BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
jaringan kulit manusia, salah satunya yaitu pengaruh sinar UV sinar matahari. Efek
buruk radiasi sinar matahari pada kulit manusia dapat menyebabkan sunburn,
pigmentasi kulit, penuaan dini, dan dapat menyebabkan kanker pada kulit manusia
(Wang dkk., 2008). Dibutuhkan tabir surya yang dapat melindungi kulit dari bahaya
radiasi sinar matahari. Tabir surya merupakan bahan-bahan kosmetik yang secara fisik
atau kimia dapat menghambat penetrasi sinar UV ke dalam kulit (Oroh & Harun, 2001).
Temulawak merupakan salah satu tanaman yang dikenal ampuh dalam mengobati
manfaat salah satunya potensi sebagai antioksidan (WHO, 1999). Temulawak diduga
kuat juga berpotensi sebagai tabir surya alami. Struktur molekul kurkuminoid pada
ekstrak temulawak yang mempunyai gugus auksokrom dan kromofor mampu menyerap
panjang gelombang pada kisaran panjang gelombang UV. Ekstrak temulawak dapat
digunakan sebagai tabir surya yang bekerja secara kimia yaitu menyerap sinar UV
Salah satu bentuk sediaan tabir surya yang banyak digunakan adalah krim.
menentukan sifat serta stabilitas fisik (Aulton, 2002). Pada penelitian ini tipe emulsi
2
yang dipilih adalah tipe minyak dalam air (o/w). Kelebihan krim tipe o/w mudah
dibersihkan, dioleskan, dan mudah menyebar merata di kulit (Wyatt dkk., 2001).
triethanolamin (TEA). TEA digunakan sebagai emulgator karena TEA akan membentuk
suatu emulsi o/w yang sangat stabil apabila dikombinasikan dengan asam lemak bebas.
Asam lemak yang paling sesuai untuk dikombinasikan dengan TEA adalah asam stearat
karena asam stearat tidak mengalami perubahan warna seperti halnya asam oleat. Asam
stearat bereaksi dengan TEA secara insitu menghasilkan suatu garam, yaitu
trietanolamin stearat yang berfungsi sebagai emulgator untuk emulsi tipe o/w (Aulton,
komponen bereaksi dengan perbandingan yang sesuai. Pada umumnya digunakan 2-4%
dari TEA dan 5-15% asam stearat tergantung dengan jumlah minyak yang akan
diemulsi. Setil alkohol selain berfungsi sebagai emulgator juga berfungsi untuk
menaikkan viskositas, dengan naiknya viskositas maka sifat fisik dan stabilitas krim
semakin bagus. Setil alkohol sebagai emulgator pada rentang 2-5 % (Rowe dkk., 2009).
Untuk mendapatkan krim tabir surya ekstak temulawak dengan sifat fisik dan stabilitas
yang bagus perlu dilakukan optimasi untuk menentukan komposisi setil alkohol, dan
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh variasi kadar TEA-stearat dan
setil alkohol terhadap sifak dan stabilitas fisik krim o/w ekstrak temulawak sehingga
dihasilkan krim o/w ekstrak temulawak dengan syarat kualitas fisik terbaik. Kombinasi
TEA-stearat dan setil alkohol dioptimasi menggunakan metode Simplex Lattice Design
dalam Software Design Expert. Menurut Bolton (1997) formula optimum suatu
B. Rumusan Masalah
interaksinya sebagai emulgator terhadap sifat dan stabilitas fisik krim o/w ekstrak
temulawak?
menghasilkan krim o/w ekstrak temulawak yang memenuhi mutu fisik dan
stabilitas yang optimum dan memberikan nilai Sun Protecting Factor (SPF) yang
3. Apakah terjadi perubahan yang signifikan pada sifat fisik krim o/w ekstrak
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pengaruh TEA- stearat dan setil alkohol serta interaksinya sebagai
emulgator terhadap sifat dan stabilitas fisik krim o/w ekstrak temulawak.
