan

u. Perencanaan dan Perencanaaan kebutuhan obat dipuskesmas dibuat 1 Senin, 26 juli


permintaan obat tahun sebelumnya. Rencana kebutuhan obat tahun 2021
2022 sudah dibuat ditahun 2021 menggunakan data di
tahun 2020. Kegiatan perencanaan untuk 2022
dihitung dari (pemakaian rata-rata perbulan th 2020 x
18) – sisa stok 2020 didapatkan hasil perencanaan
penggunaan obat untuk tahun 2022

Prmintaan obat di puskesmas jetis dilakukan setiap 1


bulan sekali dengan membuat Laporan Pemakaian dan
Laporan Permintaan Obat (LP-LPO).

8
v. Penerimaan, Perencanaan : Menggunakan LPLPO yang
penyimpanan, dan disusun berdasarkan pemakaian/ permintaan obat
distribusi obat di harian yang diperoleh dari hasil rekapitulasi
Puskesmas SIMPUS setiap akhir pelayanan. Laporan LPLPO
disusun secara tahunan.
Permintaan : setelah tersusun LPLPO kemudian
akan dikirim ke dinkes kab/kota melalui surat
permintaan obat, surat ini biasanya rangkap 2
(untuk arsip puskes dan yang dikirim ke dinkes)
Kemudian dari dinkes akan ditindak lanjuti
permintaan tersebut dengan mengacu pada
permintaan obat tahun lalu. LPLPO ada dua
macam (LPLPO umum : untuk obat umum dan
LPLOP covid: obat dan vaksin yang digunakan
untuk menangani covid 19). Berdasarkan
LPLPO tersebut kemudian dinkes
akan dijadwalkan jumlah permintaan obat
selama perbulan. Bila ada
beberapa obat tambahan yang diluar jumlah yang
ditetapkan oleh dinkes maka puskesmas bisa
meminta Kembali menggunakan surat BON
kedinkes kab/kota dan menggunakan SP bila ingin
membeli BMHP.

8
w. Pengendalian obat,
pencatatan dan Penerimaan : pada saat obat datang dari dinkes
pelaporan ada surat berita acara serah teriman obat,
kemudian Bersama pegawai dinkes dan
puskesmas dilakukan pengecekan obat datang dan
lembar LPLPO agar sesuai dengan jumlah yang
diinginkan. Hal yang perlu di periksa Ketika obat
datang :
-jumlah fisiknya sama dengan permintaan
- ED
- Keadaan barang fisiknya
- Kesesuaian barang yang datang dengan yang di
lembar permintaan
Kemudian bila barang sudah sesuai maka apoteker
menandatangi surat berita acara serah terima
tersebut. Namun bila ada obat yang tidak sesuai
bisa langsung di kembalikan.
Bila ingin mengembalikan barang yang tidak
sesuai keinginan (missal memiliki ED yang
singkat) bisa digunakan surat Return
Penyimpanan : penyimpanan obat di puskesmas
jetis menggunakan system alfabetis, berbedaan
bentuk sediaan, dengan memperhatikan
penempatan obat lasa dan high alert
Distribusi obat :

8
x. Monitoring dan Kegiatan monitoring dan evaluasi pengelololaan
evaluasi obat di puskesmas dilakukan salah satunya dengan
pengelolaan obat melakukan kegiatan stok opname dan pencatatan
pada kartu stok. Hal ini untuk memantau
ketersediaan barang obat fisik dengan yang
tertulis
pada pelaporan.
y. Pelayanan
kefarmasian rawat
jalan dan rawat inap Sudah melakukan penyerahan obat
(minimal 2 per
mahasiswa) (form
penyerahan obat
terlampir)
z. Pengkajian dan
pelayanan resep
(minimal 2 per Sudah di berikan tugas oleh preceptor
mahasiswa) (form
skrining resep
terlampir)
aa. Pelayanan informasi PIO pada puskesmas jetis dilakukanpada saat Sabtu, 24 juli
obat (PIO) penyerahan obat kepada pasien. PIO biasanya 2021
dilakukan satu arah (apoteker memberi informasi
kepada pasien, setiap menyerahkan obat kepada

