Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH FARMASI SOSIAL

“Peran dan Fungsi Apoteker”

Dosen : Dra. Lili Musnelina. M.Si

Disusun oleh :

Sinta Bela 22344130

Regenia Miduk Marpaung 22344133

Bian Tiara 22344141

Nurul Umairah 22344145

Nida Nur Fadhilah 22344149

PROGRAM STUDI APOTEKER


INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2023

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat dan karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan tugas farmasi sosial ini. Terima kasih
juga kepada dosen pengajar yang telah memberikan bimbingan dalam menyelesaikan makalah
dengan judul “Peran dan Fungsi Apoteker”.

Kami menyadari, bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh
sebab itu, saran dan kritik yang membangun penyusun harapkan demi terciptanya makalah yang
lebih sempurna. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Jakarta, Maret 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

JUDUL
KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................1
1.3 Tujuan..............................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................2
2.1 Pengertian Apoteker.......................................................................................................2
2.2 Peran Apoteker di Apotek dan Rumah Sakit...............................................................2
2.2.1 Peran Apoteker di Apotek......................................................................................3
2.2.2 Peran Apoteker Sebagai Profesional.....................................................................3
2.2.3 Peranan Apoteker Sebagai Manager.....................................................................6
2.2.4 Peranan Apoteker Sebagai Retailer.......................................................................9
2.2.3 Peran Farmasis di Rumah Sakit..........................................................................11
2.3 Fungsi dan Tugas Apoteker Sesuai dengan Kompetensi Apoteker di Apotek
menurut WHO (World Health Organization)............................................................................12
2.4 Fungsi dan Tugas Apoteker Sesuai Dengan Kompetensi Apoteker Indonesia
di Apotek menurut APTFI (Asosiasi Pendidikan Tinggi Farmasi Indonesia)...................13
BAB III PENUTUP......................................................................................................................16
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................17

iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lepas dari aman atau tidaknya setiap obat maka harus disadari setiap obat dapat
menjadi racun yang amat berbahaya bilamana pemakaiannya tidak didukung oleh cara
pemakaian yang benar. Oleh sebab itu, bagi kaum awam perlu diberikan informasi tentang
hal apa saja yang diperlukan dalam usaha untuk memperoleh pegobatan secara optimal.
Dalam kehidupan sehari-hari, hampir semua orang pernah menggunakan obat untuk
menjaga kesehatan, tapi tidak semua orang mengetahui betapa pentingnya pengetahuan
tentang obat itu bagi mereka. Kebanyakan orang berpendapat bahwa dokter telah memilih
dan menentukan obat bagi mereka,karena itu mereka tidak perlu bertanya lagi. Namun
sebenarnya tanggung jawab penuh dalam menggunakan obat terletak pada orang yang
menggunakannya.

1.2 Rumusan Masalah


a) Seperti apakah peran apoteker dalam rumah sakit dan apotek?
b) Apa yang membedakan peran farmasis dalam rumah sakit dan apotek?
c) Apa manfaat dari semua peran farmasis itu sendiri kepada masyarakat ?

1.3 Tujuan
a) Mengetahui peran farmasis di apotek dan rumah sakit.
b) Mengetahui perbedaan peran farmasis di rumah sakit dan apotek.
c) Mengetahui bahwa peran yang dilakukan oleh farmasis yang utama adalah untuk
masyarakat.