optimum krim o/w ekstrak temulawak sehingga krim yang dihasilkan memenuhi
sifat fisik dan stabilitas optimum serta dapat memberikan nilai SPF yang tinggi
3. Mengetahui adanya perubahan yang signifikan pada sifat fisik krim o/w ekstrak
D. Manfaat Penelitian
akan tanaman obat salah satunya yakni temulawak dalam pembuatan sediaan farmasi
dari ekstrak temulawak yang stabil sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat di
E. Tinjauan Pustaka
1. Ekstrak Temulawak
keluarga yang banyak tumbuh dan digunakan sebagai bahan baku obat tradisional di
sebagai obat tunggal maupun campuran. Terdapat lebih dari 50 resep obat tradisional
diketahui memiliki banyak manfaat salah satunya potensi sebagai antioksidan (WHO,
1999). Temulawak diduga kuat juga berpotensi sebagai tabir surya alami. Senyawa
5
sebagai tabir surya karena adanya gugus kromofor (ikatan rangkap tunggal terkonjugasi)
intensitasnya pada kulit (Wolf dkk., 2001). Kurkumin dihasilkan secara alami dari
rimpang temulawak bersama dengan dua senyawa analog kurkumin lainnya yaitu
Tabir surya adalah suatu sediaan yang mengandung senyawa kimia yang dapat
sehingga dapat digunakan untuk melindungi kulit manusia dari kerusakan akibat
1. Molekul bahan kimia tabir surya menyerap energi dari sinar UV, kemudian
mengalami eksitasi dari ground state ketingkat energi yang lebih tinggi.
6
2. Maka sinar UV dari energi yang lebih tinggi, setelah diserap oleh bahan kimia maka
3. Sinar UV dengan energi yang lebih rendah akan kurang atau tidak menyebabkan
panjang gelombang 320-400 nm dengan puncak pada 340 nm. Daerah ini
lebih gelap tanpa diawali oleh inflamasi, sinar ini menyebabkan eritema.
b) Sinar UV-B : disebut juga radiasi UV sedang atau radiasi sengatan matahari
c) sinar UV-C : disebut juga gelombang radiasi UV pendek atau radiasi germisidal,
Dalam pembuatan sediaan kosmetik tabir surya maka kriteria yang perlu
a. Mudah digunakan
(FDA, 2003).
7
3. SPF
Potensi tabir surya dapat dinyatakan dengan Sun Protection Factor (SPF) dan
energi sinar surya (dalam hal ini adalah UV B) yang dibutuhkan untuk menimbulkan
eritema minimal (Dosis Eritema Minimal : DEM) pada kulit yang dilindungi tabir
minimal pada kulit yang tidak dilindungi tabir surya. Sedangkan APF adalah
menimbulkan tanning minimal (Dosis Tanning minimal : DTM) pada kulit yang
dilindungi tabir surya dengan banyaknya energi sinar surya yang dibutuhkan untuk
menimbulkan tanning minimal pada kulit yang tidak dilindungi tabir surya (Martini
dkk., 1995).
4. Stabilitas Emulsi
normal tidak dapat bercampur (fase air dan fase minyak), dengan pertolongan suatu
a) Emulsi w/o (water in oil) yaitu butiran-butiran air terdispersi dalam minyak.
Air berfungsi sebagai fase internal & minyak sebagai fase eksternal.
b) Emulsi o/w (oil in water) yaitu butiran-butiran minyak terdispersi dalam air.
Krim terbuat dari suatu emulsi sehingga sangat rentan untuk terjadi
ketidakstabilan emulsi:
a. Flokulasi
membentuk agregat yang lebih besar. Namun, masih dapat didispersikan kembali.
