Anda di halaman 1dari 14

Makalah

Manajemen Farmasi di Apotek

Disusun Oleh :
Ika Sartika
2131.0025.013

Poltekkes Kesuma Bangsa


Jurusan Farmasi
2023
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL...........................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
KATA PENGHANTAR..................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................2
C. Tujuan Masalah.................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Apotek............................................................................ 3
1. Landasan Hukum Apotek............................................................ 3
2. Persyaratan Apotek......................................................................4
3. Tata Cara Pendirian Apotek........................................................ 4
4. Syarat Lokasi Pendirian Apotek.................................................. 6
5. Perlengkapan Apotek...................................................................7
6. Tenaga Kesehatan........................................................................7
7. Tugas dan Fungsi Apotek............................................................ 8
8. Pengelolaan Apotek..................................................................... 8

B. Struktur Organisasi...........................................................................8
1. PSA (Pemilik Sarana Apotek)..................................................... 9
2. APA (Apoteker Pengelola Apotek)............................................. 9
3. AA (Asisten Apoteker)................................................................ 10
4. AA Bagian Kasir......................................................................... 10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.......................................................................................11
B. Saran.................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 12
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini pada waktunya. Makalah ini
berjudul tentang “Manajemen Farmasi di Apotek”. Makalah ini dibuat berdasarkan beberapa
sumber yang bersangkutan dengan materi. Dalam penyusunan makalah ini, tentulah kami
banyak menemukan berbagai hambatan dan kendala karena keterbatasan pengetahuan dan
kemampuan yang kami punya. kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna baik
seara penyajian ataupun kelengkapannya.Tak lupa, kami juga mengucapkan terima kasih
kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Demikian makalah ini kami susun, semoga dapat bermanfaat bagi penyusun
khususnya dan pembaca pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat kami
harapkan demi kasempurnaan makalah ini.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu hal yang sangat penting dewasa ini,
mengingat makin banyaknya variasi penyakit, perubahan iklim yang ekstrim,
serta kondisi lingkungan yang telah banyak terkontaminasi. Masyarakat sendiri
telah bersikap kritis untuk memiliki kesadaran mengenai pentingnya kesehatan
bagi hidup mereka, bahkan telah menjadi kebutuhan primer. Untuk memenuhi
kebutuhan tersebut maka perlu dilakukan pembangunan khususnya dalam
bidang kesehatan yang meliputi fasilitas penunjang kesehatan serta sumber
dayanya, salah satunya adalah apotek.

Dalam pelayanan kesehatan apotek sangat berperan penting untuk


memberikan pengetahuan tentang obat kepada pasien karena obat merupakan
komponen yang penting karena diperlukan dalam sebagian besar upaya
kesehatan baik untuk menghilangkan gejala/symptom dari suatu penyakit, obat
juga dapat mencegah penyakit bahkan obat juga dapat menyembuhkan
penyakit. Tetapi di lain pihak obat dapat menimbulkan efek yang tidak
diinginkan apabila penggunaannya tidak tepat. Oleh sebab itu, penyediaan
informasi obat yang benar, objektif dan lengkap akan sangat mendukung dalam
pemberian pelayanan kesehatan yang terbaik kepada masyarakat sehingga
dapat meningkatkan kemanfaatan dan keamanan penggunaan obat.

Apotek sendiri merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dalam


membantu mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi
masyarakat. Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan
secara sendiri - sendiri atau bersama- sama dalam suatu organisasi untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan
penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan atau
masyarakat. Selain itu juga sebagai salah satu tempat pengabdian dan praktek
profesi apoteker dalam melaksanakan pekerjaan kefarmasiaan (Anonim, 2001).
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek disusun bertujuan sebagai
pedoman praktek apoteker dalam menjalankan profesi, untuk melindungi
masyarakat dari pelayanan yang tidak profesional, dan melindungi profesi
dalam menjalankan praktik kefarmasian (Anonim, 2004). Perkembangan
apotek ini sangat ditentukan oleh pengelolaan sumber daya dan pelayanan di
apotek tersebut. Oleh sebab itu, standar pelayanan farmasi sangat diperlukan
dalam menjalankan suatu apotek.

Jika suatu apotek tidak menggunakan standar pelayanan farmasi dalam


menjalankan apotek maka tidak akan tercapai derajat kesehatan yang optimal
bagi masyarakat. Karena pelayanan farmasi adalah bentuk pelayanan dan
tanggung jawab langsung profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien/masyarakat (Hartini dan Sulasmono, 2006).

