Anda di halaman 1dari 55

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

APOTEKER
DI DINAS KESEHATAN
KOTA YOGYAKARTA
TANGGAL 22-26 AGUSTUS 2022

DISUSUN OLEH:

Bella Fitria 2108062114


Adina Nofiyanti 2108062115
Yuda Fajar Pratama 2108062125
Vicki Azwar Ahmad 2108062127
Noval Dirna Razafi 2108062159
Devi Mugihartini 2108062180

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS AHMAD
DAHLAN
YOGYAKARTA
2022
LEMBAR PENGESAHAN

PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


DI DINAS KESEHATAN
KOTA YOGYAKARTA

Tanggal 25-29 Juli 2022

Disetujui Oleh;

Pembimbing Akademik Preseptor

Dr. rer.nat. apt. Endang Darmawan, M.Si Dina Anitasari, S. Farm., Apt.,
M. Farm

Mengetahui,

Ketua Program Studi Profesi Apoteker


Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan

Dr. rer.nat. apt. Endang Darmawan, M.Si

ii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan petunjuk, sehingga kita dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja
Profesi Apoteker ini sebagai tanda bukti telah terlaksananya Praktek Kerja Profesi
Apoteker di Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta untuk memenuhi salah satu syarat
dalam menyelesaikan program studi profesi apoteker.
Dalam mengisi laporan ini kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak kekurangan, oleh karenanya diharapkan kepada
pembaca untuk memberikan masukan-masukan berupa saran dan kritik yang
bersifat membangun demi kesempurnaan laporan ini.
Dalam penyusunan laporan ini banyak kendala yang penulis alami. Berkat
bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak baik secara moral maupun spiritual,
alhamdulillah kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker dan penyusunan laporan ini
dapat dilaksanakan dengan baik dan lancar. Oleh karena itu penulis mengucapkan
terimakasih sebesar-besarnya kepada:
1. Dra. Iis Wahyuningsih, M.Si, Apt., Selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
2. Dr. rer. nat. apt. Endang Darmawan, M.Si., selaku Ketua Program Studi
Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan.
3. drg. Emma Rahmi Aryani, MM Selaku Kepala Dinas Kesehatan Kota
Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk
melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Dinas Kesehatan Kota
Yogyakarta.
4. Dina Anitasari, S. Farm., Apt., M. Farm Selaku Preseptor yang telah
mendampingi dan memberikan bimbingan selama melakukan Praktek Kerja
Profesi Apoteker di Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta.
5. apt. Susan Fitria Candradewi, M.Sc. selaku Penanggung Jawab PKPA Dinas
Kesehatan yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan
6. Dr. rer.nat. apt. Endang Darmawan, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan pengarahan, bimbingan, saran serta dorongan yang sangat berarti
kepada penulis dalam menyusun laporan ini

iii
7. Seluruh staf Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta yang telah membantu
kelancaran Praktek Kerja Profesi Apoteker.
8. Dan semua teman-teman kami yang membantu membuat laporan ini

Akhir kata kami ucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah berusaha
membantu dalam penyusunan laporan ini, dan kami berharap semoga laporan dan
kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini dapat membantu menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi penulis, dan dapat bermanfaat bagi pembaca.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Yogyakarta, 26 Agustus 2022

Penyusun,

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI........................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1
B. Tujuan PKPA ....................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN UMUM DINAS KESEHATAN ............................................ 4
A. Sejarah Singkat .................................................................................................... 4
B. Misi dan Visi Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta........................................... 4
C. Peran dan Fungsi Apoteker di Dinas Kesehatan ............................................. 5
D. Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai....................... 7
BAB III HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN ......................................... 9
A. Struktur Organisasi di Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta ............................ 9
B. Perizinan, Pembinaan, dan Pengawasan Kefarmasian di Dinas
Kesehatan............................................................................................................ 10
C. Pengelolaan Sedian Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) di
Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta ................................................................. 15
D. Pencatatan, Pelaporan dan Pemusnahan Obat ............................................... 23
E. Pembinaan dan Pengawasan SDM Kefarmasian di Dinas Kesehatan........ 25
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 27
A. Kesimpulan......................................................................................................... 27
B. Saran.................................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 28
LAMPIRAN.......................................................................................................... 29

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) adalah program pendidikan


dan pelatihan calon Apoteker berupa magang kerja di sebuah institusi
pemerintah maupun swasta (Anonim, 2022). Dimana calon apoteker yang
bersangkutan ditempatkan di suatu institusi dalam jangka waktu tertentu,
sehingga peserta didik lebih jelas dan mengetahui fungsi dan
kedudukannya dalam dunia institusi khususnya pemerintahan pada Dinas
Kesehatan Kota Yogyakarta.
Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta melaksanakan upaya untuk memenuhi
salah satu hak dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan
yang bermutu dan terjangkau seperti yang diamanatkan dalam Undang-
Undang Dasar 1945 pasal 28. Pasal tersebut menyatakan bahwa setiap orang
berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta memperoleh pelayanan kesehatan.
Hal tersebut diperkuat oleh Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan dan Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem
Kesehatan Nasional (SKN), serta berbagai peraturan perundang-undangan
yang lain, baik sebagai kerangka regulasi maupun sebagai landasan dalam
perencanaan program dan kegiatan (Direktorat Bina Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatan, 2015).
Pembangunan di bidang kesehatan selaras dengan misi Presiden Republik
Indonesia yang keempat, yaitu “Mewujudkan kualitas hidup manusia
Indonesia yang tinggi, maju dan sejahtera” karena hanya manusia yang
sehatlah yang mampu untuk mandiri dan berdaulat (Direktorat Bina Obat
Publik dan Perbekalan Kesehatan, 2015). Kabupaten/kota pemerintah dan
pemerintah daerah bertanggung jawab terhadap pengaturan, pembinaan,
pengawasan dan peningkatan mutu tenaga kesehatan (Kemenkes, 2014).
Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui

vi
pendidikan di bidang kesehatan untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan
untuk melakukan upaya kesehatan. Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP)
adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan
yang ditujukan untuk peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit,
pengurangan penderitaan akibat penyakit dan memulihkan kesehatan
perseorangan (Kemenkes, 2014).
Perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang diperlukan
untuk menyelenggarakan upaya kesehatan, yang terdiri dari sediaan farmasi,
alat kesehatan, gas medik, reagen dan bahan kimia, radiologi, dan nutrisi
(Kemenkes, 2014a). Sediaan Farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional
dan kosmetika (Kemenkes, 2016)
Subsistem sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan yang tercantum
di dalam SKN menjelaskan bahwa pemerintah menjamin keamanan, khasiat,
manfaat, dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan melalui
pembinaan, pengawasan, dan pengendalian secara profesional, bertanggung
jawab, independen, transparan, dan berbasis bukti ilmiah. Subsistem tersebut
merupakan tatanan yang menghimpun berbagai upaya yang menjamin
ketersediaan, pemerataan, serta mutu obat dan perbekalan kesehatan secara
terpadu dan saling mendukung dalam rangka tercapainya derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya (Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan, 2015).
Dalam pelayanan kesehatan, obat dapat menyelamatkan kehidupan dan
meningkatkan kualitas kesehatan. Akses terhadap obat, terutama obat esensial
merupakan salah satu hak asasi manusia sehingga penyediaan obat esensial
merupakan kewajiban bagi pemerintahan di semua level, baik Pusat, Provinsi
dan Kabupaten/Kota (Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan,
2015).
Satuan kerja pemerintah daerah yang bertanggung jawab
menyelenggarakan urusan pemerintah dalam bidang kesehatan di
kabupaten/kota yaitu Dinas kesehatan kabupaten/kota (Kemenkes, 2014).
Salah satu bagian dari Dinas Kesehatan adalah Unit Pelayanan Teknis (UPT)
Gudang Farmasi atau IFK (Instalasi Farmasi Kota) yang memiliki tugas
melaksanakan pengelolaan, penerimaan, penyimpanan dan pendistribusian
vii
perbekalan farmasi dan alat kesehatan yang diperlukan dalam rangka
pelayanan kesehatan, pencegahan dan pemberantasan penyakit dan pembinaan
kesehatan masyarakat di kabupaten/ kota.
Hal ini menjadi faktor pendorong dilaksanakannya Praktek Kerja Profesi
Apoteker di Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta agar mengetahui seluruh
kegiatan yang dilakukan di Dinas Kesehatan serta di Instalasi Farmasi Kota
sehingga dapat menjadi Farmasis yang profesional dengan pengetahuan dan
kemampuan yang baik agar pelayanan kefarmasian dapat dilaksanakan secara
optimal.

