Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“DAFTAR OBAT WAJIB APOTEK”

OLEH

NAMA : ELIS

NIM : 17031014141

KELAS : 7 B

DOSEN: Jasmiadi, S.SI., M.Si., Apt

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esaa atas petunjuk-

Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul DAFTAR OBAT

WAJIB APOTEK”. Dalam penyusunan makalah ini kami memperoleh banyak bantuan

dari beberapa literature yang kami dapat dan kami mengucapkan terima kasih yang

sebesar besarnya kepada bapak dosen kami yang telah memberikan kami waktu untuk

menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam proses pembelajaran dan penulisan makalah

masih sangat banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu

kami mengharapkan pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat

membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan ini.

Makassar, 9 November 2020

Tim penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Tujuan

1.3 Rumusan masalah

BAB II PEMBAHASAN

BAB III PENUTUP


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Obat merupakan salah satu unsur penting dalam pelayanan kesehatan.

Diawali dari pencegahan, diagnosa, pengobatan dan pemulihan, obat menjadi salah

satu komponen pokok yang harus selalu tersedia dan tidak tergantikan pada

pelayanan kesehatan. Namun di sisi lain, obat dapat merugikan kesehatan bila

tidak memenuhi persyaratan, bila digunakan secara tidak tepat atau bila

disalahgunakan. Oleh karena itu berbeda dengan komoditas perdagangan lainnya,

peredaran obat diatur sedemikian rupa agar terjamin keamanan, mutu dan

ketepatan penggunaannya.

Peredaran adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan penyaluran

atau penyerahan sediaan farmasi dan alat kesehatan baik dalam rangka

perdagangan, bukan perdagangan, atau pemindahtanganan. Ketepatan

penggunaan ini menjadi aspek penting dalam penggunan obat karena

ketidaktepatan penggunaan obat dapat menyebabkan banyak kerugian, baik itu

kerugian dari sisi finansial maupun kerugian bagi kesehatan. Sampai saat ini masih

banyak masyarakat yang menjadi korban karena membeli obat di toko-toko obat

yang tidak memiliki surat ijin usaha serta obat-obatannya pun ilegal.
Bebasnya peredaran obat-obatan ilegal ternyata banyak diminati konsumen,

ini disebabkan karena obat-obatan tersebut mudah di dapat dan di jual bebas pada

setiap toko obat yang ada. Pada sisi lain sebenarnya harus ada pengawasan yang

dilakukan oleh pemerintah, pengawasan ini dimaksudkan agar proses perizinannya

berfungsi preventif serta tidak akan merugikan konsumen. Dalam keadaan yang

seperti ini, dapat mengakibatkan kedudukan dari konsumen atau korban dan pelaku

usaha menjadi tidak seimbang. Di mana kedudukan konsumen berada dalam posisi

yang lemah. Konsumen hanya menjadi objek aktivitas bisnis untuk meraup

keuntungan yang sebesar-besarnya oleh pelaku usaha. Banyaknya produsen yang

bersaing dalam meraup untung dari para konsumen, sehingga tidak sedikit dari

mereka yang melakukan kecurangan untuk hal itu. Kecurangan yang mereka

lakukan bisa dari segi promosi, penjualan atau penerapan perjanjian standar yang

merugikan konsumen. Sehingga pemberlakuan undang-undang ini diharapkan

dapat menjadi landasan bagi konsumen dan lembaga perlindungan konsumen

untuk memberdayakan dan melindungi kepentingan konsumen, menanggapi hal itu

pemerintah Indonesia telah mengesahkan Undang-undang tentang perlindungan

konsumen, agar dapat membuat pelaku usaha lebih bertanggung jawab.

1.2 Tujuan

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Obat Wajib Apotek.


2. Mengetahui apa tujuan keberadaan Obat Wajib Apotek.
3. Mengetahui apa saja contoh-contoh Obat Wajib Apotek.
4. Mengetahui penandaan Obat Wajib Apotek.
5. Mengetahui apa saja Undang-Undang yang mengatur OWA.
.