Reversibilitas flokulasi tergantung pada kekuatan interaksi antara droplet dan rasio
b. Creaming
dari medium pendispersi akibat pengaruh gaya gravitasi (Im-Emsap & Siepmann,
droplet, menyamakan berat jenis dari kedua fase dan menambah viskositas dari fase
kontinyu.
c. Koalesen
Koalasen terjadi ketika penghalang mekanik atau listrik tidak mampu untuk
mencegah pembentukan droplet menjadi lebih besar yang dapat memicu pemisahan
antarmuka yang tersusun dari makromolekul atau partikel padat (Im-Emsap dan
Siepmann, 2002).
9
5. Formulasi Krim
Krim didefinisikan sebagai sediaan semi padat, yang terbuat dari campuran dua
fase (minyak dan air) yang tidak dapat bercampur, yang untuk pencampurannya
membutuhkan emulgator yang sesuai dan ditujukan untuk aplikasi pada kulit
(Sulaiman dan Kuswahyuning, 2008). Krim mengandung bahan obat yag terlarut
atau tersuspensi dalam basis vanishing krim atau basis larut air dan dalam tipe emulsi
air dalam minyak (w/o) atau minyak dalam air (o/w) (Allen, 2002).
Vanishing krim adalah suatu emulsi asam stearat dimana emulsi tersebut selalu
bertipe o/w. Dalam krim tersebut asam stearat merupakan unsur utama fase minyak
sedangkan emulgatornya yaitu alkali stearat yang merupakan hasil reaksi suatu basa
yang terlarut dalam fase cair dengan sebagian asam stearat. Alkali stearat yang
menentukan keberhasilan pembuatan suatu emulsi yang stabil. Agar berguna dalam
Profil bahan-bahan yang digunakan dalam formulasi krim o/w pada penelitian
a. Asam stearat
(C18H36O2) dan asam palmitat (C16H32O2). Asam stearat memiliki nama kimia
octadecanoic acid dan memiliki berat molekul 284,47. Asam stearat merupakan zat
10
padat yang keras, berwarna putih atau kuning pucat, sedikit mengkilap, suatu kristal
padat atau serbuk putih/putih kekuning-kuningan, memiliki sedikit bau, dan rasa
Kandungan asam stearat tidak kurang dari 40,0% dan jumlah dari kedua asam
tidak kurang dari 90,0%. Dalam formulasi sediaan yang digunakan secara topikal,
asam stearat digunakan untuk emulsifying dan solubilizing agent. Asam stearat
ternetralisasi membentuk basis krim ketik dicampur dalam 5-15 kali beratnya air.
Dalam sediaan salep atau krim, konsentrasi asam stearat berada pada rentang
b. Setil Alkohol
Setil alkohol terutama terdiri dari campuran dari alkohol alifatik padat. Setil
alkohol memiliki nama kimia hexadecane-1-ol dengan rumus kimia C16H34O dan
memiliki berat molekul 242,44. Setil alkohol merupakan suatu serpihan putih,
bergranul bentuk dadu, lunak, berbau samar khas dan memiliki rasa hambar (Rowe
dkk., 2009).
dari 90,0%, sedangkan sisanya terdiri dari alkohol terkait. Setil alkohol berfungsi
sebagai bahan penyalut, emulsifying agent, dan stiffening agent. Setil alkohol dapat
alkohol sebagai emollient dan emulsifying agent adalah 2-5%, sedangkan sebagai
c. Trietanolamin
sesuatu yang bening, tidak berwarna sampai berwarna kuning pucat, cairan kental,
Ketika dicampurkan dalam equimolar dengan asam lemak seperti asam stearat atau
emulsi o/w (minyak dalam air) yang stabil. Rentang konsentrasi trietanolamin yang
digunakan untuk emulsifikasi sebesar 2-4% v/v dan 2-5 kali dari asam lemak (Rowe
dkk., 2009).
d. Propilen glikol
C3H8O2 dan memiliki berat molekul 76,09. Propilen gilkol memiliki titik didih 188
dan titik leleh -59 . Propilen glikol merupakan sesuatu yang bening, tidak berwarna,
kental, cairan yang tidak berbau, manis, dan rasa mirip dengan gliserin (Rowe dkk.,
2009).