1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Apoteker
Apoteker adalah seseorang yang mempunyai keahlian dan kewenangan di bidang
kefarmasian baik di apotek, rumah sakit, industri, pendidikan, dan bidang lain yang masih
berkaitan dengan bidang kefarmasian. Pendidikan apoteker dimulai dari pendidikan sarjana,
kurang lebih empat tahun, ditambah satu tahun untuk pendidikan profesi apoteker. Profesi
apoteker ini merupakan salah satu profesi di bidang kesehatan khususnya di bidang farmasi
yang ditujukan untuk kepentingan kemanusiaan. Kepentingan kemanusiaan yang dimaksud
adalah mampu memberikan jaminan bahwa mereka memberikan pelayanan, arahan atau
bimbingan terhadap masyarakat agar mereka dapat menggunakan sediaan farmasi secara
benar. Sediaan farmasi terutama obat bukanlah zat atau bahan yang begitu saja aman
digunakan. tanpa keterlibatan tenaga profesional.
Pekerjaan kefarmasian menurut UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 yaitu meliputi
pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan,
penyimpanan dan pendistribusian obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi
obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Dalam melaksanakan pekerjaan sebagai seorang apoteker, maka pemerintah
mengadakan uji kompentensi dimana apoteker dapat dikatakan “KOMPETEN”.
Kompetensi adalah kemampuan manusia yang merupakan sejumlah karakteristik, baik
berupa bakat, motif, sikap, keterampilan, pengetahuan, perilaku yang membuat seorang pegawai
berhasil dalam pekerjaannya. Dengan kata lain, yang dapat membedakan pegawai yang memiliki
kinerja rata-rata dengan pegawai yang memiliki kinerja unggul (kinerja lebih baik) dengan
secara efektif membantu dan membedakan kinerja dalam melakukan pekerjaan sehari-hari.

2
3

2.2 Peran Apoteker di Apotek dan Rumah Sakit


Pharmaceutical care adalah tanggung jawab pemberi pelayanan obat / tenaga
kefarmasian sampai pada dampak yang diharapkan yaitu meningkatnya kualitas hidup pasien
( helper and strand , 1990). Tenaga kefarmasian menurut PP 32 / 96 adalah Apoteker, Asisten
apoteker, Ahli madya farmasi. Dasar hukum adanya peran kefarmasian itu adalah :
 Peraturan perundang-undangan kefarmasian yang ditetapkan oleh pemerintah
 Aturan yang ditetapkan oleh organisasi ( kode etik )
 Aturan yang ditetapkan oleh badan kesehatan dunia (WHO)
Keharusan apoteker berada pada sepanjang jam buka apotek telah diamanatkan dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1980 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 26 Tahun 1965 tentang Apotek. Dalam Pasal 4 ayat (1) dinyatakan bahwa pengelolaan
apotek menjadi tugas dan tanggung jawab seorang apoteker. Dalam Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek
dinyatakan bahwa orientasi pelayanan kefarmasian saat ini telah bergeser dari obat ke pasien
yang mengacu pada pharmaceutical care.
Apoteker Pengelola Apotek terkena ketentuan seperti dimaksud pada Keputusan Menteri
Kesehatan 1332/MenKes/SK/X/2002 (Pasal 19 ayat 1) yang menyatakan bahwa apabila
Apoteker Pengelola Apotik berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka Apotik, Apoteker
Pengelola Apotik harus menunjuk Apoteker pendamping.

2.2.1 Peran Apoteker di Apotek

Dari kompetensi serta peraturan perundang-undangan yang telah disebutkan


sebelumnya, Apoteker di apotek memiliki 3 (tiga) peranan, terutama yang berkaitan
langsung dengan pasien, yaitu sebagai profesional, manager, dan retailer.

2.2.2 Peran Apoteker Sebagai Profesional

Apoteker memiliki kemampuan dalam melaksanakan kegiatan pelayanan


kefarmasian yang bermutu dan efisien yang berasaskan pharmaceutical care di apotek.
Adapun standar pelayanan kefarmasian di apotek telah diatur melalui S ur at K ep ut us an
M en te ri K es e ha ta n Re pu bl ik I nd on es ia N om or 1027/Menkes/SK/I X/2004.
4