1.3 Rumusan masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Obat Wajib Apotek?


2. Apa tujuan keberadaan Obat Wajib Apotek?
3. Apa saja contoh-contoh Obat Wajib Apotek?
4. Bagaimana Penandaan Obat Wajib Apotek?
5. Apa saja Undang-Undang yang mengatur OWA?

BAB II
PEMBAHASAN

Berdasarkan Permenkes RI No.73 Tahun 2016, apotek adalah sarana

pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh apoteker.

Pelayanan kefarmasian adalah pelayanan yang langsung dilakukan dan

bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi

dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan

pasien. Pelayanan kefarmasian telah mengalami perubahan yang semula hanya

berfokus kepada pengelolaan obat drug oriented berkembang menjadi pelayanan

komprehensif dalam pengertian tidak saja sebagai pengelola obat, tetapi dalam

pengertian yang lebih luas mencakup pelaksanaan pemberian informasi untuk

mendukung penggunaan obat yang benar dan rasional, monitoring penggunaan

obat untuk mengetahui tujuan akhir, serta kemungkinan terjadinya kesalahan

pengobatan ( Menkes RI, 2016).

Menurut para ahli, apotek merupakan tempat yang dijadikan transaksi jual

beli atau pelayanan produk dari farmasi, dan disediakan tenaga kefarmasian

yang ditujukan untuk melakukan pelayanan kepada masyarakat untuk

perbekalan kesehatan yang lainnya. Apotek juga dapat dikatakan sebagai suatu

tempat pelayanan kesehatan yang berhubungan dengan hal-hal yang berbau

kefarmasian, seperti obat, bahan obat, obat tradisioanal, alat kesehatan,

kosmetika yang ditujukan pada masyarakat umum. Keberadaan apotek sendiri

dipimpin oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA) yang telah mendapat ijin untuk

mengelola apotek tersebut. Dalam melakukan pekerjaannya apoteker dibantu


oleh asisten apoteker. Asisten apoteker / TTK dapat dari lulusan sarjana farmasi,

ahli madya farmasi, dan analis farmasi (Menkes RI, 2016).

Obat Wajib Apotek (OWA) pada dasarnya adalah obat keras yang dapat

diserahkan oleh apoteker kepada pasien tanpa resep. Mengapa ada obat keras

yang dapat diserahkan tanpa resep dokter?

Tentunya OWA ada untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap obat.

Namun perlu diingat lho, karena OWA pada dasarnya obat keras jadi yang

menyerahkan harus apoteker, hanya item obat tertentu, dan ada ketentuan tertentu

yang harus diikuti apoteker. Ketentuan ini tentunya untuk menjamin dari sisi

keamanan (safety) bagi pasien dan agar pasien mendapatkan manfaat (benefit,

efficacy). Perlu juga diingat kalo antibiotik oral seperti amoksisilin dan ciprofloksasin

bukan merupakan OWA lho ya.

Sebelum kita bahas macam-macam OWA dan ketentuannya masing-masing,

kita lihat dulu ya peraturan mengenai OWA. Yang jelas peraturannya termasuk

sudah kategori sesepuh (tua) dan belum ada pembaruan lagi sampai sekarang.

Peraturan tentang OWA meliputi:

1. Kepmenkes no 347 tahun1990 tentang Obat Wajib Apotek, berisi Daftar Obat

Wajib Apotek No. 1.

2. Kepmenkes no 924 tahun 1993 tentang Daftar Obat Wajib Apotek No. 2.

3. Kepmenkes no 925 tahun 1993 tentang perubahan golongan OWA No.1,

memuat perubahan golongan obat terhadap daftar OWA No. 1, beberapa obat

yang semula OWA berubah menjadi obat bebas terbatas atau obat bebas.
4. Kepmenkes no 1176 tahun 1999 tentang Daftar Obat Wajib Apotek No. 3

Penyerahan OWA oleh apoteker kepada pasien harus memenuhi ketentuan:

1. Memenuhi ketentuan dan batasan tiap OWA (misal kekuatan, maksimal jumlah

obat yang diserahkan, dan pasien sudah pernah menggunakannya dengan

resep)

