Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PRINSIP-PRINSIP PROFESIONALISME APOTEKER


DI MASA YANG AKAN DATANG

Dosen Pengampu:
apt. Candra Wijaya, M.Sc
Disusun Oleh :
Mimineka Sari ( 2148201110028 )

PROGRAM STUDI FARMASI


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa. Atas kehendaknya, saya
dapat menyelesaikan makalah ini dengan Judul “Makalah Prinsip-Prinsip Profesionalisme
Apoteker Di Masa Yang Akan Datang”.

Dengan selesainya makalah ini penuis mengucapkan banyak terimakasih kepada guru
pembimbing yang telah banyak memberi bantuan kepada penulis demi terselesainya makalah ini
dengan baik.

Semoga amal bantuan yang telah diberikan kepada penulis di terima di sisi Allah SWT.
Selanjutnya penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak mengalami kekurangan dan
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis berharap semoga makalah ini bermanfa’at bagi
khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Banjarmasin, 05 Januari 2024

Mimineka Sari

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................................................. iii
BAB I .............................................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................................... 2
BAB II ............................................................................................................................................ 3
2.1 Prinsip Profesionalisme ......................................................................................................... 3
2.2 Apoteker ............................................................................................................................... 3
2.3 Prinsip-Prinsip Profesionalisme Apoteker Di Masa Yang Akan Datang .............................. 7
BAB III......................................................................................................................................... 10
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................... 10
3.2 Saran .................................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 11

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan merupakan hal terpenting dalam kehidupan manusia. Tanpa kesehatan yang
baik, maka manusia akan mengalami kesulitan dalam menjalankan aktivitas sehari-harinya.
Dalam UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, dijelaskan bahwa kesehatan merupakan hak
asasi manusia dan menjadi salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan bersama.
Kesehatan itu sendiri didefinisikan sebagai keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomis. Dalam praktik penyelenggaraan kesehatan, tidak terlepas dari peran obat. Obat
didefinisikan sebagai bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan
diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk
manusia. Obat untuk masyarakat umumnya tersedia di berbagai fasilitas pelayanan kesehatan
seperti apotek, rumah sakit, puskesmas, toko obat dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya
dengan tujuan untuk mempermudah masyarakat dalam kebutuhan pemenuhan kesehatannya.

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 36 tahun 2014 pasal 30 dan


Keputusan Majelis Asosiasi Pendidikan Tinggi Farmasi Indonesia nomor 13/ APTFI/ MA/ 2010,
dibutuhkannya pengembangan tenaga kesehatan yang diarahkan untuk meningkatkan mutu dan
karir tenaga kesehatan, yaitu melalui pendidikan dan pelatihan serta berkesinambungan dalam
menjalankan praktik. Untuk menghasilkan apoteker yang kompeten, maka para calon apoteker
perlu mendapatkan praktik kerja profesi langsung di apotek sebagai sarana untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan diri. Praktik kerja ini diharapkan dapat memberikan pengalaman
langsung kepada calon apoteker dalam melakukan pelayanan kefarmasian di apotek, rumah
sakit, industri, PBF dan puskesmas yang sesuai peraturan perundangan yang berlaku. Para calon
apoteker juga akan memperoleh pengetahuan dan pemahaman mengenai permasalahan apa saja
yang ada dalam melakukan pekerjaan kefarmasian di apotek beserta tindakan penyelesaiannya.

Sebagai bentuk pendidikan dan latihan bagi calon Apoteker untuk memahami dan
mengerti peran dan tanggung jawab apoteker serta mengetahui segala kegiatan yang dilakukan
pada kegiatan PKPA, diharapkan calon apoteker memiliki kemampuan dalam mengaplikasikan

1
ilmu teori maupun praktik yang telah diperoleh selama perkuliahan sehingga dapat menjadi
Apoteker yang profesional dalam hal pelayanan kefarmasian kepada masyarakat nantinya akan
lahir apoteker yang kompeten, yaitu apoteker yang mampu memberikan pelayanan kefarmasian
langsung kepada pasien serta mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawab seorang apoteker
sesuai kode etik profesi apoteker.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan prinsip profesionalisme ?
2. Apa yang dimaksud dengan apoteker ?
3. Bagaimana cara menerapkan Prinsip-Prinsip Profesionalisme Apoteker Di Masa Yang
Akan Datang ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk Mengetahui Apa yang dimaksud dengan prinsip profesionalisme
2. Untuk Mengetahui Apa yang dimaksud apoteker
3. Bagaimana cara menerapkan Prinsip-Prinsip Profesionalisme Apoteker Di Masa Yang
Akan Datang

2
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Prinsip Profesionalisme
Profesionalisme adalah tingkah laku, keahlian atau kualitas dan seseorang yang
professional. Profesionalisme adalah sebutan yang mengacu kepada sikap mental dalam bentuk
komitmen dari para anggota suatu profesi untuk senantiasa mewujudkan dan meningkatkan
kualitas profesionalnya. Dalam konteks Hukum Kepegawaian yang dimaksud dengan prinsip
profesionalisme meliputi kompetensi, prestasi kerja, dan jenjang pangkat yang ditetapkan untuk
jabatan itu serta syarat obyektif lainnya tanpa membedakan jenis kelamin, suku, agama, ras, atau
golongan.

2.1.1 Ciri-ciri Prinsip Profesionalisme


Prinsip Profesionalisme mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1. Punya ketrampilan yang tinggi dalam suatu bidang serta kemahiran dalam menggunakan
peralatan tertentu yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas yang bersangkutan dengan
bidang tadi.
2. Punya ilmu dan pengalaman serta kecerdasan dalam menganalisis suatu masalah dan
peka di dalam membaca situasi cepat dan tepat serta cermat dalam mengambil keputusan
terbaik atas dasar kepekaan
3. Punya sikap berorientasi ke depan sehingga punya kemampuan mengantisipasi
perkembangan lingkungan yang terbentang di hadapannya
4. Punya sikap mandiri berdasarkan keyakinan akan kemampuan pribadi serta terbuka
menyimak dan menghargai pendapat orang lain.

2.2 Apoteker
Apoteker adalah seorang profesional di bidang kesehatan yang memiliki keahlian dalam
pengelolaan dan pemberian obat. Tugas utama apoteker melibatkan pengelolaan obat, termasuk
distribusi, penyimpanan, dan penyediaan informasi terkait obat kepada pasien dan tenaga
kesehatan lainnya. Apoteker juga dapat memberikan saran dan edukasi terkait penggunaan obat,
dosis yang tepat, efek samping, dan interaksi obat. Selain itu, apoteker juga berperan dalam
menyusun formula obat, memastikan kualitas obat yang disediakan, dan bekerja sama dengan

3
tenaga kesehatan lainnya untuk memastikan pemilihan obat yang tepat sesuai dengan kondisi
kesehatan pasien. Apoteker dapat bekerja di berbagai setting, termasuk apotek, rumah sakit,
industri farmasi, penelitian, dan lembaga pemerintah terkait kesehatan. Pendidikan formal yang
diperlukan untuk menjadi apoteker melibatkan program pendidikan tinggi di bidang farmasi dan
mendapatkan gelar sarjana farmasi atau setara. Setelah lulus, apoteker seringkali juga harus
mendapatkan lisensi atau registrasi dari otoritas kesehatan setempat sebelum dapat praktik secara
profesional.

2.2.1 Tugas dan Kewenangan Apoteker

Didasarkan Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan


Kefarmasian, Tenaga Kefarmasian terdiri dari Apoteker dan Tenaga Teknis
Kefarmasian. Yang dimaksud dengan apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai
apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker, yang artinya apoteker adalah
seseorang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, berhak
melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia.

Sedangkan Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) adalah tenaga yang membantu Apoteker
dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya
Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker.Selanjutnya,
menurut peraturan tersebut bahwa yang dimaksud dengan pekerjaan kefarmasian adalah
pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan,
penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat
atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat
tradisional. Salah satu tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian dan pelayanan obat atas resep
dokter kepada masyarakat adalah apotek.

Didasarkan kedua pengertian di atas, maka jelas bahwa apoteker adalah tenaga
kesehatan yang secara profesional mempunyai martabat luhur dan sumpah jabatan serta
kode etik. Itulah sebabnya, pelaksanaan profesi apoteker seperti yang diatur dalam perundang-
undangan harus berorientasi pada pelayanan masyarakat.Namun demikian, seorang apoteker
dalam melaksanakan profesinya dapat berperan sebagai produsen obat atau sebagai
leveransir obat yang diproduksi oleh suatu pabrik tertentu. Menurut van der Mijn, hal ini
menimbulkan diferensiasi pada profesi ni, sehingga apoteker dapat dibedakan dalam tiga

4
kategori, yaitu:3Apoteker di Apotek Umum, Apoteker di Rumah Sakit, dan Apoteker di
Industri. Akan tetapi yang secara langsung berhubungan dengan masyarakat adalah Apoteker
di Apotek.

