OLEH :
NAMA : ELIS
NIM : 17.031.014.141
KELAS : VI D
KELOMPOK : II (DUA)
telah sangat berkembang hingga saat ini dan sangat menarik minat
berdasarkan perbedaan pola pergerakan antara fase gerak dan fase diam
Molekul yang terlarut dalam fase gerak, akan melewati kolom yang
merupakan fase diam. Molekul yang memiliki ikatan yang kuat dengan
hasil metabolisme dari tumbuhan itu sendiri. Dari hasil penelitian banyak
ahli tak jarang senyawa kimia ini memiliki efek fisiologi dan farmakologi
yang bermanfaat bagi manusia. Senyawa kimia tersebut lebih dikenal
1. Kromatografi Kolom
suatu campuran baik itu dalam fase cair maupun padat untuk
(Yazid, 2005).
juga digunakan media berupa fase diam dan fase gerak. Pada umumnya,
terbuat dari gelas atau kaca yang ditempatkan secara vertikal sehingga
zat dapat turun secara perlahan dengan bantuan gravitasi. Pada kolom
a. Kelebihan
b. Kekurangan
manual
a. Kelebihan
b. Kekurangan
melibatkan fase diam dan fase gerak. Dimana fase diamnya adalah
berdasarkan perbedaan daya serap dan daya partisi serta kelarutan dari
eluen, oleh karena daya serap adsorben terhadap komponen kimia tidak
a. Kelebihan
senyawa beracun
bahan awal
pelarut yang sama ini cukup sulit tetapi penting (Wall, 2005).
C. PRINSIP KERJA DARI METODE KROMATOGRAFI
fase gerak.
diam dan perbandingan eluen pada profil kromatografi lapis tipis dimana
- KLT Preparatif
Pengamatan UV 254
Eluen 6:4 Fraksi Rf
dan UV 366
Kuning 0,37
N heksan : etil asetat KK
Kuning pucat 0,6
Orange 0,51
N heksan : etil asetat KCV
Kuning 0,3
E. PEMBAHASAN
Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan molekul
dimensi/multieluen.
asetat (8:2), N heksan : etil asetat (6:4), N heksan : etil asetat (2:8),
yang berbeda yaitu karena kita mau melihat tingkat dari kepolarannya,
pada sampel akan tertarik juga, sementara kita akan melakukan proses
pemisahan antara senyawa polar dan non polar. Pada akhir dari proses
isolasi tidak ada lagi senyawa non polar yang akan ditarik jika pelarut
heksan : etil asetat (8:2) berwarna orange, pada eluen N heksan : etil
asetat (6:4) berwarna kuning, pada eluen N heksan : etil asetat (2:8)
berwarna kuning pucat dan pada eluen N heksan : etil asetat (1:9)
berwarna bening.
dimana pada fraksi N-Heksan : etil asetat (1:9) warna yang diperoleh
suatu campuran baik itu dalam fase cair maupun padat untuk
(Yazid, 2005).
etil asetat (8:2) berwarna orange, pada eluen N heksan : etil asetat (6:4)
kuning pucat dan pada eluen N heksan : etil asetat (1:9) berwarna
bening.
dilihat dari fraksi N-Heksan : etil asetat (1:9) warna yang diperoleh sama
sebelumnya, dimana digunakan dua fraksi yaitu KK dan KCV, sampel yang
: Etil asetat (8:2) kemudian diamati pada lampu UV 256 dan 364,
terdapat dua pita yang terbentuk pada lempeng KLTP pada fraksi KK 1
pucat dengan nilai Rf 0,6. Sedangkan pada fraksi KCV 1 berwarna orange
dengan nilai Rf 0,51 dan fraksi KCV 2 berwarna kuning dengan nilai Rf
dengan literatur yang mana range nilai Rf yaitu 0,2-0,8 (Munzil, 2008).
4. Kromatografi lapis tipis dua arah
dimana range nilai Rf yaitu 0,2-0,8 sedangkan pada fraksi KCV tidak
F. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa pada
dengan nilai Rf 0,37 dan fraksi KK 2 berwarna kuning pucat dengan nilai
dan fraksi KCV 2 berwarna kuning dengan nilai Rf 0,3. Nilai Rf pada
sekitar 0,2-0,8.
range nilai Rf yaitu sekitar 0,2-0,8, sedangkan pada fraksi KCV tidak
terdapat noda/bercak.
DAFTAR PUSTAKA
Asep Supriadin. 2017. Efek Larvasida Hasil Fraksinasi Metanol Daun
Aglaia glabrata Terhadap Larva Aedes Aegypti. Faculty of
Science and Technology UIN Sunan Gunung Djati: Bandung.
Nasution, R., Barus, T., Nasution, P., and Saidi, N. 2010. Isolation and
Structure Elucidation of Steroid from Leaves of Artocarpus
camansi (Kulu) as Antidiabetic. Int. J. Pharmtech Res.