2. Membuat catatan informasi pasien dan obat yang diserahkan

3. Memberikan informasi kepada pasien agar aman digunakan (misal dosis dan

aturan pakainya, kontraindikasi, efek samping dan lain-lain yang perlu

diperhatikan oleh pasien)

Jenis penggolongan obat

Obat- obatan yang bisa digunakan dalam melakukan pengobatan   sendiri

adalah obat – obatan yang termasuk dalam golongan obat bebas, obat bebas terbatas

dan obat – obatan dalam daftar Obat Wajib Apotek atau OWA yaitu obat keras yang

dapat diperoleh tanpa resep dokter atau pengobatan sendiri dan diserahkan oleh

apoteker di apotek, di antara jenis obat-obatan adalah sebagai berikut ( Depkes RI,

2007).

1. Obat bebas

Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa

resep dokter. Pada kemasan dan etiket obat bebas adalah lingkaran hijau dengan

garis tepi berwarna hitam. Contoh:Paracetamol.

2. Obat bebas terbatas


Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras, tetapi

masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan di sertai dengan tanda

peringatan. Pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru

dengan garis tepi berwarna hitam.  Contoh CTM.

3. Obat wajib apotek

Obat wajib apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan oleh apoteker kepada

pasien di apotek tanpa resep dokter. Obat-obat yang termasuk ke dalam daftar obat

wajib apotek diatur oleh menteri kesehatan republik indonesia, yaitu keputusan

menteri kesehatan347/Menkes/SK/VII/1990 tentang obat wajib apotek, berisi daftar

obat wajib apotek.

Berikut ini adalah daftar Obat Wajib Apotek berdasarkan Undang-Undang


yang berlaku.

DAFTAR OBAT WAJIB APOTEK (OWA) NO.1

JUMLAH TIAP JENIS


NAMA OBAT
OBAT PER PASIEN
Aminofilin Supp. maks 3 supp.
maks 20 tab
Asam Mefenamat
sirup 1 botol
Asetilsistein maks 20 dus
Astemizole
Betametason maks 1 tube
Bisakodil Supp. maks 3 supp.
maks 20 tab
Bromhexin
sirup 1 botol
Desoksimetason maks 1 tube
Dexchlorpheniramine maleat
Difluocortolon maks 1 tube
Dimethinden maleat
Ekonazol maks 1 tube
Eritromisin maks 1 botol
Framisetna SO4 maks 2 lembar
Fluokortolon maks 1 tube
Fopredniliden maks 1 tube
Gentamisin SO4 maks 1 tube
Glafenin maks 20 tab
Heksakklorofene maks 1 botol
Hexetidine maks 1 botol
Hidrokortison maks 1 tube
Hidroquinon maks 1 tube
Hidroquinon dgn PABA maks 1 tube
Homochlorcyclizin HCl
maks 20 tab
Karbosistein
sirup 1 botol
maks 10 tab
Ketotifen
sirup 1 botol
Kloramfenikol maks 1 tube
Lidokain HCl maks 1 tube
Linestrenol 1 siklus
maks 6 tab
Mebendazol
sirup 1 botol
Mebhidrolin maks 20 tab
Metampiron maks 20 tab
sirup 1 botol

DAFTAR OBAT WAJIB APOTEK (OWA) NO.2


JUMLAH TIAP JENIS
NAMA OBAT
OBAT PER PASIEN
tab 200mg, 6 tab
Albendazol
tab 400mg, 3 tab
Bacitracin 1 tube
Benorilate 10 tablet
Bismuth subcitrate 10 tablet
Carbinoxamin 10 tablet
Clindamicin 1 tube
Dexametason 1 tube
Dexpanthenol 1 tube
Diclofenac 1 tube
Diponium 10 tablet
Fenoterol 1 tabung
Flumetason 1 tube
Hydrocortison butyrate 1 tube
tab 400 mg, 10 tab
Ibuprofen
tab 600 mg, 10 tab
Isoconazol 1 tube
kadar <2%
Ketokonazole krim 1 tube
scalp sol. 1 btl
Levamizole tab 50 mg, 3 tab
Methylprednisolon 1 tube
Niclosamide tab 500mg, 4 tab
Noretisteron 1 siklus
Omeprazole 7 tab
Oxiconazole kadar<2%,>
Pipazetate sirup 1 botol
Piratiasin Kloroteofilin 10 tablet
Pirenzepine 20 tablet
Piroxicam 1 tube
Polymixin B Sulfate 1 tube
Prednisolon 1 tube
Scopolamin 10 tablet
Silver Sulfadiazin 1 tube
Sucralfate 20 tablet
Sulfasalazine 20 tablet
Tioconazole 1 tube
Urea 1 tube