8
pasien. Informasi yang diberikan kepada pasien
selama PKPA di puskesmas jetis adalah:
 Nama obat dan potensi
 Indikasi obat
 Cara minum obat (sesudah/sebelum makan,
dikunyah/dilarutkan, pagi/malam hari)
 Efek amping obat (missal : cetirizine efek
sampingnya mengantuk sehingga diminum
pada malam hari setelah selesai aktifitas)

bb. Pelayanan Pelayanan konseling / Home care di puskesmas jetis


konseling dan/atau biasanya dilakukan kepada pasien TBC. Secara
home care random puskesmas akan mendatangi kediaman pasien
dengan diagnosis TBC untuk memantau penggunaaan
OAT. Home care ini bertujuan untuk mengetahui
kepatuhan pasien dalam mengonsumsi obat dan
tingkat penyebaran penyakit di wilayah tersebut. Jika
angka kejadian menurun maka dapat disimpulkan
pasien dengan teratur meminum obatnya sehingga
angka kejadian pasien diagnosis TBC berkurang.

d. Pemantauan dan Untuk pemantauan efek samping obat di puskesmas Sabtu, 24 juli
pelaporan Efek jetis: 2021

8
Samping Obat  Untuk pemakaian obat-obat tertentu yang
(ESO) memiliki efek samping potensial misal :
Captopril : batuk
Amlodipine : bengkak di kaki
Obat TB : biasanya mual, nyeri sendi
Ditanyakan kepada pasien apakah ada keluhan
setlah penggunaan obat
 Lalu keluhan tersebut dilaporkan ke MESO
BPOM (menggunakan lembar kuning)
 Dihitung Naranjo nya, kemudian di hitung
penilaiannya.

e. Pemantauan terapi Pemantauan terapi obat yang dilakukan dengan


obat (PTO) menanyakan kepada pasien ada keluhan lain yang
dirasakan, TD kemarin sebelum diperiksa dan saat
diperiksa hari ini.

f. Evaluasi Peresepan obat rasional (POR) di puskesmas jetis kamis, 29 juli


penggunaan obat dilaksanakan setiap bulan. Tujuaan dari laporan POR 2021
rasional adalah untuk memantau penggunaan antibiotic secara
rasional. Laporan POR diberikan ke dinas Kesehatan
kab/kota kemudian diteruskan hingga ke kementrian
Kesehatan dan laporan dikumpulkan paling lambat
tanggal & bulan berikutnya.

9
Penggunaan Obat Rasional (POR) di Puskesmas Jetis,
memiliki 3 indikator yaitu:
 Antibiotic ISPA non pneumonia (flu, batuk,
pilek tanpa ada infeksi bakteri)
 Antibiotik diare non spesifik (diare yang
bukan disebabkan bakteri)
 Rata-rata jumlah item obat per resep
Setiap masing-masing dari indicator dilakukan
pengambilan sampel sebanyak 25 sampel.
Pengambilan sebanyak 25 sampel diasumsikan setiap
1 hari ada kasus yang terjadi. Diagnosis pasien harus
mecakup salah satu kode dari ICD X, miasal kassus
diare kode dalam ICD X adalah A09/K52. Syarat
kasus bisa dimasukkan kedalam laporan POR adalah
harus diagnosis tunggal.