B. Tujuan PKPA
1. Mahasiswa mampu melakukan simulasi penyusunan perizinan di Dinas
Kesehatan.
2. Mahasiswa mampu melakukan praktik dan evaluasi mengenai pengelolaan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, BMHP di Dinas Kesehatan.
3. Mahasiswa mampu bekerjasama melakukan pembinaan dan pengawasan
dalam memecahkan masalah di dinas pemerintahan

viii
BAB II
TINJAUAN UMUM DINAS KESEHATAN

A. Sejarah Singkat
Menurut Permenkes No. 75 tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat menyatakan bahwa Dinas Kesehatan adalah satuan kerja
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab
menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam bidang kesehatan di
Kabupaten/Kota. Di Kota Yogyakarta, Dinas Kesehatan merupakan salah
satu perangkat Pemerintah Kota Yogyakarta yang mempunyai tugas dan
fungsi membantu Walikota Yogyakarta di Bidang Kesehatan. Pembangunan
kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta terletak di Kompleks Balaikota
Yogyakarta, Jalan Kenari No. 56, Muja Muju, Umbulharjo, Yogyakarta.
Dinas Kota Yogyakarta mendistribusikan obat kepada 18 Puskesmas di Kota
Yogyakarta dan Rumah Sakit Pratama.
Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta terbentuk berdasarkan peraturan
daerah kota Yogyakarta Tahun 2008 tentang pembentukan, susunan,
kedudukan dan tugas pokok organisasi dinas daerah. Sesuai dengan
Persetujuan bersama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Yogyakarta
dan Walikota Yogyakarta dalam Bab 1 (Ketentuan Umum) pasal 1 dalam
peraturan daerah ini yang dimaksud dengan: Daerah adalah kota Yogyakarta,
Bab II (Pembentukan) pasal 2 dengan peraturan daerah ini dibentuk salah
satunya adalah Dinas Kesehatan.

B. Visi dan Misi Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta


1. Visi
Meneguhkan Kota Yogyakarta sebagai Kota Nyaman Huni dan

1
Pusat Pelayanan Jasa yang Berdaya Saing Kuat untuk Keberdayaan
Masyarakat dengan Berpijak pada Nilai Keistimewaan.

2. Misi
a. Meningkatkan kesejahteraan dan kebudayaan masyarakat
b. Memperkuat ekonomi kerakyatan dan daya saing Kota Yogyakarta
c. Memperkuat moral, etika dan budaya masyarakat Kota Yogyakarta
d. Meningkatkan kualitas pendidikan, kesehatan, sosial dan budaya
e. Memperkuat tata kota dan kelestarian lingkungan
f. Membangun sarana prasarana publik dan pemukiman
g. Meningkatkan tata kelola pemerintah yang baik dan bersih

C. Peran dan Fungsi Apoteker di Dinas Kesehatan


apoteker harus menjalankan peran dan fungsinya berdasarkan standar
kompetensi apoteker. Peran dan fungsi apoteker berdasarkan jabatan
fungsional di Dinas Kesehatan menurut Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No. 377/Menkes/Per/V/2009 tentang Petunjuk Teknis
Jabatan Fungsional Apoteker dan Angka Kreditnya, yaitu :

1. Apoteker Pertama
2. Apoteker Muda
3. Apoteker Madya
4. Apoteker Utama
Seksi Farmasi, Makanan Minuman (Farmakmin) dan Alat Kesehatan
bertanggung jawab kepada Bidang Sumber Daya Kesehatan, Tugas Seksi
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Makanan Minuman, berdasarkan Perwali No.
96 tahun 2021 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas, Fungsi, Dan
Tata Kerja Dinas Kesehatan, yaitu :
1. Menyiapkan bahan perumusan kebijakan,
2. Melakukan koordinasi, pembinaan, pengendalian, evaluasi dan pemberian
pembimbing tenaga dan sarana kesehatan, farmasi, makanan, minuman
dan alat kesehatan.

2
Adapun fungsi dari Seksi Farmasi, Alat Kesehatan, dan Makanan Minuman
yaitu :
1. Penyusunan perencanaan kegiatan Seksi Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Makanan Minuman
2. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis farmasi, makanan,
minuman, dan alat kesehatan
3. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan kefarmasian, alkes, dan
makanan minuman
4. Pelaksanaan penyiapan bimbingan teknis dan supervisi kefarmasian,
alkes, dan makanan minuman
5. Pelaksanaan fasilitasi penyediaan kefarmasian dan alat kesehatan.
6. Pelaksanaan fasilitasi pemeliharaan dan pengujian alat kesehatan
7. Pengelolaan obat, reagan, dan alat kesehatan
8. Pelaksanaan pengendalian dan pengawasan kefarmasian, alkes dan
makanan minuman serta perbekalan kesehatan rumah tangga dan produk
industri rumah tangga
9. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan pengelolaan kefarmasian, alkes,
dan makanan minuman
10. Pengelolaan data dan informasi pada Seksi farmasi, Alat Kesehatan, dan
Makanan Minuman
11. Pengelolaan kearsipan pada Seksi farmasi, Alat Kesehatan, dan
Makanan Minuman
12. Pelaksanaan reformasi birokrasi, inovasi, sistem pengendalian internal
pemerintah, zona integritas, ketatalaksanaan, dan budaya pemerintah
13. Pelaksanaan Tindak lanjut laporan hasil pemeriksaan
14. Pelaksanaan perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian,
monitoring, evaluasi dan pelaporan obat, termasuk narkotika dan
psikotropika, serta alat dan perbekalan kesehatan untuk pelayanan
kesehatan.

D. Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai


1. Perencanaan

3
Perencanaan merupakan proses pemilihan sediaan farmasi dan
BMHP untuk menentukan jenis dan jumlah sesuai kebutuhan.
perencanaan dilakukan setiap satu periode dengan mempertimbangkan
pola penyakit, pola konsumsi, dan rencana pengembangan dan harus
mengacu pada Formularium Nasional dan DOEN. Perencanaan di Dinas
Kesehatan didasarkan pada kebutuhan puskesmas. puskesmas akan
menyediakan data pemakaian obat, kemudian akan dilakukan analisa
dan kompilaso terhadap kebutuhan. dinas kesehatan akan menyesuaikan
rencana kebutuhan dengan anggaran yang tersedia, waktu kekosongan
obat, buffer stock, dan akan menghindari stok berlebih .
2. Pengadaan
Pengadaan dilakukan untuk merealisasikan perencanaan kebutuhan
yang telah dilakukan. Pengadaan obat yang efektif harus dapat
menjamin ketersediaan, jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga
yang terjangkau dan sesuai standar mutu dan dana anggaran yang ada.
Pengadaan dilakukan dengan metode e-catalog, tender, pembelian
langsung, atau adanya hibah/pemberian.
3. Penerimaan
Penerimaan dilakukan setelah pengadaan barang dan barang datang
dari pemasok. penerimaan dilakukan untuk memastikan bahwa jenis
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera
dalam surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima telah sesuai.
dialkukan pula pengecekan waktu kadaluwarsa. Apabila barang yang
diterima tidak sesuai, maka akan diajukan pengembalian kepada
pemasok.
4. Penyimpanan
Penyimpanan melakukan kegiatan mengatur dan memelihara
sediaan yang diterima pada tempat yang aman agar tidak hilang,
terhindar dari gangguan fisik dan kimia yang dapat merusak mutu obat
serta ditempatkan menurut bentuk sediaan dan jenisnya, suhu,
kestabilan, mudah tidaknya meledak/terbakar, tahan tidaknya terhadap
cahaya sesuai dengan persyaratan yang berlaku untuk menjamin mutu
sediaan. penyimpanan harus memastikan sediaan tidak rusak dan obat
4
tidak kadaluarsa dengan menggunakan sistem informasi sehingga
ketersediaan obat akan tetap terjamin. penyimpanan dapat dilakukan
dengan beberapa metode salah satunya alfabetis, indeks terapi,
FEFO/FIFO dan sebagainya.

5
5. Distribusi
Pendistribusian adalah kegiatan dari mulai obat dikeluarkan sampai
diserahkan kepada sarana pelayanan kefarmasian dalam rangka
memenuhi kebutuhan fasilitas pelayanan kesehatan. Pendistribusian
harus menjamin keaslian, mutu serta ketepatan jenis dan jumlah dari
sediaan yang disalurkan atau didistribusikan oleh Instalasi Farmasi ke
unit pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya.

6
BAB III
HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN

A. Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta


Struktur Organisasi di Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta menurut
Peraturan Walikota No. 96 Tahun 2021 BAB II tentang Kedudukan dan
Susunan Organisasi, Bagian Kedua Pasal 3, terdiri dari:
1. Kepala Dinas (drg. Emma Rahmi Aryani, MM.)
2. Sekretaris (Trisni Winarsih, S.K.M., MM)
3. Sekretariat, terdiri atas:
a.Sub Bagian Umum dan Kepegawaian (Kepala : Tri Paryati, S.K.M.,
MKM)
b.Sub Bagian Keuangan (Kepala : Abdul Lathif, S.E)
c. Kelompok Substansi Perencanaan Evaluasi dan Pelaporan (Kepala :
Iswari Paramita, S.K.M., MPA)
4. Bidang Sumber Daya Kesehatan (Kepala : Eko Rahmadi, S.KM., MPH)
terdiri atas:
a. Seksi Sumber Daya Manusia Kesehatan (Kepala : dr. A S Williamto)
b. Seksi Farmasi Alat Kesehatan dan Makanan Minuman (Kepala : drg.
Ambarwati Triwinahyu) ; dan
c. Kelompok Substansi Sertifikasi dan Lisensi Kesehatan (Kepala : Tuti
Fidiawati., MPH).
5. Bidang Kesehatan Masyarakat terdiri atas:
a. Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi (Kepala : dr. Riska Novriana) ;
b. Seksi Promosi Kesehatan Masyarakat (Kepala drg. Arumi Wulansari,
MPH); dan
c. Kelompok Substansi Kesehatan Lingkungan Kesehatan Kerja dan
Kesehatan Olahraga.
6.Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit dan Pengelolaan Data dan
Sistem Informasi Kesehatan (Kepala : dr. Lana Unwanah), terdiri atas:
a.Seksi Pencegahan Pengendalian Penyakit Menular dan Imunisasi (dr.
Endang Sri Rahayu);

7
b.Seksi Pencegahan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan
Kesehatan Jiwa (dr. Iva Kusdrayani)
c. Kelompok Substansi Surveilans Pengelolaan Data dan Sistem
Informasi Kesehatan (Drs. Solikhin Dwi Ramtana, Apt. MPH).
7.Bidang Pelayanan Kesehatan (Kepala : Waryono, A.Md.Nes.,SIP., M.Kes)
terdiri atas:
a. Seksi Pelayanan Kesehatan Primer dan Tradisional Komplementer
(Kepala : drg. Aan Iswanti);
b.Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan (Kepala : dr. Oktu Heru Santosa)
c. Kelompok Substansi Penjaminan dan Peningkatan Mutu Kesehatan
(Kepala : drg. Umi Nur Cahriyati, MPH).
8.Unit Pelaksana Teknis; dan
9.Kelompok jabatan fungsional

8
Gambar 3.1. Bagan Susunan Organisasi Dinas Kesehatan

B. Perizinan, Pembinaan, dan Pengawasan Kefarmasian di Dinas Kesehatan

1. Pembinaan dan pengawasan oleh Dinas Kesehatan

Dinas kesehatan melakukan pembinaan dan pengawasan ke seluruh


fasilitas kesehatan mulai dari puskesmas, apotek, klinik dan rumah sakit terkait
standar pelayanan kesehatan termasuk bagian standar pelayanan kefarmasian.
Pembinaan dilakukan dengan memberikan saran kepada sarana pelayanan
kesehatan terkait standar penyelenggaraan pelayanan kesehatan di fasilitas
kesehatan sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan. Pengawasan
dilakukan untuk menjamin bahwa fasilitas pelayanan kesehatan telah
melakukan pelayanan sesuai standar mutu baik barang maupun jasa yang
diberikan kepada masyarakat.
Salah satu bentuk pembinaan dan pengawasan yang dilakukan adalah
kunjungan atau visitasi terpadu ke IFRS di rumah sakit dalam rangka akreditasi
rumah sakit. Dinas kesehatan berperan dalam pemberian masukan dan saran
terkait mutu dan seluruh elemen akreditasi kepada pihak rumah sakit sebelum
dilakukannya pelaksanaan akreditasi oleh KARS. Dinas kesehatan bagian
kefarmasian akan melakukan evaluasi dan pembinaan dengan pemeriksaan
secara langsung hasil self assessment yang dilakukan oleh rumah sakit seperti
pemeriksaan setiap SOP terkait pelayanan kefarmasian ,jumlah SDM,
pemeriksaan secara langsung ke bagian logistik, pemberian masukan dan saran
kepada faskes, serta evaluasi terkait indikator mutu kefarmasian di rumah sakit.
Salah satu rumah sakit yang menerima kunjungan yaitu RS Panti Rapih dan
RSUD Kota Yogyakarta.
Dari hasil pengamatan dan wawancara dengan tenaga kefarmasian di RS
Panti Rapih pada tanggal 26 Juli 2022 dalam rangka pembinaan rutin RS dalam
rangka akreditasi RS. Kunjungan dilakukan pada Instalasi Farmasi Rawat
Jalan, Instalasi Farmasi Rawat Inap, Instalasi Farmasi IGD, dan bagian logistik
(gudang) penyimpanan sediaan farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
(BMHP). Diperoleh beberapa evaluasi dan diberikan saran secara langsung
oleh dinas kesehatan dalam bidang kefarmasian.

9
Tabel. III.1 Hasil Monitoring dan Evaluasi Dinas Kesehatan di RS Panti Rapih,
Yogyakarta
No Temuan Saran
1. Dari hasil wawancara, ditemukan Dipertimbangankan pembuatan
pernah terjadi selisih minus namun SOP Pengendalian
belum ada SOP terkait
pengendalian selisih minus tersebut
2 Dari hasil pengamatan ditemukan Disarankan melakukan perbaikan
pass box pada ruang IV Admixture pada passbox untuk menghindari
tidak tertutup dengan rapat terjadinya kontaminasi pada ruang
produksi IV admixture
3 Pada ruangan produksi dan IV Disarankan untuk menempel SOP
Admixture belum ada SOP yang pada ruangan IV Admixture dan
ditempelkan ruang produksi
4 Dari hasil pengamatan, nomor Dipertimbangkan pembuatan SOP
batch pada logistik dan NPP belum yang mencantumkan pengelolaan
dikelola dengan baik nomor batch
5 Dari hasil wawancara, hasil Dipertimbangkan pembuatan SOP
produksi yang dilakukan oleh ATK yang memuat bahwa setelah
belum dilakukan pengecekan oleh produksi, TTK atau Apoteker
TTK atau Apoteker melakukan pengecekan pada
produk yang dihasilkan
6 Dari hasil pengamatan, terdapat Disarankan pemberian pelet pada
tumpukan kardus berisi gown di setiap tumpukan kardus agar tidak
ruang logistik yang langsung bersentuhan langsung dengan lantai
diletakkan di lantai tanpa palet
7 Dari hasil wawancara, monev Dipertimbangkan untuk melakukan
ketersediaan obat sesuai evaluasi terhadap ketersediaan obat
formularium belum dilakukan, sesuai formularium
namun kesesuaian resep terhadap
formularium sudah dilakukan
8 Berdasarkan hasil self assessment, Diperlukan pengecekan ulang
diperoleh bahwa kepala instalasi apakah kepala instalasi dan
farmasi belum diberikan pelatihan apoteker telah mendapatkan
tentang manajemen resiko, apoteker pelatihan atau dilakukan pelatihan
belum diberikan pelatihan secara internal dari rekan kerja
mengenai pengelolaan, Pelaporan yang telah memperoleh pelatihan.
MESO dengan skor 0 Pelaporan MESO jika telah
dilakukan namun tidak ada kasus
dapat dilaporkan dengan jumlah
kasus ditulis “NIHIL”

Selain itu, dilakukan pengamatan dan wawancara dengan tenaga


kefarmasian di RSUD Kota Yogyakarta pada tanggal 28 Juli 2022 dalam
rangka pembinaan rutin RS dalam rangka akreditasi RS. Kunjungan dilakukan
10
pada Instalasi Farmasi Rawat Jalan, Instalasi Farmasi Rawat Inap, Instalasi
Farmasi IGD, dan bagian logistik (gudang) penyimpanan sediaan farmasi dan
Bahan Medis Habis Pakai (BMHP). Diperoleh beberapa evaluasi dan diberikan
saran secara langsung oleh dinas kesehatan dalam bidang kefarmasian.

Tabel.III.2 Hasil Monitoring dan Evaluasi Dinas Kesehatan di RSUD Kota


Yogyakarta

No Temuan Saran

1. SDM belum ideal, di mana Apoteker yang bertugas minimal 15


jumlah bed di RS sebanyak 200 orang dan TTK yang bertugas
sementara apoteker yang minimal 30 orang
bertugas hanya sebanyak 12
orang.

2 Formularium RS mengikuti Perlunya update terkait


FORNAS terakhir update pada formularium RS
tahun 2020 dikarenakan wabah
covid

3 Pada penyimpanan obat Diupayakan penyimpanan obat


psikotropika dan obat-obat psikotropika dan obat-obat tertentu
tertentu masih digabung dalam dipisah. Untuk obat-obat tertentu
1 lemari bisa disimpan sesuai dengan
analisis pengkondisian

4 Masih ditemukan lemari Diupayakan mengganti lemari kayu


penyimpanan psikotropika di dengan bahan yang lebih kuat dan
Gudang menggunakan lemari menghindari adanya rayap
kayu

5 Ditemukan palet yang masih Mengupayakan adanya


terbuat dari kayu penyimpanan barang dengan palet
terbuat dari plastic.

6 Ditemukan pada ruang rawat Diupayakan adanya wastafel dekat


jalan tidak ada wastafel di dekat ruang peracikan instalasi farmasi
ruang peracikan obat rawat jalan

7 Ruang tunggu di instalasi Pengadaan kursi di ruang tunggu


farmasi rawat jalan kurang instalasi farmasi rawat jalan.
nyaman dan tempat duduk

11
sedikit bila dibandingkan
dengan pasien yang banyak
(>250 pasien/hari) dan yang
tersedia hanya 15 kursi

8 Rak obat Gudang farmasi masih Diupayakan mengganti rak kayu


terbuat dari kayu dengan bahan yang lebih kuat dan
menghindari adanya rayap

9 Cooler box yang tersedia hanya Pengadaan cooler box, dimana


1 dan pengambilan vaksin ke harus tersedia minimal 1 cooler box
dinkes tidak membawa cooler di ruang farmasi dan 1 untuk
box pengambilan obat di luar

10 Kartu stok vaksin belum ada Menambahkan adanya keterangan


keterangan bets bets pada kartu stok vaksin

11 Faktur barang dan surat pesanan Pengelolaan arsip faktur barang dan
belum digabung, sehingga saat surat pesanan digabung
barang datang belum ada
pencocokan antara faktur
dengan surat pesanan, hanya
mencocokan faktur dengan
barang yang datang

12 Skrining resep di instalasi rawat Lebih tertib dalam melakukan


jalan saat penerimaan resep skrinning resep saat penerimaan
belum tertib dilakukan resep

13 Ditemukan vaksin HB0 di Penyimpanan vaksin HB0 sesuai


penyimpanan perinatal dan di dengan persyaratan
suhu 15℃

2. Perizinan oleh Dinas Kesehatan

Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta juga mengelola perizinan yang


meliputi perizinan makanan dan olahan siap saji, pangan industri rumah tangga
(PIRT), usaha mikro obat tradisional (UMOT), perizinan fasilitas kesehatan
seperti rumah sakit, apotek, puskesmas, klinik dan perizinan tenaga kesehatan.
Untuk profesi apoteker yang akan berpraktek di apotek, wajib memiliki izin
yang dapat dibuat melalui dinas kesehatan, yaitu:
1. Surat Izin Apotek (SIA)
12
Surat Izin Apotek atau SIA adalah bukti tertulis yang diberikan oleh
pemerintah daerah kabupaten/kota kepada Apoteker sebagai izin untuk
menyelenggarakan Apotek. Pembuatan SIA dibuat melalui Online Single
Submission (OSS). OSS adalah sistem perizinan berusaha terintegrasi
secara elektronik yang dikelola dan diselenggarakan oleh Lembaga OSS
(Kementerian Investasi/BKPM). Penyelenggaraan Perizinan Berusaha
Berbasis Risiko melalui Sistem OSS merupakan pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja. Pelaku Usaha dapat
mengakses Sistem OSS berbasis risiko melalui website https://oss.go.id/.
Perizinan berusaha dibagi menjadi beberapa tingkat risiko, yaitu:
a. Risiko rendah (R)
b. Risiko menengah rendah (MR)
c. Risiko menengah tinggi (MT)
d. Risiko tinggi (T)
Untuk usaha dengan tingkat Risiko Rendah (R) dan Menengah
Rendah (MR), proses perizinan berusaha cukup diselesaikan melalui
sistem Online Single Submission (OSS) tanpa membutuhkan verifikasi
atau persetujuan dari Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah sehingga
hanya membutuhkan NIB (Nomor Induk Berusaha yang dikeluarkan dari
OSS), sedangkan usaha dengan tingkat Risiko Menengah Tinggi (MT)
dan Risiko Tinggi (T) membutuhkan Nomor Induk Berusaha (NIB), Izin
yang harus disetujui oleh Kementerian/ Lembaga/ Pemerintah Daerah,
dan/atau Sertifikat Standar (SS) yang dikeluarkan oleh Dinkes jika
dibutuhkan. Apotek bisa dimiliki oleh perseorangan atau melalui badan
usaha (PT).
a. Langkah Mengurus Perizinan Berusaha Bagi Usaha Mikro Kecil
(UMK) - Orang Perseorangan
1) Pastikan bahwa pemohon telah memiliki akun
2) mengunjungi situs Online Single Submission https://oss.go.id/
3) Pilih “MASUK”
4) Masukkan Username dan Password beserta CAPTCHA yang
tertera, klik tombol “MASUK”