Pesatnya perkembangan IPTEK mendorong percepatan teknologi dan


penelitian di bidang obat. Dewasa ini meningkatnya kesadaran dan
pengetahuan masyarakat tentang kesehatan juga mendorong masyarakat
menuntut pelayanan kesehatan termasuk pelayanan informasi tentang obat. Di
sisi lain, hubungan antara dokter dan pasien yang masih belum sejajar,
membuat komunikasi yang terbangun antar dokter dan pasien juga relatif
terbatas. Pada umumnya dokter hanya memberikan penjelasan secukupnya
sesuai pertanyaan pasien. Sementara pasien dengan keawamannya terkadang
tidak tahu apa yang harus ditanyakan. Informasi mengenai penyakit dan obat
yang disampaikan oleh dokter sering kali terbatas oleh sebab itu dalam sebuah
apotek peran apoteker dan asisten apoteker sangat penting untuk memberikan
penyuluhan kepada masyarakat tentang obat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian apotek?
2. Bagaimana struktur organisasi apotek?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui tentang apotek
2. Untuk mengetahui struktur organisasi apotek
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Apotek
Menurut Kepmenkes RI No 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang ketentuan dan tata cara
pemberian izin apotek dalam pasal) 1 ayat (a) : "Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat
dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran perbekalan farmasi, perbekalan kesehatan
pekerjaan kefarmasian yang dimaksud diatas adalah pembuatan, termasuk pengendalian mutu
sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan distribusi obat, pelayanan obat
atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat
tradisional.

1. Landasan Hukum Apotek


Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang diatur
dalam;

a. Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.


b. Undang-Undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika.
c. Undang-Undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika.
d. Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1980 tentang Perubahan atas PP No. 26 tahun 1965
mengenai Apotek.
e. Peraturan Pemerintah No 41 tahun 1990 tentang Masa Bakti dan Izin kerja Apoteker,
yang disempurnakan dengan Peraturan Menteri kesehatan No.
184/MENKES/PER/II/1995.
f. Peraturan Menteri Kesehatan No. 695/MENKES/PER/VI/2007 tentang perubahan kedua
atas Peraturan Menteri Kesehatan No. 184 tahun 1995 tentang penyempurnaan
pelaksanaan masa bakti dan izin kerja apoteker.
g. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/MENKES/SK/X/2002
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek.
h. Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No. 1027/MENKES/SK/IX/2004
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.
2. Persyaratan Apotek
Untuk menciptakan sarana pelayanan kesehatan yang mengutamakan kepentingan
masyarakat, maka apotek harus memenuhi syarat yang meliputi lokasi, bangunan,
perlengkapan apotek, perbekalan farmasi dan tenaga kesehatan yang harus menunjang
penyebaran dan pemerataan pelayanan kesehatan kepada masyarakat tanpa mengurangi mutu
pelayanan. (SK Menkes RI No. 278/Menkes/SK/V/1981)

3. Tata Cara Pendirian Apotek


Tata cara pendirian apotek diatur berdasarkan Permenkes
No.1332/Menkes/SK/X/2002 pasal 7 yaitu sebagai berikut:

1) Permohonan Izin Apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota
dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-1 dan disertai lampiran:
a) Salinan atau fotokopi Surat Ijin Kerja Apoteker
b) Salinan atau fotokopi Kartu Tanda Penduduk
c) Salinan atau fotokopi denah bangunan
d) Surat yang menyatakan status bangunan dalam bentuk akte atau sewa atau kontrak
e) Daftar asisten apoteker dengan mencantumkan nama, alamat, tanggal lulus dan nomor
Surat Ijin Kerja.
f) Asli dan salinan atau fotokopi daftar terperinci alat perlengkapan apotek.
g) Surat pernyataan dari Apoteker Pengelola Apotek bahwa tidak bekerja tetap pada
perusahaan farmasi lain dan tidak menjadi Apoteker Pengelola Apotek di apotek lain.
h) Asli dan salinan atau fotokopi surat izin atasan bagi pemohon pegawai negeri,
anggota ABRI, dan pegawai instansi pemerintah lainnya.
i) Akte perjanjian kerjasama Apoteker Pengelola Apotek dengan pemilik sarana apotek.
j) Surat pernyataan pemilik sarana tidak terlibat pelanggaran peraturan perundang-
undangan di bidang obat.
k) Fotokopi Surat Ijin Mendirikan Bangunan (IMB), apabila tidak ada harus melengkapi
surat peryataan kesanggupan mengurus IMB.
l) Fotokopi NPWP atas nama pemilik Sarana Apotek.
m) Untuk pergantian Ijin Apotik harap mengembalikan SIA lama (asli) dan rekomendasi
IAI (Ikatan Apoteker Indonesia) cabang.
2) Dengan menggunakan Formulir APT-2, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota
selambat-lambatnya 6 (enam) hari setelah menerima permohonan dapat meminta bantuan
teknis kepada Kepala Balai POM untuk melakukan pemeriksaaan setempat terhadap
kesiapan apotek untuk melakukan kegiatan.
3) Tim Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja
setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota
melaporkan hasil pemeriksaan setempat dengan menggunakan contoh Formulir APT-3.
4) Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan (3) tidak
dilaksanakan, Apoteker Pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakukan
kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota setempat dengan
tembusan kepada Kepala Dinas Propinsi dengan menggunakan contoh Formulir Model
APT-4.
5) Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah menerima laporan hasil
pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat (3), atau pernyataan dimaksud ayat (4), Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota setempat mengeluarkan Surat Izin Apotik dengan
menggunakan contoh Formulir Model APT-5.
6) Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota dimaksud ayat
(3) masih belum memenuhi persyaratan, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota
setempat dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja mengeluarkan Surat Penundaan dengan
menggunakan contoh Formulir Model APT-6.
7) Terhadap Surat Penundaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (6), Apoteker diberi
kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambat-lambatnya
dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal Surat Penundaan.
Tembusannya disampaikan kepada :

a) Dirjen Binfar dan alkes Depkes RI


b) Kepala Badan POM Jakarta
c) Kepala Dinkes Propinsi
d) Kepala Balai Besar POM.

4. Syarat Lokasi Pendirian Apotek


Pemilihan lokasi apotek sangat penting karena dengan memilih lokasi yang dapat
mempengaruhi kelancaran usaha apotek tersebut. Dalam menentukan lokasi apotek, menurut
keputusan Menkes RI No. 1332/Menkes/ SK/X/2002 deregulasi mengenai jarak dan ijin
lokasi apotek tidak lagi diatur. Dalam penentuan lokasi pendirian apotek, hal – hal yang perlu
dipertimbangkan antara lain:
a) Strategis, dekat dengan pusat-pusat pelayanan kesehatan seperti, Poliklinik, praktek
bersama dengan dokter. Apotek yang didirikan berada di dekat atau sekitar pusat
pelayanan kesehatan akan memudahkan pasien untuk menebus obat
b) Berada di jalan utama
c) Di pusat kota atau berada disekitar perumahan terutama di perumahan baru
d) Arus lalu-lintas yang mendukung kelancaran mobilitas ke apotek, mudah atau
tidaknya pasien menjangkau apotek, kemudahan dalam memarkir kendaraannya
e) Jumlah dan jarak apotek dan toko obat yang berada disekitar lokasi, karena semakin
banyak apotek serta jarak yang terlalu dekat maka semakin tinggi persaingan antar
apotek
f) Keadaan sosial ekonomi masyarakat sekitar. Makin tinggi tingkat pendidikan
masyarakat, kesadaran untuk hidup sehat akan semakin besar, sehingga kemauan
untuk berobat lebih tinggi
g) Jumlah penduduk sekitar apotek. Semakin padat penduduknya maka kemungkinan
penduduk yang akan berobat semakin banyak
h) Tersedianya sarana penunjang seperti listrik, telepon, air yang memadai di lokasi
sehingga memudahkan dalam melakukan kegiatan di apotek.
Persyaratan Bangunan apotek menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1332
tahun 2002 disebutkan bahwa bangunan apotek sekurang-kurangnya memiliki
ruangan khusus untuk:
a) Ruangan Peracikan dan Penyerahan resep.
b) Ruang Administrasi dan ruang kerja apoteker.
c) WC dan kelengkapan bangunan apotek
d) Sumber air, harus memenuhi persyaratan kesehatan
e) Penerangan harus cukup terang sehingga dapat menjamin pelaksanaan tugas dan
fungsi apotek.
f) Alat Pemadam kebakaran, harus berfungsi dengan baik sekurangkurangnya dua
buah.
g) Ventilasi yang baik serta memenuhi persyaratan hygiene lainnya
h) Sanitasi harus baik serta memenuhi hygiene lainnya
5. Perlengkapan Apotek
Apotek harus memiliki perlengkapan sebagai berikut;

a. Alat pembuatan, pengelolaan dan peracikan obat / sediaan farmasi.


b. Perlengkapan dan alat penyimpanan khusus narkotika dengan ukuran 140 x 80 x 100
cm dan terbuat dari kayu.
c. Kumpulan peraturan perundang-undangan yang bersangkutan dengan apotek,
Farmakope Indonesia dan Ekstra Farmakope Indonesia edisi terbaru serta buku lain
yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal.