Dalam PP no. 51 Pasal 21 ayat 2 juga sudah dipaparkan, bahwa yang boleh
melayani pemberian obat berdasarkan resep adalah apoteker. Secara tidak langsung tersirat
bahwa apoteker harus selalu ada di apotek untuk melakukan asuhan kefarmasian.Bila
seorang apoteker ingin melaksanakan asuhan kefarmasian, ia harus memiliki Competency,
Commitment, dan Care. Apoteker sejatinya harus memiliki kompetensi, maksudnya
memiliki ilmu (knowledge) dan keterampilan (skill) dalam melakukan asuhan kefarmasian.
Tujuan dari standar pelayanan ini adalah:
1. Melindungi masyarakat dari pelayanan yang tidak profesional.
2. Melindungi profesi dari tuntutan masyarakat yang tidak wajar.
3. Pedoman dalam pengawasan praktek Apoteker
4. Pembinaan serta meningkatkan mutu pelayanan farmasi di apotek.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1027/Menkes/SK/IX/2004, terutama pada BAB III, bahwa pelayanan kefarmasian
meliputi :
1. Pelayanan Resep, yaitu meliputi :
A. Skrining Resep
Apoteker melakukan skrining resep meliputi:
1) Persyaratan Administratif :
 Nama, SIP dan alamat dokter
 Tanggal penulisan resep
 Tanda tangan/paraf dokter penulis resep
 Nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien
 Nama obat, potensi, dosis, dan jumlah yang minta
 Cara pemakaian yang jelas
 Informasi lainnya
2) Kesesuaian farmasetik : bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas,
cara dan lama pemberian.
3) Pertimbangan klinis : adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian (dosis,
durasi, jumlah obat dan lain lain). Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya
dikonsultasikan kepada dokter penulis resep dengan memberikan
5

pertimbangan dan alternatif seperlunya bila perlu menggunakan persetujuan


setelah pemberitahuan.

B. Penyiapan obat
1) Peracikan
Merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas dan
memberikan etiket pada wadah. Dalam melaksanakan peracikan obat harus dibuat
suatu prosedur tetap dengan memperhatikan dosis, jenis dan jumlah obat serta
penulisan etiket yang benar.
2) E t i k e t
Etiket harus jelas dan dapat dibaca dan tepat dalam cara pemberian obat. Etiket putih
untuk pemaikaian oral dan etiket putih untuk pemaikaian luar.
3) Kemasan Obat yang Diserahkan
Obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok sehingga
terjaga kualitasnya.
4) Penyerahan Obat
Sebelum obat diserahkan pada pasien harus dilakukan pemeriksaan akhir terhadap
kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker
disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien.
5) Informasi Obat
Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti,
akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat pada pasien sekurang-
kurangnya meliputi: dosis, efek farmakologi, cara pemakaian obat, cara
penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman
yang harus dihindari selama terapi.
6) Konseling
Apoteker harus memberikan konseling mengenai sediaan farmasi, pengobatan
dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup
pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau
6

penggunaan salah sediaan farmasi atau perbekalan kesehatan lainnya. Untuk


penderita penyakit tertentu seperti kardiovaskular, diabetes, TBC, asma, dan
penyakit kronis lainnya apoteker harus memberikan konseling secara berkelanjutan.
7) Monitoring Penggunaan Obat
Setelah penyerahan obat kepada pasien, Apoteker harus melaksanakan pemantauan
penggunaan obat, terutama untuk pasien tertentu seperti kardiovaskular, diabetes,
TBC, asma, dan penyakit kronis lainnya.

2. Promosi dan Edukasi


Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, Apoteker harus memberikan edukasi apabila
masyarakat ingin mengobati diri sendiri (swamedikasi) untuk penyakit ringan dengan
memilihkan obat yang sesuai dan apoteker harus berpartisipasi secara aktif dalam promosi
dan edukasi. Apoteker ikut membantu diseminasi informasi, antara lain dengan penyebaran
leaflet/brosur, poster, penyuluhan, dan lain-lain.
3. Pelayanan Residensial (Home Care)
Apoteker sebagai care giver diharapkan juga dapat melakukan pelayanan kefarmasian
yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lanjut usia dan pasien dengan
pengobatan penyakit kronis lainnya. Untuk aktivitas ini Apoteker harus membuat catatan
berupa catatan pengobatan (medication record).

2.2.3 Peranan Apoteker Sebagai Manager


Salah satu kunci sukses pengelolaan persediaan barang di sebuah apotek adalah
service level 100%, artinya apotek mampu memenuhi semua permintaan akan obat (baik
resep maupun non resep), sehingga rasio penolakannya 0%. Untuk dapat menjamin service
level tersebut diperlukan perencanaan (planning) yang sangat matang, jangan sampai ada
penumpukan barang (over stock) atau persediaan habis (out of stock). Itulah tugas seorang
apoteker sebagai manager. Tujuannya adalah supaya perputaran persediaan atau Inventory
Turn Over maksimal, risiko over stock dan out of stock diminimalisir. Bila sudah demikian
akan menambah kepuasan pelanggan karena permintaan akan obat selalu terpenuhi.
Kepuasan pelanggan akan berimbas kepada loyalitas pelanggan dan juga menambah
pelanggan-pelanggan baru.
7

Manajemen secara formal diartikan sebagai perencanaan, pengorganisasian,


pengarahan dan pengendalian, terhadap penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan.

Fungsi manajemen adalah untuk :

1. Mencapai tujuan.
2. Menjaga keseimbangan di antara tujuan-tujuan yang saling bertentangan.
3. Mencapai efisiensi dan efektivitas.
Dua konsepsi utama untuk mengukur prestasi kerja (performance) manajemen adalah
efisiensi dan efektivitas. Efisiensi adalah kemampuan untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan dengan benar, merupakan konsep matematika, atau merupakan perhitungan ratio
antara keluaran (output) dan masukan (input). Seorang manajer dikatakan efisien adalah
seseorang yang mencapai keluaran yang lebih tinggi (hasil, produktivitas, performance)
dibanding masukan-masukan (tenaga kerja, bahan, uang, mesin dan waktu) yang digunakan.
Efektivitas merupakan kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan
yang tepat untuk pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Manajer yang efektif adalah
manajer yang dapat memilih pekerjaan yang harus dilakukan atau metode (cara) yang tepat
untuk mencapai tujuan.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1027/Menkes/SK/IX/2004, pada BAB II, bahwa pengelolaan sumber daya di apotek
meliputi:
1. Pengelolaan Sumber Daya Manusia
Sesuai ketentuan perundangan yang berlaku apotek harus dikelola oleh seorang
Apoteker yang profesional. Dalam pengelolaan apotek, Apoteker senantiasa harus
memiliki kemampuan:
a) Menyediakan dan memberikan pelayanan yang baik.
b) Mengambil keputusan yang tepat.
c) Mampu berkomunikasi antar profesi.
d) Menempatkan diri sebagai pimpinan dalam situasi multidisipliner.
e) Kemampuan mengelola SDM secara efektif.
8

f) Selalu belajar sepanjang karier.


g) Membantu memberi pendidikan.
h) Memberi peluang untuk meningkatkan pengetahuan.

2. Pengelolaan Sarana dan Prasarana


Apoteker di apotek berperan dalam mengelola dan menjamin bahwa:
a. Apotek berlokasi pada daerah yang dengan mudah dikenali oleh masyarakat.
b. Pada halaman terdapat papan petunjuk yang dengan jelas tertulis kata apotek.
c. Apotek harus dapat dengan mudah diakses oleh anggota masyarakat.
d. Pelayanan produk kefarmasian diberikan pada tempat yang terpisah dari aktivitas
pelayanan dan penjualan produk lainnya, hal ini berguna untuk menunjukkan
integritas dan kualitas produk serta mengurangi resiko kesalahan penyerahan obat.
e. Masyarakat harus diberi akses secara langsung dan mudah oleh Apoteker untuk
memperoleh informasi dan konseling.
f. Lingkungan apotek harus dijaga kebersihannya. Apotek harus bebas dari hewan
pengerat dan serangga. Apotek memiliki suplai listrik yang konstan, terutama untuk
lemari pendingin.
g. Apotek harus memiliki:
 Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien
 Tempat untuk menyediakan informasi bagi pasien, termasuk penempatan
brosur/ materi informasi.
 Ruangan tertutup untuk konseling bagi pasien yang dilengkapi dengan meja
dan kursi serta lemari untuk menyimpan catatan medikasi pasien.
 Ruang racikan.
 Tempat pencucian alat atau keranjang sampah yang tersedia untuk staf maupun
pasien.
 Perabotan apotek harus tertata rapi, lengkap dengan rak-rak
penyimpanan obat dan barang-barang lain yang tersusun dengan rapi, terlindung
dari debu, kelembaban dan cahaya yang berlebihan serta diletakkan pada
kondisi ruangan dengan temperatur yang telah ditetapkan.
3. Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan lainnya
9

Pengelolaan persediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya dilakukan


sesuai ketentuan perundangan-undangan yang berlaku meliputi: perencanaan,
pengadaan, penyimpanan dan pelayanan. Pengeluaran obat memakai sistim FIFO
(First In First Out) dan FEFO (First Expire First Out).
A. Perencanaan
Dalam membuat perencanaan pengadaan sediaan farmasi perlu diperhatikan:
 Pola penyakit
 Kemampuan masyarakat
 Budaya masyarakat
B. Pengadaan
Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasian maka pengadaan sediaan
farmasi harus melalui jalur resmi sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
C. Penyimpanan
 Dalam hal pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka
harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada
wadah.
 Obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik.
 Wadah sekurang kurangnya memuat nama obat, nomor batch dan tanggal
kadaluarsa.
 Semua bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai, layak dan menjamin
kestabilan bahan.
D. Administrasi
Dalam menjalankan pelayanan kefarmasian di apotek, perlu dilaksanakan kegiatan
administrasi yang meliputi:
 Administrasi Umum: pencatatan, pengarsipan, pelaporan narkotika, psikotropika
dan dokumentasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
 Administrasi Pelayanan: pengarsipan resep, pengarsipan catatan pengobatan
pasien, pengarsipan hasil monitoring penggunaan obat.
10

2.2.4 Peranan Apoteker Sebagai Retailer


Ritel merupakan tahapan akhir dari kanal distribusi, yaitu usaha penjualan barang
atau jasa kepada konsumen untuk keperluannya masing-masing. Kunci sukses seorang
apoteker sebagai retailer adalah Identifying, stimulating, dan satisfying demands.
a. Identifying
Identifying adalah menganalisis dan mengumpulkan informasi-informasi
mengenai konsumen. Informasi tersebut tidak lain adalah jawaban dari pertanyaan-
pertanyaan berikut: Siapa yang membeli ? Apa yang mereka beli ? Mengapa mereka
membeli ? Bagaimana mereka memutuskan untuk membeli ? Kapan mereka membeli?
Dimana mereka membeli ? Seberapa sering mereka membeli ? Seyogyanya apoteker
harus mengetahui perilaku-perilaku membeli dari konsumen dengan menjawab
pertanyaan-pertanyaan diatas.
Misalnya saat musim haji, yang banyak dicari adalah multivitamin dan penambah
stamina. Perilaku membeli tersebut juga dipengaruhi oleh banyak hal, salah satunya
adalah profil demografis. Faktor-faktor profil demografis tersebut antara lain usia,
gender, pekerjaan, pendidikan, etnis, lokasi dan lain-lain. Bila profil demografis
diketahui, maka kita akan segera mengetahui peluang-peluang yang menjanjikan.
Misalnya bila apotek terletak didaerah lokalisasi, yang banyak dicari pasti kondom,
lubrikan, obat kuat dan lain-lain.
Setelah menganalis perilaku membeli konsumen, maka selanjutnya harus
dilakukan stimulating, yaitu memberi isyarat atau dorongan sosial, komersial dan lain-
lain dengan diikuti pemberian informasi-informasi yang dibutuhkan konsumen mengenai
produk yang akan dibeli. Hal ini perlu dilakukan karena sepandai-pandainya kita
menganalisis perilaku membeli, tetap keputusan akhir terletak pada konsumen.
Tugas selanjutnya setelah konsumen ingin membeli yaitu memenuhi permintaan
tersebut. Berikan pelayan yang terbaik, jujur dan penuh kesabaran. Dan yang terpenting
adalah produk yang dijual harus tepat kualitas, tepat jumlah, tepat waktu. Inilah yang
dimaksud satisfying demands.
Oleh karena itu, segala usaha untuk meningkatkan profit perlu dilaksanakan, di
antaranya mencapai kepuasan pelanggan. Pelanggan merupakan sumber profit. Oleh
karena itu, sebagai seorang retailer berkewajiban mengidentifikasi apa yang menjadi
11

kebutuhan pelanggan, menstimulasi kebutuhan pelanggan agar menjadi permintaan, dan


memenuhi permintaan tersebut sesuai bahkan melebihi harapan pelanggan.Pengaturan
sarana dan prasarana yang menunjang juga sangat menentukan keputusan pelanggan untuk
membeli, seperti pajangan yang menarik, layout apotek, merchandising, pelayanan yang
hangat dan ramah, dan lain sebagainya.

