Fitriatunnisa 000310182022
PROGRAM PASCASARJANA
STUDI MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2023
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan karya ilmiah tentang “Kode Etik
Apoteker Indonesia”.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
turut memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya, tidak
akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena
itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki karya ilmiah ini.
Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan manfaat dan
juga inspirasi untuk pembaca.
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………………………………………………………………i
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………………………………………...ii
DAFTAR ISI…………………………………………….………………………………………………………………………………iii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG………………………………………………………………………………………………………1
B. RUMUSAN MASALAH…………………………………………………………………………………………………2
C. TUJUAN……………………………………………………………………………………………………………………..2
BAB 2 PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KODE ETIK PROFESI APOTEKER………………………………………………………………4
B. KODE ETIK APOTEKER INDONESIA………………………………………………………………………………5
C. KEWAJIBAN UMUM……………………………………………………………………………………………………6
D. KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP PASIEN…………………………………………………………………9
E. KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP TEMAN SEJAWAT……………………………………………….11
F. KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP SEJAWAT PETUGAS KESEHATAN LAIN………………..12
G. PEDOMAN PENILAIAN PELANGGARAN ETIK APOTEKER………………………………………….…14
H. TATA LAKSANA PENANGANAN PELANGGARAN ETIK APOTEKER……………………………….20
I. MAJELIS ETIK DAN APOTEKER INDONESIA (MEDAI)…………………………………………………..24
J. LANDASAN FORMAL…………………………………………………………………………………………………28
K. BENTUK PELANGGARAN DISIPLIN APOTEKER……………………………………………………………28
L. SANKSI DISIPLIN……………………………………………………………………………………………………….31
BAB 3 PENUTUP
A. KESIMPULAN…………………………………………………………………………………………………………….33
B. SARAN………………………………………………………………………………………………………………………34
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………………………………………..40
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
yang sering muncul di masyarakat hingga media cetak dan media elektronik,
yang dihadapi baik dari internal maupun eksternal. Oleh sebab itu, kita sebagai
kewajiban dan peranan kita secara langsung di bidang keahlian sebagai ahli farmasi.
Merupakan sebuah tantangan bagi kita semua untuk lebih mengenalkan Profesi
menyediakan sediaan farmasi yang terdiri dari obat, bahan obat, obat tradisional,
hingga kosmetika. Setiap orang yang mengelola apotek seharusnya dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang merupakan setiap orang yang mengabdikan diri dalam
Pada saat ini, Apotek di Indonesia meningkat secara kuantitasnya baik secara
1
luas maupun di daerah pelosok terpencil. Hal ini lagi-lagi dimaksudkan untuk
Seperti biasa, ada kemajuan maka ada pula kemunduran. Tidak dapat dipungkiri
bahwa semakin banyak apotek yang bermunculan semakin banyak pula pelanggaran
yang terjadi. Hal ini menjadi sorotan di tengah permasalahan kesehatan yang ingin
dibenahi tersebut. Sangat jelas ini menjadi masalah yang juga tidak kalah serius
karena apabila tenaga medis yang tidak berkompeten atau seseorang atau
sekelompok orang yang bukan tenaga medis melakukan praktek kesehatan maka hal
dari pasien. Begitu juga apabila fasilitas yang diperlukan tidak memadai, maka hal ini
akan menghambat tujuan utama dari setiap upaya kesehatan yang dilaksanakan.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan kode etik Profesi Apoteker ?
6. Apa saja isi dari Majelis Etik dan Disiplin Apoteker Indonesia (MEDAI)
C. Tujuan
2
3. Mahasiswa dapat mengetahui Pedoman Penilaian Pelanggaran Etik Apoteker
Apoteker
6. Mahasiswa dapat mengetahui isi dari Majelis Etik dan Disiplin Apoteker Indonesia
(MEDAI)
3
BAB 2
PEMBAHASAN
Kode etik adalah sistem norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang secara tegas
menyatakan apa yang benar dan baik, dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi
profesional. Kode etik menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah, perbuatan apa
Tujuan kode etik adalah agar profesional memberikan jasa sebaik-baiknya kepada
pemakai atau yang membutuhkan. Adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang tidak
profesional. Kode etik dibuat untuk mengatur tingkah laku moral suatu kelompok yang
berguna untuk kepercayaan masyarakat akan suatu profesi. Kode etik berfungsi sebagai
Kode etik bisa dilihat sebagai produk dari etika terapan, sebab dihasilkan berkat
penerapan pemikiran etis atas suatu wilayah tertentu, yaitu profesi. Tetapi setelah kode
etik ada, pemikiran etis tidak berhenti. Kode etik tidak menggantikan pemikiran etis, tapi
sebaliknya selalu didampingi refleksi etis. Supaya kode etik dapat berfungsi dengan
semestinya, salah satu syarat mutlak adalah bahwa kode etik itu dibuat oleh profesi sendiri.
