Anda di halaman 1dari 17

Sistem Pelaporan Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan

Dosen Pengampu : Rahmi Pramulia Fitri, M.Kes

Oleh :

Meta Yulminesah

(19401009)

Program Studi S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat

STIKes Payung Negeri Pekanbaru

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat-Nya, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Terimakasih
kepada ibu Rahmi Pramulia Fitri, M.Kes selaku dosen pengampu yang telah
membimbing dan memberikan tugas sehingga penulis mampu menyelesaikan
makalah ini sebagai tugas Pengelolaan Obat. Makalah ini berisikan tentang
“Sistem Pelaporan Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan”. Penulis
mengucapkan terimakasih atas bantuan dari pihak yang membantu. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh sebab itu penulis
mengaharapkan kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan makalah
ini.

Lubuk Jambi,05 November 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................4
B. Tujuan...............................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Apotek............................................................................6
B. Alat Kesehatan..................................................................................7

BAB III PEMBAHASAN

A. Sistem Pelaporan Penggunaan Obat ............................................10


B. Penyimpanan Obat.........................................................................11

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan .....................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................16
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan berpenduduk


sangat padat. Selain jumlah penduduk yang banyak dan wilayah yang luas,
Indonesia pun termasuk negara yang memiliki potensi penyakit yang beragam.
Ketersediaan obat pada setiap tempat pendistribusian dan penjualan obat belum
memadai. Pemerintah belum bisa menangani tidak meratanya penyebaran obat
pada distributor obat. Saat ini, belum ada sebuah sistem informasi untuk
memantau penyebaran dan pendistribusian obat secara nasional di indonesia.

Pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan membutuhkan dukungan sistem


informasi yang kuat, terutama untuk melakukan pemantauan, evaluasi,
perencanaan program, pengambilan keputusan penting dan bahkan penelitian
pengelolaan informasi obat dan perbekalan kesehatan secara nasional digunakan
untuk pelacakan penyimpanan dan pergerakan barang pada setiap level pelayanan
kesehatan dalam sebuah sistem supply chain agar dapat memastikan ketersediaan
logistik farmasi di level fasilitas kesehatan tersebut, dan untuk mempermudah
relokasi logistik antar lokasi (daerah) dengan mempertimbangkan ketersediaan
obat di masing-masing level dan tanggal kadaluarsa sehingga obat dan perbekalan
kesehatan dapat diserap dengan optimal baik untuk tujuan pelayanan rutin
maupun keadaan khusus.

Kesehatan merupakan salah satu hal yang sangat penting dewasa ini,
mengingat makin banyaknya variasi penyakit, perubahan iklim yang ekstrim, serta
kondisi lingkungan yang telah banyak terkontaminasi. Mengingat pergerakan
masyarakat modern khususnya di kota besar seperti Surabaya, sangat dituntut
untuk memiliki ketahanan tubuh yang baik supaya tidak mudah sakit. Masyarakat
sendiri telah bersikap kritis untuk memiliki kesadaran mengenai pentingnya
kesehatan bagi hidup mereka, bahkan telah menjadi kebutuhan primer. Untuk
memenuhi kebutuhan tersebut maka perlu dilakukan pembangunan khususnya
dalam bidang kesehatan yang meliputi fasilitas penunjang kesehatan serta sumber
dayanya, salah satunya adalah apotek.

Apotek merupakan salah satu sarana penunjang kesehatan, dimana apotek


memiliki pelayanan kesehatan yang diselenggarakan secara sendiri atau bersama-
sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,
mencegah, dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan,
keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat. Pelayanan kesehatan di apotek juga
mempunyai tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia yang ditentukan
oleh tingkat atau derajat kesehatan dari setiap manusia.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum adalah untuk menjelaskan tentang sistem
pelaporan obat dan alat kesehatan
2. Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus makalah ini sebagai berikut:
a. Untuk mengatahui sistem pelaporan penggunaan obat
b. Untuk mengetahui sitem penyimpanan obat
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Apotek

Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek


kefarmasian oleh Apoteker. Apotek memiliki aturan yang memiliki tujuan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian di Apotek, memberikan
perlindungan pasien dan masyarakat dalam memperoleh pelayanan kefarmasian di
apotek, dan menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian dalam
memberikan pelayanan kefarmasian di apotek. Penyelenggaraan pelayanan
kefarmasian di apotek harus menjamin ketersediaan sediaan farmasi, alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai yang aman, bermutu, bermanfaat dan
terjangkau.

Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dalam membantu


mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.
Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri-
sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan atau masyarakat.

Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan yang digunakan


oleh masyarakat. Apotek mengutamakan kepentingan masyarakat oleh karena itu
setiap apotek diwajibkan untuk menyediakan, menyimpan dan menyerahkan
pembekalan farmasi yang baik bagi masyarakat. Apotek dapat 6 diusahakan oleh
pemerintah atau lembaga pemerintah dengan tujuan pelayanan kesehatan yang
ditugaskan kepada seorang apoteker yang telah mengucapkan janji sumpah serta
memperoleh izin dari Dinas Kesehatan setempat.

Apotek adalah salah satu sarana pelayanan kesehatan, kesehatan adalah hak
asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan. “Di
dalam badan yang sehat terdapat jiwa yang sehat”, pepatah ini mengingatkan
bahwa kesehatan merupakan suatu hal yang penting dan menjadi suatu kebutuhan
dalam kehidupan setiap manusia. Berbagai upaya kesehatan diselenggarakan oleh
pemerintah untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal antara
lain meliputi pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan dengan cara
promosi tentang kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),
penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan baik secara mental
ataupun fisik (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan. Pembangunan di bidang kesehatan salah satunya adalah
menjamin tersedianya pelayanan kesehatan yang bermutu.

Apoteker diharapkan mempunyai pengetahuan yang memadai bukan hanya


dalam bidang farmasi, tetapi juga mengenai peraturan perundang-undangan,
manajemen apotek, organisasi, dan komunikasi juga bertanggung jawab untuk
memastikan bahwa pasien mendapatkan terapi obat yang aman, tepat, dan cost-
effective.

B. Alat Kesehatan

Peralatan medis secara luas digunakan dalam semua aspek pelayanan


kesehatan, mulai dari pencegahan, skrining, diagnosis, pemantauan, dan terapi
rehabilitasi. Saat ini, hampir tidak mungkin memberikan pelayanan kesehatan
tanpa peralatan medis. Instrumen atau peralatan kesehatan adalah aset utama dan
menunjukan angka yang besar dalam pembelanjaan rumah sakit, sehingga
profitabilitas terkait erat dengan ketersediaan dan keandalan peralatan, sementara
kualitas produk sangat tergantung pada kondisi peralatan.

Alat kesehatan menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.1189 tahun 2010


tentang Produksi Alat Kesehatan dan Perbekalan Rumah Tangga adalah
instrumen, apparatus, mesin dan/ atau implan yang tidak mengandung obat yang
digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan
penyakit, merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia, dan/atau
membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh. Klasifikasi alat kesehatan
menurut Permenkes No.1190 tahun 2010 tentang Izin Edar Alat Kesehatan dan
PKRT berdasarkan tingkat risiko yang ditimbulkan alat terhadap pasien dan/atau
pengguna terdiri atas, yaitu:
a. Kelas I: Alat kesehatan yang kegagalan atau salah penggunaannya tidak
rnenyebabkan akibat yang berarti;
b. Kelas IIa: Alat kesehatan yang kegagalannya atau salah penggunaannya
dapat memberikan akibat yang berarti kepada pasien tetapi tidak
menyebabkan kecelakaan yang serius;
c. Kelas IIb: Alat kesehatan yang kegagalannya atau salah penggunaannya
dapat memberikan akibat yang sangat berarti kepada pasien tetapi tidak
menyebabkan kecelakaan yang serius;
d. Kelas III: Alat kesehatan yang kegagalan atau salah penggunaannya
dapat memberikan akibat yang serius kepada pasien atau
perawat/operator.

Alat kesehatan ini sebelum beredar perlu mengisi formulir dan memenuhi
persyaratan yang lengkap termasuk analisa resiko dan bukti keamanannya untuk
dinilai serta memerlukan uji klinis.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


116/SK/79, Alat kesehatan dapat digolongkan menjadi :

a. Preparat untuk pemeliharaan dan perawatan kesehatan


b. Pestisida dan insektisida pembasi hama manusia dan binatang piaraan
c. Alat kecantikan yang digunakan dalam salon kecantikan
d. Wadah dari plastik dan kaca untuk obat dan injeksi, juga karet tutup botol
infus
e. Peralatan obstetri dan hgynekologi
f. Pelalatan anestesi
g. Peralatan dan perlengkapan kedokteran gigi
h. Peralatan dan perlengkapan kedokteran THT
i. Peralatan dan perlengkapan kedokteran mata