6. Tenaga Kesehatan

Disamping Apoteker Pengelola Apotek (APA), di apotek sekurang-kurangnya harus


mempunyai seorang tenaga kefarmasian. Bagi apotek yang Apoteker Pengelola Apotek-nya
pegawai instalasi pemerintah lainnya harus ada apoteker pendamping atau tenaga teknis
kefarmasian.

7. Tugas dan Fungsi Apotek

a) Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah


jabatan.
b) Sarana farmasi yang melakukan pengubahan bentuk dan penyerahan obat atau bahan
obat.
c) Sarana penyaluran perbekalan farmasi.

8. Pengelolaan Apotek
Menurut Permenkes RI No.26 /MenKes/per/1/1981 dalam bab 2 pasal 3 pengelolaah
Apotek meliputi:

a) Pembuatan, pengolahan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, penyimpanan


dan penyerahan obat atau bahan obat
b) Pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan penyerahan perbekalan kesehatan di bidang
Farmasi lainnya
c) Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi meliputi:
d) Pengelolaan informasi diberikan baik kepada dokter, tenaga kesehatan, masyarakat.
e) Pengamatan dan pelaporan informasi mengenai khasiat, keamanan bahaya dan mutu
oba serta perbekalan farmasi lainnya.

B. Struktur Organisasi
Struktur organisasi di apotek diperlukan untuk mengoptimalkan kinerja apotek dalam
pelayanan kesehatan terhadap masyarakat dan dengan adanya struktur organisasi dalam
apotek maka setiap pegawai memiliki tugas dan tangung jawab masing-masing, sesuai
dengan jabatan yang diberikan, serta untuk mencegah tumpang tindih kewajiban serta
wewenang maka dengan adanya suatu struktur organisasi sebuah Apotek akan memperjelas
posisi hubungan antar elemen orang.

1. PSA (Pemilik Sarana Apotek)

a. Bertanggung jawab pada jalannya apotek.


b. Mengadakan pendidikan dan pelatihan bagi karyawan.
c. Mendorong karyawan agar giat bekerja.
d. Memilih dan menempatkan karyawan sesuai keahlian.
e. Merekrut calon karyawan.
f. Sama dengan APA.
g. Mengatur keuangan apotek.
2. APA (Apoteker Pengelola Apotek)

Secara Umum

a. Bertanggung jawab atas segala kegiatan apotek.


b. Membuat rencana anggaran, keuangan unit tiap tahun.
c. Menyusun laporan hasil pelaksanaan kegiatan di apotek.
d. Meningkatkan produktivitas karyawan.
e. Layanan informasi kepada pasien dan masyarakat.

3 AA (Asisten Apoteker)

Secara Umum

a. Menginventarisir, mensistematika dan menganalisa resep yang masuk.


b. Menentukan jenis obat dalam resep dan diberi etiket.
c. Evaluasi dan menyusun konsep rencana kebutuhan obat.
d. Menghubungi dokter bila resep kurang jelas.

4. AA Bagian Kasir

a. Bertanggung jawab kepada APA


b. Menerima setoran penjualan tunai harian beserta bukti setoran.
c. Mengatur pembayaran uang atas persetujuan APA / PSA.
d. Menyimpan uang dan setor ke bank.
e. Membuat buku kas harian.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan
penyaluran perbekalan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat.
Sistem Manajemen di Apotek Manajemen Apotek, adalah manajemen farmasi yang
diterapkan di apotek.
2. Struktur Organisasi yang ada di apotek terdiri dari;
a) Pemilik Sarana Apotek
b) Apoteker Pengelola Apotek
c) Tenaga Teknis Kefarmasian (Asisten Apoteker)
d) Bagian Tata Usaha
e) Bagian Gudang
f) Bagian Bendahara
B. Saran
Semoga makalah ini bisa dimanfaatkan dan dipergunakan dengan sebaik-baiknya.
DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh. Apt. 2005. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek. Cetakan ke-12.
Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Hartanto, Dicki. MM. 2007. Manajemen Farmasi. Candra Naya. Jakarta
Hartono HDW, Drs. 1998 . Manajemen Apotik. Depot Informasi Obat.
Jakarta
Umar. Apt. M.M. 2004. Manajemen Apotek Praktis. Caraka Nusantara.
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai