Disusun oleh :
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat dan karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan tugas farmasi sosial ini. Terima kasih
juga kepada dosen pengajar yang telah memberikan bimbingan dalam menyelesaikan makalah
dengan judul “Peran dan Fungsi Apoteker”.
Kami menyadari, bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh
sebab itu, saran dan kritik yang membangun penyusun harapkan demi terciptanya makalah yang
lebih sempurna. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
JUDUL
KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................1
1.3 Tujuan..............................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................2
2.1 Pengertian Apoteker.......................................................................................................2
2.2 Peran Apoteker di Apotek dan Rumah Sakit...............................................................2
2.2.1 Peran Apoteker di Apotek......................................................................................3
2.2.2 Peran Apoteker Sebagai Profesional.....................................................................3
2.2.3 Peranan Apoteker Sebagai Manager.....................................................................6
2.2.4 Peranan Apoteker Sebagai Retailer.......................................................................9
2.2.3 Peran Farmasis di Rumah Sakit..........................................................................11
2.3 Fungsi dan Tugas Apoteker Sesuai dengan Kompetensi Apoteker di Apotek
menurut WHO (World Health Organization)............................................................................12
2.4 Fungsi dan Tugas Apoteker Sesuai Dengan Kompetensi Apoteker Indonesia
di Apotek menurut APTFI (Asosiasi Pendidikan Tinggi Farmasi Indonesia)...................13
BAB III PENUTUP......................................................................................................................16
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................17
iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lepas dari aman atau tidaknya setiap obat maka harus disadari setiap obat dapat
menjadi racun yang amat berbahaya bilamana pemakaiannya tidak didukung oleh cara
pemakaian yang benar. Oleh sebab itu, bagi kaum awam perlu diberikan informasi tentang
hal apa saja yang diperlukan dalam usaha untuk memperoleh pegobatan secara optimal.
Dalam kehidupan sehari-hari, hampir semua orang pernah menggunakan obat untuk
menjaga kesehatan, tapi tidak semua orang mengetahui betapa pentingnya pengetahuan
tentang obat itu bagi mereka. Kebanyakan orang berpendapat bahwa dokter telah memilih
dan menentukan obat bagi mereka,karena itu mereka tidak perlu bertanya lagi. Namun
sebenarnya tanggung jawab penuh dalam menggunakan obat terletak pada orang yang
menggunakannya.
1.3 Tujuan
a) Mengetahui peran farmasis di apotek dan rumah sakit.
b) Mengetahui perbedaan peran farmasis di rumah sakit dan apotek.
c) Mengetahui bahwa peran yang dilakukan oleh farmasis yang utama adalah untuk
masyarakat.
1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Apoteker
Apoteker adalah seseorang yang mempunyai keahlian dan kewenangan di bidang
kefarmasian baik di apotek, rumah sakit, industri, pendidikan, dan bidang lain yang masih
berkaitan dengan bidang kefarmasian. Pendidikan apoteker dimulai dari pendidikan sarjana,
kurang lebih empat tahun, ditambah satu tahun untuk pendidikan profesi apoteker. Profesi
apoteker ini merupakan salah satu profesi di bidang kesehatan khususnya di bidang farmasi
yang ditujukan untuk kepentingan kemanusiaan. Kepentingan kemanusiaan yang dimaksud
adalah mampu memberikan jaminan bahwa mereka memberikan pelayanan, arahan atau
bimbingan terhadap masyarakat agar mereka dapat menggunakan sediaan farmasi secara
benar. Sediaan farmasi terutama obat bukanlah zat atau bahan yang begitu saja aman
digunakan. tanpa keterlibatan tenaga profesional.
Pekerjaan kefarmasian menurut UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 yaitu meliputi
pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan,
penyimpanan dan pendistribusian obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi
obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Dalam melaksanakan pekerjaan sebagai seorang apoteker, maka pemerintah
mengadakan uji kompentensi dimana apoteker dapat dikatakan “KOMPETEN”.
Kompetensi adalah kemampuan manusia yang merupakan sejumlah karakteristik, baik
berupa bakat, motif, sikap, keterampilan, pengetahuan, perilaku yang membuat seorang pegawai
berhasil dalam pekerjaannya. Dengan kata lain, yang dapat membedakan pegawai yang memiliki
kinerja rata-rata dengan pegawai yang memiliki kinerja unggul (kinerja lebih baik) dengan
secara efektif membantu dan membedakan kinerja dalam melakukan pekerjaan sehari-hari.
2
3
Dalam PP no. 51 Pasal 21 ayat 2 juga sudah dipaparkan, bahwa yang boleh
melayani pemberian obat berdasarkan resep adalah apoteker. Secara tidak langsung tersirat
bahwa apoteker harus selalu ada di apotek untuk melakukan asuhan kefarmasian.Bila
seorang apoteker ingin melaksanakan asuhan kefarmasian, ia harus memiliki Competency,
Commitment, dan Care. Apoteker sejatinya harus memiliki kompetensi, maksudnya
memiliki ilmu (knowledge) dan keterampilan (skill) dalam melakukan asuhan kefarmasian.
Tujuan dari standar pelayanan ini adalah:
1. Melindungi masyarakat dari pelayanan yang tidak profesional.
2. Melindungi profesi dari tuntutan masyarakat yang tidak wajar.
3. Pedoman dalam pengawasan praktek Apoteker
4. Pembinaan serta meningkatkan mutu pelayanan farmasi di apotek.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1027/Menkes/SK/IX/2004, terutama pada BAB III, bahwa pelayanan kefarmasian
meliputi :
1. Pelayanan Resep, yaitu meliputi :
A. Skrining Resep
Apoteker melakukan skrining resep meliputi:
1) Persyaratan Administratif :
Nama, SIP dan alamat dokter
Tanggal penulisan resep
Tanda tangan/paraf dokter penulis resep
Nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien
Nama obat, potensi, dosis, dan jumlah yang minta
Cara pemakaian yang jelas
Informasi lainnya
2) Kesesuaian farmasetik : bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas,
cara dan lama pemberian.
3) Pertimbangan klinis : adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian (dosis,
durasi, jumlah obat dan lain lain). Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya
dikonsultasikan kepada dokter penulis resep dengan memberikan
5
B. Penyiapan obat
1) Peracikan
Merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas dan
memberikan etiket pada wadah. Dalam melaksanakan peracikan obat harus dibuat
suatu prosedur tetap dengan memperhatikan dosis, jenis dan jumlah obat serta
penulisan etiket yang benar.
2) E t i k e t
Etiket harus jelas dan dapat dibaca dan tepat dalam cara pemberian obat. Etiket putih
untuk pemaikaian oral dan etiket putih untuk pemaikaian luar.
3) Kemasan Obat yang Diserahkan
Obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok sehingga
terjaga kualitasnya.
4) Penyerahan Obat
Sebelum obat diserahkan pada pasien harus dilakukan pemeriksaan akhir terhadap
kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker
disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien.
5) Informasi Obat
Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti,
akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat pada pasien sekurang-
kurangnya meliputi: dosis, efek farmakologi, cara pemakaian obat, cara
penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman
yang harus dihindari selama terapi.
6) Konseling
Apoteker harus memberikan konseling mengenai sediaan farmasi, pengobatan
dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup
pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau
6
1. Mencapai tujuan.
2. Menjaga keseimbangan di antara tujuan-tujuan yang saling bertentangan.
3. Mencapai efisiensi dan efektivitas.
Dua konsepsi utama untuk mengukur prestasi kerja (performance) manajemen adalah
efisiensi dan efektivitas. Efisiensi adalah kemampuan untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan dengan benar, merupakan konsep matematika, atau merupakan perhitungan ratio
antara keluaran (output) dan masukan (input). Seorang manajer dikatakan efisien adalah
seseorang yang mencapai keluaran yang lebih tinggi (hasil, produktivitas, performance)
dibanding masukan-masukan (tenaga kerja, bahan, uang, mesin dan waktu) yang digunakan.
Efektivitas merupakan kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan
yang tepat untuk pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Manajer yang efektif adalah
manajer yang dapat memilih pekerjaan yang harus dilakukan atau metode (cara) yang tepat
untuk mencapai tujuan.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1027/Menkes/SK/IX/2004, pada BAB II, bahwa pengelolaan sumber daya di apotek
meliputi:
1. Pengelolaan Sumber Daya Manusia
Sesuai ketentuan perundangan yang berlaku apotek harus dikelola oleh seorang
Apoteker yang profesional. Dalam pengelolaan apotek, Apoteker senantiasa harus
memiliki kemampuan:
a) Menyediakan dan memberikan pelayanan yang baik.
b) Mengambil keputusan yang tepat.
c) Mampu berkomunikasi antar profesi.
d) Menempatkan diri sebagai pimpinan dalam situasi multidisipliner.
e) Kemampuan mengelola SDM secara efektif.
8
Pelaksanaan farmasis di Rumah Sakit terdiri dari 4 pelayanan yaitu : pelayanan obat
non resep, pelayanan komunikasi-informasi-edukasi ( KIE ), pelayanan obat resep dan
pengelolaan obat.
a. Pelayanan Obat Non Resep
Pelayanan obat non resep merupakan kepada pasien yang ingin melakukan
pengobatan sendiri, dikenal dengan swamedikasi. Obat untuk swamedikasi meliputi
obat–obat yang dapat digunakan tanpa resep yang meliputi obat wajib apotik ( OWA ),
obat bebas terbatas ( OBT ), dan obat bebas ( OB ). Obat wajib apoik terdiri dari kelas
terapi oral kontrasepsi, obat saluran cerna, obat mulut serta tenggorokan, obat saluran
nafas, obat yang mempengaruhi sistem neuromuskuler, anti parasit dan obat kulit topikal.
