Anda di halaman 1dari 22

TUGAS MAKALAH

MATA KULIAH ETIKA DAN YURISPUDENSI FARMASI

REGULASI DAN SOP APOTEK

Dosen Pengampu :

apt. Dwi Bagus Pambudi, M.Farm., MH(Kes).

Disusun oleh :

1. Astriyani (202002060048)
2. Laila Sely Mahfiroh (202002060055)
3. Salma Fi Salsabila (202002060060)
4. Irma Suryani (202002060062)
5. Mochamad Idhar Khoirul R. (202002060070)

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN

2023
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT. karena dengan
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan Makalah
tentang Regulasi dan SOP Apotek.

Penulisan makalah ini bertujuan guna memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah
“Etika dan Yurispudensi Farmasi”. Makalah ini di harapkan dapat menjadikan sarana
pembelajaran serta dapat menambah wawasan dan pengetahuan. Penulis menyadari
akan segala kekurangan dan ketidaksempurnaan, baik dari segi penulisan maupun
dari cara penyajiannya. Oleh karena itu penulis dengan senang hati menerima kritik
dan saran demi perbaikan makalah ini di masa yang akan datang.

Penulis berharap mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat khususnya


bagi penulis dan para pembaca pada umumnya. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari
awal sampai akhir. Semoga Allah SWT. senantiasa meridhoi segala usaha kita.
Aamiin.

Pekalongan, 27 Desember 2023

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
BAB I............................................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................3
C. Tujuan.................................................................................................................3
BAB II...........................................................................................................................4
ISI DAN PEMBAHASAN...........................................................................................4
A. Pengertian Apotek..............................................................................................4
B. Standar Pelayanan Kefarmasian Apotek............................................................5
C. Manajemen Apotek.............................................................................................6
D. Prosedur Pendirian Apotek.................................................................................7
E. Prosedur Perizinan Apotek.................................................................................8
F. Pelayanan Apotek.............................................................................................11
G. Penyiapan Obat.................................................................................................12
H. Evaluasi Mutu Pelayanan.................................................................................14
I. Tugas dan Tanggung Jawab Personil Apotek...................................................14
BAB III.......................................................................................................................17
KESIMPULAN..........................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dalam
membantu mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi
masyarakat. Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan
secara sendirisendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan
penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan atau
masyarakat.
Selain itu juga sebagai salah satu tempat pengabdian dan praktek profesi
apoteker dalam melaksanakan pekerjaan kefarmasiaan. Apotek adalah suatu
tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran
perbekalan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Definisi
diatas ditetapkan berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan RI No.
1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin
Apotek pasal 1 ayat (a).
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 1027/Menkes/SK/IX/2004
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, apoteker adalah sarjana
farmasi yang telah lulus pendidikan profesi dan telah mengucapkan sumpah
berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku dan berhak melakukan
pekerjaan kefarmasian di Indonesa sebagai Apoteker. Adapun Asisten Apoteker
adalah tenaga kesehatan yang membantu Apoteker. Asisten Apoteker menurut
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 679/MENKES/SK/V/2003 Pasal 1, tentang
Registrasi dan Izin Kerja Asisten Apoteker menyebutkan bahwa “Asisten
Apoteker adalah Tenaga Kesehatan yang berijasah Sekolah Menengah Farmasi,
Akademi Farmasi Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan, Akademi Analisis
Farmasi dan Makanan Jurusan Analis Farmasi dan Makanan Politeknik
Kesehatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