13
5) Pilih Menu Perizinan Berusaha dan pilih Permohonan Baru
pemohon akan diberikan NIB (Nomor Izin Berusaha).
6) Pemohon diminta melengkapi data-data yang diperlukan, seperti :
a. Data Pelaku Usaha
b. Data Bidang Usaha
c. Data Detail Bidang Usaha
d. Data Produk/Jasa Bidang Usaha
7) Kemudian, pemohon memeriksa:
a. Daftar Produk/Jasa
b. Data Usaha
c. Daftar Kegiatan Usaha
d. Periksa dan Lengkapi Dokumen Persetujuan Lingkungan
(KBLI/Bidang Usaha Tertentu)

8) Selanjutnya Centang Pernyataan Mandiri

9) Dinas Kesehatan akan melakukan verifikasi berkas dan visitasi

10) Perizinan Berusaha akan diterbitkan di situs OSS setelah disetujui


oleh Dinas Kesehatan
b. Langkah Mengurus Perizinan Berusaha Bagi Usaha Mikro Kecil
(UMK) - Badan Usaha
1) Pastikan pemohon telah memiliki akun

2) Kunjungi https://oss.go.id/

3) Pilih “MASUK”

4) Masukkan Username dan Password beserta CAPTCHA yang


tertera, lalu klik tombol “MASUK”
5) Klik Menu Perizinan Berusaha dan pilih Permohonan Baru
6) Lengkapi data-data yang diperlukan, seperti:
a. Jenis Pelaku Usaha
b. Data Pelaku/Bidang Usaha
c. Data Detail Bidang Usaha
d. Data Produk/Jasa Bidang Usaha
7) Kemudian, mohon periksa:
a. Daftar Produk/Jasa

14
b. Data Usaha (Aktivitas Impor, BPJS dan WLKP)
c. Daftar Kegiatan Usaha
d. Periksa dan Lengkapi Dokumen Persetujuan Lingkungan
(KBLI/Bidang Usaha Tertentu)
8) Pahami dan Centang Pernyataan Mandiri
9) Periksa Draf Perizinan Berusaha
10) Dinas Kesehatan akan melakukan verifikasi berkas dan visitasi
11) Perizinan Berusaha akan diterbitkan di situs OSS setelah
disetujui oleh Dinas Kesehatan.

Pembuatan SIA atau Surat Izin Apotek melalui dinkes


membutuhkan waktu rata-rata 9 hari. Untuk verifikasi dokumen
biasanya dilakukan sekitar 3-4 hari, kemudian akan dilakukan visitasi
oleh seksi sertifikasi dan lisensi kesehatan bersama dengan seksi farmasi
pada minggu ke-2, setelah semua dokumen sesuai maka sertifikat
standar, Surat KBLI dan Surat NIB akan diterbitkan. jika dokumen tidak
sesuai dengan hasil visitasi maka dinas kesehatan akan memberikan
saran dan rekomendasi untuk perbaikan kepada pemohon sebelum
diajukan kembali.

Gambar 3.2. Alur Penerbitan Perizinan Berusaha Apotek/Toko Obat

2. Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA)


Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) adalah surat izin yang diberikan
kepada Apoteker untuk dapat melaksanakan praktik kefarmasian pada
15
fasilitas kesehatan. Dalam perizinan ini dilakukan 2 kali verifikasi oleh
Dinas Kesehatan. Dalam proses perizinan ini, setelah apoteker melakukan
permohonan melalui aplikasi JSS (Jogja Smart Service), data/berkas
permohonan akan dilakukan pengecekan kelengkapan terlebih dahulu
oleh Dinas Perizinan/DPMPTSP (Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu). Setelah berkasnya lengkap dan terverifikasi,
selanjutnya dilakukan pengecekan kesesuaian data oleh Dinas Kesehatan,
jika sudah sesuai selanjutnya diserahkan ke Dinas perizinan untuk
diberikan tanda tangan elektronik (beserta barcode). Kemudian dilakukan
otorisasi dengan persetujuan Kepala Seksi SERLIK (Sertifikasi Lisensi
Kesehatan), Kepala Bidang SDK (Sumber Daya Kesehatan) dan Kepala
Dinas. Setelah itu, SIPA dapat dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan.
Berdasarkan PMK No. 31 tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Kesehatan No. 889/MENKES/PER/V/2011 tentang Registrasi,
Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian, SIPA bagi apoteker di
fasilitas kefarmasian hanya diberikan untuk 1 (satu) tempat fasilitas
kefarmasian (1 SIPA sebagai Apoteker Penanggung Jawab) dan apoteker
hanya dapat memiliki 2 (dua) SIPA pada fasilitas pelayanan kefarmasian
lain.

Usaha/apotek untuk perorangan maka pemilik sarana merupakan


seorang apoteker. SIPA berlaku sesuai dengan STR (Surat Tanda
Registrasi), dimana masa berlaku STR ialah 5 tahun. Dalam pembuatan
SIPA, apabila seorang apoteker bertujuan untuk bekerja di suatu fasilitas
kesehatan maka apoteker tersebut wajib sudah mempunyai tempat dimana
ia akan bekerja karena dalam proses pembuatannya akan dibutuhkan
dokumen dimana terdapat lembar pengesahan atau tanda tangan
pemimpin faskes tersebut. Sedangkan jika apoteker baru akan mendirikan
apotek sendiri maka izin praktek apoteker (SIPA) dibuat bersamaan
dengan izin apotek (SIA).
Berikut bagan alur perizinan online melalui aplikasi JSS (Jogja
Smart Service) untuk wilayah kota Jogja.

16
Gambar 3.3. Bagan Susunan Organisasi Dinas Kesehatan

C. Pengelolaan Sedian Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) di Dinas
Kesehatan Kota Yogyakarta
1. Perencanaan
Perencanaan kebutuhan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
(BMHP) merupakan proses kegiatan seleksi untuk menentukan jenis dan
jumlah Sediaan Farmasi dalam rangka pemenuhan kebutuhan Puskesmas
dimana Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta menaungi 18 Puskesmas. Adapun
tujuan perencanaan adalah untuk mendapatkan:
1. Perkiraan jenis dan jumlah Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
yang mendekati kebutuhan;
2. Meningkatkan penggunaan Obat secara rasional; dan
3. Meningkatkan efisiensi penggunaan Obat.
Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta melaksanakan penyusunan perencanaan
obat telah mengacu pada kebijakan dan peraturan yang ditetapkan serta bersifat
bottom-up planning (perencanaan berjenjang) dimana usulan perencanaan
dimulai dari tingkat bawah/puskesmas berdasarkan Laporan Pemakaian dan
Lembar Permintaan Obat (LPLPO) untuk kebutuhan 18 bulan yang dilakukan
di akhir tahun.