Sebagai dasar pengenalan alat-alat kesehatan tidak semua golongan alat


diketengahkan, hanya alat-alat kesehatan yang ada di apotik dan sering
dipergunakan oleh pasien atau dipergunakan medis dan perawat di rumah sakit.
Berikut ini beberapa macam untuk alat kesehatan dasar :

a. Abocath (jarum infus).


b. Infus set / Transet ( selang infus)
c. Cairan infus.
d. Stetoskop
e. Tensi (tensimeter)
f. Termometer
g. Pinset (Jepitan)
h. Spuit (suntikan)

Beberapa alat kesehatan yang lain juga memiliki instrumen sebagai berikut  :

1. Instrumen Aparatus, mesin, implan yang tidak mengandung obat yang


digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan
meringankan penyakit, merawat orang sakit serta pemulihan kesehatan
pada manusia, dan atau untuk membentuk struktur dan memperbaiki
fungsi tubuh. (Sumber: UU No.23/1992 ttg kesehatan)
2. Bahan, instrumen, aparatus, mesin, alat untuk ditanamkan, reagens/produk
diagnostik invitro atau barang lain yang sejenis  atau terkait termasuk
komponen, bagian dan perlengkapannya, yaitu:
a) Disebut dalam Farmakope Indonesia, Ekstra Farmakope Indonesia
dan formularium Nasional atau suplemennya dan atau;
b) Digunakan untuk mendiagnosa penyakit, menyembuhkan, merawat,
memulihkan, meringankan atau mencegah penyakit pada manusia
dan atau;
c) Dimaksudkan untuk mempengaruhi struktur dan fungsi
tubuh manusia dan atau;
d) Dimaksud untuk menopang atau menunjang hidup atau mati
e) Dimaksud untuk mencegah kehamilan dan atau;
f) Dimaksud untuk penyucihamaan alat kesehatan dan atau;
g) Dimaksudkan untuk mendiagnosa kondisi bukan penyakit yang
dalam mencapai tujuan utamanya
h) Memberi informasi untuk maksud medis dengan cara pengujian
invitro terhadap spesimen yang dikeluarkan dan tubuh manusia
i) Dan tidak mencapai target dalam tubuh manusia
secara farmakologis, imunologis atau cara metabolisme
tetapi mungkin membantu fungsi tersebut
j) Digunakan, diakui sebagai alat kesehatan sesuai dengan kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi

BAB III PEMBAHASAN

A. Sistem Pelaporan Penggunaan Obat

Sistem Informasi Pengelolaan Obat yang dibuat, dapat mengelola data


penerimaan obat dari Pemasok, pendistribusian obat ke Puskesmas, pemberian
obat ke selain Puskesmas, penerimaan data pemakaian dan permintaan dari
Puskesmas, pengelolaan persediaan obat di Instalasi Farmasi dan Puskesmas, serta
pembukuan laporan. Pengelolaan obat adalah suatu urutan kegiatan yang
mencakup perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
pencatatan dan pelaporan obat.

Pencatatan dan pelaporan data obat di Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota


merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka penatausahaan obat-obatan secara
tertib baik obat-obatan yang diterima, disimpan, didistribusikan maupun yang
digunakan di Puskesmas dan unit pelayanan kesehatan lainnya. Pencatatan dan
pelaporan obat dan perbekalan kesehatan di Indonesia dilakukan dari level yang
paling rendah (Puskesmas). Salah satunya yang rutin digunakan di Puskesmas
adalah formulir Laporan Penggunaan dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO)
yang dikirimkan ke Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota.
Di salah satu Kabupaten, Puskesmas sudah menggunakan sistem informasi
manajemen puskesmas (SIMPUS) untuk mengelola data obat dan perbekalan
kesehatan, termasuk untuk mengeluarkan laporan LPLPO. LPLPO terdiri dari
data obat, jumlah persediaan obat terakhir, pemakaian obat, permintaan obat dan
sumber dana. LPLPO dikompilasi di Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota sebagai
dasar untuk distribusi obat. Kompilasi laporan tersebut juga dikirimkan ke level
yang lebih tinggi (Instalasi Farmasi Provinsi dan Kementrian Kesehatan).
Pelaporan ke Instalasi Farmasi Provinsi dilakukan 3 bulan sekali yang berasal dari
kompilasi laporan Puskesmas. Sedangkan Instalasi Farmasi Provinsi akan
melaporkan ke Kementrian Kesehatan setiap 6 bulan. Alur pelaporan tersebut
menunjukkan bahwa Kabupaten/Kota merupakan level instalasi farmasi yang
langsung berhubungan dengan distribusi obat ke unit pelaksana teknis pelayanan
kesehatan (Puskesmas).