1
Di Apotek, Asisten Apoteker merupakan salah satu tenaga kefarmasian
yang bekerja di bawah pengawasan seorang Apoteker yang memiliki SIA (Surat
Izin Apotek). Apoteker Pengelola Apotek (APA) merupakan orang yang
bertanggung jawab di Apotek dalam melakukan pekerjaan kefarmasian.
Pelayanan kefarmasian yang dilakukan oleh Apoteker dan Asisten Apoteker di
apotek haruslah sesuai dengan standar profesi yang dimilikinya. Karena
Apoteker dan Asisten Apoteker dituntut oleh masyarakat pengguna obat (pasien)
untuk bersikap secara professional.
Kewajiban Asisten Apoteker Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI
No. 1332/MENKES/X?2002 adalah melayani resep dokter sesuai dengan
tanggung jawab dan standar profesinya yang dilandasi pada kepentingan
masyarakat serta melayani penjualan obat yang dapat dibeli tanpa resep dokter,
serta memberi informasi kepada pasien. Surat Izin Kerja Asisten Apoteker,
dalam Pasal 1 KEPMENKES yaitu “bukti tertulis yang diberikan kepada
Pemegang Surat Izin Asisten Apoteker (SIAA) untuk melakukan pekerjaan
kefarmasian di sarana kefarmasian”. Dengan begitu, jelas bahwa hanya Asisten
Apoteker yang telah memiliki Surat Izin Asisten Apoteker sajalah yang dapat
mengajukan permohonan perolehan Surat Izin Kerja Asisten Apoteker. Dan juga,
hanya Asisten Apoteker yang memiliki Surat Izin Kerja Asisten Apoteker sajalah
yang dapat melakukan pekerjaan kefarmasian seperti pengadaan, penyimpanan
dan distribusi obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta
pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional, baik itu dibawah
pengawasan Apoteker, tenaga kesehatan atau dilakukan secara mandiri sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sebagai contoh, pada toko obat
berizin, puskesmas atau Pedagang Besar Farmasi (PBF) dimana seorang Asisten
Apoteker dapat melakukan pekerjaan kefarmasian tanpa pengawasan. Oleh sebab
itu, seorang Asisten Apoteker harus memiliki Surat Izin Kerja Asisten Apoteker,
baru dapat melakukan perkerjaan kefarmasian.

2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi mengenai apotek?
2. Bagaimana regulasi dan SOP mengenai apotek?

C. Tujuan
1. Untuk mngetahui terkait definisi mengenai apotek.
2. Untuk mengetahui bagaimana regulasi dan SOP pada apotek.

3
BAB II

ISI DAN PEMBAHASAN

Pengertian Apotek
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Kepmenkes
RI) No. 1332/MENKES/SK/X/2002, tentang Perubahan atas Peraturan MenKes
RI No. 922/MENKES/PER/X/1993 mengenai Ketentuan dan Tata Cara
Pemberian Izin Apotek, yang dimaksud dengan apotek adalah suatu tempat
tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian penyaluran perbekalan farmasi
kepada masyarakat. Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat
dilakukan praktik kefarmasian oleh Apoteker (Kementrian Kesehatan RI., 2016).
 Tugas dan Fungsi Apotek

Tugas dan Fungsi Apotek berdasarkan Peraturan Pemerintah No.25


tahun 1980, tugas dan fungsi apotek adalah sebagai berikut:
a. Tempat pengabdian profesi apoteker yang telah mengucapkan sumpah
jabatan.
b. Sarana farmasi yang telah melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk,
pencampuran, dan penyerahan obat atau bahan obat.
c. Sarana penyaluran perbekalan farmasi yang harus menyalurkan obat yang
diperlukan masyarakat secara luas dan merata.
d. Sebagai sarana pelayanan informasi obat dan perbekalan farmasi lainnya
kepada masyarakat.
 Landasan Hukum Apotek
Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat
yang diatur dalam:
a. Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
b. Undang-Undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika.
c. Undang-Undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika.
d. Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1980 tentang Perubahan atas PP No.
26 tahun 1965 mengenai Apotek.

4
e. Peraturan Pemerintah No 41 tahun 1990 tentang Masa Bakti dan Izin
kerja Apoteker, yang disempurnakan dengan Peraturan Menteri kesehatan
No. 184/MENKES/PER/II/1995.
f. Peraturan Menteri Kesehatan No. 695/MENKES/PER/VI/2007 tentang
perubahan kedua atas Peraturan Menteri Kesehatan No. 184 tahun 1995
tentang penyempurnaan pelaksanaan masa bakti dan izin kerja apoteker.
g. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1332/MENKES/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan
Tata Cara Pemberian Izin Apotek.
h. Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No.
1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek.