17
Penyusunan perencanan obat mengacu ke Kepmenkes No.1121 tentang
Petunjuk Teknis Pengadaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan untuk
Pelayanan Kesehatan Dasar dimana dijelaskan tentang pembentukan Tim
Perencanaan Obat Terpadu Kabupaten/Kota (TPOTK).
Adapun tahapan Perencanaan kebutuhan yang dilakukan oleh Tim
Perencana dimana kegiatan dilakukan adalah:
a. Tahap Seleksi Obat
Tahap seleksi obat yang akan direncanakan harus berdasarkan acuan
Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN), Formularium Nasional
(FORNAS), Formularium Dinas Kesehatan Yogyakarta, dan Pedoman
Pengelolaan Dinas Kesehatan Yogyakarta. Obat yang dipilih harus sesuai
dengan harga yang terdapat pada Keputusan Menteri Kesehatan tentang
Daftar Harga Obat untuk Obat Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD) dan Obat
Program Kesehatan. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam
perencanaan obat yaitu berikut :
1) Pemilihan obat yang dapat memberikan efek terapi jauh lebih baik
dibandingkan resiko efek samping yang akan ditimbulkan,
2) Pemilihan obat dengan jenis obat yang dipilih seminimal mungkin
untuk menghindari terjadinya duplikasi obat.
3) Obat tunggal lebih diutamakan dibandingkan obat kombinasi,
4) Obat yang dipilih memiliki rasio manfaat/biaya yang paling
menguntungkan.
Puskesmas selanjutnya akan membuat formulir kebutuhan untuk
puskesmas yang akan diserahkan ke Dinas Kesehatan.

b. Tahap Kompilasi Pemakaian Obat


Setelah puskesmas menyerahkan daftar kebutuhan obat, maka dinas
kesehatan akan melakukan kompilasi pemakaian obat. Tahapan ini
bertujuan untuk mengetahui pemakaian masing-masing jenis obat setiap
bulan di Puskesmas selama setahun. tahapan ini juga dilakukan untuk
menentukan stok optimum (stok kerja + stok pengaman) . kompilasi obat
oleh dinas kesehatan akan menunjukan jumlah pemakaian jenis obat di
Puskesmas, persentase pemakaian tiap jenis obat terhadap total pemakaian

18
setahun, pemakaian rata-rata untuk setiap jenis obat untuk tingkat
Kabupaten/ Kota dan perubahan pola penyakit dan penggunaan obat yang
ada.

c. Tahap Perhitungan Kebutuhan Obat


Tahap perhitungan kebutuhan obat dilakukan dengan dilakukan
metode perhitungan melalui metode konsumsi dan atau morbiditas.
1) Metode Konsumsi
Metode konsumsi dilakukan dengan perhitungan pola kunjungan.
Metode dikonsumsi berdasarkan data konsumsi obat tahun
sebelumnya. Metode konsumsi dilakukan dengan pengumpulan dan
pengolahan data, analisa data untuk informasi dan evaluasi,
perhitungan perkiraan kebutuhan obat, penyesuaian jumlah kebutuhan
obat dengan alokasi dana. Perhitungan dapat menggunakan rumus:
A = (B+C+D) – E
Keterangan:
A : Rencana Pengadaan
B : Pemakaian Rata-Rata X 12 Bulan
C : Buffer Stock (10-210%)
D : Lead Time (3 – 6 Bulan)
E : Sisa Stok

2) Metode Morbiditas
Metode morbiditas memerlukan data distribusi yang disampaikan
ke pusat. Metode morbiditas digunakan untuk perhitungan kebutuhan
obat berdasarkan pola penyakit. Adapun faktor yang perlu diperhatikan
adalah perkembangan pola penyakit dan lead time. Langkah-langkah
dalam metoda ini adalah:
a) Menggunakan pedoman pengobatan.
b) Menentukan jumlah penduduk yang akan dilayani.
c) Menentukan jumlah kunjungan kasus berdasarkan frekuensi
penyakit.
d) Menghitung jumlah kebutuhan obat.

19
2. Pengadaan
Pengadaan pada Dinas Kesehatan Yogyakarta dapat dilakukan dengan
pembelian yaitu melalui e-catalog, untuk obat yang tidak tersedia pada e-
catalog maka dilakukan pengadaan dengan proses tender, sedangkan pembelian
obat dengan nominal dibawah 200 juta dilakukan dengan pembelian langsung
dimana hal ini dilakukan pada kondisi darurat saat stok obat berkurang diluar
perencanaan awal. Metode Pengadaan lainnya yaitu dengan non pembelian
yakni hibah dari Pemerintah Provinsi DIY seperti halnya obat TB, HIV, serta
hibah untuk program vaksinasi. Adapun pelaku pengadaan diantaranya :
1. Pengguna Anggaran (PA)
2. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA ; Kepala Bidang )
3. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
4. Pejabat Pengadaan
5. Pokja Pemilihan
6. Agen Pengadaan
7. Penyelenggara Swakelola
8. Penyedia
Sumber dana untuk pengadaan obat pada Dinas Kesehatan Kota
Yogyakarta berasal dari APBN dan APBD yang terbagi dalam 2 kategori dana
yaitu DAU (Dana Alokasi Umum) dan DAK (Dana Alokasi Khusus), dimana
masing-masing digunakan untuk kebutuhan fisik (produk farmasi, alkes, dll)
dan non fisik (monitoring dan pengawasan). Penggunaan sumber dana diawasi
oleh Inspektorat, BPK, BPKP.

3. Penerimaan
Penerimaan dilakukan untuk setiap barang yang datang, baik obat, vaksin,
reagen lab, obat program maupun alat kesehatan. Penerimaan dilakukan untuk
memastikan SP dan obat yang ditujukan kepada dinas kesehatan Kota
Yogyakarta sebelum pengecekan barang. Kegiatan penerimaan dilakukan oleh
Apoteker atau Tenaga Teknis Kefarmasian. Khusus untuk obat-obatan NPP
(Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor) harus diterima oleh Apoteker yang
bertugas.

20
Proses penerimaan obat dilakukan mulai dari pengecekan antara surat
pesanan (SP) dan dokumen pengiriman dari distributor dengan barang yang
datang. Pengecekan tersebut meliputi kesesuaian jumlah dan jenis obat dan alat
kesehatan, kesesuaian nomor bets, kemasan fisik, izin edar dan tanggal
kadaluarsa, dan nilai rupiah. Apabila terdapat barang yang tidak sesuai
persyaratan dari segi tanggal kadaluarsa, perbedaan jumlah jenis, dan nomor
batch barang maka dapat dilakukan komplain ke distributor. Apabila barang
yang diterima merupakan produk rantai dingin, maka suhu diperiksa segera saat
barang tiba, dan langsung disimpan di cold room (2-8oC) Obat dan alkes yang
sudah sesuai kemudian dilakukan penandatanganan faktur yang diterima dari
distributor. Selanjutnya, dilakukan pencatatan penerimaan yang meliputi kode
dan nama barang, asal barang, tanggal penerimaan barang, nomor dan tanggal
dokumen pengiriman, satuan kemasan, jumlah kemasan, harga satuan, jumlah
harga, nomor bets dan tanggal kadaluarsa. Pencatatan penerimaan dilakukan
secara SIM (Sistem Informasi Manajemen) persediaan dan juga secara manual.
Pencatatan juga dilakukan di kartu stok dan dilakukan penyimpanan.
Keterangan yang termasuk di dalam kartu stok yaitu meliputi tanggal, nomor
bets, dari/kepada, jumlah obat masuk, jumlah obat keluar, jumlah sisa obat,
tanggal kadaluarsa, keterangan, dan paraf petugas. Obat maupun alkes yang
diterima tersebut selanjutnya dimasukkan dan disusun oleh petugas Instalasi
Farmasi ke Instalasi Farmasi induk sesuai tempat penyimpanannya masing-
masing.