Propilen glikol dapat larut dalam aseton, kloroform, etanol (95%), gliserin, dan
air, larut pada 1 dalam 6 bagian eter, sukar larut dalam minyak tetapi dapat larut pada
glikol sebagai humectant pada sediaan topikal memiliki konsentrasi 15%; sebagai
pengawet pada sediaan solutions dan semisolids memiliki rentang konsentrasi 15–
30%; sebagai solvent atau cosolvent pada sediaan topikal memiliki rentang
e. Sorbitol
Sorbitol memiliki nama kimia D-Glucitol dengan rumus kimia C6H14O6 dan
memiliki berat molekul 182,17. Sorbitol tidak memiliki bau, hampir tidak bewarna
atau warna putih, bentuk kristal, dan merupakan serbuk higroskopis. Empat bentuk
polimorfi kristal dan satu bentuk amorf dari sorbitol telah diidentifikasi memiliki
agent; diluent tablet dan kapsul. Fungsi sorbitol sebagai humectant berada pada
f. Nipagin P
propyl 4-hydroxybenzoate dengan rumus kimia C10H12O3 dan memiliki berat molekul
180,20. Propil paraben merupakan serbuk berwarna putih, bentuk kristal, tidak
sediaan kosmetik, produk makanan, dan formulasi farmasetik. Pada sediaan topikal
propil paraben berada pada rentang konsentrasi 0,01–0,6% (Rowe dkk., 2009).
g. Aquadest
Air dibuat dengan menyuling air yang dapat diminum. Berupa cairan jernih,
tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak mempunyai rasa (Anonim, 1979)
14
dapat digunakan sebagai indikator kualitatif ketidakstabilan fisik suatu sediaan yang
terhadap efektivitas terapi karena berhubungan dengan kadar obat yang seragam
pada setiap pemakaian. Jika sediaan homogen maka kadar zat aktif pada saat
pemakaian atau pengambilan akan selalu sama. Krim adalah suatu sediaan yang cara
pemakaiannya dioleskan pada tempat terapi sehingga setiap bagian zat aktif harus
memiliki kesempatan yang sama untuk menempati tempat terapi. Kondisi ini dapat
2) Uji Viskositas
dipengaruhi oleh temperatur sehingga viskositas suatu cairan akan menurun bila
temperatur dinaikkan (Martin dkk., 1993). Penelitian shelf life emulsi terhadap
tetesan emulsi. Hal tersebut merupakan salah satu tanda terjadinya fenomena
3) Uji pH
atau pH krim tidak boleh terlalu asam karena dapat mengiritasi kulit dan tidak boleh
15
terlalu basa karena dapat membuat kulit menjadi bersisik. Oleh sebab itu, krim yang
pengaruh suhu dan adanya kandungan zat lain dalam sediaan yang dapat ikut
bereaksi. Pengaruh pH terhadap kestabilan ekstrak temulawak sebagai zat aktif juga
mengalamai degadrasi pada pH basa sehingga akan berwarna merah (pada pH 8,5-
10) sebab kurkumin akan terdegradasi menjadi basa ferulat dan ferulloilmetan yang
Salah satu syarat sediaan krim adalah mudah dioleskan dan mudah merata.
Kemudahan dalam pengolesan tersebut dapat diketahui melalui uji daya sebar krim.
Daya sebar berkaitan dengan sifat penyebaran krim ketika digunakan pada sediaan
topikal. Dengan meningkatnya daya sebar maka luas permukaan kulit yang kontak
dengan krim akan semakin luas dan zat aktif akan terdistribusi dengan baik. Krim
yang baik memiliki daya sebar yang besar sehingga dapat diaplikasikan pada
permukaan kulit yang luas tanpa penekanan yang berlebihan (Alissya dkk., 2013).
Kemampuan daya sebar krim dilihat dari luas sebaran krim yang dihasilkan (Voigt,
1994).