b. Pelayanan Komunikasi, Informasi dan Edukasi
Apoteker hendaknya mampu menggalang komunikasi dengan tenaga kesehatan
lain, termasuk kepada dokter. Termasukmembuat informasi tentang obat baru atau obat
yang sudah ditarik. Hendaknya aktif mencari masukan tentang keluhan pasien terhadap
obat – obatan yang dikonsumsi. Apoteker mencatat reaksi atau keluhan pasien untuk
dilaporkan ke dokter, dengan cara demikian ikut berpatisipasi dalam pelaporan efek
samping obat.
c. Pelayanan Obat Resep
Pelayanan resep sepenuhnya tanggung jawab apoteker pengelola apotik. Apoteker
tidak diizinkan mengganti obat yang ditulis dalam resep, apoteker wajib berkonsultasi
dengan dokter untuk pemilihan obat yang lebih terjangkau.
d. Pengelolaan Obat
12
Kompetensi penting yang harus dimiliki apoteker dalam bidang pengelolaan obat
meliputi kemampuan merancang, membuat, melakukan pengelolaan obat yang efektif
dan efisien. Penjabaran dari kompetensi tersebut adalah dengan melakukan seleksi,
perencanaan, penganganggaran, pengadaan, produksi, penyimpanan, pengamanan
persediaan, perancangandan melakukan dispensing serta evaluasi penggunaan obat dalam
rangka pelayanan kepada pasien yang terintegrasi dalam asuhan kefarmasian dan jaminan
mutu.
2.3 Fungsi dan Tugas Apoteker Sesuai dengan Kompetensi Apoteker di Apotek menurut
WHO (World Health Organization)
Kompetensi Apoteker menurut WHO dikenal dengan Eight Stars Pharmacist, yaitu:
1. Care giver, artinya Apoteker dapat memberi pelayanan kepada pasien, memberi
informasi obat kepada masyarakat dan kepada tenaga kesehatan lainnya.
2. Decision maker, artinya Apoteker mampu mengambil keputusan, tidak hanya mampu
mengambil keputusan dalam hal manajerial namun harus mampu mengambil keputusan
terbaik terkait dengan pelayanan kepada pasien, sebagai contoh ketika pasien tidak mampu
membeli obat yang ada dalam resep maka Apoteker dapat berkonsultasi dengan dokter
atau pasien untuk pemilihan obat dengan zat aktif yang sama namun harga lebih
terjangkau.
3. Communicator, artinya Apoteker mampu berkomunikasi dengan baik dengan pihak
ekstern (pasien atau customer) dan pihak intern (tenaga profesional kesehatan
lainnya).
4. Leader, artinya Apoteker mampu menjadi seorang pemimpin di apotek. Sebagai
seorang pemimpin, Apoteker merupakan orang yang terdepan di apotek, bertanggung
jawab dalam pengelolaan apotek mulai dari manajemen pengadaan, pelayanan,
administrasi, manajemen SDM serta bertanggung jawab penuh dalam kelangsungan
hidup apotek.
5. Manager, artinya Apoteker mampu mengelola apotek dengan baik dalam hal pelayanan,
pengelolaan manajemen apotek, pengelolaan tenaga kerja dan administrasi
13
keuangan. Untuk itu Apoteker harus mempunyai kemampuan manajerial yang baik,
yaitu keahlian dalam menjalankan prinsip-prinsip ilmu manajemen.
6. Life long learner, artinya Apoteker harus terus-menerus menggali ilmu
pengetahuan, senantiasa belajar, menambah pengetahuan dan keterampilannya serta
mampu mengembangkan kualitas diri.
7. Teacher, artinya Apoteker harus mampu menjadi guru, pembimbing bagi stafnya,
harus mau meningkatkan kompetensinya, harus mau menekuni profesinya, tidak
hanya berperan sebagai orang yang tahu saja, tapi harus dapat melaksanakan
profesinya tersebut dengan baik.
8. Researcher, artinya Apoteker berperan serta dalam berbagai penelitian guna
mengembangkan ilmu kefarmasiannya.
2.4 Fungsi dan Tugas Apoteker Sesuai Dengan Kompetensi Apoteker Indonesia
di Apotek menurut APTFI (Asosiasi Pendidikan Tinggi Farmasi Indonesia)
Dari uraian diatas dapat disimpulkan peranan farmasis sangat dibutuhkan, dan yang
paling penting adalah prosefi apoteker bagi masyarakat, yaitu sebagai berikut :
16
DAFTAR PUSTAKA
Afdhal Phd, Ahmad Fuad. 2011. Farmasi Sosial.
Galih Ajeng Kencana Ayu, Muhamad Syaripuddin. 2019. Peranan Apoteker dalam Pelayanan
Kefarmasian pada Penderita Hipertensi. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan.
Peraturan Menteri Kesehatan Indonesia Nomor 73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek.
Rendy Ricky Kwando. 2014. Pemetaan Peran Apoteker Dalam Pelayanan Kefarmasian Terkait
Frekuensi Kehadiran Apoteker di Apotek Surabaya Timur.
Veronica Komalawati. Tanggung Jawab Apoteker Dalam Pelayanan Obat Dengan Resep Dokter.
2020. Jurnal Poros Hukum Padjadjaran.
17