4. Penyimpanan
Penyimpanan merupakan kegiatan menyimpan persediaan obat yang
diterima pada tempat yang dianggap aman dari pencurian atau cidera fisik yang
dapat mempengaruhi mutu obat, menurut persyaratan yang ditetapkan,
penyimpanan dapat dibedakan menurut bentuk dan jenis sediaan, dibedakan
oleh kestabilan suhu, mudah eksplosif atau tidak. Tidak mudah terbakar,
tahan/tidak tahan cahaya, serta dilengkapi dengan sistem informasi yang selalu
menjamin ketersediaan obat sesuai kebutuhan. Tujuannya untuk menjaga mutu
obat, menghindari penggunaan obat yang tidak bertanggung jawab, menjaga
ketersediaan, serta mempermudah pencarian dan pengendalian obat.

21
Penyimpanan dilakukan di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kota
Yogyakarta yang didesain sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan agar mutu
obat dan alat kesehatan terjamin. Penyimpanan obat yang dilakukan di Instalasi
Farmasi Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta yaitu dengan prinsip FEFO,
diusahakan disusun berdasarkan abjad dan dikelompokkan berdasarkan bentuk
sediaan.
Penyimpanan perbekalan farmasi di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan
Kota Yogyakarta dengan kondisi sebagai berikut :
a. Gudang Instalasi Farmasi terbagi menjadi beberapa ruangan, yaitu
Gudang Induk, Ruang Retail, Ruang Produk Rantai Dingin, Narkotika
Psikotropika, Prekursor dan Obat Obat Tertentu, serta terdapat Ruang
Penyimpanan obat Kadaluarsa. Namun, belum terdapat ruang karantina
untuk produk yang baru datang.
b. Sirkulasi udara dalam Instalasi Farmasi cukup baik, terdapat AC pada
seluruh area gedung yang dimaksudkan untuk menjaga stabilitas dan
mutu obat.
c. Obat dengan kemasan kecil diletakkan di atas rak obat dan obat dengan
kemasan besar (karton) diletakkan di atas palet, obat tersebut disusun
sesuai ukuran sehingga dapat meningkatkan sirkulasi udara,
meningkatkan efisiensi penanganan stok serta memberi perlindungan
terhadap banjir. Namun, masih terdapat beberapa produk yang belum
diletakkan di atas pallet.
d. Obat yang mudah meleleh akibat udara panas seperti salep dan gel
ditempatkan dalam ruangan ber-AC.
e. Terdapat lemari Psikotropika/ narkotika dengan kunci ganda.

f. Vaksin disimpan dalam cool room dengan suhu dingin yaitu 2-8oC.
g. Setiap ruangan dilengkapi dengan alat pengukur suhu (termometer) dan
pengukur kelembaban (higrometer) untuk memudahkan pengawasan
sehingga obat dipastikan berada dalam kondisi yang baik dimana hal ini
dapat menjamin mutu obat.
h. Terdapat perangkap hewan pengerat di area gudang untuk mencegah
kerusakan obat karena hewan pengerat

22
i. Berdasarkan WHO, 2003 Penyusunan kardus diatas pallet maksimal 2,5
meter. Namun, pada gudang terdapat 1 tumpukan yang melebihi 2,5
meter. hal ini dapat merusak mutu obat pada kardus yang terletak
dibawah.
j. Penyimpanan obat belum tersusun rapi dan masih banyak perbekalan
farmasi yang tercampur dengan perbekalan farmasi lain dalam satu
kardus.
k. Untuk pengendalian persediaan dilakukan stock opname setiap bulan
untuk memantau pengeluaran obat dan mengecek kesesuaian sisa obat
tercatat dengan fisik yang ada. Obat Covid dan obat yang mendekati
Kadaluarsa diprioritaskan dilakukan stock opname terlebih dahulu.

5. Distribusi
Pendistribusian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan
kegiatan pengeluaran dan penyarahan sediaan secara merata dan teratur untuk
memenuhi untuk memenuhi kebutuhan sub unit/satelit farmasi puskesmas dan
jaringannya.
Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan Sediaan Farmasi sub unit
pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas dengan jenis, mutu,
jumlah dan waktu yang tepat.
Sub-sub unit di Puskesmas dan jaringannya antara lain:
1. Sub unit pelayanan kesehatan di dalam lingkungan Puskesmas;
2. Puskesmas Pembantu;
3. Puskesmas Keliling;
4. Posyandu; dan
5. Polindes.
Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta melakukan distribusi berdasarkan surat
permintaan yang berupa Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat
(LPLPO) diberikan oleh puskesmas ke Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta yang
mana mencantumkan nama obat yang diinginkan, satuan obat, sisa stok masing-
masing obat pada bulan terakhir, rata-rata pemakaian perbulan, serta jumlah
23
permintaan obat yang dibutuhkan. Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta
melakukan distribusi perbekalan farmasi dengan 2 metode, yaitu pull
distribution dan push distribution :
1. Pull Distribution
Pull distribution yaitu distribusi dimana pengambilan obat oleh
Puskesmas/Rumah Sakit ke Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan kota
Yogyakarta dengan mengajukan permintaan kebutuhan obat ke Instalasi
Farmasi Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta. Sebagai contoh saat
Puskesmas Kota Yogyakarta mengajukan permintaan obat diluar jadwal
reguler (BON obat) kepada Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, pihak
puskesmas secara mandiri mengambil obat yang diminta.
2. Push Distribution
Push distribution merupakan kegiatan distribusi yang dilakukan oleh
Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta yang mengirimkan obat ke
Puskesmas/Rumah sakit, saat puskesmas kota Yogyakarta menyerahkan
LPLPO untuk permintaan obat bulanan kepada Dinas Kesehatan Kota
Yogyakarta. Pada pelaksanaanya, push distribution lebih sering
diterapkan dalam kegiatan distribusi di Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta,
namun ketika terjadi bencana dapat menggunakan kedua metode tersebut.
Distribusi obat-obat program dilakukan dengan koordinasi pada masing-
masing penanggungjawab program.

D. Pencatatan, Pelaporan dan Pemusnahan Obat


Kegiatan pencatatan dan pelaporan meliputi pencatatan dan pengelolaan
data untuk mendukung rencana pengadaan obat. Tujuan pencatatan dan
laporan adalah untuk menunjukkan bahwa kegiatan telah dilakukan,
tindakan pencegahan dan pengendalian untuk sumber data untuk
implementasi, sumber data untuk kebutuhan perencanaan, dan sumber data
untuk pelaporan.
1. Pencatatan
a. Pencatatan Penerimaan
Hal ini dilakukan untuk obat dan alat kesehatan yang diterima
dari distributor/PBF oleh apoteker atau TTK Dinas Kesehatan Kota