Promosi Kesehatan
Promosi Kesehatan yang dilakukan pada tanggal 16
d. Posyandu agustus 2021 bersamaan dengan pertemuan kader
e. Poslansia jiwa dalam acara Kesehatan jiwa. Promkes yang kami
f. Promkes Obat bawakan mengenai vaksinasi covid 19. Media yang
Tradisional kami gunakan untuk melakukan promkes yaitu
berupa ppt, video youtube tentang isolasi mandiri,
dan leaflet
bertemakan sama tentang vaksinasi covid. Acara

9
(Form PromKes dilakukan sekitar jam 09.30 dihadiri oleh para kader
Terlampir) jiwa berjumlah 16 kader.
Berikut dokumentasi pelaksanaan promkes :

Interprofessional Visite pasien


Education
Pasien rawat inap di puskesmas jetis merupakan
d. Promkes
pasien dari instalasi KIA yaitu pasien yang akan
e. IPE dengan tenaga
melahirkan. Apoteker visit ke bangsal pasien rawat
kesehatan
inap untuk monitoring kondisi pasien dan
memastikan

9
Puskesmas yang kepatuhan pasien minum obat yang di berikan.
lain Apoteker melihat rekam medis pasien seperti : status
f. Ronde/Visite pasien pasien (diagnose), data objektif (suhu, tekanan
(khusus Puskesmas darah), data lab, Riwayat penyakit, Riwayat obat-obat
Rawat Inap) yang diminum, dan mencatat keluhan yang dialami
pasien.

9
FORM 1
PENYERAHAN OBAT KEPADA PASIEN
Pasien 1
Nama Pasien Ny. S
Jenis Kelamin Perempuan
Alamat Jetisharjo JT 2/428 RT 27 RW 06
Tanggal Penyerahan 28/07/2021
Nama Dokter -
Diagnosa DM tipe 2 tanpa komplikasi, myalgia

Obat yang diserahkan :


No Nama Obat Dosis Aturan Durasi Aturan lain
Pakai
1 Paracetamol 500mg 3 x sehari 3 hari Diminum
1 tab setelah
makan
2 Simvastatin 10mg 1 x sehari 30 hari Diminum
1 tab malam hari
setelah
makan

Monitoring Obat yang perlu untuk disampaikan:


Monitoring Efek Terapi Monitoring Efek Samping
Monitoring Parameter Monitoring Parameter
paracetamol Nyeri (-) Simvastatin rhabdyomyolisis
Simvastatin Kadar kolesterol
turun

9
FORM 1
PENYERAHAN OBAT KEPADA PASIEN
Pasien 2
Nama Pasien Ny. S
Jenis Kelamin Perempuan
Alamat Jogoyudan JT 3/692 rt 38 rw 09
Tanggal Penyerahan 28/07/2021
Nama Dokter -
Diagnosa Hipertensi primer

Obat yang diserahkan :


No Nama Obat Dosis Aturan Pakai Durasi Aturan lain
1 Amlodipine 5mg 1 x sehari 1 30 hari Diminum malam
tab hari sebelum
makan
2 Paracetamol 500mg 3 x sehari 1 3 hari Diminum
tab setelah makan
3 Vitamin b - 1 x sehari 1 5 hari Diinum setelah
complex tab makan

Monitoring Obat yang perlu untuk disampaikan:


Monitoring Efek Terapi Monitoring Efek Samping
Monitoring Parameter Monitoring Parameter
Amlodipine Tekanan darah Amlodipine Bengkak pada
terkontrol kaki
Parasetamol Nyeri (-)

9
FORM 2
SKRINING RESEP
Pasien 1
Tanggal Resep 28/07/2021
Nama Pasien Ny. SA
Umur 47 th
Alamat Jogoyudan JT 3/1041 rt 51 rw 13
Nama Dokter -
Isi Resep

Skrining Administrasi
Kriteria Ada Tidak Ada Tidak
Nama Dokter √ Umur Pasien √
SIP √ Jenis √
Kelamin
Alamat Dokter √ Berat badan √
Tgl Resep √ Nama Obat √
TTD dokter √ Potensi √
Nama Pasien √ Dosis √
Alamat Pasien √ Jumlah Obat √

Skrining Farmasetis
Kriteria Sesuai Tidak Pengatasan
Bentuk Sediaan √
Cara penggunaan √
Lama Penggunaan √

9
Potensi √
Frekuensi √
Waktu Pemberian √
obat

Skrining Klinis
Kriteria Ada Tidak Pengatasan
Ada Indikasi √
tidak ada obat
Ada obat tidak √
ada indikasi
Pemilihan obat √
tidak tepat
Overdose √