Adapun fungsi dari Apoteker pada Apotek yaitu memberikan nasihat mengenai obat
kepada dokter, dan memberikan penyuluhan mengenai obat kepada masyarakat. Sedangkan
apoteker di Rumah Sakit berfungsi di bidang farmakoterapeutik, dan Apoteker di Industri
berfungsi sebagai peneliti dan pengawas obat serta turut berperan dalam produksi.Didasarkan
ketentuan Pasal 39 PP No. 51 Tahun 2009, setiap apoteker yang melakukan pekerjaan
kefarmasian wajib memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA), demikian pula TTK
yang wajib memiliki Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian (STRTTK).Untuk
memperoleh STRA, Apoteker harus mengajukan permohonan kepada Komite Farmasi
Nasional (KFN) dengan melampirkanpersyaratan yang dibutuhkan.

Setiap tenaga kefarmasian yang akan menjalankan pekerjaan kefarmasian wajib


memiliki surat izin sesuai tempat tenaga kefarmasian bekerja. Surat izin diterbitkan sesuai
dengan tugas dan fungsi apoteker pada tempat kerjanya. Sebagaimana ketentuan Pasal 17
Permenkes No. 889 Tahun 2011 Tentang Registrasi, Izin Praktik, Dan Izin Kerja Tenaga
Kefarmasian, surat izin apoteker dimaksud berupa:1.Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) bagi
Apoteker penanggung jawab di fasilitas pelayanan kefarmasian;2.Surat Izin Praktik Apoteker
(SIPA) bagi Apoteker pendamping di fasilitas pelayanan kefarmasian;3.Surat Izin Kerja
Apoteker (SIKA) bagi Apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian di fasilitas
produksi atau fasilitas distribusi/penyaluran.

Dengan demikian, apoteker yang akan bekerja di apotek, baik sebagai


penanggung jawab ataupun sebagai pendamping, harus memiliki SIPA. Apabila
apoteker memiliki tugas dan fungsi sebagai penanggung jawab apotek, maka yang
bersangkutan hanya dapat memiliki 1 (satu) SIPA yang artinya hanya boleh menjadi
penanggung jawab di satu apotek saja. Namun apabila tugas dan fungsinya sebagai
apoteker pendamping,maka kepada yang bersangkutan diberikan paling banyak 3 (tiga)
SIPA sebagai pendamping. Apoteker penanggung jawab dapat bekerja sebagai apoteker
pendamping di luar jam kerjanya sebagai apoteker penanggung jawab.Pada kenyataannya,
ketentuan mengenai apoteker di apotek belum dilaksanakan sepenuhnya dan ada apotek yang

5
tidak ada apotekernya, yang ada hanya nama apoteker penanggung jawab yang tercantum
pada papan nama apotek. Sedangkan pelayanan obat atau kefarmasian hanya dilaksanakan
oleh tenaga teknis kefarmasian tanpa pengawasan seorang apoteker.

Dalam melaksanakan pekerjaan kefarmasian di apotek, salah satu tenaga


kesehatan yang paling berhubungan dengan apoteker adalah dokter. Hal ini
disebabkan, apoteker adalah eksponen dari bidang obat atau kefarmasian, sedangkan
penggunaan obat merupakan salah satu tindakan yang paling sering dilakukan oleh
deokter dalam memberikan pelayanan medis, sehingga ada interelasi dan interaksi antara
kedua profesi tersebut. Adapun media komunikasi yang digunakan dalam menjalankan
pengabdian profesi dokter dan apoteker adalah resep dokter.