Standar Pelayanan Kefarmasian Apotek

 Dalam PermenKes RI Nomor 73 Tahun 2016 pasal 3, Standar Pelaynan di


Apotek meliputi standar:

a. Pelayanan farmasi klinik.

 Pengelolaan Sdiaan Farmasi, Alat Kesehatan dan bahan Habis Pakai


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:

a. Perencanaan

b. Pengadaan

c. Penerimaan

d. Penyimpanan

e. Pemusnahan

5
f. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Habis Pakai

g. Pengendalian, dan

h. Pencatatan dan pelaporan.

 Pelayanan farmasi klinik

a. Pengkajian Resep

b. Dispensing

c. Pelayanan Informasi Obat (PIO)

d. Konseling

e. Pelayanan Kefarmasian di rumah (home pharmacy care)

f. Pemantauan Terapi Obat (PTO), dan

g. Monitoring Efek Samping Obat (MESO).

Manajemen Apotek
Manajemen Apotek, adalah manajemen farmasi yang diterapkan di apotek.
Sekecil apapun suatu apotek, sistem manajemEnnya akan terdiri atas setidaknya
beberapa tipe manajemen yaitu :
 Manajemen keuangan.
 Manajemen pembelian
 Manajemen penjualan
 Manajemen persediaan barang
 Manejemen pemasaran
 Manejemen khusus

6
Manajemen keuangan tentunya berkaitan dengan pengelolaan
keuangan, keluar masuknya uang, penerimaan, pengeluaran, dan perhitungan
farmako ekonominya. Manajemen pembelian meliputi pengelolaan defekta,
pengelolaan vendor, pemilihan item barang yang harus dibeli dengan
memperhatikan FIFO dan FEFO, kinetika arus barang, serta pola epidemiologi
masyarakat sekitar apotek. Manajemen penjualan meliputi pengelolaan penjualan
tunai, kredit, kontraktor. Manajemen persediaan barang meliputi pengelolaan
gudang, persediaan bahan racikan, kinetika aarus barang. Manajemen persediaan
barang berhubungan langsung dengan manajemen pembelian.
Manajemen pemasaran, berkaitan dengan pengelolaan dan teknik
pemasaran untuk meraih pelanggan sebanyak-banyaknya. Manajemen pemasaran
ini tampak pada apotek modern, tetapi jarang diterapkan pada apotek-apotek
konvensional. Manajemen khusus, merupakan manajemen khas yang diterapkan
apotek sesuai dengan kekhasannya, contohnya pengelolaan untuk apotek yang
dilengkapi dengan laboratorium klinik, apotek dengan swalayan, dan apotek yang
bekerjasama dengan balai pengobatan, dan lain-lain.

Prosedur Pendirian Apotek


Menurut KepMenKes RI No.1332/Menkes/SK/X/2002, disebutkan bahwa
persyaratan-persyaratan apotek adalah sebagai berikut:
1. Untuk mendapatkan izin apotek, apoteker atau apoteker yang bekerjasama
dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan
tempat, perlengkapan termasuk sediaan farmasi dan perbekalan farmasi yang
lain yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain.
2. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan pelayanan
komoditi yang lain di luar sediaan farmasi.
3. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi yang lain di luar
sediaan farmasi. Beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dalam
pendirian apotek adalah:

7
a.) Lokasi dan Tempat
Jarak antara apotek tidak lagi dipersyaratkan, namun sebaiknya
tetap mempertimbangkan segi penyebaran dan pemerataan pelayanan
kesehatan, jumlah penduduk, dan kemampuan daya beli penduduk di
sekitar lokasi apotek, kesehatan lingkungan, keamanan dan mudah
dijangkau masyarakat dengan kendaraan.
b.) Bangunan dan Kelengkapan
Bangunan apotek harus mempunyai luas dan memenuhi
persyaratan yang cukup, serta memenuhi persyaratan teknis sehingga
dapat menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi apotek serta
memelihara mutu perbekalan kesehatan di bidang farmasi.
Bangunan apotek sekurang-kurangnya terdiri dari :
 Ruang tunggu, ruang administrasi dan ruang kerja apoteker, ruang
penyimpanan obat, ruang peracikan dan penyerahan obat, tempat
pencucian obat, kamar mandi dan toilet.
 Bangunan apotek juga harus dilengkapi dengan : Sumber air yang
memenuhi syarat kesehatan, penerangan yang baik, Alat pemadam
kebakaran yang befungsi baik, Ventilasi dan sistem sanitasi yang baik
dan memenuhi syarat higienis, Papan nama yang memuat nama
apotek, nama APA, nomor SIA, alamat apotek, nomor telepon apotek.
c.) Perlengkapan Apotek
Apotek harus memiliki perlengkapan, antara lain:
1. Alat pembuangan, pengolahan dan peracikan seperti timbangan,
mortir, gelas ukur dll. Perlengkapan dan alat penyimpanan, dan
perbekalan farmasi, seperti lemari obat dan lemari pendingin.
2. Wadah pengemas dan pembungkus, etiket dan plastik pengemas.
3. Tempat penyimpanan khusus narkotika, psikotropika dan bahan
beracun.
4. Buku standar Farmakope Indonesia, ISO, MIMS, DPHO, serta
kumpulan peraturan per-UU yang berhubungan dengan apotek.

8
5. Alat administrasi, seperti blanko pesanan obat, faktur, kwitansi, salinan
resep dan lain-lain.

Prosedur Perizinan Apotek


Untuk mendapatkan izin apotek, APA atau apoteker pengelola apotek yang
bekerjasama dengan pemilik sarana harus siap dengan tempat, perlengkapan,
termasuk sediaan farmasi dan perbekalan lainnya. Surat izin apotek (SIA) adalah
surat yang diberikan Menteri Kesehatan RI kepada apoteker atau apoteker
bekerjasama dengan pemilik sarana untuk membuka apotek di suatu tempat
tertentu.

Wewenang pemberian SIA dilimpahkan oleh Menteri Kesehatan kepada


Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota wajib melaporkan pelaksanaan pemberian izin, pembekuan izin,
pencairan izin, dan pencabutan izin apotek sekali setahun kepada Menteri
Kesehatan dan tembusan disampaikan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi.

Keputusan MenKes RI terbaru Nomor 9 tahun 2017 tentang Apotek


dimana Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek dalam pasal 12, yaitu:
1. Setiap pendirian Apotek wajib memiliki izin dari Menteri.
2. Menteri melimpahkan kewenangan pemberian izin sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
3. Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berupa SIA.
4. SIA berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang selama memenuhi
persyaratan.
Dalam Pasal 13
1. Untuk memperoleh SIA, Apoteker harus mengajukan permohonan
tertulis kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dengan menggunakan
Formulir 1.

9
2. Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)harus ditandatangani
oleh Apoteker disertai dengan kelengkapan dokumen administratif
meliputi:
a. fotokopi STRA dengan menunjukan STRA asli;
b. fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP);
c. fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak Apoteker;
d. fotokopi peta lokasi dan denah bangunan; dan
e. daftar prasarana, sarana, dan peralatan.
3. Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejakmenerima
permohonan dan dinyatakan telah memenuhi kelengkapan dokumen
administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota menugaskan tim pemeriksa untuk melakukan
pemeriksaan setempat terhadap kesiapanApotek dengan menggunakan
Formulir 2.
4. Tim pemeriksa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus
melibatkan unsur dinas kesehatan kabupaten/kota yang terdiri atas: a.
tenaga kefarmasian; dan
b.tenaga lainnya yang menangani bidang sarana dan prasarana.
5. Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak tim pemeriksa
ditugaskan, tim pemeriksa harus melaporkan hasil pemeriksaan
setempat yang dilengkapi Berita Acara Pemeriksaan (BAP) kepada
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dengan menggunakan Formulir 3.
6. Paling lama dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja sejak Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota menerima laporan sebagaimana dimaksud
pada ayat (5) dan dinyatakan memenuhi persyaratan, Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota menerbitkan SIA dengan tembusan kepada
Direktur Jenderal, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, Kepala Balai
POM, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dan Organisasi
Profesi dengan menggunakan Formulir 4.