Kode etik tidak akan efektif kalau di drop begitu saja dari atas yaitu instansi pemerintah
atau instansi-instansi lain, karena tidak akan dijiwai oleh cita-cita dan nilai-nilai yang hidup
Apoteker adalah satu-satunya profesi tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan
4
memahami dan menyadari peranannya dalam pelayanan kesehatan sesuai dengan kode
etik dan lafal sumpah atau janji Apoteker yang diucapkan. Ketika seorang Apoteker dengan
sadar dan bertanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya sehingga tercapailah standar
Pedoman Pelaksanaan
5
C. KEWAJIBAN UMUM
laporan dari sejawat Apoteker atau sejawat tenaga kesehatan lain, serta
tidak ada laporan dari sejawat Apoteker atau sejawat tenaga kesehatan
(PO)
Pedoman Pelaksanaan :
6
a. Setiap Apoteker Indonesia harus mengerti, menghayati dan mengamalkan
jawab profesional, maka dari berbagai opsi yang ada, seorang Apoteker
harus memilih resiko yang paling kecil dan paling tepat untuk kepentingan
Pedoman Pelaksanaan:
kesehatan, diukur dari nilai SKP yang diperoleh dari hasil uji kompetensi
peraturan organisasi.
7
5. Pasal 5 di dalam menjalankan tugasnya setiap Apoteker harus menjauhkan diri
Pedoman Pelaksanaan:
profesinya
Pedoman Pelaksanaan:
harus dengan cara yang mudah dimengerti dan yakin bahwa informasi
8
d. Seorang Apoteker harus senantiasa meningkatkan pemahaman masyarakat
Pedoman Pelaksanaan:
a. Tidak ada alasan bagi Apoteker tidak tahu peraturan perundangan yang
terkait dengan kefarmasian. Untuk itu setiap Apoteker harus selalu aktif
ada
Pedoman Pelaksanaan:
9
a. Kepedulian kepada pasien adalah merupakan hal yang paling utama dari
seorang Apoteker
kesehatan pasien khususnya janin, bayi, anak-anak serta orang yang dalam
kondisi lemah
e. Seorang Apoteker harus yakin bahwa obat yang diserahkan kepada pasien
adalah obat yang terjamin mutu, keamanan, dan kahsiat dan cara pakai obat
yang tepat
persetujuan pasien.
10
E. KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP TEMAN SEJAWAT
ingin diperlakukan
Pedoman Pelaksanaan:
c. Apoteker harus berkoordinasi dengan IAI ataupun Majelis Etik dan Disiplin
sejawat
Pedoman Pelaksanaan:
berjenjang.
11
meningkatkan Kerjasama yang baik sesame Apoteker di dalam memelihara keluhuran
menunaikan tugasnya.
Pedoman Pelaksanaan:
Apoteker lainnya
pengabdian profesinya
Pedoman Pelaksanaan:
Apoteker harus mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan tenaga profesi
12
Pedoman Pelaksanaan:
Bilamana seorang Apoteker menemui hal-hal yang kurang tepat dari pelayanan
seorang Apoteker baik dengan sengaja maupun tak sengaja melanggar atau tidak
mematuhi Kode etik Apoteker Indonesia, maka wajib mengakui dan menerima sanksi
Pedoman Pelaksanaan:
tetap.
Kriteria pelanggaran kode etik diatur dalam peraturan organisasi, dan sanksi
13
G. Pedoman Penilaian Pelanggaran Etik Apoteker
b. Kelalaian (alpa)
c. Kurang Perhatian
d. Kurang terampil
e. Sengaja
3. Kriteria Pembuktian
14
4. Penilaian, Pembuktian dan Sanksi terhadap Pelanggaran Etik.
yang dihadapi dalam praktek dengan apa yang diketahui pada saat kuliah.
15
a) Kelalaian yang tidak berbobot (Deminimis non curat lex) Hukum
b) Pembobotan kelalaian
diteruskan.
16
c) Adanya akibat langsung, yakni perbuatan nyata berakibat
pasien/ sejawat:
menjadi pertimbangan.
saksi ahli.
pembobotan diatas.
kelalaian:
17
7) Kemungkinan terjadinya kecil (nilai tinggi = 5 )
terbukti
profesionalnya.