2.2.3 Peran Farmasis di Rumah Sakit

Pelaksanaan farmasis di Rumah Sakit terdiri dari 4 pelayanan yaitu : pelayanan obat
non resep, pelayanan komunikasi-informasi-edukasi ( KIE ), pelayanan obat resep dan
pengelolaan obat.
a. Pelayanan Obat Non Resep
Pelayanan obat non resep merupakan kepada pasien yang ingin melakukan
pengobatan sendiri, dikenal dengan swamedikasi. Obat untuk swamedikasi meliputi
obat–obat yang dapat digunakan tanpa resep yang meliputi obat wajib apotik ( OWA ),
obat bebas terbatas ( OBT ), dan obat bebas ( OB ). Obat wajib apoik terdiri dari kelas
terapi oral kontrasepsi, obat saluran cerna, obat mulut serta tenggorokan, obat saluran
nafas, obat yang mempengaruhi sistem neuromuskuler, anti parasit dan obat kulit topikal.
b. Pelayanan Komunikasi, Informasi dan Edukasi
Apoteker hendaknya mampu menggalang komunikasi dengan tenaga kesehatan
lain, termasuk kepada dokter. Termasukmembuat informasi tentang obat baru atau obat
yang sudah ditarik. Hendaknya aktif mencari masukan tentang keluhan pasien terhadap
obat – obatan yang dikonsumsi. Apoteker mencatat reaksi atau keluhan pasien untuk
dilaporkan ke dokter, dengan cara demikian ikut berpatisipasi dalam pelaporan efek
samping obat.
c. Pelayanan Obat Resep
Pelayanan resep sepenuhnya tanggung jawab apoteker pengelola apotik. Apoteker
tidak diizinkan mengganti obat yang ditulis dalam resep, apoteker wajib berkonsultasi
dengan dokter untuk pemilihan obat yang lebih terjangkau.
d. Pengelolaan Obat
12

Kompetensi penting yang harus dimiliki apoteker dalam bidang pengelolaan obat
meliputi kemampuan merancang, membuat, melakukan pengelolaan obat yang efektif
dan efisien. Penjabaran dari kompetensi tersebut adalah dengan melakukan seleksi,
perencanaan, penganganggaran, pengadaan, produksi, penyimpanan, pengamanan
persediaan, perancangandan melakukan dispensing serta evaluasi penggunaan obat dalam
rangka pelayanan kepada pasien yang terintegrasi dalam asuhan kefarmasian dan jaminan
mutu.

2.3 Fungsi dan Tugas Apoteker Sesuai dengan Kompetensi Apoteker di Apotek menurut
WHO (World Health Organization)

Kompetensi Apoteker menurut WHO dikenal dengan Eight Stars Pharmacist, yaitu:

1. Care giver, artinya Apoteker dapat memberi pelayanan kepada pasien, memberi
informasi obat kepada masyarakat dan kepada tenaga kesehatan lainnya.
2. Decision maker, artinya Apoteker mampu mengambil keputusan, tidak hanya mampu
mengambil keputusan dalam hal manajerial namun harus mampu mengambil keputusan
terbaik terkait dengan pelayanan kepada pasien, sebagai contoh ketika pasien tidak mampu
membeli obat yang ada dalam resep maka Apoteker dapat berkonsultasi dengan dokter
atau pasien untuk pemilihan obat dengan zat aktif yang sama namun harga lebih
terjangkau.
3. Communicator, artinya Apoteker mampu berkomunikasi dengan baik dengan pihak
ekstern (pasien atau customer) dan pihak intern (tenaga profesional kesehatan
lainnya).
4. Leader, artinya Apoteker mampu menjadi seorang pemimpin di apotek. Sebagai
seorang pemimpin, Apoteker merupakan orang yang terdepan di apotek, bertanggung
jawab dalam pengelolaan apotek mulai dari manajemen pengadaan, pelayanan,
administrasi, manajemen SDM serta bertanggung jawab penuh dalam kelangsungan
hidup apotek.
5. Manager, artinya Apoteker mampu mengelola apotek dengan baik dalam hal pelayanan,
pengelolaan manajemen apotek, pengelolaan tenaga kerja dan administrasi
13