10
7. Dalam hal hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
dinyatakan masih belum memenuhi persyaratan, Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota harus mengeluarkan surat penundaan paling lama
dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja dengan menggunakan
Formulir 5.
8. Tehadap permohonan yang dinyatakan belum memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud pada ayat (7), pemohon dapat melengkapi
persyaratan paling lambat dalam waktu 1 (satu) bulan sejak surat
penundaan diterima.
9. Apabila pemohon tidak dapat memenuhi kelengkapan persyaratan
sebagaimana dimaksud pada ayat (8), maka Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota mengeluarkan Surat Penolakan dengan menggunakan
Formulir 6.
10. Apabila Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam menerbitkan SIA
melebihi jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (6),
Apoteker pemohon dapat menyelenggarakan Apotek dengan
menggunakan BAP sebagai pengganti SIA.
Dalam Pasal 14
1. Dalam hal pemerintah daerah menerbitkan SIA sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13 ayat (6), maka penerbitannya bersama
dengan penerbitan SIPA untuk Apoteker pemegang SIA.
2. Masa berlaku SIA mengikuti masa berlaku SIPA.
Bagian Kedua Perubahan Izin Pasal 15
1. Setiap perubahan alamat di lokasi yang sama atau perubahan
alamat dan pindah lokasi, perubahan Apoteker pemegang SIA,
atau nama Apotek harus dilakukan perubahan izin.
2. Apotek yang melakukan perubahan alamat di lokasi yang sama atau
perubahan alamat dan pindah lokasi, perubahan Apoteker
pemegang SIA, atau nama Apotek,wajib mengajukan permohonan
perubahan izin kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.

11
3. Terhadap Apotek yang melakukan perubahan alamat di lokasi
yang sama atau perubahan nama Apotek sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) tidak perlu dilakukan pemeriksaan
setempat oleh tim pemeriksan.
4. Tata cara permohonan perubahan izin bagi Apotek yang
melakukan perubahan alamat dan pindah lokasi atau perubahan
Apoteker pemegang SIA sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
mengikuti ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13.

Pelayanan Apotek

 Pelayanan Resep
 Skrining Resep Apoteker melakukan skrining resep meliputi :
 Persyaratan Administratif :
11. Nama, SIP dan alamat dokter
12. Tanggal penulisan resep
13. Tanda tangan/paraf dokter penulis resep
14. Nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien
15. Cara pemakaian yang jelas
16. Informasi lainnya
 Kesesuaian Farmasetik :
a. Bentuk sediaan
b. Dosis
c. Potensi
d. Stabilitas
e. Inkompatibilitas
f. Cara dan lama pemberian
 Pertimbangan Klinis : adanya alergi, efek samping, interaksi,
kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain lain). Jika ada keraguan
terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter penulis resep

12
dengan memberikan pertimbangan dan alternatif seperlunya bila
perlumenggunakan persetujuan setelah pemberitahuan.