2.2.2 Tanggung Jawab Apoteker dalam Pelayanan Resep Obat

Pekerjaan keprofesian apoteker di apotek merupakan suatu rangkaian kegiatan berdasarkan


keilmuan, tanggung jawab, dan etik profesi, yang meliputi:

1. Menyiapkan sediaan obat/farmasi sesuai permintaan dokter, dokter gigi, dokter


hewan, atau profesi lain yang memiliki wewenang;
2. Menyiapkan sediaan obat/farmasi atas permintaan penderita, sesuai dengan
ketentuan peraturan dan perundang-undangan obat/farmasi;
3. Menetapkan keabsahan obat/bahan farmasi sebagai sediaan-jadi atau bahan baku
yang diperlukan dalam pembuatan atau peracikan obat bagi seorang penderita,
berdasarkan ilmu kefarmasian yang dimilikinya;
4. Menetapkan keamanan obat dan campuran obat/bahan farmasi yang akan diberikan
kepada penderita berdasarkan keabsahan ilmu kefarmasian;
5. memberikan penjelasan kepada penderita mengenai segala sesuatu tentang
obat/racikan obat berdasarkan resep dokter, dokter gigi, dokter hewan dan bahan
farmasi sehingga menjamin efek farmakologinya yang optimal;
6. menyediakan obat/bahan farmasi yang diperlukan untuk melangsungkan pekerjaan
keprofesiannya berdasarkan kepada mutu farmasetik;
7. menyiapkan dirinya sebagai sumber informasi bagi sejawat profesi kesehatan lain,
maupun masyarakat tentang ihwal obat/bahan farmasi berdasarkan keilmuan yang
dimilikinya dengan penuh tanggung jawab.

6
Dalam prakteknya, kesalahan pemberian obat di apotek seringkali terjadi karena
penyimpangan dalam pekerjaan apoteker. Setiap kemungkinan rangkaian
penyimpangan dalam rangkaian pekerjaan apoteker dapat terlepas dari kemungkinan kesalahan
yang dilakukan dokter dalam mendiagnosa, memilih dan menuliskan nama obat serta
menentukan tinggi rendahnya dosis obat untuk pasien yang bersangkutan. Sebab jumlah
pelaku dalam apotek yaitu petugas apotek juga dapat menjadi penyebab timbulnya kesalahan
pemberian obat.

Apabila pada jam kerja apotek banyak menerima resep, sedangkan petugas apotek tidak
mencukupi untuk memberikan pelayanan, maka besar kemungkinan petugas apotek
terburu-buru karena ingin segera memenuhi pelayanan yang dibutuhkan. Di samping itu,
persediaan peralatan yang ada di apotek untuk membuat, mengolah, meracik, mengubah
bentuk, mencampur, dan menyimpan obat atau bahan obat kurang memadai, sehingga
memungkinkan terjadinya kesalahan pelayanan obat kepada pasien. Faktor penyebab
timbulnya kesalahan pemberian obat di apotek, selain dilakukan oleh apoteker ataupun
tenaga teknis kefarmasian, juga oleh dokter dan pasien.Dokter dapat disebut sebagai salah
satu faktor penyebab timbulnya kesalahan dalam pelayanan obat, karena biasanya tulisan
resep yang dibuat dokter sulit untuk dibaca oleh petugas apotek.Demikian juga, pasien
dapat menjadi salah satu faktor penyebab timbulnya kesalahan dalam pelayanan obat.
Berawal dari kepercayaan pasien sebagai penderita terhadap dokter bahwa dokter akan
melakukan upaya bagi kesembuhan dirinya. Salah satu tindakan terapeutik yang paling sering
dilakukan oleh dokter adalah pemberian resep obat yang harus ditukar/dibeli di apotek.

2.3 Prinsip-Prinsip Profesionalisme Apoteker Di Masa Yang Akan Datang


Prinsip-prinsip profesionalisme apoteker yang harus disiapkan di masa yang akan datang
melibatkan komitmen terhadap etika, peningkatan kompetensi, pelayanan yang berkualitas, dan
keterlibatan dalam pengembangan ilmu pengetahuan farmasi. Berikut adalah beberapa prinsip
profesionalisme apoteker yang penting:

1. Etika dan Integritas:


- Berkomitmen untuk mempraktikkan etika yang tinggi dalam semua aspek pekerjaan.
- Menjaga integritas dan menghindari konflik kepentingan yang dapat mengorbankan
pelayanan pasien.