Mekanisme pencatatan dan pelaporan data dengan jeda waktu yang terlalu
lama (sampai 6 bulan di level Pusat), menyebabkan sulitnya untuk memantau
ketersediaan obat untuk pengambilan keputusan (distribusi obat untuk
kepentingan buffer, relokasi logistik untuk keperluan khusus). Padahal pelaporan
bulanan dari Kabupaten/Kota berpotensi untuk dipantau setiap saat dengan
menggunakan pola pencatatan yang telah ada.

B. Penyimpanan Obat

Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara obat


dengan cara menempatkan obat-obatan yang diterima pada tempat yang dinilai
aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat.
Penyimpanan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai
merupakan suatu kegiatan pengaturan terhadap sediaan farmasi yang diterima
agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan
mutu nya tetap terjamin, sesuai dengan persyaratan yang di tetapkan Salah
satu faktor yang mendukung penjaminan mutu obat adalah bagaimana
penyimpanan obat yang tepat dan sesuai dengan standard yang telah
ditetapkan.

Kegiatan penyimpanan disini mencakup tiga faktor yaitu pengaturan


ruangan, penyusunan obat, serta pengamatan mutu fisik obat. Kesalahan
dalam penyimpanan obat dapat menjadikan turunnya kadar/ potensi obat
sehingga bila dikonsumsi oleh pasien menjadi tidak efektif dalam terapinya.
Keselamatan pasien adalah faktor yang diutamakan dalam upaya pelayanan
kesehatan. Kerusakan obat tidak hanya memberikan dampak negatif pada
pasien melainkan pada fasilitas pelayanan kesehatan itu sendiri. Hal ini
dapat diminimalisir salah satunya melalui perbaikan pengelolaan sediaan
farmasi dalam tahap penyimpanan.

Cara penyimpanan obat

a. Pengaturan penyimpanan obat Pengaturan obat di kelompokkan


berdasarkan bentuk sediaan dan disusun secara alfabetis berdasarkan nama
generiknya. Contoh kelompok sediaan tablet, kelompok sediaan sirup dan
lain-lain.
b. Penyusunan berdasarkan FEFO Penyusunan berdasarkan sistem First
Expired First Out (FEFO) adalah penyimpanan obat yang berdasarkan
obat yang memiliki tanggal kadaluarsa lebih cepat maka dikeluarkan lebih
dulu.
c. Penyusunan berdasarkan FIFO Penyusunan berdasarkan sistem First In
First Out (FIFO) adalah penyimpanan obat berdasarkan obat yang datang
lebih dulu dan dikeluarkan lebih dulu.
d. Susun obat dalam kemasan besar diatas pallet secara rapi dan teratur.
e. Gunakan lemari khusus untuk penyimpanan narkotika.
f. Golongan antibiotik harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, terhindar
dari cahaya matahari, di simpan ditempat yang kering.
g. Simpan obat dalam rak dan cantumkan nama masing-masing obat pada rak
dengan rapi.
h. Pisahkan perbekalan farmasi dalam dengan perbekalan farmasi untuk
penggunaan luar dan di berikan nomor kode.
i. Simpan perbekalan farmasi yang dapat dipengaruhi oleh temperatur,
udara, cahaya dan kontaminasi bakteri pada tempat yang sesuai
j. Perbekalan farmasi yang mempunyai batas waktu penggunaan perlu
dilakukan rotasi stok agar perbekalan farmasi tersebut tidak selalu berada
di belakang sehingga dapat dimanfaatkan sebelum masa kadaluwarsa habis

Penyimpanan obat digolongkan berdasarkan bentuk bahan baku seperti


bahan padat, dipisahkan dari bahan yang cair atau bahan yang setengah padat. Hal
tersebut dilakukan untuk menghindarkan zat-zat yang higroskopis, serum, vaksin
dan obat-obat yang mudah rusak atau meleleh pada suhu kamar disimpan dalam
lemari es. Penyimpanan obat-obat narkotika disimpan dalam almari khusus sesuai
dengan Permenkes No.28 tahun 1978 yaitu apotek harus memiliki tempat khusus
untuk menyimpan narkotika. Tempat khusus yang dimaksudkan adalah pada
almari yang mempunyai ukuran 40 x 80 x 100 cm, dapat berupa almari yang
dilekatkan di dinding atau menjadi satu kesatuan dengan almari besar. Almari
tersebut mempunyai 2 kunci yang satu untuk menyimpan narkotika sehari-hari
dan yang lainnya untuk narkotika persediaan dan morfin, pethidin dan garam-
garamnya hal ini untuk menghindarkan dari hal-hal yang tidak diinginkan seperti
penyalahgunaan obat-obat narkotika. Penyusunan obat dilakukan dengan cara
alphabetis untuk mempermudah pengambilan obat saat diperlukan
BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa:

1. Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek


kefarmasian oleh Apoteker. Apotek memiliki aturan yang memiliki tujuan
untuk meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian di Apotek, memberikan
perlindungan pasien dan masyarakat dalam memperoleh pelayanan
kefarmasian di apotek, dan menjamin kepastian hukum bagi tenaga
kefarmasian dalam memberikan pelayanan kefarmasian di apotek.
2. Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri-
sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan atau masyarakat.
3. Alat kesehatan adalah instrumen, apparatus, mesin dan/ atau implan yang tidak
mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis,
menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan
kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi
tubuh.
4. Berikut ini beberapa macam untuk alat kesehatan dasar : Abocath (jarum
infus), Infus set / Transet ( selang infus), Cairan infus, Stetoskop, Tensi
(tensimeter), Termometer, Pinset (Jepitan), Spuit (suntikan).
5. Pencatatan dan pelaporan data obat di Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota
merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka penatausahaan obat-obatan secara
tertib baik obat-obatan yang diterima, disimpan, didistribusikan maupun yang
digunakan di Puskesmas dan unit pelayanan kesehatan lainnya.
6. Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara obat dengan
cara menempatkan obat-obatan yang diterima pada tempat yang dinilai aman
dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat.
7. Penyimpanan obat digolongkan berdasarkan bentuk bahan baku seperti bahan
padat, dipisahkan dari bahan yang cair atau bahan yang setengah padat
DAFTAR PUSTAKA

Amelia, Y., Albarda, A., & Trinovani, E. (2015). Sistem Informasi untuk
Monitoring Distribusi Obat di Indonesia. JEPIN (Jurnal Edukasi dan
Penelitian Informatika), 1(1)

Cian, W. (2018). Sistem Penyimpanan Obat Di Gudang Farmasi Kabupaten


Manggarai (Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes Kupang).

Departemen Kesehatan.RI,2010, Pedoman Pengelolaan Sediaan Farmasi.Jakarta.

Faruq, Z. H., Badri, C., & Sodri, A. (2017). Penilaian Manajemen Peralatan
Laboratorium Medis di RSUD Se Provinsi DKI Jakarta. Jurnal Labora
Medika, 1(1), 16-20.

Indonesia 2010a. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1191 Tahun 2010 tentang
Izin Penyalur Alat Kesehatan. Jakarta.

Indonesia 2010b. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1190 Tahun 2010


tentang Izin Edar Alat Kesehatan. Jakarta.

MUSTAFSIROH, O., & WULANDARI, M. (2011). GAMBARAN


PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK
WILAYAH KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2010 (Doctoral
dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).

Nasir, J. A., Satoto, K. I., & Kridalukmana, R. (2014). Sistem informasi


pengelolaan obat di instalasi farmasi dinas kesehatan Kabupaten
Pekalongan. Jurnal Teknologi dan Sistem Komputer, 2(1), 71-78.

Sanjaya, G. Y., & Hidayat, A. W. (2016). Pemantauan Obat dan Perbekalan


Kesehatan di Indonesia: Tantangan dan Pengembangannya. JURNAL
MANAJEMEN DAN PELAYANAN FARMASI (Journal of Management and
Pharmacy Practice), 6(2), 159-168.

Senga, H. S. (2018). Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Pro-Tha


Farma Jl. Imam Bonjol No. 13, Geluran Sidoarjo 4 Juni-13 Juli 2018.

Ulaan, D. A. (2016). Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Bagiana


Jl. Dharmahusada I/38 (C-186) Surabaya (10 Oktober-12 November
2016) (Doctoral dissertation, Faculty of Pharmacy)..

Usman, N. (2018). Implementasi Kebijakan Pengembangan Industri Alat


Kesehatan Dalam Negeri. Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia:
JKKI, 7(1), 42-48.

Wahyuni, A., Aryzki, S., & Yuliana, I. (2019). EVALUASI PENYIMPANAN


SEDIAAN FARMASI DI GUDANG PUSKESMAS SE KOTA
BANJARMASIN. Jurnal Insan Farmasi Indonesia, 2(2), 166-174.

Anda mungkin juga menyukai