Penyiapan Obat

Peracikan merupakan kegiatan menyiapkan menimbang, mencampur,


mengemas dan memberikan etiket pada wadah. Dalam melaksanakan peracikan
obat harus dibuat suatu prosedur tetap dengan memperhatikan dosis, jenis dan
jumlah obat serta penulisan etiket yang benar.
 Etiket harus jelas dan dapat dibaca.
 Kemasan obat yang diserahkan hendaknya dikemas dengan rapi dalam
kemasan yang cocok sehingga terjaga kualitasnya.
 Penyerahan Obat. Sebelum obat diserahkan pada pasien harus dilakukan
pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan
obat dilakukan oleh apoteker disertai pemberian informasi obat dan konseling
kepada pasien.
 Informasi Obat. Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan
mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi
obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi: cara pemakaian obat, cara
penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan
minuman yang harus dihindari selama terapi.
 Konseling. Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan farmasi,
pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat memperbaiki
kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya
penyalahgunaan atau penggunaan obat yang salah. Untuk penderita penyakit
tertentu seperti kardiovaskular, diabetes, TBC, asma dan penyakit kronis
lainnya, apoteker harus memberikan konseling secara berkelanjutan.
 Monitoring Penggunaan Obat. Setelah penyerahan obat kepada pasien,
apoteker harus melaksanakan pemantauan penggunaan obat, terutama untuk

13
pasien tertentu seperti kardiovaskular, diabetes, TBC, asma, dan penyakit
kronis lainnya.
 Promosi dan Edukasi. Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, apoteker
harus memberikan edukasi apabila masyarakat ingin mengobati diri sendiri
(swamedikasi) untuk penyakit ringan dengan memilihkan obat yang sesuai
dan apoteker harus berpartisipasi secara aktif dalam promosi dan edukasi.
Apoteker ikut membantu diseminasi informasi, antara lain dengan penyebaran
leaflet /brosur, poster, penyuluhan, dan lain lainnya.
 Pelayanan Residensial (Home Care). Apoteker sebagai care giver diharapkan
juga dapat melakukan pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah,
khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit
kronis lainnya. Untuk aktivitas ini apoteker harus membuat catatan berupa
catatan pengobatan (medication record).

Evaluasi Mutu Pelayanan


Indikator yang digunakan untuk mengevaluasi mutu pelayanan adalah:
1. Tingkat kepuasan konsumen dilakukan dengan survei berupa angket atau
wawancara langsung.
2. Dimensi waktu lama pelayanan diukur dengan waktu ( yang telah ditetapkan).
3. Prosedur Tetap ( Protap )Untuk menjamin mutu pelayanan sesuai standar
yang telah ditetapkan.
Disamping itu prosedur tetap bermanfaat untuk:
1. Memastikan bahwa praktik yang baik dapat tercapai setiap saat;
2. Adanya pembagian tugas dan wewenang;
3. Memberikan pertimbangan dan panduan untuk tenaga kesehatan lain yang
bekerja di apotek;
4. Dapat digunakan sebagai alat untuk melatih staf baru;

14
5. Membantu proses audit.
Prosedur tetap disusun dengan format sebagai berikut:
1) Tujuan merupakan tujuan protap.
2) Ruang lingkup berisi pernyataan tentang pelayanan yang dilakukan dengan
kompetensi yang diharapkan.
3) Hasil yang dicapai oleh pelayanan yang diberikan dan dinyatakan dalam
bentuk yang dapat diukur.
4) Persyaratan hal-hal yang diperlukan untuk menunjang pelayanan.
5) Proses berisi langkah-langkah pokok yang perlu dilkuti untuk penerapan
standar. Sifat protap adalah spesifik mengenai kefarmasian.

Tugas dan Tanggung Jawab Personil Apotek


 Manejer Apotek Pelayanan
Apotek Rama dipimpin oleh seorang Apoteker sebagai manager
pelayanan yang telah mengucapkan sumpah apoteker yang telah memiliki
Surat Izin Kerja (SIK), juga memiliki kemampuan memimpin dan
bertanggung jawab penuh terhadap pekerjaan di apotek. Selain itu juga APA
harus menguasai kemampuan manajemen yaitu, perencanaan, koordinasi,
kepemimpinan dan pengawasan disamping kemampuan di bidang farmasi
baik teknis maupun non teknis.
Tugas dan Tanggung Jawab pimpinan Apotek adalah :
1. Memimpin, menentukan kebijaksanaan dan melaksanakan pengawasan
dan pengendalian apotek sesuai UU yg berlaku.
2. Menyusun program kerja karyawan untuk mencapai sasaran yang
ditetapkan
3. Memberikan pelayanan dan informasi obat dan perbekalan farmasi
kepada pasien, dokter, dan tenaga kesehatan lainnya.
4. Melaksanakan kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk perkembangan
apotek.