24
Yogyakarta, atau untuk obat-obatan dari hibah. Pencatatan
penerimaan obat atau alat kesehatan meliputi tanggal penerimaan
barang, tempat asal barang, keterangan barang, satuan kemasan,
jumlah kemasan, harga satuan, harga total, dan nomor batchnya.
Tanggal Kadaluarsa. Pencatatan dilakukan dalam format MS Excel.
b. Pencatatan Penyimpanan
Dilakukan untuk mengontrol obat maupun alkes yang disimpan
di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta. Pencatatan
meliputi catatan buku penerimaan untuk mencatat jumlah barang
yang masuk ke Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kota
Yogyakarta, kartu stok/kartu barang, buku pengeluaran barang
rusak/kadaluarsa, dan buku monitoring kadaluarsa obat yang berisi
catatan obat–obat apa saja yang kadaluarsa pada bulan tertentu.
c. Pencatatan Distribusi
Meliputi dokumen–dokumen yang digunakan saat dilakukan
distribusi obat ke Dinas Kesehatan Kota/ Kabupaten, seperti surat
permohonan permintaan obat, Surat Bukti Barang Keluar (SBBK),
dan surat tanda terima obat.
d. Pencatatan dengan Sistem e-Logistik
E-logistik adalah aplikasi pengelolaan obat dan bahan medis
habis pakai (BMHP) di Instalasi Farmasi pusat, Provinsi, dan
Kabupaten/ Kota untuk mendukung pelaporan, pencatatan, dan
pengelolaan obat dan BMHP, agar penyedia alat kesehatan, obat,
dan vaksin dapat dipenuhi secara tepat waktu.
2. Pelaporan
Pelaporan yang disusun oleh Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta
meliputi:
a. Laporan Mutasi Barang Persediaan yang dilakukan tiap bulan.
b. Laporan Obat mendekati kadaluarsa yang dilakukan tiap bulan. c.
Laporan Obat Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP)
d. Laporan Obat Program
1) Obat TB melalui Sistem Informasi Tuberkulosis (SITB)

25
2) Obat HIV dan AIDS melalui Sistem Informasi HIV dan AIDS
(SIHA)
3) Obat Covid 19 melalui Sistem Monitoring Logistik Elektronik
(SMILE)
e. Laporan Vaksin kepada Dinas Kesehatan Provinsi D.I Yogyakarta.

3. Pemusnahan
Pemusnahan merupakan rangkaian kegiatan pemusnahan sediaan
farmasi dan perbekalan kesehatan dalam rangka pembebasan barang
milik/ kekayaan negara dari tanggung jawab berdasarkan peraturan
perundangan-undangan yang berlaku.
Tujuan dilakukannya pemusnahan antara lain :
a. Pemusnahan merupakan bentuk pertanggungjawaban petugas
terhadap sediaan farmasi/ obat-obatan yang diurusnya, yang sudah
ditetapkan untuk dimusnahkan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
b. Menghindarkan pembiayaan (biaya penyimpanan, pemeliharaan,
penjagaan dan lain-lain) atau barang yang sudah tidak layak untuk
dipelihara.
c. Menjaga keselamatan dan terhindar dari pengotoran lingkungan.

Pemusnahan obat ED di Dinas Kesehatan kota Yogyakarta


dilakukan dengan cara:
a. Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta melaporkan
kepada Kepala Seksi Farmasi terkait adanya obat ED dengan
melampirkan daftar obat apa saja yang sudah ED
b. Kepala Seksi Farmasi akan mengajukan pemusnahan obat ED
kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta
c. Kepala Dinas Kesehatan mengusulkan dan meminta persetujuan
pemusnahan dan penghapusan obat ED kepada Sekretaris Daerah
karena persediaan obat ED sudah tidak bisa dimanfaatkan kembali

26
d. Setelah mendapatkan izin dari Sekretaris Daerah melalui BPKAD,
Instalasi Farmasi Kota Yogyakarta akan mencari penyedia jasa
untuk pemusnahan obat ED
e. BPKAD akan melakukan pemeriksaan terhadap penyedia jasa
untuk pemusnahan obat ED
f. Obat-obat kadaluarsa/rusak dimusnahkan sesuai dengan jenis dan
bentuk sediaan. Pemusnahan obat disaksikan oleh BPOM
(memastikan sudah dilakukan enkapsulasi)
g. Dikeluarkan SK pemusnahan barang persediaan.
Di Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, pemusnahan obat ED
dilaksanakan tergantung pada anggaran. Biasanya dilakukan setiap 1
tahun sekali dan digabung dengan 18 puskesmas.

27
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta melayani perizinan terkait fasilitas
kesehatan diantaranya apotek, toko obat, klinik, UMOT, serta makanan.
Perizinan terkait praktik apoteker yakni pengurusan Surat Izin Apotek
(SIA) dan Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA) yang mana diakses
melalui OSS dan JSS.
2. Pengelolaan Sediaan farmasi, Alat Kesehatan dan BMHP pada Dinas
Kesehatan Kota Yogyakarta meliputi perencanaan, pengadaan,
penyimpanan, distribusi, serta pencatatan, pelaporan dan pemusnahan.
umumnya telah sesuai dengan regulasi yang berlaku
3. Pembinaan dan pengawasan SDM Kefarmasian di Dinas Kesehatan
yaitu melalui monitoring dan evaluasi dimana monitoring dan evaluasi
ini sebagai bentuk untuk optimalisasi sumber daya serta upaya
perbaikan agar terciptanya SDM kefarmasian serta pelayanan kesehatan
yang baik yang mana telah berjalan secara rutin minimal 2 kali dalam
satu tahun.

B. Saran
1. Kegiatan Praktik Kerja Kefarmasian di Dinas Kesehatan diberikan
waktu yang lebih panjang sehingga mahasiswa dapat berlatih lebih
optimal.
2. Penataan obat yang teratur agar dapat memudahkan ketika akan
mengambil obat atau menatanya kembali ke rak obat.
3. Penataan obat lebih disesuaikan dengan persyaratan terkait ruang
karantina penerimaan, pemakaian palet, dan batas maksimal tumpukan
kardus.

28
4. Dapat menyediakan waktu atau hari khusus untuk mengatur
penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan atau BMHP di gudang

29
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan. 2015. Rencana Aksi
Kegiatan Tahun 2015-2019. Jakarta: Direktorat Bina Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatan.
Kemenkes. 2014a. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58
Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kemenkes 2014b. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75
Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
Kemenkes. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72
Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kota Yogyakarta. 2021. Peraturan Walikota No. 96 tentang Kedudukan dan
Susunan Organisasi. Yogyakarta: Pemerintah Kota Yogyakarta.
Permenkes RI, 2014, Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.
Republik Indonesia. 2020. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 tahun
2020 tentang Cipta Kerja. Jakarta: Kementerian Sekretariat Negara RI.
Republik Indonesia. 2021. Peraturan Pemerintah RI, Nomor 5 tahun 2021,
Tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Resiko. Jakarta:
Pemerintah RI.

Republik Indonesia. 2021. Peraturan Presiden RI, Nomor 12 tahun 2021, Tentang
Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 16 tahun 2018 Tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Jakarta: Kementerian Sekretariat
Negara RI.
Website dinkes, http://dinkes.jogjaprov.go.id/dinkes/home , diakses pada tanggal
28 Juli 2022.
WHO, 2003. Guidelines for the Storage of Essential Medicines and Other Health
Commodities. UNICEF.

30
LAMPIRAN

1. Gudang Induk

2. Ruang Cold Chain Product


29
3. Ruang Retail
30
4. Ruang NPP & OOT

31
5. Ruang Kaldaluarsa

6. LPLPO
32
(LPLP Obat)

(LPLP Vaksin)

33
(LPLP Laboratorium)

7. Surat Pesanan

(Surat Pesanan obat bebas)

34
( Surat Pesanan Obat Obat Tertentu)

8. Surat Bukti Barang Keluar

9. Berita Acara Serah Terima Pengembalian Obat

35
10. Buku Pencatatan Penerimaan Barang

11. Contoh E-catalog

36
37
14. Tempat Kunci Ruang NPP

15. Monitoring Suhu


38
(Suhu Gudang)

(Suhu CCP)

16. Kartu Stok

39
17. Dokumen Pengambilan Barang

40

Anda mungkin juga menyukai