Underdose √

Interaksi Obat √

Duplikasi √

Alergi Obat √

Efek samping √
obat

9
FORM 2
SKRINING RESEP
Pasien 2
Tanggal Resep 28/07/2021
Nama Pasien Ny. TH
Umur 61 th
Alamat Aspol Jl. Kyai mojo 3 rt 20 rw 05
Nama Dokter -
Isi Resep

Skrining Administrasi
Kriteria Ada Tidak Ada Tidak
Nama Dokter √ Umur Pasien √
SIP √ Jenis √
Kelamin
Alamat Dokter √ Berat badan √
Tgl Resep √ Nama Obat √
TTD dokter √ Potensi √
Nama Pasien √ Dosis √
Alamat Pasien √ Jumlah Obat √

Skrining Farmasetis
Kriteria Sesuai Tidak Pengatasan
Bentuk Sediaan √
Cara penggunaan √
Lama Penggunaan √

9
Potensi √
Frekuensi √
Waktu Pemberian √
obat

Skrining Klinis
Kriteria Ada Tidak Pengatasan
Ada Indikasi √
tidak ada obat
Ada obat tidak √
ada indikasi
Pemilihan obat √
tidak tepat
Overdose √

Underdose √

Interaksi Obat √

Duplikasi √

Alergi Obat √

Efek samping √
obat

9
FORM 3
PROMOSI KESEHATAN

Nama Lokasi : Puskesmas Jetis TTD TTD


DPA PRECEP
T
Survey Rencana Promosi Kesehatan

Survey dilakukan saat pelaksanaan proses vaksinasi.


Kami mengikuti kegiatan vaksinasi yang dilakukan
di puskesmas jetis dan mengamati apa masalah yang
terjadi saat vaksinasi

Permasalahan Pada Lokasi

Bebrapa masyarakat yang mengikuti vaksinasi


mempunyai keluarga yang takut melakukan vaksin,
atau lansia yang ingin vaksin tapi terkendala oleh
kesehatan mereka (tekanan darah tinggi)

Penentuan Prioritas Masalah

Masalah yang terjadi adalah masyarakat yang kurang


edukasi mengenai vaksin covid. Mereka takut untuk
vaksin, karena kabar yang beredar di sekitar mereka
yang mengatakan bahwa vaksin haram, efek samping
vaksin bisa menghilangkan nyawa dan lain-lain

Target Promosi Kesehatan

Target promosi Kesehatan yang kami lakukan adalah


supaya masyarakat lebih memahami apa itu vaksin,
darimana vaksin, apa isi vaksin, mengapa muncul
efek samping setelah vaksin, kondisi pasien yang
bagaimana yang bisa di vaksin, apa yang harus
dilakukan ketika setelah vaksin. Setelah promosi
Kesehatan yang kami lakukan, kami berharap
masyarakan tidak takut saat melakukan vaksinasi.

Metode Promosi Kesehatan

1
Metode yang kami lakukan adalah penyuluhan
kepada kader-kader puskesmas sebanyak 16 orang
dengan langsung menjelaskan materi kami, serta
tanya jawab dengan peserta.

Media Promosi Kesehatan

Penyuluhan kami lakukan menggunakan slide ppt


yang kami presentasikan serta leaflet yang kami
bagikan saat penyluhan

Pelaksanaan Promosi Kesehatan

Pelaksanaan promosi Kesehatan dilakukan pada hari


senin tanggal 16 agustus 2021 pukul 09.30 – 11.00 di
aula Puskesmas Jetis dan dihadiri oleh 16 kader
puskesmas jetis.

Evaluasi Pelaksanaan Promosi Kesehatan

Evaluasi pada pelaksanaan promosi kesehatan adalah


lebih banyak menggunakan video animasi supaya
lebih menarik minat masyarakat dan lebih mudah
dipahami

Anda mungkin juga menyukai