DAFTAR OBAT WAJIB APOTEK (OWA) NO.3


JUMLAH TIAP JENIS
NAMA OBAT
OBAT PER PASIEN
Alopurinol maks 10 tab 100mg
Aminofilin supositoria maks 3 supositoria
Asam Azeleat maks 1 tube 5g
Asam Fusidat maks 1 tube 5g
maks 20 tab
Bromheksin
sirup 1 botol
Diazepam maks 20 tab
Diklofenak natrium maks 10 tab 25mg
Famotidin maks 10 tab 20mg/40mg
maks 1 tube 5 gr atau botol
Gentamisin
5 ml
Glafenin maks 20 tab
Heksetidin maks 1 botol
Klemastin Maks 10 tab
maks 1 tube 5 gr atau botol
Kloramfenikol (Obat Mata)
5ml
Kloramfenikol (Obat Telinga) maks 1 botol 5ml
maks 6 tab
Mebendazol
sirup 1 botol
Metampiron + Klordiazepoksid maks 20 tab
maks 10 tab atau botol
Mequitazin
60ml
Motretinida maks 1 tube 5g
Orsiprenalin maks 1 tube inhaler
Piroksikam maks 10 tab 10mg
maks 10 tab atau botol
Prometazin teoklat
60ml
Ranitidin maks 10 tab 150mg
Satirizin maks 10 tab
Siproheptadin maks 10 tab
Toisiklat maks 1 tube 5g
Tolnaftat maks 1 tube
Tretinoin maks 1 tube 5g

Tujuan OWA
Tujuan OWA adalah memperluas keterjangkauan obat untuk masyarakat,
maka obat-obat yang digolongkan dalam OWA adalah obat yang diperlukanbagi
kebanyakan penyakit yang diderita pasien. Antara lain: obat antiinflamasi (asam
mefenamat), obat alergi kulit (salep hidrokotison), infeksi kulit dan mata (salep
oksitetrasiklin), antialergi sistemik (CTM), obat KB hormonal. Sesuai permenkes
No.919/MENKES/PER/X/1993, kriteria obat yang dapat diserahkan yaitu:
1. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di bawah usia
2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun.
2. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko pada kelanjutan
penyakit.
3. Penggunaannya tidak memerlukan cara atau alat khusus yang harus dilakukan
oleh tenaga kesehatan.
4. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di
Indonesia.
5. Obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat
dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri.
Penandaan OWA
Obat wajib apotek pada dasarnya adalah obat keras, maka penandaannya
sama dengan obat keras. Berdasarkan keputusan Menkes RI Nomor
02396/A/SK/VII/1986, tanda khusus untuk obat keras daftar G adalah berupa
lingkaran bulat berwarna merah dengan garis tepi berwarna hitam dengan huruf “K”
yang menyentuh garis tepi. Tanda khusus harus diletakan sedemikian rupa sehingga
jelas terlihat dan mudah dikenali.
BAB III

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan , maka dapat disimpulkan bahwa :


1) Obat Keras adalah golongan obat yang berbahaya jika penggunaannya tanpa
resep dokter, serta tidak dapat diserahkan tanpa resep dokter, kecuali obat
tersebut merupakan Obat Wajib Apotek..
2) Obat Wajib Apotek adalah golongan obat keras yang dapat diserahkan tanpa
resep dokter, karena merupakan obat umum yang banyak diperlukan pasien
di Indonesia.
3) Penandaan Obat Keras dan Obat Wajib Apotek adalah sama. Yaitu,
lingkaran bulat berwarna merah dengan garis tepi berwarna hitam dengan
huruf “K” yang menyentuh garis tepi.

Anda mungkin juga menyukai