15
5. Menguasai dan melaksanakan peraturan perundang-undangan farmasi
yang berlaku.
 Fungsi Administrasi
1. Membuat laporan realisasi data dan anggaran setiap bulan
2. Membuat laporan penutupan buku
3. Melakukan rekaptulasi buku penjualan tunai dihitung berdasarkan jumlah
resep dan rekaptulasi buku pembelian
 Fungsi Pembelian
1. Membuat kebutuhan barang pada buku permintaan barang
2. Membuat Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA) sesuai dengan data
kebutuhan barang yang tercatat pada buku permintaan barang dan
pareto penjualan
3. Membuat retur atau pengembalian barang bila terjadi kesalahan dalam
pengiriman barang.
 Karyawan/ Karyawati
Karyawan/Karyawati mencakup asisten apoteker dan non asisten apoteker.
 Tugas dan tanggung jawab asisten apoteker antara lain :
 Mengatur penyimpanan obat dan penyusunan apotek
 Memberi harga pada setiap resep dokter yang masuk dan memeriksa
kelengkapan resep
 Melayani dan meracik obat sesuai dengan resep dokter
 Menghitung dosis obat untuk racikan sesuai permintaan resep
 Menimbang, menyiapkan, mengemas, dan memberi etiket obat yang akan
diserahkan pada pasien
 Memeriksa kebenaran obat sebelum diserahkan pada pasien
 Menyerahkan obat sekaligus memberi informasi mengenai cara
pemakaian dan informasi lainnya mengenai obat tersebut kepada pasien.

16
 Membuat salinan resep bila diperlukan oleh pasien, bila obat hanya
ditebus sebagian atau resep diulang serta membuat kuitansi bila
diperlukan.
 Berpartisipasi dalam pelaksaan dan pemeliharaan kebersihan di apotek.

 Tugas dan tanggung jawab non apoteker antara lain :


 Membantu tugas asisten apoteker dalam menyiapkan obat , mengerjakan
obat racikan yang telah disiapkan oleh asisten apoteker sesuai dengan dan
jumlah yang diminta
 Membuat obat racikan standar dibawah pengawasan asisten apoteker dan
apoteker
 Menyusun obat-obat pada rak penyimpanan obat
 Membersihkan peralatan yang digunakan dan membersihkan ruangan
diapotek.

17
BAB III

KESIMPULAN

1. Apotek merupakan suatu tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian penyaluran


perbekalan farmasi kepada masyarakat yang ketentuan dan tata cara perizinannya
tercantum dalam Keputusan MenKes RI Nomor 9 tahun 2017 tentang Apotek.
2. Standar pelayanan kefarmasian di apotek meliputi Pengelolaan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Habis Pakai Pelayanan farmasi klinik.

18
DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Kesehatan RI. (2016). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 73 Tahun 2016 tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek.
Pambo, J., Bakitte, R., Groothoff, D., Umuhire, J. P., & Higenyi, E. (2013).
Implementing Standard Operating Procedures, Guidelines and Standards.
Pharmalink, 13(1), 1–15.
Pharmacy Toolkit Standard Operating Procedures for Primary Healthcare Facilities.
(n.d.).
USAID. (2017). Regulation of drug shops and pharmacies relevant to family
planning: a scan of 32 developing countries.
https://www.shopsplusproject.org/sites/default/files/resources/Regulation of
Drug Shops and Pharmacies Relevant to Family Planning - A Scan of 32
Developing Countries.pdf
Wooyong Jo, Hyoryung Nam, J. C. (2022). Opening the OTC drug market: The effect
of deregulation on retail pharmacy’s performance. International Journal of
Research in Marketing, 39(3), 847–866.
https://doi.org/10.1016/j.ijresmar.2021.10.001.

19

Anda mungkin juga menyukai