Contoh:
18
a) Ketrampilan menggunakan timbangan
b) Ketrampilan meracik
dimiliki.
e. Adanya kesengajaan
a) Faktor Personal
kurang teliti.
ditoleransi.
19
kedua.
b) Faktor Situasional
20
H. Tata Laksana Penanganan Pelanggaran Etik Apoteker
1) Sasaran:
1) Perilaku menyimpang dari etik Apoteker yang terjadi ditempat pengabdian profesi
Apoteker.
penyelidikan farmasi.
a) Sumber pengaduan:
a. Pasien
c. Teman sejawat
a. Diajukan kepada MEDAI Daerah dengan dilengkapi dengan bukti yang layak
(pengaduan tertulis)
21
e. Pengaduan dianggap kadaluwarsa apabila peristiwa pelanggaran etik terjadi
3) Penelaahan pengaduan
kerja.
d) Apabila MEDAI Daerah tidak menemukan pelang-garan etik, maka MEDAI Daerah
4) Persiapan Persidangan.
b) Sekretaris MEDAI Daerah mempersiapkan barang bukti, saksi, saksi ahli untuk
5) Persidangan
22
b) Apabila tersangka tidak hadir, maka persidangan ditunda maksimal 3 kali
persidangan.
c) Apabila setelah 3 kali persidangan, tersangka tidak hadir tanpa penjelasan yang
f) Sekretaris MEDAI Daerah mengajukan barang bukti dan pernyataan saksi dibawah
g) Apabila diperlukan Sekretaris MEDAI Daerah dapat mengajukan saksi ahli untuk
memperkuat tuduhan
h) Tersangka diberi kesempatan membela diri dan dapat didampingi oleh pembela
yang berasal dari anggota lain yang bersifat netral / tidak terkait dengan tersangka
6) Keputusan Sidang
c) Keputusan sidang dapat diambil secara musyawarah dan apabila tidak tercapai
23
kehormatan profesi, keselamatan pasien, kepentingan umum, dan itikad baik
pengadu.
g) PC/PD IAI diberi kesempatan naik banding atas keputusan sidang dengan
h) Dalam waktu 1 bulan setelah sidang dan apabila tidak ada banding maka MEDAI
7) Rehabilitasi
a) Apabila dalam persidangan ternyata tersangka dinyatakan tidak bersalah dan tidak
ada keberatan dari PC/PD IAI, maka MEDAI Daerah mengeluarkan surat
rehabilitasi nama baik tersangka kepada PC/PD IAI setempat dengan tembusan
1. Ketentuan Umum
24
b. Penegakan Disiplin adalah penegakan aturan-aturan dan/atau
d. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan
perundang-undangan.
Kefarmasian.
25
Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi dan Tenaga
i. Kode Etik adalah Kode Etik Apoteker Indonesia yang menjadi landasan
profesinya.
kompetensi.
26
tertentu serta diakui secara hukum untuk menjalankan
pekerjaan/praktik profesinya.
bukti tertulis yang diberikan oleh Menteri kepada Apoteker yang telah
diregistrasi.
kesehatan.
q. Surat Izin Praktik Apoteker, yang selanjutnya disingkat SIPA adalah surat izin
s. Surat Izin Kerja Apoteker, yang selanjutnya disebut SIKA adalah surat izin
27
pekerjaan kefarmasian pada fasilitas produksi atau fasilitas distribusi atau
penyaluran.
Indonesia.
J. Landasan Formal
10. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Apoteker Indonesia (IAI),
28
K. Bentuk Pelanggaran Disiplin Apoteker
tersebut.
masyarakat.
5. Tidak memberikan informasi yang sesuai, relevan dan “up to date” dengan cara yang
29
8. Melakukan pengadaan (termasuk produksi dan distribusi) obat dan/atau bahan baku
9. Tidak menghitung dengan benar dosis obat, sehingga dapat menimbulkan kerusakan
10. Melakukan penataan, penyimpanan obat tidak sesuai standar, sehingga berpotensi
11. Menjalankan praktik kefarmasian dalam kondisi tingkat kesehatan fisik ataupun
dilakukan atau tidak melakukan yang seharusnya dilakukan, sesuai dengan tanggung
membahayakan pasien.
14. Memberikan penjelasan yang tidak jujur, dan/ atau tidak etis, dan/atau tidak objektif
15. Menolak atau menghentikan pelayanan kefarmasian terhadap pasien tanpa alasan
30
17. Menyalahgunakan kompetensi Apotekernya.
18. Membuat catatan dan/atau pelaporan sediaan farmasi yang tidak baik dan tidak
benar.