7
2. Keterampilan dan Kompetensi:
- Terus meningkatkan pengetahuan dan keterampilan profesional sesuai dengan
perkembangan ilmu farmasi.
- Mengikuti pelatihan dan pendidikan berkelanjutan untuk tetap relevan di bidang
farmasi yang terus berkembang.
3. Keamanan dan Kualitas Obat:
- Memastikan keamanan dan kualitas obat yang disediakan kepada pasien.
- Menjaga kepatuhan terhadap regulasi dan standar yang berlaku dalam industri
farmasi.
4. Pelayanan Pasien:
- Menempatkan kepentingan pasien sebagai prioritas utama.
- Memberikan informasi yang jelas dan akurat tentang penggunaan obat, dosis, dan
efek samping kepada pasien.
5. Kolaborasi Interprofesional:
- Berkolaborasi secara efektif dengan tenaga kesehatan lainnya untuk meningkatkan
hasil perawatan pasien.
- Membangun hubungan yang baik dengan dokter, perawat, dan profesional kesehatan
lainnya.
6. Tanggung Jawab Profesional:
- Bertanggung jawab terhadap keputusan dan tindakan yang diambil dalam praktik
farmasi.
- Menjaga kepercayaan masyarakat terhadap profesi apoteker.
7. Inovasi dan Penelitian:
- Mengembangkan keterlibatan dalam penelitian farmasi dan terus mendorong inovasi
dalam praktik dan layanan farmasi.
- Mengikuti perkembangan terkini dalam ilmu farmasi dan menerapkannya dalam
praktik.
8. Pendidikan dan Edukasi:
- Berperan aktif dalam memberikan edukasi kepada pasien, rekan kerja, dan
masyarakat mengenai penggunaan obat yang benar.

8
- Mendukung pendidikan dan pengembangan profesi apoteker. Prinsip-prinsip ini
mencerminkan komitmen apoteker terhadap pelayanan kesehatan yang aman, efektif,
dan beretika. Selain itu, adaptabilitas terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi di masa depan juga menjadi aspek penting dalam mempertahankan
profesionalisme.

9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa profesionalisme apoteker melibatkan
komitmen terhadap etika, peningkatan kompetensi, pelayanan yang berkualitas, dan keterlibatan
dalam pengembangan ilmu pengetahuan farmasi. Prinsip-prinsip seperti etika dan integritas,
keterampilan dan kompetensi, keamanan dan kualitas obat, pelayanan pasien, kolaborasi
interprofesional, tanggung jawab profesional, inovasi dan penelitian, serta pendidikan dan
edukasi menjadi landasan utama bagi apoteker dalam menjalankan tugasnya. Profesionalisme
apoteker juga mencakup aspek tanggung jawab terhadap pasien, kepatuhan terhadap regulasi,
dan berperan dalam peningkatan kualitas layanan kesehatan. Dengan menjaga integritas dan
memprioritaskan kepentingan pasien, apoteker berkontribusi pada pemeliharaan kesehatan
masyarakat. Adapun pendidikan formal, lisensi, dan pendekatan berkelanjutan terhadap
pembelajaran menciptakan fondasi yang kokoh untuk menjadikan apoteker sebagai profesional
kesehatan yang terampil dan dapat diandalkan di masa yang akan datang.

3.2 Saran

Demikian hasil makalah kami, semoga bermanfaat bagi kita semua dan dapat
menerapkannya dalam budaya dan lingku44ngan masyarakat.

10
DAFTAR PUSTAKA

Wersun, Hironimus, Petrus, 2015, IMPLEMENTASI PRINSIP PROFESIONALISME DALAM


PENGANGKATAN PEJABAT STRUKTURAL DI LINGKUNGAN PEGAWAI
NEGERI SIPIL DI KOTA YOGYAKARTA, Jurnal Hukum, Universitas Atma Jaya
Yogyakarta, Yogyakarta.
Komalawati, Veronica, 2020, TANGGUNG JAWAB APOTEKER DALAM PELAYANAN
OBAT DENGAN RESEP DOKTER, Jurnal Poroshukum Padjadjaran. Volume 1, Nomor
2.
Alfarizi, Mariawan, Lulu, 2022, Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Terhadap Kelalaian
Apoteker Dalam Memberikan Resep Obat Pada Pelayanan Kesehatan, Jurnal Ilmiah
Kesehatan, Vol.2 No.1.
Damayanti, Nur, Fitriani, PROFESIONALISME TENAGA KESEHATAN DALAM
PENANGANAN KEGAWATDARURATAN COVID-19, Jurnal Hukum Kesehatan
Indonesia. Vol 2, No.1

11

Anda mungkin juga menyukai