keuangan. Untuk itu Apoteker harus mempunyai kemampuan manajerial yang baik,
yaitu keahlian dalam menjalankan prinsip-prinsip ilmu manajemen.
6. Life long learner, artinya Apoteker harus terus-menerus menggali ilmu
pengetahuan, senantiasa belajar, menambah pengetahuan dan keterampilannya serta
mampu mengembangkan kualitas diri.
7. Teacher, artinya Apoteker harus mampu menjadi guru, pembimbing bagi stafnya,
harus mau meningkatkan kompetensinya, harus mau menekuni profesinya, tidak
hanya berperan sebagai orang yang tahu saja, tapi harus dapat melaksanakan
profesinya tersebut dengan baik.
8. Researcher, artinya Apoteker berperan serta dalam berbagai penelitian guna
mengembangkan ilmu kefarmasiannya.

2.4 Fungsi dan Tugas Apoteker Sesuai Dengan Kompetensi Apoteker Indonesia
di Apotek menurut APTFI (Asosiasi Pendidikan Tinggi Farmasi Indonesia)

Kompetensi Apoteker menurut APTFI (Asosiasi Pendidikan Tinggi Farmasi


Indonesia) adalah:
A. Pengelolaan Obat dan Perbekalan Kesehatan Lainnya
B. Kompetensi yang diharapkan adalah Apoteker mampu melaksanakan pengelolaan
obat sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
C. Pelayanan Obat dan Perbekalan kesehatan Lainnya
D. Kompetensi yang diharapkan adalah Apoteker mampu memberikan pelayanan obat/untuk
penderita secara profesional dengan jaminan bahwa obat yang diberikan kepada
penderita akan tepat, aman, dan efektif. Termasuk di dalamnya adalah pelayanan
obat bebas dan pelayanan obat dengan resep dokter yang obatnya dibuat langsung oleh
apotek.
E. Pelayanan Konsultasi, Informasi, dan Edukasi
F. Kompetensi yang diharapkan adalah apoteker mampu melaksanakan fungsi pelayanan
konsultasi, informasi dan edukasi yang berkaitan dengan obat dan perbekalan kesehatan
lainnya kepada penderita, tenaga kesehatan lain atau pihak lain yang membutuhkan.
G. Tujuan konsultasi obat terhadap pasien adalah (Siregar, 2004) :
14

H. Menciptakan hubungan yang baik dengan penderita sehingga mempermudah


proses pengobatan.
I. Mengumpulkan informasi yang dibutuhkan mengenai sejarah pengobatan penderita.
J. Memberikan pendidikan pada penderita mengenai cara penggunaan obat yang benar.
K. Memberi dukungan dan keyakinan pada penderita mengenai proses pengobatan yang
dijalankan.

Edukasi dan konseling yang dilakukan Apoteker merupakan bagian dari


pharmaceutical care dengan tujuan untuk meningkatkan hasil terapi. Edukasi terhadap pasien
berhubungan dengan suatu tingkat dari perubahan perilaku pasien. Kegagalan pengobatan
dapat disebabkan banyak faktor, salah satunya adalah kurangnya edukasi yang
berkaitan dengan terapi sampai pada hambatan financial yang menghalangi pengadaan
obat. Tujuan edukasi obat adalah agar pasien akan mengetahui betul tentang
obatnya, meningkatkan kepatuhan pasien, pasien lebih teliti dalam menggunakan dan
menyimpan obat, pasien mengerti akan obat yang diresepkan dan akhirnya menghasilkan
respon pengobatan yang lebih baik.

1. Pencatatan dan Pelaporan


Kompetensi yang diharapkan adalah Apoteker mampu melaksanakan
pencatatan dan pelaporan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Apoteker bertanggung jawab terhadap setiap kegiatan di apotek termasuk pencatatan,
administrasi pembelian, penjualan, pelaporan keuangan dan laporan penggunaan
narkotika/psikotropika (Kepmenkes RI No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, Jakarta, 2001).
2. Partisipasi Monitoring Obat
Kompetensi yang diharapkan adalah Apoteker mampu berpartisipasi aktif
dalam program monitoring keamanan penggunaan obat. Apoteker
berpartisipasi dalam program monitoring obat terutama monitoring reaksi obat merugikan
(ROM).
3. Partisipasi Promosi Kesehatan
15

Kompetensi yang diharapkan adalah Apoteker mampu berpartisipasi secara


aktif dalam program kesehatan di masyarakat lingkungannya, terutama yang berkaitan
dengan obat.
4. Fungsi/Tugas Lain (terkait dengan pengelolaan keuangan, Sumber Daya Manusia)
Kompetensi yang diharapkan adalah Apoteker mampu melaksanakan tugas dan
fungsi lain sebagai pimpinan di apotek, seperti pengelolaan keuangan yang salah
satunya terkait dengan target yang ingin dicapai apotek, dan sumber daya manusia
yang bertujuan untuk mendukung program yang dilaksanakan di apotek serta
terlaksananya pelayanan yang berkualitas terhadap pasien. Pengembangan apotek
dapat dilakukan dengan tujuan memperluas dunia usaha serta pelayanan kepada
masyarakat.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Selain di apotek dan rumah sakit, Apoteker juga banyak yang bekerja dipedagang
besar farmasi, puskesmas, Badan Pengawasan Obat dan Makanan, Departemen kesehatan
baik pusat maupun daerah, sebagai tenaga pendidik ( dosen) di perguruan tinggi, sebagai
guru di sekolah menengah farmasi, industri obat, industri obat tradisional, industri kosmetik,
lembaga penelitian, tenaga pemasaran dan di beberapa tempat lainnya.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan peranan farmasis sangat dibutuhkan, dan yang
paling penting adalah prosefi apoteker bagi masyarakat, yaitu sebagai berikut :

1. Untuk membantu pasien dalam menghemat biaya pengobatan.


Jumlah obat yang beredar di Indonesia seperti yang pernah disampaikan oleh
ketua IAI berjumlah sekitar 16 ribuan merek. Banyaknya merek-merek yang berbeda ini
akan sangat membingungkan pasien sebagai konsumen obat. Kekurang mengertian
terhadap merek ini terkadang menyebabkan pasien harus membayar mahal atas obat
yang harus dibelinya. Di sinilah apoteker bisa berperan dalam membantu pasien
memilih obat yang berkhasiat dengan harga yang lebih murah. Apoteker memiliki
pengetahuan yang mendalam tentang obat.
2. Untuk menjamin agar obat digunakan dengan benar
Apoteker berfungsi untuk memberikan jaminan agar obat yang dikonsumsi oleh
pasien tidak merubah menjadi racun yang disebabkan karena ketidaktepatan cara
penggunaan oleh pasien. Apoteker memiliki peranan agar tujuan terapi yang sedang
dijalani oleh pasien bisa dicapai dengan baik. Apoteker berkewajiban memberikan
informasi yang sejelas-jelasnya kepada pasien pemakai obat atau keluarganya agar tidak
terjadi kesalahan dalam penggunaan obat. Agar obat memberikan efek terapi yang
diinginkan, dikenal istilah 4 T 1 E, yakni TEPAT DOSIS, TEPAT FREKUENSI,
TEPAT INTERVAL PEMBERIAN, TEPAT WAKTU/LAMA PEMAKAIAN, SERTA
WASPADA TERHADAP EFEK SAMPING.

16
DAFTAR PUSTAKA
Afdhal Phd, Ahmad Fuad. 2011. Farmasi Sosial.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia


Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia; Jakarta.

Galih Ajeng Kencana Ayu, Muhamad Syaripuddin. 2019. Peranan Apoteker dalam Pelayanan
Kefarmasian pada Penderita Hipertensi. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan.

Peraturan Menteri Kesehatan Indonesia Nomor 73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 889/MENKES/PER/2011 tentang


Registrasi, Izin Praktik, Dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian.

Rendy Ricky Kwando. 2014. Pemetaan Peran Apoteker Dalam Pelayanan Kefarmasian Terkait
Frekuensi Kehadiran Apoteker di Apotek Surabaya Timur.

Veronica Komalawati. Tanggung Jawab Apoteker Dalam Pelayanan Obat Dengan Resep Dokter.
2020. Jurnal Poros Hukum Padjadjaran.

17

Anda mungkin juga menyukai