19. Berpraktik dengan menggunakan Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) atau Surat
20. Tidak memberikan informasi, dokumen dan alat bukti lainnya yang diperlukan
dimiliki, baik lisan ataupun tulisan, yang tidak benar atau menyesatkan.
22. Membuat keterangan farmasi yang tidak didasarkan kepada hasil pekerjaan yang
L. Sanksi Disiplin
Sanksi disiplin yang dapat dikenakan oleh MEDAI berdasarkan Peraturan per-Undang-
Apoteker, atau Surat Izin Praktik Apoteker, atau Surat Izin Kerja Apoteker;
dan/atau
31
3) Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan apoteker.
Rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi atau Surat Izin Praktik yang dimaksud
dapat berupa:
2) Rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi atau Surat Izin Praktik tetap
atau selamanya;
32
BAB Ill
PENUTUP
A. Kesimpulan
Apoteker memiliki cita-cita dan nila-nilai bersama, disatukan dengan latar belakang
pendidikan yang sama, memiliki keahlian yang sama, punya otoritas dalam profesinya,
sehingga kita mempunyai kewenangan sendiri. Untuk itu, Apoteker haruslah berpraktik
1) telah mengucapkan, menghayati dan senantiasa mentaati sumpah / janji dan Kode
33
mementingkan klien, khsususnya peduli terhadap kesehatan pasien.
memperoleh sanksi, sebagai konsekwensi dari hak mendapatkan surat izin kerja /
tentang proses pelayanan yang diberikan oleh Apoteker karena otonomi dan monopoli
keilmuan dan profe-sinya. Oleh sebab itu mereka menyerahkan diri dan pasrah, kadang
diperlukan, antara lain melalui pernyataan kewajiban Apoteker terhadap klien, yang
Kode Etik Apoteker Indonesia yang berisi tentang kumpulan asas atau nilai yang
berkenaan denan akhlak dan nilai-nilai yang dianut dan menjadi pegangan dalam praktik
kefarmasian. Kode Etik Apoteker Indonesia disusun dengan tujuan antara lain:
34
4) Meningkatkan mutu Profesi.
B. Saran
3) Mencegah campur tangan pihak luar organisasi tentang hubungan etika dan
keanggotaan organisasi.
Kode Etik Apoteker Indonesia dan Pedoman Pelaksanaan merupakan naskah azasi
organisasi Ikatan Apoteker Indonesia yang sudah ditetapkan dalam Kongres ISFI ke XVIII
tahun 2009 di Jakarta dan sesuai dengan amanat Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga . Sebagai naskah azazi, maka setiap Anggota, Anggota Luar Biasa, dan Anggota
Kehormatan berkewajiban untuk menjaga dan membela nama baik organisasi dan
Dengan demikian kita mengharapkan agar Apoteker menjadi seorang yang berbudi
luhur, profesional, memiliki kesejawatan yang tinggi, dan inovatif, serta berorientasi ke
masa depan dan dapat menjaga dan meningkatkan profesionalisme Apoteker sehingga
Kode Etik Apoteker Indonesia terdiri dari 5 bab, dan 15 pasal, meliputi 8 pasal
35
kewajiban umum, 1 pasal kewajiban terhadap pasien, 3 pasal kewajiban terhadap teman
Apoteker secara umum diminta mentaati Kode Etik Apoteker Indonesia, dimulai
menjaga martabat dan tradisi luhur jabatan Apoteker dan menjadi contoh, dan
informasi.
hormati hak azasi pasien dan melindungi makhluk hidup insani. Sedangkan terhadap
dan menjaga hubungan baik dengan sejawat tenaga kesehatan lain. Apoteker
diharapkan menghayati dan mengamalkan Kode Etik Apoteker Indonesia dan jika ada
kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai denan sumpah yang pernah diucapkan sesaat
tentang Sumpah Apoteker dan diperkuat dengan Peraturan Pemerintah No 51/ 2009
tentang Pekerjaan Kefarmasian, maka Apoteker juga bertanggung jawab sebagai warga
Agar Kode Etik Apoteker Indonesia ini dapat berfungsi dan diterapkan dengan
baik oleh Apoteker, seperti sudah disampaikan diatas, MEDAI Pusat mengharapkan
36
agar setiap insan Apoteker Indonesia dapat dengan konsisten mempelajari, memahami
dan menjalankan Kode Etik Apoteker Indonesia ini dalam setiap perilaku kehidupannya
DAFTAR PUSTAKA
Majelis Etik dan Disiplin Apoteker Indonesia (MEDAI). 2015. Kode Etik dan Pedoman Disiplin
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Standar
Kefarmasian
37
38