Krim harus dapat melekat pada kulit dalam waktu yang cukup untuk
memungkinkan terjadinya kontak dengan kulit. Waktu kontak yang cukup akan
memungkinkan krim bekerja efektif terhadap kulit sehingga kegunaan krim dapat
Program ini adalah suatu program rancangan penelitian yang bertujuan untuk
membantu dalam suatu rancangan penelitian. Program ini sering digunakan untuk
perlakuan pada penelitian, sehingga menemukan suatu produk atau kondisi proses
yang optimal.
Program Design Expert version 10 ini adalah suatu program yang mempunyai
berbagai metode rancangan percobaan dan analisis untuk data statistik. Metode
rancangan penelitian tersebut terdiri dari desain faktorial, Respon Surface Methods
(RSM), Mixture design techniques, dan Combined design. Pada penelitian ini
digunakan metode Mixture design techniques sehingga dapat mencari formulasi yang
Pada software design expert setelah dipilih metode mixture design techniques
selanjutnya dipilih Simplex lattice design (SLD). SLD merupakan suatu metode yang
design adalah jumlah total variabel harus konstan (satu bagian), dan yang
macam formulasi yang mengandung kombinasi yang berbeda dari variasi bahan.
Kombinasi disiapkan dengan satu cara yang mudah dan efisien,sehingga data
percobaan dapat digunakan untuk memprediksi respon yang berada dalam simplex
(simplex) dimana persamaan ini dapat digunakan untuk memprediksi profil respons
(Bolton, 1997).
F. Landasan Teori
eritema, hiperpegmentasi, penuaan dini (skin aging), bahkan kanker kulit. Karena
kerusakan karena radiasi tersebut. Salah satunya dengan menggunkan tabir surya
perlindungan terhadap efek perubahan dari sinar matahari terutama radiasi ultraviolet
(Elmets & Young, 1993). Tabir surya banyak digunakan sebagai bahan sediaan
18
kosmetik dengan tujuan melindungi kulit dari paparan sinar matahari. Produk tabir
surya (sunscreen) yang mengandung bahan aktif senyawa sintetik masih banyak
beredar di pasaran. Penelitian ini akan menggunakan zat aktif yang berasal dari alam,
yaitu ekstrak temulawak. Zat aktif yang paling berperan dalam aktivitas antioksidan
dan juga diduga sebagai tabir surya dalam ekstrak temulawak adalah senyawa
polifenol dalam gugus kurkuminoid. Adanya ikatan rangkap tidak jenuh mempunyai
Bahan alam lebih menguntungkan karena tidak menyebabkan iritasi pada kulit yang
Krim adalah sediaan setengah padat yang terdiri dari campuran minyak dan air.
Untuk menghasilkan krim yang stabil ditambahkan emulgator. Pemilihan jenis dan
pembuatan suatu krim yang stabil. Asam stearat dan trietanolamin (TEA) berfungsi
penyabunan. Setil alkohol selain berfungsi sebagai emulgator juga berfungsi untuk
menaikkan viskositas, dengan naiknya viskositas maka sifat fisik dan stabilitas krim
semakin bagus. Dalam formulasi sediaan yang digunakan secara topikal (dapat
digunakan sebagai basis dalam sediaan krim atau salep) asam stearat berfungsi
sebagai emulsifying dan solubilizing agent pada rentang konsentrasi 5-15%, TEA
sebagai emulsifying agent pada rentang 2-4 %, dan setil alkohol sebagai emulgator
Untuk mendapatkan krim tabir surya ekstak temulawak dengan sifat fisik dan
stabilitas yang bagus perlu dilakukan optimasi untuk menentukan komposisi setil
G. Hipotesis
1. Interaksi TEA-stearat dan setil alkohol dapat meningkatkan sifat fisik dan
sifat fisik dan stabilitas yang rendah. Pada konsentrasi setil alkohol tinggi akan
meningkatkan sifat dan stabilitas fisik krim o/w ekstrak temulawak serta memiliki
3. Tidak terjadi perubahan yang signifikan pada sifat fisik krim o/w ekstrak